BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tugas Akhir ini berjudul “Terjemahan cerita anak Churiippu Hoikuen, Kujiratori, Chikochan dalam buku Iyaiyaen”. Menurut Hunt (via Ampera, 2010:10), sastra anak adalah buku-buku bacaan atau karya sastra yang sengaja ditulis sebagai bacaan anak, isinya sesuai dengan minat dan pengalaman anak dan sesuai dengan tingkat perkembangan emosi dan intelektual anak. Menurut Ampera (2010: 12), ada beberapa manfaat yang didapat anak melalui sastra anak sebagai bacaan. Pertama, anak akan memperoleh kesenangan dan mendapatkan kenikmatan ketika membaca atau mendengarkan cerita yang dibacakan untuknya. Adanya satra anak sebagai bacaan dapat memberikan hiburan yang menyenangkan dan memuaskan pembaca. Kedua, anak dapat mengembangkan
imajinasinya.
Dengan
membaca
cerita,
anak
dapat
membayangkan sesuatu yang belum didapatkan sebelumnya. Ketiga, kemampuan berbahasa anak akan meningkat. Meskipun bahasa dalam sastra anak merupakan bahasa yang sederhana, tetapi anak akan mendapatkan pengalaman berbahasa. Keempat, anak akan lebih memahami kehidupan sosial. Perilaku tokoh yang menggambarkan hubungan antarindividu, dapat menumbuhkan kesadaran anak untuk hidup bermasyarakat. Kelima, anak akan mengenal budaya. Melalui sastra,
1
2
anak akan menjumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi, akhir-akhir ini minat baca anak semakin berkurang. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh teknologi seperti internet, televisi dan game online. Selain itu, saat ini orang tua lebih suka membelikan gadget daripada membelikan buku untuk anaknya. Hal ini dapat berdampak buruk bagi anak. Misalnya, anak susah untuk berinteraksi dengan lingkungan, mempunyai sifat yang egois, dan anak kurang memiliki nilai sosial bermasyarakat. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca anak. Salah satunya adalah menyediakan buku cerita anak yang bermutu. Buku cerita anak yang bermutu tidak hanya didapat melalui buku hasil karya dalam negeri tetapi juga buku hasil karya luar negeri. Buku cerita anak hasil karya luar negeri yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia juga semakin banyak. Misalnya Cinderella, Putri Salju dan lain-lain. Pada umumnya, buku cerita anak hasil terjemahan lebih menghibur daripada buku cerita anak karya dalam negeri yang cenderung bersifat menggurui. Hal ini menyebabkan anak-anak lebih menyukai buku cerita anak hasil terjemahan. Banyak juga buku cerita anak
hasil karya luar negeri yang belum
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia Salah satunya adalah buku Iyaiyaen. Buku ini secara umum menceritakan seorang anak kecil berusia 4 tahun bernama Shigeru. Selain itu, dalam buku ini terdapat juga petualangan fantasi Shigeru dan teman-temannya. Shigeru adalah murid kelompok bermain Tulip. Hampir semua
3
peraturan yang ada di kelompok bermain Tulip dilanggar oleh Shigeru. Guru dan teman-temannya menganggap bahwa Shigeru adalah anak yang bandel. Biasanya para orang tua mengatakan bahwa anak berusia 3-6 tahun sebagai “usia sulit” atau usia yang mengandung masalah, seperti tokoh utama Shigeru yang berumur 4 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia ini anak sedang mengalami masa rawan sakit atau terkena penyakit. Selain itu, pada usia ini anak dalam masa proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Oleh karena itu, anak sering tampak “bandel”, keras kepala, menjengkelkan dan melawan orang tua. Berdasarkan fakta tersebut, penulis ingin menambah koleksi buku cerita terjemahan yang bertemakan kenakalan anak dengan harapan banyak pelajaran yang dapat diambil dari buku cerita Iyaiyaen. Buku cerita ini ditulis oleh Rieko Nakagawa. Buku ini mempunyai 7 bab, yaitu Churiippu Hoikuen, Kujiratori, Chikochan, Yama No Koguchan, Ookami, Yamanobori, Iyaiyaen. Akan tetapi, penulis hanya menerjemahkan 3 bab dari buku ini, yaitu Churiippu Hoikuen, Kujiratori, Chikochan sebagai tugas akhir. Selain menerjemahkan buku cerita ini, penulis juga tertarik untuk menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang muncul pada cerita ini. Secara umum, karakter tokoh utama Shigeru dianggap “bandel” oleh lingkungan sekitarnya, seperti guru dan teman-temannya. Akan tetapi, pada bagian cerita yang diterjemahkan penulis tidak terlalu banyak menceritakan karakter tokoh utama Shigeru sehingga penulis tidak dapat membahas lebih lanjut mengenai Shigeru yang dianggap bandel oleh lingkungan sekitarnya. Selain itu,
4
dalam cerita ini juga diceritakan tokoh-tokoh selain Shigeru. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita ini mempunyai usia yang hampir sama dengan Shigeru. Oleh karena itu, penulis membahas tentang pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak yang tampak pada perilaku tokoh-tokoh dalam buku cerita ini.
1.2 Pokok Bahasan Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa pokok bahasan dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu: 1. Bagaimana proses menerjemahkan dan hasil terjemahan dari cerita Churiippu Hoikuen, Kujiratori, Chikochan dalam buku Iyaiyaen? 2. Pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak seperti apa sajakah yang tampak pada perilaku tokoh-tokoh yang pada cerita Churiippu Hoikuen, Kujiratori, Chikochan dalam buku Iyaiyaen?
