BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan Dengan menganut asas norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera maka tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah persalinan dirasakan sangatlah kuat. Ini wajar karena masyarakat harus memiliki rasa aman bahwa bayi mendapat kemungkinan hidup dan tumbuh kembang secara optimal sampai dewasa. Seperti pada ayat suci Al-4XU¶DQ WHQWDQJ SURVHV SHQFLSWDDQ PDQXVLD maka sudah sewajibnya kita PHUDZDW GHQJDQ EHQDU ED\L EDUX ODKLU ³Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadiakan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang Paling Baik´6XUDW$O-0X¶0LQXX Peranan infeksi neonatal masih cukup besar dalam kematian perinatal. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup.
1
Dalam laporan WHO dikemukakan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi, diantaranya : sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare. Sedangkan, 23% kasus disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh bayi kurang bulan dan BBLR, serta 7% kasus oleh sebab lain. Sepsis Neonatorum sebagai salah satu bentuk penyakit infeksi pada bayi baru lahir masih merupakan masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini. WHO juga melaporkan case fatality rate pada kasus Sepsis Neonatorum masih tinggi, yaitu sebesar 40% (WHO, 2011). Sepsis Neonaturom ini dapat dikategorikan sebagai early (dini) atau late (lambat) onset. 85% bayi yang baru lahir dengan infeksi awal, hadir dalam waktu 24 jam, 5% hadir pada 24-48 jam, dan yang lebih kecil persentase pasien hadir dalam 48-72 jam. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). Insidensi Sepsis Neonatorum ini ialah 1 hingga 8 kasus setiap 1000 kelahiran (Behrman et al, 2004). Dari data dapat disimpulkan bahwa infeksi masih merupakan penyakit utama dengan angka kematian yang cukup tinggi.
2
Sering didapatkan bahwa bayi baru lahir tanpa infeksi selama perawatan di rumah sakit atau klinik bersalin mendapat atau menderita infeksi. Hal ini biasanya kurang mendapat perhatian dan kurang disadari. Dengan kemajuan pendidikan maka pasien mulai sadar dan mempermasalahkan hal ini. Infeksi yang didapatkan selama perawatan tersebut disebut sebagai infeksi nosokomial. Saat ini infeksi nosokomial merupakan problema klinis yang sangat penting. Di negara yang sudah maju hal ini telah lama dikenal dan telah mendapatkan perhatian yang serius. Begitupun infeksi nosokomial ini masih dijumpai antara 5-10% pada rumah sakit-rumah sakit yang telah mempunyai suatu badan yang secara aktif mengontrol penyakit ini (Lubis, 2004). Infeksi nosokomial yang teerjadi di ruang perawatan bangsal bayi baru lahir menimbulkan morbiditas yang bermacam-macam tergantung penyebabnya. Ada dua sumber infeksi nosokomial yang terpenting pada bayi baru lahir, yaitu dari ibu dan lingkungan. Infeksi dari ibu didapat pada waktu persalinan, dan sesudah persalinan. Infeksi yang didapat dari lingkungan biasanya disebabkan oleh infeksi kuman patogen yang ditularkan oleh petugas yang menangani perawatan bayi baru lahir. Misalnya dokter, mahasiswa, perawat, bidan, laboran dan lain-lain. Alat yang dipakai untuk melakukan tindakan pada bayi misalnya alat resusitasi, alat suntik, alat penghisap lendir dan lain-lain). Petugas pelayanan medis yang selalu kontak dengan penderita, harus menyadari bahwa dia adalah media perantara penularan sekaligus sebagai sumber penularan. Tindakan yang ceroboh dalam menangani material dan instrumen agar
3
