BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah terutama untuk maksud usaha atau bersantai. Pariwisata adalah suatu bisnis dalam penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan dan menyangkut setiap pengeluaran oleh atau untuk wisatawan dalam perjalanannya. Pariwisata sudah menjadi salah satu hal yang penting bagi kehidupan manusia, dimana kegiatan pariwisata dapat menjanjikan perubahan yang positif bagi jiwa seseorang. Kegiatan pariwisata yang dilakukan dengan cara berpindah tempat dari tempat asal (origin) menuju daerah tujuan (destination) dalam jangka waktu sementara, dirasa mampu mengurangi tingkat kejenuhan seseorang atas rutinitas kehidupan sehari-hari seseorang. Kegiatan ini juga bahkan mampu menciptakan suatu rasa yang baru sebagai modal semangat dalam melakukan aktifitas atau kegiatan berikutnya disetiap harinya.1 Industri pariwisata memiliki peran penting dalam upaya pengembangan kepariwisataan suatu daerah yang dapat berdampak pada pembangunan di daerah tersebut. Di beberapa daerah, industri pariwisata mampu mengentaskan daerah
1
Sunaryo, Bambang dalam mata kuliah Pembangunan Pariwisata. 2008. Power Point:Tourism
Development.
tersebut
dari
keterbelakangan
sehingga
mampu
menjadikannya
sumber
pendapatan utama. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa : a. Pariwisata merupakan sektor jasa yang terkait dengan kehidupan masyarakat modern. Semakin tinggi pendidikan dan kehidupan masyarakat, maka kebutuhan terhadap pariwisata akan semakin besar juga. b. Pariwisata memiliki keterkaitan yang erat sekali dengan berbagai bidang dan sektor lainnya. Pariwisata akan berkembang seiring dengan perkembangan transportasi, telekomunikasi, Sumber Daya Manusia, lingkungan hidup, dan lain sebagainya. c. Tumpuan pariwisata sebagai kekuatan daya saing terletak pada sumber daya yang terolah dan terkelola dengan baik2. Aktivitas pariwisata dalam perkembangannya telah menjadi industri pariwisata dan merupakan salah satu sektor yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi, antara lain3 : a.
Bertambahnya kesempatan kerja
b.
Meningkatkan income perkapita
c.
Meningkatkan tax revenue
d.
Menguatkan neraca perdagangan
2020, United Nation World Tourism Organization (UNWTO) meramalkan bahwa kedatangan wisatawan internasional diperkirakan mencapai 1,6 miliar orang pada tahun 2020. Dari jumlah tersebut 1,2 miliar wisatawan berasal dari antar wilayah 2
Anonim. 2003. Proposal Workshop Wisata Petualaangaan dan Ekoturisme. Halaman 2. Yoeti, Oka A. 1999. Pemasaran Pariwisata. Bandung. Penerbit Angkasa. Edisi Revisi. Halaman22. 3
(intraregional) sedangkan 378 juta orang merupakan wisatawan yang melakukan perjalanan jauh. Total kedatangan berdasarkan wilayah menunjukkan bahwa pada 2020 tiga wilayah utama penerima wisatawan teratas adalah Eropa (717 juta), Asia Timur dan Pasifik (397 juta), dan Amerika (282 juta), selanjutnya diikuti Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan. Asia Timur dan pasifik, Asia, Timur Tengah, dan Afrika diramalkan akan mengalami pertumbuhan lebih dari 5% per tahun, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata dunia sebesar 4, 1 %. Beberapa wilayah yang sudah mapan di Eropa dan Amerika diperkirakan akan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata dunia. Akan tetapi Eropa akan tetap menjadi pemegang pangsa pasar tertinggi dari seluruh kedatangan wisatawan dunia, meskipun akan ada penurunan dari 60 % pada tahun 1995 menjadi 46 % pada tahun 2020.4 Jika dipandang dari segi ekonomi, pariwisata menghasilkan devisa yang besar bagi Negara sehingga sektor kepariwisataan dapat
meningkatkan
