BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia akibat adanya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997 dan terus berlanjut hingga kini telah menyebabkan tingkat pendapatan penduduk menurun drastis yang diikuti dengan terjadinya tingkat inflasi yang tinggi. Hal tersebut bukan saja menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sangat tajam yang di tunjukkan oleh meningkatnya penduduk miskin yang pada akhir tahun 1998 diperkirakan mencapai 49,5 juta jiwa atau bertambah sekitar 27 juta jika di bandingkan awal tahun 1996. Indonesia yang merupakan negara agraris ini nampaknya masih saja mengalami permasalahan ekonomi dalam sektor pertanian dan perkebunannya. Keadaan pertanian dan perkebunan di Indonesia kini tak sebaik dulu yang dapat mengekspor hasil pertanian dan perkebunan ke luar negeri. Ujung tombak dari sektor pertanian dan perkebunan ini berpusat pada petani. Tak dapat dipungkiri bahwa petani yang sekian tahun bekerja menggeluti dunia pertanian ini harus berbesar hati dalam menjalani kehidupannya yang serba kekurangan. Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Ada dua kata dalam bahasa Inggris berkenaan dengan “petani” yang memiliki konotasi dan
atribut
yang
berbeda,yaitu “peasant”dan “farmer”. Secara
sangat
mudahnya, “peasant” adalah
gambarandari
petani
yang
subsisten,
sedangkan“farmer” adalah petani modern yang berusahatani dengan menerapkan
1 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
teknologi modern serta memiliki jiwa bisnis yang sesuai dengan tuntutan agribisnis. Peasant adalah suatu kelas petani yang merupakan petani kecil, penyewa (tenants), penyakap(sharecroppers), dan buruh tani. Berkaitan dengan masalah pertanian yang dihadapi oleh para petani tersebut, menurut James C Scootdalam hubungan masyarakat petani juga dikenal adanya hubungan patron-klien. Patron adalah petani kaya, sedangkan klien adalah petani miskin. Keduanya berhubungan saling berinterdependensi dalam perkejaan bertani. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan sekarang yang mana sudah tidak lagi para petani kaya bertindak sebagai patron mengayomi para buruhnya. Petani kaya cenderung menguras secara berlebihan tenaga para buruhnya dengan dalih untuk dapat menghasilkan hasil pertanian yang melimpah ruah. Berdasarkan pengalaman peneliti dalam meneliti tentang hubungan patron klien di semester sebelumnya, nampaknya dapat menggambarkan bagaimana hubungan yang terjadi antara petani kaya dan buruhnya. Ditemukan data bahwa buruh tani acapkali dianggap remeh oleh majikannya , sehingga buruh sering mendapatkan perlakuan dari majikannya yang dinilainya kurang begitu manusiawi. Majikan memerintah buruhnya semaunya sendiri tanpa mempedulikan kesejahteraan buruhnya. Eksploitasi buruh tani pun akan nampak jelas di sini tetapi mungkin pada buruh tani itu tidak di rasakan. Yang majikan lakukan hanya memberikan upah dalam jumlah yang relatif sedikit kepada buruhnya, sedangkan buruh harus mengikuti semua apa yang telah majikannya perintahkan. Dari hal ini kami tertarik untuk meneliti tentang eksploitasi buruh tani dalam hubungan kerjanya diperkebunan tembakau.
2 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Beralih dari konsep patron klien yang ditelah kita jelaskan diatas, suatu pekerjaan atau profesi dalam masyarakat pastilah tidak terlepas dari kajian Marx tentang kelas. Seperti hanya pekerjaan di bidang pertanian yang telah dijelaskan di atas. Marx sendiri membagi kelas menjadi dua yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Marx menjelaskan kelas borjuis yaitu kelas yang menguasai sekaligus memiliki segala aset produksi, sedangkan proletar merupakan kelas yang dikuasai dan tidak memiliki aset produksi. Berkaitan dengan pembagian kelas, Marx juga menjelaskan pola hubungan didalamnya yaitu diantaranya eksploitasi, alienasi, dan perjuangan kelas. Namun pada penelitian ini fokus masalah lebih menyorot pada eksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang dilakukan oleh majikan. Oleh Karl Marx, Buruh dijelaskan sebagai manusia emansipatif. Mereka adalah tuan terhadap dirinya sendiri, dan tidak sedang terbelenggu. Di sini terdapat aspek humanism, di mana Buruh dapat bebas, berpikir dan bersandar menurut kemauan mereka sendiri. Namun ternyata, menurut Karl Marx, ada Alienasi. Alienasi yang dimaksud, adalah mereka yang teralienasi oleh pekerjaan, teralienasi dari hasil pekerjaan, mereka yang teralienasi oleh diri sendiri, dan mereka yang teralienasi dari orang lain. Yang dimaksud teralienasi oleh pekerjaan, yakni ketika apa yang dikerjakan
oleh
Buruh,
sebenarnya
tidak
sesuai
dengan
minat
dan
kemampuannya. Oleh karenanya, Buruh menjadi tidak betah, dan kemudian merasa terbelenggu. Mereka yang teralienasi dari hasil pekerjaan, yakni ketika surplus waktu kerja yang sebenarnya dimiliki, justru dinikmati oleh majikan. Artinya, hasil pekerjaan telah mengontrol para Buruh. Sementara mereka yang teralienasi oleh diri sendiri, dapat dijelaskan melalui upah yang rendah. Upah rendah, diartikan sebagai besaran yang hanya cukup digunakan untuk membeli
3 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
makan pada hari itu saja. Alienasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana manusia dikuasai oleh kekuatan-kekeuatan yang tercipta oleh kreasinya sendiri, yang merupakan kekuatan yang melawan manusia itu sendiri.Semua itu terjadi dalam kehidupan buruh. Termasuk eksploitasi yang sering tidak di rasakan oleh buruh tani. Yang kenyataannya jika di kaitkan dengan teori Marx semua itu akan dapat di katakana sebagai ekploitasi yang terjadi pada buruh tani oleh majikannya. Salah satu potret dari eksploitasi adalah majikan biasanya membayar para buruh dengan gaji lebih sedikit daripada yang diharapkan oleh para buruh sedangkan sisanya disimpan untuk kepentingan kaum kapitalis. Di mana biasanya dengan waktu kerja yang lebih lama. Pada masyarakat Desa Mayang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Mereka tidak memiliki banyak kesempatan kerja seperti umumnya masyarakat kota. Mereka mayoritas tidak memiliki kemampuan untuk bekerja di sektor lain selain pertanian. Ketidak mampuan mereka untuk bekerja di sektor lain selain ini disebabkan karena minimnya fasilitas pendidikan yang ada. Hal tersebut menjadikan masyarakat Desa Mayang berpendidikan rendah dan kurang kompetitif dalam memperoleh pekerjaan. Bagi para pemuda yang tinggal di Desa Mayang lebih memilih untuk pergi ke kota mencoba peruntungan dengan bekerja di kota. Mereka pikir dengan mereka bekerja di kota , mereka mendapatkan upah yang jauh lebih besar dari pada mereka bekerja di desa sebagai petani. Maka dari itu di Desa Mayang hampir jarang ditemukan pemuda yang memilih untuk bekerja di sektor pertanian. Pekerjaan buruh tani ini telah menjadi pekerjaan yang sudah menjadi pekerjaan turun temurun. Anak buruh tani mengikuti orang tuanya untuk
4 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
melanjutkan pekerjaan orang tuanya sebagai buruh tani. Jarang sekali buruh tani yang menyuruh anaknya untuk bersekolah lebih tinggi. Anggapan orang tua buruh tani tersebut bahwa sekolah tidak perlu tinggi tinggi, lebih baik bekerja membantu orang tua di sawah. Buruh tani yang telah lama mengabdi pada majikannya ini terkadang tidak merasakan adanya eksploitasi majikan terhadap dirinya. Mereka menganggap hal tersebut merupakan sebuah kewajiban yang memang sudah pantas mereka terima dan sudah sepantasnya buruh patuh terhadap perintah dari majikannya. Dengan upah yang minim dan tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakoni ini pun buruh mengganggapnya wajar. Adanya paksaan dalam bekerja ketika mereka sakit pun dianggap sudah menjadi kewajibannya untuk bekerja. Padahal sudah jelas jelas kita dapati hal tersebut merupakan bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh majikan terhadap buruhnya.
1.2 Fokus Penelitian Untuk dapat memahami masalah tentang buruh tani tersebut maka dirumuskan Fokus permasalahnya adalah: Bagaimana para buruh tani mengkonstruksikan eksploitasi yang dilakukan oleh majikan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ingin mengetahui hubungan kerja buruh tani lebih rinci dari tujuan penelitian buruh tani adalah :
5 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
1. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang kondisi buruh tani di agroindustri perkebunan tembakau. 2. Untuk menjelaskan tentang konstruksi para buruh tani tembakau terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh majikan
1.4 Kerangka Teoritik 1.4.1 Konstruksi Sosial-Peter L. Berger Realitas sosial tentang eksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jemberpasti memiliki pemahaman yang berbeda antara buruh tani yang satu dengan buruh tani yang lain, untuk memahami realitas sosial tentangeksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang, peneliti lebih melihat realitas sosial tersebut dari sisi proses bagaimana lahirnya konstruksi sosial buruh tani terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh majikannya, apakah merasa tereksploitasi dan merasa tereksploitasi. Setiap individu pasti memiliki perbedaan dalam mengkonstruksi sebuah realitas sosial yang terjadi dalam kehidupannya, untuk memahami realitas sosial tentang fenomena eksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang,peneliti memahaminya dengan pendekatan konstruksi sosial dari Peter L.Bergerdan Thomas Luckman. Pendekatan konstruksi sosial Peter L. Berger menggambarkan bahwa sebuah proses sosial melalui tindakan dan interaksi seseorang individu dimana seseorang menciptakan secara terus menerus sebuah realitasnya secara subyektif. Cara pandang dari perspektif pemikiran Peter L. Berger dalam
6 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
melihat fenomena sosial yang terjadi bahwa semua manusia memiliki makna dan berusaha untuk hidup dalam satu dunia yang bermakna. Realitas sosial tentang eksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang,dapat dipahami secara mendalam dan beragam dari sudut pandang sisi subyektif dari orang yang diteliti. Makna realitas sosial eksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang,manusia pada dasarnya tidak hanya dapat dipahami oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, akan tetapi juga dapat dipahami oleh orang lain yang mengetahui dan mengerti relitas sosialeksploitasi yang terjadi pada buruh tani yang ada di Desa mayang, hal ini tidak berarti bahwa semua makna yang dilahirkan seseorang dapat dengan mudahnya untuk dipahami orang lain.
1.4.2 Pengertian Buruh Di dalam sistem produksi, buruh adalah salah satu tenaga penggerak produksi yang mempunyai kekhususan tersendiri yang tidak dapat di samakan dengan unsur – unsur lain di dalam proses produksi. Buruh adalah satu – satunya unsur di dalam proses produksi yang mempunyai tujuan kehendak yang secara sadar dapat menahan pekerjaan atau meningkatkannya. Menurut hukum , istilah buruh tersebut tidak dapat dipertukarkan. Istilah buruh, paling tidak ada Undang - Undang yang secara tegas memberi batasan, yaitu Undang – Undang No.33 tahun 1947 tentang kecelakaan dan Undang – Undang No.22 tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisiahan Perburuhan. Pasal 6 ayat (1) Undang –Undang No.33 tahun 1947 menegaskan bahwa buruh ialah setiap orang yang bekerja pada majikan di perusahaan yang
7 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
diwajibkan di beri tunjangan dengan mendapat upah. Sedangakan pasal 1 ayat (1) Undang – Undang No.22 tahun 1957 menegaskan bahwa buruh ialan barang siapa bekerja pada majikan dengan menerima upah.1 Menurut Marx seorang buruh bukan hanya sekedar bekerja, tapi juga beraktivitas dan berkreasi. Sayangnya, dalam sistem kapitalis, fungsi buruh direduksi sedemikian rupa sehingga tak lebih dari sekedar alat penghasil uang. Buruh hanya salah satu bagian saja dari keseluruhan faktor produksi, antara lain tanah, mesin, dan bahan baku. Penyebabnya adalah dalam sistem kapitalis buruh bekerja pada pemilik alat produksi untuk menghasilkan produk yang hanya dilihat kuantitasnya atau alat tukarnya. Penyebab kedua, produk yang dihasilkan bukanlah milik si buruh, tapi milik penguasa alat produksi lalu kemudian milik pembeli setelah diperdagangkan.Buruh tak lagi bekerja untuk menghasilkan nilai guna yang bisa digunakan bersama-sama.
1.4.3
Eksploitasi Menurut Karl Marx eksploitasi merupakan bagian penting dalam
ekonomi kapitalis, paksaan jarang berupa paksaan terang-terangan akan tetapi malah berupa kebutuhan pekerja itu sendiri, yang kini dapat dipenuhi dengan kerja upahan. Para pekerja nampaknya sebagai buruh bebas yang sedang terjalin kontrak bebas dengan kaum kapitalis. Marx percaya bahwa buruh harus taat dan mematuhi syarat-syarat yang dibuat oleh para kaum kapitalis yang ditawarkan kepada mereka. Menurut Marx kapitalisme benar-benar menciptakan apa yang dinamakan pasukan cadangan pengangguran, jika
1
http://indososio.wordpress.com/2012/10/02/nilai-buruh-dan-kapitalisme/
8 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
seorang buruh tidak mau mentaati syarat-syarat dan gaji yang diberikan oleh kaum kapitalis maka masih banyak orang lain yang bersedia untuk menerima syarat-syarat dan besar gaji yang ditentukan kaum kapitalis. Kaum kapitalis membayar para pekerja dengan gaji lebih sedikit daripada yang diharapkan oleh para pekerja sedangkan sisanya disimpan untuk kepentingan kaum kapitalis sendiri. Marx membuat satu poin tentang modal ” Modal ada dan bisa ada karena banyak modal ”, artinya bahwa kapitalisme selalu digerakkan oleh persaingan yang tidak kenal henti, kaum kapitalis terlihat berada dalam keadaan yang terkendali akan tetapi sebenarnya mereka berada pada persaingan ketat diantara para pemilik modal (sesama kaum kapitalis). Kaum kapitalis terdorong untuk selalu bersaing, berlomba-lomba untuk menumpuk modal sebanyak-banyaknya, hasrat yang dimiliki kaum kapitalis adalah hasrat untuk mendapat keuntungan dan nilai surplus untuk dapat melakukan ekspansi, sehingga para kapitalis berusaha untuk mengeksploitasi pekerja sebanyak mungkin. Marx pada dasarnya berargumen bahwa struktur dan etos kapitalisme mendorong kaum kapitalisme ke arah penumpukan modal yang semakin banyak. Berdasarkan pandangan Marx bahwasanya tenaga kerja adalah sumber nilai, para kapitalis terdorong untuk memperkuat eksploitasi kaum proletar.
9 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian Sesuai dengan kerangka teoritik sebagaimana diuraikan diatas dan fokus penelitian yang diteliti maka penelitian ini dilakukan di Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Alasan memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian ini yaitu karena di desa tersebut terdapat banyak perkebunan tembakau yang proses pengolahannya dikerjakan oleh para buruh tani. Dimana desa ini kebanyakan bekerja sebagai petani, dan buruh tani. Sementara itu penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 November 2013.
1.5.2 Tipe Penelitian Penelitian tentang eksploitasi buruh tani dalam hubungan kerja di perkebunan Jember ini, menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana metode penelitian ini merupakan sebuah metode penelitian yang menghasilkan data bertipe deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif dalam mengkaji masalah ini yaitu karena kami ingin memahami secara rinci dan mendalam kaitannya dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat petani miskin dalam mengkonstuksikan ekploitasi yang dilakukan oleh pengusaha. Hal tersebut kami maksutkan agar kami dapat menggambarkan dan menginterpretasi persoalan tersebut secara utuh sesuai dengan kenyataanya (apa adanya) tanpa menyederhanakannya kedalam variabel-variabel.
10 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Penelitian ini dilakukan dalam sifatnya yang deskriptif dalam pengertian untuk mendeskripsikan konstruksi sosial buruh tani terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh majikan. Dengan sifat penelitian sedemikian ini, maka tidak dirumuskan hipotesis yang hendak diuji kebenarannya, dan kesimpulan yang diperoleh merupakan hasil analisa kualitatif dari deskripsi yang diajukan dari data – data yang diperoleh yaitu data primer, sehingga kita lebih memperkaya data dan lebih memahami suatu konstruksi sosial yang di teliti menambahkan informasi kualitatif. Diharapkan dari mmetode ini diperoleh data dan gambaran (deskripsi) yang jelas dan lengkap dengan analisa – analisa yang komprehensif tentang konstruksi sosial buruh tani dalam memaknai eksploitasi yang dilakukan oleh majikannya. Dengan menggunakan metode analisa kualitatis ini dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis orang – orang dan perilaku yang dapat di amati.
1.5.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik indepth interview (wawancara mendalam). Teknik indepth interview merupakan proses pengumpulan data (informasi yang dibutuhkan) dengan cara tanya jawab (tatap muka secara langsung) antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam interaksi sosial yang relatif lama dan cukup intensif (Arikunto, 2002).
11 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Alasan memilih teknik wawancara mendalam dalam peneltian ini yaitu data yang diperoleh dapat menjawab fokus permasalahan secara rinci, utuh, dan mendalam, sehingga kami akan dapat mengungkap konstruksi para buruh tani terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh pengusaha tembakau. 1.5.4 Teknik Pemilihan Informan Dalam penelitian ini informan yang diambil adalah individu – individu yang relevan dalam menjawab suatu permasalahan yang terkait dengan kajian eksploitasi buruh tani. Sehingga teknik penentuan informan yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan informan dengan mengambil informan hanya yang sesuai dengan tujuan penelitian (Suyanto dkk., 2011). Kelebihan dari teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data (informan) sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Arikunto, 2002). Alasan memilih teknik penentuan informan ini karena informan yang digunakan sebagai sumber informasi hanyalah orang-orang yang sesuai dengan kriteria yang kami butuhkan. Dengan kata lain tidak semua orang bisa kami jadikan sebagai informan untuk menjawab permasalahan yang kami ajukan.
1.5.5 Teknik Analisis Data Analisis data yang dilalukan dalam penelitian ini melalui beberapa tahap, yang pertama yaitu tahap Scalling Measurement, kemudian tahap Empirical Generalization, dan terakhir tahap Logical Induction. Dalam tahap Scalling Measurement, langkah awal yang harus dilakukan yaitu membuat “Transkrip”. Transkrip adalah uraian dalam bentuk
12 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
tulisan yang rinci dan lengkap mengenai apa yang dilihat dan didengar baik secara langsung maupun dari hasil rekaman. Untuk wawancara mendalam, transkrip harus dibuat dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan hasil wawancara (bahasa daerah, bahasa asing, bahasa „khusus‟ dan lain sebagainya) (Suyanto dkk., 2011). Kemudian langkah selanjutnuya adalah melakukan
Empirical
Generalization yaitu analisis terhadap isi transkrip. Adapun analisis yang dilakukan terhadap isi transkrip yaitu: 1. Menangkap makna dari teks untuk menunjukkan bagaimana makna dominan yang ada dalam teks dan makna yang dapat dipertentangkan yg bersifat spesifik. 2. Menunjukkan makna-makna yang melekat dalam suatu teks, utamanya makna tersembunyi yang terkandung dalam teks. 3. Menganalisis bagaimana teks berkaitan dengan kehidupan, pengalaman, kenyataan, dan hal-hal yg bermakna tentang subyek penelitian (Suyanto dkk., 2011). Lalu langkah selanjutnya adalah melakukan Logical Induction, dengan mencari pemahaman mendalam terhadap realitas sosial yang diteliti sebagaimana realitas sosial tersebut dipahami oleh subyek penelitian, serta melakukan Interpretasi terhadap makna dibalik perkataan & tingkah laku subyek penelitian (Suyanto dkk., 2011).
13 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
14 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini akan di jelaskan tentang umum lokasi penelitian yang menjelaskan tentang deskripsi umum lokasi penelitian akan diuraikan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan desa Mayang kabupaten Jember. Diantaranya, dijelaskan tentang kondisi fisik lingkungan desa Mayang dan kondisi penduduk desa Mayang. Kondisi fisik lingkungan yang berkaitan dengan letak dan kondisi geografis desa Mayang.
2.1 LETAK DAN KONDISI GEOGRAFIS Letak geografis Kecamatan Mayang mempunyai luas wilayah 63,79 Km2 dengan ketinggian rata-rata 200 m dari atas permukaan laut. Kecamatan Mayang terdiri dari 7 desa yaitu: Seputih, Sidomukti, Sumber Kejayan, Tegal Waru, Mayang, Mrawan dan Tegalrejo. Seluruh Desa Berkualifikasi Desa Swakarya. Jarak dari pusat kota sekitar 12 Km. Jumlah penduduk menurut mata pencarian : petani 1.171, buruh tani 1.738, buruh bangunan 8, PNS/ABRI 33, pensiunan 11, swasta 10. Tingkat pendidikan : Tidak tamat SD 1.225, Tamat SD 2.186, Tamat SMP 917, Tamat SMU 733, Sarjana S1 138. Jumlah sarana dan prasarana kesehatan: Puskesmas 1, Posyandu 3. Jumlah tempat peribadatan : Masjid 9, Langgar atau mushollah 18. Jumlah penduduk menurut agama yang dianut : Katolik 47, Kristen 116, Hindu 9, Budha 2.
15 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
2.2 BATAS-BATAS WILAYAH KECAMATAN Utara
: Kecamatan Pakusari
Timur
: Kecamatan Silo
Barat
: Kecamatan Kalisat
Selatan
: Kecamatan Pakusari
2.3 DESA MAYANG KECAMATAN MAYANG Desa Mayang adalah salah satu desa yang ada di kecamatan mayang, bentangan lahan pertanian banyak ditemui di desa ini. Maka tak heran kalau sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Sektor pertanian merupakan tempat pencaharian yang banyak di tekuni masyarakat di desa ini. Petani di sini pada umumnya seperti petani – petani yang ada di tempat lain, yaitu ada petani pemilik tanah, petani penggarap dan buruh tani. Desa Mayang ini mempunyai 3 dusun, yaitu dusun Kerajan, dusun Kelayu, dan dusun Tegal gusi. Jumlah penduduk desa Mayang ini adalah 7880 jiwa, dengan jumlah wanita berjumlah 3974 dan laki – laki berjumlah 3906. Jumlah KK yang tercatat adalah 2794. Mayoritas agama yang ada di desa Mayang adalah beragama Islam. Di desa ini ada perkumpulan cina di daerah tertentu. Mayoritas pendidikan masyarakat desa Mayang mayoritas pendidikan terakhir adalah SD dan SMP. Sedikit sekali yang sampai tingkat SMA karena faktor ekonomi dan sarana yang mendukung di desa ini.
16 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Daerah yang menjadi tempat mencari responden berada di Dusun Tegalgusi Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Dengan sebagian besar mayoritas penduduknya adalah mereka yang berasal dati suku Madura. Srhingga rtnis madira lebih banyak mendominasi dari pada etnis jawa. Hal ini di buktikan di dusun ini banyak penduduk yang memiliki logat bicara maduranya. Tak banyak yang memahami bahasa jawa. Umumnya para warga dusun tersebut hanya menggunakan bahasa nadura dan bahasa Indonesia saja. Sebagian besar warga di daerah tegal gusi menggantungkan hidupnya kepada alam. Mereka bermata pencaharian sebagai petani.Namun tak sedikit pula mereka yang menjadi buruh tani.
17 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Ini adalah salah satu aktifitas yang dilakukan oleh buruh tani yang dilakukannya setiap hari. Mulai dari menggarap sawah sampai pulang tengah hari dengan membawa tanaman yang dirasa dapat mengganggu keberadaan tanaman di ladangnya. Pada musim hujan di sana tanaman yang pada umumnya di tanam adalah Padi, dan ketika musim kemarau ladang tersebut di tanami tembakau. Pada dasarnya sistem penanaman seperti ini tergantung pada pemilik lahan yang memutuskan ditanami apa ladangnya. Tergantung modal yang mendukung dalam pertanian.
Dengan keadaan alam yang begitu subur masyarakat di dusun tegal gusi menggantungkan hidupnya di lahan tersebut. Apapun yang mereka dapatkan saat panen mereka selalu bersyukur. Pada bulan ini petani menanam padi. Biasanya juga menanam tembakau, itupun bisa dilakukan tiga sampai lima kali masa tanam tembakau setiap tahummya.
18 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Secara infrastuktur dusun tegal gusi memang kurang baik. Bisa dilihat dari jalam perkampumgan yang masih kurang layak. Banyak ditemui jalan – jalan yang seperti gambar diatas di temui di dusun ini. Jalannya hanya bisa dilewati oleh satu kendaraan beroda empat. Sehingga sulit kalau harus bersimpangan dengan dua kendaraan beroda empat. Apalagi di dusun ini tidak ada bangunan sekolah. Sehingga warga menyekolahkan anaknya di daerah lain yang jarak tempuhnya lumayan jauh. Hal tersebut terkadang membuat warga malas untuk menyekolahkan anakanya. Tidak banyak dari orang tua dulu yang tidak berpendidikan di dusun ini. Selain jarah tempuh yang jauh, ekonomi pun menjadi hambatan untuk menuntut ilmu.
2.4. LATAR BELAKANG BURUH TANI MEMILIH MENEKUNI PEKERJAANNYA Dalam bagian ini kami akan mengemukakan riwayat kehidupan buruh tani dari berbagai aspek sosial yang melatar belakangi mereka memilih bekerja sebagai buruh tani yang secara teoritis rawan terhadap aksi eksploitasi. Penjelasan pada bagian ini bersumber dari informasi yang kami dapatkan dari indepth
19 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
interview yang kami lakukan terhadap para buruh tani di Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember. Secara umum mereka menjelaskan bahwa kehidupan menjadi seorang buruh tani sebenarnya tidak mereka inginkan, mereka bekerja sebagai buruh tani tersebut karena keadaan yang memaksa mereka harus memilih bekerja sebagai buruh tani. Hal tersebut diakibatkan karena pendidikan mereka yang rendah (bahkan tidak bersekolah sama sekali) dan mereka merasa dengan pendidikan yang rendah tersebut mereka tidak bisa bekerja di sektor lain termasuk di sektor perkantoran (pagawai) yang selama ini mereka idam idamkan. Hal yang membuat mereka tidak bisa memperoleh pendidikan ke jenjang yang tinggi masalahnya yaitu karena kondisi ekonomi orang tua mereka dahulu yang rendah dan tidak mampu menyekolahkan anaknya. Selain itu pada jaman dahulu menempuh pendidikan di sekolah merupakan aktivitas yang tidak umum dan hanya dikerjakan oleh mereka yang memeiliki ekonomi tinggi (kelas borjuis). Alasan lain yang menyebabkan mereka harus bekerja menjadi buruh tani yaitu karena mereka tidak memiliki ketrampilan lain. Orang tuanya dahulu hanya mengajarkan mereka cara bekerja di sektor pertanian tanpa memberikan ketrampilan bekerja disektor lain sehingga mereka merasa hanya bisa bekerja disektor pertanian. Selain itu, di daerah tempat tinggal mereka, sektor pekerjaan di bidang pertanian merupakan pekerjaan yang umum yang dilakukan oleh masyarakat. Hal itulah yang menyebabkan mereka mau tidak mau harus bekerja di sektor pertanian.
20 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Para buruh tani tersebut sebenarnya sangat ingin bekerja di katoran yang menurut bayangan mereka pekerjaan tersebut merupakan pekerjan yang bagus, mulia, gajinya besar, dan nyaman. Namun pekerjaan tersebut menurut mereka hanyalah impian semata yang tidak mungkin mereka dapatkan. Sebenarnya mereka sangat menginginkan anaknya dapat bekerja di perkantoran agar bisa mewujudkan cita-cita orang tuanya dan mengubah nasib orang tuanya tersebut. Namun karena masalah ekonomi mereka tidak bisa menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi sehingga impian mereka untuk menjadikan anak mereka bekerja di perkantoran terpaksa harus mereka buang karena tidak mungkin terjadi. Walaupun anak-anak mereka tidak mendapatkan pendidikan yang tinggi, namun mereka tidak mau bekerja sebagai buruh tani. Anak-anak mereka mengangap bekerja sebagai buruh tani adalah pekerjaan rendahan yang tidak pantas dikerjaan oleh anak muda sehingga mereka gengsi bekerja sebagai buruh tani. Para anak buruh tani tersebut lebih memilih bekerja di luar kota sebagai kuli bangunan karena dianggap lebih mulia dibanding bekerja sebagai buruh tani.
21 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
BAB III SEKILAS GAMBARAN KEHIDUPAN BURUH TANI
III.1. Bapak Rudi (Buruh Tani) Seperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertania. Namun, nampaknya hal itu sekarang menjadi kurang diperhatikan mengingat banyaknya lahan pertanian yang berkurang dan semakin menyempit sementara rakyat dari kalangan bawah yang tak memiliki skill semakin banyak dan sangat bergantung pada
sektor
pertanian.
Sebagian
besar
dari
mereka
yang
mengandalkan sektor pertanian hanyalah berkutat sebagai buruh tani, sementara pemiliki hamparan lahan pertanian yang luas adalah para pemilik modal. Buruh tanipun harus tunduk terhadap para majikan apabila mereka tak ingin kehilangan pekerjaanya dan menjadi penganguran, sementara roda perekonomian keluarga buruh tani terus berlangsung dalam kesehariannya. Sama halnya dengan yang terjadi pada Bapak Rudi yang bekerja sebagai buruh tani. Rudi yang tak pernah mengenyam bangku pendidikan menyebabkan posisinya kurang diakui dalam dunia kerja. Sehingga mau tak mau hanyalah sektor pertanian yang diandalkannya. Apalagi almarhum orang tua Rudi juga merupakan seorang buruh tani. Sejak kecil secara tak langsung Rudi tersosialisasi akan segala sesauatu yang berbau pertanian. Namun karena minimnya modal
22 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
(dalam hal ini modal berupa materi, relasi, dan pendidikan) menjadikan Rudi hanya sebagai seorang buruh tani biasa. Selama kurang lebih dua puluh tahun Rudi bekerja sebagai buruh tani, selama itu pula Rudi mengabdikan diri pada petani berdasi (Pemiliki Lahan Pertanian).Dalam kurun waktu dua puluh tahun bekerja sebagai buruh tani lantas tak membuat kehidupan Rudi sekeluarga menjadi semakin membaik. Rumah yang terbuat
dari
anyaman
bambu
(gedeg-dalam
bahasa
jawa),
sementara
lantainyamasih dari plesteran-belum keramik atau tekel- dan hanya seluas enam puluh meter persegi menjadi salah satu indikator bahwa kehiupan Rudi sebagai buruh tani jauh dari kata layak. Rudi dalam sehari bekerja mulai pukul tujuh pagi hingga pukul dua belas. Jika masih ada yang harus diselesaikan maka Rudi harus kembali lagi bekerja setelah Dhuhur atau berkisar pukul satu siang hingga menjelang Ashar atau sekitar pukul tiga sore. Jam kerja yang demikian menjadikan Rudi memiliki penghasilan yang sekarang hanya berkisar antara dua puluh ribu rupiah hingga tiga puluh lima ribu rupiah membuatnya harus pandai-pandai menghemat pengeluaran. Tak jarang Rudi sekeluarga harus menahan diri untuk tidak membeli sesuatu yang dinginkan seperti menahan untuk membeli pakaian yang dinginkan, atau semacam peralatan rumah tangga yang dinginkan. Mengurangi jatah makan sehari-hari dan menggantikan makanan pokok dengan makanan seadanya sudah biasa dilakukan oleh keluarga Rudi. Sungguh ironi apa yang terjadi dalam kehidupan buruh tani. Mereka menanam tembakau tapi tak dapat menikmati hasil dari apa yang ditanamnya. Mereka menanam padi tapi mereka harus bersusah payah memperoleh makanan pokok. Tak jarang pula Rudi dan keluarganya harus
23 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
makan seadanya bergantung pada seberapa besar uang yang ada pada hari itu. kendati istri Rudi dan anaknya telah bekerja, hal itu tak membuat kondisi perekonomian keluarga Rudi kunjung membaik. Istrinya yang terkadang membantu sebagai buruh petani apabila dibutuhkan menjadikan penghasilan yang didapat tak bisa diandalkan. Begitupula dengan anak Rudi yang bekerja sebagai kuli bangunan. Apabila tak ada yang sedang membangun rumah dsb maka anak dari Rudi tersebut terpaksa menganggur di rumah. Rudi beberapa kali berpindah majikan dan berpindah lahan pertanian. Dari yang semula menjadi buruh tani untuk sawah –dalam hal ini menghasilkan padihingga menjadi buruh tani untuk perkebunan tembakau. Rudi bekerja menjadi buruh tani padi saat musim tembakau sudah berlalu kemudian menjadi buruh tani tembakau saat musim tembakau tiba yaitu sekitar bulan April hingga Juni. Penghasilan yang diperoleh dari bekerja sebagai buruh tani tersebut hampir sama. Saat menjadi buruh tani padi berkisar dua puluh ribu begitu juga pada saat menjadi buruh tani tembakau juga berkisar dua puluh hingga tiga puluh ribu per hari. Sistem kerja yang dilakukan Rudi sebagai buruh tani dimulai dari menanam, merawat, hingga memanen dari apa yang telah ditanamnya. Sementara peralatan mulai dari benih, pupuk, trkator dan peralatan pertanian lainnya telah disediakan oleh pemiliki lahan-dalam hal ini majikan- yang mempekerjakannya. Sangat terlihat sekali kesenjangan dalam hal penghasilan yang diperoleh antara buruh tani dan petani pemiliki. Buruh tani yang bekerja setiap hari mencucurkan keringat hingga jam kerja mereka terkadang melebihi jam kerja buruh pabrik atau pekerja lainnya tapi memperoleh penghasilan yang sedikit sehingga tak bisa
24 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
mendongkrak perekonomian mereka dan terperangkap dalam kemiskinan, sementara para petani pemilik hanya menyediakan lahan dan biasanya disebut “ongkang-ongkang kaki” tapi menerima penghasilan yang banyak. Dalam sistem upah yang lain adalah ketika panen biasanya hasil panen tersebut dibagikan beberapa kilo kepada buruh tani yang bekerja bergantung pada majikannya. Namun, ketika gagal panen, buruhpun tak mendapatkan pembagian hasil dari panen tersebut. Rudi terlihat sangat beruntung karena ia tetap bisa berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang merupakan tetangganya dan sanak saudaranya juga. jika kita bandingkan dengan para pekerja kantoran atau eksekutif muda yang terlihat sangat sibuk sehingga waktu yang mereka gunakan hanya seputar bekerja hingga larut malam-pulang masuk ke dalam rumah-tidur-bangun tidur-bekerja lagi. Siklus tersebut terus nerulang sehingga membuat manusia tak dapat berinteraksi dengan tetangga sekitarnya dan membuat mereka terasingkan dari kehidupan sosialnya. Namun, hal tersebut rupanya tak terjadi pada Rudi. Rudi yang telah bekerja puluhan tahun sebagai buruh tani lantas merasa bahwa pertanian adalah bagian dari hidupnya. Sempat ia tuturkan pada saat mencoba pekerjaan lain di luar sektor pertanian maka hasil yang didapat tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkannya, bahkan ia tak semangat menjalankan pekerjaan di luar sektor pertanian. Rudi lebih semangat jika bekerja di sektor pertanian meskipun Cuma sekedar menjadi buruh. Hal tersbut mungkin dikarenakan pekerjaan dalam sektor pertanian telah mendarah daging dalam benak keluarga Rudi sehingga apa yang dilakukanya kini menjadi sebuah pekerjaan atas dasar kesenangan, semangat dan keikhlasan dari hatinya. Rudipun tak pernah
25 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
mengeluh atas apa yang diperolehnya dan menyatakan penghasilan yang didapatnya dari hasil bertani sudah sangat cukup dalam pemenuhan kebutuhan pokok untuk kehidupan sehari-hari. Keihlasan yang ada dalam diri Rudi tak lepas dari agama yang dianutnya, Islam. Dalam Islam mengajarkan bahwa bekerja untuk menghidupi keluarga adalah bagian dari jihad di Jalan-NYA sehingga balasan yang didapatkan adalah pahala. Dan dengan bersyukur maka rejeki akan tak pernah habis dan tercukupi. Rudi juga bercerita tentang jenis tembakau yang sering ditanam dan digarap olehnya dan rekan-rekan tani lainnya. Di tempat Rudi berasal tembakau yang ditanam dibedakan menjadi tiga kelas. Kelas A, B, dan C, entah atas dasar apa pembedaan tersebut dilakukan dengan abjad tidak dengan sebuah nama. Tembakau yang paling bagus menurutnya adalah tembakau dari kelas A yang biasanya diborong oleh tengkulak dan disetorkan kepada pabrik Gudang Garam yang kemudian diolah menjadi rokok bermerk Gudang Garam dengan berbagai varian jenis. Sementara tembakau dari kelas B biasanya diborong oleh tengkulak dan disetorkan kepada pabrik rokok Sampoerna. Rudi menjelaskan mengapa Sampoerna membeli tembakau dari kelas B tidak dari kelas A padahal tembakau yang baik berasal dari kelas A. Itu dikarenakan pabrik Sampoerna memiliki resep khusus untuk mengolah tembakau dari kelas B jika pabrik Sampoerna diberi tembakau kelas A maka rokok yang dihasilkan tidak akan seenak biasanya karena resepnya tidak cocok. Tembakau yang diolah menjadi rokok tersebut kemudian dijual kepada masyarakat dan menghasilkan untung yang berlebih bagi para pengusaha, padahal mereka tak hanya duduk di atas meja sementara petani
26 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
tembakau yang memeras keringat tetap memiliki penghasilan yang jauh di bawah rata-rata dan berkutat dalam lingkaran kemiskinan tanpa disadarinya. Pernah beberapa kali Rudi mengalami musibah saat ia tak bisa bekerja untuk sementara waktu lantaran ia sakit. Roda perekonomian keluarga Rudi menjadi berputar sangat lamban, dan terpaksa sang istri harus menggantikan Rudi bekrerja sementara waktu. Pada saat itu pula Rudi tak memiliki biaya untuk berobat. Jaminan kesehatan yang dimilikinya sama sekali tak berguna ketika ia berobat ternyata ia tetap ditarik biaya oleh pihak rumah sakit meskipun dengan dalih dari pihak rumah sakit biaya tersebut sudah lebih ringan dan lebih murah dari seharusnya. Dengan terdesak akhirnya Rudi memutuskan untuk meminjam uang kepada majikannya kala itu, dan majikan tersebut meberikan pinjaman uang kepada Rudi bahkan ketika uang tersebut tak dianggap hutang oleh majikan sehingga tak wajib bagi Rudi untuk mengembalikan uang tersebut. Rudi dalam kesehariannya juga tergabung dalam kelompok tani di tempat tinggalnya. Di kelompok tani, Rudi hanya menjabat sebagai anggota. Dalam kegiatan rutin kelompok tani tersebut ada yang namanya rapat. Dalam agenda rapat tersebut yang seringkali dibahasa adalah mengenai harga pupuk, harga benih dan peralatan pertanian yang sempat melonjak harganya. Tak jarangpula dalam kelompok tani tersebut mengupayakan agar bagaimana para petani bisa memperoleh subsidi baik hanya berupa pupuk, benih, hingga alat-alat pertanian. Namun sangat disayangkan dalam kelompok tani tersebut jarang sekali dibahas mengenai upah yang seharusnya layak diterima oleh para buruh tani. Buruh tani menjadi cenderung pasrah dan tak ada usaha untuk memperjuangkan hak atas kesejahteraan atas dirinya dan keluarganya. Akibatnya, terjadi disparitas yang
27 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
sangat nampak pada kondisi perekonomian antara buruh tani dan para pemilik modal. Pengalaman yang mumpuni dalam sektor pertanian seharusnya bisa menjadikan Rudi seorang yang ahli dan paham dalam bidang pertanian sehingga ia seharusnya bisa mengembangkannya dan memperoleh kehidupan yang layak dari sektor pertanian tersebut sehingga dimungkinkan untuk mengalami mobilitas sosial secara vertikal ke atas. Dan setidaknya dapat bekerja di sektor pertanian yang lebih tinggi dan lebih canggih. Sangat bertolak belakang sekali dengan para ilmuwan petanian yang terkadang memiliki ilmu secara teoritik namun tak bisa praktiknya. Namun kembali lagi pada apa yang mungkin dikatakan sebagai awal permasalahan yang dihadapi oleh Rudi yaitu masalah modal (dalam hal ini modal berupa materi, pendidikan dan relasi). Rudi tentunya memiliki harapn ke depannya seperti manusia pada umumnya. Rudi berharap suatu saat nanti bisa keluar anak-anaknya meperoleh pekerjaan yang layak. Harapan yang besar terletak pada anak terakhirnya yang sekarang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Harapnya kelak sang anak mampu melanjutkan sekolah hingga jenjang perguruan tinggi sehingga memiliki keterampilan dan modal pendidikan yang mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga mampu mendongkrak perekonomian keluarga. Harapan yang besar juga disematkannya pada pemerintah agar lebih memperhatikan rakyat kecil yang memiliki tingkat status ekonomi sosial yang rendah. Pesannya agar pemerintah tak hanya memberi bantuan berupa uang yang jumlahnya masih tergolong sangatlah rendah, tapi juga bantuan berupa modal dan
28 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pelatihan sehingga rakyat kecil ini juga memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan yang nantinya berujung pada semakin baiknya status ekonomi sosial mereka. Khusunya pada kaum tani yang menurutnya kurang diperhatikan padahal sektor pertanian juga membantu dalam kelangsungan hidup rakyat Indonesia.
