BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran yaitu masyarakatnya terkenal ramah, sopan dan santun. Pendidikan dewasa ini menitikberatkan pada pendidikan karakter. Salah satu karakter yang dikembangkan ialah karakter santun.Visi kementrian pendidikan dan kebudayaan yaitu terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan nasional untuk membentuk insan indonesia yang cerdas dan berkarakter kuat. Salah satu karakter yang harus dikembangkan ialah karakter santun. Melihat satu dari enam misi kementrian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia pula yaitu melestarikan dan memperkukuh Bahasa dan Kebudayaan Indonesia. Penekanan yang tampak pada visi tersebut ialah memperkukuh bahasa Indonesia. Mengkaji dari visi dan misi tersebut maka kesantunan berbahasa hendaknya ditanamkan sejak dini kepada para peserta didik. Kesantunan dalam berbahasa perlu diperhatikan, setidaknya ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu dengan siapa lawan rtutur dan cara bertutur. Hakikat kesantunan berbahasa yaitu tata cara atau etika dalam berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu karakteristik kurikulum 2013 sebagaimana yang terdapat pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 67 tahun
2013
dasar/madrasah
tentang kerangka ibtidaiyah
yaitu
dasar
dan struktur
mengembangkan
kurikulum
keseimbangan
sekolah antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama
1
2
dengan
kemampuan
intelektual
dan
psikomotorik.
Kurikulum
2013
dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yang diantaranya pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. Berdasarkan karakteristik dan penyempurnaan pola pikir kurikulum 2013 di atas maka proses pembelajaran harus interaktif yang memungkinkan terjadinya interaksi komunikasi antara guru dan siswa. Adanya komunikasi mencerminkan respon siswa atau kepahaman dan ketidakpahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Stix (2007:38) menambahkan bahwa guru harus mampu mendengar dari sudut pandang siswa. Kedudukan siswa dalam proses pembelajaran bukan menjadi objek tetapi sebagai subjek yang berhak bertanya dan berpendapat. Bertanya dalam KBBI (2008:1448) yaitu meminta keterangan (penjelasan dsb); meminta supaya diberi tahu (tentang sesuatu), berdasarkan hal tersebut, maka dapat diartikan bertanya yaitu meminta bantuan kepada orang lain untuk mendapatkan suatu keterangan tentang sesuatu yang belum diketahui. Selama proses pembelajaran di sekolah berlangsug kegiatan tanya jawab merupakan kegiatan yang tidak boleh dilupakan. Seringkali Guru bertanya kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi dan begitu pula sebaliknya siswa bisa bertanya apabila ada sesuatu yang belum dipahaminya. Setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya. Berpendapat artinya mengemukakan apa yang ada atau terlintas dipikiran kita. Penyampaian pendapat harus memperhatikan kesantunan, dalam artian harus memperhatikan cara mengemukakan pendapat. Ketika berpendapat, baik dalam hal mengomentari
3
suatu permasalahan maupun memberikan saran harus memperhatikan pilihan kata yang santun dalam berbahasa. Semua siswa memiliki hak untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya selama pembelajaran berlangsung, namun demikian perlu diperhatikan pula kesantunan siswa dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat. Kesantunan dalam hal ini meliputi bahasa siswa ketika bertanya dan berpendapat. Pada materi mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V sekolah dasar telah dibahas mengenai mengomentari persoalan faktual dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Pada materi itu, tentunya siswa sudah diajarkan tentang tata cara menyampaikan pendapat yang santun, Oleh karena itu diusia siswa kelas V Sekolah dasar harusnya siswa sudah bisa memahami penggunaan kesantunan berbahasa dalam pembelajaran. Salah satu contoh penerapannya pada saat mengeluarkan pendapat. Sejalan dengan kondisi di atas, realitanya masih banyak siswa kelas V yang belum memperhatikan kesantunan saat menyampaikan pendapat maupun bertanya. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa kerap kali bertanya jika ada hal yang belum dipahami. Bahasa siswa pada saat bertanya masih seringkali terdengar kurang santun. Respon guru ketika ada siswa yang bertanya biasanya berbeda, ada yang langsung menanggapi namun ada juga yang meminta siswa untuk mendengarkan penjelasan guru sampai selesai. Kegiatan bertanya biasanya antara guru pada siswa atau siswa pada gurunya. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, masih sering kita menjumpai siswa mengemukakan pendapatnya terhadap suatu permasalahan, ketika siswa tidak setuju dengan pendapat temannya biasanya langsung mengatakan “itu lho
4
salah”. Seringkali juga siswa tidak menghormati pendapat temannya dengan mengejek apa yang disampaikan temannya namun mengemukakan pendapatnya sendiri bahasanya masih belum runtut dan terkesan ceplas ceplos atau asal menjawab saja. Sesuai dengan fakta yang peneliti temukan, sekiranya diperlukan untuk melakukan analisa terhadap kesantunan berbahasa yang telah ada pada diri siswa, dikarenakan santun harus dimulai sejak dini. Lebih khusunya untuk siswasiswi di di SD Muhammadiyah 09 Malang. Hal ini dikarenakan SD Muhammadiyah 09 Malang senantiasa membiasakan perilaku santun dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan perilaku santun kemungkinan akan terlihat pula pada kesantunan berbahasa. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Kesantunan Bertanya dan Berpendapat Siswa Kelas V dalam Proses Pembelajaran di SD Muhammadiyah 09 Malang.”
