perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Pendirian Pabrik Etil asetat merupakan salah satu jenis solvent atau pelarut yang memiliki
rumus CH3COOC2H5. Cairan jernih tak berwarna dan berbau harum atau khas ini mempunyai beberapa sifat antara lain larut dalam khloroform, alkohol serta eter, mempunyai titik didih sebesar 77oC dan berat jenis 0,8945 gr/ml (25oC) Di Indonesia, etil asetat memiliki pasar yang cukup luas seperti industri tinta cetak, cat dan thinner, PVC film, industri farmasi, dan sebagainya. Kendati industri yang menggunakan bahan baku etil asetat di dalam negeri dewasa ini sedang kurang menggairahkan, namun di masa mendatang diperkirakan mempunyai prospek yang cukup baik. Etil asetat di Indonesia diproduksi oleh PT Indo Aciditama Chemical Industri Solo, Jawa Tengah dan PT Showa Esterindo Industries Merak, Jawa Barat. Karena kebutuhan etil asetat di dalam negeri semakin meningkat, sedangkan hanya ada dua produsen etil asetat maka kami merancang pendirian pabrik etil asetat ini di dalam negeri. Pendirian pabrik etil asetat ini didasari oleh pertimbangan-pertimbangan berikut : a. Dapat memenuhi kekurangan kebutuhan etil asetat dalam negeri b. Membuka
lapangan
kerja
baru,
sehingga
pengangguran commit to user 1
menurunkan
tingkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Mendukung usaha pemerintah dalam pengembangan industri kimia yang menggunakan etil asetat sebagai bahan baku d. Menghemat devisa negara karena mengurangi beban impor.
I.2
Kapasitas Perancangan Dalam menentukan kapasitas rancangan pabrik perlu melihat kapasitas
minimum atau sama dengan kapasitas pabrik yang sudah ada. Selain itu, penentuan kapasitas juga harus mendekati kebutuhan dalam negeri akan produk yang dihasilkan. Penentuan kapasitas pabrik etil asetat berdasar atas pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : 1. Kebutuhan / pemasaran produk Kebutuhan etil asetat dalam negeri selama ini sebagian masih diimpor dari luar negeri. Impor etil asetat ini didatangkan dari banyak negara. Namun dalam beberapa tahun terakhir jumlah terbesar dipasok dari beberapa negara saja antara lain Jepang, Korea, Taiwan dan Singapura. Perkembangan impor etil asetat di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini. Tabel I.1 Impor Etil Asetat di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2009-2012) Tahun
Jumlah (ton)
2009
7.936,195
2010
10.054,766
2011
17.171,801
2012
31.610,803 commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah impor (ton)
35000 y = 7.814,09x - 1,5E+06 R² = 0,89
30000 25000 20000 15000 10000
5000 0 2008
2009
2010
2011
2012
2013
tahun Gambar I.1 Grafik Impor Etil Asetat di Indonesia (BPS, 2009-2012) Bila dilakukan pendekatan linier, akan diperoleh persamaan: y = 7814,09x – 1,5E+06
(I–1)
Berdasarkan persamaan (I-1) diperkirakan pada tahun 2017 Indonesia membutuhkan tambahan etil asetat sebesar 67.493,22 ton/tahun.