III. 2. Ibu Junit (Buruh Tani) Pada suatu pagi yang sedikit mendung saya dan kelompok stratifikasi saya, memulai kegiatan dengan mencari informan. Kali ini saya mendapat bagian untuk melakukan wawancara mendalam terhadap buruh tani tembakau di desa Mayang. Penelitian ini dilakukan di desa Mayang kecamatan Mayang kabupaten Jember. Kami mulai jalan mencari informan pada hari jumat pukul 11.00 WIB. Setibanya di lokasi, saya langsung bergegas menemui pak moden dirumahnya untuk menunjukkan dimana tempat atau rumah buruh tani tembakau. Saya diberitahukan oleh beliau buruh tani tembakau yaitu ibu Junit. Kemudian saya pun berbegas menuju rumah bu Junit yang tidak jauh dari rumah pak Moden. Pada pencarian informan ini saya ditemani oleh rekan kelompok saya yaitu Adi. Sesampainya saya di
halaman rumah bu Junit, saya mulai
memperhatikan kondisi halaman dan rumah bu Junit. Saat itu saya melihat halaman rumah bu Junit cukup luas. Namun dihalaman rumah bu Junit hanya ditumbuhi oleh satu pohon mangga yang belum terlalu besar dan berbuah. Saat saya memasuki halaman rumah bu Junit, saya mendengar suara-suara obrolan tetangga bu Junit dengan bahasa khas Madura. Obrolan mereka menyambut saya menuju ke rumah bu Junit. Mereka menyambut dengan senyum dan sapa. Selain
29 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
itu di halaman rumahnya terdapat sepeda roda tiga milik cucu bu Junit. Rumah sebelah rumah bu Junit ternyata itu adalah rumah milik anaknya yang kini sudah berkeluarga. Pada depan rumah anaknya tersebut terdapat satu sepeda motor warna hitam. Tak lama memperhatian kondisi rumah bu Junit, muncullah bu Junit beserta anaknya yang mempersilahkan saya masuk ke rumahnya. Saat itu yang saya lihat, kondisi bu Junit dalam keadaan yang sehat. Saya pun saat itu mulai memastikan apakah benar saya bertemu dengan bu Junit. Selanjutnya saya dan Adi kemudian masuk ke ruang tamu bu Junit. Ketika saya masuk dan kemudian duduk, saya pun juga mulai melihat dan merasakan kondisi rumah bu Junit ini. pada ruang tamunya saya melihat terdapat tempat duduk tamu yang terbuat dari bahan busa dan terdapat meja tamu. Selain itu saya juga melihat satu buah motor yang lusung namun masih bisa terpakai. Di samping motor terdapat satu buah lemari tempat tv, fas bunga, guci, dan semacamnya. Lantai rumah bu Junit terbuat dari bahan semen atau ubin. Rumah bu Junit tidak memiliki plavon. Jadi ketika kita melihat ke atas, maka kita akan melihat langsung rusuk-rusuk kayu yang menopang dan menjadi kerangka atap rumah bu Junit. Saya pun memulai untuk wawancara mendalam bersama bu Junit. Ketika itu ternyata musim panen tembakau baru saja selesai. Bu Junit adalah wanita berusia sekitar 50 tahun yang bekerja sebagai buruh tani tembakau di desa Mayang kecamata Mayang kabupaten Jember. Beliau menekuni profesi sebagai buruh tani tembakau ini sudah sejak usia dini atau waktu beliau masih masa-masa yang terhitung remaja. Beliau setiap hari memulai kegiatannya dengan memasak ketika pagi hari setelah beliau bangun tidur. Beliau sudah terbiasa bangun pagi-pagi sekali. Beliau berangkat kerja mulai jam 07.00
30 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pagi WIB. Waktu kerja bu Junit tidak bisa dipastikan kapan harus pulang. Terkadang jika ada pekerjaan yang harus dikerjakan maka beliau harus nglembur untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Biasanya jam lembur bu Junit saat bekerja hingga pukul 16.00 WIB. Pekerjaan bu Junit sebagai buruh tani tembakau biasanya adalah pada waktu panen. Saat itu bu Junit memilih daun tembakau yang bagus dan yang jelek. Jadi bu Junit selalu teliti dalam memilih daun tembakau. Bu Junit bekerja sebagai buruh tani tembakau sudah sekitar 30 tahun. Beliau pernah bekerja di tetangganya sendiri yang memiliki tanah atau ladang tembakau, yaitu pak Aan. Beliau merasa senang karena beliau dengan pak Aan sangat akrab sebagai tetangga. Pak juga sering mempekerjakan bu Junit untuk menggarap sawah miliknya. Sudah sering bu Junit mendapat panggilan dari seseorang untuk menggarap sawahnya. Namun disini yang paling sering mempekerjakan bu Junit adalah pak Lurah desa. Selain bekerja di bidang buruh tembakau, baliau juga pernah dipekerjakan oleh pak lurah untuk memasukan pasir atau tanah ke dalam plastik untuk kemudian pasir tersebut digunakan sebagai tempat penanaman bunga atau tanaman lainnya. Beliau tidak pernah mengeluh akan pekerjaan yang di jalaninya itu. Bu Junit dalam hal memenuhi kebutuhan menurut beliau terbilang sulit. Karena biaya hidup atau kebutuhan bu Junit ditanggung oleh beliau sendiri, kecuali kepentingan yang sudah mendesak. Bu Junit memiliki 3 anak. Anak pertama dan kedua kini sudah berada jauh dari bu Junit. Namun anak ketiganya masih tinggal dekat dengan bu Junit yaitu rumahnya berada disamping rumah bu Junit. Anak beliau kini hanya sibuk dengan urusan keluarganya masing-masing. Anak beliau yang kini tinggal dekat dengan beliau memiliki satu anak. Sedangkan suaminya sering bekerja diluar kota. Apalagi Suami dari bu Junit sudah lama
31 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
meninggal. Jadi mau tidak mau bu Junit harus menopang kebutuhan hidupnya sendirian. Beliau merasa tidak enak hati atau sungkan jika harus meminta biaya tambahan dari anaknya. Karena beliau sadar bahwa anaknyapun memiliki kesulitan ekonomi sendiri. Bu Junit bekerja sebagai buruh tani tembakau mendapatkan upah sekitar Rp 25.000 per hari untuk setengah hari kerja. Setengah hari tersebut dihitung dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 WIB. Sedangkan untuk satu hari penuh atau waktu nglembur, Bu Junit mendapatkan upah sekitar Rp 30.000 per harinya. Secara pribadi menurut bu Junit dengan upah sebesar itu masih kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Kabutuhan yang begitu banyak membuat upah sebesar itu tidak cukup. Namun dalam hal ini Bu Junit lebih memprioritaskan terpenuhinya kebutuhan pangan. Mungkin dari upah tersebut hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari saja. Biasanya untuk kebutuhan makan sehari bu Junit hanya membeli beras dan lauk tempe tahu. Untuk beras biasanya beliau hanya membeli seperempat kilo saja per harinya. Kemudian untuk makan dengan lauk ikan atau ayam beliau dalam satu bulan hanya bisa merasakannya satu sampai dua kali saja. Karena harga ikan menurut beliau terasa cukup mahal. Misalnya saja harga ikan tongkol mencapi Rp 5000. Sedangkan untuk kebutuhan diluar itu bu Junit sudah tidak sanggup memenuhi dengan upah sebesar itu. Beliau semasa masih muda atau masih dalam usia remaja masih sering bekerja lembur. Bekerja lembur tersebut tidak lagi bekerja di sawah, namun bekerja di gudang tempat pengumpulan hasil panen tembakau. Di dalam gudang para buruh mulai memisahkan mana tembakau yang kualitasnya baik dan tembakau mana yang kualitasnya jelek. Di gudang biasanya para karyawan bekerja dengan mesin-mesin yang canggih. Buruh hany bekerja
32 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
dengan tenaga fisik atau otot sendiri. Namun karena usia bu Junit yang semakin tua dan kondisi tubuh beliau yang tidak memungkinkan untuk bekerja keras seperti itu, maka kini bu Junit hanya bekerja di bagian sawah dan tidak lagi pernah melakukan jam lembur. Menurut beliau jika beliau bekerja terlalu keras seperti di gudang yang harus lembur, bisa-bisa beliau mengalami jatuh sakit. Karena biaya ketika baliau sakit tersebut harus ditangguung oleh beliau sendiri. Beliau pernah meminta gaji tambahan untuk biaya berobat kepada majikannya namun oleh majikannya tidak diberi. Kebanyakan kesepakatan atau kontrak yang disepakati antara majikan dan buruh di desa Mayang, yaitu segala kerugian panen akan ditangungg oleh majikan itu sendiri. Begitu pula dengan sakit yang terjadi pada buruh. Mau tidak mau mereka harus menanggungnya sendiri. Seperti hanya bu Junit tersebut yang harus mebiayai biaya berobat jika beliau mengalami jatuh sakit. Bu Junit dalam sehari mampu menghasilkan sekitar 300 pasir atau tanah yang dimasukkan kedalam plastik untuk ditanami cabai. Jadi untuk mencapai 1000 bungkus pasir bu Junit harus mencicil dan memerlukan waktu yang tidak singkat. Terkadang selain kerja memasukkan pasir dalam plastik, bu Junit juga pernah kerja pada bagian penanaman cabai pada ladang pak Lurah tersebut. Bu Junit kini bekerja biasanya hanya dua hari sekali. Itu pun jika ada garapan di ladang atau sawah. Jika tidak ada maka beliau hanya bisa terima keadaan. Pada masa baliau masih muda beliau sangat sering bekerja setiap hari. Beliau saat itu masih sangat bugar dan masih mampu bekerja keras dan cekatan. Kondisi fisik beliau yang tua membuat beliau harus mengurangi kegiatan kerjanya. Menurut beliau bekerja sebagai buruh tani tembakau sangat lah menguras tenaga. Sehingga tak jarang bu Junit merasa lelah dan capek. Dengan istirahat saja, hal tersebut
33 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
dapat mengembalikan tenaga dalam diri bu Junit sendiri. Namun menurut beliau bekerja sebagai buruh tani tembakau merupakan kegiatan yang menyenangkan. Beliau merasa senang dan ikhlas menjalani pekerjaan sebagai buruh tani tembakau. Bekerja di ladang membuat beliau memiliki banyak relasi kerja atau bisa disebut dengan teman. Bekerja dengan diiringi berbincang – bincang dengan rekan kerja, membuat bu Junit lupa akan rasa lelah dan selalu merasa senang dalam bekerja. Bekerja sebagai buruh tani tembakau upah yang diterima untuk per harinya yaitu sekitar Rp 25.000. Sedangakan untuk jam lembur para buruh tani ini mendapat upah sebesar Rp 30.000. Khusus untuk buruh tani yang bekerja pada musim cabai, bu Junit mendapat upah Rp 20.000 jika menghasilkan 1000 biji pasir yang dimasukkan ke dalam plastik. Bu Junit pernah dalam sebulan menghasilkan 10.000 biji pasir yang disukkan ke dalam plastik, sehingga beliau mendapat upah Rp 200.000. Pasir tersebut berguna sebagai wadah untuk menanam cabai. Dalam menjalani pekerjaan sebagai buruh tani, bu Junit juga pernah suatu ketika jatuh sakit. Beliau yang paling sering sakit yaitu sakit panas dan pilek. Namun disamping itu kini kaki beliau juga mengalami masalah kesehatan. Beliau merasa kakinya begitu sakit. Beliau tidak tau apa nama penyakit yang menyerang kakinya tersebut. Bu Junit sering merasakan sakit pada kakinya. Hal tersebut membuat saat itu beliau tidak kuat berjalan. Beliau pernah berobat ke puskesmas dan dikenakan biaya Rp 35.000. Harga sebesar itu menurut beliau terlalu mahal. Selain itu juga hal tersebut sangat mengganggu stabilitas pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari. Segala kerugian atau derita buruh tani dalam hubungan kerja bu Junit dengan majikannya sesuai kontrak yaitu bahwa
34 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
musibah tersebut yang menanggung adalah buruh itu sendiri. Majikan tidak ikut campur dalam hal tersebut. Begitu pula sebaliknya, para buruh tani tidak ikut campur atau dengan kata lain para buruh tani ini tidak ikut menangungg resiko jika hasil panen rusak, harga jual rendah, dan kerugian yang di terima oleh majikan. Bu Junit pernah meminta tolong kepada salah satu masjikannya dahulu, namun beliau tidak mendapat respon alias tidak diberi bertolongan. Hal tersebut termasuk pada biaya berobat para buruh yang harus ditanggung oleh para buruh itu sendiri. Dalam hubungan kerja ini bu Junit tidak pernah mendapat bonus tambahan. Namun sesekali pak Lurah membeerikan beberapa ribu uang untuk bu Junit di rumahnya. Karena pak Lurah senang dengan pekerjaan bu Junit di ladang. Di luar itu secara pribadi bu Junit tidak pernah mendapatkan bonus tambahan dari majikan manapun. Maka bu Junit pun mau tidak mau harus bertahan hidup dengan upah sebesar tersebut untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan biaya berobat kakinya. Namun untuk sekarang ini bu Junit sudah jarang sekali berobat ke puskesmas untuk mengobati kakinya itu. Karena dirasa biaya berobat kakinya tersebut cukup mahal baginya. Menurut beliau uang berobat lebih baik digunakan untuk makan saja dari pada berobat namun tak segera kunjung sembuh. Jadi dengan kata lain bu Junit lebih memaksimalkan upah atau hasil kerjanya tersebut hanya untuk emenuhi kebutuhan maka sehari-hari saja. Pekerjaan sebagai buruh tani tembakau ini snagatlah cukup berat. Dirasa berat karena pekerjaan ini sangat menguras tenaga atau menuntut fisik untuk selalu bertahan dan menyelesaikan pekerjaan. Belum lagi jika majikan marah yang dikarenakan hasil kerja yang kurang memuaskan. Menurut bu Junit, dalam proses kerja diladang terkadang majikan malakukan pengontrolan sekaligus
35 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
memeberikan evaluasi terhadap para pekerjanya. Seperti hanya bu Junit yang bekerja di ladang milik pak Lurah. Terkadang sesekali pak Lurah melakukan kontrol atas pekerjaan para buruh yang menggarap ladangnya tersebut. Pak lurah juga memeberi kan peringatan terhadap buruhnya yang mungkin salah. Namun dimata bu Junit dan buruh lainnya, pak Lurah dalam proses kontrol kerja ini cukup sabar. Sangat jarang pak Lurah marah terhadap para buruhnya. Pada hasil panen tembakau, biasanya setelah itu hasil panen di kumpulakan di gudang untuk dilakukan penyortiran kualitas tembakau. Penyortiran ini dilakukan untuk mengetahui tembakau mana yang baik dan tembakau mana yang jelek pada kualitasnya. Setelah melalui penyortiran ini kemudian hasil panen tembakau ini akan dijual pada pabrik-pabrik rokok. Menurut bu Junit dalam hal panen para buruh tani tidak berhak untuk mendapat bagian dari hasil panen tersebut. Seperti apa yang di alami Bu Junit itu sendiri. Bahwasannya beliau tidak pernah mendapat bagian hasil panen baik hasil panen tembakau maupun hasil panen dari tandur cabai. Semua hasil panen menurut bu Junit merupakan hak majikan atau pemilik ladang tersebut. Jikalau beliau diberi hasil panen maka beliau pun juga menerima. Namun secara pribadi bu Junit juga tidak pernah meminta hasil panen tersebut. Jadi dalam hubungan kerja ini buruh tani hanya tau soal kerja dan mendapatkan upah dari majikan. Di luar itu para buruh tidak memikirnya. Bu Junit sendiri memiliki prinsip dalam bekerja, yaitu beliau harus bekerja yang baik sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Di samping itu beliau juga menerima resiko apa pun selama itu tidak menyangkut masalah kerugian hasil panen. Beliau dalam bekerja selalu serius, tekun, jujur dan dikerjakan secara baik. Meskipun beliau dengan bekerja keras seperti itu, beliau
36 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
masih belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya makan dan di samping itu kebutuhan sandang, namun beliau tetap teguh dengan
prinsip
kerjanya tersebut. Bu Junit takut jika bekerja secara curang atau tidak jujur. Bu Junit tidak mau menanggung resiko yang lebih besar apabila bekerja secara curang atau tidak baik. Beliau takut jika menerima musibah yang tak terduga. Menurutnya memenuhi kebutuhan makan sehari-hari itu saja sudah sulit, apalagi jika bekerja yang tidak baik. Bekerja yang tidak baik merupakan pekerjaan yang tidak berkah. Beliau lebih mengutamakan berkah dalam bekerja. Beliau lebih memilih bekerja keras dan mendapat upah yang belum bisa memenuhi kebutuhan hidup namun barokah, daripada harus bekerja secara curang atau tidak baik namun tidak barokah. Beliau tidak pernah mengeluh akan pekerjaan yang di jalaninya itu. Bu Junit dalam hal memenuhi kebutuhan menurut beliau terbilang sulit. Karena biaya hidup atau kebutuhan bu Junit ditanggung oleh beliau sendiri, kecuali kepentingan yang sudah mendesak. Jadi beliau selalu banya syukur atas barokah yang didapatnya. Keinginan atau cita – cita bu Junit sebenarnya adalah ingin memiliki kerja sampingan dengan berdagang, khususnya berdagang sayuran di pasar. Namun sepertinya keadaan tidak mendukung hal tersebut. Beliau tidak memiliki modal untuk berdagang. Beliau pun juga tidak ada niatan untuk berhutang kepada siapapun termasuk tetangga ataupun anaknya sendiri. Beliau lebih menikmati hidup seperti sekarang ini yaitu dengan apa adanya. Jika memang ada rejeki untuk bu Junit maka baliau pun akan bersyukur. Jadi beliau hanya pasrah dengan keadaan jika beliau tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut. Beliau akan terus menyambung hidup dengan bekerja sebagai buruh tani. Di samping itu
37 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
baliau juga berfokus untuk menyembuhkan kakinya yang kini sedang sakit. Kondisi fisik beliau yang tua membuat beliau harus mengurangi kegiatan kerjanya. Menurut beliau bekerja sebagai buruh tani tembakau sangat lah menguras tenaga. Apalagi Suami dari bu Junit sudah lama meninggal. Jadi mau tidak mau bu Junit harus menopang kebutuhan hidupnya sendirian. Beliau merasa tidak enak hati atau sungkan jika harus meminta biaya tambahan dari anaknya. Setelah berpanjang lebar saya melakukan wawancara mendalam bersama bu Junit, waktu pun tak terasa menunjukkan hampir pukul 12.00 WIB. Hal ini pertanda saya harus segera kembali pulang dan menjalankan ibadah sholat jumat. Saya pun bersama rekan saya Adi, berpamitan pada bu Junit dan anaknya yang saat itu kebetulan berada di luar rumah beliau. Kemudian bu Junit dengan ramah juga mempersilahkan saya untuk kembali pulang. Namun sebelum pulang saya memeberikan kenang- kenangan sebuah gelas cantik kepada beliau. beliau tersenyum dan berterima kasih. Kamudian saya dan Adi mulai berjalan keluar dan pulang serta berkumpul kembali bersama teman – teman kelompok stratifikasi sosial saya.
III. 3. Bapak Suheri (Buruh Tani) Waktu itu tepatnya pukul jam delapan pagi setelah usai sarapan pagi saya beserta kelompok saya berangkat dari penginapan kita yang berada di secaba menuju Desa Mayang kecamatan mayang kabupaen
jember. Dimana tempat
tersebut adalah tempat kediaman para informan kita. Jarak yang ditempuh dari penginapan kita memang lumayan
jauh. Dengan membawa mobil kami
38 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
sekelompok menuju daerah tersebut. Jalan yang kami lalui sungguh indah akan pemandangan alamnya. Sepanjang jalan yang kami temui adalah deretan pohonpohon yang mungkin usianya sudah tua, ukurannya yang sangat tinggi dengan dedaunan yang rimbun. Membawa hawa dalam perjalanan kami terasa sangat menyejukkan hati. Keceriaan tumbuh di tengah-tengah anggota kelompok kami. Hingga akhirnya kami sampai di balai desa Mayang untuk meminta izin lagi untuk mencari informan ke Desa Mayang. Setelah itu kami menuju dusun tegal gusi dimana kami akan menemui para informan. Memang letak dusun tersebut dari balai desa memang lumayan cukup jauh. Dan sekali lagi untuk menuju dusun tegal gusi di sepanjang perjalanan kami terbentang pemandangan alam yakni sawah-sawah dan perbukitan yang hijau dan membuat saya tak henti-hentinya selalu memuji kebesaran sang pencipta. Setelah sampai saya dan teman saya menuju rumah informan temn saya terlebih dahulu yang sudah kami ketahui sebelumya dari bapak ketua RT setempat. Beberapa menit kemuudian wawancara teman saya berakhir dan kamipun menuju rumah responden saya. kemudian sesampai di depan pintu rumah pak suheri saya mengucapkan salam dan di balas dengan jawaban salam pula. Namun oleh sesosok wanita yang kira-kira umurnya dua puluh lima tahun ke atas menghampiri saya. dia bernama irma. Irma ini adalah anak dari pak suheri yang kedua. Anak yang pertama bekerja dan menetap bersama keluarganya di kalimantan.
Saya menyampaikan bahwa saya dari mahasiswa universitas
airlangga yang ingin belajar dari petani tembakau di daerah sini. Yang saya rasakan saat di rumah bapak suheri adalah bau yang tidak enak, sehingga saya sendiri tidak bisa mengkondisikan diri saya senyaman mungkin. Mungkin bisa
39 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
dimaklumi karena dalam rumah tersebut terdapat anak-anak. Saya sekali lagi menanyakan kepada mbak irma apakah pak suherinya ada. Diapun menjawab bahwa pak suheri sedang tidur dan akan di bangunkan. Saat berada di ruang tamu tersebut juga ada suami mbak irma yang namanya adalah rofik. Mas rofik tersebut masuk ke dalam dan membangunkan pak suheri yang sedang tertidur. Sambil menunggu pak suheri yang dibangunkan saya melakukan percakapan dengan mbak Irma. Mbak irma tinggal disini sama keluarganya sudah dari kecil. Meskipun mereka berjiwa Madura tapi dari kecil mereka tinggal di sini. Ya meskipun bahasa Madura masih kental pada diri mereka , soalnya di sini mayoritas juga orang-orang dari Madura. Dengan menggunakan bahasa Madura yang saya tidak tahu akhirnya mbak irma saya beritahu bahwa saya tidak mengerti dengan apa yang di katakannnya dan saya mengarahkan agar mbaknya berbahasa Indonesia saja. Kemudian saya menanyakan alamat rumah yang di tempati pak suheri yang saya kurang tahu sebenarnya. Dengan mengambil sebuah KTP milik mbak irma, mbak irma menjelaskan bahwa alamat rumahnya dusun tegal gusi RT:01 RW:02 Mayang. Tak lama kemudian sering sepuluh menitan akhirnya pak suheri keluar dan duduk bersama kami di ruang tamu. Yang saya lihat pak suheri sudah sangat tua dan secara fisikpun beliau cukup rentan.Dengan sikap yang masih agak lemas usai bangun tidur pak suheri menghampiri saya dan teman saya. kemudian saya menanyakan umur beliau, dan beliaupun menjawab umurnya sekarang sudah enam puluh tujuh tahun. Beliau berbahasa Madura dan sekali lagi saya tidak faham apa yang di cakapkan beliau. Sehingga mbak irma saya minta untuk menerjemahkan dalam bahasa Indonesia. Pendidikan pak suheri hanya samapai
40 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
SD saja itupun tidak sampai lulus. Hanya samapai kelas tiga saja beliau tak meneruskannya lagi karena memang tak ada biaya lagi untuk meneruskannya. Selanjutnya saya menanyakan sejak kapan beliau menjadi seorang petani. Beliau menerangkan bahwa beliau sudah lama menjadi petani hampir lewat setengah abad sekitar enam puluh tahun menjadi petani dan hidup dengan alam terutama persawahan. Karena memang di situ tak ada pekerjaan lain ya beliau menjadi seorang buruh tani yang bekerja di lahan orang. Pak suheri ke lahan garapannya mulai berangkat jam 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang. Itupun dilakukannya setiap hari. Nggak ada hari libur atau apa gitu. Ya setiap hari harus ke ladang. Untuk uppah atau penghasilan yang di dapat beliau memaparkan kalau upah yang di terimanya itu perhari. Perhari itu ya kadang 20.000 kadang juga 25.000. kalau dapat upahnya itu tiap panen tidak bisa mencukupi kebutuhannya. Ya kalau hasil panennya bagus, kalau tidak itu yang menyusahkan buruh tani. Kalau nanam tembakau setahun bisa nanam 5x. kalau pengairannya mudah. Kalau pengairannya biasanya mendapat uang lebih soalnya menjaga pengairan masuk ke sawah bisa sampai jam 17.00 sore. Ya dapatnya sekitar 40.000-50.000 perharinya itu mulai dari pagi. Itupun kalau airnya mudah itu bisa dapat 500.000 setiap kali panen, tapi kalau air lagi sulit ya Cuma dapat 150.000 saja tiap kali panen. Dan itupun kalau beliau menggarap di lahannya pak husein, tapi kalau di pak taufik tidak bisa begitu. Pak Suheri menggarap dua lahan orang. Memang dua orang ini sangat terkenal dengan kekayaannya di sini. Tapi lebih kaya pak husein daripada pak taufik. Dua orang ini memiliki perwatakan yang sangat berbeda. Pak taufik itu sosok yang jahat, kalau memberi upah itu tidak setiap hari mbak. Meskipun melihat pak suheri ada di lahan ya di biarkan saja, jangankan memberi upah bisa
41 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
tiap hari, memberi makanan atau air minum saja tidak pernah. Walaupun pak suheri sakit tidak dijenguk. Di kasih uang untuk membeli obat saja tidak. Selain itu kalau hari raya tidak dikasih apa-apa ya hitung-hitung buat THRan. Pak taufik ini jahat dan agak kasar orangnya. Suka marah-marah kalau ada yang salah. Beda dengan pak husein memang dia kaya tapi beliau sangat baik hati. Upah diberikannya tiap hari kepada para buruh-burhnya. Beliau juga sering ngasih makanan kecil kalau buruhnya ada di lahan. Walaupun tidak setiap hari tapi setidaknya beliau masih peduli dengan buruhnya. Dan ketika pak suheri sakit anak buah atau suruhan pak husein datang ke rumah saya dan memberi uang untuk pak suheri belikan obat. Selain itu pada hari raya pak husein membagikan beras 5-10 kg kepada buruh-buruh tani di lahannya. Meskipun pak taufik sosok orang yang tidak ramah kepada buruhnya namun Pak suheri
masih tetap mau bekerja
padanya karena sebuah alasan orang butuh kerja. Ya harus dibetah-betahkan saja. Kalau tidak di betahin dari mana penghasilan yang di dapat untuk membiayai hidup pak suheri. Nggak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Kalauuntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pak suheri sering diberi oleh tetangganya meskipun jumlahnya tidak banyak. Kadang-kadang mereka nyumbang 10.000-20.000 untuk pak suheri. Walaupun anaknya kerja di Kalimantan tapi dia tak pernah mengirimi uang, karena dia di sana saja tinggal bersama keluarganya. Kalau pulang ke kampung halamannya saja baru ngasih uang. Sedangkan suami si irma juga kerjanya tidak menentu ikut orang di sini. Kalau dia di ajak orang kirim barang ya dia dapat upah kalau tidak ada yang ngajak ya nganggur di rumah. Ya mereka juga kan memiliki anak yang usianya 7 tahun. Ya mau tak mau ya pak suheri ikut membantu menghidupi kehidupan
42 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
anaknya. Untung saja istri pak suheri tak begitu cerewet, orangnya terima apa adanya saja. Tapi pak suheri juga sempat merasa iba di dalam hati ini dan beliau kepikiran kapan beliau bisa menyenangkan hari istrinya. Ingin hati membelikan perhiasan tapi uangnya itu yang tidak ada. Buat makan sehari-hari saja sudah paspasan. Saat panen tiba para majikan tidak pernah memberi bonus atau upah tambahan karena buruh sudah di gaji tiap harinya. Kalaupun majikan-najikannya dapat panen melimpah, mereka tak akan memberikan bonus pada buruhnya. Sedangkan apabila panennya gagal yang menanggung majikannya, karena semuanya di modalin mereka. Para buruh hanya merawatnya. Apalagi sekarang saja tikus itu merajalela. Hampir tanaman penduduk yang di habiskan tikus. Karena tikus itu adalah hama bagi kehidupan tanamannya. Pak suheri mengungkapkan bahwa beliau merasa tidak nyaman sebenarnya menjadi seorang buruh tani. Namanya kerja ikut oranng. Tapi ya mau gimana lagi kalau gak kerja ya gak dapat uaang. Kalau kerja lain di sini ya gak ada. Adapun orang-orang sini yang meajut bambu untuk dijual hasilnya. Tapi karena keterbatasan fisik dan keahlian yang pak suheri tidak bisa ya dan pak suheri hanya menggeluti menjadi buruh tani mbak. Ya semuanya di syukuri saja, yang penting dapat makan sehari-hari saja sudah cukup. Setelah informasi yang saya butuhkan sudah cukup saya menyudahi percakapan saya dengan pak suheri. Saya meminta maaf apabila kedatangan saya merepotkan dan mengganggu waktu beliau. Kemudian saya menjabat tangannya dan mengucapkan terimaksih dan salam. Dan pak suheripun menjawab salam saya
43 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
dan mengantarkan saya sampai keluar pintu. Segera saya tinggalkan rumah pak suheri. Dan menuju tempat parkir kendaraan kita untuk segera kembali ke penginapan.
III. 4. Bapak Edip (Buruh Tani) Buruh tani yang bernama bapak Edip adalah seorang buruh tani yang sudah berumur 50 tahun,beliau bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang membiayai seorang istri dan dua orang anak . Sesungguhnya Pak Edip adalah pemilik lahan,tetapi dia tidak mengakuinya saat saya bertanya tentang pekerjaannya. Berdasarkan informasi dari warga sekitar desa Mayang salah satu orang yang menjadi pemilik lahan didesa Mayang adalah Pak Edip. Pak Edip memiliki dua orang anak perempuan yang salah satunya sudah bekerja sebagai buruh pabrik di luar kota,dan anak yang kedua hanyalah seorang siswi dari Sekolah Menengah Pertama di desa Mayang. Dan istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang mengurusi anak-anaknya dan mengurusi pekerjaan rumah tangga.
Dengan adanya bantuan dari anak pertamanya yang sekarang sudah
bekerja dapat meringankan beban dari pak edip dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. ”ya bagi saya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari,karena saya merasa dibantu oleh anak saya yang pertama yang bekerja buruh pablik diluar kota,meskipun hasil gak seberapa tapi paling nggak bisa mencukupi kehidupan keluarga dan bantu bayar sekolah anak saya yang kecil.”
44 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Sesungguhnya pak Edip memiliki sebuah impian dalam menentukan pekerjaan tetapi pak Edip merasa putus asa karena tuntutan pendidikan yang membuat pak Edip merasa tidak mampu untuk mencapai impiannya. Pak Edip berkeinginan untuk bekerja seperti orang kota seperti dikantor tapi karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi maka pak Edip tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk mencapai cita-citanya. “iya semua orang pasti punya mimpi mau kerja jadi apa,kalo saya dulu iya pengen kerja dikota mbak,jadi orang kantoran tapi karena saya pikir lulusan SMP itu bisa kerja apa selain jadi buruh pabrik atau buruh tani seperti saya sekarang ini.” Pak Edip pun berharap bahwa kelak anak-anaknya dapat menjadi orang yang berguna bagi orang banyak dan dapat membanggakan keluarga. Pak Edip berjuang mati-matian dalam mencari nafkah agar anaknya kelak akan menjadi orang yang berguna. Tetapi dalam kondisi pekerjaan yang dikerjakan oleh Pak Edip sangat menguras tenaga,dia harus mengerjakan lahan pertanian orang lain,dia hanya memperoleh upah yang sedikit, tidak adanya jaminan kesehatan dari pemilik lahan , “gak ada kalo dari pemilik lahan tapi kita dapet pelayanan kesehatan gratis dari pemerintah.” Pak Edip merasa tidak bisa bebas dalam bekerja karena pekerjaannya terikat dengan adanya perjanjian,dia harus bekerja selama tiga kali dalam seminggu padahal pak Edip membutuhkan upah yang cukup banyak untuk mencukupi kehidupan keluarganya.