perekonomian Negara. Oleh karena hal itu, tidak dapat dipungkiri kembali bahwa sektor pariwisata merupakan sektor penting bagi suatu Negara. Dimana Indonesia dikenal dengan keanekaragaman pulau dan keanekaragaman budaya menjadikan Indonesia sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) bagi wisatawan asing, Berbagai daerah di Indonesia sangat banyak memiliki cagar budaya berupa bangunan-bangunan serta berbagai situs bersejarah warisan dari puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Cagar budaya sendiri merupakan salah satu dari attractive 4
Anshori, Yusak. 2010. Tourism Board Strategi Promosi Pariwisata Daerah. Jakarta. Putra Media Nusantara
spontance yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga membuat banyak orang ingin datang5. Wisatawan manca negara banyak berduyun-duyun mengunjungi Indonesia dengan alasan ingin bernostalgia dengan historic building yang dimiliki oleh Indonesia. Entah itu mereka rasakan langsung pada saat mereka kunjungi Indonesia sebelumnya, atau mendapatkan cerita dari para leluhurnya. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang mengatakan pesan dari Presiden Republik Indonesia kepadanya, ketika menunjuk beliau sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata di tahun 2004, dengan pesan utama : "…pariwisata penting karena menghasilkan devisa untuk kesejahteraan rakyat, akan tetapi kebudayaan jauh lebih penting lagi karena menyangkut jati diri dan karakter bangsa...”6
Kebudayaan merupakan harta yang tidak ternilai bagi suatu bangsa karena tanpa adanya suatu budaya suatu bangsa, negara tersebut akan dipandang sebelah mata oleh negara lain yang notabene lebih maju dalam segi peradaban kebudayaannya. Kebudayaan itu sendiri menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Simanjuntak adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat7. Cagar budaya adalah salah satu hasil dari kebudayaan, oleh karena itu perintah Presiden tersebut segera ditindaklanjuti dengan pengesahan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang diharapkan dapat melindungi bangunan-bangunan atau spot yang diyakini memiliki nilai historis.
5
Oka A. Yoeti. Drs., MBA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Penerbit PT. Pradnya Paramita (cetakan pertama), Jakarta. Halaman 172. 6 Perlindungan Cagar Budaya Perlu Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah, dalam http://www.kabar-priangan.com/news/detail/3098. diakses 24 februari 2012, pukul 18.20 WIB 7 John P Simanjuntak, et al. 2003. Public Relation. Grha Ilmu. Jakarta. Halaman 136.
Cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Undang-undang nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dibuat setelah dirasakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum. Sayang sekali undang-undang tersebut ternyata belum cukup untuk melindungi beberapa heritage building yang kita miliki. Selain banyaknya bangunan bersejarah yang berubah fungsi menjadi factory outlet dan kafe, bangunan tersebut tidak luput dari upaya renovasi dengan dalih efektifitas pekerjaan bila bangunan tersebut difungsikan sebagai kantor baik kantor pemerintah ataupun swasta. Di era otonomi daerah, upaya perlindungan dan pelestarian benda-benda cagar budaya dalam banyak hal sudah diserahkan kepada masing-masing daerah. Namun demikian ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk melindungi cagar budaya sebetulnya beragam. Dan untuk mendukung implementasi Undang – Undang nomor 11 tahun 2010 tersebut, pemerintah Kota Surabaya yang terkenal sebagai kota metropolitan
dengan basis sebagai kota industri, maka pemerintah kota melakukan suatu terobosan untuk melibatkan peran swasta dan masyarakat dengan saling bersinergi, berkolaborasi, hubungan kemitraan dalam mengelola suatu program yang
dapat
menghidupkan
wisata
heritage
dan
membangun
kualitas
