BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG Setiap perusahaan atau entitas didirikan dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau entitas ini beroperasi. Namun secara umum, tujuan dari entitas bisnis atau perusahaan didirikan adalah untuk mendapatkan laba. Laba menjadi tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan sehingga angka laba menjadi ukuran yang penting untuk mengetahui apakah tujuan atau target perusahaan telah tercapai. Pengukuran kinerja menjadi alat yang dapat digunakan oleh manajemen suatu perusahaan untuk mengevaluasi dan mengukur sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan diawal yang tercermin dalam visi, misi dan target dapat dicapai oleh perusahaan selama suatu periode. Pengukuran kinerja menjadi hal yang sangat penting dilakukan pada semua organisasi atau perusahaan. Kaplan dan Norton (1992) menyatakan “if you can’t measure it, you can’t manage it” Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya sistem pengukuran kinerja yang baik merupakan salah satu kunci kesuksesan manajemen dalam mengelola perusahaan. Pengukuran kinerja secara umum dilakukan pada akhir tahun atau akhir periode suatu siklus operasi atau siklus akuntansi dari suatu perusahaan.
1
Angka laba yang dilaporkan menjadi indikator utama dalam pengukuran kinerja untuk mengetahui tingkat keberhasilan manajemen dalam mengelola operasi perusahaan pada suatu periode. Laba yang meningkat dari suatu periode ke periode berikutnya dapat dijadikan indikator bahwa kinerja manajemen dalam mengelola operasi perusahaan sudah baik. Sebaliknya, jika laba yang didapat perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya semakin menurun maka hal ini dapat dijadikan dasar untuk menilai buruk kinerja manajemen. Laba merupakan salah satu indikator pengukuran kinerja dari sisi keuangan yang sangat penting dan menjadi satu-satunya indikator untuk menilai keberhasilan perusahaan, setidaknya sampai akhir tahun 1992 karena fokus pengukuran kinerja pada saat itu hanya terbatas pada ukuran keuangan saja. Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya dunia bisnis pada era informasi, mulai muncul kesadaran bahwa perlu dilakukan pengukuran kinerja dari perspektif non-keuangan untuk mengukur kinerja perusahaan secara lebih komprehensif dan tidak terbatas hanya pada perspektif keuangan saja. Pada tahun 1992 Robert S. Kaplan dan David P. Norton dalam artikelnya pada Harvard Business Review (1992) yang berjudul “Balanced Scorecard – Measure That Drive Performance” mengemukakan model pengukuran kinerja yang baru yaitu model Balanced Scorecard. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa untuk mengukur kinerja di dalam organisasi masa depan diperlukan ukuran kinerja yang komprehensif dan terpadu, yang di dalamnya mencakup
2
empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Model pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard ini merupakan inovasi dalam dunia akuntansi manajemen khususnya dalam masalah pengukuran kinerja karena mampu mengukur kinerja perusahaan secara lebih komprehensif, terintegrasi dan terpadu baik untuk tangible assets maupun intangible assets. Model pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard memberikan alternatif untuk mengukur kinerja perusahaan tidak hanya dari perspektif
keuangan saja melainkan dari
perspektif non-keuangan juga turut diukur. Sistem pengukuran kinerja harus mampu mengukur keberhasilan implementasi strategi yang dilihat dari aksi dan hasil. Dixon et al (1990) menyatakan bahwa pengukuran kinerja yang tidak tepat adalah hambatan untuk melakukan pengembangan perusahaan sejak pengukuran kinerja menghubungkan antara strategi dan aksi. Pengukuran kinerja yang tidak tepat menyebabkan aksi tidak selaras dengan strategi walaupun diformulasikan dan dikomunikasikan dengan baik. Pengukuran kinerja yang tepat memainkan peranan yang penting dalam implementasi strategi perusahaan menjadi aksi yang dapat diukur. Semenjak tahun 1992, ada banyak perusahaan yang mengadopsi sistem pengukuran kinerja dengan model Balanced Scorecard karena memang pada saat itu mulai timbul kesadaran bagi manajemen perusahaan