2. Ketersediaan bahan baku Ketersediaan bahan baku sangat mempengaruhi kelangsungan proses suatu pabrik. Bahan baku pembuatan etil asetat terdiri dari etanol dan asam asetat menggunakan katalis resin aktif amberlyst 35 wet. Bahan baku etanol diperoleh dari PT Molindo Raya Industrial di Malang dengan kapasitas produksi 50.000 kL/tahun, asam asetat diperoleh dari PT Indo Acidatama Tbk (Solo) dengan kapasitas produksi 33.000 ton/tahun (PT Indo Acidatama, 2012). commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kapasitas minimum Kapasitas minimal pabrik yang layak berdiri dapat diketahui dari kapasitas pabrik-pabrik yang telah ada. Berikut ini pabrik etil asetat yang ada di dunia beserta kapasitasnya. Tabel I.2 Kapasitas Produksi Etil Asetat di Berbagai Negara (Dutia, 2004) Nama Perusahaan
Lokasi
Kapasitas (ton/tahun)
Aliachem
Pardubice, Czech Republic
12000
Atanor
Buenos Aires, Argentina
10000
BP Chemicals
Hull, UK
Celanese
La Cangrejera, Mexico
92000
Pulau Sakra Singapura
60000
Chiba Ethyl Acetate
Ichihara, Jepang
50000
Eastman
Kingsport, Tennessee, US
27000
Longview, Texas, US
32000
Ercros
Tarragona, Spain
60000
International Ester
Ulsan, Korea Selatan
75000
Jubilant Organsys
Gajraula and Nira, India
32000
Korea Alcohol Industrial
Ulsan, Korea Selatan
25000
Kyowa Hakko Kogyo
Yokkaichi, Jepang
40000
Laxmi Organic Industries
Mahad, India
35000
Rhodia Brasil
Paulinia, Brazil
Sasol
Secunda, Afrika Selatan
50000
Shandong Jinyimeng Chemical
Shandong, Cina
80000
Shanghai Jinyimeng Chemical
Wujing, Cina
30000
Showa Esterindo Indonesia
Merak, Indonesia
60000
commit to user 4
220000
100000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan kapasitas pabrik di atas, maka ditetapkan kapasitas pabrik etil asetat 20.000 ton/tahun, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga dapat mengurangi beban impor.
I.3
Pemilihan Lokasi Pabrik Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam
perancangan pabrik. Lokasi pabrik harus dapat memberikan keuntungan jangka panjang dan menjamin kelangsungan pabrik untuk terus beroperasi. Kawasan industri Gresik, Jawa Timur dipilih sebagai lokasi pendirian pabrik berdasarkan pertimbangan beberapa faktor, yaitu (Peters and Timmerhaus, 1991) : a. Lokasi sumber bahan baku b. Pemasaran produk c. Transportasi d. Utilitas e. Tenaga kerja f. Ketersediaan
lahan
yang
memadai g. Iklim h. Komunikasi i. Kebijakan pemerintah j. Kondisi tanah dan daerah commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
I.3.1
digilib.uns.ac.id
Lokasi sumber bahan baku Lokasi sumber bahan baku merupakan hal yang paling utama dalam
pengoperasian suatu pabrik. Bahan baku asam asetat diperoleh dari PT Indo Acidatama Tbk (Solo), etanol diperoleh dari PT Molindo Raya (Malang), dan katalis resin amberlyst-35 wet diperoleh dengan mengimpor dari Rohm and Haas Company.
I.3.2
Pemasaran produk Pemilihan lokasi pendirian pabrik di Gresik dapat mempermudah pemasaran
untuk industri dalam negeri maupun luar negeri, karena kota Gresik dilalui jalur Pantura yang menghubungkan Gresik-Surabaya. Jawa Timur juga memiliki banyak
industri kertas (PT Kertas Leces (PERSERO) Integrated Pulp and Mill di Purbolinggo dan Surabaya), industri tinta cetak, tiner, dan cat (PT Warnatama Cemerlang di Gresik, Jawa Timur) serta industri lem perekat (perusahaan Meddha Sidha di Surabaya, Jawa Timur) yang menggunakan etil asetat untuk menunjang proses produksi. Selain itu, pendirian pabrik etil asetat di Gresik, Jawa Timur dapat mendorong pendirian industri-industri lain yang memerlukan etil asetat sebagai bahan baku.
I.3.3
Transportasi Ketersediaan transportasi sangat mendukung distribusi produk dan bahan
baku baik melalui laut maupun darat. Daerah yang dijadikan sebagai lokasi pabrik harus mempunyai fasilitas transportasi yang memadai dan biaya transportasi dapat ditekan sekecil mungkin. Daerah Gresik cukup ideal untuk transportasi laut commit to user ataupun darat. Hal ini dikarenakan Gresik dekat dengan Surabaya yang mempunyai 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fasilitas transportasi lengkap (jalur kereta api, jalan darat, bandara, dan pelabuhan) sehingga sangat memadai untuk pemasaran di luar pulau maupun untuk ekspor.
I.3.4
Utilitas Lokasi pendirian pabrik hendaknya dekat dengan sumber air dan sumber
bahan bakar untuk mendukung penyedian air, pengadaan bahan bakar dan listrik. Kebutuhan air diperoleh dari PT Petrokimia Gresik, sedangkan kebutuhan listrik diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara.