45 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
“iya ada ikatan, ikatannya itu kalo saya ikatan kerjanya dalam seminggu hanya kerja tiga kali.” Dan tidak ada bonus upah kerja itu pula yang membuat pak Edip merasa kurang dalam mencukupi kehidupan keluarganya . Dia hanya bisa bekerja dilain tempat untuk menambah penghasilannya. Pak Edip bekerja dari pagi hingga siang,dan jika ada pekerjaan lain dia bekerja kembali pada sore harinya. “gak ada bonus upah kerja” Dengan kondisi seadanya pak Edip berusaha untuk melakukan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang harus mencukupi kebutuhan rumah tangga,dan harus menjaga keluarganya agar tetap utuh dan harmonis. Pak Edip pun berusaha agar anak-anaknya tidak mengikuti jejak ayahnya yang bekerja hanya sebagai buruh tani yang pendapatannya tak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan saat bekerja. Dalam melakukan pekerjaannya pak Edip tidak merasa ada yang perlu dikeluhkan dalam bekerja karena baginya bekerja untuk menghidupi keluarganya sudah menjadi kewajibannya sebagai kepala rumah tangga. “tidak ada keluhan selama saya bekerja menjadi buruh tani,karena menurut saya pekerjaan yang saya dapat itu pekerjaan yang pantas buat saya dan mencari nafkah itu adalah kewajiban saya sebagai kepala rumah tangga.” Pak Edip berusaha agar anak-anaknya tidak melihatnya susah,dia melakukan apapun agar anaknya bahagia,Pak Edip merasa senang dan lega jika melihat keluarganya bahagia dan senang saat keluarganya dapat merasakan hasil jerih payahnya meskipun tak sebanyak yang diharapkan,dan keluarganya dapat
46 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
menerima kondisi yang sedang dialami sekarang,tak ada keluh kesah yang keluarga Pak Edip rasakan. Mereka merasa senang meskipun kondisi mereka sangat minim,bagi mereka kebersamaan keluarga itu yang sangat penting,dan saling menghargai antara anggota keluarga. Pak Edip sangat mencintai keluarganya lebih dari apapun,Pak Edip rela melakukan apapun untuk menyenangkan keluarganya. “tapi saya akan melakukan apapun demi kebahagiaan keluarga saya,karena keluarga bagi saya itu yang paling utama” Keluarga Pak Edip sangat menghargai seluruh usaha pak Edip untuk mencukupi kehidupan keluarga meskipun pak Edip hanya bisa bekerja seadanya dan memberikan nafkah secukupnya. Karena mereka mengetahui betapa pak Edip sayang kepada mereka.seperti yang dilakukan oleh pak Edip sekarang ini,dia bekerja dari pagi sampai siang bekerja dilahan pertanian orang dan jika ada pekerjaan lain pak Edip melanjutkan kerja pada sore harinya. Pak Edip bekerja dari jam 7 pagi hingga 12 siang dan tidak ada waktu lemburan. “iya kalo udah,iya pekerjaan yang lain sorenya itupun kalo ada,ttapi saya gak ada.” Bagi pak Edip adanya waktu lemburan itu ada untung dan ruginya bagi pak Edip,yaitu kerugian yang dirasakan oaeh pak Edip adalah tidak bisa meluangkan waktu untuk keluarga,tetapi keuntungan yang diproleh pak Edip adalah dapat menambah penghasilan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. “ya ada rugi dan untungnya,ya kalo ruginya ya gak bisa kumpul sama keluarga waktunya kurang gitu,tapi untungnya bisa dapet pendapatan lebih.” 47 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Tapi pak Edip sangat beruntung memiliki keluarga yang selalu mendukung keadaannya atau posisinya sebagai buruh tani,dengan tenaga yang dikeluarkan dan usahanya untuk menghidupi keluarganya. Sampai-sampai anaknya yang sudah bekerja melarang pak Edip untuk bekerja lagi karena kekhawatirannya dengan kondisi bapaknya yang sudah berumur tak muda lagi,dan memang waktunya untuk beristirahat dan memamg waktunya seorang anak yang membiayai kekurangan kebutuhan hidup selama anak-anaknya mampu. “ya mereka setuju aja,karena ya mereka tau kalo saya kerja itu untuk biaya sehari-hari kayak makan,jajan,biaya sekolah,tapi iya kadang-kadang juga dibantu sama anak saya yang udah kerja itu. Tapi sebenernya anak saya yang kerja itu saya disuruh gak boleh kerja lagi karena saya sudah tua dia takut saya kenapa-kenapa,tapi iya mau gimana lagi dia jauh disana,kalo pulang juga jarang,paling iya telfon-telfonan,kirim uang gitu aja.” Selain Pak Edip bekerja sebagai buruh tani tetapi dia juga mengikuti organisasi kelompok tani yang dimana organisasi ini kegiatannya salah satunya melatih para petani untuk menanam bibit tani dengan bagus agar tidak mendapatkan kerugian. “iya diajari,menanam dan mengolah pertanian dengan baik biar gak rugi” Dari kegiatan organisasi itulah pak Edip mendapatkan ilmu bertani yang benar,dan dengan mengikuti organisasi itulah pak Edip mendapatkan solusi dari segala pertanyaan yang menjadi pertanyaan pak Edip dan dengan mengikuti organisasi itu pak Edip dan warga-warga lain menjadi akrab dan silahturahminya sangat terjaga antara satu dengan yang lain,bisa saling tukar pendapat dan
48 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pikiran,sama-sama bisa mencari solusi bersama,bisa juga menimbulkan kebersamaan yang kuat di desa Mayang tersebut. Oleh karena itu,saat saya berkunjung ke desa Mayang saya merasakan keadaan yang harmonis,mereka saling mengenal satu sama lain,tak mengenal apapun pekerjaan disekeliling mereka,mereka saling tegur sapa. Dengan begitu kehidupan di desa Mayang terasa harmonis,tentram,aman dan damai. Seperti yang diharapkan oleh masyarakat banyak
III.5. Bapak Sum (Buruh Tani) Berdasarkan data yang kami perolehdari hasil wawancara dengan beberapa buruh tani yang ada di Desa Mayang, salah satu buruh tani yang telah kami jadikan informan adalah Bapak Sum, yang berumur sekitar 46 Tahun, dia bertempat tinggal pada sebuah bangunan rumah yang sangat sederhana yang masih berupa plasteran, dengan seorang istrinya dan dua orang anaknya, anak yang pertamanya berjenis kelamin laki-laki sekarang anak pertama dari informan sudah bekerja diluar kota, akan tetapi walaupun bekerja di luar kota tapi jenis pekerjaannya itu juga sebagai buruh tani seperti halnya informan, yang membedakan hanyalah lokasinya saja. Sedangkan anak yang keduanya berjenis kelamin perempuan yang usianya msaih balita. Informan bekerja sebagai buruh tani sudah hampir lama yaitu kurang lebih sudah sepuluh tahun, awal mula Informan bekerja sebagai buruh tani karena pada awalnya dulu Bapak Sum tidak memiliki pekerjaan, sehingga memilih untuk bekerja sebagai buruh tani bukanlah kemauan dirinya sendiri, ceritanya pada suatu hari Informan berjalan-jalan ke sawah dan pda saat
49 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
itu informan bertemu dengan salah satu orang yang bertempat tinggal di Desa mayang, Jember, orang tersebut merupakan salah satu tuan tanah atau dapat dikatakan sebagai juragan tanah di Desa Mayang, tanah yang dimilikinya tidaklah hanya 1 (satu) petak tetapi berhektar-hektar. Orang tersebut bernama Bapak Haji Husein. Bapak Haji Husein sebelum menawari informan sebagai buruh taninya dia
sudah
memiliki
banya
buruh
tani,
hampir
sebagai
orang
yang
bermatapencaharian sebagai buruh tani di desa mayang Jember menjadi buruh tani pada Bapak Husein. Karena pada saat informan bertemu dengan Bapak Husein keadaan informan ketika itu sedang menganggur alia tidak memiliki pekerjaan sehingga kerika ditawari Bapak Husein untuk bekerja sebagai buruh tani di lahan miliknya informan langsung menyetujuinya, walaupun hanya sebagai buruh tani tetapi informan merasa bersyukur karena masih ada orang yang membantu dirinya dalam memberikan pekerjaan. Alasan lain informan mau bekerja sebagai buruh tani di lahan milik Bapak Husein karena informan sadar bahwasanya tidak memiliki ketrampilan selain buruh tani, pendidikannya masih terbilang sangat rendah, yaitu informan hanya bisa merasakan dan memperoleh pendididkan hanya pada tingkat sekolah dasar. Tidak hanya informan saja yag berpendidikan rendah akan tetapi juga banyak yang dialami buruh tani yang lain yang bernasib sama dengan informan yaitu hanya mengenyam pendidikan di sekolah dasar. Diketahui bahwasanya matapencaharian di bidang pertanian yang ada di Desa mayang, Jember merupakan jenis matapencaharian yang paling utama bahkan mayoritas, metapencaharian buruh tani di Desa mayang sudah menjadi suatu budaya yang turun temurun artinya, dalam satu keluarga mulai dari kakek sampai cucu laki-
50 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
lakinya juga bekerja pada bidang yang sama sebagai buruh petani. Hal ini juga seperti halnya yang dialami Bapak Sum, dimana Bapak Sum yang merupakan seorang bapak yang sudah bekerja sebagai buruh tani juga memiliki seorang anak (anak yang pertama) yang bekerja juga sebagai buruh tani. Kehidupan informan saat ini sangatlah jauh dari hidup yang layak. Hampir setiap hari keluarga informan merasa mengalami kekurangan, apalagi informan memiliki anak yang masih berita yang masih memerlukan asupan gizi, karena kondisi keuangan keluarga informan sangat sedikit sehigga tidak segan-segan informan terkadang mencari pekerjaan di bidang lain agar dapat menambah pendapatannya dalam menoopang kehidupan keluarganya. Dalam setiap harinya informan bekerja mulai dari pukul 6 (enam) pagi sampai dengan pukul 10 (sepuluh) siang dan terkadang pada pukul 11 (sebelas) siang, Sebelum informan bekerja di hari pertamanya, Bapa Husein selaku majukan yang memiliki tanah membuat kontrak kerja atau kesepakatan kerja yang harus di taati dan di patuhi oleh informan. Jika informan tidak mematuhi aturan kerja yang dibuat oleh Bapak Husein maka secara tidak segan-segan Bapak Husein untuk memecat informan sebagai buruh taninya. Informan yang berposisi sebagi pekerja buruh tani tidak diberi kesempatan oleh Bapak Husein untuk mengusulkan berbagai pendapat dalam kontrak kerja. Penghasilan yang diterima informan setiap harinya hanya sebesar Rp.25.000,00 itu saja akan dapat diterimanya ketika dia bekerja dengan bagus dan masuk tiap harinya, jika suatu ketika informan tidak masuk kerja akibat sakit atau akibat yang lainnya, maka informan harus meminta izin terlebih dahulu kepada bapak Husein, akan tetapi untuk masalah penghasilannya maka secara otomatis jika informan tidak bekerja
51 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
penghasilannya juga akan dipotong sejumlah besarnya penghasilan normalnya (yaitu sehari Rp 25.000,00). Jika terkena penyakit pada tanaman yang ditanam di lahan Bapak Husein maka secara otomatis akan berdampak pula pada penghasilan yang diterima informan dan pastinya penghasilan yang diperoleh informan kurang dari Rp 25.000,00. Akan tetapi jika hasil tanamannya bagus tau melimpah ruah maka informan tidaklah mendapatkan sebagaian kecil hasil dari tanaman yang ditanam tadi, hanya penghasilan pokok yang iterima informan. Kesepakatan kerja yang disepakati antara Bapak Husein (selaku majikan pemilik lahan) dan Bapak Sum (selaku buruh majikannya) kurang lebih isinya tentang: (1) menyangkut permodalan. semua modal mulai dari tanah, bebarapa jenis tanaman yang nantiya disemaikan di lahan (baik itu tanaman tembakau, padi ataupun jenis tanaman yag lainya), bahkan semua biaya-biaya yang berkaitan dengan permodalan semuanya Bapak Haji Husein selaku majikanlah yang menanggungnya, disini Bapak Sum (buruh tani) disuruh untuk merawatnya mulai dari tanaman yang masih berupa benih yang mau ditanam sampai tanaman tersebut siap untu dipanen, (2) menyangkut lamanya jam kerja setiap harinya yang menentukan adalah majikannya, seminggu penuh mulai dari hari senin sampai minggu tidak dikenal hari libur, jadi Bapak Sum (buruh tani) yang betempat tinggal Di Desa Mayang walaupun hari minggu dia tetap bekerja d lahannya Bapak Husein. Informan hanya bisa meminta izin untu tidak bekerja/ libur jika dalam keadaan sakit dan keadaan lain yang secara terpaksa membuat dia harus izin dari pekerjaannya, jika Bapak Sum izin tidak masuk kerja maka secara pasti akan
berdampak
kepada
besar
penghasilan
yang
diperolehnya
nanti,
penghasilannya akan dipotong oleh Bapak haji Husein sebesar penghasilan
52 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
infoeman ketika ia masuk kerja. Selain itu Bapak Husein tidak pernah memberikaan sumbangan biaya untuk meringankan biaya beroabat ketiaka Bapak Sum atau keluarga Bapak Sum sedang dalam keadaan sakit. (3) menyangkut besarnya penghasilan, besarnya penghasilan yang diperoleh Bapak Sum yang bekerja sebagai buruh tani itu merupakan ketentuan dari Bapak Haji Husein selaku majikaannya, informan tidak berhak untuk menawar besar penghasilan yang ditenukaan Bapak haji Husein selaku majikannya, sehari penghasilan Bapak Sum sebesar Rp 25.000,00. Apabila terdapat gagal panen karena serangan hama baik itu berupa walang sangit, tikus, olah tumbuk, pirus, dsb, maka secara pasti akan berdampak kepada besarnya penghasilan yang diperoleh Bapak Sum sehingga besarnya penghasilan yang diperoleh kurang dari Rp. 25.000,00. Bapak Haji Husein selaku majikan dari Bapak Sum tidak mau tau kerugian yang ditanggungnya dari serangan hama tersebut yang berupa walang sangit, tikus, olah tumbuk, pirus, dsb. Sebaliknya jika hasil panennya bagus dan melimpah ruah, lebih besar dari yang biasanya, disini Bapak Haji Huseian (majikanlah) yang hanya bisa merasakaan keuntungan dari hasil panen yang berlimpah, walaupun dalam hasil panen yang berhasil dan melimpah tidaklah berdampak pada besarnya penghasilan yang diterima Bapak Sum selaku buruh taninya, artinya penghasilan yang diterimanya tetap sebesar Rp. 25.000,00 dan tidak memperoleh tambahan atau dapat dikatakan bonus. Jangankan menambah tambahan penghasilan, sekecilpun buruh tani tidak menerima tanaman dari hasil panennya Informan setiap harinya ketika bekerja harus merasakan panasnya terik matahari dan dinginnya air hujan, maksudnya yaitu jika musim panas Bapak Sum bekerja di bawah panasnya terik matahari, sedangkan pada musin penghujan
53 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Bapak Sum tetap bekerja dengan hujan-hujan, dan selama bekerja Bapak Sum membawa bekalnya dari rumahnya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat diketahui bahwasanya penghasilan yang diterima oleh informan kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sehingga informan harus melakukan ekerjaan tambahan untuk menambah penghasilannya. jika hanya menggantungkan kehidupannya dari penghasilan yang dieroleh sebagai buruh tani diluar jam kerjanya sebagai buruh tani Bapak Sum mencari kayu untuk dijadikan sebagai usuk rumah, dalam pembuatan usuk rumah in buruh tani tidak bisa membuat dan menjualnya dalam waktu satu hari, dalam mebuat usuk perlu beberapa hari untuk menyelesaikan beberapa usuk, jika usuknya jadi dan laku untuk diijual, maka buruh tani bisa sedikit lega dan tersenyum karena satu usuk itu dijual sebesar Rp 25.000,00. Jika usuknya ini tidak laku-laku terjual maka Bapak Sum harus banting tulang untuk mencari pekerjaan tambahan guna memperoleh
tambahan
penghasilannya,
semua
tawaran
pekerjaan
yang
ditawarkan orang lain kepadanya, pasti diterimanya asalkan pada saat tersebut tidak berbenturan dengan waktu bekerjanya di lahan dan pada waktu dimana buruh tani tidak sibuk dengan pekerjaan lain yang lebih penting.
III. 6. Bapak Ahmad Husein (Ketua Kelompok Tani) Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konstruksi sosial buruh tani terhadap eksploitasi dari Pengusaha Tembakau di Desa mayang kab. Jember. Penjelasan ini diperolah dari hasil wawancara terhadap Bapak Ahmad Husein selaku informan kunci dalam penelitian ini. Kami memilih bapak Husein sebagai
54 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
informan kunci karena beliau merupakan ketua kelompok tani di Desa Mayang yang mengetahui banyak hal terkait kegiatan pertanian di desa tersebut. Kegiatan pertanian yang diketahui itu menyangkut kegiatan yang dilakukan oleh buruh tani dan jugakegiatan yang dilakukan oleh pemilik lahan pertanian. Hal itulah yang menyebabkan kami memilihbapak Husein sebagai informan kunci untuk menjawab masalah dalam penelitian yang kami lakukan ini. Wawancara ini dilakukan pada hari Jum‟at tanggal 29 November 2013 pukul 09.03 di rumah Bapak Husein yang beralamat di Jl. Kiyai Haji Abdul, RT 01, RW 01, Dusun Tegal Gusi, Desa Mayang, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Proses wawancara ini berlangsung selama 28 menit. Suasana ketika wawancara cukup hening dan sepi karena lokasi penelitian berada di pelosok desa yang cukup terpencil sehingga sangat jarang terdengar suara kendaraan yang melintas di jalan depan rumah Pak Husein tersebut. Ketika proses wawancara, saya selaku pewawancara (Muhammad Alhada Fuadilah Khabib) didampingi oleh kedua rekan saya yaitu Rafelita Nian Sari dan Ulin Ni‟mah, sehingga ketika proses wawancara berlangsung terdapat 4 orang yang berada di ruang tamu lokasi wawancara tersebut. Akan tetapi keberadaan Rafelita Nian Sari dan Ulin Ni‟mah sebagai orang ke-3 dan orang ke-4 tidak mengganggu proses penggalian data yang saya lakukan, bahkan mereka sesekali menambahi pertanyaan yang saya ajukan agar data yang diperoleh bisa lebih lengkap dan mendalam. Pertama-tama informasi yang saya gali dari bapak Husein yaitu terkait bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik lahan pertanian (majikan) kepada para buruh tani. Pria yang saat ini berusia empat puluh tahun tersebut menjelaskan bahwa buruh tani di desa Mayang bekerja selama lima jam per hari dengan gaji
55 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
sebesar dua puluh ribu rupiah. Gaji yang diperoleh dari majikan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani sehari-hari. Apalagi sistem kerja yang berlaku didesa tersebut hanyalah sistem kontrak. Para buruh tani tersebut tidak setiap hari bisa bekerja dan memperoleh penghasilan, akan tetapi mereka akan diperkerjakan jika lahan pertanian memerlukan bantuan tenaga lebih dalam proses pengolahan lahan pertanian. Jika tidak musin tanam atau panen, para buruh tani tersebut sangat jarang mendapatkan pekerjaan dari para pemilik lahan pertanian, mungkin mereka hanya bekerja untuk memperbaiki pematang sawah yang rusak, mengatur pengairan sawah, mencabuti rumput, memberi pupuk, dan menyemprot hama dengan pestisida, dan itu semua prosesnya tidak dilakukan setiap hari. Dalam seminggu jika tidak musim tanam atau panen para buruh tani ratarata hanya mendapatkan pekerjan selama 3 hari saja, sementara yang 4 hari mereka menganggur. Untuk itu, agar mereka dapat tetap bertahan hidup, buruh tani tersebut harus melakukan strategi survival agar kebutuhan hidup sehari-hari mereka dapat terpenuhi. Strategi yang mereka pilih kebanyakan mengandalkan istrinya untuk bekerja di pabrik tembakau, walaupun ada juga yang bekerja di sektor lain seperti membuka toko kelontong, mengandalkan anaknya bekerja sebagai kuli bangunan di luar kota, dan ada juga yang bekerja sebagai tukang serba bisa di desa tersebut. Maksud dari tukang serba bisa yaitu mereka yang memiliki keahlian diberbagai bidang yang sering dibutuhkan oleh masyarakat sekitar terutama para pemilik lahan pertanian yang notabennya orang yang memiliki perekonomian kelas menengah keatas. Keahlian yang dimiliki tersebut seperti keahlian dalam memperbaiki dan membuat bagian-bagian rumah seperti
56 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
memasang
porselin,
mengecat
tembok
rumah,
memperbaiki
genteng,
memperbaiki pintu dan jendela rumah, dan lain sebagainya. Kemudian mereka juga mempunyai keahlian dalah hal menata dan membersihkan pekarangan (perkebunan) di sekitar rumah, lalu memasang pralon pompa air, memasang kabel listrik dan memperbaiki aliran listrik rumah yang rusak, serta keahlian dalam membuat meja, kursi, kandang ayam, dan keahlian-keahlian yang sering dibutuhkan oleh rumah tangga lainnya. Sementara itu anak-anak mereka yang tidak bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, biasanya tidak mau bekerja disektor pertanian yang ada di tersebut. Mereka malu dan merasa gengsi jika disuruh bekerja di sektor pertanian, sehingga sebagian besar dari mereka memilih bekerja sebagai kuli bangunan di luar kota maupun bekerja di luar negeri sebagai TKI. Anak-anak mereka yang masih muda tidak ingin bekerja disektor pertanian sebagai buruh tani seperti orang tuanya karena pekerjaan tersebut dianggap sebagai pekerjaan yang “rendahan”, upahnya kecil, dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, para istri dari buruh tani tersebut sebagian besar memilih bekerja di pabrik cengkeh. Mereka bekerja mengolah cengkeh dari mulai tahap awal pensortiran (pengelompokan daun cengkeh berdasarkan kualitasnya) sampai pengemasan yang siap untuk dikirip ke pabrik rokok. Para istri buruh tani tersebut mendapatkan gaji dua puluh sembilan ribu rupiah setiap harinya, dan gati tersebut dibayarkan setiap minggunya. Dengan tambahan penghasilan gaji dari istri inilah keluarga buruh tani dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun
57 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pekerjaan istri ini juga tidak bisa berjalan sepanjang tahun, sebab masyarakat desa Mayang hanya menanam tanaman cengkeh pada musim tertentu dan tidak setiap musim bisa memanen daun cengkeh. Penjelasan diatas merupakan bentuk eksploitasi yang pertama yaitu para buruh tani hanya diperkerjakan jika dibutuhkan saja (sistem kontrak) sementara itu ketika tidak dibutuhkan mereka harus hidup menganggur dan berusaha bertahan hidup dengan usahanya yang lain dan sebenarnya usahanya yang lain tersebut kurang jelas juga, artinya tidak bisa menjamin mereka mendapatkan uang setiap harinya untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kemudian gaji yang mereka terima dalam bekerja sebagai buruh tani dalam sehari, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari itu saja, dan hari-hari berikutnya mereka harus mencari penghasilan lain lagi padahal tidak setiap hari mereka bisa mendapatkan pekerjaan sebagai buruh tani. Selanjutnya dari penjelasan yang saya dapatkan dari bapak Husein, beliau menjelaskan bahwa para buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian tidak ikut gabung dalam organisasi kelompok tani. Sebenarnya tidak ada yang melarang para buruh tani tersebut untuk ikut bergabung dalam kelompok tani, akan tetapi secara adat kebiadaan yang berkembang di desa Mayang, yang bergabung di dalam organisasi kelompok tani hanyalah mereka yang mempunyai lahan pertanian, sementara para buruh tani tidak ikut bergabung dalam organisasi kelompok tani. Bapak yang saat ini berusia empat puluh sembilan tahun menegaskan lagi bahwa kegiatan yang dilakukan dalam organisasi berhubungan dengan peningkatan mutu, kualitas, dan kuantitas dari hasil pertanian dengan teknik maupun teknologi pertanian terbaru. Sehingga organisasi kelompok tani ini
58 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
yang hanya cocok diikuti oleh para pemilik lahan pertanian sebagai pengusaha yang akan mengembangkan usaha pertaniannya. Sementara itu buruh tani yang tugasnya hanya bekerja dan mengikuti perintah dari pemilik lahan pertanian dianggap tidak perlu tahu mengenai peningkatan mutu dan kualitas pertanian seperti adanya temuan benih kualitas baru, pupuk baru, alat pertanian baru, dan sebagainya, sebab para buruh tani tersebut hanya akan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh majikannya. Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa telah terjadi eksploitasi dalam hal pemberian informasi pertanian kepada para buruh tani. Para petani pemilik menganggap bahwa buruh tani hanyalah seorang pekerja yang bertugas menerima perintah dari majikan tanpa perlu memberikan saran, nasihat, maupun masukan untuk kebaikan pertanian kedepannya dari sudut pandang mereka. Padahal jika para buruh tani tersebut diberikan ilmu pengetahuan mengenai pertanian lewat organisasi kelompok tani mungkin mereka bisa mengembangkan pertanian yang mereka garap agar lebih tinggi kauliats maupun kuantitasnya. Selain itu para buruh tani yang diberikan pengetahuan terkait pertaian mungkin mereka bisa memulai sedikit-demi sedikit menabung dan membeli tanah sawah, atau sekedar menyewa kemudian menggarapnya dengan benar dan akhirnya bisa merubah nasib para buruh tani menjadi pemilik lahan pertanian. Namun dengan adanya pembeda antara pemilik lahan pertanian dan buruh tani dalam hal pemberian ilmu pengetahuan tentang pertanian, akhirnya para buruh tidak bisa mengembangkan keahlian pertaniannya dan mereka tidak bisa merubah nasib mereka agar lebh baik lagi. Para pemilik lahan pertaian tersebut tidak mau membantu para buruh tani mendapatkan ilmu pengetahuan baru terkait pertanian
59 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
karena mungkin takut tersaingi dan takut jika statusnya sebagai “majikan” yang memiliki lahan pertanian kelak suatu saat akan direbut oleh para buruh tani. Selain itu, dari penjelasan bapak Husein, para pemilik lahan pertanian juga tidak memberikan jaminan kesehatan sama sekali kepada para buruh tani. Jika ada buruh tani yang sakit mereka harus membayar sendiri dan usaha sendiri untuk mencari uang untuk biaya pengobatan. Padahal gaji yang mereka dapatkan setiap harinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, kebutuhan hidup tersebut menyangkut kebutuhan makan, pakaian, listrik, biaya sekolah anak, biaya buat jajan anak, biaya melaksanakan tradisi (selamatan), dan sebagainya. Sementara itu untuk biaya berobat, apalagi jika harus berobat menginap di rumah sakit, mereka tidak punya biaya yang cukup. Biasanya jika untuk berobat ke dokter dengan penyakit yang tidak terlalu berat, mereka akan pinjam kepada majikannya dan akan dibayar dengan tenaga. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar dari buruh tani tidak memiliki tabungan yang cukup untuk berobat ke dokter dan majikan tidak memberikan jaminan kesehatan bagi pekerjanya tersebut. Uraian diatas menunjukkan bahwa seorang majikan tidak perduli akan kesehatan pekerjanya. Buruh tani yang notabennya orang yang tidak mampu secara ekonomi, sehingga tidak punya tabungan untuk biaya kesehatannya. Mereka tidak diberikan jaminan kesehatan dari majikannya. Akibatnya jika mereka sakit, para buruh tani tersebut harus usaha sendiri untuk biaya berobat walaupun mungkin penyakitnya yang diderita akibat kecelakaan dalam bekerja misalnya kakinya terkena cangkul, pinggangnya pegal linu karena bekerja, kemudian digigit hewan beracun, dan sebagainya, mereka tidak memiliki jaminan
60 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
kesehatan dari majikannya. Lalu yang dikhawatirkan jika penyakit yang diderita oleh keluarga buruh tani tersebut parah dan harus dirawat inap di rumah sakit, mereka harus membiayai pengobatannya dengan uang dari mana. Kemudian, jika pekerjaan dari buruh tani itu baik dan menghasilkan hasil panen yang melimpah, para pemilik lahan pertanian tersebut tidak memberikan bonus atau upah tambahan sedikitpun kepada para buruh tani. Keuntungan dari hasil panen yang melimpah tersebut dinikmati sendiri oleh para pemilik lahan pertanian. Paling baik mereka hanya mengadakan syukuran dan memberikan makanan (brekat) satu ember saja kepada buruh tani. Namun jika hasil pekerjaan dari buruh tani jelek, misalkan nanam benihnya tidak rata, mencabuti rumputnya tidak bersih, pematang sawah yang dibuat salah (rusak/jebol), pengairan yang dilakukan tidak sesuai dengan keinginan majikan, dan sebagainya. Para majikan tersebut akan memarahi buruh tani dan meminta mereka untuk memperbaiki kesalahan yang telah mereka buat. Jika kesalahan yang dibuat oleh para buruh tani mendapatkan akibat (konsekuensi) yang harus ditanggung oleh buruh tani, seharusnya jika mereka bekerja dengan baik dan hasilnya melimpah, para buruh tani tersebut diberikan imbalan baik uang maupun hasil panen agar mereka juga bisa merasakan keberhasilan dari pekerjaan yang telah mereka kerjakan dengan baik sehingga hasilnya melimpah. Selanjutnya informasi yang saya dapatkan dari bapak Husein, menjelaskan bahwa buruh tani yang ada di desa Mayang, dalam bekerja hanya mendapatkan jatah makan satu kali saja yaitu di pagi hari (sarapan saja). Sehingga ketika
61 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
mereka pulang bekerja di siang hari, para buruh tani tersebut harus mencari makan siang sendiri. Padahal istri mereka tidak selalu berada di rumah karena harus bekerja di pabrik untuk mencukupi biaya hidup sehari-hari. Untuk itu gaji yang didapatkan buruh tani harus terpotong untuk membeli makan siang di warung, atau bisa juga para buruh tani tersebut setelah pulang dari bekerja dengan kondisi yang lelah, harus memasak terlebih dahulu untuk makan siangnya. Seharusnya, para pemilik lahan pertanian memberikan jatah makan siang juga kepada para buruh tani. Mengingat mereka sudah bekerja menggarap lahan pertaniannya dari pagi sampai siang hari, dan di siang hari tersebut kondisi mereka sudah lelah dan membutuhkan makanan untuk memulihkan tenaganya dan juga untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Para pemilik lahan pertanian seharusnya memperhatikan kebutuhan makan para buruh tani agar kesehatan dari para pekerja tersebut bisa tetap terjaga dan tetap bisa bekerja dengan baik untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Selain sistem kontrak, di desa Mayang juga dikenal sistem “Matun”, yaitu sistem bagi hasil namun sangat menguntungkan para pemilik lahan pertanian dibandingkan para pekerjanya. Sebenarnya sistem matun itu pembagian hasilnya tergantung kesepakatan awal antara pemilik lahan pertanian dan calon penggarap sawah. Akan tetapi sebagian besar kesepakatan tersebut pembagiannya jauh lebih besar akan menguntungkan pemilik lahan pertanian dibandingkan pekerjanya. Biasanya para pekerja akan mendapatkan seperlima dari hasil panen, sementara para pemilik lahan pertanian akan mendapatkan empat perlima dari hasil panennya. Padahal para pekerja tersebut yang menggarap seluruh proses
62 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pertanian dari mulai persiapan penanaman benih sampai pemanenan. Sementara para pemilik lahan pertanian hanya menyediakan lahan pertanian, membelikan benih, membelikan pupuk, membelikan pestisida, dan membelikan air (jika musim kemarau) dan mereka hanya enak-enakan duduk manis dirumah tanpa bekerja sedikitpun, mungkin sesekali hanya jalan-jalan kesawah melihat kondisi tanamannya. Intinya para pekerjalah yang mengerjakan semua proses pertanian dan para pemilik lahan pertanianlah yang menyediakan seluruh modal nontenaganya. Namun disini anehnya sistem pembagian hasilnya yang benar-benar tidak seimbang. Seharusnya pembagiannya rata (setengah-setangah) atau minimal dua pertiga untuk pemilik lahan pertanian dan sepertiga untuk pekerjanya. Namun disini pekerjanya hanya mendapatkan seperlimanya. Dari sini sudah sangat jelas bahwa para pekerja tersebut tereksploitasi oleh para pemilik modal karena keuntungan
dari
pekerjaan
yang
mereka
lakukan
hanya
mendapatkan
seperlimanya saja. Padahal jika mengalami gagal panen, para buruh tani tersebut secara otomatis juga akan mengalami kerugian karena pekerjaannya selama satu musim tanam akan sia-sia dan tidak mendapatkan upah sedikitpun. Akan tetapi dari informasi yang saya dapatkan dari informan kunci ini. Bentuk-bentuk eksploitasi yang sudah saya uraikan diatas, sama sekali tidak disadari oleh para buruh tani. Mereka merasa hal seperti itu sudah biasa, wajar dilakukan, bukan merupakan suatu hal yang perlu dipermasalahkan. Mereka menerima apa mereka alami sebagai sebagai suatu takdir dari yang maha kuasa dan mereka takut akan dosa jika tidak iklas dan bersyukur terhadap apa yang sudah mereka miliki. Misalkan saja ketika para buruh tani seharusnya bekerja
63 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
selama 5 jamdalam sehari dan ternyata disuruh bekerja lebih tanpa menerima upah tambahan, mereka menganggap itu sebagai rukun tetangga yang wajar dilakukan. Kemudian ketika mereka tidak mendapatkan jaminan kesehatan dari majikannya, mereka juga merasa bahwa biaya kesehatan merupakan tanggung jawab mereka pribadi dan bukan tanggung jawab majikannya. Sehingga jika sakit mereka memang harus menanggung biaya kesehatan sendiri. Selain itu, berkaitan dengan jatah makan, para buruh tani juga menganggap bahwa jatah makan yang hanya diberikan pagi hari saja itu, merupakan adat kebiasaan yang wajar dilakukan dan memang seharusnya seperti itu. Untuk makan siang mereka harus mencari makanan sendiri. Bahkan untuk menu makan pagi mereka juga tidak memiliki wewenang untuk “reques” menu makanan yang mereka sukai, namun mereka hanya menerima seiklasnya dari majikannya. Sementara itu untuk sistem bagi hasil yang secara jelas telah mengeksploitasi para pekerja (buruh tani), dianggap bahwa itu sudah merupakan kesepakatan dan para pekerja tidak bisa menolah kesepakatan itu. Padahal yang namanya “kesepakatan” masing-masing pihak harus bisa menolak jika disara kesepakatan tersebut merugikan dirinya. Namun disini sesuatu yang dianggap kesepakatan namun ada pihak yang tidak memiliki kemampuan untuk bernegosiasi. Inti dari hasil wawancara ini menjelaskan bahwa, para buruh tani di Desa Mayang secara nyata terlihat bahwa mereka mengalami eksploitasi dari para pemilik lahan pertanian, namun mereka benar-benar tidak sadar bahwa mereka telah tereksploitasi dan mengangap bahwa itu semua sudah merupakan adat
64 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
kebiasaan masyarakat setempat yang tidak perlu dipermasalahkan demi kerukunan antar tetangga di lingkungan sekitar.
III.7. Bapak Fasih (Pemilik Lahan Pertanian) FS adalah seorang petani pemilik yang telah beristeri dan memiliki dua oang anak. FS berumur 32 tahun sedangkan isteri FS berumur 30 tahun sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga menjalani pekerjaan sampingannya dengan membuka toko kelontong yang berjualan kebutuhan sehari-hari , aneka es, dan aneka makanan ringan. Anak pertama FS masih duduk di bangku sekolah kelas I SD, sedangkan anak kedua FS masih balita. FS dan keluarga kecilnya tinggal di sebuah rumah sederhana di Desa Tegal Gusi. Rumah yang ditinggali mereka awalnya merupakan rumah keluarga FS yang diberikan kepada FS untuk dapat ditinggali bersama keluarga kecilnya. FS merupakan anak ke 3 dari empat bersaudara yang sebagian besar saudaranya berdomisili di Jember. Sejak usia anak-anak FS telah diajarkan cara bertani oleh orang tuanya. Orang tua FS sendiri adalah petani tembakau yang cukup ulet dalam bertani. FS menghabiskan waktu luangnya untuk bertani di sawah bersama orang tuanya ketika FS masih duduk di bangku sekolah dasar. Kebiasaan membantu orang tua bertani ini akhirnya menjadikan FS lebih menekuni di bidang pertanian. Nampaknya kebiasaan membantu orang tua bertani ini juga didukung oleh keadaan disekitar tempat FS tinggal yang mana masih banyak lahan pertanian memiliki potensi untuk ditanami tanaman tembakau dan padi.
65 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
“Bapak juga petani. Memang kebanyakan masyarakat sini petani mbak Mayoritas penduduk di Desa Tegal Gusi ini bekerja disektor pertanian khususnya pada pertanian tembakau dan padi. Tidak jarang orang tua yang mensosialisasikan cara bertani tembakau yang baik dan cara mengolah lahan yang baik kepada anak anaknya. Terutama orang tua yang berpenghasilan cukupan sebagai buruh tani yang tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga pendidikan tinggi. Mereka cenderung menyuruh anak-anaknya untuk melanjutkan pekerjaan mereka sebagai buruh tani untuk dapat bertahan hidup. Ketika FS berusia belasan tahun, sempat tersirat dipikirannya kalau suatu saat nanti FS bisa meneruskan sekolahnya hingga ke perguruan tinggi. Impian FS untuk bersekolah di perguruan tinggi ini dikabulkan oleh orang tuanya. FS melanjutkan sekolahnya di Universitas Islam Jember untuk studi D2 kemudian melanjutkan ke Strata1 di Al-Khodiri jurusan Tarbiah. Cita-cita FS ketika duduk dibangku perkuliahan adalah bekerja di kota sebagai seorang guru Agama Islam. Akan tetapi , dikarenakan orang tua FS yang sudah tidak sekuat dulu lagi dalam menggarap lahannya , FS pun disarankan orang tuanya untuk meneruskan perjuangan orang tuanya di sektor pertanian. Akhirnya dengan besar hati dan pertimbangan yang matang FS pun melakukan apa yang disarankan oleh orang tuanya. Lahan pertanian yang dimiliki oleh keluarga FS pun digunakannya sebagai sumber rejeki yang telah ditekuni oleh orang tua FS sedari orang tua FS menikah dahulu. Kepemilikan lahan pertanian digunakan sebagai simbol penentu status ekonomi dan sosial sebuah keluarga. FS sebagai pemilik lahan yang tidak
66 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
terlampau luas terkadang juga masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Maka dari itu, FS membukakan usaha kecil-kecilan untuk isterinya dengan membuka warung di depan rumahnya. Lahan pertanian yang dimiliki FS seluas 400m² ini ditanami tembakau ketika musim tembakau. Jika musim tembakau sudah usai, maka FS menggunakan lahan pertaniannya untuk ditanami padi. Dalam menjalani kehidupannya yang serba kecukupan, FS sebagai petani pemilik pun masih sering kali turun tangan dan menggarap sawahnya seorang diri. FS pun terkadang masih kesulitan dalam membayar buruhnya. Maka dari itu FS memutuskan untuk menggarap sawahnya sendiri dalam berbagai spesialisasi pekerjaan di sawah. Kalau hanya menanam,memupuk dan memanen FS kerjakan sendiri. Tetapi jika dikaitkan dengan sistem pengairan di sawah FS mempekerjakan buruh taninya untuk mengairi sawahnya. Pengairan pun tidak sesering itu dilakukan oleh buruhnya. Buruhnya hanya mengairi sawahnya ketika akan menghadapi musim panen saja. “Sebagian dikerjakan buruh. Pengairannya tok soalnya kalau buat memberi upah buruhnya terkadang juga saya mengalami kesulitan mbak. Jadi mending untuk pekerjaan kecil seperti menanam, ngasih pupuk, panen itu saya lakukan sendiri untuk menghemat pengeluaran.” Buruh tani yang dimintai tolong untuk membantunya menggarap pengairan lahan pertaniannya pun ada yang laki-laki dan ada yang perempuan, ada yang tinggal disekitar tempat tinggal FS dan ada pula yang tinggal di desa sebelah. FS mendapat buruh dari sesama anggota kelompok tani Desa Tegal Gusi.
67 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Tetapi ada juga buruh yang menawarkan diri kepada FS langsung. FS juga terkadang merasa kasihan kepada buruh perempuan yang tergolong dari kelas bawah meminta untuk bekerja menggarap sawahnya. Akhirnya FS pun memilih buruh wanita tersebut untuk menggarap sawahnya. “Ada yang perempuan juga. Kan anu. Lihat ekonomi keluarganya , kalo ngga punya ya terpaksa yang perempuan jadi buruh tani. Kan Kebanyakan masyarakat sini menengah ke bawah” Pemberian upah terhadap buruhnya yang mengairi sawah itu juga diberikan secara berkala. Pengupahan tidak diberikan setiap hari, melainkan diberikan ketika selesai musim panen. FS tidak segan-segan memberikan upah tambahan kepada buruhnya kalau panennya mengalami peningkatan secara kuantitas maupun kualitas hasil panennya. Setelah panen usai, FS pun menanami lahan pertaniannya sendiri tanpa harus melibatkan tenaga kerja tambahan dari buruhnya. “Kalo tembakau itu lihat hasil panen juga. Kebanyakan orang sini kalau panen tembakau memberi buruhnya sesuai hasil panennya. Kalo dapat banyak ya banyak kita ngasihnya.” Hubungan yang terjalin antara FS dan buruhnya terjalin dengan baik. Buruh pun merasakan keuntungan dari FS, begitu pula sebaliknya FS merasa sangat dibantu oleh buruhnya dalam kaitan pengairan di lahan pertaniannya. Meski dinilai upah kerja yang diberikan FS relatif tidak banyak, namun hubungan ini dirasa sangat erat dan menjadikan buruh tidak enggan untuk bekerja membantu FS.
