Bab I Pendahuluan
I. 1. Latar Belakang Tata kelola perusahaan telah berevolusi menjadi isu krusial tidak hanya untuk fungsi dan pengendalian perusahaan, melainkan juga untuk menyediakan tingkat kepercayaan (degree of confidence) agar ekonomi pasar dapat berfungsi secara tepat (OECD, 2004). Menurut Tricker (1993) dan De Barros et al. (2007) peran utama dari tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan kesesuaian oleh manajemen serta meningkatkan kinerja organisasional melalui pengawasan yang lebih efisien oleh anggota dewan terhadap kerja manajer. Mekanisme tata kelola perusahaan yang kuat (seperti jumlah anggota dewan serta independensinya, peran ganda chief executive officer, kepemilikan institusional dan lain sebagainya) telah terbukti berguna dalam mengurangi masalah keagenan dalam perusahaan (Brown et al., 2011). Caranya adalah dengan mengurangi asymmetry informasi antara manajer dengan pemangku kepentingan serta dengan memastikan penerbitan informasi keuangan yang dapat dipercaya (Mande et al., 2012). Isu tentang tata kelola perusahaan yang efisien di organsisasi olahraga telah dibahas pada tahun 1997 oleh Australian Standing Committee on Recreation and Sport. Aplikasi tata kelola perusahaan pada lingkungan sepak bola dapat dilihat dari beberapa penelitian berikut ini. Penelitian Rezende et al. (2010) menyatakan bahwa klub sepak bola dengan mekanisme tata kelola perusahaan
1
yang telah ditingkatkan (diukur oleh peningkatan informasi yang dipublikasikan dan tingkat pengungkapan akuntansi yang lebih baik) memiliki hubungan positif terhadap hasil keuangan klub yang lebih baik. Berikutnya adalah penelitian Dimitropoulos (2011) yang menyatakan bahwa klub sepakbola dengan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik memiliki kualitas pelaporan keuangan yang lebih baik yang diukur dengan manipulasi laba yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Croonenbroeck et al. (2013) menemukan bahwa berita terkait tata kelola perusahaan memiliki dampak besar terhadap harga saham klub sepak bola di Denmark. Banks (2004) berpendapat bahwa mekanisme tata kelola perusahaan terbagi menjadi 2: mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal adalah sebuah segala hal yang didasarkan pada tindakan yang dilakukan oleh perusahaan secara individu untuk memaksakan pengendalian dan akuntabilitas. Sedangkan mekanisme eksternal adalah segala hal yang berasal dari luar perusahaan yang membentuk kerangka atau batasan yang menetapkan atau mendukung pelaksanaan mekanisme internal. Banks (2004) berpendapat bahwa mekanisme internal terdiri dari: adanya dewan direksi di sebuah perusahaan; adanya manajemen tingkat atas (executive management); adanya kelompok pengendalian internal; dan adanya kode etik perusahaan. Sedangkan mekanisme eksternal terdiri dari: adanya peraturan yang menjadi dasar pelaksanaan tata kelola perusahaan; adanya aturan terkait kebangkrutan; adanya akses ke pasar modal; adanya aktivitas pengendalian korporasi; adanya block holding monitoring; adanya pengawasan dari aktivis
2
investor institusional; adanya peran dari eksternal audit; dan adanya review dari agen pemeringkat kredit. Sepakbola Indonesia telah mengalami perkembangan yang menuju ke arah industri sepak bola. Pada awalnya sepak bola dianggap sebagai hiburan rakyat. Pada tahun 1980an Indonesia sempat memiliki sebuah kompetisi profesional bernama Galatama yang saat itu hampir semua klubnya dimiliki atau didukung oleh sebuah perusahaan. Akan tetapi sejak adanya penggabungan antara Galatama dengan Liga Perserikatan terjadi kemunduran pada pendanaan klub-klub sepakbola di tanah air yang beberapa diantaranya berlanjut sampai saat ini, yaitu klub-klub mengandalkan dana hibah dari APBD di mana klub sepakbola itu berada. Sejak tahun 2011, dibuat peraturan Menteri Dalam Negeri yang melarang klub-klub sepakbola Indonesia menggunakan dana hibah APBD untuk mendanai kegiatan operasionalnya, yaitu peraturan Menteri Dalam Negeri no.22 tahun 2011. Hal ini membuat klub-klub Indonesia mulai meniru klub-klub profesional di Eropa untuk mencari pendanaan secara mandiri melalui berbagai kerjasama dan sponsorship. Pengertian olahraga profesional menurut UU no. 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional adalah: “olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga.” (Pasal 1 angka 15 UU no. 3 tahun 2005)