kepariwisataan Kota Surabaya, yang dengan kata lain konsep seperti ini dikenal dengan konsep DMO (Destination Management Organization). Dengan demikian untuk beberapa daerah yang dikenal sebagai kota metropolitan, disadari atau tidak bahwa keberadaan dan upaya pelestarian bendabenda cagar budaya seringkali menghadapi dilema. Sebagai kota besar yang berkembang menjadi mega-urban, sering terjadi perkembangan harus menghadapi tekanan dan keinginan kekuatan komersial yang terkadang menaifkan arti penting dari suatu warisan sejarah. Meskipun Surabaya dikenal sebagai kota metropolitan, Surabaya memiliki potensi wisata budaya tinggi. Kota Surabaya banyak memiliki peninggalanpeninggalan warisan budaya jaman penjajahan. Banyak bangunan-bangunan berarsitektur kolonial yang bertengger masih kokoh dan megah hingga saat ini. Kota ini memiliki 169 bangunan cagar budaya yang memiliki sejarah tersendiri8. Bagunan cagar budaya merupakan warisan yang harus dilindungi. Bangunan bersejarah di Surabaya juga merupakan bukti bahwa kota ini layak menyandang sebagai kota pahlawan. Pemerintah Kota Surabaya sudah menelurkan Perda 5/2005 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Cagar Budaya. Dengan regulasi ini pula 8
Arsip Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surabaya Tahun 2012
yang membuat ratusan benda atau situs budaya di Kota Surabaya ini tetap lestari. Dalam regulasi tersebut, benda atau cagar budaya tidak harus menjadi milik pemerintah. Ada yang sudah berpindah tangan menjadi milik swasta. Disampaikan Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, Ir. Maulisa Nusiara, terkait benda atau situs cagar budaya tersebut. Menurut Beliau, tidak ada larangan benda atau situs cagar budaya itu ada di tangan swasta, namun pemiliknya harus patuh pada aturan yang ada9. Surabaya juga merupakan salah satu kota tertua di Indonesia. Karena itu, tidak heran apabila banyak bangunan bersejarah, baik peninggalan jaman Belanda, maupun bangunan di Pecinan Surabaya, atau “China Town” Surabaya, yang memang jaman dahulu sampai sekarang banyak dihuni oleh orang keturunan Tionghoa. Kedua tipe bangunan tersebut, dapat kita temui di sekitar jalan Rajawali, Veteran, sampai dengan jalan Kembang Jepun. Sebelumnya telah ada 167 bangunan yang ditetapkan sebagai cagar budaya. Sebanyak 61 bangunan yang telah ditetapkan pada tahun 1996 dan 102 bangunan yang ditetapkan pada tahun 1998. Adapun empat lainnya, ditetapkan pada tahun 2009. Data terbaru saat ini sudah ada 184 cagar budaya yang telah ditetapkan sesuai dengan SK Walikota, diantaranya 174 bangunan dan 10 situs10. Menurut pengamatan peneliti, saat ini mulai sedang terjadi proses pengikisan sejarah kota Surabaya melalui sebuah mekanisme yang sangat alamiah. Mekanisme yang baik sengaja maupun tidak tersebut adalah proses 9
Wawancara peneliti kepada kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kota Surabaya, tahun 2012. 10 Wawancara peneliti kepada kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kota Surabaya, tahun 2012.
pengabaian terhadap masa lalu kota Surabaya oleh warga vsecara bersama-sama. Kota Surabaya adalah kota bersejarah yang berdimensi luas. Dari dimensi ekonomi, kota ini pernah berjaya menjadi pusat perdagangan yang paling maju bahkan pernah mengungguli kota Batavia. Kota Surabaya juga pernah menjadi kota industri utama yang produknya diekspor ke berbagai negara di dunia. Dimensi sosial dan politik semakin mengukuhkan bahwa kota Surabaya merupakan kota yang memiliki andil besar terhadap perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ironisnya kejayaan kota Surabaya sebagai kota bersejarah mengalami kemerosotan tajam. Generasi muda kota Surabaya, yang sebagain besar merupakan pelajar dan mahasiswa, kemungkinan besar tidak tahu siapa HOS Cokroaminoto, Dr. Soetomo, dan Bung Tomo pahlawan yang terkenal di Surabaya melalui semangatnya dalam perjuangan melawan penjajah di masa lalu. Barangkali mereka juga tidak akan pernah tahu kawasan Ngagel yang sekarang menjadi kawasan gedung mangkrak dulu pernah berperan besar dalam menggerakan perekonomin kota Surabaya. Tokoh-tokoh sejarah yang merupakan simbol dinamika sosial dan politik kota ini, serta kawasan tertentu seperti Ngagel, pelabuhan Kalimas, atau kawasan Jembatan Merah yang merupakan simbol dinamika ekonomi secara perlahan-lahan mulai dilupakan oleh masyarakat kota Surabaya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, proses pelemahan memori sejarah dalam tubuh masyarakat kota Surabaya mengalami percepatan karena beberapa hal, yakni antara lain :
