BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa dapat digunakan untuk memengaruhi cara pikir atau mengubah ideologi seseorang. Sebagai sara komunikasi, bahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan pendapat serta gagasan atau kritik baik secara lisan maupun tulisan. Ada dua macam bentuk komunikasi, yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tertulis. Wacana sebagai bentuk komunikasi baik lisan maupun tertulis diharuskan adanya penyapa dan pesapa. Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara sedangkan pesapa adalah pendengar. Dalam wacana tulis, penyapa menuangkan ide/ gagasannya dalam kode-kode kebahasaan. Kode-kode kebahasaan tersebut nantinya ditafsirkan oleh pembaca (pesapa). Berdasarkan tujuan komunikasinya, wacana dapat dibedakan menjadi wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra tentang sesuatu hal. Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan suatu hal kepada pembaca agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana argumentasi adalah bentuk wacana yang berusaha memengaruhi pembaca agar menerima penyataan yang dipertahankan. Wacana narasi berisi cerita yang di dalamnya harus terdapat unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Wacana persuasi merupakan wacana bertujuan untuk memengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya.
1
2
Arifin (2000:36) menjelaskan bahwa iklan adalah salah satu jenis penggunaan bahasa yang bertujuan memengaruhi dan menyerang calon konsumen agar menggunakan suatu layanan jasa ata produk yang diiklankan. Menurut media penyampaiannya, iklan dapat dijumpai pada media cetak maupun elektronik. Berkaitan dengan pemakaian bahasa, iklan dapatdisampaikan secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Iklan tempel merupakan salah satu iklan media cetak yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Bentuk persuasi dalam Wacana Iklan Tempel misalnya kata ahli, pakar, murah, dan gratis. Iklan tempel ditulis dan dicetak pada satu lembar kertas. Kertas yang digunakan biasanya berukuran hvs(30 x 21 cm) atau lebih kecil. Dalam iklan tempel, unsur verbal lebih dominan. Hanya sedikit pengiklan yang memasukkan unsur visual atau gambar pada iklannya. Iklan tempel sering dijumpai di pinggir jalan raya atau sekitar pemukiman warga. Pengiklan menempel iklan di tiang listrik, tiang lampu apill, tembok, serta batang pohon. Dalam Wacana Iklan Tempel terdapat unsur verbal dan visual. Unsur verbal berupa kata-kata, sedangkan unsur visual berupa gambar. Unsur verbal dalam Wacana Iklan Tempel lebih dominan apabila dibandingkan dengan unsur visualnya. Wacana Iklan Tempel menawarkan barang dan jasa. Jasa yang ditawarkan dalam iklan tempel antara lain jasa sedot WC, jasa reparasi alat elektronik, jasa pembuatan dan pembimbingan skripsi, jasa penerjemahan, jasa pembuatan SIM, jasa jemputan, jasa les privat, dan lain sebagainya. Barang yang ditawarkan dalam iklan tempel biasanya merupakan barang atau alat-alat rumah tangga. Selain menawarkan barang atau jasa, beberapa iklan tempel juga berupa iklan lowongan
3
pekerjaan, iklan acara, iklan rumah dikontrakkan atau kos, iklan terlambat bulan, dan lain sebagainya. Barang dan jasa yang ditawarkan merupakan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari barang dan jasa yang ditawarkan, iklan tersebut berasal dari usaha kecil sampai usaha kelas menengah. Selain dilihat dari barang atau jasa yang ditawarkan dalam iklan, media dan tempat pemasangan iklan juga mengindikasikan bahwa iklan dibuat oleh usaha kecil sampai menengah. Media yang digunakan adalah satu lembar kertas berukuran hvs atau lebih kecil. Sebagian besar iklan tempel dicetak dengan menggunakan kertas berwarna putih dan tulisan berwarna hitam. Ada beberapa iklan tempel yang dicetak dengan menggunakan warna selain hitam-putih. Selain itu, iklan dipasang dengan cara ditempel pada tempat yang strategis menurut pengiklan, yaitu di tiang listrik, lampu apill, serta tembok-tembok di pinggir jalan.
