BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Usia dini merupakan suatu tahap dimana anak mengalami masa eksplorasi yang tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap tersebut terdapat berbagai macam kekerasan fisik yang dialami para anak-anak oleh orang dewasa yang semata-mata hanyalah sebagai upaya, atau perlakuan kedisiplinan bagi anak itu sendiri, namun akan berakibat tidak mendidik apabila orang tua atau wali, tidak mengerti akan batasan dalam kekerasan fisik yang ada. Akibat yang ditimbulkan adalah munculnya korban dari pihak anak atas kejadian tersebut. Menurut Undang-Undang Indonesia pasal 13 ayat 1 Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak berisi, setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, ekploitasi ekonomi dan seksual, penelantaran, dan kekerasan . Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan pada anak-anak, kemudian semakin melonjak pada tahun 2014 sebanyak 5066 kasus, menurut Maria Advianti, wakil ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Beliau menambahkan jika hal ini dibiarkan dikhawatirkan jumlah akan semakin melonjak dari tahun ke tahun. Nurhasanah M.Psi seorang psikolog lembaga P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) menambahkan bahwa, Tangerang merupakan salah satu kota yang mengalami kekerasan fisik pada anak
1
yang lumayan besar,dengan jumlah 30 % setiap tahunya dan terus meningkat. Tercatat bahwa dari Januari sampai September terjadi 20 kasus kekerasan yang diadukan. Pelaku sendiri merupakan seseorang yang mempunyai kedekatan dengan si anak, yaitu orangtua mereka, kemudian selanjutnya seperti paman, dan bibi mereka sehingga, kekerasan fisik mudah terjadi pada mereka menurut psikolog anak Adib Setiawan M.Psi. Beliau menambahkan pencegahan kekerasan fisik haruslah dimulai dari dari orang tua atau bahkan calon orang tua, mengingat kekerasan ini suatu bentuk pendukung atas terjadinya kekerasan lain seperti seksual, sosial, bahkan psikis. Kasus yang sering terjadi adalah sebagai upaya menegakkan sebuah kedisiplinan bagi anak, yang akan berujung pada luapan emosi jika kondisi tidak menjadi kondusif, dan tidak sesuai yang diharapkan. Peluang akan terjadinya kekerasan fisik dapat terjadi pada hal tersebut dikarenakan emosi, dan kurangnya pemahaman dari orang tua akan batas-batas kekerasan fisik, sehingga dapat menimbulkan pelanggaran hukum yang berlaku. Penargetan para orang tua sebagai pemberian edukasi terhadap anak mereka akan kekerasan fisik ini, dapat menjadi jalan keluar untuk mengurangi kekerasan fisik yang terjadi pada anak-anak. Edukasi berupa memberikan target sebuah pemahaman tentang kekerasan fisik, berupa batasannya, cara pencegahan, faktor dan dampaknya akan membuat target lebih mengerti, sehingga edukasi
2
serupa dapat dilakukan pada anak mereka agar terhindar dari kekerasan fisik dari orang tua sendiri dan dalam lingkungan mereka. Kampanye sosial adalah sebuah gerakan serentak yang dilakukan secara bersama-sama, untuk melawan, mempertahankan suatu tujuan. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa kampanye sosial, merupakan suatu gerakan melawan, dan melakukan perubahan yang dilakukan secara serentak, dan berhubungan dengan masyarakat. Sebuah kampanye sosial biasanya memiliki tujuan yang berhubungan langsung dengan fenomena, yang sedang terjadi di masyarakat. Sebuah kampanye sosial dalam mencegah kekerasan fisik pada anak, diharapkan akan memberikan edukasi tentang batasan dalam kekerasan fisik. Sebuah kepahaman akan batas-batas kekerasan fisik pada anak haruslah dipahami oleh para orang tua sehingga dapat mengurangi dampak dan jumlah kekerasan fisik pada anak ini untuk tahun-tahun berikutnya. Kekuatan sebuah desain adalah dari segi visual yang baik, sehingga membuat penyampaian informasi kepada target, menjadi tepat sasaran. Supriyono dalam bukunya Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi,mengatakan bahwa sebuah desain memiliki kekuatan dimana dapat menyampaikan informasi kepada audiens dengan memakai visual seperti, ilustrasi, tipografi, warna dan layout yang diiringi perkembangan teknologi. Penyampaian saat event seperti hari anak, akan menjadi idealnya penyampaian kepedulian tentang kejadian ini. Media berupa poster, flyer, dan
3
banner tentang pencegahan kekerasan fisik pada anak, akan membuat orang tua lebih peka atas terjadinya kejadian tersebut. Suatu informasi bergambar berupa poster, flyer, billboard ataupun x banner akan menjadi suatu efektifitas dalam hal ini, diperkuat dengan pernyataan Nurhasanah M.Psi bahwa, otak manusia akan lebih merespon ketika melihat gambar dan warna, dibandingkan dengan angka dan tulisan. Pemanfaatan ruang khusus untuk komik dalam surat kabar seperti koran, yang berisikan tentang edukasi berupa batasan dan pencegahan kekerasan fisik pada anak, merupakan suatu perbedaan terhadap kampanye lain, dan diharapkan akan menjadi salah satu cara mengurangi kekerasan fisik pada anak. Oleh karena itu, penulis membuat Kampanye Sosial Pencegahan Tindakan Kekerasan Secara Fisik Pada Anakanak. 1.2.