Pertama, pengajaran sejarah yang diberikan di sekolah-sekolah masih menganut sistem yang sentralistik. Selama ini pengajaran sejarah lebih mengedepankan sejarah nasional. Peristiwa sejarah yang bersifat lokal amat minim, bahkan tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah. Akibatnya banyak peristiwa penting yang terjadi di kota Surabaya yang berperan turut membentuk karakter masyarakat kota ini tidak pernah diketahui oleh masyarakat Kota Surabaya sendiri. Sebagai contoh misalnya, pada tahun 1900-1940-an masyarakat Bumiputra kota Surabaya merupakan masyarakat yang amat gigih dalam menentang kebijakan pemerintah kota yang dianggap merugikan warga Bumiputera. Beberapa tokoh penting yang muncul pada periode ini antara lain Pak Siti dan Pak Prawirodihardjo yang berperan menggerakan warga kota Surabaya untuk melawan kesewenang-wenangan pemilik tanah partikelir di sekitar Ondomohen (Ketabang). Beberapa tokoh penting dalam politik antara lain R. Soendjoto, Tuwanakota, Pamoedji yang secara aktif memperjuangkan hak-hak rakyat Bumiputra di parlemen kota Surabaya. Hampir seluruh warga kota Surabaya bisa dipastikan tidak tahu atau ingat lagi tokoh-tokoh penting tersebut. Kedua, penghancuran bangunan dan kawasan bersejarah. Kota Surabaya merupakan salah satu kota yang paling rendah dalam melindungi bangunan dan kawasan bersejarah. Banyak sekali bangunan bersejarah di kota ini dihancurkan untuk kepentingan yang bersifat komersial. Kawasan Ngagel yang merupakan situs sejarah perindustrian kota Surabaya juga sudah hancur total dan berubah fungsi. Satu-satunya bangunan Sinagoga yang ada di Kota Surabaya tepatnya yang berada di Jalan Kayon No. 4-5 Surabaya pun di hancurkan. Sinagog adalah tempat untuk ibadah orang-orang yang beragama Yahudi. Bangunan dan kawasan
bersejarah adalah monumen. Ia berfungsi untuk mempertautkan masa kini dengan masa lalu. Ia juga berfungsi untuk membangun kebanggaan (pride) masyarakat, bahwa kota ini telah berperan penting pada masa lalu. Penghancuran bangunan dan kawasan bersejarah akan menghapus kebanggaan tersebut. Penghancuran itu juga telah menghapus memori kolektif masyarakat. Generasi mendatang tidak akan pernah tahu, apa peran penting kota Surabaya di masa lalu. Ketiga, merosotnya peran museum sebagai penjaga sejarah kota Surabaya. Kota Surabaya termasuk kota besar yang minim dengan museum. Jakarta memiliki 47 museum, Yogyakarta memiliki 37 museum, sedangkan kota Surabaya hanya memiliki 7 museum (termasuk museum Mpu Tantular yang telah dipindah ke Sidoarjo). Museum adalah penjaga memori kolektif masyarakat. Koleksi-koleksi yang dipajang di museum akan mempertautkan ingatan masyarakat masa kini dengan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lalu. Ketika pada tahun 1933 G.H. von Faber, seorang keturunan Jerman, mendirikan Stedelijk Historisch Museum (Museum Sejarah Kota, cikal bakal museum Mpu Tantular) yang bertujuan agar masyarakat kota Surabaya tidak kehilangan ingatan tentang masa lalu kota ini. Sayangnya generasi yang lahir belakangan di kota Surabaya tidak peka dengan keberadaan museum bersejarah tersebut. Alih-alih memelihara dan mempertahankan, justru ketika pemerintah pusat memindah museum tersebut ke Sidoarjo masyarakat kota Surabaya malah membiarkannya. Enam museum yang lain merupakan museum tematis (seperti museum kesehatan, museum Sampoerna, dan lain-lain) yang tidak memiliki hubungan emosional yang erat dengan perkembangan kota Surabaya. Secara umum kondisinya juga menyedihkan dan minim pengunjung.