I.3.5
Tenaga kerja dan tenaga ahli Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten dengan kepadatan
penduduk yang tinggi di Indonesia, sehingga masalah penyediaan tenaga kerja mulai dari tenaga kasar sampai tenaga ahli diharapkan mudah terpenuhi. Jumlah pencari kerja berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gresik pada Tahun 2011 sebanyak 2.906 (laki-laki dan perempuan). Persentase yang terbesar adalah tamat SLTA (37,58 persen), berikutnya 34,65 persen adalah tamat sekolah kejuruan, dan ketiga 15,76 persen yang tamat sarjana.
I.3.6
Ketersediaan lahan yang memadai Pabrik yang didirikan harus jauh dari pemukiman penduduk dan tidak
mengurangi lahan produktif pertanian agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, hendaknya dipilih lokasi commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pabrik yang masih memungkinkan untuk pengembangan area pabrik. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan pengembangan pabrik masa depan.
I.3.7
Iklim Iklim yang terlalu panas mengakibatkan diperlukannya peralatan
pendingin yang lebih banyak, sedangkan iklim yang terlalu dingin atau lembab mengakibatkan bertambahnya biaya konstruksi pabrik karena diperlukan perlindungan khusus pada alat-alat proses. Daerah Gresik merupakan daerah tropis basah sehingga memiliki iklim yang kering dengan curah hujan yang lebih sedikit sehingga pabrik layak didirikan di daerah ini.
I.3.8
Komunikasi Komunikasi merupakan faktor yang penting untuk kemajuan suatu
industri. Di daerah Jawa Timur khususnya di kawasan industri Gresik, fasilitas komunikasi sudah sangat lengkap dan memadai.
I.3.9
Kebijakan pemerintah Daerah Gresik merupakan kawasan industri yang telah ditetapkan
pemerintah, sehingga hal-hal terkait kebijakan pemerintah dalam hal perijinan, lingkungan masyarakat sekitar, faktor sosial serta perluasan pabrik mudah diperoleh.
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.3.10 Kondisi tanah dan daerah Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar dapat memberikan kenyamanan dan keamanan. Gresik telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan industri di Indonesia sehingga manajemen dampak lingkungan dapat dikelola dengan baik.
Lokasi Pabrik
Gambar 1.2 Peta Lokasi
II.4
Tinjauan Pustaka
1.4.1
Macam-macam Proses Ada beberapa macam proses pembuatan etil asetat, yaitu :
a. Proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat Etil asetat diproduksi melalui reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol menggunakan katalis, seperti asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi reversible, dimana konversi dari etil asetat sebesar commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67%. Untuk meningkatkan yield, pembentukan air harus diminimalkan (McKetta and Chuningham, 1994). Proses esterifikasi pembuatan etil asetat dibedakan menjadi dua macam, yaitu secara kontinyu maupun batch. Esterifikasi secara batch pada umumnya digunakan untuk kapasitas produksi yang relatif kecil, sedangkan untuk kapasitas industri yang relatif besar hendaknya dipilih esterifikasi kontinyu. 1. Proses Batch Proses produksi etil asetat secara batch terjadi di dalam reaktor berbentuk silinder dan dipanaskan menggunakan closed coil steam pipe. Umpan terdiri dari asam asetat, etanol 95%, dan asam sulfat dengan konsentrasi tertentu. Suhu atas kolom fraksinasi diatur 70ºC agar diperoleh komposisi 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap yang terbentuk dikondensasikan, sebagian dikembalikan ke atas plate column sebagai refluk dan sisanya ditampung di tangki penyimpanan. Untuk memurnikan etil asetat dari air dan alkohol perlu dilakukan purifikasi (Kirk and Ortmer, 1982). 2. Proses Kontinyu Proses produksi etil asetat secara kontinyu menggunakan prinsip azeotrop untuk memperoleh produk (ester) yang maksimal. Asam asetat, etanol dan katalis asam sulfat direaksikan pada reaktor yang dilengkapi pengaduk. Setelah kesetimbangan reaksi tercapai, campuran dipompa menuju tangki penampungan sementara dan campuran commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dialirkan menuju bubble cap plate column melewati preheater. Temperatur atas kolom diatur 80ºC dan uap yang terbentuk dikondensasikan. Recovery column yang pertama dioperasikan dengan temperatur atas 70ºC untuk menghasilkan 83% ester, 9% alkohol, dan 8% air. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke static mixer dan dilanjutkan pemisahan di dekanter. Hasil atas dekanter dimasukkan ke menara distilasi. Hasil atas dari kolom tersebut berupa 95-100% etil asetat yang nantinya dialirkan ke cooler kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan (Kirk and Othmer, 1982).