(1)
(2)
(3)
Ketiga data di atas merupakan beberapa bentuk iklan tempel. Data (1) merupakan iklan yang menawarkan jasa sedot wc, ahli sumur, dan saluran buntu. Data (2) merupakan iklan yang menawarkan jasa pembuatan skripsi. Data (3) dapat berarti menawarkan jasa reparasi televisi, dapat juga jasa pembelian televisi
4
rusak. Dalam data (3), ada dua maksud yang terkandung dalam iklan. Ambiguitas pada iklan tempel muncul karena ruang penulisan yang terbatas. Terbatasnya ruang penulisan membuat pengiklan tidak mencantumkan informasi yang dibutuhkan pembaca atau calon konsumen. Widyatama (2011:91) menjelaskan bahwa ada tiga bagian struktur iklan, yaitu bagian awal atau opening, bagian tengah tubuh iklan atau body ad, dan bagian terakhir penutup atau closer. Ketiga bagian tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu kesatuan sehingga memiliki kejelasan tujuan. Bagian awal atau opening merupakan bagian yang bertugas untuk merebut perhatian konsumen. Pada bagian badan iklan atau body ad, pesan iklan diurai secara rinci untuk mempersuasi konsumen. Selanjutnya, bagian penutup atau closing merupakan bagian yang berfungsi menyimpulkan, mengarahkan, menegaskan, menginformasikan, bahkan membujuk calon konsumen. Dalam Wacana Iklan Tempel tidak ditemukan ketiga bagian iklan sekaligus. Minimal ada dua unsur bagian iklan tempel, yaitu barang atau jasa yang ditawarkan serta alamat. Alamat dalam iklan tempel dapat berupa nomor telepon, tempat, website,nama orang, serta gabungan dari keempatnya. Selain kedua hal tersebut, sebuah iklan biasanya mengandung informasi mengenai nama pengiklan atau nama perusahaan, deskripsi barang atau jasa secara rinci, fasilitas, harga barang atau biaya jasa yang ditawarkan, serta alamat pengiklan. Akan tetapi, unsur-unsur tersebut menjadi unsur yang tidak wajib ditampilkan dalam iklan tempel. Unsur yang wajib ada dalam Wacana Iklan Tempel adalah barang atau
5
jasa yang ditawarkan serta alamat. Sementara itu, selain kedua unsur tersebut merupakan unsur tidak wajib atau optional dalam Wacana Iklan Tempel. Struktur bagian Wacana Iklan Tempel berbeda dari iklan pada umumnya. Unsur-unsur yang mungkin hadir sebagai unsur wajib dalam iklan tertentu, masuk ke dalam unsur tidak wajib atau optional dalam Wacana Iklan Tempel. Wacana Iklan Tempel juga memiliki bentuk fisik serta karakteristik kebahasaan tertentu. Hal tersebut mendorong peneliti melakukan penelitian mengenai wacana iklan tempel.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat tiga masalah yang dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimana struktur wacana iklan tempel? b. Bagaimana karakteristik kebahasaan wacana iklan tempel? c. Mengapa iklan tempel memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan iklan jenis lain?
1.3 TujuanPenelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas dapat ditentukan tiga tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut. a. Mendeskripsikan struktur wacana iklan tempel. b. Mendeskripsikan karakteristik kebahasaan wacana iklan tempel.
6
Menjelaskan sebab iklan tempel memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan iklan jenis lain.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat berupa manfaat teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap perkembangan ilmu bahasa, khususnya perkembangan bahasa pada wacana iklan. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan pembaca terkait pemanfaatan aspek kebahasaan dalam wacana
iklan.
Karakteristik
kebahasaan
dalam
wacana
iklan
tempel
mencerminkan kreativitas manusia dalam memanfaatkan aspek kebahasaan dalam ruang yang terbatas.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini akan membahas tentang Wacana Iklan Tempel. Iklan tempel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah iklan tempel berbahasa Indonesia. Wacana Iklan Tempel yang akan diteliti meliputi iklan penawaran barang atau jasa, penyewaan barang, pembelian barang, kursus, lowongan pekerjaan, serta iklan promosi acara. Data diambil dari lapangan dengan mendokumentasikan iklan tempel. Pengambilan data lapangan dilakukan dengan mendokumentasikan iklan yang tertempel pada tiang listrik, tembok di pinggir jalan, lampu apill, serta batang pohon di sekitar jalan raya maupun sekitar pemukiman warga.