Keempat adalah, minimnya kajian tentang sejarah kota Surabaya. Selama ini perhatian sejarawan lokal terhadap sejarah kota Surabaya masih cukup rendah. Buku-buku tentang sejarah kota Surabaya masih sangat sedikit bahkan sebagian ditulis oleh sejarawan asing. Minimnya buku tentang sejarah kota Surabaya tentu saja turut andil dalam mengubur sejarah kota ini. Sejarawan lokal surabaya tentu saja turut bertanggungjawab atas minimnya buku sejarah kota Surabaya. Penulisan sejarah memang membutuhkan keseriusan, ketekunan, dan dana yang tidak sedikit karena harus didahului dengan riset yang mendalam. Namun jika para sejarawan lokal memiliki kemauan yang kuat kendala tersebut bisa diatasi. Kota Surabaya adalah kota besar yang meninggalkan jejak-jejak sejarah yang melimpah baik dalam bentuk arsip, koran-koran lama, maupun informan yang paham dengan masa lalu kota ini. Sumber sejarah tersebut berserakan di manamana, bahkan sampai di negeri Belanda. Sebagian besar sumber sejarah tersebut belum tersentuh dan belum diubah menjadi bahan bacaan. Menjaga masa lalu dibutuhkan sebuah komitmen yang kuat. Agar memori kolektif masyarakat kota Surabaya tidak memudar, maka diperlukan upaya serius untuk menanganinya. Kerjasama yang erat antar elemen masyarakat menjadi kunci utama agar sejarah kota ini tidak terhapus. Upaya untuk menjadikan kota Surabaya untuk tetap disebut sebagai kota bersejarah hanya bisa dilakukan dengan cara memelihara memori kolektif masyarakat kota ini. Berkembangnya kota Surabaya ini justru tidak diikuti oleh perkembangan rohani akibatnya terjadi suatu proses pengikisan dan pergeseran nilai-nilai hakiki perjuangan bangsa. Kenangan sejarah perjuangan bangsa di masa lampau dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa seperti saat ini mulai kehilangan roh-nya Hal
tersebut akan nampak ketika saatnya memperingati hari sumpah pemuda, hari kemerdekaan Indonesia, hanya terlihat sebagai formalitas belaka di kantor – kantor pemerintahan, swasta, maupun di sekolah – sekolah. Kedadaan seperti itu mampu semakin mengikis makana historis dan akan semakin terlupakan oleh masyarakat dan generasi muda. Selain itu masyarakat kota Surabaya pun semakin meninggalkan arti pentingnya peran museum sebagai salah satu penjaga peninggalan budaya masa lalu di Surabaya. Di tambah lagi semakin banyak berdirinya pusat perbelanjaan yang lebih menarik hati masyarakat Kota Surabaya dan para generasi muda. Fenomena di atas mempengaruhi jumlah pengunjung tempat wisata di Kota Surabaya. Jumlah pengunjung tempat wisata dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal ini telah disampaikan oleh Kepala Seksi Pembangunan dan Pengembangan Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Periwisata (Disbudpar) Kota Surabaya. Tabel 1.1 : Jumlah Pengunjung Objek Wisata Surabaya11 Tahun 2009 2010 2011
Wisatawan Nusantara 5.887.034 orang 5.193.723 orang 4.434.609 orang
Wisatawan Mancanegara 24.618 orang 19.235 orang 17.264 orang
Oleh karena itu, dalam salah satu usaha pelestarian pariwisata di Kota Surabaya yang sebagian besar kota ini memiliki warisan sejarah berupa bangunanbangunan peninggalan di jaman kolonial, dan untuk mendukung program besar pemerintah Kota Surabaya yaitu Sparkling Surabaya yang memiliki tujuan 11
Arsip Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Surabaya
pengembangan pariwisata Surabaya yakni berusaha menjadikan Kota Surababaya sebagai kota tujuan pariwisata, maka Pemerintah Kota Surabaya menjalin kerjasama dengan CSR salah satu anak perusahaan PT. HM Sampoerna yang bernama House of Sampoerna dalam Program Surabaya Heritage Track. Adapun latar belakang diselenggarakan program ini telah dipaparkan oleh Ina Silas, General Manager House of Sampoerna, sebagai berikut12: “...Tur ini kami selenggarakan karena banyaknya pertanyaan dan keingintahuan masyarakat pada peninggalan sejarah di Surabaya. Ketertarikan ini kami tangkap dengan mengadakan tur keliling kota, sehingga peninggalan dan sejarah kota Surabaya tetap dikenal oleh generasi muda kita...”