b. Proses reaksi Tischenko Proses Tischenko merupakan produksi etil asetat secara komersial dengan mengubah etanol menjadi asetaldehid menggunakan katalis aluminum alkoxide. Yield pada proses ini sebesar 61%. Reaksi yang terjadi yaitu (McKetta and Chuningham, 1994): 2CH3CHO CH3COOCH2CH3
(I-2)
c. Proses sintesis etil asetat dari etilen dan asam asetat Etil asetat dapat disintesis dari etilen dan asam asetat menggunakan katalis asam padat, misalnya zeolit. Reaksinya dituliskan: CH2CH2 + CH3COOH 2CH3CHO
(I-3)
2CH3CHO CH3COOC2H5
(I-4)
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada reaksi ini, tidak terbentuk produk samping sehingga dapat meminimalkan energi untuk proses pemurnian produk.
d. Proses esterifikasi dengan Reactive Distillation Reaksi yang terjadi :
Katalis resin
CH3COOH + C2H5OH
CH3COOC2H5 + H2O
(I-5)
Proses pembuatan ester dapat dilakukan dengan menggunakan reactive distillation.
Reactive
distillation
merupakan
suatu
alat
yang
menggabungkan antara proses reaksi kimia dan proses distilasi ke dalam satu unit proses. Dalam beberapa kasus tertentu, keseimbangan reaksi termodinamika membatasi konversi yang diperoleh. Reactive distillation didesain sedemikian rupa sehingga produk hasil reaksi meninggalkan zona reaksi, dengan demikian konversi dan selektivitas meningkat dengan signifikan. Penggabungan antara proses reaksi dan distilasi tersebut menghasilkan proses intensif yang sederhana, selain itu dapat mengurangi arus recycle serta berkurangnya kebutuhan untuk pengolahan limbah sehingga mengurangi biaya operasional dan investasi. Katalis yang digunakan dalam reaktor menara reactive distillation adalah resin aktif yang mempunyai ion H+. Ion ini berperan dalam mempercepat reaksi esterifikasi sebagai contoh adalah amberlyst-35. Proses dijalankan pada suhu antara 100-140oC, konversi maksimal yang diperoleh juga lebih besar yaitu 100 %. commit to user 28
(Lai et al., 2007)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel I.3 Perbandingan Beberapa Proses Produksi Etil Asetat Pertimbangan
Tishchenko
Etilen dan asam
Esterifikasi
Esterifikasi
asetat
etanol
Reactive
berkatalis
Distillation
asam Bahan baku
Ketersediaan
Ketersediaan
asetaldehid
etilen
Ketersediaan Ketersediaan
di pasar etanol
di etanol di pasar
cukup banyak terbatas, karena pasar cukup di pasar
terbatasi
cukup
oleh
minyak bumi Konversi
61%
43,6%
66,57%
~100%
T operasi
-20oC
100-300oC
155oC
100-140oC
Korosifitas
kecil
kecil
besar sekali
sangat kecil
Unit
dibutuhkan
dibutuhkan
dibutuhkan
tidak
pemisahan
dibutuhkan
katalis Biaya operasi
tinggi sekali
tinggi
tinggi
Rendah
Dari beberapa pertimbangan di atas dipilih proses esterifikasi dengan reactive distillation menggunakan katalis resin aktif karena: 1.
Bahan baku diperoleh di dalam negeri
2.
Konversi yang diperoleh sangat tinggi
3.
Temperatur relatif rendah
4.
Tingkat korosifitas kecil
5.
Tidak diperlukan unit pemisahan katalis
6.
Mengurangi arus recycle
7.
