i
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Turki adalah negara yang terletak di antara dua benua. Dengan luas
wilayah sekitar 814.578 km2, 97% (790.200 km2) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km2) terletak di benua Eropa. Posisi geografis yang strategis itu menjadikan Turki jembatan antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari Asia Tengah. Bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, peradaban Islam, Arab dan Persia di Timur Tengah (Antonio, 2012: 203). Secara historis, sebagai bangsa di kawasan Timur Tengah yang mewarisi peradaban Romawi, Islam, Arab, dan Persia, Turki pernah tercatat sebagai pusat kekuasaan Islam selama tujuh abad lebih (Abad XIII-XIX), bahkan namanya sampai disegani di wilayah Eropa (Rofii, 2008: 1). Peta sejarah Islam menyatakan bahwa Turki pernah menjadi pusat kekuasaan dunia Islam selama kurang lebih delapan abad dan sangat disegani bangsa Eropa. Pada rentang waktu inilah masa keemasan Turki Utsmani mencapai puncaknya. Yaitu pada masa pemerintahan dinasti Khilafah Turki Utsmani (Ottoman Empire) yang berkuasa dengan sistem pemerintahan monarkhi absolut (Lubis, 2005: 189-190). Kesultanan Turki Utsmani adalah sebuah suku yang hidup secara nomaden (hidup berpindah-pindah) dan kebudayaan Turki tidak hanya dipengaruhi dan didominasi oleh satu kebudayaan saja, melainkan merupakan
1
2
sebuah proses panjang yang pada akhirnya menghasilkan sebuah perpaduan antara berbagai budaya yang bersentuhan. Diantaranya budaya Persia, Byzantium, dan Arab (Badri, 1997: 136). Pada abad ke-16 Turki mengalami peningkatan pesat dalam bidang militer, pemerintahan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sastra, keagamaan, dan arsitektur (Amin, 2010: 209). Pada tahun 1566, sepeninggal Sultan Sulaiman AlQanuni masa keemasan Turki mengalami kemunduran akibat meningginya konflik internal perebutan kekuasaan di antara para pewaris tahta (Lubis, 2005: 190). Akibat konflik ini beberapa wilayah kekuasaan Turki pun lepas. Kondisi sosial dan politik domestik Turki pun terganggu. Akibatnya, pengaruh negara lain (Eropa) yang sebelumnya sulit masuk, pada masa ini mulai merambah masuk ke Turki dan dunia Islam sampai pada awal abad ke-20 (Antonio, 2012: 158). Akibat kekalahan Turki dalam pengepungan kota Wina, kerajaan Turki Utsmani mengalami
kemunduran
dan
mendorong
para
sultan
pemerintahannya
mengadakan pembaruan dan perubahan (Bernard, 1993:218). Kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh Turki Utsmani dari Barat menjadi awal isu tentang pembaruan, modernisasi dan westernisasi. Zürcher (dalam Atika, 2010: 18) menyatakan bahwa runtuhnya Kekhalifahan Utsmani digantikan dengan pemerintah Republik Turki ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian damai Laussane oleh Mustafa Kemal Ataturk yang mengesahkan amandemen politik Turki. Perjanjian Laussane dilakukan pada tanggal 24 Juli 1923 di Swiss. Isi perjanjian Laussane adalah Turki tidak usah membayar kerugian perang dan Turki tidak usah mengurangi angkatan perangnya. Berbagai upaya dilakukan oleh Mustafa Kemal untuk
3
mengkonsolidasikan posisi politiknya antara lain, perubahan dalam undangundang Penghianatan Tinggi, pembubaran majelis dan penyelenggaraan pemilihan umum yang diawasi dengan ketat, pembentukan partai baru yakni partai Republik, dan pengambilalihan seluruh fungsi pemerintahan oleh partai ini. Republik Turki yang baru ini belum memiliki arah politik yang jelas. Pasca dihapuskannya Kesultanan Utsmani, Turki di perintah oleh Majelis Nasional, yang bukan saja memilih presiden tetapi juga menteri atau commissar secara langsung. Hubungan konstitusional antara majelis dan Khalifah. Khalifah, sebagaimana amandemen 1922 secara murni hanya merupakan suatu fungsi keagamaan, walaupun