68 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Sebagian besar buruh yang bekerja di Desa Tegal Gusi ini berusia lebih dari 35 tahun. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga muda yang mau bekerja di sektor pertanian sebagai buruh tani. FS berpendapat bahwa para pemuda cenderung memilih untuk bekerja di kota sebagai tukang bangunan maupun buruh pabrik karena dirasa pekerjaan disektor pertanian identik dengan sawah , tanah berlumpur yang kota. Pemuda di Tegal Gusi banyak yang berurbanisasi ke daerah luar Jember untuk bekerja misalnya di Kota Surabaya, Banyuwangi, Sidoarjo. Pekerjaan di luar Jember dinilai lebih bergengsi dibandingkan menekuni pekerjaan di Jember sebagai buruh tani. Semakin minimnya jumlah buruh muda yang tersedia menjadikan FS kebingungan mencari tenaga buruh muda. Maka dari itu FS lebih sering menggunakan media kelompok tani sebagai media perekrutan buruh untuk dipekerjakan di lahan pertaniannya. “Kalau disini menawarkan diri buruhnya mbak. Wong kadang-kadang itu saya dapat buruh dari kelompok tani. Ya organisasi pertanian gitu. Ada yang ngasih tau buruh mana yang potensial untuk mengairi sawah, ya saya hubungi buruhnya ke rumahnya gitu.” Walaupun di Dusun Tegal Gusi hanya sedikit tersisa tenaga muda yang bekerja di sektor pertanian, akan tetapi jumlah buruh yang ada masih dapat mengatasi semua pekerjaan di bidangnya masing masing meski usianya sudah tidak muda lagi. Buruh-buruh inilah yang diandalkan sebagai tenaga penggarap lahan pertanian FS ketika menjelang masa panen. Beberapa bulan yang lalu keadaan pertanian di Dusun Tegal Gusi nampaknya mengalami penurunan kualitas yang signifikan. Penurunan kualitas
69 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
hasil panen tersebut dikarenakan serangan hama tikus yang luar biasa. Para petani pemilik dan para buruh pun merasakan dampaknya. Kerugian yang ditanggung relatif besar jumlahnya. Meski demikian, menurut FS pribadi untuk pertanian pada tanaman padi semua kerugian gagal panen ditanggung oleh pemilik lahan, berbeda pada tembakau ditanggung oleh buruhnya yang bekerja. Hal ini posisi buruh lah yang sangat dirugikan ketika terjadi gagal panen pada tanaman tembakau. “kalo padi yang nanggung pemilik lahan. Kalo tembakau yang nanggung yang kerja mbak” Dari sini lah sangat nampak bahwa posisi buruh tani sangat dirugikan. Ketika panen tembakau mendapatkan hasil yang melimpah , kebanyakan dari hasil panen yang melimpah tersebut dinikmati oleh majikannya. Akan tetapi ketika terjadi gagal panen tembakau hampir keseluruhan kerugian ditanggung oleh buruhnya. Memang sangatlah ironis ketika kita gunakan perbandingan nominal angka keuntungan yang didapatkan oleh majikan ketika panen tembakau berhasil dengan nominal angka upah yang didapatkan buruhnya ketika panen berhasil. FS mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar senilai delapan juta rupiah pada panen tembakau terakhir, sedangkan FS hanya memberikan satu juta lima ratus ribu rupiah kepada buruhnya. Terkait dengan paksaan yang dilakukan oleh majikan terhadap buruhnya pun FS mengaku tidak pernah melakukannya. Ketika buruhnya berhalangan hadir mengairi sawah , FS dapat memaklumi dan tidak memaksakan buruh tersebut untuk menggarap sawahnya pada hari itu juga. FS pun bisa mengerti alasan yang
70 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
diutarakan
oleh
buruhnya
dan
memaklumi
buruhnya
ketika
buruhnya
berhalangan. Bahkan ketika buruhnya berhalangan hadir bekerja karena sakit , FS pun langsung menjenguk buruhnya dan memberikan bantuan berupa uang. Semisal kehadiran buruh di sawah agak sedikit terlambat , FS pun menggarap sawahnya dulu, kemudian disusul buruhnya. Jadi disini tidak ada yang saling mengiri. Hal tersebut tercantum pada pertanyaan FS berikut. “Kalo soal tenaga pemilik lahan juga membantu mbak. Kita kan masih pake sistem pedesaan mbak , jadi ya ngga perhitungan antara pemilik lahan dengan petani. Yang bertani misalnya datang cepat buruhnya , ya buruhnya yang kerja. Kalo pemilik yang datang duluan ya pemiliknya yang kerja.” Sampai saat ini hubungan yang terjalin antara FS dengan buruhnya masih berjalan dengan baik dan harmonis. Berdasarkan penuturan FS, di Dusun Tegal Gusi buruh dapat bekerja pada lebih satu majikan. Ini terjadi karena masih adanya toleransi majikan yang memperbolehkan buruhnya untuk bekerja pada majikan lain. FS menilai bahwa pendapatan buruh tani relatif minim dan tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya jikalau buruh tidak bekerja pada lebih dari satu majikan . III. 8. Bapak Sujono (Petani Pemilik) Kelompok Stratsos kami melakukan wawancara atau indept interview pada hari jum‟at tanggal 29 November 2013 pukul 10.30 di rumah bapak Sujono yang beralamat Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, desa mayang kabupaten Jember. Suasananya ketika wawancara cukup hening karena lokasi penelitian berada di
71 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pelosok desa yang cukup terpencil sehingga sangat jarang terdengar suara kndaraan yang melintas di jalan depan rumah bapak Sujono. Sebelum saya menuju lokasi wawancara, kami semua mampir ke balai desa Mayang. Di sana kami minta data-data yang hendak kami gunakan untuk pembekalan penyelesaian tugas stratsos kami. Pelayanan pegawai yang ada di dalam desa tersebut sangat lah rama, sehingga kami semua mendapatkan data dengan mudah. Kami mempertanyakan ada atau tidak kelompok tani, siapa yang menjadi ketua kelompok tani tesebut dan sebagainya untuk data kami. mereka memberi tahu semuanya, sehingga kami pun bergegas menuju lokasi wawancara. Pada saat perjalanan, kanan kiri kami adalah sawah yang begitu indah. Sudah lama sekali kami tidak melihat sawah yang indah seperti itu, karena yang ada di Surabaya hanyalah rumah..rumah..dan rumah.. banyak juga polusi kendaraannya. Kami juga tidak lupa mengabadikan foto-foto petani yang ada di sawah tersebut. Mereka melakukan aktifitas dengat riang gimbira. Sesampainya di lokasi tujuan saya beserta kelompok bergegas membagi tugas, siapa mewawancarai siapa karena untuk keefisiensi waktu. Karena kami melakukan wawancara atau pengambilan sample bertepatan pada hari jum‟at. Setelah itu, kami pun berpencar untuk mencari informan. Kebetulan saya mendapatkat informan pertani pemilik yang bernama bapak Sujono saya mencari rumah bapak tersebut sangat kesusahan karena jarang sekali ada orang yang lewat.
72 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Tidak lama kemudian, selang beberapa menit ada orang lewat. Saya pun tidak sungkan-sungkan untuk bertanya dimana rumah bapak Sujono tersebut. Sesampai saya di rumah pak Sujono, saya di mengetuk pintu rumah dengan perasaan hati yang deg-degan karena perasaan malu, sungkan bercampur menjadi satu. Setelah bapak Sujono membukakan pintu, beliau menyapa dengan wajah yang ramah. Hati saya yang tadinya malu, sungkan menjadi hilang karena wajah beliau. Saya bertanya-tanya tentang beliau tentang masalah pertaniannya. Yang pertama saya bertanya tentang biodata beliau. Nama lengkap beliau Sujono, usia beliau sekarang sudah mengijak lima puluh sembilan tahun. Pendidikan akhirnya pak Sujono adalah SMP, dan beliau bekerja sebagai petani pemilik. Pekerjaannya hanyalah mengawasi pertumbuhan tanamannya yang ada di sawah. Pak Sujono adalah sosok orang yang baik di mata saya. Karena beliau mengenal seluruh pekerjanya satu-satu dan dia mengaanggap pekerjanya adalah temannya sendiri. Bapak Sujono memiliki dua anak. Yang pertama laki-laki, dan yang ke dua adalah wanita. Anak pertama pak Sujono sudah menikah, dan dia bekerja di bank. Sedangkan anak kedua pak Sujono masih kuliah di Universitas Jember. Bapak Sujono bercerita banyak tentang kisah perjuangan hidupnya. Baik kisah senang, sedih, dan lain-lain. Bapak Sujono adalah orang yang mudah akrap pada orang yang baru kenal, termasuk juga saya.
73 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Pak Sujono tidak memberikan jaminan kesehatan pada pekerjanya. Tetapi beliau sering membantu jika pekerjanya pengalami kesulitan atau pun segalanya. Beliau juga mengijinkan pekerjanya beristirahat jika ada yang sakit. Dan jika sakitnya parah, beliau akan menjenguk kerumahnya. Keadaan diruah bapak Sujono sangat nah hening, tenang, dan dingin. Sehingga saya sangat senang berada di rumah beliau. Tak sadar karna terlalu nyaman di rumah bapak Sujono. Saya pun melihat jam tangan, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul sebelas kurang sepuluh menit. Saya pun bergegas untuk pamitan. Setelah saya pamitan dengan pak Sujono, saya melihat ada gerombolan masyarakat yang berkumpul. Mereka memandang saya dengan tatapan yang sinis. Saya pun melanjutkan perjalanan menuju mobil. Setelah sampai di sana, teman-teman saya menceritakan sebab kenapa kami di pandang sinis dengan masyarakat yang berkupul. Ternyata adik kelas kami yang sedang ikut kuliah lapangan Sosdes tidak sengaja menabrak bapak-bapak pengendara sepedah motor. Saya pun kaget mendengarnya, dan saya bergegas pergi dari desa tersebut. Karena korban kecelakaan adalah warga desa tersebut. Saya mendengar berita tersebut antara percaya dan tidak percaya. Akhirnya ketua kelompok kami mengklarifikasi berita ini ke dosen pendamping kami sema, dan ternyata berita itu benar. Kami pun bergegas kembali ke Scama (tempat penginapan kami semua). Untuk mengetahui berita yang lebih lengkapnya.
74 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
III. 9. Bapak Mali (Buruh Tani Sekaligus Pemilik Lahan Pertanian) Sektor pertanian memang tidak asing lagi di masyarakat Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember, desa ini mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani baik itu petani penggarap, buruh tani atau petaniyang memiliki tanah. Potensi desa ini mendukung untuk pertanian, terutama pengalirannya juga bagus di desa ini. Jika tiba di desa ini kita akan dimanjakan dengan bentangan ladang yang luas di kanan kiri jalan, di tambah juga aliran air yang mengalir dipinggiran ladang. Di desa ini tanaman yang biasanya di tanam adalah padi dan tembakau, tembakau biasanya di tanam pada saat musim kemarau. Dulu desa ini juga menjadi salah satu desa penghasil tembakau, tetapi dengan modal untuk tambakau sangat tinggi walau terkadang untungnya juga banyak, tetapi sekarang mereka perlu pertimbangan yang matang untuk menanam tembakau. Pasalnya dengan modal yang diperlukan tidak sedikit itu maka mereka harus berfikir ulang untuk menanam. Tetapi juga masih banyak juga yang menanam tembakau di musim kemarau. Pertanian tidak lepas dari kehidupan masyarakat desa Mayang ini. Pada hari Jum‟at tanggal 29 November 2013, merupakan hari untuk melakukan interview secara mendalam kepada informan yang telah di tentukan. Di mana desa yang diteliti adalah Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Sesuai dengan pembagian tugas kelompok, sekitar pukul 09:30 WIB melakukan wawancara. Ketika datang ke rumah informan yang ditunjukkan oleh bapak ketua tani daerah setempat, informan sedang memperbaiki atap bagian depan rumah. Sehingga ketika saya meminta waktunya untuk wawancara informan segera bergegas turun. Di desa ini dengan mayoritas penduduk yang
75 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
bekerja sebagai petani tersebut, ada suatu perkumpulan yang menyatukan para petani satu dengan yang lain yang orang sana menyebutnya “Kelompok Tani”. Pada bagian ini membicarakan tentang seorang informan yang salah satu penduduk di desa Mayang tersebut. Informan bernama Mali, pekerjaan pak Mali ini bisa di bilang sebagai buruh tani dan juga bisa di bilang juga sebagai petani. Di bilang sebagai petani karena pak Mali mempunyai tanah sebagai ladang tetapi ukurannya sangat kecil, sehingga dalam pengolahan dan penggarapan ladang ini dilakukan sendiri tanpa mencari buruh tani. Di bilang sebagai buruh tani karena ketika disaat – saat pak Mali tidak sedang mengerjakan ladang miliknya informan ikut menggarap di ladang orang lain yang membutuhkan tenaga seorang buruh. Begitulah cara informan untuk mencukupi kebutuhannya dengan upah buruh tani yang tidak besar itu. Informan sejak kecil sudah di perkenalkan orang tuanya dalam bidang pertanian sampai usianya yang sekarang yaitu 47 tahun ini masih menekuni pekerjaan dalam bidang pertanian. Ekonomi orang tua yang rendah membuat informan untuk bersusah payah juga mencari uang di usia kecilnya. Seperti yang diungkapkan informan dibawah ini : “Wuh, ya mulai kecil nduk, mulai kecil belajar buruh tani. mulai sejak tahu kerja.” Pendidikan terakhir informan adalah tidak sekolah, mungkin karena hal – hal diatas tadi yang menyebabkan informan tidak sekolah dulu. Dilatar belakangi dengan hal ini juga mempengaruhi pekerjaan yang di tekuni informan mulai dulu sampai sekarang. Selain karena di desa Mayang ini juga masih bergantung pada pertanian, pekerjaan di sektor lain masih minim dan rendahnya juga keahlian para
76 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
masyarakat. Sehingga mobilitas untuk naik pun susah, dan masyarakat hanya menerima dan pasrah dengan keadaan. Dalam hamparan ladang yang luas di desa Mayang ini tidak serta merta menyimpan problem. Walaupun hamparan ladang di desa Mayang ini kelihatan luas sekali, tetapi tanah – tanah tersebut tidak sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat Mayang. Banyak orang – orang luar yang mengusai atau memiliki ladang di daerah situ. Pasalnya dulu menurut informan ladang – ladang tersebut banyak yang dimiliki oleh masyarakat tersebut, tetapi dengan berjalannya waktu banyak dari mereka yang menjual ladangnya ke orang luar dari desa Mayang. Ini terjadi karena merawat ladang tidak sedikit modal yang dikeluarkan. Keterbatasan modal menyebabkan seseorang sampai menjual ladang – ladang mereka kepada orang yang mempunyai modal banyak. Sehingga tidak sepenuhnya ladang di desa tersebut dikuasai oleh masyarakat desa itu sendiri. Oleh karena itu banyak dari masyarakat tersebut yang tidak bisa mempertahankan tanahnya bekerja sebagai buruh tani. Mereka yang mempunyai modal banyak memperdayakan tenaga para buruh tani tersebut. Karena buruh tani hidupnya bergantung kepada mereka – mereka yang memiliki modal banyak. Dengan hal ini informan merasa miris melihat keadaan seperti itu, dimana informan memikirkan masa depan generasi selanjutnya jika semua tanah sudah dikuasai orang luar. Apalagi ditambah dengan enggannya para pemuda sekarang yang gengsi bekerja disektor pertanian. Mereka lebih memilih kbekerja keluar dari pada harus bekerja diladang apalagi bagi mereka yang tidak memiliki ladang. Informan mengatakan bahwa tenaga kerja buruh tani disini yang paling banyak dari kalangan orang – orang dewasa dan bahkan juga masih ada yang sudah usia lanjut. Jarang sekali para pemuda –
77 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pemuda yang seharusnya tenaga masih kuat bekerja di bidang ini tetapi kenyataannya susah untuk menemukannya. Para pemuda di desa Mayang ini biasanya bekerja keluar sebagai buruh bangunan, sebagai pembantu, ada juga beberapa yang bisa melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dan lain – lain. Berbeda dengan ketika informan masih kecil, informan sudah diperkenalkan bekerja di sektor pertanian tersebut. Bekerja sebagai buruh tani yang sudah di tekuni sejak kecil ini menjadikan informan merasa nyaman dengan apa yang dilakukan. Walaupun gaji seorang buruh tani tidaklah cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari – harinya setidaknya pas untuk makan satu hari pun udah lebih dari cukup. Dari pernyataan informan ketika di tanya tentang waktu bekerja buruh tano, informan mencerikatan bahwa dia mulai bekerja jam 07.00-12.00 WIB. Sekitar 5 jam dalam sehari dengan upah rata – rata Rp. 25.000 per harinya. Informan mengatakan ketika jam kerja di tambah atau lebih dari jam 12.00 WIB, mungkin sampai jam 13.00 – 14.00 WIB upah yang di berikan kepadanya tidak di tambah. Tetap dengan nominal Rp. 25.000, jika di kaitkan dengan eksploitasi terhadap buruh tani ini adalah salah satunya. Dengan jam kerja yang lebih dari waktu yang di sepakati tetapi dengan upah yang tetap dan tidak berubah. Upah yang hanya Rp. 25.000 bagi buruh tani sangatlah kecil untuk mencukupi kebutuhan. Jika dibandingkan dengan tenaga buruh tani dari pagi bekerja dengan tenaga yang tidak ringan. Buruh tani harus berkeluh kesah membanting tulang demi mendapatkan uang yang nilainya tidak banyak. Belum lagi kalau ada penambahan jam kerja tetapi dengan upah yang tetap. Seperti ungkapan informan di bawah ini :
78 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
“Sekarang upah buruh tani itu umumnya disini dua puluh lima sekarang. Terkadang juga ada penambahan waktu sampai Jam satu, jam dua, tetapi ya upahnya ya tetap. Iya, iya orang tani kan gitu,” Dari kaca Karl Marx Ini bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk eksploitasi
tetapi
terkadang
orang
yang
tereksploitasi
tersebut
tidak
menyadarinya. Eksploitasi yang terjadi pada buruh tani ini terjadi dengan halus, tidak terasa oleh para buruh dan mereka tidak sadar kalau pada kenyataannya mereka tereksploitasi. Karena menganggap sudah umum dan biasa yang terjadi seperti itu dikalangan masyarakat maka semua itu tidak akan menganggap bahwa mereka tereksploitasi. Seperti kata informan, hanya merasa itu wajar – wajar saja, dan menerimanya saja tanpa ada perlawanan atau pemberontakan dari informan. Menurut informan tidak mempermasalahkan penambahan jam kerja dengan upah yang tetap karena di desa Mayang tersebut disana lebih menghargai persaudaraan. Jadi hal itu sudah dianggap sebagai tolong menolong antar warga tanpa mempermasalahkannya. Ada rasa tidak enak (sungkan) pada pemilik ladang kalau harus memprotes terlebih lagi tentang upah. Sehingga informan hanya bisa menerima apa yang diberikan oleh majikannya. Ini mungkin yang terjadi juga pada semua buruh tani, mereka tidak akan berdaya untuk menuntut soal upah yang harus mereka terima apa lagi majikan mereka tetangga dekat dan sudah mengenal satu sama lain dengan baik. Terkait dengan keluhan informan selama menekuni pekerjaan di sektor pertanian adalah susah untuk mengeluhkan apa yang selama ini informan alami. Menurut informan yang sejak kecil sudah diperkenalkan dengan pertanian ini sulit mengungkapkan keluhan sebagai petani karena dalam kenyataannya baik sebagai
79 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
petani atau buruh tani sangat kurang dalam mencukupi kebutuhan sehari – hari, terutama sebagai buruh tani. Sejak dulu buruh tani hidup dengan menggantungkan pada orang yang memiliki tanah atau modal pertanian. Buruh tani harus berkeluh kesah untuk menggantungkan hidupnya walau dengan upah yang minim sekali. Itupun kalau waktu di butuhkannya tenaga buruh tani, kalaupun tidak ada yang membutuhkan buruh tani tidak tidak mempunyai pekerjaan lain. Seperti ungkapan yang dinyatakan informan : “Endak, kalau petani itu masih repot. Anu, apa Sulit untuk mengeluh mengeluh apa itu sulit kalau petani. Ya bagaimana gitu ya usaha sendiri.” Dengan keahlian yang terbatas tersebut sehingga buruh tani sulit untuk mencari pekerjaan lain. Seperti yang di katakana informan bahwa ketika informan tidak dibutuhkan tenaganya paling mentok informan mencari kesibukan hanya untuk mengisi waktu luang misalnya memperbaiki apa yang perlu di perbaiki di rumah seperti memperbaiki genting yang rusak, memperbaiki dinding rumah rusak, memperhatikan hewan ternak contohnya ayam dan lain lain. Dengan begitu buruh tani tidak mempunyai penghasilan, namun mereka terkadang hanya pasrah dan tidak melakukan apa – apa. Di balik itu semua tersirat dalam fikiran seorang buruh tani untuk hidup lebih baik lagi. Tetapi keterbatasan softskill yang di miliki menghambat aktifitas yang di inginkan tersebut. Dalam kondisi ekonomi keluarga petani dan buruh tani sudah bisa kita lihat dari uraian di atas tadi. Apalagi kondisi ekonomi buruh tani, mereka kebanyakan memiliki kondisi ekonomi yang rendah atau di bawah standart. Dengan menggantukan ke majikan yang membutuhkan tenaga tersebut dan
80 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
dengan upah yang minim tak heran seorang buruh tani mempunyai kehidupan yang layak. Informan menjelaskan bahwa kehidupan petani kecil yang memiliki luas lahan yang sempit dan sebagai buruh tani kondisi ekonomi terbilang pas – pasan atau bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. tetapi harus bagaimana lagi, pekerjaan di sektor pertanian di desa Mayang ini harus tetap dijalani informan dengan sabar, ikhlas dan tetap menekuni. Sifat fatalis yang selalu ada di diri mereka tentang kehidupannya. Dengan pekerjaan buruh tani yang tidak ringan tersebut dengan merawat, menjaga, memelihara tanaman penuh upaya. Tetapi terkadang pekerjaan sebagai buruh tani dipandang sebelah mata, kurang menghargai jasa para buruh tani. Tak bisa dipungkiri dengan kekuatan tenaga yang di dikeluarkan buruh tani tersebut dengan kerentanan tubuh yang tidak selalu sehat. Kerentanan tubuh yang bisa menyerang siapa saja termasuk buruh tani dengan mencari upah sering kali harus rela berpanas – panasan, berhujan – hujanan dan sebagainya. Semua ditempuh untuk mencukupi kebutuhan kehidupan sehari – harinya. Dari pemaparan informan ketika terserang penyakit informan jarang mendapatkan jaminan kesehatan. Pekerjaan sebagai buruh tani tidak kontraktual seperti prinsip pekerja dipabrik – pabrik. Lain halnya bagi pekerja pabrik yang biasanya terjamin kesehatan dari pemilik pabrik. Buruh tani ketika sakit dia harus berjuang sendiri untuk bisa mengobati penyakitnya. Apalagi kalau Cuma sakit yang ringan – ringan saja, terkadang juga tidak begitu di rasa. Dan tetap bekerja seperti biasanya, parahnya majikan tidak pernah memperhatikan hal tersebut. Ketika suatu hari informan sakit, informan mengandalkan surat kesehatan dari pemerintah seperti askes dan semacamnya. Menurut pengalaman informan jika
81 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
ada buruh tani sakit majikan tidak begitu peduli, masih ada buruh tani lain yang mungkin bisa menggantikan. Tetapi ada juga majikan yang baik, ketika ada buruh tani yang sakit juga menjenguknya paling tidak memberi sedikit uang untuk digunakan berobat. Jadi menurut informan tergantung dengan orangnya masing – masing. Pada dasarnya sifat orang berbeda – beda di masyarakat. Dalam kehidupan buruh tani, sistem majikan adalah mereka bisa memilih majikan siapa saja, artinya adalah mereka biasanya bergonta – ganti majikan. Siapa yang membutuhkan tenaga buruh tani maka buruh tani akan bekerja di majikan tersebut. Artinya buruh tani akan bekerja bagi yang membutuhkan tenaganya tidak memandang majikan, terkadang majikn mana yang cepat memesan tenaga buruh tani maka majikan itu yang bisa terlebih dahulu bisa memanfaatkan tenga buruh tani. Sehingga buruh tani bisa berpindah – pindah majikan, tidak hanya pada satu majikan atau orang yang memiliki tanah itu saja. Tetapi juga pada majikan – majikan yang lain bisa bekerja dengannya. Lain dengan pekerja pabrik yang hanya bekerja pada satu majikan saja.ini terjadi karena buruh tani yang sangat membutuhkan pekerjaan, sehingga siapa saja yang menginginkan mereka bekerja langsung disanggupi saja yang terpenting adalah mendapatkan upah yang sesuai harapan tentunya secara umum di berikan pada buruh tani di desa Mayang tersebut. Dengan keterpaksaan buruh tani utnuk bergantung pada pemilik tanah tersebut secara tidak sadar pemilik tanah akan melakukan atau menyuruh buruh untuk melakukan pekerjaan di ladangnya tersebut. Pembagian pekerjaan di ladang juga mempunyai spesialisasi tersendiri jika diperhatikan. Biasanya pekerjaan yang lebih berat dilakukan oleh kaum laki – laki sedangkan yang terjangkau dilakukan kaum perempuan menjadi bagian kaum
82 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
perempuan. Upah yang diberikan terkadang juga bermacam – macam mulai dari jenis beratnya pekerjaan sampai perbedaan majikan, walaupun secara umum Rp. 25.000 untuk setengah hari. Ada juga system pengupahannya tidak seperti ini, contohnya dari penuturan informan untuk perawatan tembakau. System perawatan tembakau terkadang ada yang sistem borongan artinya buruh tani sudah membuat kesepakatan dengan majikan contohnya dalam pengairan tembakau buruh tani A menyanggupi untuk pengairan, jadi pengairan akan dilakukan oleh buruh tani A tersebut selama sampai panen tembakau tersebut. Dan melakukan pengairannya tergantung pada air DAM sehingga tidak terika oleh waktu. Pengupahannya setelah panen tembakau, tergantung pada majikan dan kesepakatan ada juga yang berupa uang. Kalau buruh tani seperti yang di ceritakan informan termasuk dirinya yang bisa berganti ganti majikan tersebut, mereka hanya bekerja sesuai dengan yang di perintahkan majikan contohnya membajak ladang, mengairi, membersihkan rumput – rumput liar dan sebagainya. Dalam konteks ini buruh tani tidak menanggung kegagalan panen jika terjadi gagal panen. Karena sepenuhnya majikan atau petani pemilik yang bertanggung jawab dan menanggung resikonya. Seorang buruh tani disini hanya menjual tenaga saja, tidak ikut campur jika terjadi gagal panen. Berbeda dengan petani penggarap yang menyewa tanah kepada petani pemilik tanah untuk di garap dengan perjanjian membayar uang sewa atau bagi hasil baru ketika ada gagal panen mereka terlibat. Kalau buruh tani tidak terlibat sama sekali kalau terjadi gagal panen. Pemberian bonus ketika panen majikan melimpah, menurut informan seorang buruh tani hanya bekerja dan mendapatkan upah yang diberikan setelah
83 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
bekerja. Setelah itu ikatan antara pemilik atau majikan dengan buruh tani sudah selesai kalau pekerjaan selesai. Sehingga ketika panen berhasil dan melimpah tidak ada yang namanya bonus diberikan kepada buruh tani kecuali buruh tani yang sudah terbiasa ikut ke majikan tersebut mungkin mendapatkannya. Artinya sudah menjadi buruh tani kepercayaan dan sering ikut di majikan tersebut. Kalau biasa – biasa saja jarang sekali mendapatkan bonus tambahan. Seperti yang diungkapkan informan dibawah ini : “Iya gak ada, tapi kalau sewaktu-waktu tetapi kalau setiap hari ya ada kadang-kadang. Kalau modelnya di sini ini kan persaudaraan kan gitu jadi kalau sisa sedikit anu di habiskan ndak perhitungan ndak.” Di desa Mayang ini diatas udah dijelaskan bahwa ada perkumpulan tani yang disebutnya Kelompok Tani. Kelompok tani yang di ketuai oleh pa Husein yang rumahnya tidak jauh dari rumah informan hanya berjarak dua rumah saja. Kelompok tani ini berupaya menyatukan para petani baik itu pemilik, penggarap atau buruh tani yang ada di desa tersebut. Informan adalah salah satu anggota dari kelompok tani tersebut. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh kelompok tani adalah mencontohi cara nanam dalam pertanian itu bagaimana yang baik, pengenalan alat – alat pertanian, bagaimana mengatasi hama dan sebagainya. Tetapi menurut informan dengan hanya diajari saja dirasa belum lengkap. Karena jika mengikuti apa yang di ajarkan tersebut akan membutuhakan biaya yang sangat besar. Sehingga terkadang banyak petani – petani yang tidak mengamalkan apa yang diperoleh dalam pengajaran tersebut karena dengan modal yang minim belum bisa mencapai target dalam pelajaran yang disampaikan. Mereka berharap tidak hanya diajari saja tetapi kalau bisa di fasilitasi dengan pendukung pertanian yang lain.
84 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Karena kebanyakan mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian. Sehingga ketika dlam pertanian ini mereka di pelihara dengan baik dan menyediakan fasilitas – fasilitas yang dibutuhkan akan menjadi petani – petani yang bisa menghasilkan yang baik pula. Kelompok tani ini sebagai wadah para petani untuk berkumpul, belajar, bertukar pendapat tentang pertanian. Jika membicarakan tentang eksploitasi dalam bidang pertanian, buruh tani lah yang berada dipihak tersebut. Dari semua pemaparan di atas dapat diketahui bahwa eksploitasi pada buruh tani bersifat soft dan tidak begitu nampak. Tetapi pada kenyataannya buruh tani tidak merasakan eksploitasi tersebut. Mereka menganggap itu wajar dan biasa – biasa saja. Keeksploitasian buruh tani pada dasarnya pertama adalah pada upah yang didapat dan waktu mereka dalam menjalankan pekerjaan yang terkadang dengan penambahan waktu kerja tetapi upah yang didapatkannya tetap. III.10. Bapak Sunarto (Tetangga Buruh Tani) Kelompok kami memulai perjalanan awal sebelum mewawancarai kita mampir ke balai desa Mayang. Kelompok kami meminta ijin kembali untuk mewawancarai dan sekaligus memberikan souvenir. Setelah mengurus semuanya kami langsung meuju tempat yang akan kami wawancarai. Kami bertanya ke pada seseorang untuk menanyakan alamat orang yang akan kami wawancarai. Yang pertama Citra, Ocha, Dana, Erika, Adi, Galang dan Izzah menunggu Rafel, Hada dan Ulin untuk mewawancarai.Kami menunggu sambil menikmati pemandangan dan berfoto – foto bersama. Setelah mereka
85 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
selesai mewawancarai barulah kami yang bergantian untuk mewawancarai responden masing – masing yang telah ditentukan. Sauasana pada saat itu sangat sejuk mulai mendung dan gerimis rintik – rintik yang menemani kelompok kami wawancara. Para warga pun sangat ramah sekali terhadap kita dan mwnunjukkan alamat – alamat yang akan kami kunjungi untuk mewawacarai responden. Setelah selesai mewawancarai kelompok kita semua mau balik langsung ke Secaba. Tetapi tiba – tiba terdengar kabar bahwa ada kecelakaan yang terjadi antara pengendara sepeda motor dengan pengendara mobil. Ternyata yang menjadi korban kecelakaan itu adalah tetangga belakang didesa tersebut. Dan yang menabraknya adalah mahasiswa KKN. Kelompok kami langsung ketakutan sekali apakah benar itu yang menabraknya adalah salah satu dari teman kami. Ternyata benar adanya yang menabrak korban adalah adik kelas kami. Kelompok kami semua pada panik karena korban tersebut berada didekat desa kami. Dan para warga tersebut berubah menjadi tidak senang dan angkuh terhadap anggota kelompok kami. Untungnya ada salah satu warga yang baik sekali terhadap kita dari awal kita datang sampai terjadi permasalahan tersebut. Beliau menengahi permasalahan tersebut dan melindungi kita.
86 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Akhirnya kita semua bergegas segera pergi dari desa tersebut. Karena kita semua takut jika ada apa – apa terhadap kelompok kita.Sebab rata – rata para warga yang tinggal disekitar desa tersebut adalah orang Madura. Buruh tani yang bernama bapak Sunarto adalah seorang buruh tani yang sudah berumur 57 tahun,beliau bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang membiayai seorang istri dan tiga orang anak. Menurut saya bapak Sunarto ini dalam kebutuhannya sehari-hari merasa tidak tercukupi. Dengan cerita bapak Sunarto yang kesehariannya mendapatkan upah sebesar dua puluh lima ribu. Bapak Sunarto ini mengeluh kepada saya selaku pewawancara Citra Puspita. Berikut hasil kutipan wawancara dengan informan bapk Sunarto : “ Satu keluarga tedapat lima orang yang tinggal disini yaitu saya selaku pak Sunarto, istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan anak saya ada tiga, perempuan semua. Yang dua sudah menikah ikut suaminya diluar kota dan yang paling kecil masih kelas dua Sekolah Dasar. Anak yang paling kecil ini suka sekali jajan mbak. Selalu minta uang kepada saya terkadang istri saya pada saat saya bekerja lembur, setiap hari mau berangkat sekolah dan setelah pulang sekolah. Dan setiap sore hari anak yang paling kecil ini selalu minta jajan seperti ice cream, susu, roti dan sebagainya. Oleh karena itu saya ikut kerja tambahan sebagai kuli bangunan.” Bagi pak Sunarto kedua anaknya sudah tidak lagi memperdulikan keluarganya. Setelah menikah kedua anak perempuannya ikut tinggal dengan
87 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
suaminya diluar kota. Dari situlah mulai tidak adanya terjalin komunikasi yang lancar. Bahkan kedua anaknya pun tidak memberikan nafkah kepada keluarganya dan sesekali kabar pun tidak didengar oleh pak Sunarto dan istrinya jika bukan mereka terdahulu yang menghubungi kedua anak perempuannya tersebut. Oleh karena itu pak Sunarto berusaha untuk bekerja keras mencari uang untuk menghidupi anak perempuan terakhirnya dan juga istrinya. Maka dari itu pak Sunarto berusaha mencari kerja tambahan membajak dan menjadi kuli bangunan agar tercukupi kebutuhan hidupnya. Kasihan pak Sunarto seharusnya diusia seperti itu pak Sunarto tidak usah bekerja lagi mencari nafkah sekeras itu. Seharusnya pak Sunarto hanya duduk tenang dirumah bersama anak terakhir perempuannya dan istrinya berkumpul bersama menikmati hari menjelang masa tuanya. Jika pak Sunarto memang ingin bekerja untuk menambahi kebutuhan tetapi tidak usah sekeras itu jika kedua anak perempuannya yang sudah menikah mau merawat kehidupan kedua orang tuanya yang sudah merawatnya sejak kecil hingga dia bisa menjadi sukses seperti sekarang ini. “ Tidak mbak.. Mereka pada ikut suaminya diluar kota jarang sekali menjenguk saya, istri dan adeknya. boro – boro mbak mau ngirim uang. kabar aja jarangjarang mbak saya denger, kalau gak saya dan istri saya yang telepon terlebih dahulu.” Respon yang ditunjukkan bapak Sunarto dan istri terhadap kelakuan kedua anak perempuannya yang sudah menikah tersebut. 88 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
“ Respon saya dan istri saya, ya pasti sedih lah mbak.. Anak kan adalah anugrah titipan Allah mbak. Nah kita ini sebagai orang tua menjalankan amanat Allah. Saya dan istri saya ini mbak sudah merawat dan membesarkannya sapai mereka bisa sesukses ini tapi malah melupakan orang tuanya sendiri. Apa lagi saya ini sudah tua mbak masih punya tanggungan anak perempuan saya ini yang paling kecil masih sekolah dasar. Tapi mau bagaimana lagi mbak itu sudah pilihan mereka sendiri. Saya sebagai orang tua ya hanya mendoakannya sajalah mbak. Seng penting anak – anak ku sehat lan sukses gak koyok aku mbak.” Bapak Sunarto bekerjanya tidak menggunakan sistem kontrak melainkan dengan perintah pemilik lahannya dipanggil atau tidak. “ Ya ndak ada mbak sistem tersebut. Iya mbak, jadi terserah pemilik lahannya mbak di panggil atau tidak. Bapak Sunarto ini tidak merasa terekspolitasi akan pekerjaan yang ia lakukan. Pak Sunarto mengatakan kepada saya. “ Ya mau bagaimana lagi mbak ini kan sudah pekerjaan saya meskipun tidak mencukupi
kebutuhan
sehari-hari
dari
pada
saya
menganggur
tidak
menghasilkan apa-apa. Ya disyukuri saja mbak adanya seperti ini yang penting bisa untuk makan seharihari sudah Alhamdulillah. Apalagi lagi saya sedang mengumpulkan uang untuk merenovasi rumah mbak. Jadi saya harus lebih giat lagi untuk mecari uang demi anak dan istri saya. Terutama demi si kecil yang masih sekolah.
89 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Namun dalam hal jaminan kesehatan pak Sunarto merasa tereksplotasi karena setiap pak Sunarto sakit beliau selalu berobat dengan uangnya sendiri tidak ada jaminan kesehatan yang diberikan oleh majikannya. Seharusnya ada jaminan kesehatan yang diberikan kepada pak Sunarto terhadap majikannya yaitu pemilik lahan. Yang seharusnya menjadi hak pak Sunarto. Tetapi itu tidak disadari oleh pak Sunarto seperti kutipan tersebut. Dalam kondisi yang cukup berat pekerjaan yang harus dihadapi oleh pak Sunarto sangatlah menguras tenaga. Dengan upah yang sangat sedikit, dan pak Sunarto tidak diberikan pelayanan kesehatan. “ Ya ndak ada mbak kalau saya.” Tetapi pak Sunarto tidak meras tereksploitasi dengan kutipan jika pak Sunarto bekerja keras lembur dan mendapatkan tambahan upah. Pak Sunarto juga tidak merasa tereksploitasi seperti kutipan jika terjadi kerugian atau kegagalan hasil panen yang menanggungnya adalah majikannya pemilik lahannya sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa pak Sunarto merasa tereksploitasi dalam hal jaminan kesehatan, dan tidak merasa tereksploitasi karena jika ada tambahan pekerjaan pak Sunarto selalu diberikan upah tambahan oleh majikannya pemilik lahan tersebut. Hubungan pak Sunarto dengan orang pemilik lahan yang tempat bapak Sunarto bekerja itu baik – baik saja. Karena orang pemilik lahan itu orangnya sangat baik dan ramah sekali terhadap semua para pegawainya yang bekerja disana.
