1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam
Oktaviani, dkk : 2008) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif. Masalah Gizi pada anak balita di Indonesia khusus kasus gizi buruk menurut Riskesdas (2007) masalah gizi kurang pada anak balita di Provinsi Jawa Barat terdapat 9% kasus. Meskipun presentase masalah gizi kurang pada anak balita di Provinsi Jawa Barat berada di bawah batas kondisi yang dianggap serius (10%), ada 7 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang berada pada keadaan serius yaitu : Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota Cirebon dan Kota Depok. Di Pulau Jawa, khususnya Provinsi Jawa Barat pada tahun 2005 sebanyak 25.9 % anak balita dinyatakan mengalami gizi buruk, sedangkan gizi kurang terdapat 16%. Pada tahun 2006 jumlah anak balita yang menderita gizi buruk menunjukkan penaikan dari 1,08% menjadi 1,17%. Secara keseluruhan, gizi kurang dan gizi buruk di Jawa Barat mencapai 17% pada tahun 2008, sedangkan angka penderita gizi
1
2
kurang pada tahun 2007 mencapai 11,02%. Relatif tingginya kasus gizi buruk di provinsi ini berkorelasi dengan tingkat kemiskinan (DKR Jawa Barat, 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi masalah gizi anak balita, baik secara langgsung maupun tidak langgsung. Menurut Depkes RI (2007) ada dua faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami kurang gizi, yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung timbulnya masalah kurang gizi pada anak balita adalah adanya penyakit infeksi serta konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhannya. Faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor penunjang timbulnya masalah kurang gizi pada anak balita adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan, sosial ekonomi (daya beli) yang masih rendah, ketersediaan pangan ditingkat keluarga yang tidak mencukupi, pola konsumsi yang kurang baik, serta fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sulit dijangkau hal itu sangat berdampak pada kualitas sumber daya manusia dimasa depan. Pendidikan ibu menurut Departemen Kesehatan (1990) merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga juga berperan dalam penyusunan menu untuk keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak balita. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara untuk menambah pengetahuan ibu mengenai gizi anak balita adalah melalui pendidikan. Pendidikan dapat dilakukan melalui jalur formal, non formal, dan informal. Salah satu bentuk pendidikan yang bersifat non formal dapat
3
diperoleh melalui konsultasi gizi. Konsultasi gizi menurut Besty (1997) merupakan suatu proses dalam membantu seseorang mengerti tentang keadaan dirinya, lingkungannya dan hubungan dengan keluarganya dalam membangun kebiasaan yang baik termasuk makan sehingga menjadi sehat dan produktif. Konsultasi gizi melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung. Konsultasi gizi memiliki tujuan umun yaitu melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran dan pengembangan pribadi di bidang gizi. Konsultasi gizi merupakan kegiatan rutin yang biasa dilakukan di Posyandu dengan fokus untuk meningkatkan status gizi anak balita yang kurang sehingga dapat tercapai kondisi pertumbuhan anak balita secara normal. Konsultasi gizi dilakukan antara ibu yang memiliki anak balita bermasalah gizi dengan ahli gizi dari Puskemas wilayah yang bertugas untuk memantau aktifitas setiap Posyandu. Hal ini dikarenakan kurang gizi pada anak balita merupakan suatu keadaan yang akan menganggu bagi kelangsungan hidup sehingga dapat menghambat tumbuh kembang anak balita bahkan menyebabkan kematian. Salah satu Posyandu yang menyelenggarakan konsultasi gizi adalah Posyandu di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung. Di dalam Posyandu tersebut terdapat lima pos meja dengan satu kader yang memiliki tugas yang berbeda. Meja pertama adalah tempat untuk mengecek kesehatan lansia, meja kedua adalah tempat anak balita untuk penimbangan berat badan anak balita dan pengukuran tinggi badan anak balita, meja ketiga adalah tempat pencatatan kartu menuju sehat (KMS), meja keempat adalah tempat pembagian makanan
4
tambahan (PMT) untuk anak balita, dan yang terakhir meja kelima adalah tempat konsultasi gizi dengan ahli gizi dari Puskemas wilayah dan juga tempat untuk vaksinasi anak. Hasil kemajuan konsultasi gizi antara ibu dan ahli gizi dari Puskemas wilayah akan dipantau melalui kader Posyandu, dengan cara mendatangi rumah ibu yang memiliki anak balita bermasalah gizi dan juga pemantauan melalui proses penimbangan yang dilakukan Posyandu setiap satu bulan sekali, karena keterbatasan waktu pihak Puskemas memberikan tugas pemantauan kemajuan melalui para kader Posyandu. Para kader sebelumnya telah diberikan pembekalan hal-hal yang telah dikonsultasikan dengan ahli gizi dari Puskesmas wilayah, sehingga para kader memahami dan membantu masalah gizi yang dialami oleh masing-masing ibu. Materi konsultasi gizi yang dilakukan berkaitan dengan penyelenggaraan makanan, karena salah satu faktor langgsung yang mempengaruhi status gizi balita adalah konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhannya. Djuarni (1998:273) mengemukakan bahwa “penyelenggaraan makanan sebagai proses pengolahan makanan, mulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan dan perawatannya, persiapan dan pengolahan serta pelayanan”. Salah satu materi yang dikonsultasikan adalah perencanaan, pengolahan dan cara pemberian makan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita berstatus gizi kurang. Materi konsultasi gizi yang diberikan kepada para ibu oleh ahli gizi dari Puskesmas wilayah adalah perencanaan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita yang meliputi penyusunan menu sehat seimbang, pengetahuan