Surabaya adalah salah satu ibu kota provinsi di Indonesia, yaitu provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya menjadi pusat bisnis, industri, perdagangan, dan pendidikan bagi wilayah Indonesia Timur. Masyarakat Surabaya tidak banyak memiliki objek wisata sebagai tujuan wisata mereka , hal ini dikarenakan Surabaya dipenuhi oleh gedung-gedung tinggi yang menjadi pusat perkantoran serta pusat-pusat bisnis sehingga masyarakat baik dari yang muda hingga yang tua terbiasa keluar masuk mall ketika mereka ingin menghabiskan waktu senggang mereka atau liburan mereka. Padahal, Kota Surabaya sebenarnya menyimpan banyak potensi wisata sejarah. Hal ini diperkuat dengan disebutnya Surabaya sebagai Kota Pahlawan yang banyak menyimpan
12
Wawancara peneliti dengan pihak House Of Sampoerna tahun 2012
bukti sejarah dari perjuangan arek-arek Suroboyo ketika melawan penjajahan dimasa kolonial. Sehingga House Of Sampoerna di bawah payung PT. HM Sampoerna Indonesia peduli dengan keberadaan bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Surabaya karena akan memiliki nilai sejarah yang tinggi jika tetap dilestarikan. House of Sampoerna sendiri adalah bangunan kuno warisan zaman Belanda yang dibangun pada tahun 1862 yang didirikan oleh Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna yang membeli tempat tersebut pada 1932 yang kemudian dijadikan tempat produksi rokok Sampoerna yang pertama. Dengan memadukan empat hal yaitu museum, galeri seni, kios, dan kafe dalam satu kawasan, menempatkan House of Sampoerna sebagai salah satu tempat wisata yang mengandung hiburan, sejarah serta pengetahuan.
Program Track a Free City Sightseeing Bus in Surabaya diresmikan pada tanggal 9 Juni 2009. Dalam program ini diluncurkan bus wisata Surabaya Heritage Track yang dapat digunakan warga Surabaya untuk berkeliling mengelilingi bangunan-bangunan sejarah di Surabaya secara gratis tanpa dipungut biaya dengan rute yang telah ditentukan oleh pihak House of Sampoerna. Bus tersebut berkapasitas 22 orang dan bus tersebut akan membawa wisatawan berkeliling dengan dipandu oleh seorang pemandu wisata yang akan menceritakan sejarah – sejarah disetiap obyek yang di kelilingi. Program ini merupakan program kerjasama dengan Dinas Pariwisata Kota Surabaya. Selain itu untuk mengenalkan bangunan-banguan cagar budaya dan
sejarah Kota Surabaya. Hal ini seperti yang diharapkan oleh Yos Ginting, Direktur Corporate Affairs PT HM Sampoerna13: “...Kami berharap program SHT ini akan menumbuhkan kepedulian dan kecintaan masyarakat, terutama pemilik bangunan cagar budaya, untuk melestarikan serta merawat bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah ini..”