Sedangkan definisi kata profesional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu hal yang bersangkutan dengan profesi dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
3
Isu mengenai tata kelola perusahaan yang baik pada klub sepakbola di Indonesia muncul karena klub-klub tersebut dituntut menjadi profesional dan mandiri secara keuangan, maka klub-klub tersebut harus bertanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingan terkait seperti suporter, kreditur, sponsor, bahkan PSSI sebagai badan tertinggi yang mengurusi berbagai hal terkait sepakbola di Indonesia. Alasan lain karena dana operasional klub-klub sepakbola Indonesia masih belum dilaporkan secara jelas dan berkala sehingga sangat rawan adanya penyelewengan anggaran oleh pengurus. Hal ini membuat klub-klub sepak bola Indonesia seringkali mengalami masalah keuangan yang berdampak pada pemain yang sering mengalami pembayaran gaji yang tertunda. Persib Bandung merupakan salah satu klub sepakbola profesional Indonesia yang terkenal jarang mendapat permasalahan finansial. Menurut Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) Persib Bandung tidak pernah ada dalam daftar klub yang menunggak gaji para pemainnya serta relatif jarang diberitakan mengalami kesulitan keuangan (Raya, 2013). Persib Bandung yang terbentuk pada tahun 1923 merupakan klub sepakbola yang sudah lama berkompetisi di liga sepakbola nasional. Klub ini bahkan menjadi juara pada musim 1994-1995 dimana saat itu baru terjadi peleburan kompetisi antara Galatama dengan Perserikatan. Persib yang awalnya berkompetisi dengan dana dari APBD akhirnya membentuk PT. Persib Bandung Bermartabat pada 20 Agustus 2009 sebagai badan hukum yang mengelola keuangan klub.
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan tata kelola perusahaan di sebuah perusahaan yang mengelola klub sepakbola Indonesia yaitu PT Persib Bandung Bermartabat, sebagai pengelola klub Persib Bandung, dengan menggunakan Corporate Governance Self Assessment Checklist yaitu penilaian penerapan tata kelola perusahaan yang dikembangkan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia dan PriceWaterhouse Coopers pada tahun 2001. Untuk menilai apakah perusahaan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan harus menjawab berbagai pertanyaan yang sifatnya tertutup dimana setiap jawaban pertanyaan memiliki nilai masing-masing. Pertanyaanpertanyaan tersebut menilai bagaimana perusahaan memenuhi hak pemegang saham, kebijakan tata kelola perusahaan, praktek tata kelola perusahaan, pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan, dan audit terhadap perusahaan. Penilaian penerapan tata kelola perusahaan dilihat dari nilai total. Apabila nilai total perusahaan: 0-49 memiliki arti bahwa perusahaan tersebut perlu meningkatkan sistem tata kelola perusahaannya; 50-59 memiliki arti bahwa perusahaan telah memenuhi standar dasar tata kelola perusahaan; 60-80 memiliki arti bahwa perusahaan telah memiliki tata kelola perusahaan yang baik, akan tetapi masih bisa ditingkatkan; 81-100 memiliki arti bahwa perusahaan telah menerapkan tata kelola perusahaan dengan sangat baik (FCGI, 2001).
5
I. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, kita mengetahui bahwa sepakbola telah berkembang sehingga menjadikannya bukan hanya sebagai olahraga dan permainan melainkan telah bergeser menjadi olahraga profesional yang di dalamnya terdapat industri dan bisnis dengan perputaran uang yang banyak. Namun perubahan tersebut diikuti pula oleh berbagai ancaman yang mengancam keberadaan klub sepakbola seperti utang yang nilainya besar, penyalahgunaan dana operasional klub, dan lain sebagainya. Untuk dapat bertahan atau mengatasi ancaman tersebut sebuah klub sepakbola harus menerapkan tata kelola perusahaan yang baik sehingga dapat mempertahankan keberadaannya di masa yang akan datang. Di Indonesia terjadi perubahan sistem pengelolaan klub sepak bola dari pengelolaan oleh pemerintah daerah menuju ke arah sepakbola profesional dengan dibentuknya badan usaha untuk mengelola keuangan klub-klub sepakbola di Indonesia. Badan usaha ini yang diharapkan menerapkan tata kelola perusahaan untuk mempertahankan keberadaannya dan klub yang dikelolanya. Berdasarkan penjelasan singkat di atas, maka pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah “Apakah PT Persib Bandung Bermartabat sebagai pengelola klub sepak bola Persib Bandung telah menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik bila diukur menggunakan Corporate Governance Self Assessment Checklist?”