5
pemilihan bahan makanan yang sehat dan pola makan sehat untuk anak balita. Pengolahan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita yang meliputi cara mengolah bahan makanan dan teknik memasak untuk makanan anak balita. Pemberian makanan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita yang meliputi cara pemberian makanan pada anak balita. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Posyandu di Kelurahan Pasteur, 44 anak dari 1066 anak balita di Kelurahan Pasteur atau sekitar 5% masih mengalami gizi kurang. Oleh karena itu dengan adanya konsultasi gizi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh ibu untuk memperoleh pengetahuan mengenai penyelenggaraan makanan untuk mengembalikan status gizi anak balita yang kurang kembali menjadi normal. Pemanfaatan menurut Seels dan Richey (dalam wijayah kusumah : 2009) adalah aktivitas dalam menggunakan proses dan sumber belajar. Pemanfaatan konsultasi gizi dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita adalah aktivitas dalam menggunakan proses komunikasi dua arah untuk mengenali, mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi seseorang dalam kegiatan perencanaan, pembelajaran, penyimpanan, pengolahan dan menghidangkan makanan untuk balita usia 1 sampai 5 tahun yang mempunyai status gizi kurang. Konsultasi gizi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan sehingga ibu dapat memperbaiki status gizi anak balitanya. Posyandu yang menyelenggarakan konsultasi gizi adalah Posyandu di Kelurahan Pasteur karena masih terdapat anak balita yang mengalami status gizi kurang. Berdasarkan uraian diatas penulis sebagai mahasiswa yang mempelajari tentang
6
gizi, tumbuh kembang anak balita, penyuluhan gizi, evaluasi pembelajaran dan belajar dan pembelajaran tertarik untuk meneliti pemanfaatan konsultasi gizi dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita yang dilakukan di Posyandu Kelurahan Pasteur.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah Latarbelakang dan alasan pemilihan masalah yang telah dikemukakan dapat
dijadikan dasar untuk mengungkapkan ruang lingkup masalah dalam penulisan skripsi ini. Penelitian ini berkaitan dengan pemanfaatan konsultasi gizi untuk peningkatan penyelenggaraan makanan untuk anak balita berstatus gizi kurang di Posyandu Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung. Pelaksanaan Konsultasi Gizi di Kelurahan Pasteur merupakan program pemerintah yang dilakukan dalam upaya meningkatkan status gizi anak balita sehingga dapat tercapai kondisi pertumbuhan anak balita secara normal. Materi yang disampaikan oleh ahli gizi dari Puskesmas wilayah kepada pada ibu tentang konsultasi gizi yang dilakukan meliputi ruang lingkup perencanaan pengolahan dan pemberian makanan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita, diharapkan para ibu dapat memiliki perubahan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita berstatus gizi kurang. Dari rumusan masalah di atas maka permasalahan penelitian ini untuk lebih jelasnya penulis membatasi pada :
7
a.
Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan perencanaan yang meliputi penyusunan menu sehat seimbang, pengetahuan pemilihan bahan makanan yang sehat dan pola makan sehat untuk anak balita.
b.
Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pengolahan yang meliputi cara mengolah bahan makanan dan teknik memasak untuk makanan anak balita.
c.
Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pemberian makanan yang meliputi cara pemberian makanan pada anak balita.
2.
Perumusan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini penulis merumuskan masalah pelaksanaan
Konsultasi Gizi di Kelurahan Pasteur sebagai program pemerintah dalam rangka meningkatkan status gizi anak balita sehingga dapat tercapai kondisi pertumbuhan anak balita secara normal, yang kemudian dijadikan sebagai judul yaitu “Pemanfaatan Konsultasi Gizi untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita di Posyandu Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung”
8
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran data,
kemudian disusun dan dijelaskan serta dianalisis tentang pemanfaatan konsultasi gizi untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita.
2.
Tujuan Khusus Tujuan Penulis mengadakan penelitian ini adalah memperoleh gambaran
secara spesifik tentang: a.
Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan perencanaan yang meliputi penyusunan menu sehat seimbang, pengetahuan pemilihan bahan makanan yang sehat dan pola makan sehat untuk anak balita.
b.
Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pengolahan yang meliputi cara mengolah bahan makanan dan teknik memasak untuk makanan anak balita.
c.
Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pemberian makanan yang meliputi cara pemberian makanan pada anak balita.
9
D.
Asumsi Dalam penelitian penulis akan menngemukakan beberapa asumsi yang
merupakan anggapan dasar sebagai pendapat kebenarannya dapat diterima oleh umum. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh W. Surachmad, (1985:97) bahwa Asumsi adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka yang menjadi asumsi dalam penelitian ini : 1.
Konsultasi gizi merupakan kegiatan diluar sistem pendidikan sekolah yang dilakukan oleh ahli gizi dari Posyandu Wilayah yang kemudian dipantau oleh para kader posyandu dalam upaya meningkatkan status gizi sehingga dapat tercapai kondisi pertumbuhan anak secara normal. Pernyataan ini didukung Panduan Gizi Rumah Sakit (1991) yang menjelaskan bahwa konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan pengertian dan sikap positif terhadap makanan agar seseorang dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam hidup sehari-hari.
2.
Konsultasi gizi di Posyandu difokuskan pada penyelenggaraan menu makan anak balita yang meliputi kegiatan perencanaan menu, pengolahan dan cara pemberian makanan, agar terpenuhinya keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi anak balita berstatus gizi kurang sehingga tercapai kondisi pertumbuhan yang normal. Pernyataan ini didukung oleh Djuarni
10
(1998:273) bahwa penyelenggaraan makanan adalah proses pengolahan makanan, mulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan dan perawatannya, persiapan dan pengolahan serta pelayanan.
E.
Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian digunakan untuk mengarahkan penelitian dalam
mengumpulkan data. Penulis akan menjabarkan tujuan kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Bagaimana
pemanfaatan
konsultasi
gizi
oleh
ibu
untuk
peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan perencanaan yang meliputi penyusunan menu sehat seimbang, pengetahuan pemilihan bahan makanan yang sehat dan pola makan sehat untuk anak balita? 2.
Bagaimana pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pengolahan yang meliputi cara mengolah bahan makanan dan teknik memasak untuk makanan anak balita?
3.
Bagaimana pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pemberian makanan yang meliputi cara pemberian makanan pada anak balita?
11
F.
Metode Penelitian
1.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode desktiptif, dengan tujuan
untuk mengadakan gambaran tentang masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhman (1980 : 40) bahwa penelitian deskriptif : a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah aktual. b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa Setelah data diperoleh dari hasil penelitian lapangan, disusun dan dijelaskan serta dianalisa. Kemudian berdasarkan data yang telah dianalisa barulah diambil suatu kesimpulan dan saran-saran.
2.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
angket atau kuesioner. Menurut Suharsimi (1998:138) angket atau kuesioner adalah : “Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui” Dalam penelitian ini penulis mempergunakan angket yang ditujukan kepada responden, yaitu ibu yang memiliki anak balita yang mengalami gizi kurang di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung untuk memperoleh data mengenai pemanfaatan konsultasi gizi untuk penyelenggaraan makan anak balita.
12
G.
Lokasi dan Sampel Penelitian
1.
Lokasi Lokasi yang dipilih untuk penelitian tentang pemanfaatan konsultasi gizi
untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita adalah Posyandu di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung.
2.
Populasi dan Sampel Penelitian
a.
Populasi Populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian. Sesuai dengan judul “Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita (Penelitian terbatas Pada Ibu-ibu Di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung)”, maka yang menjadi populasi berdasarkan data dari Posyandu di Kelurahan Pasteur tahun 2010 adalah ibu yang memiliki anak balita sebanyak 1066 ibu anak balita. b.
Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
(sample bertujuan). Sampel penelitian adalah 44 ibu yang memiliki anak balita yang berstatus gizi kurang dari 13 RW di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung dengan perincian sebaran sampel ibu yang mempunyai anak balita dengan status gizi kurang pada Tabel 1 sebagai berikut:
13
Tabel 1 Sebaran Sampel Ibu yang Mempunyai Anak Balita dengan Status Gizi Kurang Pada Bulan Mei di Kelurahan Pasteur
No.
Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08 RW 09 RW 10 RW 11 RW 12 RW 13 JUMLAH
Status Gizi Gizi Normal Gizi Kurang ( balita ) ( balita ) 138 113 11 75 75 4 111 6 58 2 61 1 52 46 9 63 8 73 82 3 65 1022 44
Sumber : Data Posyandu di Kelurahan Pasteur Tahun 2010
Jumlah 138 124 75 79 117 60 62 52 65 71 73 85 65 1066