90 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
“ Baik-baik saja mbak. Orang pemilik lahan yang tempat saya bekerja itu mbak orangnya sangat baik dan ramah sekali terhadap semua pegawai – pegawainya. Sehingga saya kerasan mbak bekerja menjadi pegawai disitu.” Ada upah tambahan bagi pak Sunarto jika bekerja lembur untuk membajak, oleh karena itu agar dapat mencukupi kebutuhannya pak Sunarto bekerja tambahan lagi sebagai kuli bangunan. “ Iya ada mbak..Ya lembur mbak kalau ada bajak, biasanyakerja cuman tiga jam. Kalau ada bajak bisa sampai lima jaman mbak. Saya kerja jadi kuli bangunan.” Bagi pak Sunarto ada keuntungan dan kerugian yang dirasakan pak Sunarto pada saat bekerja lembur dan bekerja tambahan lagi sebagai kuli bangunan. Keuntungannya bagi pak Sunarto adalah menambah penghasilan. Tetapi kerugiannya bagi pak Sunarto yaitu tidak bisa meluangkan waktu banyak untuk anak dan istrinya. “ Iya.. keuntungannya buat saya bisa nambah penghasilan mbak buat kebutuhan sehari-hari apalagi saya sedang mengumpulkan uang untuk biaya renovasi rumah banyak yang bocor dan mau membuat kamar mandi. Tapi kerugian yang saya alami ya.. gak bisa kumpul sama anak istri saya mbak. Bisanya Cuma waktu malem hari saja. Terkadang itupun anak saya sudah tidur mbak.”
91 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Alasan bapak Sunarto ini memilih bekerja tambahan sebagai kuli bangunan dan tidak memilih bekerja tambahan yang lainnya selain menjadi kuli bangunan. “ Iya karena saya hanya lulusan sekolah dasar saja mbak.. Saya hanya bisa mengandalkan keahlian saya dalam bidang tersebut. Apa lagi saya hanya lulusan sekolah dasar mana mau yang menerima saya jika saya tidak bekerja serabutan seperti itu mbak.” Selain pak Sunarto bekerja sebagai buruh tani tetapi pak Sunarto mengikuti organisasi kelompok tani agar dapat menambah wawasannya tetapi pak Sunarto hanya menjadi seorang anggota saja karena pak Sunarto merasa tidak bisa apa – apa. “Iya mbak, saya ikut dalam kelompok itu. Dan saya jadi anggota saja kok mbak, karna saya tidak bisa apa-apa.. hahahaha..” Di tempat kerjanya pak Sunarto jika ada kerugian lahan pertaniannya atau gagal panen itu ditanggung oleh pemilik lahan tersebut. Karena bagi pak Sunarto beliau hanya pekerja saja memenuhi panggilan sesuai dengan pemilik lahan tersebut. “ Ya di tanggung sama pemilik lahannya sendiri mbak, kan kita cuman kerja saja. Itu kan juga yang menentukan berhasil atau tidaknya karena cuacanya juga mbak.”
92 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
93 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
BAB IV Temuan Dan Analisis Data : Konstruksi Sosial Buruh Tani Terhadap Eksploitasi yang Dilakukan oleh Majikan
Dalam bab ini akan diuraikan lebih lanjut fakta-fakta yang berkaitan dengan Fokus studi yang ditemukan di lokasi penelitian. Di samping disajikan fakta juga akan dilakukan analisis terhadap fakta-fakta tersebut yang dikaitkan dengan teori-teori yang ada. Topik yang akan dibahas meiputi : Pertama, Bagaimana bentuk ekploitasi yang di terima oleh buruh tani? Kedua, Bagaimana gambaran tentang konstruksi sosial buruh tani terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh majikannya? Untuk mempermudah pemahaman dari hasil-hasil penelitian, maka disajikan pula sejumlah tabel-tabel yang sesuai dengan masing-masing tema. Sebelumnya akan disajikan kerangka atau alur pikir dari penelitian ini :
Riwayat Bekerja Sebagai Buruh Tani Bentuk Eksploitasi Konstruksi Sosial Buruh tani terhadap Eksploitasi
94 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
IV. 1. Riwayat Bekerja Sebagai Buruh Tani Kelompok kami akan mengemukakan riwayat kehidupan buruh tani dari berbagai aspek sosial yang melatar belakangi mereka memilih bekerja sebagai buruh tani yang secara teoritis rawan terhadap aksi eksploitasi. Penjelasan pada bagian ini bersumber dari informasi yang kami dapatkan dari indepth interview yang kami lakukan terhadap para buruh tani di Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember. Secara umum mereka menjelaskan bahwa kehidupan menjadi seorang buruh tani sebenarnya tidak mereka inginkan, mereka bekerja sebagai buruh tani tersebut karena keadaan yang memaksa mereka harus memilih bekerja sebagai buruh tani. Hal tersebut diakibatkan karena pendidikan mereka yang rendah (bahkan tidak bersekolah sama sekali) dan mereka merasa dengan pendidikan yang rendah tersebut mereka tidak bisa bekerja di sektor lain termasuk di sektor perkantoran (pagawai) yang selama ini mereka idam idamkan. Namun, salah satu informan kami mengatakan bahwa beliau suka bekerja sebagai buruh tani karena beliau sudah di didik oleh orang tua mereka untuk bagaimana menjadi petani. Beliau juga menuturkan, jika saya bekerja di sektor formal/perkantoran. Dia tidak akan merasa senang. Dia merasakan senang jika menjadi petani, walau pun itu buruh tani. Faktor yang membuat mereka tidak bersekolah sampai ke jenjang yang tinggi adalah minimnya penghasilan orang tua mereka dahulu. Pada zaman dahulu mencari uang sangat lah susah. Buat makan tiga kali sekali saja susah, apa lagi buat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi (tutur orang tua mereka
95 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
dahulu). Dan lagi dahulu mencari sekolah sangat lah susah. Orang yang dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi adalah orang-orang memiliki ekonomi tinggi, atau bisa di sebut juga masyarakat borjuis. Alasan lain yang menyebabkan mereka harus bekerja menjadi buruh tani yaitu karena mereka tidak memiliki ketrampilan lain dan ketidak punyaan lahan pertanian. Orang tua mereka dahulu hanya mengajarkan mereka cara bekerja di sektor pertanian tanpa memberikan ketrampilan bekerja disektor lain sehingga mereka merasa hanya bisa bekerja disektor pertanian. Selain itu, di daerah tempat tinggal mereka, sektor pekerjaan di bidang pertanian merupakan pekerjaan yang umum yang dilakukan oleh masyarakat. Hal itulah yang menyebabkan mereka mau tidak mau harus bekerja di sektor pertanian. Para buruh tani tersebut sebenarnya sangat ingin bekerja di kantoran yang menurut bayangan mereka pekerjaan tersebut merupakan pekerjan yang bagus, mulia, gajinya besar, dan nyaman. Namun pekerjaan tersebut menurut mereka hanyalah impian semata yang tidak mungkin mereka dapatkan. Orang tua mereka sebenarnya sangat menginginkan anaknya dapat bekerja di perkantoran agar bisa mewujudkan cita-cita orang tuanya dan mengubah nasib orang tuanya. Namun, karena masalah ekonomi mereka seperti itu. Mau tidak mau mereka hanya bisa bekerja di bidang pertanian. Dan di bawah ini adalah data yang kami peroleh dari indept interview di desa mayang. 1) Bapak Rudi Bapak Rudi yang berusia 55 tahun yang bekerja sebagaiburuh tani. Bapak Rudi yang tak pernah mengenyam bangku pendidikan menyebabkan posisinya
96 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
kurang diakui dalam dunia kerja. Sehingga mau tak mau hanyalah sektor pertanian yang diandalkannya. Seperti kutipan tersebut “saya dulu ndak sekolah.” Karena bapak Rudi merasa tidak ada keahlian yang lain maka dari itu bapak Rudi memilih bekerja sebagai buruh tani, disatu sisi bapak Rudi menyukai bidang pertanian dari sejak kecil. Bapak Rudi merasa tidak semangat jika beliau tidak bekerja dalam bidang pertanian. Apalagi almarhum orang tua bapak Rudi juga merupakan seorang buruh tani. Sejak kecil secara tak langsung bapak Rudi tersosialisasi akan segala sesauatu yang berbau pertanian. Namun karena minimnya modal (dalam hal ini modal berupa materi, relasi, dan pendidikan) menjadikan Rudi hanya sebagai seorang buruh tani biasa. “ ya suka aja mas. dari kecil suka sama tani. Gak punya keahlian lain. Merasa cocok aja mas. kalau saya gak kerja jadi tani ya gak semangat mas.” Rudi dalam sehari bekerja mulai pukul tujuh pagi hingga pukul dua belas. Jika masih ada yang harus diselesaikan maka Rudi harus kembali lagi bekerja setelah Dhuhur atau berkisar pukul satu siang hingga menjelang Ashar atau sekitar pukul tiga sore. Jam kerja yang demikian menjadikan Rudi memiliki penghasilan yang sekarang hanya berkisar antara dua puluh ribu rupiah hingga tiga puluh lima ribu rupiah membuatnya harus pandai-pandai menghemat pengeluaran. Tak jarang Rudi sekeluarga harus menahan diri untuk tidak membeli sesuatu yang dinginkan seperti menahan untuk membeli pakaian yang dinginkan, atau semacam peralatan rumah tangga yang dinginkan. Mengurangi jatah makan sehari-hari dan menggantikan makanan pokok dengan makanan seadanya sudah biasa dilakukan oleh keluarga Rudi.
97 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
“ ya gak tentu mas, kadang ya jam 7 sampai jam 12. Terus kalau ada waktu ya kembali lagi mas dhuhur itu samp ashar. cukup ndak cukup mas. udah dikasi segitu sama majikan ya saya ga berani protes.” Rudi yang telah bekerja puluhan tahun sebagai buruh tani lantas merasa bahwa pertanian adalah bagian dari hidupnya. Sempat ia tuturkan pada saat mencoba pekerjaan lain di luar sektor pertanian maka hasil yang didapat tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkannya, bahkan ia tak semangat menjalankan pekerjaan di luar sektor pertanian. Rudi lebih semangat jika bekerja di sektor pertanian meskipun Cuma sekedar menjadi buruh. Hal tersbut mungkin dikarenakan pekerjaan dalam sektor pertanian telah mendarah daging dalam benak keluarga Rudi sehingga apa yang dilakukanya kini menjadi sebuah pekerjaan atas dasar kesenangan, semangat dan keikhlasan dari hatinya. Rudipun tak pernah mengeluh atas apa yang diperolehnya dan menyatakan penghasilan yang didapatnya dari hasil bertani sudah sangat cukup dalam pemenuhan kebutuhan pokok untuk kehidupan sehari-hari. Keihlasan yang ada dalam diri Rudi tak lepas dari agama yang dianutnya, Islam. Dalam Islam mengajarkan bahwa bekerja untuk menghidupi keluarga adalah bagian dari jihad di Jalan-NYA sehingga balasan yang didapatkan adalah pahala. Dan dengan bersyukur maka rejeki akan tak pernah habis dan tercukupi.
2) Bu Junit Bu Junit yang berusia 50 tahun merupakan salah satu buruh tani yang tinggal di desa Mayang kabupaten Jember. Bu Junit yang tak pernah mengenyam
98 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pendidikan membuatnya buta huruf atau tak bisa membaca,dan membuat posisinya didunia kerja tidak diakui. Seperti kutipan berikut “Yaa apaa sayaa, anu sekolah buta huruf itu. Nang nuu, nang pak Ari” Bu Junit juga mulai bekerja sebagai buruh tani dari awal dia bisa merasakan kerja di sawah dan digaji. Dan bu Junit bekerja sebagai buruh tani karena tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Dan dia merasakan menerima gaji dari hasil bekerjanya. Seperti kutipan berikut “Mulaaiii ya tau kerja saya ke sawah. Punya gajian, gak punya sawah saya. Anu kalo yang nandur itu kan gak punya sawah, tapi gajian.” Bu Junit melakukan pekerjaannya dimulai dari pukul 7 pagi hingga 12 siang. Seperti kutipan berikut “jam tuju itu sampek jam dua belas pulang.”.Terkadang dia pulang kerja jam 12 siang pulang kadang- kadang tidak pulang karena ada pekerjaan lain. Jadi, jika dia bekerja hanya setengah hari dengan upah yang diberikan sebesar 25.000 rupiah. Seperti kutipan berikut “Ya kadang-kadang balik, kadang-kadang juga endak.”dan “Dua puluh lima rebu, kalo setengah hari.” Dan upahnya dihitung perhari bukan perbulan. Seperti kutipan berikut saat dipertanyakan “… Gak pernah di bayar satu bulan sekali gitu gak pernah yaa.?” Dan beliau menjawab “Ya enddak“ Bu Junit menggunakan hasil dari upah kerjanya hanya untuk makan dan tidak cukup untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Seperti kutipan berikut “Yaa buat makan, beli beras..” dan jika ada keluarga bu Junit ada yang kesusahan dia yang membantu.seperti kutipan berikut “Yaa ndak cukup, kadang kalo ada cucu keponakan gitu yang susah saya juga ikut mbantu saya”
99 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Bu Junit bekerja sebagai buruh tani hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri,karena tidak ada yang membantunya untuk mencukupi kehidupannya sendiri,anak-anaknya sudah memiliki rumah sendiri-sendiri. Dan terkadang bu Junit tidak bekerja dan terkadang beliau bekerja selain menjadi buruh tani tembakau seperti bekerja sebagai buruh tani cabai atau Lombok yang panennya dua hari sekali. Seperti kutipan berikut “Yaa dari saya, menantu dah punya rumah ndere.. ya saya kerja sendiri. Ya kadang saya punya kerja, kadangkadang gak punya kerja saya. Jadi gak setiap hari. Biasanya dua hari sekali gitu. Panen Lombok gitu di ladang.” Bu Junit bekerja hanya karena jika ada panggilan seseorang untuk mengerjakan lahan pertaniannya. Tapi dia juga menyadari bahwa jika dia tidak bekerja maka dia tidak bisa membeli makan setiap harinya,makan adalah kebutuhan pokok untuk setiap manusia sebagai sumber energy. Seperti kutipan berikut “kalo nggak nyeloroh ya saya nggak kerja saya. Kalo kerja gak nyeloroh tapi makan kan tiap hari saya. Dari mana uangnya kalo nggak dari kerja. Yak apa kalo nggak kerja? Hahahaha” Selain bu Junit bekerja sebagai buruh tani tembakau,beliau bekerja diladang cabai milik bapak lurah. Upah yang diperoleh bu Junit saat bekerja bersama pak lurah dihitung dari hasil bu Junit membungkus pasir diladang. Jika bu Junit berhasil membungkus pasir 1000 maka upah yang didapat 20.000 rupiah. Dan dalam sebulan bu Junit dapat menghasilkan 10.000 bungkus pasir,maka upah yang diperoleh adalah 200.000 rupiah perbulannya. Seperti kutipan berikut “Enggak, ya itu Cuma kerja di pak kades bungkusin lemah ke dalem plastik. Satu bulan dapet 10.000 saya dapet Rp 200.000 saya. Kalo seribu dapet 20 ribu. Itu
100 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
yang ngerjain di ladang lomboknya pak kades saya itu. Ya nggak papa kalo dapet segitu, dari pada nggak kerja saya.” Bu Junit sekarang sedang jatuh sakit yang dirasakannya adalah sakit yang berada dibagian kakinya. Dan oleh bu Junit dibawa kepuskesmas, biaya yang dikeluarkan sebesar 35.000 rupiah. Bagi bu Junit uang senilai 35.000 rupiah itu sangatlah mahal karena jika dilihat dari hasil kerjanya atau upah sangat minim. Dan tidak ada biaya dari majikannya untuk berobat. Seperti kutipan berikut “ndak penah saya. Yang beli ya saya sendiri. Nggak ada yang ngreken. Hehe” Bu Junit saat bekerja pernah mengalami saat-saat gagal panen. Tetapi saat gagal penen tersebut kerugian tidak pernah ditanggung oleh buruh. Tetapi kerugian yang menanggung adalah majikannnya sendiri. Seperti kutipan berikut “Yaa endak. Masih tetep 25 rebu. Ya saya ndak ikut rogii.. pekerja hanya ikut kerja.” Saat bu Junit bekerja bersama pak kades sering diberi uang tambahan tetapi diberikannya di rumah bu Junit. Dan untuk hasil panennya bu Junit tidak pernah mendapatkan hasilnya selainupah yang dia dapat selama bekerja. Seperti kutipan berikut ini “Ya kadang pak Kades ngasih 10 rebu ke rumah saya ini. Pak kades suka sama kerja saya. Pak Kades baik sama saya.” Dan “Ya endak. Tembakaunya ditaroh disana”
101 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
3) Bapak Suheri.
Pendidikan bapak Suheri adalah SD (Sekolah Dasar) dan itu pun tidak sampai selesai, hanya sampai kelas tiga SD. Pak Suheri menjadi buruh tani kurang lebih sudah enam puluh tahun. Beliau sebenarnya menginginkan memiliki pekerjaan yang lainnya, akan tetapi pada kenyataannya beliau hanya bisa menjadi buruh tani. Karena kemampuan yang di milikinya hanyalah itu. Buruh tani yang ada di desa mayang, rata-rata tingkat pendidikannya rendah yaitu SD tidak lulus.
4) Bapak Edip Buruh tani yang bernama bapak Edip adalah seorang buruh tani yang sudah berumur 50 tahun,beliau bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang membiayai seorang istri dan dua orang anak . Sesungguhnya Pak Edip adalah pemilik lahan, tetapi dia tidak mengakuinya saat saya bertanya tentang pekerjaannya. Berdasarkan informasi dari warga sekitar desa Mayang salah satu orang yang menjadi pemilik lahan didesa Mayang adalah Pak Edip. Pak Edip mengutarakan bahwa dia ingin bekerja di kantoran di kota, tetapi karna keterbatasan tingkat pendidikan yang dia miliki, akhirnya diapun menjadi buruh tani. Berikut kutipannya : “iya semua orang pasti punya mimpi mau kerja jadi apa, kalo saya dulu iya pengen kerja dikota mbak, jadi orang kantoran tapi karena saya pikir lulusan SMP itu bisa kerja apa selain jadi buruh pabrik atau buruh tani seperti saya sekarang ini.”
102 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Pak Edip pun berharap bahwa kelak anak-anaknya dapat menjadi orang yang berguna bagi orang banyak dan dapat membanggakan keluarga. Pak Edip berjuang mati-matian dalam mencari nafkah agar anaknya kelak akan menjadi orang yang berguna. Tetapi dalam kondisi pekerjaan yang dikerjakan oleh Pak Edip sangat menguras tenaga,dia harus mengerjakan lahan pertanian orang lain,dia hanya memperoleh upah yang sedikit, tidak adanya jaminan kesehatan dari pemilik lahan. Lalu beliau menceritakan tentang organisasi buruh tani. Di situlah beliau di ajari menanam, mengolang pertanian dengan baik. Disana juga tempat curhat jikalau ada masalah dalam pertaniannya. Berikut adalah kutipannya : “iya diajari,menanam dan mengolah pertanian dengan baik biar gak rugi” Dari kegiatan organisasi itulah pak Edip mendapatkan ilmu bertani yang benar,dan dengan mengikuti organisasi itulah pak Edip mendapatkan solusi dari segala pertanyaan yang menjadi pertanyaan pak Edip dan dengan mengikuti organisasi itu pak Edip dan warga-warga lain menjadi akrab dan silahturahminya sangat terjaga antara satu dengan yang lain,bisa saling tukar pendapat dan pikiran,sama-sama bisa mencari solusi bersama,bisa juga menimbulkan kebersamaan yang kuat di desa Mayang tersebut. Oleh karena itu,saat saya berkunjung ke desa Mayang saya merasakan keadaan yang harmonis,mereka saling mengenal satu sama lain,tak mengenal apapun pekerjaan disekeliling mereka,mereka saling tegur sapa. Dengan begitu kehidupan di desa Mayang terasa harmonis,tentram,aman dan damai.
103 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Dari ke empat informan kami dapat di simpulkan bahwa secara umum mereka menjelaskan bahwa kehidupan menjadi seorang buruh tani sebenarnya tidak mereka inginkan, mereka bekerja sebagai buruh tani tersebut karena keadaan yang memaksa mereka harus memilih bekerja sebagai buruh tani. Hal tersebut diakibatkan karena pendidikan mereka yang rendah (bahkan tidak bersekolah sama sekali) dan mereka merasa dengan pendidikan yang rendah tersebut mereka tidak bisa bekerja di sektor lain termasuk di sektor perkantoran (pagawai) yang selama ini mereka idam idamkan. Namun, salah satu informan kami mengatakan bahwa beliau suka bekerja sebagai buruh tani karena beliau sudah di didik oleh orang tua mereka untuk bagaimana menjadi petani. Beliau juga menuturkan, jika saya bekerja di sektor formal/perkantoran. Dia tidak akan merasa senang. Dia merasakan senang jika menjadi petani, walau pun itu buruh tani. IV.2. Bentuk Eksploitasi dari Majikan Terhadap Buruh Tani Pada sub bab ini dijelaskan tentang analisis hasil penelitian yang di dapatkan dari penelitian yang dilakukan di desa Mayang tentang hubungan kerja buruh tani tembakau dengan majikannya. Di desa Mayang kabupaten Jember yang menjadi tempat penelitian kami ini, banyak masyarakat atau mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani dan buruh tani, sudah di jelaskan di atas tentang bagaimana buruh tani dan petani di daerah tersebut. Di desa ini ketika baru masuk akan di sambut dengan hamparan lahan pertanian yang luas, berderet – deret menghiasi pinggiran jalan menuju desa Mayang. Dari sini dapat diketahui bahwa di desa tersebut mayoritas pekerjaan masyarakatnya adalah petani dan buruh tani.
104 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Bekerja menjadi petani seringkali dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Padahal, dengan adanya petani kita menjadi diuntungkan karena dapat memenuhi makanan pokok sehari-hari kita yang berupa beras. Sektor pertanianpun seringkali diabaikan oleh pemerintah. Maka, tak heran jika taraf kesejahteraan petani hingga saat ini masih mengkhawatirkan terutama pada buruh tani. Buruh tani serasa tak mengalami peningkatan taraf ekonomi meskipun mereka telah terjun selama berpuluh-puluh tahu lamanya dalam sektor pertanian. Mengapa bisa demikian? Itu terjadi karena posisi buruh tani sangatlah lemah di hadapan majikannya. Sehingga ia tak mempunyai bargaining position yang kuat terhadap hak-hak apa saja yang harus diperjuangkannya. Dalam hubungannya dengan majikan, para buruh tani seringkali nrimo ing pandum atau menurut dengan majikan tanpa adanya perlawanan. Hubungan yang demikian sejatinya dapat dikatakan dengan eksploitasi dan perlu kita lihat lebih dalam lagi bagaimana bentuk-bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh majikan terhadap buruh tani. Dalam sehari para buruh tani bekerja mulai pukul tujuh pagi hingga pukul dua belas. Jika masih ada yang harus diselesaikan maka harus kembali lagi bekerja setelah Dhuhur atau berkisar pukul satu siang hingga menjelang Ashar atau sekitar pukul tiga sore. Jam kerja yang demikian menjadikan buruh tani memiliki penghasilan yang sekarang hanya berkisar antara dua puluh ribu rupiah hingga tiga puluh lima ribu rupiah membuatnya harus pandai-pandai menghemat pengeluaran. Tak jarang mereka sekeluarga harus menahan diri untuk tidak membeli sesuatu yang dinginkan seperti menahan untuk membeli pakaian yang dinginkan, atau semacam peralatan rumah tangga yang dinginkan. Mengurangi jatah makan sehari-hari dan menggantikan makanan pokok dengan makanan
105 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
seadanya sudah biasa dilakukan oleh keluarga . Sungguh ironi apa yang terjadi dalam kehidupan buruh tani. Mereka menanam tembakau tapi tak dapat menikmati hasil dari apa yang ditanamnya. Mereka menanam padi tapi mereka harus bersusah payah memperoleh makanan pokok. Tak jarang pula buruh tani dan keluarganya harus makan seadanya bergantung pada seberapa besar uang yang ada pada hari itu. kendati istri
dan anaknya telah bekerja, hal itu tak
membuat kondisi perekonomian keluarga
kunjung membaik. Istrinya yang
terkadang membantu sebagai buruh petani apabila dibutuhkan menjadikan penghasilan yang didapat tak bisa diandalkan. Begitupula dengan anak dari salah satu buruh tani yang bekerja sebagai kuli bangunan. Apabila tak ada yang sedang membangun rumah dsb maka anak dari tersebut terpaksa menganggur di rumah. Sistem kerja yang dilakukan Buruh tani dimulai dari menanam, merawat, hingga memanen dari apa yang telah ditanamnya. Sementara peralatan mulai dari benih, pupuk, traktor dan peralatan pertanian lainnya telah disediakan oleh pemiliki lahan -dalam hal ini majikan- yang mempekerjakannya. Sangat terlihat sekali kesenjangan dalam hal penghasilan yang diperoleh antara buruh tani dan petani pemiliki. Buruh tani yang bekerja setiap hari mencucurkan keringat hingga jam kerja mereka terkadang melebihi jam kerja buruh pabrik atau pekerja lainnya tapi memperoleh penghasilan yang sedikit sehingga tak bisa mendongkrak perekonomian mereka dan terperangkap dalam kemiskinan, sementara para petani pemilik hanya menyediakan lahan dan biasanya disebut “ongkang-ongkang kaki” tapi menerima penghasilan yang banyak. Dalam sistem upah yang lain adalah ketika panen biasanya hasil panen tersebut dibagikan beberapa kilo kepada buruh
106 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
tani yang bekerja bergantung pada majikannya. Namun, ketika gagal panen, buruhpun tak mendapatkan pembagian hasil dari panen tersebut. Berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil wawancara dengan beberapa buruh tani yang ada di Desa Mayang, dapat diketahui bahwasanya matapencaharian di bidang pertanian merupakan jenis matapencaharian yang paling utama bahkan mayoritas, metapencaharian buruh tani di Desa mayang sudah menjadi suatu budaya yang turun temurun artinya, dalam satu keluarga mulai dari kakek sampai cucu laki-lakinya juga bekerja pada bidang yang sama sebagai buruh petani. Kehidupan buruh tani di Desa Mayang sangatlah jauh dari hidup yang layak, dapat dikatakan kehidupan buruh tani serba mengalami kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat dikatakan buruh tani merupakan mata pencaharian yang erat kaitannya dengan kehidupan kemiskinan, yang jauh dari kehidupan standar kelayakan. Baik itu Standar kelayakan menurut Sajogyo terdapat tiga ukuran garis kemiskinan yaitu miskin, sangat miskin dan melarat yang diukur berdasarkan konsumsi per kapita per tahun setara beras sebanyak 480 kg, 360 kg dan 270 kg untuk daerah perkotaan dan 320 kg, 240 kg dan 180 kg untuk daerah pedesaan (Arndt, Pembangunan dan Pemerataan, hal 58, 1987), maupun standar kelayakan dari BPS yang lebih melihat dari sisi pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) yaitu besarnya rupiah yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan non makanan atau lebih dikenal dengan garis kemiskinan makanan dan non makanan. pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) yaitu besarnya rupiah yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar
107 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
minimum makanan dan non makanan atau lebih dikenal dengan garis kemiskinan makanan dan non makanan. Penghasilan dari pekerjaan sebagai buruh tani jauh dari penghasilan standar atau UMR (Upah Minimum Regional) Kota Malang, ‟tidak tentu‟ itulah kata yang dilontarkan oleh hampir semua buruh tani jika ditanyai masalah besar penghasilan yang diperolehnya, ketidakpastian besar penghasilan yang diperoleh buruh tani membuat kehidupan buruh tani menjadi serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang serba mahal. Posisi buruh tani hanya menempati posisi bawah, posisi yang berada dibawah kekuasaan para majikan tempatnya bekerja, posisi tersebutlah yang membuat ketidakberdayaan buruh tani untuk melakukan protes terhadap majikan atas besarnya gajih yang diperolehnya. Ketidakjelasan besar penghasilan yang diperoleh buruh tani, salah satu alasan itulah yang menyebabkan jarang ditemuinya orang tua sekarang yang bekerja sebagai buruh tani mengharapkan anaknya untuk bekerja sama seperti pekerjaannya sebagai buruh tani. Akan tetapi di Desa Mayang karena sudah menjadi kebudayaan yang turun temurun dari bapak ke anaknya, seorang bapak yang bekerja sebagai buruh tani maka anaknya didapatkan juga bekerja sebagai buruh tani, bukan dikarenakan karena orang tua menginginkan anaknya bekerja yang sama menjadi buruh tani atau kemauan si anak untuk bekerja sebagai buruh tani akan tetapi memang strukturlah yang menyebabkan bekerja sebagai buruh tani, bentang alam Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember yang mayoritas bentangan lahan pertanian yang sangat luat, sangat minimal sekali Keadaan kemiskinanlah yang menjadi salah satu alasan utama masyarakat Desa Mayang untuk memilih menjalani pekerjaan sebagai buruh, tidak adanya
108 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pilihan lain selain bekerja di sektor pertanian sebagai buruh tani, minimnya fasilitas pendidikan di Desa Mayang juga akan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia, selain itu juga masalah permodalan, buruh tani tidak memeiliki modal untuk membuka usaha sendiri, tidak memiliki tanah sendiri menyebabkan buruh tani harus tunduk dan patuh terhadap semua kesepakatan kontrak kerja yang diperlakukan oleh majikannya, buruh tani dalam masalah kontrak pekerjaan tidak memiliki kekuasaan atau tidak memiliki proporsi dalam mengutarakan pendapatnya dalam kontrak pekerjaan yang dibuat majikannya. Buruh tani harus menerimanya apapun itu yang ditentukan majikannya, walaupun kontrak kerja tersebut memberatkan buruh tani itu sendiri. Dari isi kontrak kerja antara buruh tani dan majikannya berdasarkan hasil wawancara kami dengan beberapa buruh tani itu hampir sama antara kesepakatannya. Kesepakatan kerja tersebut kurang lebih isinya tentang: (1) menyangkut permodalan. semua modal mulai dari tanah, bebarapa jenis tanaman yang nantiya disemaikan di lahan (baik itu tanaman tembakau, padi ataupun jenis tanaman yag lainya), bahkan semua biaya-biaya yang brekaitan dengan permodalan semuanya majikan yang menanggungnya, disini buruh tani disuruh untuk merawatnya mulai dari tanaman yang masih berupa benih yang mau ditanam sampai tanaman tersebut siap untu dipanen, (2) menyangkut lamanya jam kerja setiap harinya yang menentukan adalah majikannya, jam kerja buruh tani di Desa Mayang ada yang bekerja mulai jam 6 (enam) sampai jam 10 (sepuluh), dan ada yang bekerja mulai dari jam 7 (tujuh) sampai jam 12 (dua belas), seminggu penuh mulai dari hari senin sampai minggu tidak dikenal hari libur, jadi buruh tani Di Desa Mayang hanya bisa libur jika dalam keadaan sakit dan keadaan lain yang membuat dia harus izin dari
109 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pekerjaannya, jika buruh tani izin tidak masuk kerja maka secara pasti akan berdampak kepada besar penghasilan yang diperolehnya nanti, penghasilannya akan dipotong oleh majikannya sebesar penghasilan dia ketika masuk kerja. Bahkan ada juga buruh tani walapun itu masuk kerja, walaupun dia datang ke lahan garapan, akan tetapi dia tidak melakukan pekerjaan sama sekali di lahan dan diketahui oleh majikannya, maka buruh tani tersebut tidak akan digaji oleh majikannya, (3) menyangkut besarnya penghasilan, besarnya penghasilan yang diperoleh buruh tani itu merupakan ketentuan dari majikaannya, buruh tani tidak berhak untuk menawar besar penghasilan yang ditenukaan majikannya, sehari mayoritas penghasilan yang diperoleh buruh tani di Desa Mayang ini rata-rata sebesar Rp 25.000,00. Apabila terdapat gagal panen karena serangan hama baik itu berupa walang sangit, tikus, olah tumbuk, pirus, dsb, maka secara pasti akan berdampak kepada besarnya penghasilan buruh tani sehingga besarnya penghasilan yang diperoleh kurang dari Rp. 25.000,00. Majikan tidak mau tau kerugian yang ditanggungnya dari serangan hama tersebut yang berupa walang sangit, tikus, olah tumbuk, pirus, dsb. Majikan melimpahkan bahwa kerugian gagal panen itu kerena akibat kesalahan buruh taninya yang tidak bisa merawat tanaman di lahan milik majikannya dengan baik, maka dengan keadaan ketidakberdayaan buruh tani membuat dirinya hanya bisa menerima saja apabila penghasilannya dipotong majikan karena gagal panen. Sebaliknya jika hasil panennya bagus dan melimpah ruah, lebih besar dari yang biasanya, disini majikanlah yang hanya bisa merasakaan keuntungan dari hasil panen yang berlimpah, walaupun dalam hasil panen yang berhasil dan melimpah tidaklah berdampak pada besarnya penghasilan yang diterima buruh tani, artinya
110 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
penghasilan yang diterimanya tetap sebesar Rp. 25.000,00 dan tidak memperoleh tambahan atau dapat dikatakan bonus. Jangankan menambah tambahan penghasilan, sekecilpun buruh tani tidak menerima tanaman dari hasil panennya. Ketimpangan yang dialami oleh majikan dan buruh tani di Desa Mayang sangatlah terlihat mencolok, buruh tani tidak mampu memberontak bahkan memprotes karena disini yang berkuasa penuh adalah majikan. Jika sedikitpun buruh tani melakukan protes atas kesepakatan kerja yang dibuat majikan maka majikan tidak segan-segan untuk memberhentikan ikatan kerja dengan buruh tani tersebut alias ‟memecatnya‟. Majikannya sangat mudah untuk memecat jika buruh taninya tidak tunduk pada aturan yang dibuatnya, hal ini karena majikan beranggapan bahwa masih banyak diluar sana orang yang siap menggantikan posisi sebagai buruh tani, yang membutuhkan penghasilan dari pekerjaan sebagai buruh tani. Berbeda halnuya dengan anggapan buruh tani, ia menganngap bahwa walaupun penghasilan yang diperolehnya sedikit, serta tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya, akan tetapi buruh tani tersebut masih matia-matian mempertahankan pekerjaannya sebagai buruh tani dan agar tidak dipecat oleh majikannya, karena dia beranggapan dia merupakan salah satu manusia yang masih beruntung karena masih bisa memperoleh pekerjaan walaupun hanya pekerjaan sebagai buruh tani, masih banyak diluar sana yang menganggur dan membutuhkan pekerjaan menjadi buruh tani. Serta alasan lain buruh tani mempertahankan pekerjaannya karena memang tidak memiliki keahlian lainselain buruh tani, disamping karena memang kebudayaan dari keadaan geografis dari bentang alam Desa mayang yang mayoritas lahan
111 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pertanian, juga disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh buruh tani di Desa mayang. Dari pemaparan data yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat bahwasanya beberapa buruh tani yang telah menjadi narasumber hampir semuanya mengutarakan kesengsaraan yang dialami di kehidupan sehari-hari sebagai buruh tani. Kepasrahannya dan ketidakberdayaan dirinya dalam menjalani kehidupan sebagai buruh tan, memang bukan suatu keinginan dari para buruh tani itu sendiri, semua manusia yang hidup di dunia tidaklah satupun yang menginginkan untuk hidup dengan serba kesengsaraan dan kekuraangan di segala hal, keterpaksaaan dari suatu keadaanlah yang menyebabkan sebagaian manusia yang hidup di dunia termasuk buruh tani harus terpaksa mengalami hidup di serba kesengsaraan dan kekurangan. Kesengsaraan dan kekurangan yang dialami buruh tani yang ada di Desa Mayang berawal dari kekurangan di sektor perekonomian keluarga, ketidakpastian dari penghasilan yang diperoleh buruh tani di Desa Mayang berdampak pada munculnya kesengsaraan-kesengsaraan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kekurangan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dirinya dan keluarganya, rendahnya tingkat kesehatan yang dimiliki buruh tani dan keluarnya, karena pekerjaan buruh tani merupakan pekerjaan yang tergolong dalam sektor informal membuat buruh tani tidak memperoleh jaminan kesehatan dari majikannya, sehingga jika buruh tani maupun salah satu dari keluarga buruh tani mengalami sakit maka tidak ada orang pun yang membantu mebiayai biaya sakitnya. Jika salah satu keluarganya sakit akan menyebabkan keadaan kesengsaraan dan kemiskinan yang dilami buruh tani semakin bertambah bahkan berlipat ganda, karena dari penghasilan yang sedikit
112 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
tersebut jika salah satu keluarganya sakit maka penghasilan tersebut dialihkan untuk mebiayai biaya berobat anggotanya yang sedang sakit. Jangankan diberi jaminan kesehatan dari majikannya, dijenguk ketika sedang sakit pun jarang bahkan tidak pernah dilakukan majikannya, malahan gajinya dipotong karena buruh tani tersebut tidak masuk kerja. Selain itu yang lebih parah lagi ada salah satu buruh tani di Desa mayang yang mengatakan bahwasanaya tidak hanya penghasilan yang sidikit saja yang diterima bahkan gajinya itu pernah dihutang oleh majikannya sendiri, sehingga pada saat jatuh tempo menerima gaji buruh tani ini tidaklah menerima penghasilan yang seharusnya diterima pada hari tersebut.. Sehingga pada hari tersebut terpaksa keluarga petani ini tidak makan, karena mau meminjam itu meminjam kepadasiapa, sedangkan sesama tetangganya saja juga mengalami kesengsaraan akibat bekerjanya hanya sebagai buruh tani. Jika disuruh memilih dan juka ada pilihan selain menjadi buruh tani, para buruh tani di Desa Mayang pasti berpindah profesi dan meninggalkan pekerjaan sebagai buruh tani, karena sebenarnya semua oreng yang bekerja sebagai buruh tani di dalam hatinya yang paling dalam mereka tidak menginkan untuk bekerja sebagai buruh tani. Karena posisi buruh tani merupakan posisi yang rendah, posisi yang tidak berdaya, posisi yang dekat dengan kemiskinan, bahkan posisi yang membuat dirinya sendiri dan keluarga sulit untuk keluar dari kekangan kemiskinan yang selalu dialaminya sehari-hari. Jika musim panas para buruh tani bekerja di bawah panasnya terik matahari, sedangkan pada musin penghujan buruh tani tetap bekerja dengan hujan-hujan. Bekal untuk makanpun para buruh tani di Desa Mayanag tidak
113 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
mendapatkan persediaan dari majikannya, melainkan membawa bekalnya dari rumahnya sendiri. Perlakuan sewenang-wenang yang dilakukan oleh majikan harus tetap dialami oleh buruh tani setiap harinya, hanya demi keluarga, istri dan anakanaknya di rumahlah yang menjadi semangat buruh tani untuk berjuang bekerja sebagai buruh tani. Tanpa semangat dari keluarga para buruh tani tersebut tidak akan sanggup untuk bekerja sebagai buruh tani yang sangatlah berat, pekerjaan yang dikerjaan sangatlah berat jika dibandingkan dengan penghasilan yang sedemikian sedikit. Jelas tidaklah cukup jika buruh tani di Desa Mayang hanya menggantungkan kehidupannya dari penghasilan yang dieroleh sebagai buruh tani, beberapa buruh tani mencari penghasilan tambahan di luar dari jam kerjanya sebagai buruh tani, pada waktu pagi sekitar jam 6 (enam) sampai jam 11 (sebelas) siang para buruh tani bekerja menggarap lahan milik majikannya, setelah pukul 11 (sebelas) atau puul 12 (dua belas) buruh tani mencari pekerjaan seadanya, yang penting pekerjaan tersebut dapat menambah penghasilannya, kebanyakan beberapa buruh tani di Desa mayang diluar jam kerjanya sebagai buruh tani, mereka mencari kayu untuk dijadikan sebagai usuk rumah, dalam pembuatan usuk rumah in buruh tani tidak bisa membuat dan menjualnya dalam waktu satu hari, dalam mebuat usuk perlu beberapa hari untuk menyelesaikan beberapa usuk, jika usuknya jadi dan laku untuk diijual, maka buruh tani bisa sedikit lega dan tersenyum karena satu usuk itu dijual sebesar Rp 25.000,00. Jika usuknya ini tidak laku-laku terjual maka dengan erpaksa para buruh tani harus banting tulang untuk mencari pekerjaan tambahan guna memperoleh tambahan penghasilannya, semua tawaran pekerjaan yang ditawarkan orang lain kepadanya, pasti diterimanya
114 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
asalkan pada saat tersebut tidak berbenturan dengan waktu bekerjanya di lahan dan pada waktu dimana buruh tani tidak sibuk dengan pekerjaan lain yang lebih penting. Berbagai kendala-kendala yang dialami oleh para buruh tani dan para petani miskin akan membuat mereka sedikit mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhannya , baik kebutuhan untuk bertani maupun kebutuhan sehari-harinya. Dengan keterbatasan tersebut terkadang para petani dan buruh tani malah kebutuhannya sendiri tidak tercukupi. Dengan modal yang tidak sedikit bagi mereka untuk mengurus, merawat, dan memelihara tanaman – tanaman yang mereka tanam tidak di imbangi dengan hasil yang memuaskan. Resiko gagal panen yang marak tersebut membuat petani kehilangan apa yang mereka rencanakan, harapkan, dan impikan. Terlebih lagi ketika panen tiba harga jual hasil panen yang tidak serupa dengan apa yang diharapkan dan tidak sesuai dengan tenaga yang mereka keluarkan. Fenomena seperti ini sudah tidak dapat di pungkiri lagi dalam kehidupan pekerja di sektor pertanian di Indonesia ini. Karena hal – hal tersebut membuat petani harus lebih lagi dalam berusaha sedemikian rupa untuk sebisa mungkin tidak mengalami gagal panen. Dengan di bantu yang namanya buruh tani pekerjaan tersebut setidaknya para pemilik tanah, atau petani penggarap tidak begitu keberatan dalam mewujudkan hal tersebut. Walaupun terkadang kenyataannya hasil panen masih belum bisa seperti yang mereka harapkan. Dalam kasus ini nantinya akan menimbulkan pemberdayaan tenaga kerja para buruh tani yang terkadang secara berlebihan. Seorang buruh tani biasanya memilih pekerjaan karena beralasan bahwa tidak ada pekerjaan lain, bisanya hanya bertani, karena sudah sejak kecil di ajari bertani, atau karena
115 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
terpaksa. Dengan alasan tersebut mereka dalam konteks ini seperti terpaksa bekerja di bidang pertanian dari pada mereka tidak bekerja. Tenaga para buruh tani menjadi tumpuan para pemilik tanah atau majikan. Sehingga dalam hal ini akan terjadi apa yang namanya eksploitasi. Eksploitasi yang terjadi pada buruh tani ini terjadi dengan halus, tidak terasa oleh para buruh dan mereka tidak sadar kalau pada kenyataannya mereka tereksploitasi. Karena menganggap sudah umum dan biasa yang terjadi seperti itu dikalangan masyarakat maka semua itu tidak akan menganggap bahwa mereka tereksploitasi. Tetapi ketika dikaitkan dengan teori Karl Max bahwa mereka dianggap tereksploitasi, yaitu ketika mereka bekerja dengan tambahan waktu sedangkan mereka tanpa mendapatkan upah tambahan dari majikannya. Ketereksploitasian para buruh tani tembakau tersebut terkadang kedua – duanya tidak menyadari hal tersebut, majikan tidak meresa mengeksploitasi dan buruh tani tidak merasa tereksploitasi. Dalam hal ini terjadi sebenarnya bisa di kategorikan sebagai bentuk ekspolitasi. Menurut karl max orang yang mempunyai modal akan berpeluang untuk melakukan eksploitasi kepada bawahannya walaupun terkadang tidak dirasakan. Dan orang yang ada di bawah seperti buruh tani tersebut yang menggantungkan hidupnya kepada pemiliki modal akan terpaksa bekerja walaupun terkadang mereka tereksploitasi tetapi mereka tetap melaksanakan pekerjaan itu dengan penuh lapang dada. Sifat fatalism biasa menghampiri pada diri buruh tani ini. Karl Max berpendapat bahwa eksploitasi yang terpadi pada buruh pada hal ini adalah buruh tani paksaan jarang berupa paksaan terangterangan akan tetapi malah berupa kebutuhan pekerja itu sendiri, yang kini dapat dipenuhi dengan kerja upahan. . Marx percaya bahwa buruh harus taat dan
116 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
mematuhi syarat-syarat yang dibuat oleh para kaum kapitalis yang ditawarkan kepada mereka. Hal tersebut yang terlihat pada penelitian kami di desa Mayang kabupaten Jember pada sektor pertanian terutama tembakau. Eksploitasi yang terjadi atau terlihat pada buruh tani di desa Mayang adalah pengupahan buruh tani yang tidak sesuai harapan pra buruh tani dengan tenaga yang telah di keluarkan, penambahan jam kerja yang tidak di imbangi dengan penambahan upah, jaminan kesehatan yang rendah dan lain – lain. Dalam hal kesehatan buruh tani tersebut majikan tidak punya urusan karena majikan hubungannya Cuma memberi upah saja. Selain itu urusan tentang buruh tani sudah urusannya sendiri. Jika sakit buruh tani mengeluarkan uang sendiri untuk berobat, walaupun hasil pas – pasan kesehatan juga harus di jaga. Tidak sedikit para buruh tani ketika sakit hanya mencegahnya dengan obat – obat toko atau mengobatinya dengan obat – obatan tradisional. Karena jika harus ke dokter biaya yang di keluarkan akan bertambah banyak. Belum lagi ketika panen melimpah jarang para majikan memberikan bonus kepada para buruh tani sebagai jasanya. Dari pemikiran Marx, kaum buruh sangatlah di pahami dalam menjaga keuntungan kapitalis, artinya bahwa pemanfaatan tenaga kerja buruh akan membantu dan menguntungkan kaum kapitalis. Karena sesungguhnya seorangburuh tersebut menjadi obyek untuk di eksploitasi, di perdayagunakan dan di perlakukan tidak adil oleh kaum kapitalis seperti upah yang rendah, jam kerja yang panjang, sehingga hak – hak para buruh terampas. Hal ini terjadi karena lemahnya kaum buruh untuk memberontak kaum kapital karena mereka menggantungkan hidupnya kepada kaum kapital. Kalau mereka tidak tunduk dan patuh kepada kaum kapital, kelangsungan hidup kaum buruh akan terganggu. Itu pendapat Max tentang buruh secara umum, dalam hal
117 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
ini tidak jauh beda dengan buruh tani yang ada. Buruh tani berfikir yang penting diamendapatkan penghasilan walaupun terkadang sulit untuk mencukupi kebutuhan sehari – harinya. Kebutuhan sehari – hari dengan kebutuhan pokok yang meningkat, membuat para buru tani juga harus berusaha untuk memenuhinya. Hal tersebut terlihat jelas stratifikasi antara buruh tani dan majikannya di dalam masyarakat desa Mayang. Majikan memiliki stratifikasi lebih tinggi karena mereka memiliki modal dan terkadang di segani dalam masyarakat. Sedangkan buruh tani memiliki stratifikasi lebih rendah karena mereka tidak punya modal yang dimiliki. Stratifikasi Sosial secara umum memiliki arti perbedaan masyarakat atas lapisan-lapisan (kelas-kelas secara bertingkat), yang mana kelas tersebut dapat terbentuk karena tergantung sedikit banyaknya jumlah sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Misalnya, Jika masyarakat lebih menghargai materi, maka kelas yang paling tinggi adalah orang-orang yang dapat mengumpulkan materi sebanyak mungkin, sedangkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki materi apa-apa berada pada kelas paling bawah. Di desa Mayang tersebut kepemilikan tanah yang dianggap berharga, ketika seseorang memiliki tanah yang dimaksud adalah ladang luas maka dia yang memiliki stata atas yaitu pemilik tanah dan majikan yang bisa mempekerjakan orang. Sedangkan mereka yang tidak punya tanah menempati strata di bawah yaitu buruh tani yang menggantungkan hidupnya pada majikan atau pemilik tanah. Sehubungan dengan status sosial dan ekonomi penduduk di Desa Mayang, mayoritas penduduknya memang menekuni sektor pertanian dan perkebunan. Dari pertanian dan perkebunan ini nampaknya stratifikasi sosial dapat kita soroti.