6
I. 3. Pertanyaan Penelitian Persib Bandung pada awalnya merupakan sebuah klub sepakbola yang dikelola oleh pemerintah kota Bandung melalui dana hibah APBD. Dengan dibentuknya PT Persib Bandung Bermartabat, Persib Bandung dapat mendanai kegiatan operasionalnya secara mandiri melalui kerja sama dan sponsorship dengan pihak lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah PT Persib Bandung Bermartabat telah melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik untuk mempertahankan keberadaannya pada masa-masa yang akan datang. Sehingga pertanyaan yang penulis angkat untuk penelitian ini adalah: “Apakah PT Persib Bandung Bermartabat sebagai pengelola klub sepak bola Persib Bandung telah menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik bila diukur menggunakan Corporate Governance Self Assessment Checklist?”
I. 4. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi apakah PT Persib Bandung Bermartabat sebagai pengelola salah satu klub sepak bola profesional di Indonesia, yaitu Persib Bandung, telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
I. 5. Motivasi Penelitian Ada beberapa hal yang menyebabkan peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini. Pertama, penelitian yang membahas mengenai sepakbola di Indonesia masih sangat sedikit dan pembahasannya pada lingkup
7
penerapan akuntansi di bidang sepak bola. Sebagai contoh adalah penelitian oleh Devi (2004) dan Danarto (2009) yang membahas mengenai perlakuan akuntansi untuk human capital dalam industri sepak bola. Berikutnya adalah penelitian Hidayat (2010) yang membahas mengenai analisis laporan keuangan pada klub sepak bola. Penelitian Pranata (2012) membahas mengenai analisis kinerja keuangan pada klub sepak bola. Siddik (2013) membahas mengenai format laporan keuangan klub sepak bola. Atau penelitian oleh Gyver (2013) yang membahas tentang bagaimana pencatatan yang dilakukan terhadap transfer pemain sepak bola. Berbeda dengan penelitian mengenai sepak bola di Indonesia, penelitian tentang sepak bola di luar Indonesia sudah banyak membahas tentang tata kelola perusahaan pada klub sepak bola dari berbagai sudut pandang. Sebagai contoh penelitian Dietl & Franck (2007) yang membahas mengenai kegagalan tata kelola pada klub liga Jerman dan hubungannya dengan krisis keuangan di negara Jerman. Penelitian Andreff (2007) membahas tentang tidak disiplinnya klub serta kurangnya transparansi dan pengungkapan pada sepak bola Perancis. Dimitropoulos (2012) memeriksa dampak dari kualitas tata kelola perusahaan terhadap struktur modal dari klub sepak bola di liga Eropa. Apabila dibandingkan dengan penelitian mengenai sepak bola di luar negeri, penelitian mengenai sepak bola di Indonesia masih belum berkembang sehingga penelitian ini diharapkan bisa memberikan sudut pandang yang baru terkait penelitian mengenai sepak bola di Indonesia dari sisi penerapan tata kelola perusahaan pada klub sepak bola.
8
Kedua, isu tata kelola perusahaan merupakan isu yang sedang berkembang saat ini. Di Indonesia sendiri isu mengenai tata kelola perusahaan banyak dikembangkan di berbagai bidang. Sehingga sangat menarik untuk melihat bagaimana pengembangan tata kelola perusahaan di bidang olahraga. Ketiga, sepakbola Indonesia sedang berkembang menuju ke arah industri sepakbola. Klub-klub sepakbola di Indonesia dilarang menggunakan dana APBD untuk mendanai kegiatannya. Hal ini dipertegas oleh peraturan Menteri Dalam Negeri no.22 tahun 2011. Hal ini membuat klub-klub sepakbola di Indonesia sebaiknya mempersiapkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik untuk menghadapi segala permasalahan, khususnya mengenai pendanaan dan bisnis klub sepakbola, serta mempertahankan eksistensinya di masa yang akan datang.