7
Penelitian ini terbatas pada beberapa hal. Pertama, struktur Wacana Iklan Tempel. Dalam bab ini akan dibahas unsur-unsur pembentuk Wacana Iklan Tempel serta penjelasan mengenai struktur wacana iklan. Kedua, karakteristik kebahasaan Wacana Iklan Tempel. Bab 2 akan membahas bentuk fisik dan karakteristik kebahasaan dalam Wacana Iklan Tempel. Ketiga, kekhasan Wacana Iklan Tempel. Dalam bab ini dijelaskan alasan-alasan iklan tempel memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan iklan jenis lainnya.
1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai wacana iklan sudah banyak dilakukan, namun penelitian mengenai wacana iklan tempel belum pernah dilakukan. Adapun penelitian-penelitian terkait wacana iklan akan disajikan sebagai berikut: Penelitian mengenai struktur bahasa dalam iklan pernah dilakukan olehRina Pujiastuti (2010) berjudul “Analisis Wacana Iklan Baris tentang Kursus dalam Harian Kedaulatan Rakyat”. Skripsi tersebut membahas ciri dan tipe wacana, struktur wacana, dan fungsi komunikatif wacana. Hasil penelitiannya adalah wacana iklan baris tentang kursus memiliki kekhasan, yaitu pada tipe, ciri, struktur, serta fungsi komunikatifnya. Tipe wacana iklan baris tentang kursus digolongkan dalam wacana hortatori. Struktur wacana iklan baris tentang kursus menyangkut urutan hal-halyang disampaikan dalam wacana iklan baris tentang kursus, antara lain informasipokok dan pelengkap. Informasi pokok merupakan jenis kursus yang ditawarkanoleh suatu lembaga kursus. Pelengkap terdiri dari biaya kursus, fasilitas, waktu,syarat peserta, dan alamat.Struktur wacana iklan
8
baris tentang kursus terdiri dari informasi pokokalamat,informasi pokok-waktualamat, biaya-informasi pokok-alamat, informasipokok-fasilitas-alamat, informasi pokok-biaya-alamat, informasi pokok-syarat-alamat,dan informasi pokok-biayafasilitas-alamat.Fungsi komunikatif yang paling menonjol dalam wacana iklan baristentang kursus dalam harian Kedaulatan Rakyat adalah fungsi menyuruh. Selanjutnya, penelitian mengenai struktur bahasa dalam iklan pernah dilakukan oleh Ari Istina Wati (2010) dalam skripsinya “Analisis Wacana Iklan Blok Pengobatan Alternatif tentang Gairah Seks dalam Harian Kedaulatan Rakyat”. Penelitian tersebut membahas jenis-jenis wacana, unsur-unsur wacana, dan struktur bahasa wacana iklan blok pengobatan alternatif tentang gairah seks. Hasil analisisnya adalah wacana iklan blok pengobatan alternatif mempunyai kekhasan yang terdapat pada jenis, unsur, struktur, dan fungsi komunikatif. Dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Wacana Iklan Rumah pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat”, Ayu Dutika Damayanti (2006) membahas struktur iklan rumah, pilihan kata, dan gaya bahasa dalam wacana iklan rumah. Penulis meneliti gaya bahasa wacana iklan rumah berdasarkan pilihan kata, struktur kalimat, serta langsung atau tidaknya makna. Atika Noviyani (2006) juga menulis skripsi tentang iklan. Skripsinya berjudul “Analisis Wacana Iklan HP di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat”. Ia mendeskripsikan wacana iklan HP dan ciri-ciri, unsur pembentuk dan jenis wacana, diksi dan kekhasan, serta gaya bahasa. Wacana Iklan HP memiliki ciriciri berupa penyingkatan kata, pelesapan, inverse, penggunaan kalimat pasif, dan terikat konteks. Unsur-unsur pembentuk Wacana Iklan HP meliputi merk HP,
9