3
perlu untuk mengukur kinerja bukan hanya dari perspektif keuangan saja. Manajemen perusahaan-perusahaan pada saat itu mulai memandang penting perspektif non-keuangan untuk dimasukan dalam komponen pengukuran kinerja, sehingga Balanced Scorecard dipandang sebagai model pengukuran kinerja yang mampu mengukur kinerja suatu perusahaan dari perspektif keuangan maupun non-keuangan. Perusahaan tidak mungkin hanya mengandalkan ukuran keuangan saja pada era bisnis global dengan persaingan yang semakin ketat. Perusahaan harus memperhatikan perspektif non-keuangan untuk dapat tetap bersaing dengan perusahaan lain. Perspektif non-keuangan yang harus diperhatikan perusahaan salah satunya adalah intangible assets seperti pelanggan yang loyal dan pegawai yang cakap. Balanced Scorecard sebagai suatu sistem pengukuran kinerja mampu mengukur semua itu dengan baik. Lebih jauh lagi, Balanced Scorecard tidak hanya merupakan model pengukuran kinerja, Balanced Scorecard juga dapat digunakan sebagai suatu sistem manajemen yang terpadu dan terintegrasi (Kaplan dan Norton, 1996). Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja harus jelas dan dapat diukur sehingga menghasilkan pengukuran kinerja yang efektif dan menjadi alat evaluasi yang tepat untuk perusahaan. Untuk itu, dibutuhkan hubungan yang jelas antara visi, misi dan strategi dengan hasil atau kinerja yang dicapai serta indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja. Balanced Scorecard merupakan model yang tepat untuk menjembatani
4
antara keduanya. Balanced Scorecard membuat hubungan sebab-akibat yang jelas antara visi, misi dan strategi dengan hasil yang dicapai serta indikatornya sehingga dapat dijadikan model pengukuran kinerja yang memadai yang mampu mengukur kinerja perusahaan dari berbagai perspektif yang berbeda. Kaplan dan Norton (1996) menyatakan perusahaan yang inovatif menggunakan Balanced Scorecard sebagai alat yang revolusioner untuk memobilisasi pegawai mencapai misi perusahaan dan merupakan sistem manajemen stratejik untuk memanage tujuan dan strategi dalam jangka panjang. Hasil dari pengukuran kinerja yang telah dilakukan memberikan gambaran mengenai efisiensi manajemen perusahaan dalam menjalankan operasi
perusahaan.
Dalam
pengukuran
kinerja,
hasil
kinerja
diperbandingkan dengan target awal atau tujuan dari perusahaan sehingga akan diketahui kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan dan mengimplementasikan strategi yang telah dirumuskan. Hasil pengukuran kinerja dari periode sebelumnya juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengukuran kinerja periode selanjutnya. Lebih jauh lagi, hasil dari pengukuran kinerja juga dapat dijadikan dasar untuk sistem insentif atau sistem reward and punishment dalam suatu perusahaan yang pada akhirnya menumbuhkan motivasi kerja bagi karyawan (Mulyadi, 2001). Begitu
pentingnya
masalah
pengukuran
kinerja
sehingga
perusahaan harus mempunyai sistem pengukuran kinerja yang memadai dan
sesuai
dengan
karakteristik
dan
bidang bisnis
perusahaan.
5
Karakteristik dan bidang bisnis perusahaan sangat mempengaruhi bagaimana manajemen mendesain sistem pengukuran kinerja bagi perusahaan. Dengan demikian sistem pengukuran kinerja merupakan sistem yang unik dan saling berbeda untuk bidang bisnis perusahaan tertentu dengan bidang bisnis perusahaan yang lain tergantung tujuan dan strategi dari perusahaan. Dari hal tersebut sangatlah penting untuk mendesain dan mengaplikasikan sistem pengukuran kinerja yang tepat untuk suatu perusahaan. Sistem pengukuran kinerja yang dibangun dan diaplikasikan harus mampu mengukur kinerja perusahaan dari berbagai perspektif sehingga menghasilkan pengukuran kinerja yang tidak timpang dan hanya berfokus pada satu indikator atau ukuran saja. Sistem pengukuran kinerja yang ideal adalah sistem yang mampu menilai perusahaan dari berbagai perspektif dan dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.
1.2.
