BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang dapat menjaga stamina dan tampil prima membuat semakin meningkatnya animo masyarakat dalam mengkonsumsi jenis dan jumlah makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun karena padatnya jam kerja membuat masyarakat lebih memilih produk jadi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini menjadi pemicu munculnya produk-produk makanan dan minuman yang instan dan kemasan yang dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat secara mudah dan praktis. Salah satu produk yang saat ini berkembang pesat dan menjadi pilihan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan tersebut adalah produk minuman elektrolit, minuman isotonik hingga sport drink. Pada tahun 2008, produksi minuman tersebut telah mencapai angka 48,5% dari total produksi berbagai jenis minuman saat ini (Purnomo, 2009). Pembuatan produk minuman banyak dilakukan dengan penggunaan bahan - bahan sintesis sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah yang tidak tepat dan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan di masa mendatang. Penggalih (2010) menjadikan buah pisang sebagai bahan dalam formulasi minuman isotonik yang bermanfaat dan aman bagi masyarakat apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama
1
2
karena selain berbasis bahan alami, produk ini memiliki daya terima yang cukup baik. Pisang memiliki banyak manfaat dan kaya akan kandungan zat gizi sehingga baik bila dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Kandungan zat gizi rata – rata dalam 100 gram Berat Dapat Dimakan (BDD) buah pisang mengandung 115 kalori, 1,2 gram protein, 0,4 gram lemak, 26,8 gram karbohidrat, 0,4 gram serat, 11 mg kalsium, 43 mg fosfor, 1,2 mg besi, 0,1 mg vitamin B, dan 2 mg vitamin C (Suyati dan Supriyadi, 2008), sedangkan pisang yang telah ditepungkan memiliki kadar total lemak 0,93% (Penggalih, 2011). Sel – sel otot dan sel – sel lain tidak hanya menggunakan glukosa namun juga menggunakan lemak sebagai sumber energi (Almatsier, 2009). Asam lemak rantai pendek dan sedang mudah berinteraksi dengan medium berair sehingga dapat langsung diserap melalui lambung ke sirkulasi via vena portal ke hati, dimana akan terjadi oksidasi dan menghasilkan kalori sehingga tidak bersifat aterogenik (Willis et al., 1988). Satu molekul lemak dengan enam belas karbon asam lemak akan menghasilkan 129 ATP bila dibakar sempurna (Almatsier, 2009). Penggalih
(2010,
2011,
2012)
telah
berhasil
membuat
dan
menemukan usia optimum dalam formulasi minuman isotonik berbasis bahan alami yaitu berasal dari pemanfaatan tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) usia 110 hari dengan komposisi 32 gram tepung tersebut dilarutkan dalam 100 mL air bersama 0,117 garam dapur dan 4 gram gula. Formulasi ini sudah teruji klinis bermanfaat untuk hidrasi berdasarkan indikator produksi urin, kestabilan tekanan darah
3
sistolik dan denyut jantung pada responden 18-20 tahun serta memiliki pengaruh terhadap status hidrasi lansia dilihat dari profil urin tampung dilihat dari warna, kejernihan, pH, dan berat jenis (Penggalih, 2011; Goretti, 2013). Minuman isotonik ini direncanakan akan diujikan pada atlet untuk melihat apakah minuman ini juga dapat menunjang performa atlet. Seorang atlet membutuhkan kerja jantung yang baik serta makanan bersumber energi cepat yang dapat untuk mendukung performanya. Jantung dapat bekerja optimal bila kesehatan jantung dapat dijaga dengan baik yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang sehat bagi jantung, aktifitas yang rutin, dan menghindari prilaku-prilaku yang berdampak buruk bagi jantung. Menurut Mozaffarian (2011) pola makanan berupa makanan tinggi serat, asam lemak baik, vitamin, antioksidan, potasium, mineral - mineral, fitokemikal, dan makanan rendah gula, rendah garam, rendah asam lemak jenuh, rendah kolestrol, dan rendah lemak trans dapat menjaga kesehatan metabolik jantung. Kebutuhan energi seseorang dapat dipenuhi dari makanan sumber karbohidrat, lemak, dan protein (Almatsier,2009). Suyati dan Supriyadi (2008); Penggalih (2011) telah mengindentifikasi kandungan lemak yang ada pada buah pisang dan tepung pisang namun kadar asam lemak dari asam lemak dari masing – masing bahan belum diidentifikasi sehingga ada dugaan bahwa jika pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) dan tepung pisang memiliki kandungan lemak, maka lemak juga diduga terdapat di produk minuman isotoniknya. Oleh karena itu, perlu diketahui apakah kerja jantung yang baik dapat didukung dengan pemberian minuman isotonik yang memiliki kandungan asam
4
lemak yang berrmanfaat bagi jantung dan dapat menunjang performa atlet tersebut. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai identifikasi kadar asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang terkandung dalam minuman isotonik ini, karena diketahui bahwa buah pisang memiliki kandungan asam lemak yang baik bagi kesehatan jantung (Mohapatra et al., 2009), sehingga ke depannya dapat ditemukan manfaat dan nilai tambah lain dari minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical).