harga, alamat, fasilitas HP, dan keterangan tambahan. Diksi Wacana Iklan HP meliputi kata berfrekuensi rendah, kesalahan pemenggalan kata, dan tingkat keterbacaan. Kekhasan Wacana Iklan HP terlihat dari campur kode, pola kalimat, penggunaan kata-kata yang bersifat menyemangat, serta penggunaan gaya bahasa. Selain itu, ada skripsi berjudul “Iklan Politik Calon Legislator di Yogyakarta: Kajian Sosiopragmatik” yang meneliti tentang iklan. Skripsi ditulis oleh Monica Widyaningtyas pada tahun 2012. Skripsi tersebut meneliti iklan politik calon legislator di Yogyakarta. Penulis mendeskripsikan ciri-ciri iklan politik, jenis-jenis tindak tutur, serta menjelaskan aspek-aspek luar bahasa dalam iklan politik calon legislator di Yogyakarta. Ada berbagai pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan dalam iklan politik calon legislator di Yogyakarta. Pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan tersebut adalah subtitusi bunyi dengan tanda apostrof, permainan bunyi, pemanfaatan akronim, pemanfaatan singkatan, bahasa percakapan, plesetan, pemanfaatan bahasa daerah, campur kode, alih kode, pemanfaatan koteks, pemanfaatan peribahasa, dan pemanfaatan gaya bahasa. Berdasarkan analisisaspek-aspek luar bahasa, iklan politik calon legislator tidakhanya berfungsi untuk membujuk dan meraih simpati dari lawan tutur (calon pemilih)tetapi juga untuk menggambarkan citra positif dari penutur (calon legislator). Dari uraian di atas, penelitian mengenai iklan telah banyak dilakukan. Akan tetapi, belum ada penelitian yang mengkhususkan iklan tempel. Penelitian wacana iklan, seperti yang telah diuraikan di atas, membahas struktur wacana dan fungsi komunikatif. Penelitian ini akan mendeskripsikan struktur wacana iklan tempel
10
beserta karakteristik kebahasaannya. Selain itu, dalam penelitian ini juga akan dijelaskan
sebab
iklan
tempel
memiliki
karakteristik
berbeda
apabila
dibandingkan dengan iklan jenis lain.
1.7 Landasan Teori Teori yang digunakan sebagai landasan dalam menganalis Wacana Iklan Tempel adalah teori morfologi, sosiolinguistik, analisis wacana, serta teori periklanan. Teori morfologi diperlukan dalam penelitian ini untuk menjelaskan karakteristik kebahasaan berupa pemendekan dalam iklan tempel. Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk bentuk kata. Kridalaksana (2007:159) menjelaskan bahwa pemendekan atau abreviasi merupakan proses pemenggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Kependekan tersebut dapat berbentuk singkatan, akronim, dan penggalan kata. Teori sosiolinguistik diperlukan dalam penelitian untuk menjelaskan penggunaan bahasa pada Wacana Iklan Tempel. Selain itu, teori sosiolinguistik juga digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab iklan tempel memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan jenis iklan lain. Sosiolinguistik adalah suatu cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat dengan tujuan memahami secara lebih baik struktur bahasa dan bagaimana berfungsi dalam berkomunikasi (Wardaugh, 1992:13). Menurut Hymes (via Chaer, 1995:62), peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang biasa disebut SPEAKING (Setting and scene,
11
Participants, Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities, Norm of interaction and interpretation, Genre). Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scenemengacu pada situasi tempat dan waktu. Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan. Endsmerujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Act sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Keymengacu pada nada, cara, dan semangat suatu pesan disampaikan. Instrumentalities mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian pesan. Penelitian ini tidak menjelaskan semua komponen tutur. Komponen tutur yang akan dijelaskan hanya komponen yang berkaitan dengan gejala kebahasaan pada Wacana Iklan Tempel. Sebagai contoh, unsur setting dan sceneyang mengacu pada waktu, tempat, serta situasi tuturan berhubungan dengan variasi Wacana Iklan Tempel. Iklan yang mengandung informasi mengenai jasa pembuatan skripsi, obat haid, dan jasa penerjemah banyak ditemukan di jalanjalan sekitar kampus. Haltersebut