1.3 Tujuan Terdapat beberapa tujuan dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu : 1. Memaparkan hasil terjemahan cerita Churiippu Hoikuen, Kujiratori, Chikochan dalam buku Iyaiyaen dengan baik dan benar.
5
2. Mendeskripsikan pola-pola emosi umum pada awal masa kana-kanak seperti apa yang tampak pada perilaku tokoh-tokoh yang ada pada cerita Churiippu Hoikuen, Kujiratori, Chikochan dalam buku Iyaiyaen.
1.4 Landasan Teori 1.4.1 Definisi Penerjemahan Dalam menerjemahkan tugas akhir ini, penulis menggunakan landasan teori yang berupa definisi penerjemahan. Ada beberapa definisi terjemahan menurut beberapa pakar terjemahan dan linguis. Akan tetapi, penulis menggunakan definisi yang dipaparkan oleh McGuire. Menurut McGuire (via Nadar, 2007:6), definisi menerjemahkan adalah “The rendering of a source language (SL) text into the target language (TL) so as to ensure that the surface meaning of the two will be approximately similar and the structures of the source language (SL) will be preserved as closely as possible but not so closely that the target language (TL) structures will be distorted” Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa menerjemahkan adalah penyampaian
teks
bahasa
sumber
ke
dalam
bahasa
sasaran
dengan
memperhatikan bahwa makna lahir teks dalam kedua bahasa itu akan sama atau hampir sama dan struktur bahasa sumber tetap terjaga secara ketat walaupun tidak berarti harus mengorbankan struktur bahasa sasaran.
6
1.4.2 Pola-pola Emosi Umum pada Awal Masa Kanak-kanak Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Menurut Susanto (2011:135), emosi adalah perasaan batin seseorang, baik berupa pergolakan pikiran, nafsu, keadaan mental dan fisik yang dapat muncul ke dalam bentuk-bentuk atau gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, murung, kesal, iri, cemburu, senang, kasih sayang, dan ingin tahu. Menurut Hurlock (via Susanto, 2011:150), ada beberapa pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak yaitu, 1. Amarah. Penyebab amarah yang paling umum ialah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompatlompat, atau memukul. 2. Takut. Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, dan televisi dengan film-film yang menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut ialah panik, kemudian menjadi lebih khusus lagi seperti lari, menghindar, bersembunyi, dan menangis. 3. Cemburu. Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orangtua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan
7
kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkan dengan perilaku seperti anak kecil. Misalnya pura-pura sakit, atau menjadi anak yang nakal berlebihan. Perilaku ini bertujuan untuk menarik perhatian orangtuanya. 4. Ingin tahu. Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. 5. Iri hati. Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki orang lain. 6. Gembira. Anak mengungkapkan kegembiraan dengan senyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuat bahagia. 7. Sedih. Anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau yang penting bagi dirinya. Misalnya orang, binatang atau benda mati. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya. 8. Kasih sayang. Anak-anak belajar mencintai orang lain, binatang, atau benda yang menyenangkannya. Anak mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk dan mencium objek kasih sayangnya.
8
1.5 Metode Penerjemahan Metode penerjemahan yang digunakan penulis dalam menerjemahkan buku cerita ini adalah terjemahan dinamis/fungsional. Menurut Sudiati dan Widyamartaya
(2005:14),
terjemahan
dinamis/fungsional
adalah
pengalihbahasaan yang mempertahankan makna yang terkandung dalam bahasa sumber, sekaligus memperhatikan kekhususan bahasa sasaran. Terjemahan ini disebut juga terjemahan idiomatis. Cara penerjemahan ini sangat serius dalam mencari padanan yang wajar dan terdekat dalam bahasa sasaran yang dapat mengungkapkan arti dan fungsi yang dimaksud dalam teks aslinya.
1.6 Langkah-langkah penerjemahan Sebelum menerjemahkan sebuah cerita, penerjemah harus mengetahui langkah-langkah
penerjemahan.
Penulis
menggunakan
langkah-langkah
penerjemahan yang dipaparkan oleh Bathgate. Menurut Bathgate (via Sudiati,dkk 2005:11), ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh penerjemah. Pertama, tuning atau penjajakan. Penerjemah harus menjajaki terlebih dahulu untuk mengenal naskah yang akan diterjemahkan. Kedua, analysis atau analisis. Penerjemah harus menganalisis dengan cara memecah kalimat atau alinea yang panjang dan kompleks menjadi lebih sederhana. Ketiga, understanding atau pemahaman. Penerjemah mulai menggunakan kamus, tesaurus dan sumber informasi lain seperti bertanya kepada native speaker untuk menangani arti kata, istilah atau terminologi. Keempat, terminology atau peristilahan. Penerjemah akan
9
memberikan istilah yang tepat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Kelima, restructuring atau penyusunan kembali. Setelah menyelesaikan tahap keempat, penerjemah akan menyusun semua bahan yang sudah disiapkan ke dalam bahasa sasaran.
Keenam, checking atau pengecekan. Penerjemah
memeriksa ulang hasil terjemahannya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kekurangan. Ketujuh, discussion atau diskusi. Penerjemah perlu mendiskusikan hasil terjemahannya kepada orang lain seperti dosen pembimbing agar sempurna.
1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini berisi empat bab. Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pokok bahasan, tujuan penulisan, landasan teori, metode terjemahan, langkah-langkah penerjemahan dan sistematika penulisan. Bab II berisi teks asli, teks terjemahan per kalimat dan hasil terjemahan. Bab III berisi deskripsi tentang pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak seperti apa yang tampak pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini. Bab IV berisi penutup.