118 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Stratifikasi yang terjadi pada hubungan kerja yaitu terbagi menjadi dua yaitu majikan atau petani pemilik dan buruh tani. Kedua kelas ini yang pasti memiliki kepentingan dan kebutuhan masing-masing. Pada buruh tani di Desa Mayang ini segala kepentingannya yaitu memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Seperti yang dikatakan oleh informan pak Sunarto; “Satu keluarga tedapat lima orang yang tinggal disini yaitu saya, istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan anak saya ada tiga, perempuan semua. Yang dua sudah menikah ikut suaminya diluar kota dan yang paling kecil masih kelas dua Sekolah Dasar.Anak yang paling kecil ini suka sekali jajan mbak. Selalu minta uang kepada saya terkadang istri saya pada saat saya bekerja lembur, setiap hari mau berangkat sekolah dan setelah pulang sekolah. Dan setiap sore hari anak yang paling kecil ini selalu minta jajan seperti ice cream, susu, roti dan sebagainya.” Namun di sisi lain kebutuhan yang harus terpenuhi ini oleh para buruh tani tembakau di rasa sulit atau susah untuk di penuhi. Hal ini dikarenakan upah kerja yang diterima minim dan masih jauh dari terpenuhinya kebutuhan keluaga. Maka tidak heran jika para buruh tani di dusun ini lebih memprioritaskan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi adalah kebutuhan makan. Bisa makan untuk hari ini saja, merupakan sesuatu yang sangat berharga dan patut di syukuri. Sehingga mereka banyak yang tidak terlalu melihat pada kebutuhan lainnya seperti terpenuhinya kebutuhan sandang. Pemberian upah yang minim yang dirasa sangat kurang oleh buruh tani dan tidak sesuai dengan kinerja mereka. Buruh tani merasa kurang dengan upah yang diberikan. Kebutuhan hidup keluarga masih jauh dari terpenuhinya kebutuhan tersebut. Keuntungan semua dinikmati oleh majikan mereka. Setiap
119 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
kali lembur buruh tani tidak mendapatkan bonus atas kinerjanya tersebut. Seperti yang pada dialog indept interview berikut; “ya upahnya tiap hari mbak. Perhari itu ya kadang 20.000 kadang juga 25.000. kalau dapat upahnya itu tiap panen ya gak nyukupi mbak. Iya kalau hasil panennya bagus, kalau tidak itu yang menyusahkan kita sebagai buruh tani.” Selain itu bantuan berupa jaminan kesehatan atau sekedar bantuan dalam berobat pun dari majikan tidak ada. Bahkan majikan pun tidak memberikan kebutuhan minum atau jajanan saat para buruh tani ini bekerja di ladang. Seperti yang di ungkapkan oleh informan berikut; “Pak taufik itu sosok yang jahat, kalau memberi upah itu tidak setiap hari mbak. Meskipun melihat saya ada di lahan ya di biarkan saja, jangankan ngasih upah bisa tiap hari, ngasih makanan atau air minum saja tidak pernah. Walaupun saya sakit ya nggak dijenguk. Di kasih uang untuk membeli obat saja tidak. Selain itu kalau hari raya nggak dikasih apa-apa ya hitung-hitung buat THRan.” Di samping itu ketika panen, maka keuntungan dari hasil panen hanya akan dinikmati oleh majikan saja. Sedangkan buruh tani hanya mendapat upah dari kerja sehari harinya tersebut. Tidaka ada bonus bagi para buruh tani ini. hal ini tercantum dari hasil indept interview berikut; “ya nggak pernah. Kalaupun mereka dapat panen melimpah ya mereka tak akan memberikan bonus pada buruhnya mbak, kan upah yang diberikan saja sudah tiap hari.” Katidak adanya bonus ini juga terlihat pada percakapan berikut, dari pihak majikan atau petani pemilik; “tapi ya gitu upah buruh tani kan jadi berkurang mas, kalaupanen bagus biasanya 30 ribu per hari, lha kalau jelek ya paleng dapet 20 sampek 25 ribu mas sehari”
120 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Kerugian atau tidak sesuainya antara tenaga kerja yang dikeluarkan dengan upah kerja rupanya tidak hanya pada upah yang diberikan oleh majikan, akan tetapi waktu buruh tani untuk berkumpul bersama keluarga banyak tersita oleh pekerjaan mereka. Sepeti yang terlihat pada percakapan berikut; “Tapi kerugian yang saya alami ya.. gak bisa kumpul sama anak istri saya mbak. Bisanya Cuma waktu malem hari saja. Terkadang itupun anak saya sudah tidur mbak. “ Dari beberpa bentuk eksploitasi tersebut menyiratkan beberpa gejala yang menunjukkan adanya kelas sosial di antara mereka. Kelas tersebut yaitu kelas Majikan atau petani pemilik dan buruh tani. Hubungan kerja keduanya berjalan secara tidak seimbang. Artinya dalam era kapitaslime seperti saat ini, majikan banyak melakukan eksploitasi terhadap para buruhnya. Eksploitasi tersebut diwujudkan dengan adanya penyerapan tenaga kerja yang maksimal dan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya serta menikmatinya secara pribadi. Sedangkan buruh harus bekerja keras namun mendapatkan upah yang tidak seimbang dengan kinerjanya itu. Hal ini mengakibatkan para buruh tani ini keteteran dalam memenuhi kebutuhan hidup khususnya kebutuhan makan seharihari dan biaya sekolah anak. Ini dikarenakan antar kelas tersebut memiliki kepentingan masing-masing. Majikan yang menuntut untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya, sedangkan para buruh membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup meskipun upah yang diberikan cukup minim atau tidak seimbang dengan kinerjanya.
121 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
IV. 3. Konstruksi Sosial Buruh Tani Terhadap Eksploitasi yang Dilakukan Oleh Majikan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konstruksi sosial buruh tani terhadap eksploitasi dari Pengusaha Tembakau di Desa mayang kab. Jember. Penjelasan ini diperolah dari hasil wawancara baik kepada informan subyek yaitu para buruh tani, informan non subyek yaitu orang-orang yang mengetahui berbagai hal mengenai buruh tani seperti tetangga dan juga saudara, dan juga kepada informan kunci yaitu mereka yang mengetahui banyak hal terkait kegiatan pertanian baik kegiatan pertanian yang dilakukan oleh buruh tani maupun pemilik lahan, dalam hal ini yang kami jadikan sebagai informan kunci yaitu ketua kelompok tani, dan perangkat desa di Desa Mayang. Dari berbagai bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh para pemilik lahan pertanian terhadap para buruh tani yang telah dijelaskan diatas, seperti sistem kerja kontrak bagi para buruh tani, gaji buruh tani yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup satu hari saja padahal tidak setiap hari mereka bisa bekerja, adat kebiasaan masyarakat di desa Mayang yang melarang para buruh tani ikut bergabung di organisasi kelompok tani untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terkait masalah pertanian, tidak adanya jaminan kesehatan bagi buruh tani dari para majikannya padahal pendapatan buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tersebut masih kesulitan, tidak adanya bonus (reward) dari pemilik lahan pertanian kepada buruh tani jika hasil panennya melimpah padahal hasil panen yang melimpah tersebut disisi lain karena pekerjaan buruh tani yang bagus sehingga hasilnya pun bagus namun jika pekerjaan dari buruh tani tersebut jelek dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemilik lahan
122 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
pertanian, buruh tani tersebut akan dimarahi bahkan disuruh bekerja lagi memperbaiki kesalahannya, kemudian jatah makan yang diberikan kepada buruh tani hanya satu kali saja dalam sehari yaitu di pagi hari saja sementara untuk siang hari selepas bekerja para buruh tani tersebut tidak diberikan jatah makan siang, kemudian menu makan siang juga tergantung pemilik lahan pertanian yang terkadang tidak disukai oleh para buruh tani. Sietem kerja yang ada di desa Mayang selain sistem kerja kontrak juga dikenal dengan istilah sistem kerja “Matun”, sistem kerja ini pada hakikatnya merupakan sebuah sistem kerja bagi hasil dimana pembagian keuntungannya ditentukan oleh “kesepakatan” bersama dari hasil musyawarah, namun kata “kesepakatan” di sini perlu digaris bawahi sebab secara fomal merupakan sebuah kesepakatan akan tetapi masih sangat mengeksploitasi para buruh tani. Hal tersebut diakibatkan karena para buruh tani seakan tidak memiliki kewenangan untuk ikut andil dalam menentukan hasil kesepakatan sehingga sistem bagi hasilnya sebagian besar yaitu dari hasil panen satu perlima untuk buruh tani, sementara empat perlima untuk pemilik lahan pentanian. Dalam hal ini akan kita kupas satu persatu konstruksi sosial para buruh tani terkait bentuk-bentuk eksploitasi yang telah dijelaskan diatas dan juga telah diuraikan panjang lebar pada sub-bab sebelumnya. Pertama akan kita bahas konstruksi sosial buruh tani dalam menyikapi bentuk eksploitasi sistem kerja kontrak yang diterapkan di desa Mayang kepada para buruh tani. Para buruh tani tersebut merasa bahwa sistem kerja kontrak merupakan suatu hal yang biasa dan wajar sekali dilakukan. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan disektor pertanian memang tidak membutuhkan tenaga kerja setiap hari sebab hanya waktu-waktu
123 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
tertentu saja yang lahan pertanian perlu diolah. Ketika masa menunggu, para buruh tani tersebut mungkin hanya diperkerjakan untuk memperbaiki pematang sawah, mencabuti rumput, menyemprot tanaman dengan pestisida, memupuk, mengairi dan sebagainya yang itu pun juga tidak dilakukan setiap hari. Jadi intinya buruh tani di desa Mayang menganggap bahwa sistem kerja kontrak merupakan sistem kerja yang sudah sesuai dan wajar dilakukan walaupun akibatnya mereka tidak bisa bekerja setiap hari dan otomatis juga tidak bisa mendapatkan penghasilan setiap hari dari sektor pertanian, sehingga mereka harus melakukan strategi survival agar tetap bisa bertahan hidup ketika mereka menganggur terutama ketika masa menunggu. Ini adalah potongan hasil wawancara yang kami lakukan kepada informan terkait penjelasan di atas. 1. Informan Subyek: A: Terus kalau bapak tidak bisa bekerja setiap hari begitu bapak dapat penghasilan dari mana? B: Ya begini Mas, istri saya kan juga bekerja di pabrik cengkeh, ya.. itu bisa menambah penghasilan bapak, A: Owh begitu ya Pak, terus menurut bapak sistem pertanian yang berlaku di sini, maksudnya gini pak, kan buruh tani di sini itu tidak bisa bekerja setiap hari, itu menurut bapak adil gak? Kan akhirnya gak bisa dapat penghasilan setiap hari? B: Ya... mau gimana lagi Mas, kalau bekerja setiap hari, kalau gak ada yang menyuruh bekerja ya tidak bisa, kan sawah itu tidak perlu digarap setiap
124 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
hari, kalau tidak ada yang dikerjakan ya tidak disuruh bekerja Mas, memang seperti ini A: Owh,,, jadi itu sudah biasa ya Pak? B: Iya, memang seperti itu Mas, sudah biasa itu 2. informan Non-Subyek A: Jadi bekerjanya tidak setiap hari ya Bu, B: Iya A: Itu apa tidak merugikan buruh taninya ya Bu, kan kalau lagi tidak bekerja buruh taninya itu tidak mendapatkan penghasilan? B: Ya memang begitu Mas, kalau bekerja setiap hari gak bisa Mas di sektor pertanian, kan memang di bekerjanya itu kalau pas ada yang di garap, kalau gak ada ya masak harus bayar buruh. A: O... gitu ya Buk 3. Informan Kunci A: Jadi begitu ya Pak, kemudian kalau, itu kan namanya sistem kintrak, apa gak merugikan buruh tani Pak? B: Ya engak Mas, kalau bekerja setiap hari malah merugikan pemilih lahannya, kan gak ada yang dikerjakan di sawah, kalau masa menunggu seperti ini mungkin yang dikerjakan Cuma kalau ada gelengan yag rusak A: Galengan itu apa Pak?
125 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Emmm... itu jalan di sekitar ladang, emmm... pematang sawah, iya, pematang sawah, terus selain memeperbaiki pematang sawah juga memupuk, mencabut rumput, menyemprot hama, mengairi kalau pas musim kemarau, ya begi Mas A: Terus pernah gak pak buruh tani di sini protes karena sistem kerja kontark ini? B: Ya.. tidak pernah Mas, memang begitu kan Mas sistem kerja pertanian di sini, gak pernah ada yang protes, sudah biasa itu mas
Selanjutnya untuk pemberian upah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga buruh tani selama sehari, para buruh tani tersebut mengangap bahwa hal itu merupakan suatu hal yang wajar, umum dilakukan, dan memang seharusnya begitu. Mereka tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk menuntut kenaikan gaji karena pendapatan sebesar itu dirasa sudah “pas” dan mereka merasa harus bersyukur mendapatkan upah sebesar itu. Meraka merasa bahwa bekerja sebagai buruh tani memang layak mendapatkan gaji 20 ribu sampai 25 ribu setiap harinya karena menurut mereka kalau ingin mendapatkan gaji yang besar harus mengganti pekerjaan bukan sebagai buruh tani melainkan bekerja dikantoran. Jadi menurut mereka bekerja sebagai buruh tani yang memeng merupakan masyarakat kelas bawang memang sudah layang mendapatkan upah sebesar itu, mereka tidak mau menuntut lebih karena hal itu dirasa sudah layak dan mereka harus bersyukur karena mereka takut mendapatkan dosa jika tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Walaupun sebenarnya belum
126 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup namun mereka yakin Tuhan akan memberikan rizki untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka yang tidak disangkasangka datangnya asalkan mau berusaha dan berdo‟a. Pernyataaan diatas di dukung dari cuplikan hasil indepth interview yang kami lakukan kepada para informan. 1. Informan Subyek A: Bapak penghasilannya berapa Pak? B: 25 ribu Mbak sehari, A: Itu sudah cukup ta Pak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? B: kalau dibilang cukup belum Mbak, karena kadang juga kalau pas tidak ada pekerjaan ya tidak dapat penghasilan A: Bapak apa tidak ingin meminta supaya gajinya dinaikkan Pak? B: Ya.. tidak Mbak, itu sudah umum di sini Nak, dulu sebelum bensin naik malah 20 ribu perhari, sekarang menjadi 25 ribu, tapi masih ada juga yang 20 ribu tergantung pekerjaannya Mbak, kalau Cuma mengairi sawah begitu ya 20 Mbak A: Owh... jadi itu sudah pas begitu ya Pak upahnya segitu? B: Sudah pas Mbak, ya walaupun kurang kita harus bersyukur, bapak gak neko-neko minta gaji yang tinggi, kalau pengen gaji yang tinggi ya bekerja di kantoran (tertawa)
127 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
A: hahaha... Iya Pak, terus ketika tidak bekerja bapak dapat penghasilan dari mana? B: kalau tidak bekerja ya tidak dapat penghasilan Mbak, tapi kebetulan anak saya bekerja di Surabaya di bangunan, buruh bangunan A: owh begitu ya Pak B: Iya, gusti Allah mensti memberi jalan, ngasih rejeki yang tidak disangka-sangka, pasti ada rejeki yang penting mau berusaha, kalau nuntut terus gak bersyukur menyalahi takdir malah dosa Mbak A: Iya Pak 2. Informan Non-Subyek A: Buruh tani di sini pernah menuntut kenaikan gaji begitu atau tidak Bu? B: Gak pernah Mas, di sini upah buruh tani ya umumnya segitu, udah umum itu jadi ya gak ada yang nuntut A: owh begitu ya Bu, 3. Informan Kunci A: Dengan gaji 20 ribu itu apakah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup buruh taninya Pak, padahal kan tidak setiap hari bekerja? B: Ya cukup Nak, karena di sini kan lahannya luas kalau tidak bekerja di satu lahan dia bisa bekerja di lahan yang lain, jadi sminggu itu itu libut Cuma sekitar 3 hari sinyanya mereka bekerja, rata-rata begitu A: Terus mereka apakah tidak pernah menuntut kenaikan gaji begitu Pak?
128 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Gak ernah Nak, memang segitu umumnya penghasilan di sini, jadi ya itu sudah wajar, kalau nuntut ya malah diangap aneh Nak A: Owh begitu ya Pak.
Selanjutnya adalah konstruksi sosial buruh tani dalam menyikapi adat kebiasaan masyarakat setempat yang secara implisit melarang para buruh tani untuk
ikut
serta
bergabung
dalam
organisasi
kelompok
tani
untuk
mengembangkan ilmu pengetahuannya terkait masalah pertanian agar bisa mengembangkan usahanya baik dengan teknik pertanian terbaru maupun penerapan teknologi pertanian terbaru agar kualitas dan kuantitas hasil pertanian bisa lebih tinggi. Para buruh tani tersebut meresa bahwa mereka memang tidak pantang ikut bergabung dalam organisasai kelompok tani yang diikuti oleh para pemilik lahan pertanian. Mereka beranggapan bahwa yang pantas mengikuti kelompok tani hanyalah mereka yang memiliki lahan pertanian sementara yang buruh tani tidak ada gunanya mengikuti organisasi kelompok tani sebab mereka merasa berada di kelompok lapisan bawah yang tidak perlu pengembangkan ilmu pengetahuannya terkait masalah pertanian sebab mereka hanya nurut kepada perintah majikannya apa yang harus dikerjakan. Jadi mereka tidak merasa sedikitpun
perlu
merubah
nasib
mereka
sebagai
buruh
tani
dengan
mengembangkan pengetahuannya terkait masalah pertanian, padahal dengan mengikuti program-program yang diberikan oleh pemerintah terkait penyuluhan pertanian, subsidi pertanian, pelatihan-pelatihan dan sebagainya yang disalurkan melalui kelompok tani bisa memotivasi mereka untuk bekerja tidak hanya sebagai
129 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
petani melainkan bisa menjadi petani pemilik dengan cara-cara yang diajarkan lewat organsasi tersebut. Para pemilik lahan pertanian secara implisit melarang para buruh tani untuk ikut bergabung dalam organisasi kelompok tani mungkin karena mereka takut jika para petani sadar bahwa mereka tereksploitasi dan mereka melakukan sebuah gerakan untuk menentang itu semua, atau bahkan mereka takut jika para buruh tani mengetahui cara-cara agar sukses bertani dan merubah nasib buruh tani menjadi petani pemilik sehingga para pemilik lahan pertanian tersebut takut jika tenaga kerja dari buruh tani yang mau bersedia dibayar murah hilang semua dan tidak mau lagi dibayar murah. Ini adalah bukti potongan hasil indepthinterview dari uraian di atas; 1. Informan Subyek A: Bapak apakah ikut bergabung di organisasi kelompok tani di sini? B: Ya enggak Dek, itu kan cuma untuk orang yang punya sawah A: Owh... begitu ya pak, jadi buruh tani di sini dilarang ikut bergabung begitu ya Pak? B: Sebenarnya gak ada yang melarang Dek, tapi ya memang yang bergabung di kelompok tani di desa ini hanya yang punya sawah saja, ya kami walaupun tidak dilarang ya gak ikut lah Dek A: Terus kalau begitu kenapa para buruh tani kok tidak membentuk organisasi sendiri begitu Pak? B: Ya.. buat apa Dek, kami kan buruh tani buat apa bikin kelompok tani, kami ya cuma bekerjanya kan tinggal nurut perintah dari yang nyuruh kami saja,
130 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
kalau diperintah bajak sawah ya bajak sawah, diperintah memupuk ya memupuk, begitu Dek A: Jadi gak perlu ya pak ikut organisasi begitu Pak? B: Ya gak perlu Dek 2. Informan Non-subyek A: Pak, di sini buruh tani itu apa juga ikut gabung di kelompok tani? B: Kalau di sini yang ikut bergabung yang punya lahan pertanian saja Mas, karena kan program-program dari kelompok tani itu untuk mengembangkan usaha pertanian bagi pemilik lahan pertanian jadi buruh taninya tidak perlu ikut A: kalau program-program pertaniannya itu sendir apa aja Bu? B: Ya kayak pengenalan bibit baru, pengenalan pupuk baru, penenalan teknik pertanian baru, dan juga pengenalan alat-alat pertanian baru, intinya cara-cara atau kiat-kiat sukses bertani, dan kadang ya sosialisasi terkait program pemberdayaan dari pemerintah masalah peranian begitu Mas, A: Owh begitu.. 3. Informan kunci A: Kalau buruh tani di sini ikut bergabung juga atau tidak Pak? B: kalau buruh taninya tidak Mbak, Cuma yang punya ladang sawah saja, tapi buruh tani yang juga punya ladang sawah ikut bergabung juga, kan ada juga di sini pemilik lahan pertanian tapi sempit dia juga bekerj sebagai buruh tani, kalau itu gabung Mbak
131 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
A: O... begitu ya Pak, jadi kalau yang gak punya lahan gak boleh gabung ya Pak? B: Bukannya gak boleh Mbak, tapi ya.. di sini adat kebiasaannya yang gabung Cuma pemilik lahan pertanian saja
Kemudian konstruksi sosial para buruh tani di Desa Mayang terkait tidak adanya jaminan kesehatan yang diberikan dari pemilik lahan pertanian kepadanya. Para buruh tani di desa Mayang menganggap bahwa para pemilik lahan pertanian yang merupakan majikannya tidak memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan kesehatan bagi dirinya. Jika mereka sakit sudah sewajarnya mereka mengobati dirinya sendiri untuk pengobatan. Mereka merasa para pemilik lahan pertanian yang notabennya orang dari kelas ekonomi atas hanya memiliki kewajiban untuk “menolong” misalkan dengan mmberikan pinjaman uang, memberikan pinjaman sepedah motor untuk kendaraan menuju tempat berobat dan juga berkewajiban menjenguk sebagai bentuk rukun tetangga. Akan tetapi jika berkaitan dengan biaya pengobatannya, para buruh tani merasa bahwa biaya pengobatan bukan merupakan kewajiban dari majikannya akan tetapi merupakan kewajiban masing-masing keluarga yang sakit. Para buruh tani tersebut harus berusaha sendiri membiayai pengobatan dari keluarganya yang sedang sakit sebagai bentuk tanggung jawab sebagai satu keluarga. Ini adalah potongan hasil indepth interview yang berhasil kami peroleh; 1. Informan Subyek
132 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
A: Bapak
apakah mendapat jaminan kesehatan dari pemilik lahan
pertanian tempat bapak Bekerja? B: Maksudnya Mas? A: maksudnya kalau bapak atau keluarga bapak sakit apakah pemilik lahan pertanian tempat bapak bekerja itu memberikan biaya pengobatannya begitu Pak? B: Ya enggak lah Mas, kalau biaya pengobatan itu ya keluarga sendiri yang nanggung A: Menurut bapak, majikan bapak itu perlu gak menanggung biaya pengobatan seperti itu? B: Kalau menurut saya ya keluarga sendiri yang memiliki kewajiban untuk menanggung keluarganya yang sedang sakit, kalau majikan bapak kewajibannya ya menolong, kalau misalkan tidak punya uang untuk biaya pengobatan meminjami uang begitu, kemudian meminjami kendaraan untuk berobat bagi yang tidak punya kendaraan. A: Jadi intinya yang berkewajiban menanggung biaya pengobatan itu keluarga sendiri ya Pak? B: Ya iya, namanya saja keluarga, mau siapa lagi kalau bukan keluarganya A: Owh Iya Pak B: kalau tetangga ya kewajibannya menjengun, terus kebiasaan masyarakat di nisi sambil membawakan oleh-oleh begitu
133 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
A: Iya Pak 2. Informan Non-Subyek A: Pak di sini buruh tani itu diberikan asuransi kesahatan atau tidak pak sama atasannya, maksudnya atasannya tempat dia bekerja? B: asuransi kesehatan, kayak diobatkan ketika sakit begitu ya Mbak? A: Iya Bu, B: Kalau di sini buruh taninya ya mayoritas berobat sendiri, kadang ada juga pemilik sawah itu yang baik dan membantu membiayai pengobatannya, tapi itu jarang sekali, nah yang baik itu ya pemilik sawah depan rumah Ibu ini, dia baik banget, pernah buruh tani samping rumah ibu ini sakit tipes, kemudian dikasih hutang dan di suruh bayar pakai tenaganya separoh saja, yang separoh dia iklaskan, kalau menurut ibu ya Cuma orang di depan rumah Ibu ini yang baik baik, orangnya ganteng... hahaha (tertawa), sarjana, baik pisan... A: hahaha.. Iya Bu, jadi jarang ya bu yang memberikan biaya kesehatan begitu? B: Iya, seumur hidup Ibu di sini, ibu Cuma melihat pak Amar ini yang baik banget 3. Informan kunci A: Emmm... kalau di sini itu buruh tani diberikan jaminan kesehatan gak Pak sama majikannya? B: gak ada Mas di sini jaminan kesehatan dari majikan seperti itu
134 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
A: Oh... memang gak ada ya Pak? Jadi kalau buruh tani sakit biaya sendiri ya Pak? B: Iya biaya sendiri, ditanggung keluarganya sendiri A: Terus, kan para buruh tani di sini kan mayoritas dari keluarga dengan keadaan ekonomi menengah kebawah B: Bisa di bilang orang miskin A: Iya Pak, nah itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit, bagaimana dengan biaya kesehatannya, biaya berobat begitu pak? B: Ya... kalau di sini itu biasanya hutang sama orang yang dirasa mampu, kemudian bisa dbayar dengan tenaga dengan cara cicil begitu, kalau Cuma berobat ke puskesmas di sini kan murah Mas, sudah ada jaminan kesehatan, jadi cukup membayar 5 ribu saja, biasanya kalau yang sampai hutang dan perlu biaya besar itu kalau yang sakitnya berat. Kalau Cuma batuk, pilek, panas begitu ya cukup ke puskesmas. A: Owh... begitu ya Pak Kemudian konstruksi sosial masyarakat terhadap perlakuan mejikan yang tidak memberikan “reward” atau bonus kepada para buruh tani ketika hasil panen melimpah padahal sebenarnya hasil panen yang melimpah tersebut tidak terlepas dari pekerjaan yang bagus dari para buruh tani, sementara itu jika pekerjaan dari buruh tani itu buruh (kurang baik) para pemilik lahan pertanian tersebut akan memarahi buruh tani bahkan menyuruh mereka bekerja lagi memperbaiki kesalahannya tanpa dibayar. Para buruh tani tersebut memaklumi perlakuan yang
135 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
mereka terima dari para pemilik lahan pertanian, mereka meresa bahwa mereka sudah menjadi tanggung jawab mereka bekerja dengan baik karena mereka sudah dibayar, jika hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan majikan, mereka mereka sadar dan menerima jika disuruh bekerja lagi untuk memperbaiki kesalahannya. Lalu ketika pekerjaannya bagus dan hasil panennya melimpah, para buruh tani tersebut tidak berharap untuk diberi bonus (reward) sebab mereka sudah dibayar sebelumnya untuk bekerja dengan baik, dan jika hasilnya melimah menurut mereka bukan karena pekerjaan mereka yang bagus namun karena takdir dari Tuhan semata. Sehingga menurut menera majikan trsebut harus bersyukur kepada tuhan dan biasanya dengan mengadakan acara selamatn syukuran untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan. Para buruh tani tersebut sudah merasa sangat puas jika majikannya bersedia mengadakan acara selamatan walaupun ia hanya mendapatkan satu ember makanan. Berikut ini adalah bukti potongan dari hasil indepth interview yang kami dapatkan untuk mendukung pernyataan di atas; 1. Informan Subyek A: Pak, biasanya kalau misalkan pekerjaan bapak tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh majikan bapak, seperti pekerjaannya salah begitu bapak apakah mendapatkan sanksi, maksudnya akibat yang bapak tanggung B: Biasaya kalau pekerjaan saya salah majikan ya menegur saya terus memberi tahu kesalahan saya, ada juga yang sambil marah-marang begitu, kemudian ya saya di suruh memperbaiki A: Itu kalau pas di suruh memperbaiki itu dibayar lagi atau tidak Pak?