RUMUSAN MASALAH Pengukuran kinerja sangat penting dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu manajemen dalam mengelola perusahaan. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Banyumas adalah suatu perusahaan yang juga menerapkan sistem pengukuran kinerja untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Semenjak tahun 1999, PDAM Kabupaten Banyumas telah melakukan
6
pengukuran kinerja berdasarkan Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999. Dalam Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 ada tiga aspek kinerja yang dinilai yaitu (1) aspek keuangan, (2) aspek operasional dan (3) aspek administrasi. Semenjak tahun 2010 PDAM Kabupaten Banyumas menggunakan dua model pengukuran kinerja yaitu Kepmendagri Nomor 47 tahun 1999 dan model pengukuran kinerja dari BPPSPAM (Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum). Pada model pengukuran kinerja BPPSPAM ada empat aspek kinerja yang dinilai yaitu (1) aspek keuangan, (2) aspek pelayanan, (3) aspek operasi dan (4) aspek sumber daya manusia. Dua model pengukuran kinerja tersebut merupakan model yang khusus digunakan untuk mengukur kinerja dan tingkat kesehatan dari PDAM di seluruh Indonesia. Model pengukuran kinerja BPPSPAM dapat dikatakan sebagai pembaharuan model pengukuran kinerja terdahulu yaitu model pengukuran kinerja Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999. Dua model pengukuran kinerja yaitu Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 dan model pengukuran BPPSPAM adalah model pengukuran kinerja yang wajib diterapkan pada PDAM di seluruh Indonesia. Pada kedua model pengukuran kinerja tersebut sudah ditentukan indikator untuk mengukur kinerja dengan bobot tertentu pada setiap aspek. Perlu adanya hubungan yang jelas antara tujuan yang tercermin dari visi, misi dan strategi PDAM Kabupaten Banyumas dengan indikator yang digunakan
7
untuk mengukur kinerja pada model pengukuran kinerja berdasarkan Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 dan BPPSPAM. Pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan oleh PDAM Kabupaten Banyumas bertujuan hanya sebatas untuk mengetahui tingkat kesehatan dalam pengelolaan perusahaan. Pengukuran kinerja tidak dihubungkan dengan target dan strategi PDAM Kabupaten Banyumas. Pengukuran kinerja PDAM Kabupaten Banyumas sudah melibatkan beberapa aspek, namun hubungan antar aspek yang dinilai pada kedua model pengukuran kinerja yang telah digunakan tidak ditunjukan secara jelas. Kedua model pengukuran kinerja yang telah digunakan oleh PDAM Kabupaten Banyumas tidak dapat dijadikan panduan bagi perusahaan untuk berfokus pada strategi. Penerapan Balanced Scorecard diharapkan akan mampu menjadikan sistem pengukuran kinerja PDAM Kabupaten Banyumas menjadi lebih baik karena sistem pengukuran kinerja sudah dikaitkan dengan target dan strategi perusahaan. Balanced Scorecard juga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi strategi dalam perusahaan sehingga akan terjalin komunikasi yang baik antar komponen dalam perusahaan terutama yang berkaitan dengan implementasi strategi (Niven, 2002). Balanced Scorecard tidak hanya berfungsi sebatas alat pengukuran kinerja saja, melainkan dapat dijadikan sebagai sistem manajemen stratejik untuk memperoleh keunggulan jangka panjang perusahaan dalam penerapan strategi (Niven, 2002).
8
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah tersebut maka dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kesesuaian model pengukuran kinerja PDAM Kabupaten Banyumas dari Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 dan BPPSPAM jika ditinjau dari model pengukuran kinerja Balanced Scorecard? 2. Bagaimana hubungan antara visi, misi dan strategi dengan sistem pengukuran kinerja yang saat ini digunakan oleh PDAM Kabupaten Banyumas? 3. Bagaimana
PDAM
Kabupaten
Banyumas
menjadi
sebuah
perusahaan yang berfokus pada strategi dengan kelima prinsip organisasi yang berfokus pada strategi?
1.3.
PEMBATASAN MASALAH Penelitian ini merupakan studi kasus mengenai topik Balanced Scorecard yang terbatas dalam ruang lingkup perusahaan PDAM Kabupaten Banyumas dengan menggunakan data lampau antara tahun 2008 sampai tahun 2012 sehingga dapat diketahui perubahan dan hubungan antar masing-masing perspektif dalam model Balanced Scorecard. Peneliti juga menggunakan data proyeksi antara tahun 2013 sampai tahun 2018 yang terdapat pada businsess plan PDAM Kabupaten Banyumas dengan harapan peneliti akan mendapatkan gambaran strategi yang akan diimplementasikan untuk waktu yang akan datang.
9
1.4.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis hubungan antara visi, misi dan strategi serta sistem pengukuran kinerja yang saat ini digunakan oleh PDAM Kabupaten Banyumas. 2. Mengevaluasi komponen-komponen yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengukuran kinerja pada PDAM Kabupaten Banyumas berdasarkan model Balanced Scorecard. 3. Menyusun model pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard dari model pengukuran kinerja terdahulu pada PDAM Kabupaten Banyumas untuk mendapatkan hasil pengukuran kinerja yang lebih komprehensif, terintegrasi dan terpadu. 4. Menyusun Balanced Scorecard sebagai sistem manajemen stratejik untuk mencapai tujuan jangka panjang PDAM Kabupaten Banyumas dengan berfokus pada strategi.
1.5.
MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Menambah
pengetahuan
peneliti
tentang
pengukuran
kinerja
menggunakan Balanced Scorecard. 2. Memberikan alternatif model pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dan terintegrasi menggunakan Balanced Scorecard yang
10
dikembangkan dari instrumen pengukuran kinerja terdahulu untuk PDAM Kabupaten Banyumas. 3. Membantu PDAM Kabupaten Banyumas untuk menjadi organisasi atau perusahaan yang berfokus pada strategi dengan menggunakan model Balanced Scorecard sehingga mampu mengimplemantasikan strategi dalam mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
1.6.