tidak dapat dielakan lagi bahwa banyak orang yang memandang khalifah sebagai kepala negara. Dimana pada dasarnya sebagai khalifah yuridiksinya melampaui batas-batas negara Turki dan meliputi dunia Islam. Mustafa Kemal mengajukan sebuah proposal untuk memproklamirkan republik, dengan seorang presiden yang sudah dipilih, seorang perdana menteri yang diangkat oleh presiden dan sebuah sistem kabinet konvensional. Mayoritas orang di majelis menerima proposal itu dan pada tanggal 29 Oktober 1923 Republik Turki diproklamirkan dengan Mustafa Kemal sebagai presidennya yang pertama serta Ismet sebagai perdana menterinya (Atika, 2010: 19). Mustafa Kemal Ataturk (1881–1938), merupakan pendiri dari Republik Turki. Terlahir dari keluarga Turki sederhana di pelabuhan kosmopolitan Ottoman di Selânik/ Salonika (sekarang Thessaloníki di Yunani) yang memiliki lingkungan muslim yang kuat, Ataturk memilih pendidikan militer dan lulus dari akademi sebagai kapten staf infanteri pada tahun 1905. Sebagai peserta pada
4
Gerakan Turki Muda (Young Turk Movement), karir militer awalnya berjalan bersamaan dengan kegiatan politik ilegal melawan bentuk pemerintahan dengan satu penguasa yaitu pemerintahan absolut yang saat itu dipimpin oleh Sultan AbdulHamid II. Mustafa Kemal Ataturk dan rekan-rekannya didiagnosis berada di dalam kondisi yang menyedihkan dari masyarakat akibat penentuan struktur dan restrukturisasi politik (oxfordislamicstudies.com: 30 September 2015). Mustafa Kemal Ataturk mendirikan negara Republik Turki atas prinsipprinsip yang dikembangkan oleh Gokalp. Ziya Gokalp merupakan tokoh Nasionalis Turki yang pemikirannya diikuti oleh Mustafa Kemal dalam memodernisasi Turki. Tetapi, Mustafa Kemal mewarnai prinsip-prinsip itu dengan doktrin-doktrin revolusionernya. Mustafa Kemal berpendapat bahwa modernisasi atau perubahan menurut ajaran kemalis berarti pem-barat-an secara total. Sedangkan Gokalp berpendapat bahwa proses untuk menciptakan sintesis dari Islam, Turkisme dan modernisme harus dilaksanakan dalam bidang pendidikan, bahasa dan kebudayaan Turki (Feroze, 1956: 60). Mustafa Kemal membawa perubahan besar-besaran dalam segala aspek kehidupan masyarakat Turki. Prinsip pemikiran pembaharuan Mustafa Kemal diawali ketika ia ditugaskan sebagai atase militer pada tahun 1913 di Sofia, sebuah kota kecil di Turki. Disinilah ia bersentuhan dengan peradaban barat, terutama sistem parlemennya. Adapun prinsip pembaharuan tersebut terdiri dari tiga unsur: Nasionalisme, Sekulerisme, dan Westernisme (dekcrayon.com: 20 Septemeber 2015). Ideologi Mustafa Kemal, atau yang lebih dikenal dengan Kemalisme, memiliki prinsip-prinsip dasar yang dicantumkan dalam program partainya pada
5
tahun 1931. Prinsip-prinsip tersebut memiliki lima ideologi antara lain, Republikanisme, Nasionalisme, Populisme, Etatisme, dan Sekularisme (Atika, 2010:19). Pemikiran Mustafa Kemal sangat mempunyai efek yang besar terhadap perubahan kebudayaan di Turki. Kebudayaan mempunyai peranan yang penting dalam suatu negara. Hal itu terjadi karena budaya merupakan warisan leluhur yang banyak menjadi pertimbangan dalam pembentukan negara. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari asal kata Budhayah yang merupakan kata jamak dari Budhi yang mempunyai makna akal. Menurut Koentjaraningrat pengertian kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyrakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Koentjaraningrat juga berpendapat bahwa kebudayaan umat manusia bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Ia berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal yaitu: Bahasa, Sistem Pengetahuan, Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, Sistem Mata Pencaharian Hidup, Sistem Religi dan Kesenian (Koentjaraningrat, 1998:16). Perubahan kebudayaan yang tejadi di Turki sangat bertolak belakang dengan budaya yang terdahulu. Budaya Turki yang bisa dibilang Islamis berubah seiringan dengan adanya pemikiran Mustafa Kemal. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk membahas tentang ide-ide pembaharuan pemikiran oleh Mustafa Kemal Ataturk dalam perubahan kebudayaan di Turki. Menurut penulis, ide dan pemikiran Mustafa Kemal behasil