136 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Ya.. enggak Mas, kan memang karena kesalahan saya, A: Owh begitu ya Pak, terus kalau misalkan ya pak, pekerjaan bapak kan bagus terus hasil panennya dari majikan bapak itu melimpah, bapak diberi bonus atau tambahan upah begitu gak Pak? B: Kalau tambahan upah ya gak ada, biasanya kalau hasilnya melimpah itu mereka mengadakan acara tasyakuran, kayak semacam selamatan begitu, ya saya di kasih brekat satu marang begitu A: Satu marang itu seberapa Pak? B: Ya satu ember begitu, brekat itu lho Mas... A: Owh iya Pak, jadi bapak Cuma di kasih brekat ya pak? B: Ya... itu saya sudah senang, karena sebetulnya panen yang melimpah itu karena gusti Allah bukan karena pekerjaan saya A: Iya Pak... 2. Informan Non-Subyek A: Kalau di sini misalkan hasil panennya melimbah begitu, buruh tani mendapatkan tambahan semacam bonus begitu atau tidak Pak? Ya kayak diberi tambahan uang atau hasil panen begitu Pak? B: Biasanya ya selamatan begitu Mbak, terus mereka di kasih nasi brekat begitu, kalau tambahan uang atau hasil panen ada juga yang ngasih tapi jarang Mbak... A: Owh begitu ya Pak...
137 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
3. Informan Kunci A: Pak kalau misalkan buruh tani membuat kesalahan dalam bekerja begitu sama majikannya di marahi atau tidak Pak? B: Ya ditegur begitu Mbak, dikasih tahu kalau salah kmudian disuruh memperbaiki seperti itu A: Terus kalau misalkan hasil panennya melimpah mereka dikasih bonus atau tidak Pak? B: Ya kalau melimpah ada juga yang ngasih bonus beberapa, majikan yang baik-baik itu mensti memberi bonus, tapi ya kalau yang gak baik ya gak di kasih Mbak A: Kira-kira banyak yang ngasih gak Pak? B: Emmm... kalau sebagian besar ngasihnya itu dalam bentuk makanan, kayak nasi brekat begitu, kan setiap panen di sini tradisinya mesti mengadakan selamatan jadi ya semua tetangga tetangganya di kasih brekat, termasuk buruh taninya. Tapi kalau bonus selain brekat banyak yang gak di kasih Mbak
Selanjutnya adalah konstruksi sosial buruh tani dalam menyikapi pemberian makanan yang hanya satu kali ketika bekerja yaitu sarapan saja, sementara untuk makan siang selepas bekerja harus mencari makan sendiri dan juga menumakanan yang diberikan tergantung pemilik lahan pertanian yaitu majikannya dan terkadang menu makanannya merupakan menu makanan yang tidak disukai oleh buruh tani sehingga mereka makan dengan keadaan terpaksa
138 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
atau bahkan tidak memakan makanan tersebut. Buruh tani di Desa Mayang menganggap bahwa pemberian jatah makan yang hanya sekali yaitu sarapan saja merupakan suatu adat kebiasaan yang sudah lumrah dilakukan di daerah setempat. Untuk makan siang mereka harus makan di rumah masing-masing atau ketika istri dari buruh tani sedang bekerja di pabrik tembakau, mereka harus mengurangi sebagian pendapatannya untuk membeli makan siang. Dalam kondisi yang sangat lelah selepas bekerja dari sawah ditambah susana panas jam 12 siang mereka masih harus menahan lapar dan harus pulang kerumah terlebih dahulu untuk makan atau bahkan harus mencari warug terlebih dahulu. Namun mereka menganggap hal itu sudah biasa sebagai bentuk kehidupan dari orang kecil yang berada di lapisan bawah dan harus menjalaninya dengan tetap bersyukur. Kemudian menu makanan yang diberikan ketika makan pagi (sarapan) menunya tergantung keiklasan pemberian dari majikannya, terkadang menu makanannya enak namun tidak jarang menu makanannya sangat sederhana dan bahkan tidak disukai oleh para buuh tani. Namun mau tidak mau mereka harus menerima menu makanan pemberian dari majikannya walaupun tidak cocok dengan selera mereka. Terkadang mereka hanya memakan sebagian kecil dari makanan yang diberikan oleh majikan untuk sekedar mengganjal perut agar tidak keroncongan kerena menu makanan yang diberikan tidak sesuai dengan selera para buruh tani. Dibawah ini adalah cuplikan hasil indepth interview yang kami dapatkan yang menjelaskan kalimat di atas; 1. Informan Subyek A: Pak, kalau boleh tahu dalam bekerja sehari itu dapat jatah makan berapa kali?
139 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Sekali Mas, Cuma pas sarapan saja A: Owh... jadi pas makan siang sepulang dari kerja itu tidak di kasih makan lagi ya Pak? B: Enggak Mas A: Terus kalau menurut bapak, jatah makan yang hanya sekali itu merugikan bapak gak pak? Kan siang hari, panas-panas begitu kan pak, kemudian pulang dari kerja pastinya capek kan pak, terus masih harus menahan lapar sampai rumah, apalagi kalau istri bapak juga sedang bekerja di pabrik, itu menurut bapak bagaimana? B: Lha... itu sudah memang kebiasaan masyarakat di sini itu begitu Mas, Cuma dikasih jatah makan buat sarapan saja, ya kalau capek, panas, itu sudah biasa, memang orang kecil kan nasibnya seperti ini, ya diterima saja lah Mas, kita jalani saja A: Owh... jadi itu sudah adat kebiasaan masyarakat di sini ya Pak? Jadi tidak apa-apa ya Pak? B: Iya, kita syukuri saja A: Terus kalau menu makanan, maksudnya lauk pauknya begitu apa juga tergantung majikannya Pak? B: Iya, kami hanya menerima seiklasnya yang mengerjakan kami saja A: Owh... itu menu makanannya seperti apa Pak? Enak-enak atau gimana?
140 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Kadang ya enak, tapi sering juga tidak enak, kadang cuma nasi pecel sama tempe, kalau yang tidak suka pecel seperti saya ya, Cuma saya makan sedikit nasi sama tempenya saja buat mengganjal perut, sisanya tidak saya makan A: Owh... begitu ya Pak 2. Informan Non-Subyek A: Emmm... di sini itu buruh tani dalam bekerja sehari itu dapat jatah makan berapa kali Pak? B: Satu kali Mas, sarapan saja A: Owh... jadi makan siangnya tidak di kasih ya Pak B: Iya, tidak A: Terus kalau menu makananya itu apa juga tergantung dari majikannya? B: Iya Mas, itu tergantung pemberian dari majikannya 3. Informan Kunci A: Pak kalau di desa ini itu, jatah makan buat buruh tani itu sehari dapat berapa kali? B: Kalau di sini Cuma sarapan saja Dek A: Owh... selain makanan itu biasanya dikasih apa saja Pak? B: selain makan di kasih munuman juga, dan rokok juga A: Rokoknya itu rokok yang merek apa biasanya Pak?
141 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Ya rokok yang murah-murah itu Dek, kadang Djarum 76, terus Apache Kretek, bahkan ada yang rokok “kebo” yang tidak ada merk-nya itu yang di kemas plastik itu A: Owh... terus kalau menu makanannya itu enak-enak gak Pak? B: Ya tergantung, kadang enak kadang tidak enak,,, hahaha
Sementara itu untuk sistem bagi hasil yang secara jelas telah mengeksploitasi para pekerja (buruh tani), namun buruh yang tereksploitasi tersebut masih menganggap bahwa perlakuan majikan terhadap dirinya itu sudah merupakan “kesepakatan” bersamaantara pekerja dan pemilik lahan pertanian. Padahal yang namanya “kesepakatan” masing-masing pihak harus bisa menolak jika dirasa kesepakatan tersebut merugikan satu pihak. Namun anehnya disini sesuatu yang dianggap kesepakatan namun ada pihak yang tidak memiliki kemampuan untuk bernegosiasi. Para pemilik lahan pertanian seakan sebagai penentu keputusan dari hasil kesepakatan tersebut dan para pekerja hanya bisa menyetujuinya. Hasil kesepakatan ini sebagian besar mencapai suatu kesepakatan dengan hasil bahwa keuntungan dari hasil panen yang seperlima milik buruh tani sementara yang empat perlima milik pemilik lahan pertanian. Padahal tenaga yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian semuanya di serahkan kepada pekerja sementara yang berhubungan dengan modal harta, baru ditanggung oleh pemilik lahan pertanian terasuk pembelian seluruh kebutuhan pertanian. Namun di sini pembagian hasil panennya jauh berbeda. Namun para buruh tani di Desa Mayang menganggap bahwa ini semua merupakan sebuah hasil kesepakatan antara kedua
142 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
belah pihak dan bukan merupakan bentuk eksploitasi. Ini adalah bukti potongan hasil indepth interview yang berhasil kami himpun; 1. Informan Subyek A: Emmm... berarti Bapak di sini sedang menggarap sawah Pak Amir ya pak? Kalau boleh jelaskan sistem “matun” yang bapak katakan tadi itu seperti apa pak? B: Jadi begini, sistem matun itu merupakan sistem bagi hasil tapi berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, yaitu saya sebagai pekerja dan pak Amir sebagai pemilik sawah, A: Owh jadi pembagianya atas dasar kesepakatan ya pak? Terus kalau boleh tahu pembagian hasil panennya itu berapa-berapa ya pak? B: Kalau pembagiannya saya kebagian seperlima, kemudian pak Amir empat per lima A: Kok bedanya jauh Pak? B: Iya itu sudah umumnya segitu, jadi saya tidak bisa menolak lagi A: Emmm... tadi kan katanya hasil kesepakatan ya Pak? Bapak kok gak meminta lebih? B: Saya sebenarnya sudah meminta dua perlima, tapi Pak Amir tidak setuju, ya mau bagaimana lagi, dari pada saya tidak bisa menggarap sawah ya saya setujuin aja A: Owh begitu ya Pak... Tapi itu menurut Bapak adil gak Pak?
143 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Ya... adil-adil saja, kan sudah hasil kesepakatan dulu Ini menandakan bahwa memang para buruh tani tidak menganggap perlakuan majikannya sebagai perlakuan yang eksploitatif. Para buruh lebih memilih untuk diam dan tidak melakukan perlawanan sedikitpun terhadap sang majikan. Hal tersebut dikarenakan kekuasaan majikan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemilikan modal akan menjadikan majikan menduduki posisi yang lebih tinggi dibandingkan denga buruhnya, sehingga tidak jarang kita temui buruh yang pasrah dan menganggap apapun yang dilakukan dan diperintahkan sang majikan terhadap dirinya merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan demi mendapat upah kerja dari majikannya.
144 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
BAB V PENUTUP V.1.KESIMPULAN Penelitian tentang konstruksi sosial buruh tani terhadap eksploitasi yang dilakukan majikannya di Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember ini merupakan kawasan pertanian tembakau yang menjadi sasaran penelitian kami. Menjadi fakta tersendiri bahwa buruh tani yang bekerja keras setiap kali diminta untuk mengerjakan lahan pertanian milik majikan ini sangatlah pasrah terhadap keadaan yang ada. Tak ayalnya banyak sekali kita temui beberapa buruh tani bekerja sepanjang hari mendapat upah yang relatif minim. Pemberian upah yang tidak sebanding dengan kerja keras yang buruh tani lakukan untuk menggarap lahan milik majikan ini nampaknya menimbulkan ketimpangan yang cukup berarti. Fenomena tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa hal, misalnya : kuasa majikan yang cenderung bertindak sewenang wenang, majikan menganggap bahwa posisi majikan lebih tinggi dibandingkan dengan posisi buruh tani, adanya pemikiran dari mayoritas buruh tani bahwa memang sudah sewajarnya buruh harus tunduk dan menuruti kemauan majikan. Penelitian ini kemudian mencoba menjawab sebuah permasalahan yaitu bagaimana para buruh mengkonstruksikan eksploitasi yang dilakukan oleh majikan? Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pada umumnya beberapa buruh tani yang telah kita wawancarai mengutarakan tentang riwayat pekerjaan mereka sebagai buruh tani. Dari awal mereka sebelum bekerja hingga mereka terpaksa harus memilih pekerjaan sebegai 145 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
buruh tani. Penuturan mereka hampir sama antara satu buruh tani dengan buruh tani yang lainnya. Minimnya penghasilan orang tua para buruh tani untuk menyekolahkan mereka pun menjadi alasan pertama mereka untuk terpaksa harus bekerja membantu orang tua mereka sebagai buruh tani. Tidak adanya ketrampilan lain yang mereka miliki selain ketrampilan dalam bidang pertanian merupakan alasan kedua para buruh tani ini memilih untuk bekerja sebagai buruh tani. Tidak adanya lahan pertanian milik mereka pribadi juga menjadi alasan mereka menjadi buruh bagi majikannya (pemilik lahan pertanian). Kegiatan bertani di lahan pertanian tembakau yang memberikan keuntungan materiil yang sangat tinggi pun dinilai masih terdapat ketimpangan antara keuntungan yang dinikmati oleh buruh tani dengan keuntungan yang dinikmat buruh tani. Penerimaan keuntungan yang berbeda dari pertanian tembakau tersebut terjadi pada beberapa hal, misalnya : pertama, buruh tani merasa teralienasi dari produk yang dihasilkan sehingga untuk dapat menikmati produk yang dihasilkan oleh kerja kerasnya sendiri saja buruh tani harus mengeluarkan uang untuk membelinya, kedua , minimnya upah kerja yang diberikan oleh majikan terhadap buruh tani jika dibandingkan dengan tenaga yang buruh tani keluarkan untuk menggarap lahan milik majikannya, ketika hasil panen melimpah ruah buruh tani hanya menerima sebagian kecil dari hasil panen , namun ketika terjadi gagal panen tak sedikit majikan yang melakukan pemotongan upah kerja buruh bahkan meminta buruhnya untuk menanggung kerugian gagal panen, keempat jam kerja yang mewajibkan buruh bekerja di lahan pertanian tidak sesuai dengan upah kerja yang buruh terima setiap harinya sehingga jarang sekali kita temui buruh tani yang dalam pemenuhan
146 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
kebutuhannya tidak mengalami kesulitan, kelima , buruh tani tidak mempunyai kekuatan untuk bernegosiasi dengan majikannya ,sehingga buruh tani hanya pasrah saja menerima apapun yang majikan kehendaki, keenam , buruh tani hanya mendapatkan jatah makan satu kali saja itupun kalau majikannya memberikan jatah makan. Dari beberapa perlakuan yang diterima oleh buruh tani yang telah kami wawancarai, kami dapati data yang sangat mengejutkan. Buruh tani menganggap bahwa apa yang telah majikan lakukan terhadap buruh tani seperti yang telah disebutkan di atas merupakan suatu hal yang wajar , lumrah , bahkan buruh tani cenderung pasrah menuruti kemauan majikannya. Bahkan tidak sedikit dari informan menuturkan kepada kami kalau apa yang telah dilakukan oleh majikannya tersebut merupakan suatu kesepakatan masyarakat di Desa Mayang dan tidak dapat diubah-ubah lagi. Ketika perlakuan majikan yang sedemikian rupa ini sudah dianggap wajar oleh buruh tani, maka buruh tani tidak menganggap bahwa dirinya telah tereksploitasi.
147 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA
148 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan 1. Nama informan 2. Alamat 3. Usia 4. Pekerjaan 5. JenisKelamin 6. Pendidikan
Lama bekerja (dalam satuan tahun) Jam kerja (dalam sehari) Upah kerja (dalam satuan rupiah per hari)
Alasan menjadi buruh tani
Kontrak kerja antara majikan dan buruh
Keluhan atas pekerjaan yang dijalani
Kecukupan dalam memenuhi kebutuhan hidup
Jaminan kesehatan dari majikan terhadap buruh
Perlakuan sewenang-wenang dari majikan terhadap buruh
Siapa yang menanggung gagal panen tembakau
Upah tambahan bagi pekerja lembur
Pemberian bonus ketika panen melimpah
Kenyamanan dalam bekerja
Keinginan untuk berganti pekerjaan 149
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
2. Dokumentasi
Gambar 1.1 Kantor Balai Desa Mayang Kecamatan Mayang , Kab Jember
Gambar 1.1 Kegiatan informan (buruh tani) di sawah
150 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Gambar 1.3 Kegiatan informan (buruh tani) ketika sedang mencari rumput
Gambar 1.4 Lahan pertanian yang dimiliki oleh pemilik lahan/majikan
151 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Gambar 1.5 Majikan yang sedang mengawasi pekerjaan buruhnya
Gambar 1.6 Kondisi jalanan disekitar lokasi penelitian
152 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Gambar 1.7 Foto peneliti bersama informan ketika wawancara berlangsung
Gambar 1.8 Foto peneliti bersama informan ketika wawancara berlangsung
153 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Gambar 1.9 Foto peneliti bersama informan ketika wawancara berlangsung
154 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
3. TRANSKRIP INDEPTH INTERVIEW Pewawancara
: Galang Putra Bangsa (071114065)
Informan
: Bu Janit (Buruh Tani)
Usia informan
: 50 tahun
Pekerjaan
: Buruh tani
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 09.30
Orang yang ada disekitar informan : anak terakhir informan Keterangan
:
A= Galang
B= Bu Janit
C= Adi
A : Selamat siang buk, permisi mohon maaf ini dengan ibu siapa yaa? B : Bu Junit A : O… Bu Junit yaa.. Uhm.. kalo usia ibuk berapa buk? B:Ada apa? A : Usia buk,umurnya ibuk berapa? B : Yaa ada lima puluhan. Kurang Lima puluhan? (sambil senyum dan bercanda) A: Ahhh enggaa.. hehehe . Kalo pekerjaannya buruh tani ya buk?
155 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Iya A: Kalo sekarang lagi musim apa buk tandurnya? B: Ya kalo sekarang ya musim tembakau ini, tapi dah selesei ini di sawah. Kadang- kadang Lombok itu, kadang- kadang ya pari itu. Kalo tembakau dah selesei ini A: dah selesei ya buk? B: Iiiyaaa.. C: Bulan brapa buk disini? B : Apa itu? A: Maksudnya biasanya tembakau tandur berapa kali dalam setahun buk.. B: Ooo.. mulai, kadang-kadang bulan ke empat A: sampek berapa bulan gitu? B: Sampek tiga bulan A: Ooo tiga bulan panen gitu ya buk B : Iyaa A: Kalo ibuk dulu terakir sekolahnya apa buk? B: Yaa apaa sayaa, anu sekolah buta huruf itu. Nang nuu, nang pak Ari A: Kalo ibuk krja sebagai buruh tani sudah berapa lama? B: Yaa, mulaaaaiiii
156 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
A: Mulai berapa tahun gitu buk? B: Mulaaiii ya tau kerja saya ke sawah. Punya gajian, gak punya sawah saya. Anu kalo yang nandur itu kan gak punya sawah, tapi gajian. A: Kerjanya udah lama buk? B: Iyaaa, mulai tau saya kerja di sawah A: Mungkin ada tiga tahun? B: Enggga, Mulaii, mulaii A: Mulaaii apa buk? B: Mulaii saya tau kerja A: Kalo sekarang mash kerjakan yaa? B: Iyyaa, tapi saya ambil gajia saya, nggak punya sawah saya A: Dibayar gitu ya buk? B: Iiiyaa saya A: Kerjanya gitu mulai jam berapa buk kalo kerja di kebun tembakau? B: Di lading yah? A: Iya buk B: Ya jam tuju itu A: sampek? B: sampek jam dua belas pulang
157 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
A: Habis pulaang gitu balik lagi engga buk? B: Ya kadang-kadang balik, kadang-kadang juga endak. Setengah hari kadangkadang. A: Gajinya gitu dikasihnya tiap hari atau per bulan buk? B: Yaa kadang kalo punya uang ya di gaji mari kerja A: Dibayar berapa buk gitu? B: Dua puluh lima rebu, kalo setengah hari. A: O… Gak pernah di bayar satu bulan sekali gitu gak pernah yaa.? B: Ya enddak A: O.. kalo yang punya sawah siapa buk? B: Yang punya sawah itu pak Aan, pak Wajid A: Ibuk selalu ikut bapak ini yaa? B: Iyaa A: Biasanya kalo dua puluh lima ribu buat apa buk? B: Yaa buat makan, beli beras..hehehe A: HEhehehe.. kalo penghasilan dari penghasilan ibuk, atau ada menantu yang membantu ibuk? B: Yaa dari saya, menantu dah punya rumah ndere.. ya saya kerja sendiri. Ya kadang saya punya kerja, kadang-kadang gak punya kerja saya. Jadi gak setiap hari. Biasanya dua hari sekali gitu. Panen Lombok gitu di ladang.
158 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
A: Dua pluh lima ribu itu cukup ga buk buat kebutuhan sehari-hari? B Yaa ndak cukup, kadang kalo ada cucu keponakan gitu yang susah saya juga ikut mbantu saya A: O.. gitu.. jadi kurang buk yaa? B: Ya kuraaaangg… A: selan di pak Aan ibuk juga ikut kerja sama orang ain gitu nggak? B: Kalo saya nyeloroh saya, kalo ada yang manggil ya saya kerja, kalo enndak ya saya endak kerja. Tergantung yang nyuruh saya. Ya mau saya. Nyeloroh saya. A: O.. gitu B: kalo nggak nyeloroh ya saya nggak kerja saya. Kalo kerja gak nyeloroh tapi makan kan tiap hari saya. Dari mana uangnya kalo nggak dari kerja. Yak apa kalo nggak kerja? Hahahaha A: OOO. Iya bukk hehehehe… lucu B: Apalagi saya dah gak punya suami saya. Jadi ya saya kudu kerja buat makan sehari. Saya cari uang sendiri saya. A: Kalo sehari nganggur, berarti kan ga kerja,? Nah kan ibuk ga dapet gaji B: Ya iyaaa A: Terus ibu gimana buat makannya? B: Yaa ndak tau saya, minta anak aja mungkin hehehe A: Hehehe.. iya buk. Ibuk kalo kerja ada yang satu hari gitu nggak buk?
159 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Yaa kadang kerja satu hari saya A: Kalo kerja satu hari gitu ibuk dapet gaji atau bonus lebih nggak buk? B: Yaa gajinya tiga poloh rebu. Ya mesti ke gudang. Tapi saya dah ndak mau kerja di gudang, dah tua saya. Hehe. Yang kerja di gudang ya itu yang muda – muda itu. Kalo saya dah ndak kuat kalo di gudang. Yaaa kerja di ladang itu saya. Kadang saya juga kerja di pak kades itu. A: Pak kades punya sawah gitu? Ibuk kerja di sawah nya pak kades? B: Iyaa A: Ibuk kalo kerja sama pak kades gitu gak pernah dapet bonus atau gaji lebuh buk? B: Enggak, ya itu Cuma kerja di pak kades bungkusin lemah ke dalem plastik. Satu bulan dapet 10.000 saya dapet Rp 200.000 saya. Kalo seribu dapet 20 ribu. Itu yang ngerjain di ladang lomboknya pak kades saya itu. Ya nggak papa kalo dapet segitu, dari pada nggak kerja saya. A: menurut ibuk gaji segitu kurang nggak buk? B: Yaa Kurang saya. Hehehe A: Ibu kerja bungkusin pasir gitu ga capek buk? Kan itu banyak. B: Ya capek, tapi ,mau apalagi? Kalo gak kerja mau makan apa? ehehe A: Iya buk hehehe…. Kalo ibuk kerja di sawah gitu gak pernah sakit buk? B: Ya sakitt saya. A: Sakit apa buk? 160 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Batuk, panaas, flu gitu. Tapi bisa di obat saya. Udah sembuh lagi saya A: Ooo.. obat nya beli sendiri buk? B: Ya iya saya. Ini kaki saya sakit. Saya dibawa di Jeper saya berobat disana. Biayanya 35 rebu saya A: Biyaya 35 ribu nggak mahal to buk? B: Ya mahal A: ibuk waktu sakit gitu, apa nggak pernah dikasih obat atau biaya buat berobat gitu buk sama majikannya? B: Ya ndak penah saya. Yang beli ya saya sendiri. Nggak ada yang ngreken. Hehe A: Kalo kerja di sawah gitu majikannya gak pernah ngecek gitu buk di sawah? B: endakk.. di sawah ndak pernah pasang mandor. Pokok kerja yang baik aja. Mau nakal ya gimana. Gak enak juga saya. Saya udah digajiii A: Ibuk ndak pernah dimarahi? B: Endak. Majikan saya ndak bisa marah. A: Oo… Kalo pak kades pernah nandur tebakau buk? B: Ya itu, penen kemaren itu, pak kades rogi 25 juta itu. A: kalo lomboknya belum panen buk? B: Lomboknya mati, nandur lagii A: OOO… nandur lagi. Pak kades rugi gitu bayarannya ibuk berkurang ndak?
161 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Yaa endak. Masih tetep 25 rebu. Ya saya ndak ikut rogii.. pekerja hanya ikut kerja. A: Ibuk gak pernah dikasih bonus buk sama pak Kades? B: Ya kadang pak Kades ngasih 10 rebu ke rumah saya ini. Pak kades suka sama kerja saya. Pak Kades baik sama saya. A: Kalo pas panen gitu ibuk kebagian hasil panen gak buk? Misalnya panen tembakau gitu ibuk dapet tembakaunya juga gak buk? B: Ya endak. Tembakaunya ditaroh disana. A: dimana buk? B: Anu ya di gudang.. terus dijual. Ndak tau saya itu gimana. Hehehe A: OOO… yauda saya mau pulang dulu aja buk, ini mau kumpul lagi sama temen-temennya. Hehehe B: Oo.. iyaa lain kali main kesini. Ke Bu Janit A: hehehe iya buk, ke Bu Janit gitu yaa? B: Iyaa.. hehee A: Yauda buk saya pamit dulu. Assalamualaikum B: Iya iya waalaikumsalam
162 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Nama Pewawancara
: Ulin Ni‟mah
Nama Responden
: Bpak Mali
Umur
: 47 tahun
Pekerjaan
: Buruh tani (anggota kelompok tani)
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 09.30
Orang yang berada disekitar informan : Tetangga Ket
: P = Pewawancara I = Informan
Pada hari Jum‟at tanggal 29 November 2013, merupakan hari dimana untuk melakukan interview secara mendalam kepada informan yang telah di tentukan. Di mana desa yang diteliti adalah Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Sesuai dengan pembagian tugas kelompok, sekitar pukul 09:30 WIB melakukan wawancara. Ketika saya datang ke rumah informan yang ditunjukkan oleh bapak ketua tani daerah setempat, informan sedang memperbaiki atap bagian depan rumah. Sehingga ketika saya meminta waktunya untuk wawancara informansegera bergegas turun. Lalu informan mempersilahkan duduk. I : silahkan masuk mbak P : iya pak (mencari posisi duduk) I : (masuk kedalam rumah sambil berganti baju) Dari mana mbak? P : dari Surabaya pak, kami kesini ada tugas dari sekolah untuk mencari informasi kepada bapak tentang petani tembakau di daerah sini. Kami ingin belajar tentang masyarakat disini. I : ooo… Surabaya ya mbak, jauh sekali. Iya mbak silahkan. P : langsung saja ya pak, nama lengkap bapak siapa? I : nama asli apa? P : nama asli pak. I : mali P : alamat sini pak? I : Tegal gusi
163 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
P : Itu dusun ya pak? I : Iya P : Usia bapak berapa? I : Empat tujuh P : Pekerjaannya pak? I : Tani, buruh tani P : Pendidikan terkhir? I : Ndak sama sekali. hehe P : Sudah berapa lama pak bekerja sebagai buruh tani? I : Wuh, ya mulai kecil nduk, mulai kecil belajar buruh tani. mulai sejak tahu kerja. P : hehe… kalau untuk upahnya buruh tani sendiri bagaimana pak? I : Ya, belum menyukupi, cuman ya apa lagi harus tetap di kerjakan. Hehe P : La itu kerjanya mulai dari jam berapa sampai jam berapa pak? I : Jam tujuh samapi jam dua belas P : Berarti sekitar lima jam ya pak? I : Iya P : Itu upahnya berapa pak? I : Sekarang dua lima, dua puluh lima sekarang. P : Itu satu hari ya pak? I : Iya. P : Itu kadang lebih gak pak jam kerjanya. I : Ya kadang – kadang, kadang – kadang ndak. Pas. P : Kalau lebih gitu biasanya sampai jam berapa pak? I : Jam satu, jam dua, tetapi ya upahnya ya tetap. P : Oh tetap ya pak? I : Iya, iya orang tani kan gitu, cuman sisa sedikit-sedikit ndak di habiskan, kan gini. P : Kalau bapak di sini gabung ke kelompok-kelompok tani gak pak? I : Iya, gabung. Kelompok taninya pak husein.
164 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
P : Disini ada berapa kelompok tani pak? I : Ndak tahu ya, setahuku Cuma satu ini. P : Yang bapak tau cuma satu ini? I : Iya. P : Biasanya kegiatannya itu ngapain aja pak? I : Ya itu nanam padi, jagung atau kedelai gak ada di sini cuma padi tok. Tembakau kalau musim kemarau. P : Oh ya pak, bapak kan ikut kelompok tani ada kegiatan yang ngajari menambah pengetahuan dia ajari apa atau apa gitu pak? I : Ya mencontohi cara nanam itu perkotak gitu, dulu tapi. Tapi ya orang tani ya belum ana apa belum lengkap kalau ajari pertanian gitu. Tapi petani mung sini ni biar anu apa ya bikin sendiri cara cara itu. Ya ndak bisa kalau mengikuti dari kegiatan tani itu. Ndak bisa nduk, Berapa biayanya itu kotak perkotak, biayanya banyak, ya cari sendiri saja biar biayanya ndak banyak. P : Adakah pak keluhan selama ini menjadi seorang petani? I : Endak, kalau petani itu masih repot. Anu, apa Sulit untuk mengeluh mengeluh apa itu sulit kalau petani. Ya bagaimana gitu ya usaha sendiri. P : Bapak punya lahan sendiri gak pak? I : Ya punya, tapi cuman delapan puluh. P : Punya sendiri pak? I : Iya punyaan sendiri. P : Bapak itu kalau setiap hari ada pekerjaan gak? I : Iya ada, ya kadang – kadang, kalau buruh tani itu kadang ada kadang enggak. P : Kalau gak ada ngapain pak? I : Iya seperti ini di rumah, ya memperbaiki apa gitu. P : Gak ada pekerjaan lain berarti pak? I : Ya gak ada. P : Oh iya pak, terima kasih pak. Bapak kan punya tanah sendiri, itu dalam proses bertani membutuhkan tenaga orang lain gak pak? I : Gak, di kerjakan sendiri, iya cuman sedikit kok. Nuntut kok kalau di kerjakan sendiri tanpa pekerja orang lain cuma satu petak.
165 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
P : Berarti bapak selain memiliki lahan pertanian ya jadi buruh tani ya pak? I : Iya… P : Biasanya majikan yang pernah bapak ikuti itu gimana pak? I : Gimana, ya baik. P : Pernah ganti – ganti majikan gak pak? I : Kalau kerja? Ya anu, siapa yang membutuhkan saja. buruh tani kan gitu. Tidak ada system kontrak ndak. Siapa yang membutuhkan ya ikut itu. P : Pak biasanya kalau hasil panen majikan lebih gitu gak di kasih bonus ya pak? I : Ndak, P : Ooh gak penah ya pak? Berarti Cuma upah se hari – hari itu ya pak? I : Iya, cuma itu upah sehari – hari itu jika satu hari kerja ya upah itu. P : Berarti kalau misalkan majikannya rugi yang nanggung ya majikannya gitu pak? I : Ya iya, tetap gak mengeluarkan apa. Meskipun hasilnya banyak iya tetap itu. Apalagi kalau rugi ya gak ikut apa – apa. P : berarti kalau ada tambahan kerja kayak tadi mulai jam tujuh sampai jam dua belas tetapi ternyata sampai lebih itu gak ada tamabahan upah pak? I : Iya gak ada, tapi kalau sewaktu-waktu tetapi kalau setiap hari ya ada kadangkadang. Kalau modelnya di sini ini kan persaudaraan kan gitu jadi kalau sisa sedikit anu di habiskan ndak perhitungan ndak. P : Kalau biasanya apa itu Pak dua puluh lima ribu perhari itu gak di tambah makan atau apa gitu pak? I : endak, tapi ya cuman di kirim makanan, iya nasi itu biasanya buat makan pagi gitu. P : Pagi saja pak, siangnya tidak? I : Ndak, ya pagi saja gitu. P : Terima kasih ya pak telah meluangkan waktunya. I : Iya iya… Sama - sama. P : Assalamu‟alaikum… I : Wa‟alaikum salam… nduk itu banyak mangga tak ambilkan ya.. P : emm… tidak usah pak, terimakasih banya. I : iya iya..
166 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Nama Pewawancara
: Rafelita Nian Sari (071114019)
Nama Informan
: Bapak Fasih
Usia informan
: 32 tahun
Pekerjaan
: Petani Pemilik
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 11.00
Orang disekitar informan : Tetangga informan Pada tanggal 29 Nopember 2013 skitar pukul 11.00 saya berangkat bersama dengan anggota kelompok 1 lainnya bergegas untuk pergi ke Desa Mayang Dusun Tegal Gusi untuk melakukan wawancara dengan informan yang sebelumnya telah kita temui dan kita ajak janjian pada waktu survey. Dengan kondisi awan yang cerah dan angin yang sepoi-sepoi dimana pada saat itu suhu dan cuacanya sangat membuat orang mengantuk, akan tetapi karena ingat akan kewajiban, tanggung jawab dan tujuan utama saya ada di Desa Mayang, Jember, maka walaupun dalam kondisi yang agak ngantuk akan tetapi tidak menjadi penghalang. Ketika sampai di Dusun Tegal Gusi , kami pun bertanya-tanya kepada warga sekitar akan tempat tinggal dari informan yang direkomendasikan oleh Ketua Tani (dalam hal ini berperan sebagai informan kunci). Awalnya kami berniat untuk membeli makanan ringan untuk bekal kita dalam perjalanan. Ternyata toko yang kita datangi itu merupakan toko kelontong yang dimiliki informan yang berprofesi sebagai petani pemilik / majikan. R
: Assalamualaikum pak
F
: Wa‟alaikum salam. Cari siapa mbak? 167
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
R
: Apa betul ini alamat bapak Wasih?
F
: Wasih atau Fasih? Kalau saya Fasih mbak.
R
: Oh iya maaf mas maksud saya Fasih.
F
: Lha nek Fasih itu saya se. Silahkan masuk
R
: Oh iya pak makasih. Ini lho mas. Kami dari Unair Surabaya mau latihan
wawancara ke Petani. Kebetulan saya tadi disarankan Pak ketua tani nya itu buat wawancara bapak. F
: Oh iya iya mbak. Gak papa kok mbak. Dek bikinin teh buat tamu e iki
(Sambil tersenyum dengan ramahnya mempersilahkan kami untuk duduk kemudian menyuruh istrinya membuatkan the buat kami) R
: walah mas ngga usa , malah ngerepoti jadinya.
F
: Alah wong teh aja loh.
R
: Mas bole saya rekam percakapannya? Buat data mas.
F
: Oh iya mbak.
R
: Namanya Mas siapa?
F
: Fasih.
R
: Nama lengkapnya? Fasih saja?
F
: Iya Fasih tok
R
: Alamat nya mana mas?
F
: Kalo Desanya Mayang mbak. Kalau dusunnya Tegal Gusi
R
: Usia Mas Fasih berapa?
F
: 32 mbak
R
: Itu anaknya ta mas?
F
: Iya anak ke dua itu
168 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
R
: Apa betul mas ini petani?
F
: Iya mbak saya petani.
R
: Petani pemilik ya mas?
F
: Ya Petani pemilik
R
: Apa memang dari keluarga petani semua?
F
: Bapak juga petani. Memang kebanyakan masyarakat sini petani mbak
R
: Oh gitu. Petani tembakau ya mas?
F
: Kalo musim tembakau ya nanem tembakau. Kalo musim palawija ya
nanemnya palawija. Tapi ya seringnya palawija. Kalo disini panen nya ngga nentu mbak. Kalo di daerah lain kebanyakan 2kali panen. Jadi kalau musim kemarau kebanyakan ditanemi padi. Tapi ya alhamdulilah sih hasilnya R
: Musim hujan begini apa masih ditanemin tembakau ya mas?
F
: Ngga ada tembakau di musim hujan gini mbak. Kalo yang ada
tembakaunya di rumah itu tembakau musim panen lalu yang masih ada kayak di rumah Pak Kades itu. R
: Kalo boleh tau mas nya lulusan apa?
F
: Waduh malu saya mbak.
R
: Nda papa Cuma buat data aja
F
: S1 mbak di Tarbiah di Al khodiri. Kalau D2 nya di UIJ. 2 tahun itu
langsung pindah R
: Oh ya mas, mau nanya mas nya kan punya sawah nih. Mas ikut nggarap
sawahnya? F
: Iya. Kalo ngga digarap sendiri ya banyak nanti biayanya. Kebanyakan
orang sini ya seperti itu digarap sendiri. R
: Kalo nyuruh buruh gimana mas?
169 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
F
: Sebagian dikerjakan buruh. Pengairannya tok soalnya kalau buat
memberi upah buruhnya terkadang juga saya mengalami kesulitan mbak. Jadi mending untuk pekerjaan kecil seperti menanam, ngasih pupuk, panen itu saya lakukan sendiri untuk menghemat pengeluaran. R
: Buruh laki laki itu mas?
F
: Ada yang perempuan juga. Kan anu. Lihat ekonomi keluarganya , kalo
ngga punya ya terpaksa yang perempuan jadi buruh tani. Kan Kebanyakan masyarakat sini menengah ke bawah R
: Biasanya kalo perhari buruh pengairan itu kerjanya berapa lama mas?
F
: Kalo di pengairan itu kerjanya panenan. Jadi kalo tidak panen ya ngga
diairi. Yang ngairi yang rugi. R
: Kalo yang tembakau biasanya berapa mas kalo setiap panenan?
F
: Kalo tembakau itu lihat hasil panen juga. Kebanyakan orang sini kalau
panen tembakau memberi buruhnya sesuai hasil panennya. Kalo dapat banyak ya banyak kita ngasihnya. R
: hmm ngelihat hasil panen nya juga ya. Jadi ngga harian ya ngupahin nya?
F
: Tidak. Kasihan juga. Kalo harian ya sampek jam 12 itu buruhnya di
sawah dapetnya 20ribu R
: Jadi ya ngga ada bagian nanem siapa, bagian pengairan siapa.
F
: Ngga mbak. Kebanyakan disini itu kalo kata orang medura istilahnya
“mbetonan” R
: Mbetonan?
F
: Iya kalo kata Orang Madura seperti itu. Jadi hasilnya nanti kalo setelah
panen umpama dapat 5 kuintal, yang 4 kuintal itu untuk pemilik, yang 1 kuintal untuk yang kerja. R
: Oh gitu
F
: Iya begitu
170 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
R
: Itu berlaku di buruh pengairan juga mas?
F
: Kalo pengairan nda.Dapatnya uang. Buat yang mengairi diapetnya uang
R
: Itu waktu nyarih buruhnya pakai kontrak kerja atau ngga?
