BAB I PENDAHULUAN
1.1
Topik / Judul Tayangan Topik yang dipilih oleh penulis adalah editing dalam pasca produksi
tayangan drama dokumenter “Seniman Kulit Telur”. Judul Tayangan
1.2.
: Seniman Kulit Telur
Latar Belakang Ketika berbicara mengenai suatu produksi, pastilah tidak lepas dari kata
pra produksi, produksi dan pasca produksi. Pra produksi dilakukan sebelum produksi dilakukan yaitu mempersiapkan segala sesuatunya untuk kebutuhan produksi, dan pasca produksi dilakukan setelah kegiatan produksi atau tahapan akhir dari sebuah produksi. Yang dilakukan pada pasca produksi adalah merapihkan, menyaring, membuang hasil produksi yang tidak layak, membumbui, mewarnai, memperindah dan segala sesuatu yang dilakukan agar hasil produksi layak ditonton oleh khalayak. Semua produksi jenis tayangan harus melalui tahapan pasca produksi agar layak ditayangkan atau layak dipertonton bagi khalayak. Kegiatan yang biasa dilakukan dalam pasca produksi tayangan televisi adalah editing. Dalam produksi tayangan televisi memiliki jenis produksi tayangan yang berbeda-beda, yaitu
berita, musik, feature, infotainment, documenter dan drama documenter. Pada tahapan editing pun memiliki konsep yang berbeda-beda. Berita misalnya, lebih mengkedepankan unsur fakta, aktual, dan mengabaikan nilai seni dalam tahap editing. Dalam pelaksanaan editing gambar kita tidak dapat membuat ketentuanketentuan waktu (panjang gambar), karena bila kita membuat ketentuan-ketentuan atau batasan waktu maka akan banyak gambar yang dipotong tidak pada tempatnya. Begitu juga musik atau video klip yang mengabaikan fakta, aktual dan etika gambar namun lebih mengkedepankan nilai seni seperti mengikuti ketukan atau irama musik. Feature yang tetap bertumpu pada fakta dan mengulas lebih dalam, namun harus bisa menghibur permirsa. Infotainment dengan konsep editing yang bertempo cepat mengikuti narasi akan tetapi mengabaikan etika gambar, bahkan merusaknya dengan sentuhan-sentuhan efek visual. Dokumenter yang mengacu pada fakta, semua materi gambar adalah realita namun tidak harus aktual membuat dokumenter tidak harus mengacu pada nilai seni. Sedangkan drama dokumenter tetap mengacu pada fakta namun materi gambar tidak semua adalah gambar realita, seperti gambar reka ulang yang diseting sutradara namun tetap mengacu pada fakta, karena itu konsep editing bisa memiliki etika dan continuity yang baik namun tetap mengikuti narasi dan naskah yang ada. Berdasarkan dari pengamatan penulis, penulis tertarik untuk terjun menjadi editor pada suatu tayangan drama dokumenter, karena penulis ingin
memahami lebih dalam seni editing dalam tayangan drama dokumenter yaitu bagaimana dan menggunakan teori apa saja dalam tahapan editing drama dokumenter tersebut. 1.3.
Jenis Tayangan Jenis tayangan dalam pasca produksi ini adalah Drama Dokumenter.
1.4.
Kegunaan Tayangan Kegunaan tayangan berjudul “Seniman Kulit Telur” adalah sebagai
berikut: a. Menyampaikan inovasi baru dibidang kewirausahaan yaitu dengan adanya karya seni yang terbuat dari bahan dasar kulit telur. b. Menyampaikan agar memanfaatkan atau mendaur ulang sampah guna menciptakan ramah lingkungan.
1.5.
Target Penonton Target Penonton atau biasa yang disebut Target Audience yang dituju dari
tayangan Drama Dokumenter “Seniman Kulit Telur” adalah semua golongan dengan usia sebagai berikut: a. Usia
: Remaja (13th – 17th) Dewasa (18th – 35th) Orang tua (36th – ke atas)
Jenis kelamin b. Status Sosial Ekonomi
: Laki-laki dan Perempuan : A (Kelas Atas) B (Menengah ke atas) C (Menengah ke bawah) D (Kelas Bawah)
Target Penonton dalam tayangan “Seniman Kulit Telur” adalah usia-usia produktif dalam bekerja, yaitu mulai dari usia 15 tahun sampai dengan 54 tahun untuk kategori pria dan wanita dengan berstatus ekonomi semua golongan, yaitu A, B, C dan D.
1.6.
Target Biaya Produksi Target biaya produksi drama dokumenter “Seniman Kulit Telur” adalah
Rp.3.445.000,- dengan rincian biaya sebagai berikut : Dana Pra Produksi: a. Observasi
: Rp. 100.000,-
b. Transportasi
: Rp. 100.000,-
Dana Produksi: a. Narasumber
: Rp. 300.000,-
b. Talent
: Rp. 500.000,-
c. Konsumsi
: Rp. 250.000,-
d. Lokasi
: Rp. 200.000,-
Dana Pasca produksi: a. DVD (@Rp. 10.000,-) x 3 buah
: Rp. 30.000,-
b. Media Promo: 1. Kaos
(2 lusin)
: Rp. 660.000,-
2. Topi
(1 lusin)
: Rp. 200.000,-
3. Tas
(1 lusin)
: Rp. 350.000,-
4. Jam
(2 buah)
: Rp. 125.000,-
5. Gelas Mug
(2 buah)
: Rp. 75.000,-
6. Mousepet
(2 buah)
: Rp. 50.000,-
7. Sticker
(2 lembar A3)
: Rp. 50.000,-
8. Gantungan Kunci
(2 buah)
: Rp. 30.000,-
9. X-Banner
(1 buah)
: Rp. 200.000,-
10. Poster
(4 buah)
: Rp. 60.000,-
11. Frame Kulit Telur
(1 buah)
: Rp. 175.000,+
TOTAL
: Rp. 3.445.000,-
TERBILANG : TIGA JUTA EMPAT RATUS EMPAT PULUH LIMA RIBU RUPIAH
1.7.
Lokasi Pasca Produksi Lokasi pasca produksi (editing) dilakukan di rumah penulis di daerah
Bekasi.
1.8.
Media Promosi Media promosi merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan drama
dokumenter “Seniman Kulit Telur” agar dapat dengan mudah dikenal oleh orang banyak. Media promosi yang paling tua adalah media dari mulut ke mulut. Media ini
memang
sangat
efektif,
tetapi
kurang
efisien
karena
kecepatan
penyampaiannya tidak dapat diukur dan dipikirkan. Media promosi klasik berupa : brosur, poster, bookflat, pin, spanduk, baligho, billboard, neon box, standing banner, kartu nama, jam dinding, poster/ sticker untuk dimobil/ truck, piring/ gelas, iklan di TV, iklan media cetak dan sebagainya.