Rumusan Masalah Bagaimana merancang kampanye visual untuk orang tua atau wali anak
sebagai pencegahan kekerasan fisik pada anak? 1.3.
Batasan Masalah
1.
Penulis membatasi penelitian hanya sebatas kampanye visual yang ditargetkan kepada yang berpotensi melakukan kekerasan fisik pada anak. Orang tua pada daerah perkotaan, yang dimana lebih sibuk bekerja. Memiliki waktu yang padat dalam bekerja, dan cenderung emosional dalam mendidik anak. Sebagai sampel daerah, Tangerang merupakan daerah yang dapat merepresentasikan penelitian penulis dalam masalah 4
kekerasan fisik pada anak-anak. (memberikan pembekalan dan persiapan bagi calon orang tua dan bagi orang tua muda 18-30 tahun ). 2.
Batasan dalam media yang penulis lakukan dengan membuat rangkaian informasi bergambar, dengan menjelaskan batasan kekerasan yang terkait pada UU RI pasal 13 ayat 1 Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Media berupa brosur, poster,x banner, billboard dapat menjadi pendukung tersampaikannya informasi.
1.4.
Tujuan Tugas Akhir
1.
Penulis dapat membuat kampanye pencegahan kekerasan bagi masyarakat, sebagai langkah awal pencegahan kekerasan fisik, dan memahami batasan dalam kekerasan fisik pada anak, sehingga dapat menekan presentase angka kekerasan fisik yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anakanak.
2.
Pelengkap koleksi atas arsip tugas akhir untuk Universitas Multimedia Nusantara, dan dapat menjadi buku arsip yang membantu dalam pencarian data atas kekerasan fisik terhadap anak.
3.
Penulis mempunyai sebuah portofolio yang dimana berisi atas data-data resmi yang terjadi di masyarakat.
1.4.1. Tujuan Khusus Untuk mendapatkan gelar S.Ds (SarjanaDesain) dalam tahap mendapatkan S1 di Universitas Multimedia Nusantara, jurusan Desain Komunikasi Visual.
5
1.5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Ditambah dengan studi di perpustakaan. Metode sebagai hasil dibagi menjadi dua, sebagai landasan teori dalam pengumpulan tugas akhir Primer, metode pengumpulan data secara observasi di lokasi . Melakukan beberapa penelitian langsung ke lapangan, dengan survey, yang dilakukan berupa wawancara terhadap psikolog anak dan guru kesiswaan sekolah dasar. Sekunder, metode pengumpulan data secara tidak langsung. Perolehan data berasalkan dari data-data internet, dan juga berdasarkan studi berdasarkan arsip yang dipublikasikan atau tidak dipublikasi baik secara langsung maupun tidak langsung, agar pencapaian atas pengumpulan data terhadap perancangan buku ilustrasi menjadi terpenuhi. 1.6. Metode Perancangan 1.
Wawancara
Dalam proses ini dilakukan pengumpulan informasi untuk tugas akhir ini melalui sesi Tanya jawab secara langsung kepada pihak yang menjadi sumber informasi dari tugas yang diangkat.
2.
Studi Pustaka
Dalam tahap ini penulis akan melakukan pengumpulan data-data dari sumber yang mendukung, dan juga perolehan data dari arsip dan situs yang dipublikasikan 6
dan tidak dipublikasikan, agar diperolehnya data atas perancangan buku ilustrasi ini. 3.
Konsep dan Desain
Penulis akan membuat desain untuk buku ilustrasi yang akan mengajak anak-anak lebih memahami dan peduli terhadap cara pencegahan dan menghindari kekerasan fisik. Tipografi, elemen desain, ilustrasi dan bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan dengan anak-anak yang berumur 8 sampai 12 tahun. 4.
Perancangan Eksekusi dan Evaluasi
Penulis akan membuat buku ilustrasi dengan konsep yang telah diperoleh sesuai dengan data-data yang diperoleh. 1.7. Timeline
7
1.8. SkematikaPerancangan
8