bebas dari mikroba patogen serta ceroboh menangani penderita, akan berakibat merugikan penderita (Darmadi, 2008). Berdasarkan keadaan tersebut, peranan tenaga keperawatan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial cukup besar. Panitia Medik Pengandalian infeksi rumah sakit hendaknya memberi peran yang lebih besar kepada tenaga keperawatan ini. Tidak hanya mempunyai peran yang sangat berarti dalam proses asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai peran dalam mempersiapkan material medis serta instrumen-instrumen medis. Oleh karena itu, perlu adanya pembagian tugas dan pelatihan bagi tenaga-tenaga keperawatan yang khusus membidangi upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. Kemampuan perawat untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan bermutu. Perawat berperan dalam peegahan infeksi nosokomial , hal ini disebabkan perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung dengan klien dan bahan infeksius. Perawat juga bertanggung jawab menjaga keselamatan klien di rumah sakit melalui pencegahan kecelakaan, cidera, trauma, dan melalui penyebaran infeksi nosokomial (Patricia, 2005). Hasil penelitian tentang pengetahuan dan perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2009 didapatkan ketrampilan baik sebesar 4%, ketrampilan sedang sebesar 78,4%, ketrampilan kurang sebesar 17,6% (Habni, 2009). Dalam meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial diperlukan 4
perilaku yang mendukung menuju perubahan yang lebih baik, khususnya bagi seorang perawat sebagai petugas kesehatan. Maka penulis melakukan suatu penelitian tentang pengetahuan perawatan bayi baru lahir oleh perawat sebagai petugas kesehatan dengan kejadian infeksi nosokomial. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara pengetahuan perawatan bayi pada perawat di rumah sakit dan rumah bersalin dengan angka kejadian infeksi nosokomial pada bayi baru lahir. C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum untuk menjelaskan hubungan antara pengetahuan tentang
perawatan bayi baru lahir pada perawat dengan kejadian infeksi nosokomial pada bayi baru lahir di rumah sakit dan rumah bersalin di wilayah kota Madiun. 2.
Tujuan Khusus :
a. Menjelaskan hubungan antara infeksi nosokomial dengan pengetahuan perawatan bayi baru lahir. b. Menjelaskan jumlah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit dan rumah bersalin di wilayah kota Madiun. c. Menjelaskan pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir.
5
D. Manfaat Penelitian 1. Ditinjau dari sisi teoriktik atau keilmuan Sebagai bahan informasi untuk meneliti lebih lanjut dalam permasalahan kerja perawat (hubungan perawatan bayi baru lahir pada perawat rumah sakit dan rumah bersalin dengan kejadian infeksi nosokomial). 2. Ditinjau dari sisi praktik a. Untuk Rumah Sakit : Sebagai sumbangan informasi bagi pihak rumah sakit dan rumah bersalin untuk menerapkan manajemen perawatan bayi baru lahir secara menyeluruh untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja guna terwujudnya efisiensi dan produktivitas kerja. b. Untuk Penelitian : Memberikan sumber data yang baru bagi peneliti yang lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang infeksi nosokomial. c. Bagi pendidikan keperawatan : Hasil ini diharapkan menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan tentang pencegahan infeksi nosokomial, dan dapat mengembangkan pendidikan keperawatan dalam praktik pencegahan infeksi nosokomial yang lebih baik lagi. 3. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian yang sama belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian yang berhubungan dengan infeksi nosokomial yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya :
6
a. Evaluasi program pengendalian infeksi nosokomial terhadap petugas di rumah sakit (Suatu kajian di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta), Tesis (Nopriadi,2004) b. Infeksi luka operasi nosokomial; penentuan faktor resiko, kuman penyebab dan cara survelians, serta penentuan terhadap biaya langsung rumah sakit, Disertasi (Djojosugito, 1990) c. Dampak infeksi nosokomial luka operasi terhadap biaya perawatan di unit kebidanan dan kandungan RSU Sleman, Tesis (Nainggolan, 1993) d. Analisis situasional pelaksanaan program kebersihan dalam pencegahan infeksi nosokomial di Irnal I (PD) RSUP Dr. Sardjito, Tesis (Widodo, 1996) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penelitian ini difokuskan pada hubungan pengetahuan perawatan bayi baru lahir pada perawat rumah sakit dan rumah bersalin.
7