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah sebuah penelitian studi kasus mengenai pengukuran kinerja menggunakan model Balanced Scorecard pada PDAM Kabupaten Banyumas. Penelitian bersifat qualitatif menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Peneliti berusaha menganalisis data dan informasi dari berbagai sumber kemudian membandingkan fakta dan data yang peneliti peroleh dari objek penelitian di lapangan dengan konsep pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang peneliti dapatkan. Dalam mencari dan mengumpulkan data dan informasi, peneliti menggunakan teknik: 1. Wawancara Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data dan informasi dengan beberapa narasumber yang bekerja di PDAM Kabupaten Banyumas untuk mendapatkan data primer dari objek penelitian, di antaranya Kabag Keuangan,
11
Kabag Hubungan
Pelanggan,
Kabag Umum,
Kabag
Produksi dan Transmisi Distribusi, Kabag Perencana Teknik. 2. Dokumentasi Peneliti mencari dan mengumpulkan segala bentuk dokumen baik itu buku, panduan teknis, peraturan atau materi berbentuk cetak atau digital dari berbagai sumber yang relevan dengan fokus penelitian. 3. Observasi Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan budaya serta sistem kerja yang ada di PDAM Kabupaten Banyumas yang dihubungkan dengan tugas dan kewajiban masing-masing pegawai, misalnya bagaimana pegawai PDAM merespon keluhan dari pelanggan. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul, peneliti akan menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menghubungkan strategi, target serta indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian target. Berikut langkah-langkah analisis yang akan dilakukan oleh peneliti: 1. Menganalisis kesesuaian visi, misi dan strategi dengan bidang bisnis PDAM Kabupaten Banyumas. 2. Menganalisis dan mengevaluasi model pengukuran kinerja yang sudah diterapkan PDAM Kabupaten Banyumas, yaitu
12
Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 dan BPPSPAM serta indikator yang menjadi tolok ukur dalam kedua model pengukuran kinerja tersebut. 3. Menganalisis dan mambandingkan model pengukuran kinerja Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 dan BPPSPAM berdasarkan sistem pengukuran kinerja Balanced Scorecard. 4. Menganalisis strategi dan target yang sudah dan ingin dicapai oleh PDAM Kabupaten Banyumas dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Membuat ukuran-ukuran kinerja yang komprehensif dan seimbang berdasarkan strategi dan target PDAM Kabupaten Banyumas. 6. Mengelompokan strategi, target dan ukuran kinerja yang diturunkan dari visi dan misi PDAM Kabupaten Banyumas berdasarkan empat perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard sehingga akan terintegrasi secara vertikal. 7. Membuat dan menganalisis hubungan antara strategi, target dan ukuran kinerja yang dipilih pada setiap perspektif Balanced Scorecard sehingga akan terintegrasi secara horisontal antar perspektif dalam Balanced Scorecard. 8. Mengembangkan strategi untuk waktu yang akan datang sehingga dapat membantu PDAM Kabupaten Banyumas untuk berfokus pada strategi dengan Balanced Scorecard.
13
1.7.
SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai penulisan skripsi ini, maka dalam penulisannya akan dibagi ke dalam lima bab. Berikut rincian kelima bab yang ada dalam skripsi ini: BAB I Pendahuluan. Pada bagian pendahuluan akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori. Pada bagian landasan teori akan ditunjukan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, di antaranya berisi pengertian pengukuran kinerja, manfaat pengukuran kinerja, tujuan pengukuran kinerja, pengukuran kinerja tradisional, hubungan akuntansi dengan pengukuran kinerja, pengukuran kinerja model Balanced Scorecard, pengertian Balanced Scorecard, manfaat Balanced Scorecard, kelebihan Balanced Scorecard, perspektif-perspektif dalam
Balanced
Scorecard,
dan
teori
mengenai
prinsip-prinsip
transformasi Balanced Scorecard dalam membantu organisasi berfokus pada strategi, serta teori mengenai perencanaan dalam organisasi dan pengertian visi, misi, dan strategi dalam organisasi dan hubungannya dengan Balanced Scorecard. BAB III Metode Penelitian. Pada bagian metode penelitian akan dibahas mengenai jenis penelitian, objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
14
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan. Pada bagian analisis data dan pembahasan akan berisi gambaran umum perusahaan, analisis data serta pembahasan dari analisis data. BAB V Penutup. Pada bagian penutup akan berisi mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
15