Biaya investasi peralatan dancommit pengoperasian to user cukup rendah 29
perpustakaan.uns.ac.id
I.4.2
digilib.uns.ac.id
Kegunaan Produk. Etil asetat adalah cairan tidak berwarna, merupakan senyawa yang mudah
terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif). Adapun kegunaan etil asetat dalam industri adalah sebagai berikut : a. Sebagai bahan pelarut cat dan bahan pembuatan plastik. b. Untuk kebutuhan industri farmasi. c. Sebagai bahan baku bagi industri tinta cetak, dan industri resin sintetis. d. Sebagai reagen sintetik organik, misal pembuatan etil asetoasetat. e. Sebagai bahan baku pabrik parfum, flavor, kosmetik, dan minyak atsiri.
I.4.3
Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk Etil Asetat
I.4.3.1 Bahan Baku 1. Etanol ( Etil Alkohol ) A. Sifat Fisis
Berat molekul
: 46,069 kg/kmol
Boiling point
: 78,29oC (1 atm)
Flash point
: 14oC
Freezing point
: -114,1oC
Suhu kritis
: 243,1oC
Tekanan kritis
: 6.383.480 N/m2
Densitas cair
: 789,3 kg/m3
Kekentalan (20oC)
: 1,17 cP
Kelarutan dalam aircommit to user
: sangat larut
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Entalpi pembentukan (25oC) gas
Energi Gibbs pembentukan (25oC) cair : -174,78. 103 kJ/kmol
: 234,81.103 kJ/kmol
(Kirk and Othmer, 1982) B. Sifat Kimia
Etanol adalah senyawa organik sintetis. Apabila mengalami dehidrasi akan membentuk etilen. Reaksi : C2H5OH
C2H4 + H2O
Etanol dapat dibuat dari etilen dengan katalis H2SO4 98% H2SO4 CH2 == CH2
(I-6)
H2O heat
CH3CH2OSO3H
CH3CH2OH+ H2SO4 (I-7)
Sifat kimia etanol terutama dalam hubungannya dengan gugus hidroksil misalnya reaksi dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterfikasi. Atom hidrogen ini dapat diganti dengan logam aktif misalnya natrium, kalsium dan kalium, serta menghasilkan logam etoksida seperti pada reaksi berikut ini : 2 C2H5OH + 2 M
2 C2H5OM + H2
(I-8)
Reaksi antara etanol dan asam klorida dengan katalis seng klorida pada temperatur 160oC-190oC dan tekanan 2 atm, akan menghasilkan etil klorida dan air. C2H5OH + HCl
C2H5Cl + H2O
commit to user 31
(I-9)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Asam asetat A. Sifat Fisis
Berat molekul
: 60,053 kg/kmol
Melting point
: 16,6oC
Boiling point
: 117,9oC
Fase
: cair
Suhu kritis
: 321,3oC
Tekanan kritis
: 5.785.700 N/m2
Volume kritis
: 2,85.10-3 m3/kgmol
Densitas (cair)
: 1043,92 kg/m3
Kekentalan (20oC)
: 1,22 cP
Kekentalan (110oC)
: 0,42 cP
Energi Gibbs pembentukan (25oC) cair
: -6484,782 kJ/kg
Panas pembentukan (25oC)
: -8062,99 kJ/kg
Specific gravity (20/20oC)
: 1,051
Panas spesifik (25oC)
: 2,03761 kJ/kg.K (McKetta and Chuningham, 1994)
B. Sifat Kimia
Asam asetat direaksikan dengan etanol dengan menggunakan katalisator
asam
kuat
(asam
kuat
yang
digunakan
sebagai
katalisatornya dapat berupa larutan asam sulfat ) membentuk etil asetat yang fase zat pereaksi dan produk adalah cairan. commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Reaksi :
H+
CH3COOH + C2H5OH
CH3COOC2H5 + H2O
Dapat membentuk garam asetat jika direaksikan dengan Zn. (CH3COO-)2Zn++ + H2
Reaksi : 2 CH3COOH + Zn
(I-10)
(I-11)
Apabila bereaksi dengan benzotrichloride dalam fase cair akan membentuk acetyl chloride. Reaksi : C6H5CCl3 + CH3COOH
CH3COCl + C6H5COCl + HCl
(I-12)
Substitusi dari alkyl /aryl group Cl2P
Cl2P
Cl2P CH3COOH ClCH2COOH Cl2CHCOOH Cl3CCOOH chloroacetic acid
dichloroacetic acid
(I-13)
trichloroacetic acid
Reaksi dari halida dengan ammonia +
H Cl2 NH3 CH3COOH ClCH2COOH NH2CH2COONH4 NH2CH2COOH chloroacetic acid