B. Rumusan Masalah Berasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk kesantunan bertanya dan berpendapat siswa kelas V dalam proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 09 Malang? 2. Bagaimana respon guru terhadap kesantunan bertanya dan berpendapat siswa kelas V dalam proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 09 Malang? 3. Bagaimanakah strategi bertanya dan berpendapat siswa kelas V dalam proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 09 Malang?
5
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka, tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan bentuk kesantunan bertanya dan berpendapat siswa kelas V dalam proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 09 Malang. 2. Mendeskripsikan respon guru terhadap kesantunan bertanya dan berpendapat siswa kelas V dalam proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 09 Malang. 3. Mendeskripsikan strategi bertanya dan berpendapat siswa kelas V dalam proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 09 Malang.
D. Manfaat Penelitian Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis. Manfaat dari penelitian ini yakni sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Mengembangkan atau mempraktikkan teori kesantunan berbahasa siswa dalam hal bertanya dan berpendapat sehingga bisa dijadikan saran atau masukan dalam membudayakan santun berbahasa selama proses pembelajaran berlangsung serta sebagai pedoman bagi peneliti lain dengan penelitian serupa. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, nantinya diharapkan dapat digunakan dan dirasakan manfaatnya oleh beberapa pihak, diantaranya yaitu sebagai berikut. a. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan bisa membuat siswa menyadari pentingnya berbahasa secara santun salama proses pembelajaran berlangsung.
6
b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi Guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung agar memperhatikan kesantuanan siswa dalam bertanya dan berpendapat. c. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini diharapakan bisa menjadi masukan untuk senantiasa memperhatikan kesantunan dalam lingkungan sekolah, karena secara tidak langsung kesantunan yang ditunjukkan kepala sekolah, guru, staf TU dan pengurus sekolah lainnya akan berpengaruh terhadap kesantunan siswa pula.
E. Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat definisi operasional agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah, yakni sebagai berikut. 1. Kesantunan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:997), Santun berarti: (1) halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya) sabar dan tenang, sopan, (2) penuh rasa belas kasihan, suka menolong.Berdasarkan definisi tersebut, maka kesantunan bisa dikatakan sebagai tatakrama, tatakrama sendiri memiliki beberapa macam, yaitu tatakrama dalam berpakaian, tatakrama dalam berprilaku dan tatakrama dalam berbahasa. Penelitian ini lebih dalam mendeskripsikan mengenai kesantunan berbahasa.
7
2. Bentuk Kesantunan Pernyataan atau tuturan yang dapat terwujud dalam penggunaan gaya bahasa dan kiasan serta pernyataan tersirat yang berupa maksud tidak sebenarnya maupun implisit. 3. Bertanya Secara umum bertanya adalah meminta keterangan atau informasi kepada orang lain dengan harapan akan mengetahui sesuatu tentang hal penting yang diinginkannya. 4. Berpendapat Mengemukakan apa yang ada atau terlintas dipikiran atau penyampaian ide/gagasan terhadap sesuatu hal. 5. Strategi Cara anak dalam menyampaikan pendapat dan pertanyaan pada saat proses pembelajaran berlangsung. 6. Respon Guru Timbal balik yang dilakukan guru terhadap pertanyaan dan pendapat siswa baik berupa ucapan atau ungkapan yang berkenaan dengan kesantunan berbahasa
siswa ketika
berlangsung.
berkomunikasi selama
proses
pembelajaran