B. Rumusan Masalah 1. Berapakah persentase asam lemak jenuh pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), dan buah pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) usia 110 hari? 2. Berapakah persentase asam lemak tidak jenuh pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), dan buah pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) usia 110 hari? 3. Adakah perbedaan antara persentase asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) dengan tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) dan buah pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) usia 110 hari ?
5
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi kadar asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical). 2. Tujuan khusus a. Mengetahui persentase asam lemak jenuh pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), dan buah pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) usia 110 hari. b. Mengetahui persentase asam lemak tidak jenuh pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), buah pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) usia 110 hari. c. Mengetahui perbedaan antara persentase asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) dengan tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) dan buah pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) usia 110 hari.
6
D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti a. Sebagai sarana penambah wawasan mengenai kadar asam lemak pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical). b. Sebagai sarana berfikir ilmiah dalam penyelesaian tugas akhir skripsi sarjana. 2. Bagi masyarakat a. Sebagai sumber informasi mengenai kandungan dan manfaat lain pada minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical. b. Sebagai bahan refrensi dalam pemilihan produk minuman isotonik.
3. Bagi peneliti lain Sebagai bahan untuk peneliti lanjutan untuk mengetahui manfaat tambahan dari minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical).
E. Keaslian penelitian 1.
Pengembangan Produk Minuman Isotonik Alami Berbasis Ekstrak Tepung Pisang Kepok Kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) dan Pengaruhnya Terhadap Rehidrasi : Penggalih (2010) meneliti mengenai pengembangan produk isotonik yang terbuat dari ekstrak tepung pisang kepok efeknya terhadap tingkat rehidrasi pada pria
7
berusia maksimal 20 tahun yang masuk kriteria inklusi dan tidak masuk kriteria eksklusi. Hasil dari penelitian ini adalah minuman isotonik berbasis ekstrak tepung pisang kepok kuning teruji bermanfaat mengatasi rehidrasi dengan tingkat keberhasilan berdasarkan indikator produksi urin, kestabilan tekanan darah sistolik, dan denyut jantung. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental - intervensi. Persamaan penelitian ini dengan penelitiaan yang sekarang adalah sama-sama meneliti manfaat dari pengembangan produk minuman isotonik berbasis ekstrak tepung kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical). Perbedaan penelitian yang dilakukan Penggalih dengan penelitian sekarang adalah penelitian Penggalih (2010), meneliti manfaat pengembangan produk minuman terhadap rehidrasi sedangkan penelitian sekarang mengidentifikasi kadar asam lemak jenuh dan tidak jenuh dari pengembangan minuman isotonik berbasis ekstrak tepung kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical). 2. Kandungan Asam Lemak dalam Biji Durian ( Durio zibethinus, Murr) : Eni dan Sumarno (2001) meneliti mengenai kandungan asam lemak pada buah durian. Pada penelitian ini diekstrak minyak lemak dari buah durian kemudian diuji parameter fisika dan kimianya antara lain warna, bilangan- bilangan seperti asam, penyabunan, iodin, peroksida, dan komposisi asam lemak dengan menggunakan kromatografi gas tipe 263-50 hitachi. Persamaan dari penelitian Eni dan Sumarno (2001) dengan penelitian yang dilakukan sekarang adalah, penelitian sama – sama mengidentifikasi asam lemak
8
menggunakan metode kromatografi gas. Namun perbedaan dari penelitian adalah, pada penelitian Eni dan Sumarno (2001) mengidentifikasi kadar asam lemak dari buah durian sedangkan penelitian sekarang mengidentifikasi kadar asam lemak pada buah pisang usia 110 hari, ekstrak tepung pisang, dan banana isotonik drink berbasis ekstrak tepung pisang usia 110 hari. 3. Lipid in ripening banana fruit. Goldstein dan Wick (1969) meneliti mengenai perbedaan kandungan asam lemak yang ada pada pisang yang dikupas dan dilumatkan antara pisang yang matang dan buah pisang yang masih mentah. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kandungan asam lemak tidak jenuh akan menurun selama proses kematangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini adalah pada kedua penelitian sama – sama menggunakan metode gas kromatografi dalam penentuan kandungan asam lemak dan sama – sama meneliti sampel pisang namun
perbedaannya
adalah
pada
penelitian
Goldstein
membandingkan trend perubahan asam lemak pada buah pisang yang dikupas dan dilumatkan pada pisang matang dan pisang mentah sedangkan penelitian saat ini akan membandingkan tren perubahan asam lemak pada buah pisang usia 110 hari, tepung pisang, dan Banana Isotonic Drink (BID). 4. Penelitian saat ini akan mengidentifikasi kadar asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh pada produk minuman banana isotonik drink : berbasis ekstrak tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical), tepung pisang kepok kuning (Musa
9
Paradisiaca Formal Typical), dan pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical). Penelitian ini merupakan penelitian laboraturium dengan analisa kandungan asam lemak menggunakan GC: Gas Chromatograpy.