Program ini sendiri merupakan bagian dari upaya penyelamatan cagar budaya di Surabaya atas 164 banguan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan karena memiliki nilai historis arsitektur yang tinggi serta latar belakang sejarah kota sehingga warisan ini berpotensi besar dapat menjadi salah satu tujuan wisata baru di Kota Surabaya bagi wisatawan lokal, nasional, serta mancanegara. Penyelenggaraan program tidak dapat terlaksana tanpa kerja sama antara pemerintah dan pihak swasta. Oleh karena itu, House of Sampoerna harus bekerja sama dengan pemerintah Kota Surabaya yakni dalam hal ini yang berperan ialah Dinas Pariwisata Kota Surabaya dalam menjalankan serta mengelola program Surabaya Heritage Track tersebut dalam mewujudkan tujuan yang sama yakni menjadikan meningkatkan daya tarik wisata di Kota Surabaya. Adapun pembagian jadwal dan rute dalam program ini dibagi menjadi dua yaitu dengan sebuutan Tur Pendek dengan durasi perjalanan 1 jam hingga 1,5 jam yang menggunakan rute HoS – Tugu Pahlawan – PTPN XI – Hos. Kemudian ada tur panjang yang memiliki durasi 1,5 jam hingga 2 jam yang menggunakan rute 13 Hasil wawancara dengan pihak House Of Sampoerna tahun 2012
HoS – Tunjungn – Balai Kota/ Taman Surya – Gedung Kesenian Jawa Timur – PTPN XI – HoS. Berdasarkan pengamatan peneliti, antusiasme masyarakat terhadap program ini sangat tinggi. Dalam tiga kali putaran, wisatawan per harinya bisa mencapai 90 sampai 100 orang. Hal tersebut terlihat dari banyaknya wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke House of Sampoerna untuk menggunakan jasa bus Surabaya Heritage Track. Mereka berminat untuk mengenal lebih dalam tentang berbagai cagar budaya peninggalan sejarah di Kota Surabaya. Akan tetapi, jumlah wisatawan terlihat sering melampaui kapasitas jumlah tempat duduk bus Surabaya Heritage Track yang hanya berjumlah 22 orang sehingga tak jarang mereka harus mengurungkan niat, atau menggunakan sistem inden, atau antri lebih lama menunggu giliran. Hal tersebut menampakkan bahwa minat wisatawan terhadap program wisata bus Surabaya Heritage Track tersebut belum terakomodasi dengan baik sehingga pihak penyelenggara program yakni House Of Sampoerna dan Dinas Pariwisata Kota Surabaya perlu memperhatikan lebih lanjut hal tersebut. Kenyataan ini, menunjukkan masih belum optimalnya pengelolaan program tersebut. Tabel 1.2 : Data Jumlah Kunjungan Wisatawan (trackers) SHT tahun 201014 Tahun 2010
Wisman 1.111
14 Arsip Tracker Information Center Surabaya
Wislok 12.059
Total 13.170
2011 1.217 12.343 13.560 2012 1.295 12.453 13.748 2013 1.307 12.574 13.881 Keterangan : Data untuk jumlah trackers di Tahun 2014 belum dihitung karena data terakhir di dapat pada bulan januari 2014
Sebagian besar penelitian mengenai pariwisata masih berfokus seputar pariwasata bahari, pariwisata agro, pariwisata belanja, dan lain sebagainya. Masih minimnya penelitian yang mengangkat tema pariwisata berbasih warisan budaya menggugah peneliti untuk mengangkat tema ini. Sedangkan, Kota Surabaya yang dikenal sebagai Kota Pahlawan banyak memiliki peningalan – peninggalan cagar budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek daya tarik wisatawan. Melalui program Surabaya Heritage Track, House Of Sampoerna sebagai penyelenggara program tersebut ingin mengembangkan kepariwisataan Kota Surabaya yang berbasis wisata heritage. 1.2
Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang telah disampaikan diketahui bahwa
pengelolaan
program
wisata
Surabaya
Heritage
Track
belum
mampu
mengakomodir minat wisatawan seluruhnya terhadap program tersebut, maka pertanyaan umum yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: “Bagaimanakah dinamika peran para aktor dalam pengelolaan wisata heritage dalam pengembangan kepariwisataan Kota Surabaya dengan studi kasus Program Surabaya Heritage Track? ” 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dinamika peran aktor dalam pengelolaan wisata heritage dalam pengembangan Kota Surabaya dengan studi kasus Program Surabaya Heritage Track. 1.4
Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dengan adanya penelitian ini, antara
lain: 1. Untuk penulis Merupakan kesempatan untuk berlatih bagi penerapan berbagai teori yang telah diperoleh dan menambah pengetahuan serta pengalaman. 2. Untuk Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat khususnya dalam bidang wisata heritage Kota Surabaya. 3. Untuk pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk aparat pemerintah dalam
perencanaan program wisata heritage guna mengembangkan.
kepariwisataan Kota Surabaya. 4. Untuk House Of ampoerna Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk para aktor dalam House Of Sampoerna sebagai penyelenggara program Surabaya Heritage Track agar dapat lebih meningkatkan perbaikan kualitas pelayanan program. 5. Untuk Pengelola Cagar Budaya Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk para pengelola cagar budaya untuk dapat bekerjasama lebih baik dalam memberikan ijin kunjungan kepada para wisatawan guna membantu pelestarian cagar budaya Kota Surabaya.