6
merubah kebudayaan yang ada di Turki. Adanya pemikiran-pemikiran dari golongan muda Turki, merubah Turki yang dahulu dijuluki negara Islam menjadi negara yang modern (baca:barat). Penulis berpendapat bahwa perubahan terbesar Turki terjadi saat Mustafa Kemal diangkat menjadi presiden pertama Republik Turki. Mustafa dan pemikirannya berhasil merubah semua aturan-aturan terdahulu Turki dalam kebudayaaan. Tentu saja, perubahan-perubahan tersebut membawa dampak yang sangat besar bagi negara Turki, Sehingga penulis dapat membuat judul “Pemikiran Mustafa Kemal Ataturk (1881-1938)dalam Perubahan Kebudayaan di Turki.” B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pemikiran Mustafa Kemal Ataturk dalam perubahan kebudayaan di Turki? 2. Apa dampak pemikiran Mustafa Kemal Ataturk dalam perubahan kebudayaan di Turki? C.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan isi pemikiran Mustafa Kemal Ataturk dalam perubahan kebudayaan di Turki. 2. Menjelaskan dampak pemikiran Mustafa Kemal Ataturk dalam perubahan kebudayaan di Turki.
7
D.
Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan pnelitian diatas,
maka manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, mendapatkan pengetahuan yang komperehensif mengenai pemikiran Mustafa Kemal Ataturk dalam perubahan kebudayaan, serta dampak pemikirannya terhadap negara Turki. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pemikiran Mustafa Kemal Ataturk dalam perubahan kebudayaan, serta dampak pemikirannya terhadap negara Turki. Sehingga, kita dapat mengetahui apa saja yang telah dilakukan Mustafa Kemal untuk merubah negara Turki. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang negara Turki. E.
Batasan Masalah Dalam penelitian ini, akan membahas tentang pemikiran menurut
Mustafa Kemal dalam perubahan kebudayaan di Turki, serta dampak yang terjadi di Turki akibat pemikiran Mustafa Kemal tersebut. Adapun alur pembahasan penelitian ini dimulai dari mengulas secara singkat tentang awal mula negara Turki hingga perubahan Turki menjadi negara Republik. Fokus dalam penelitian ini adalah hanya menjelaskan tentang pemikiran Mustafa Kemal dalam perubahan kebudayaan sesuai dengan tujuh unsur kebudayaan yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat serta dampak dari pemikirannya terhadap perkembangan negara Turki.
8
F.
Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan oleh peneliti terdiri dari buku, skripsi
dan jurnal yang membahas kasus terkait penelitian yang diangkat. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Erik J. Zürcher, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Modern Turki (2003), memaparkan tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di Turki dari seluruh pemerintahan yang pernah menguasai Turki. Turki pada saat itu menjadi kerajaan terbesar dan mempunyai kekuasaan yang sangat luas. Sampai masa pemerintahan Khilafah Utsmaniyyah, Turki kehilangan masa kejayaannya. Pengaruh dari barat yang memasuki Turki mulai membuat tokoh-tokoh penting di Turki mulai berpikir untuk membuat negara Republik Turki. Sistem Khilafah dihapuskan kemudian digantikan oleh sistem pemerintahan. Perubahan-perubahan pun terjadi dalam berbagai aspek. Perubahan-perubahan inilah yang merubah segala peraturan-peraturan terdahulu di Turki, terutama dalam bidang politik. 2. Dr. Harun Nasution, dalam bukunya yang berjudul Pembaharuan dalam
Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1978), merupakan kumpulan ceramah dan kuliah Harun Nasution di berbagai tempat di Jakarta tentang Aliran-Aliran Modern dalam Islam. Membahas tentang pemikiran dan gerakan pembaruan dalam Islam, yang timbul di zaman yang lazim disebut periode modern dalam sejarah Islam. Pembahasannya mencakup atas pembaruan yang terjadi di tiga negara Islam, yaitu Mesir (topik intinya: pendudukan Napoleon dan pembaharuan di Mesir, Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh,
9
Rasyid Ridha, murid dan pengikut Muhammad Abduh), Turki, (topik intinya; Sultan Mahmud II, Tanzimat, Usmani Muda, Turki Muda, tiga aliran pembaharuan, Islam dan Nasionalis, dan Mustafa Kemal, dan IndiaPakistan dengan topik intinya ; Gerakan Mujahidin, Sayyid Ahmad Khan, Gerakan Aligarh, Sayyid Amir Ali, Iqbal, Jinnah dan Pakistan, Abul Kalam Azad dan Nasionalisme India. 3. Isputaminigsih, dalam bukunya yang berjudul Negara Turki Modern Ala
Mustafa Kemal (2009), menjelaskan tentang proses awal mula pembentukan negara Republik Turki. Isputaminingsih juga menjelaskan dalam bukunya tentang sebab Turki Utsmani hancur dan berubah menjadi negara Republik. Dalam buku ini ia juga menjelaskan tentang sosok Mustafa Kemal yang mempunyai peranan penting dalam perubahan segala aspek yang ada di Turki. Dalam bukunya, Isputaminingsih menjelaskan perubahan yang dilakukan Mustafa Kemal dalam bidang agama, sosial, pendidikan dan hukum. Akan tetapi, dalam buku ini Isputaminigsih lebih fokus dalam membahas politik yang terjadi di Turki. 4. Mukti Ali, dalam bukunya yang berjudul Islam dan Sekularisme di Turki
Modern (1994), menjelaskan dalam bukunya tentang Negara Turki yang mana dahulu sebagai pusat peradaban kerajaan dan agama Islam, menjadi negara Sekuler. Dalam bukunya, ia juga menjelaskan tentang kondisi Islam saat Sekulerisme muncul di negara Turki. Mukhti Ali juga menuliskan tentang perubahan apa saja yang terjadi setelah negara Turki dipimpin oleh Mustafa Kemal.
10
5. Binnaz Toprak, dalam bukunya yang berjudul Islam dan Perkembangan
Politik di Turki (1999), menjelaskan tentang perkembangan politik di Turki. ia menjelaskan bahwa salah satu kecendrungan yang bisa diamati dalam kehidupan politik di Turki adalah pentingnya agama sebagai isu politik. Isu sekulerisme yang di pelopori Mustafa Kemal merupakan pionir dalam sekulerisme yang terjadi di Turki. Buku ini juga menjelaskan tentang kendala Mustafa Kemal dalam menerapkan sekulerisme di Turki. Karena
paham
sekulerisme
yang
kemudian
disamakan
dengan
westernisasi, secara prinsipil bertolak belakang dengan nilai-nilai tradisi agama Islam yang telah begitu mengakar di masyarakat Turki. 6. Abdul Latip, dalam bukunya yang berjudul Mustafa Kemal Ataturk
Penegak Agenda Yahudi (2011), menjelaskan dalam bukunya dalam bentuk novel. Ia menceritakan tentang Mustafa Kemal yang ia anggap sebagai penegak agenda Yahudi yang ingin menumbangkan tradisi-tradisi Islam. Talib dalam bukunya secara rinci menjelaskan tentang perubahanperubahan yang dilakukan Mustafa dalam menegakan agenda yahudinya. 7. Sri Mulyati (2015) (Mahasiswi FIB UNS) dalam skripsinya yang berjudul
Transformasi Budaya Dari Khilafah Turki Utsmani Menuju Republik Turki Modern (1830-1950), menjelaskan bahwa proses transformasi budaya di Turki terjadi disebabkan oleh empat faktor. Pertama, karena masuknya kebudayaan luar yang mengubah tata nilai, antara lain disebabkan oleh proses komunikasi global dan universal. Kedua, kreatifitas internal yang membentuk inovasi intelektual dan ditandai dengan penemuan-penemuan baru dalam kehidupan. Ketiga, tekanan dari
11