aminoacetic acid (I-14)
3. Katalis Amberlyst 35 wet
Bentuk
: padatan
Bentuk ion
: H+
Matrix
: Polystyrene Divinyl Benzene
Densitas, g/liter
: 800
Surface area, m2/g : 50 commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ukuran, mm
: 0,7-0,95
Diameter pori, amstrong
: 300
Total pori, ml/g
: 0,35 (Rohm and Haas Company, 2013)
I.4.3.2 Produk 1. Etil asetat A. Sifat Fisis
Rumus molekul
: CH3COOCH2CH3
Berat molekul
: 88,1 kg/kmol
Boiling point pada 1 atm
: 77,15oC
Flash point
: -4oC
Melting point
: - 83,6oC
Suhu kritis
: 250,1oC
Tekanan kritis
: 3.830.085 N/m2
Kekentalan (20oC)
: 0,455 cP
Specific grafity ( 20oC)
: 0,883
Kelarutan dalam air
: 1,6% berat pada 20oC
Entalpi pembentukan (25oC) gas
: -442.920 kJ/kmol
Energi Gibbs pembentukan (25oC) cair
: -327.400 kJ/kmol
Densitas
: 902 kg/m3 commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Panas spesifik (20oC)
: 1,92046 kJ/kgK
Panas laten
: 368,192 kJ/kg (McKetta and Chuningham, 1994)
B. Sifat Kimia Etil asetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif).
Membentuk acetamide jika diammonolisis Reaksi : CH3COOC2H5 + NH3 CH3CONH2 + C2H5OH
(I-15)
Apabila direaksikan dengan sodium etoksida membentuk etil asetoasetat yang dikenal dengan Claisen Condensation.
Akan membentuk etil benzoyl asetat bila bereaksi dengan etil benzoat C6H6COOC2H5 + CH3COOC2H5 C6H6CO-CH2COOC2H5 + C2H5OH etil benzoat
etil asetat
etil benzoyl asetat
2. Air A. Sifat fisis :
Rumus molekul
: H2O
Fasa
: cair
Warna
: tidak berwarna
Berat molekul
: 18 g / gmol
Densitas
: 1,027 g / ml ( 25 °C )
Titik lebur
commit to user : 0 °C 35
(I-16)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Titik didih
: 100 °C
Tekanan kritis
: 218,4 atm
Temperatur kritis
: 374,15 °C
Kapasitas panas
: 75,55
joule ( 25 °C ) mol.K ( Perry’s, 1997 )
B. Sifat kimia : Pelarut kimia yang baik (paling sering digunakan) Merupakan reagen penghidrolisa pada reaksi hidrolisa Memiliki sifat netral (pH 7) (Faith Keyes, 1957)
I.4.4
Tinjauan Pustaka Etil asetat dihasilkan dari reaksi esterifikasi antara etanol dan asam asetat.
Reaksi yang terjadi bersifat reversible. Katalis yang digunakan adalah resin aktif amberlyst 35 wet. Reaksi berlangsung dalam reaktor yang berupa menara reactive distillation secara non-isothermal adiabatic pada suhu 100-140oC dan tekanan 2 atm. Reactive distillation adalah suatu menara distilasi yang disertai dengan reaksi, terdiri dari dua bagian yaitu seksi enriching dan seksi reaksi. Dalam seksi reaksi berisi padatan katalis. Etanol dan asam asetat masuk reaktor yang berupa menara reactive distillation pada bagian base column. commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil atas menara yang berupa etil asetat, etanol dan air kemudian dikondensasikan. Selanjutnya hasil atas menara tersebut bersama dengan hasil atas stripping column dimasukkan ke dalam dekanter. Di dalam dekanter terjadi proses pemisahan cair-cair berdasarkan berat jenis. Dekanter digunakan untuk memisahkan antara etil asetat dan air. Campuran yang mengandung sebagian besar etil asetat akan keluar sebagai hasil atas dekanter (light component). Light component ini sebagian dikembalikan ke reaktor menara reactive distillation dan sebagian lagi diumpankan ke stripping column untuk mengalami pemurnian. Hasil bawah stripping column akan diambil sebagai produk dengan kemurnian etil asetat 99,75%. Sedangkan hasil atas diumpakan kembali ke dalam dekanter.
commit to user 37