berbeda dengan iklan-iklan jasa sedot wc dan gali sumur. Iklan-iklan yang mengandung informasi tersebut banyak ditemukan di jalan-jalan dekat pemukiman warga. Wacana Iklan Tempel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Wacana Iklan Tempel berbahasa Indonesia. Namun demikian, terdapat beberapa iklan yang mencampur kode bahasa Indonesia dengan bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, bahasa Jawa, dan bahasa Arab. Keadaan tersebut dinamakan campur kode. Teori campur kode digunakan untuk menjelaskan hal tersebut. Menurut Chaer (1995:158) campur kode adalah digunakannya serpihan-serpihan
12
dari bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa yang mungkin memang diperlukan sehingga tidak dianggap suatu kesalahan atau penyimpangan. Wacana adalah unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan lengkap. Satuan pendukung kerbahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Menurut Mulyana (2005: 51—52), berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dibagi menjadi 2, yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan disampaikan secara lisan, sedangkan wacana tulis disampaikan melalui tulisan. Wacana terdiri dari beberapa bagian, yaitu pembuka, isi, serta penutup. Bagian-bagian tersebut saling terhubung satu dengan yang lainnya. Teori periklanan juga digunakan dalam penelitian mengenai Wacana Iklan Tempel. Menurut Bolen (1984 dalam Arifin, 2000:56), wacana iklan memiliki tiga unsur pembentuk struktur wacana, yaitu butir utama (headline), badan (body), dan penutup (close). Butir utama iklan (headline) berisi proposisi-proposisi yang menarik dan penting sehingga dapat menarik perhatian pembaca atau calon konsumen. Misalnya proposisi yang menekankan keuntungan calon konsumen. Biasanya keuntungan tersebut diungkapkan dengan kata gratis, gratisan, diskon, berhadiah, dan lain sebagainya. Bagian badan iklan (body) berisi alasan objektif (rasional) dan alasan subjektif (emosional). Tujuan dari bagian badan iklan adalah menarik minat dan kesadaran pembaca atau calon konsumen. Terakhir, bagian penutup (close) biasanya berisi informasi-informasi lain yang berhubungan dengan topic yang
13
diiklankan. Informasi tersebut dapat berupa nomor telepon, cap dagang, dan tempat pelayanan. Tujuan pada bagian penutup ini adalah mengubah tindakan tertentu pada diri konsumen. Leech (1966:59) menjelaskan bahwa setiap iklan khususnya iklan media cetak terdiri atas beberapa bagian, yaitu headline, illustration, body copy, signature line, dan standing details.Headline adalah bagian pembuka dari sebuah iklan yang berfungsi sebagai eye catcher atau attention getter, yakni menarik perhatian calon konsumen. Illustration merupakan latar belakang iklan yang berisi ilustrasi mengenai iklan tersebut. Body copy adalah isi dari sebuah iklan yang memuat informasi serta pesan yang ingin disampaikan dalam iklan. Signature line (logo) berisi tampilan barang yang diiklankan, harga, slogan, atau merk (trade mark). Terakhir, standing details merupakan penutup sebuah iklan yang berisi informasi tambahan terkait dengan barang yang diiklankan, seperti alamat perusahaan dan pusat informasi. Bagian ini biasanya terdapat pada bagian bawah atau akhir sebuah iklan dengan tulisan berukuran kecil dan tidak mencolok. Selain itu, Leech (1966:123) juga menjelaskan empat fungsi utama dalam iklan, yaitu Attention Value, Readability, Memorability, dan Selling Power. Attention value berarti iklan harus menarik perhatian dan rasa ingin tahu. Pada tingkat linguistik, hal ini dapat dicapai dengan melanggar konvensi penggunaan bahasa seperti menggunkan ejaan yang salah, neologi, permainan kata-kata, kata yang tidak gramatikal, sajak, serta menempatkan bahasa dalam konteks yang tidak pantas atau tidak lazim.