luar, yaitu berupa budaya Barat. Keempat, perubahan dari dalam berupa inovasi pembaruan dan perubahan. 8. Fernanda Putra Adela (2011) (Mahasiswa Fisip USU) dalam skripsinya yang berjudul Peranan Mustafa Kemal Ataturk dalam Mendirikan Negara
Republik Turki, menjelaskan bahwa Sebelum menjadi sebuah negara republik, Turki merupakan sebuah dinasti Islam terakhir yang bernama Turki Usmani. Wilayah kekuasaan Turki Usmani sangat luas yang menjadikannya kekuatan yang disegani oleh dunia internasional khususnya negara-negara Eropa. Kemajuan teknologi yang terjadi di Eropa tidak sejalan dengan apa yang terjadi di Turki Usmani yang mengakibatkan kesultanan ini menjadi lemah dan tertinggal dari negaranegara Eropa yang telah lebih maju. Beranjak dari situasi dan kondisi seperti ini, seorang perwira militer yang memiliki paham nasionalisme hadir dan menggagas sebuah negara republik untuk menggantikan sistem pemerintahan Islam yang dianggap kolot dan tidak mampu membawa negara kedalam kemajuan seperti negara-negara Eropa. Keinginannya ini akhirnya tewujud melalui berbagai cara perjuangan serta pergerakannya yang cukup panjang serta menghantarnya menjadi pemimpin pertama negara Republik Turki yang dibentuknya. Fernanda dalam skripsinya memaparkan apa peran Mustafa Kemal Ataturk dalam pembentukan negara Republik Turki. Dan proses perubahan Turki menjadi negara Republik. 9. Tutur Furqon (2012) (Mahasiswa FIB UI) dalam skripsinya yang berjudul
Reformasi Kebudayaan di Turki tahun 1928-1950, menjelaskan tentang
12
perubahan kebudayaan dalam bidang sosial, agama dan pendidikan. Perbedaan penulis dengan skripsi yang ditulis oleh Tutur Furqon adalah dalam rumusan masalah dan pembahasannya. Tutur Furqon hanya menjelaskan tentang reformasi kebudayaan dalam bidang agama, sosial dan pendidikan. Dan juga ia membahasa tentang tokoh-tokoh yang mempunyai berperan penting dalam reformasi kebudayaan di Turki, yaitu Ziya Gokalp, Mustafa Kemal dan Ismet Inonu. 10. Kamilah (2013) (Mahasiswa FKIP UNIVERSITAS JEMBER) dalam skripsinya yang berjudul Peranan Mustafa Kemal dalam Modernisasi
Turki (1923-1938), menjelaskan dalam skripsinya tentang peranan Musatafa Kemal dalam perubahan dan modernisasi yang terjadi di Turki. ia juga menjelaskan tentang biografi Mustafa Kemal. Kamilah menjelaskan peranan Mustafa Kemal dalam modernisasi di bidang pendidikan,agama,sosial dan hukum. Penulis tidak bisa mellihat isi dari skripsi Kamilah ini. Penulis hanya bisa melihat daftar isi dari skripsi ini saja.
11. Abdul Hakim, (tt) (Dosen UNM) dalam jurnalnya yang berjudul Mustafa Kemal Ataturk (Negara Republik Sekuler), memaparkan bahwa perkembangan modernisasi di Turki memunculkan tiga fase gerakan pembaharuan, yaitu: pertama, gerakan yang berorientasi dan masih berpegang secara ketat pada prinsip Islam yang disebut Islamisme.
Kedua, gerakan yang banyak mengadopsi pemikiran, sikap hidup berdasarkan
pola-pola
kehidupan
Barat,
kelompok
ini
disebut
Westernisasi. Ketiga, gerakan yang menitik beratkan ke dalam aspek
13
keaslian Turkisme atau secara lebih tepat secara kenegaraan mereka selalu mementingkan sikap, pola pikir dan tindakan nasional. Kelompok ini disebut Nasionalisme. Tokoh utama gerakan nasionalisme Turki adalah Mustafa Kemal Ataturk. Ia bukan satu-satunya pemikir yang melahirkan ideologi nasionalisme Turki. Kemal Ataturk sendiri mendapat inspirasi dari para tokoh sebelumnya
yang merupakan produk dari
kebijakan reorganisasi yang dirancang oleh Sultan Mahmud II. Adapun reformasi yang dijalankannya Kemal Ataturk dan pendukungnya disebut sebagai prinsip-prinsip kemalisme. Yaitu republikanisme, nasionalisme, republisme, etatisme, reformisme, dan westernisasi. Penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai titik fokus membahas tujuh unsur kebudayaan. Itulah yang membuat penelitian penulis berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. G.
Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
kepemimpinan otoriter. Kekuasaan yang dimilki Mustafa Kemal yaitu sebagai presiden di negara Turki jelas menjadikan salah satu faktor dari kebijakankebijakan yang dibuatnya. Kebijakan-kebijakan yang diambil dari pemikirannya membawa dampak yang sangat besar bagi segala aspek kehidupan di negara Turki. Keputusan Mustafa Kemal yang mutlak atau harus dijalankan sesuai dengan isi pemikirannya membuat Mustafa Kemal menjadi pemimpin yang otoriter. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Hadari Nawawi mencakup tiga bahasan pokok: Pertama, dalam kepemimpinan selalu berhadapan dengan dua belah pihak. Pihak pertama
14
disebut pemimpin dan pihak lainnya adalah orang-orang yang dipimpin. Jumlah pemimpin selalu lebih sedikit daripada orang yang dipimpin. Kedua, kepemimpinan merupakan gejala sosial yang berlangsung sebagai interaksi antara manusia di dalam kelompoknya, baik berupa kelompok besar maupun kelompok kecil. Ketiga, kepemimpinan merupakan kegiatan menuntun, membimbing, memandu, menunjukkan jalan, mengepalai dan melatih, agar orang-orang yang dipimpin dapat mengerjakannya sendiri (Nawawi, 1993: 28). Teori kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, teori kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan otoriter menurut Hadari Nawawi yaitu pemimpin menempatkan dirinya lebih tinggi dari semua anggota atau bawahannya. Sedang orang yang dipimpin adalah sebagai pihak yang berada pada posisi yang lebih rendah, hanya mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab. Tipe ini yang ekstrem bahkan tidak mengakui hak-hak asasi yang bersifat manusiawi dari orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya. Pemimpin selalu merasa dirinya sebagai seseorang yang paling mampu dan paling benar, sehingga tidak boleh dibantah. Kemauannya harus dituruti, karena pemimpin merupakan nasib orang-orang yang dipimpinnya. Tidak ada pilihan lain selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaannya. Tekanan yang berupa ancaman, sanksi dan hukuman menjadi alat utama dalam melaksanakan kepemimpinannya. Hal ini juga bisa terlihat pada perilaku pemimpin yang selalu menetapkan keputusan sendiri (Nawawi, 1993: 161). Karakter pemimpin otoriter yang merasa dirinya sebagi pemimpin yang mempunyai kekuasaan dan merasa paling mampu dan paling benar dan tidak menerima kritik dari orang yang dipimpinnya sesuai dengan karateristik dari
15
Mustafa
Kemal.
Sebagai
pemimpin,
ia
memutuskan
sendiri
menurut
pemikirannya yang menurutnya benar. Rakyat yang melawan dirinya akan mendapat sanksi dan hukuman yang berat. Segala hal yang ia inginkan harus dilakukan. Hal ini lah yang mendasari penulis untuk menggunakan teori kepemimpinan otorier tersebut. H.
Sumber Data Arti data menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
keterangan yang benar dan nyata. Sedangkan arti sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan
permasalahan
yang
sedang
ditanganinya.
Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. 2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan (Sugiyono, 2009: 137). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Adapun data primer (utama) dalam penelitian ini adalah yang membahas tentang pemikiran Mustafa Kemal dalam bidang politik dan budaya. Diantaranya adalah :
16
1. Sejarah Modern Turki (2003) karya Erik J. Zürcher 2. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1978) karya Dr. Harun Nasution
3. Negara Turki Modern (2009) karya Isputaminingsih 4. Pembina Turki Baru, Mustafa Kemal (1952) karya Suwirjadi 5. Istanbul Kota Kekaisaran (2012) karya John Freely 6. Facts About Turkey (1972) karya Ankara State Information Organisation 7. Islam dan Sekulerisme di Turki Modern (1994) karya Mukti Ali 8. Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam dan Uni Eropa (2010) karya Atika Puspita Marzaman
9. Mustafa Kamal Ataturk (2011) karya Abdul Latip Talib 10. Attaturk (1999) karya Andrew Mango Adapun data sekunder (pendukung) akan diambil dari berbagai karya ilmiah dan tulisan-tulisan yang terdapat di internet. I.