I. 6. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut: 1.
Bagi Akademik (Literatur) Penelitian terkait akuntansi pada lingkungan sepakbola di Indonesia selama ini terfokus pada teknis, sedangkan penelitian ini terfokus kepada tata kelola perusahaan pada lingkungan sepakbola karena tata kelola memiliki peranan penting dalam kemajuan prestasi sebuah tim sepakbola. Hal ini menjadi penting mengingat sepakbola Indonesia sampai saat ini masih tertinggal dalam hal prestasi. Selama ini penelitian yang ada membahas tentang perlakuan akuntansi (Devi, 2004 dan Danarto, 2009), analisis laporan keuangan (Hidayat, 2010), analisis kinerja keuangan (Pranata, 2012), format
9
laporan keuangan (Siddik, 2013), atau pencatatan atas transfer pemain (Gyver, 2013). 2.
PT Persib Bandung Bermartabat Bagi PT Persib Bandung Bermartabat penelitian ini bisa dijadikan acuan atau dasar evaluasi penerapan tata kelola perusahaan di organisasinya. Diharapkan dengan adanya penelitian ini PT Persib Bandung Bermartabat bisa meningkatkan atau memperbaiki penerapan tata kelola perusahaan yang sudah ada untuk dapat mempertahankan keberadaannya.
3.
Bagi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Bagi PSSI sebagai induk organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia, penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar pembentukan peraturan agar klub-klub sepakbola di Indonesia menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
4.
Bagi Klub-klub sepakbola Indonesia lainnya Bagi klub-klub sepakbola Indonesia yang lain penelitian ini bisa dijadikan dasar serta gambaran bagaimana sebuah klub sepakbola menerapkan tata kelola perusahaan yang baik di organisasinya.
I. 7. Proses Penelitian Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dimana tahap awal dari penelitian ini adalah memperoleh sebuah masalah dari perkembangan penelitian terkait tata kelola perusahaan pada lingkungan sepak bola di Indonesia. Setelah itu
10
masalah dituangkan dalam wujud pertanyaan penelitian dengan menggunakan latar belakang sebagai penjelasan awal. Setelah latar belakang dan pertanyaan penelitian ditentukan maka dapat dijelaskan tujuan dilakukannya penelitian ini yang kemudian dilanjutkan dengan penjelasan pondasi teoretikal penelitian studi kasus yang diikuti dengan metode penelitian yang digunakan. Metode penelitian ini akan digunakan untuk menganalisis temuan sehingga pertanyaan penelitian dapat terjawab. Tahapan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Proses penelitian studi kasus Pondasi teoretikal penelitian studi kasus
Tujuan penelitian
Pertanyaan Penelitian
Metode penelitian studi kasus
Temuan dan analisis
Sumber: Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (2014)
11
I. 8. Sistematika Penulisan Penulisan pada tesis ini dibagi menjadi enam bab, yaitu: 1.
Bab I: Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penelitian.
2.
Bab II: Tinjauan Literatur Bab ini berisi tentang tinjauan dari berbagai literatur terkait permasalahan tata kelola perusahaan dalam konteks lingkungan sepakbola. Literatur yang digunakan berasal dari jurnal-jurnal penelitian terdahulu, buku-buku yang membahas teori tata kelola perusahaan, dan undang-undang yang memiliki hubungan dengan permasalahan tata kelola perusahaan di lingkungan sepakbola.
3.
Bab III: Latar Belakang Institusional dan Objek Penelitian Bab ini berisi tentang gambaran mengenai perkembangan sepak bola dari sebuah olahraga yang bertujuan meraih prestasi semata menjadi sebuah industri dalam lingkup dunia, Indonesia, dan klub Persib Bandung. Bab ini juga menjelaskan aplikasi teori dan konsep yang ada pada studi literatur untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik mengenai karakteristik objek penelitian terkait dengan perspektif teori dan konsep yang digunakan.
4.
Bab IV: Rancangan Penelitian Bab ini berisi tentang pembahasan pengambilan data dan analisis data yang akan dilakukan.
12
5.
Bab V: Pemaparan Temuan dan Pembahasan Bab ini berisi temuan-temuan dalam investigasi yang menggambarkan faktafakta untuk dapat menjawab tujuan penelitian. Selain itu bab ini juga berisi analisis temuan atas permasalahan yang ditemukan pada bab sebelumnya mengikuti metode penelitian yang telah dirancang disertai diskusi berdasarkan landasan teori yang digunakan.
6.
Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini berisi ringkasan penelitian, simpulan, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi sebagai bentuk tidak lanjut dari hasil penelitian.
13