14
Readabilitymaksudnya sebagian besar iklan menggunakan bahasa yang biasa dipakai sehari-hari, kosakata yang familiar dan sederhana. Bahasa iklan ditandai dengan tingkat redundansi yang tinggi karena banyaknya pengulangan. Memorabilty maksudnya adalah pesan yang terdapat dalam iklan mudah diingat dan familiar oleh pembaca atau calon konsumen. Aspek kebahasaan yang biasa digunakan misalnya pengulangan, yaitu dapat berupa aliterasi (mengulang bunyi yang sama), kesimetrisan irama (mengulang irama yang sama), rima (mengulang bunyi akhir), serta kesejajaran gramatikal (mengulang struktur gramatikal). Selain ketiga hal tersebut, Leech juga menjelaskan tentang Selling Power. Maksud dari selling power adalah kekuatan penjualan dalam iklan. Dalam wacana iklan, biasanya terdapat kata-kata yang menjual, seperti baru, bagus, lebih bagus, gratis, enak, dan lain sebagainya.
1.8 Data dan Metode Data dikumpulkan dengan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa yang terdapat dalam iklan tempel. Teknik yang digunakan adalah teknik catat dan dokumentasi, yaitu mencatat dan mendokumentasikan dengan menggunakan kamera ponsel. Pengambilan data dilakukan di jalan-jalan protokol dan jalan-jalan sekitar pemukiman warga di Yogyakarta. Data dianalisis menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto via Kesuma, 2007:57). Metode padan adalah
15
metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto via Kesuma, 2007:49). Metode agih digunakan untuk mendeskripsikan bentuk dan ciri-ciri wacana iklan tempel. Teknik yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian-bagian atau unsurunsur itu dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud. Alat penentu teknik bagi unsur langsung adalah intuisi kebahasaan peneliti terhadap bahasa yang diteliti (Sudaryanto via Kesuma, 2007:58). Dengan teknik ini, satuan lingual data dibagi menjadi bagian-bagian atau unsur-unsur. Data (4) terdiri atas dua bagian, yaitu bagian barang atau jasa yang ditawarkan dan alamat yang berupa nomor telepon. Data (5) terdiri atas empat bagian, yaitu pengiklan, barang/jasa yang ditawarkan, fasilitas, serta alamat yang berupa nomor telepon.
BARANG/ JASA
ALAMAT
(4)
16
NAMA PENGIKLAN BARANG/ JASA FASILITAS ALAMAT FASILITAS ALAMAT
(5)
Penelitian ini juga menggunakan metode padan. Metode padan digunakan untuk menjelaskan adanya ambiguitas dalam Wacana Iklan Tempel. Contohnya, ada sebuah data seperti berikut, “AC. 0877XXXX”. Data tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu barang/ jasa dan cara mendapatkan. “AC” dalam data tersebut tidak jelas maknanya. Kata “AC” dapat bermakna pengiklan menawarkan sebuah AC, pengiklan menawarkan jasa reparasi AC, atau pengiklan ingin membeli AC. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa iklan tempel tersebut tidak memiliki bentuk yang lengkap. Bentuk iklan tersebut yang sederhana menyebabkan pembaca menginterpretasikan iklan dengan arti yang berbeda. Selanjutnya, hasil analisis disajikan secara formal dan informal.
1.9 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pengantar yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaaat penelitian, ruang lingkup, tinjauan pustaka, landasan teori, data dan metode, serta sistematika
17
penyajian. Bab kedua berisi pembahasan mengenai struktur wacana iklan tempel. Bab ketiga berisi pembahasan mengenai kararteristik kebahasaan iklan tempel. Bab keempat berisi pembahasanmengenai sebab-sebab iklan tempel memiliki karakteristik yang tersendiri dibandingkan dengan iklan jenis lain. Bab kelima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Penomoran data dalam penelitian ini digunakan angka (1) dan seterusnya. Pada babselanjutnya, penomoran dilakukan dengan melanjutkan nomor data pada bab
sebelumnya.