Metode dan Teknik Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun
cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Sugiyono (2009: 6), menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2003: 11), penelitian deskriptif adalah penelitian
17
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Sedangakan metode penelitian kualitatif merupakan yang berbentuk kata, skema dan gambar (Sugiyono, 2003: 14). Penelitian kualitatif cenderung berkembang dan banyak berkembang dalam ilmu-ilmu sosial yang berhubungan dengan perilaku sosial atau manusia (Subana dan Sudrajat, 2001: 11). Metode pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deduktif yaitu memfokuskan pembahasan dari umum ke khusus. Paradigma dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Etik. Menurut Kaplan dan Manners (1999: 256-258) cara pandang Etik adalah kategori menurut peneliti dengam mengacu kepada konsep-konsep sebelumnya, dan pendekatan etik menggunakan sudut pandang observer (peneliti). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui studi kepustakaan (library research). Buku-buku yang dijadikan referensi adalah bukubuku yang berkaitan dengan Turki dan Mustafa Kemal Ataturk. Penulis juga melakukan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan tujuan agar memgetahui peninggalan apa saja yang masih ada di Turki sampai saat ini akibat pemikiran \Mustafa \Kemal. Penulis melakukan wawancara dengan warga Indonesia yang tinggal di Turki. Wawancara dilakukan penulis dan narasumber melalui email. Tahap selanjutnya adalah tahap penyeleksian data. Data dari buku dan jurnal ilmiah dijadikan sebagai data primer. Buku-buku tersebut adalah yang membahas seputar perubahan yang terjadi dalam bidang agama, sistem pengetahuan/pendidikan,
sistem
mata
pencaharian/ekonomi,
sistem
18
kemasyarakatan/organisasi sosial, sistem bahasa, sistem teknologi dan sistem kesenian yang terjadi di Turki, yang mana perubahan yang terjadi dalam ketujuh bidang tersebut merupakan hasil akibat pemikiran Mustafa Kemal Ataturk. Data sekunder dapat berupa berita-berita dari berbagai tulisan-tulisan yang terdapat di internet. Data yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kevalidannya akan di hapus dan tidak dimasukan ke dalam pembahasan penelitian ini. Setelah data penyeleksian dan pengelompokan data selesai maka tahap selanjutnya adalah tahap analisis data. Data-data yang dianggap tidak valid, tidak dijadikan referensi dalam penelitian ini. Tahap yang terakhir adalah tahap pendeskripsian hasil analisa ke dalam bentuk laporan tertulis. Setelah tahap pembahasan selesai, maka ditutup dengan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi khalayak umum maupun untuk penelitian selanjutnya. J.
Sistematika Penulisan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga bab yang saling
berkaitan, yaitu bab I berupa pendahuluan. Bab II isi dan pembahasan. Bab III merupakan hasil kesimpulan dan saran. Penjabaran sistematika penulisannya yaitu sebagai berikut: Bab I merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, batasan masalah, teori, sumber data, metode dan teknik penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab ini merupakan landasan pemikiran dalam penelitian yang digunakan untuk menguraikan bab-bab selanjutnya.
19
Bab II berisi pembahasan tentang apa penyebab runtuhnya khilafah Turki Utsmani. Kemudian penulis menjelaskan awal mula terbentuknya negara Turki setelah kehancuran Khilafah Utsmaniyyah. Serta pemikiran Mustafa Kemal Ataturk. Pada bab ini akan dijelaskan tentang siapa serta apa pemikiran dari Mustafa Kemal Ataturk. Bab ini juga merupakan isi pembahasan yang merupakan hasil analisis dari rumusan masalah. Bab ini menjelaskan tentang dampak apa yang terjadi di Turki akibat pemikiran Mustafa Kemal Ataturk dalam perubahan kebudayaan di Turki sesuai dengan tujuh unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat. Bagaimana pemikiran Mustafa Kemal Ataturk membawa perubahan yang besar dalam kebudayaan dan sangat berpengaruh dalam perubahan negara Turki. Selanjutnya dalam bab ini penulis juga akan memaparkan tentang hasil dari pemikiran Mustafa Kemal Ataturk yang masih ada sampai sekarang. Bab III merupakan penutup yang terdiri dari hasil kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran merupakan suatu hasil yang diperoleh oleh peneliti setelah meneliti dan menganalisis pokok-pokok permasalahan pada pembahasan yang dikaji. Kesimpulan dan saran juga berisi bahan yang dapat dijadikan pembelajaran bagi peneliti dan pembaca.