F
: Kalau disini menawarkan diri buruhnya mbak. Wong kadang-kadang itu
saya dapat buruh dari kelompok tani. Ya organisasi pertanian gitu. Ada yang ngasih tau buruh mana yang potensial untuk mengairi sawah, ya saya hubungi buruhnya ke rumahnya gitu. R
: Rata-rata pemuda atau dari orang tua ya mas?
F
: Yang tua. Kalo pemudanya kayaknya gengsi kalo jadi buruh tani kerja
disawah R
: hmm gitu. Berarti kekurangan tenaga petani muda gitu?
F
: Iya. Kebanyakan kalo pemuda di sini ini kerjanya keluar gitu mbak, ke
Bali Surabaya jadi kuli bangunan gitu. Mohon maa ya kalo jawabannya kurang lancar ya, soalnya kebetulan abis sakit R
: Oh ngga kok mas, cukup jelas penjelasannya. Kalo buruh pengairan itu
pernah ngga kerja melebihi jam kerja? F
: Kalo yang ngairi itu tidak tentu mbak, tidak dibebani jam kerja. Biasanya
kalo ngairi pas sore, ya sore berangkat ke sawah. Kalo malem ya malem. Tapi kebanyakan kalo sini kerja malem itu dapat upah lain lah meskipun hanya dua puluh ribu , dua puluh lima ribu R
: Itu masnya yang minta kerja malem atau orangnya yang minta kerja
malem gitu? F
: Melihat kondisi sekolah pengairan ke sawah mbak. Kalo airnya besar
dari depan. Kalo dari DAM itu airnya besar pas malem misalnya. Itu kebanyakan kalo seperti itu pas musim kemarau. Kalo musim hujan gini jarang yang malem. R
: Deket sini tah mas rumah buruhnya?
171 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
F
: Kalo yang ngairi punya saya ini depan rumahnya. Pak Su namanya.
Karena kan kebetulan beliau direkrut juga di pengairan. Kalo pas ngga ada ya saya cari buruh lain R
: Apa cukup ya mas kalo tiap panenan dapat upahnya?
F
: Melihat luas yang diairi. Kan kebanyakan sini kan kalo kayak Pak Su
lumayan luas yang diairi. Kan kebanyakan orang sini kalo kerja berpindah pindah majikan R
: Jadi kebanyakan nyabang gitu ya kerjanya?
F
: Ya nyabang gitu mbak kalo ngga gitu ngga cukup buat menuhi
kebutuhan hidup R
: Ada ngga mas semacam jaminan kesehatan gitu dari masnya ke buruhnya
kalo misalnya buruhnya sakit gitu? F
: Ada. Kalo itilahnya tradisi sekarang pas buruh itu sakit kita harus
menjenguk, meskipun memberikan bantuan hanya berapa gitu lah R
: Berupa uang gitu ya?
F
: Ya berupa uang, barang juga. Tapi tidak semua lah majikan itu seperti
itu. R
: Kalo buruh tani itu emang kelasnya menengah ke bawah gitu?
F
: Iya mbak. Disini kalo di Tegal Gusi kan cuma sawahnya yang besar,tapi
kan pemiliknya kebanyakan orang luar. R
: Oh gitu. Tanahnya cukup luas terus dijual ke orang luar? Ke pengusaha
tam as? F
: Tidak. Pokok ada orang yang suka punya sawah di Tegal Gusi karena
airnya lancar kan. Berarti kalo sekarang yang punya sawah ini udah di jual rasanya kok ya eman padahal bisa digarap sampe anak cucu. Kebanyakan tapi udah dijual ke orang luar sih.
172 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
R
: Tapi ketika panen tembakau melimpah, masnya ngasih bonus ga ke
buruhnya? F
: Iya. Biasanya bonus itu tergantung hasil kita juga mbak. Kan lumayan
kemarin pas bulan puasa kan, jadi istilahnya buruh itu megang THR lah. R
: Itu waktu panen dapet berapa itu mas?
F
: Kalo kemarin itu saya gagal panen
R
: Kalo panen tembakau terakhir dapat berapa?
F
: Yang taun kemarin nyampe delapan juta.
R
: Luas lahannya?
F
: empat ratus meter persegi.
R
: Kalo ngasih buruhnya berupa uang gitu?
F
: Kalo tembakau disini bukan paruhan. Tapi bagi hasil.
R
: Itu kayak gimana itu mas?
F
: Itu gini. Kita pemilik lahan tetep keluar buat modal sawahnya. Nanti kalo
udah panen hasilnya saya kasih bagian buat buruhnya R
: Oh gitu. Kalo delapan juta biasanya ngasih ke buruh berapa gitu?
F
: delapan juta kemarin saya ngasih ke buruh satu setengah juta per
orangnya. Kan delapan juta. Yang empat juga buat saya, yang delapan juta buat buruhnya. R
: hmm banyak juga ya mas
F
: Ya kalo tembakau itu lebih banyak yang make bagi hasil itu lah mbak.
Karena selain dari bagi hasil itu kan ada reward lain. R
: terus kalo yang tadi saya denger dari Pak kepala tani itu sempat
mengalami gagal panen ya petani daerah sini karena hama tikus ya?
173 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
F
: Ya . Bulan kemarin. Punya saya yang biasanya dapat satu ton itu cuma
dapat Sembilan belaskilo dari satu ton beras nya. R
: Rugi banyak berarti mas?
F
: Oh sangaaat. Kena tikus kemarin. Tapi sekarang alhamdulilah ngga .
R
: Kalo gagal panen yang nanggung mas sendiri atau buruhnya juga?
F
: kalo padi yang nanggung pemilik lahan. Kalo tembakau yang nanggung
yang kerja. R
: Bukan pemilik lahannya yang nanggung?
F
: Ya kalo ada kerugian ya kita ikut bantuin lah. Tapi kalo pada misal gagal
panen, total ditanggung pemilik lahan. R
: Oh ya mas kalo semisal buruh berhalangan kerja gitu gimana?
F
: ya saya turun sendiri mbak.
R
: Ngga harus memaksakan buruh untuk bekerja gitu?
F
: Iya. Karena kita kan juga ngerti keadaan buruh. *(Mas ngga rokokan ta
?” menawari teman peneliti yang ikut hadir ke rumah informan ketika wawancara berlangsung) Saya kena salah urat ini mbak. Pemijatnya salah urat ini makanya baru sembuh. R
: Oalah mas. Ngga dibawa ke dokter?
F
: engga mbak mau dibawa ke tukang pijet satunya. Jadi gini mbak, kalo
pas kena hama tikus itu kita tiap hari yang tiap hari basmi ke sawah. Kalo soal tenaga pemilik lahan juga membantu mbak. Kita kan masih pake sistem pedesaan mbak , jadi ya ngga perhitungan antara pemilik lahan dengan petani. Yang bertani misalnya datang cepat buruhnya , ya buruhnya yang kerja. Kalo pemilik yang datang duluan ya pemiliknya yang kerja. Itu sebagian. Tapi ada juga yang memaksa, misalnya memaksa kalo pas gagal panen pemilik minta buruhnya ikut menanggung gagal panen padi. Kalo saya sendiri sih engga mbak. Ngga tega.
174 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
R
: Oh gitu ya mas. Saya kira cukup informasi yang saya dapatkan.Terima
kasih banyak mas atas informasi dan waktu yang sudah diluangkan buat ngobrol bersama kami. F
: Oh iya mbak.
R
: Maaf mas kalo kami merepotkan.
F
: Ah engga kok mbak. hehehe
175 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Pewawancara
: Erika Isnaini Maulida (071114016)
Informan
: Bapak Sum
Usia informan
: 50 tahun
Pekerjaan
: Buruh tani
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 11.25
Orang disekitar informan : Anak informan
Sekitar pukul 11:25 bertepatan pada tanggal 29 Nopember 2013 dengan kondisi awan yang cerah dan angin yang sepoi-sepoi dimana pada saat itu suhu dan cuacanya sangat membuat orang mengantuk, akan tetapi karena ingat akan kewajiban, tanggung jawab dan tujuan utama saya ada di Desa Mayang, Jember, maka walaupun dalam kondisi yang agak ngantuk akan tetapi tidak menjadi penghalang. Sebagaimana orang baru yang pada umumnya, yang datang di kotanya orang lain, kami tidak tau arah akan tetapi kami sebagai mahasiswa Sosiologi kami tidak segan-segan untuk bertanya kesana-kemari sambil membawa kertas nama-nama informan, kami bertanya dari satu orang ke orang yang lain. Akhirnya rumah informan saya yang bernama Bapak Sum dapat ditemukan, beruntung juga ada saat itu Bapak Sum sedang berada di rumah.
176 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Pewawancara : assalamu‟alaikum, Informan
: wa‟alaikumsalam,
Pewawancara : permisi pak, maaf menganggu pak, apakah ini dengan Bapak Sum ? Informan
: iya benar saya sendiri Bapak Sum, silahkan masuk mbak (raut muka bapak tersebut terkejut, dan bingung),
Pewawancara : bapak bertempat di rumah ini dengan siapa saja pak ? Informan
: dengan istri saya mbak, dan satu anak kedua saya, sedangkan anak yang petama saya sudah bekerja ke luar kota mbak bekerja disana anak saya sebagai buruh tani di lahan miliknya orang sana mbak,
Pewawancara : kata tetangga sebelah bapak, bapak juga bekerja sebagai buruh tani? Informan
: iya saya juga bekerja sebagai buruh tani, tetapi tidak menggarap tanah milik saya sendiri, hanya menjadi buruh tani di tanah milik orang lain, miliknya Bapak Haji Husen, saya dipercaya untuk melakukan pembersian rumput dan perairan
Pewawancara : sudah lamakah bapak bekerja sebagai buruh tani? Informan
: ya lumayan mbak, sudah sepuluh tahunan saya ikut Bapak Husain
Pewawancara : alasan bapak memilih bekerja sebagai buruh taninya Bapak Husen?
177 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Informan
: apa ya mbak, ya karena disini itu adanya hanya lahan sawah mbak, ya sudah turun temurun, sudah menjadi kebudayaan orang disini, hampir mayoritas disini orang-orang bekerja di sawah, dari bapaknya yang bekerja sebagai buruh tani menurun kepada anaknya yang ikut menjadi buruh tani juga, dan saya itu ikut Bapak Husen karena dia orangnya baik, awalnya ya saya belum kenal Bapak Husen. Awal mula saya kenal dan bekerja di Bapak Husen dulu saya dengan bapak Husen secara tidak sengaja ketemu di sawah dan saya ditawari untuk menggarap tanah miliknya karena saya memerlukan uang ya saya terima tawarannya,
Pewawancara : dari jam berapa dan sampai jam berapa bapak bekerja? Informan
: saya berangkat kerja itu mulai jam enam pagi mbak sampai jam sepuluh siang,
Pewawancara : terus berapa pak gaji yang didapatkan? Informan
: tidak tentu mbak, gajie tidak bisa dipastikan, terkadang ya dua puluh, terkadang ya dua puluh lima mbak, kebanyakan yang dua puluh lima ribu itu kalau sawahnya Bapak Haji Husen tidak terkena penyakit. Kalau pas sawahnya terkena penyakit ya berakibat pada gaji yang saya peroleh mbak yang pasti nanti gajih saya kurang dari dua puluh lima,
Pewawancara : lho, memang penyakit apa aja? Informan
: terkadang walang sangit, olah tumbuk, pirus, tikus,
178 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Pewawancara : Pak, disini katanya terkenal tanaman tembakaunya pak? Berarti bapak pernah menjadi buruh tani yang menjaga dan mengelolah tanaman tembakau di sawah? Informan
: iya pas dulu pernah mbak, pas musimnya tanaman tembakau sekarang ya tidak nanam tembakau tetapi diganti nanam padi, musim e tembakau iku mbak pas bulan kelima atau keenam mbak, sekarang ya masih ada tapi cuman beberapa saja yang nanam tembakau,
Pewawancara : apakah sama pak cara nanam padi sama tembakau? Informan
: hampir sama mbak, penyakit yang nyerang padi dan tembakau juga sama mbak,
Pewawancara : Oh iya pak, apakah dulu awal menerima tawaran pekerjaan dari Pak Husen, bapak berperan juga dalam kontrak kerja? Informan
: maksudnya kontrak kerja mbak?
Pewawancara : hmm.... semacam kesepakatan jam kerja atau besarnya gaji pak? Informan
: wah ya ndak mbak, saya ya nriman saja, apa kata Bapak haji Husen, yang nentuin semuanya dia, mulai dari jam kerja, lamanya pekerjaan, besarnya gaji, bibit, biaya pengolaannya, yang penting saya nrima jadinya mbak dan mendapatkan uang yang dapat digunakan membeli makan sudah itu saja,
Pewawancara : dalam seminggu bapak liburnya hari apa?
179 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Informan
: ndak ada hari libur, seminggu kerja terus, terkecuali sudah tidak ada yang dikerjakan lagi di lahan tersebut, dan juga ketika saya sakit mbak, saya izin tidak masuk kerja ke Bapak Haji Husennya,
Pewawancara : apakah gajih yang bapak terima cdari bekerja buruh tani cukup untuk memenuhi kebutuhan bapak dan keluarga? Informan
: ya banyak tidak cukupnya mbak, jika saya tidak punya uang dan memerlukan uang ya saya pinjem dulu di Bapak Husennya nanti membayarnya dengan dipotong gajih saya. Terkadang untuk menambah penghasilan saya membuat usuk rumah mbak, tiap usuk saya jual dua puluh rima ribu,
Pewawancara : ketika bapak sakit, apakah tetap digajih? Informan
: ya tidak mbak, kalau masuk saja baru digajih mbak, kalau tidak masuk ya tidak,
Pewawancara : pernahkah bapak Husen menjenguk bpak ketika sakit? Dan membantu biaya pengobatan? Informan
: tidak pernah mbak, nek sakit ya saya berobat sendiri, uang-uang saya sendiri, tidak pernah kok Bapak Husen membantu memberi uang saya untuk biaya berobat. Paling kalau saya sakit dan tidak punya uang ya saya pinjem ke orang lain dulu dan jika sudah ada uang baru saya kembalikan,
Pewawancara : apakah bapak menerima upah tambahan jika lembur kerja, pulang kerjanya lebih lama?
180 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Informan
: tidak pernah mbak, ya itu tadi gajinya sesuai dengan kesepakatan awal.
Pewawancara : Ketika panen haslnya melimpah bapak diberi sesuatu dari bapak Husen? Informan
: dikasihnya ya hanya ketika pas hari raya idul fitri saja mbak, biasanya lima sampai sepuluh kilo beras, kalau diluar hari raya jarang mbak diberi semacam itu,
Pewawancara ; apakah selama bapak menjadi buruh taninya Bapak Husen, Bapak merasa senang tanpa dipaksa? Informan
: namanya juga pekerjaan saya hanya sebagai buruh tani mbak, ya pasti cukup berat mbak, kalau hujan ya kehujanan, kalau panas ya kepanasan, demi keluarga mbak ya walaupun berat tetap saya lakukan,
Pewawancara : apakah bapak memiliki keinginan untuk berpindah pekerjaan dari buruh tani? Informan
: keinginan ya pasti ya mbak, tetapi mau pindah kemana mbak, bisanya hanya sebagai buruh tani,
Pewawancara : terima kasih pak atas waktunya, maav sudah mengganggu waktu istirahat bapak, assalamu‟alaikum, Informan
: tidak apa-apa mbak, wa‟alaikumsalam,
181 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Nama Pewawancara : Eka Ramadhan Hari Adhi ( 071114083) Nama Informan
: Bapak Rudi
Usia Informan
: 55 tahun
Pekerjaan
: Buruh Tani
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 09.30
Orang disekitar Informan : Galang Putra Bangsa
Tak terasa kala itu mentari mulai menampakkan wujudnya. Bias sinarnya yang mulai menusuk ke dalam pori kulit ini mengiringi langkahku dan temanteman seperjuanganku menuju persinggahan para informan yang lokasinya tak jauh dari tempat kami menginap. Saya lihat riangnya para kawan-kawanku sementara saya harus terdiam menahan sakit radang yang saya derita semenjak hari pertama tiba di Jember. Selang beberapa waktu kami akhirnya sampai pada desa tujuan kami. Sepanjang perjalanan saya temui hamparan sawah yang luas nan hijau menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk desa tersebut merupakan petani. Rumah demi rumah saya lewati dan akhirnya saya menemukan rumah informan saya. Setelah mengetuk pintu,kami menjelaskan maksud kami datang menemuinya lalu informan saya mempersilahkan saya masuk dengan teman saya yang bernama Galang Putra. Pada akhirnya kami bercakap-cakap
Pewawancara : Permisi Pak, kalau boleh saya tahu nama bapak siapa? Informan
: Pak Rudi
Pewawancara : ini dusun mana Pak?
182 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Informan
: Tegal Gusi
Pewawancara : Usianya pak? Informan
: (Sambil batuk-batuk dan sedikit berpikir kebingungan) usia ? emmm 55 tahun.
Pewawancara : Ini bapak pekerjaanya apa ya pak? Informan
: iya buruh tani mas. Buruh tani tembakau, padi
Pewawancara : ohh, mohon maaf pak . pendidikan bapak dulu? Informan
: saya dulu ndak sekolah
Pewawancara : emm , apa sudah lama pak jadi buruh tani? Informan
: iya mas lama
Pewawancara : Sejak kapan pak? Informan
: ya sudah lama , berapa tahun ya mas. lupa (sambil mengingatingat)
Pewawancara : ada 10 tahun pak? Informan
: iya mungkin mas, lebih kayaknya 20 tahun
Pewawancara : kalau sehari gitu berapa jam pak kerjanya? Informan
: ya gak tentu mas, kadang ya jam 7 sampai jam 12. Terus kalau ada waktu ya kembali lagi mas dhuhur itu samp ashar.
Pewawancara : kalau upahnya gimana pak? Informan
: disini ini orang macul 25 ribu mas.
Pewawancara : itu bapak ikut orang gitu ya pak? Majikan gitu Informan
: iya mas, tapi majikan saya itu ya nyewa gitu mas.
Pewawancara : harga sewanya berapa pak? Informan
: kurang tahu mas tergantung luas lahanya
183 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Pewawancara : bapak udah lama jadi buruh tani kenapa pak? Informan
: ya suka aja mas. dari kecil suka sama tani. Gak punya keahlian
lain. Merasa cocok aja mas. kalau saya gak kerja jadi tani ya gak semangat mas. Pewawancara : apa gak pengen punya pekerjaan lain? Atau kerja di bidang lain selain pertania?
Ketika hening sesaat, tiba – tiba terdengar suara motor lewat dari luar rumah responden, dan terdengar pula suara “ngooookkkk....”suara sapi yang merupakan hewan ternak yang dimiliki oleh informan. Informan
: endak mas, ndak semangat saya kalo ndak di tani. Paling dulu
saya angon sapi Pewawancara : terus apa hasil pertanian dibagi sama yang punya lahan? Informan
: iya biasanya gitu mas. yang paling banyak ya majikan. Majikan
yang ngasih semua bahan kayak pupuk, bibit. Lha kita yang nanam, mupuk, tersu manen gitu mas. Pewawancara : oo.. terus tanaman yang ditanam itu apa aja pak? Informan
: tergantung mas, kadang ya padi, tembakau. Lihat musim. Kalau
sekarang ini temabakau lagi sulit mas. banyak yang harga jualnya rendah. Sekarang rata-rata yang 23 juta mas. tapi ya kadang mahal mas. Pewawancara : kalau gagal panen gitu yang nanggung siapa pak? Informan
: ya.. rugi mas. ya majikannya paham mas. tapi ya gitu upah buruh
tani kan jadi berkurang mas. kalau panen bagus biasanya dapat 30 ribu sehari,lha kalau jelek ya paleng dapet 20 sampe 25 ribu mas sehari. Pewawancara : biasaya uang hasil panen dibuat apa pak? Informan
: ya apa ya mas, ya makan juga mas, ya sehari-hari gitu mas
184 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Pewawancara : tapi kira-kira cukup gak pak? Informan
: ya begini ini mas, kadang ya kurang mas.
Pewawancara : kalau misalnya hasil panen berliebih apa dapat tambahan upah dari majikan bapak? Informan
: ya kadang ditambahi dikit mas, kadang ya dikasih hasil panenya.
Kalo panen padi ya dikasi padi berapa kilo mas, Pewawancara : bapak sendiri apa merasa cukup dengan gaji yang bapak terima? Informan
: cukup ndak cukup mas. udah dikasi segitu sama majikan ya saya
ga berani protes Pewawancar : disini ini temabakaunya dijual kemana pak? Informan
: ya nanti ada makelarnya. Trgantung dari jenis dan kelas tembakau
yang ditanam mas. kalo kita tanam tembakau kelas A biasanya yang ambil ya kayak bentoel, gudang garam mas. kelas B itu ya sampoerna mas. Pewawancara : yang paling bagus kelas apa? Informan
: kelas A mas. tapi kan ya tergantung pabrik yang ngolah. Ya
sampoerna itu milih kelas B soalnya dari awal sampoerna ahli kalau ngolah temabaku kelas B. Kalao sampoerna dikasi kelas A kan gak bisa mas mereka ngolahnya. Ya kaya gak punya resepnya mas Pewawancara : kalau bapak sendiri minta bantuan ke majikan gitu apa dibantu pak? Informan
: bantuan? Giamana mas.
Pewawancara : ya misal bapak butuh uang buat berobat waktu sakit atau ada keluarga bapak yang sakit tapi kebetulan waktu itu bapak gak punya uang, terus bapak minta bantuan ke majikan ya misal hutang gitu apa dikasih ?
185 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Informan : oohhh. Ita mas kadang ya dikasih kadang ya dianggap hutang mas. ya namanya orang kan kadang-kadang sama-sama ga punya uang mas. Pewawancara : ini bapak kerja sendiri ya pak? Anggota keluarga lainya gimana pak?mungkin anak bapak atau istri bapak, apa juga ikut berkerja? Informan
: iya kadang istri saya ikut bantu saya jadi buruh tani kalo ada
orang yang butuh. Kalu capek ya gak kerja mas. ini anak saya ya sudah bekerja di pabrik. Pewawancara : pak disini apa ada semacam perkumpulan tani? Informan
: ya ada mas saya sendiri juga ikut jadi anggota
Pewawancara : itu biasanya kegiatan apa aja pak? Informan
: ya rapat gitu mas seminggu sekali kadang ya sebulan sekali.
Pewawancara : yang dibahas waktu rapat itu apa pak? Informan
: harga pupuk mas, ya bibit juga,kadang naik terus dirapatkan.
Kira-kira pesan pupuk berapa dan dapat bantuan dari pemerintah berapa semua petani harus tahu mas. Tiba-tiba terdengan suara adzan, dan baru saya ingat kalau hari itu adalah hari jumat dan saatnya untuk sholat jumat. Setelah saya merasa informasi yang saya dapat sudah cukup akhirnya saya memutuskan untuk menyudahi pembicaraan,dan berpamitan kepada responden. Sekian dan terima kasih.
186 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Nama Pewawancara
: M.Alhada Fuad
Nama Informan
: Ahmad Husein
Usia Informan
: 49 tahun
Pekerjaan
: petani pemilik dan tani
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 09.30
Orang disekitar informan : Ravelita Nian Sari,dan Ulin Ni‟mah
Wawancara ini dilakukan pada hari Jum‟at tanggal 29 November 2013 pukul 09.03 di rumah Bapak Ahmad Husein yang beralamat di Jl. Kiyai Haji Abdul, RT 01, RW 01, Dusun Tegal Guci, Desa Mayang, Kabupaten Jember. Suasana ketika wawancara cukup hening dan sepi karena lokasi penelitian berada di pelosok desa yang cukup terpencil sehingga sangat jarang terdengar suara kendaraan yang melintas di jalan depan rumah Pak Husein tersebut. Ketika proses wawancara, saya selaku pewawancara (Muhammad Alhada Fuadilah Khabib) didampingi oleh kedua rekan saya yaitu Rafelita Nian Sari dan Ulin Ni‟mah, sehingga ketika proses wawancara berlangsung terdapat 4 orang yang berada di ruang tamu lokasi wawancara tersebut. Namun keberadaan Rafelita Nian Sari dan Ulin Ni‟mah sebagai orang ke-3 dan orang ke-4 tidak mengganggu proses penggalian data yang saya lakukan, bahkan mereka sesekali menambahi pertanyaan yang saya ajukan agar data yang saya peroleh bisa lebih lengkap dan mendalam. Proses wawancara ini berlangsung selama 18 menit dan hasil dari wawancara tersebut saya tulis dalam transkrip di bawah ini; A: Permisi ya Pak, sebelumnya kalau oleh tahu nama lengkap bapak siapa ya? B: Ahmad Husein A: Emmm alamat bapak ini? B: Jalan Kiyai Haji Abdul RT satu RW satu Dusun Tegal Guci Desa mayang A: Usianya bapak saat ini?
187 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Emmm empat puluh sembilan tahun A: kalau pekerjaan bapak disini sebagai apa? B: Tani A: Owh petani juga, petani pemilik ya pak? B: Iya, A: Terus bapak juga ketua kelompok tani disini juga ya pak? B: Iya betul, A: Pak, kalau di desa sini petani itu bekerja dalam sehari itu berapa jam pak? Misalkan jam berapa sampai jam berapa Pak? B: Eeeee,,,, dari jam tujuh sampai jam dua belas pada umumnya A: berarti lima jam dalam sehari ya pak? B: Iya, pada umumnya A: emmm,,, kadang-kadang ada tambahan jam gitu gak Pak? Maksudnya bekerja dalam waktu yang lebih gitu gak Pak? B: Sebagian, tergantung,,, istilahnya pada musim tembakau atau tidak, kalau musim seperti ini dari jam tujuh sampai jam dua belas A: jadi bekerjanya lebih kalau pas musim kayak panen dan tanam gitu ya Pak? B: Iya seperti itu A: Terus kalau misalkan pas ada tambahan waktu gitu ada tambahan upah gak pak? B: Iya, pasti ada A: Emmm,,, kalau dalam sehari dari jam tujuh sampai jam duabelas itu upah kerjanya berapa pak? B: Dua puluh ribu A: terus kalau misalkan ada tambahan jam kerja biasanya ditambah berapa pak?
188 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: kisarannya dari satu jamnya ditambah lima ribu A: Terus disini itu para buruh tani boleh melakukan,,, maksudnya bergabung dalam organisasi gitu gak pak? B: Eeee,,, artinya buat kerjasama gitu ya mas?? A: gini pak, misalkan buruh tani di sini diperkenankan bergabung di kelompok tani begitu gak pak sama majikannya? B: Iya, bergabung A: Kalau sistem kerja di sini itu bagaimana pak? Kontrak atau buruh tetap gitu pak? B: kalau di sini sistem kerjanya itu menggunakan sistem “Matun” A: emmm,,, kalau boleh tahu istilah “Matun” itu sendiri seperti apa Pak? B: gini mas, matun itu kayak bagi hasil tapi bukan bagi hasil, sistemnya ya tergantung kesepakatan antara buruh dan pemilik lahan, gini misalnya dapat hasil satu ton, yang sepertimanya itu punya yang matun, jadi intinya kayak hubungan kerja sama begitu A: Owh gitu ya... kalau boleh tahu bisa tolong dijelaskan kembali sistem matun itu pak? B: jadi intinya kerja sama antara buruh dan pemilik lahan, caranya dengan kesepakatan gitu A: jadi ada kesepakatan kerja gitu ya pak? B: Iya, terus biasanya pemilik tanah itu menyediakan kayak pupuk, pertisida, benih dan yang matun itu menyediakan tenaganya, jadi istilahnya kerja sama yang satu tenaga yang satu modalnya begitu A: owh... jadi yang matun itu yang bekerja pada seluruh lahan pertanian ya pak? B: kalau pas kerja yang kayak penanaman, pengairan, pemanenan begitu ya dicarikan tenaga kerja lain yang bayar ya yang punya tanah. Terus kalau yang buat kayak “galengan”, bajak sawah itu urusannya yang matun. Jadi gak setiap
189 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
hari kerja, Cuma waktu-waktu tertentu saja, misalkan dalam 4 bulan itu gak penuh bekerja terus A: Galengan itu apa ya pak? B: Galengan itu kayak jalan, pembatas sawah giu mas, istilahnya itu apa ya... emmm... pematang sawah A: Oo,,, pematang sawah! Iya pak, B: Iya, iya A: Oo..iya pak, tadi kan bekerjanya tidak setiap hari, jadi kan tidak bisa dapat penghasilan setiap hari, itu buruh taninya dapat penghasilan darai mana pak kalau pas tidak bekerja? Atau sudah cukup dengan pekerjaannya seperti itu? B: Nah begini, disini kan cukup luas dan banyak juga ya ladang-ladang sama, di mana setiap ladang itu kalau misalkan tidak sedang bekarja, dia bisa kemanamana, jadi bekerja ditempat lain, miasalkan kalau ada panenan gitu dia ikut panenan A: Jadi apa bisa dikatakan hampir setiap hari mereka bisa dapat kerjaan dari hasil panenan gitu pak? Panenannya itu tidak bersamaan gitu ya Pak? B: Ya panenannya tidak bersamaan, tapi ya gak setiap hari kadang juga libur, seminggu begitu mungkin libur sekitar 3 sampai empat hari A: jadi seminggu itu bisa dikatakan yang separuh buat bekerja yang separuh menganggur gitu ya pak? B: Iya, begitu gak tiap hari dapat kerjaan ada liburnya A: tapi walaupun gak setiap hari bekerja tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup gitu ya pak? B: sebenarnya ya gak cukup sih kalau Cuma buruh tani aja, rasanya tidak cukup. Istrinya kebetulan biasanya istrinya buruh tani itu bekerja di gudang A: Owh...!!
190 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: Itu penghasilannya perhari sekitar tiga puluh ribu, kalau gak salah dua puluh sembilan berapa begitu A: kalau yang bekerja di pabrik itu sistem kerjanya gak kontrak ya pak? B: Iya, gak kontrak udah jadi buruh tetap begitu A: Jadi gajinya itu dibayarkan perbulan atau perhari begitu pak? B: perminggu, iya perminggu A: terus di gudang itu kerjanya ngapain pak? Maksudnya ngolah apa begitu? B: ngolah tembakau, disini kan kebanyakan produktivitasnya dari perusahaanperusahaan tembakau A: terus bekerjanya itu meliputi bekerja apa aja begitu pak? B: Artinya ya kayak pensortiran kalau disini istilahnya “gambang”, kan ada tembakau kualitas A, B, C begitu itu disortir dikelompokkan begitu, sampai dengan tali-tali pengemasan buat dikirim kepabrik A: Jadi intinya semuanya begitu ya pak, sampai bisa dijual ke pabrik B: Iya, begitu A: Terus kalau biasanya yang dikeluhkan buruh tani terkait pekerjaannya itu apa pak? B: Artinya begini, ada keluhan bila mana seperti tahun ini itu terserang hama tikus, otomtis tenaga buruh maupun petani pemiliknya juga gak bisa kan, banyak yang gagal panen barusan ini karena terserang hama tikus itu tadi A: Terus kalau keluhan lain dari para buruh terkait hubungan kerja dengan majikannya itu ada gak pak? B: gak ada, A: Terus ada gak pak jaminan kesehatan bagi buruh tani begitu dari pemilik lahan?
191 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
B: sebenarnya dikontraknya gak ada tapi, kebanyakan itu ada kebijakan dari atasan itu pasi ada, tapi tidak ada konteks dalam perjanjian itu tidak ada, A: owh, sebenarnya tidak ada tapi mesti dikasih bantuan gitu ya pak kalau buruhnya ada yang sakit? B: Iya, ada kebijakan sosialnya itu pasti ada A: terus kalau ketika panennya melimpah begitu ada bonus-bonus begitu gak pak yang diberikan kepada buruh tani? B: Ada, sebagian itu majikan ada yang ngasih sebagian ada yang enggak, tergantung kepada majikannya A: tapi sebagian besar disini ngasih gak pak B: ngasih lah,,, A: terus ngasihnya itu biasanya dalam bentuk apa pak? B: ya.. kadang-kadang dalam bentuk uang, kadang-kadang dalam bentuk hasil panenan itu tadi A: Owh,,, Terus kalau misalkan gagal panen kayak yang barusan terjadi karena terserang hama tikus itu yang naggung siapa pak kerugiannya? B: ya yang nanggung majikannya, termasuk yang matun juga menanggung juga, kan tenaganya jadi gak terbayar, kayak bikin pamatang sawah, bajak sawah, menanam bibit dan sebagainya itu kan tanggungannya yang matun tapi kalau kerugian materi ya yang naggung majikan A: Owh... Iya pak, karena yang membelikan pupuk, benih dan sebagainya itu kan majikan ya Pak,,, B: Iya, jadi dua-duanya ruji A: Ya sudah pak terimakasih banyak atas waktunya untuk wawancara ini, maaf sudah merepotkan bapak, B: Iya tidak apa-apa
192 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Nama Pewawancara
: Izzatul Millah
Informan
: Suheri
Umur
: 67 Tahun
Pekerjaan
: Petani
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 09.30
Orang disekitar informan : Anak informan
Waktu itu tepatnya pukul jam delapan pagi setelah usai sarapan pagi saya beserta kelompok saya berangkat dari penginapan kita yang berada di secaba menuju Desa Mayang kecamatan mayang kabupaen
jember. Dimana tempat
tersebut adalah tempat kediaman para informan kita. Jarak yang ditempuh dari penginapan kita memang lumayan
jauh. Dengan membawa mobil kami
sekelompok menuju daerah tersebut. Jalan yang kami lalui sungguh indah akan pemandangan alamnya. Sepanjang jalan yang kami temui adalah deretan pohonpohon yang mungkin usianya sudah tua, ukurannya yang sangat tinggi dengan dedaunan yang rimbun. Membawa hawa dalam perjalanan kami terasa sangat menyejukkan hati. Keceriaan tumbuh di tengah-tengah anggota kelompok kami. Hingga akhirnya kami sampai di balai desa Mayang untuk meminta izin lagi untuk mencari informan ke Desa Mayang. Setelah itu kami menuju dusun tegal gusi dimana kami akan menemui para informan. Memang letak dusun tersebut dari balai desa memang lumayan cukup jauh. Dan sekali lagi untuk menuju dusun tegal gusi di sepanjang perjalanan kami terbentang pemandangan alam yakni
193 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
sawah-sawah dan perbukitan yang hijau dan membuat saya tak henti-hentinya selalu memuji kebesaran sang pencipta. Setelah sampai saya dan teman saya menuju rumah informan temn saya terlebih dahulu yang sudah kami ketahui sebelumya dari bapak ketua RT setempat. Beberapa menit kemuudian wawancara teman saya berakhir dan kamipun menuju rumah responden saya. Saya : “Assalamu‟alaikum…..” (sambil mengucapkan salam dan menunggu di depan rumah informan saya)
Irma : “wassalamu‟alaikum….iya mbak. Mau cari siapa? Silahkan duduk dulu” Saya : “iya ini mbak, saya dari mahasiswa universitas airlangga ingin belajar dari petani tembakau di daerah sini mbak. Apakah benar ini rumahnya bapa suheri mbak?” (yang saya rasakan saat di rumah bapak suheri adalah bau yang tidak enak, sehingga saya sendiri tidak bisa mengkondisikan diri saya senyaman mungkin. Mungkin bisa dimaklumi karena dalam rumah tersebut terdapat anak-anak)
Irma:” oo..iya mbak memang benar ini rumahnya bapak suheri. Namun orangnya masih tidur. Sebentar ya mbak biar di bangunkan suami saya.” ( di ruang tamu tersebut juga ad suami mbak irma yang namanya adalh rofik. Mas rofik tersebut masuk ke dalam dan membangunkan pak suheri yang sedang tertidur)
Sambil menunggu pak suheri yang dibangunkan saya melakukan percakapan dengan mbak irma Saya : “mbak ini anaknya pak suheri ya?”
194 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Irma : “iya mbak, saya anaknya yang kedua mbak. Anak pertamanya bapak ya ada di Kalimantan merantau mbak. Saya tinggal disini sama keluarga saya sudah dari kecil. Meskipun kami berjiwa Madura tapi dari kecil saya tinggal di sini. Ya meskipun bahasa Madura masih kental pada diri saya, soalnya di sini mayoritas juga orang-orang dari Madura.” (dengan menggunakan bahasa Madura yang saya tidak tahu akhirnya mbak irma saya beritahu bahwa saya tidak mengerti dengan apa yang di katakannnya dan saya mengarahkan agar mbaknya berbahasa Indonesia saja.)
Saya : “mbak kalau sini itu alamatnya apa ya mbak?” Irma : (sambil mengambil KTP nya) “alamatnya dusun tegal gusi RT:01 RW:02 Mayang” Tak lama kemudian sering sepuluh menitan akhirnya pak suheri keluar dan duduk bersama kami di ruang tamu. Yang saya lihat pak suheri sudah sangat tua dan secara fisikpun beliau cukup rentan. Saya : “pak suheri ya” Pak suheri : “iya mbak.” (dengan sikap yang masih agak lemas usai bangun tidur) Saya : “bapak umurnya sekarang berapa?” Pak suheri :” umur saya sekarang 67 tahun.” (beliau berbahasa Madura dan sekali lagi saya tidak faham apa yang di cakapkan belia. Sehingga mbak irma saya minta untuk menerjemahkan dalam bahasa indonesia)
Saya : “bapak pendidikan terakhirnya apa?” Pak suheri : “tidak tamat SD mbak, sekolah kelas 3 SD itu terakhir terus uda gak nerusin sekolah lagi. Lah gak ada biaya buat nerusin sekolahe mbak.”
195 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Saya : “bapak sudah menjadi petani itu sejak kapan ya pak?” Pak suheri : “ya sudah lama mbak. Hampir 60 tahunan saya menjadi petani dan hidup dengan alam terutama persawahan. Gimana gak jadi petani saja memang di sini gak ada pekerjaan lain selain jadi petani.” Saya : “kalau ke lahan atau sawah gitu biasanya berapa lama ya pak?” Pak suheri : “ya berangkat jam 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang mbak. Itupun ya dilakukan setiap hari. Nggak ada hari libur atau apa gitu. Ya setiap hari harus ke ladang mbak.” Saya : “biasanya dapat upah itu perhari atau setiap kali panen ya pak?” Pak suheri : “ya upahnya tiap hari mbak. Perhari itu ya kadang 20.000 kadang juga 25.000. kalau dapat upahnya itu tiap panen ya gak nyukupi mbak. Iya kalau hasil panennya bagus, kalau tidak itu yang menyusahkan kita sebagai buruh tani. Kalau nanam tembakau setahun bisa nanam 5x. kalau pengairannya mudah. Kalau pengairana biasanya mendapat uang lebih soalnya menjaga pengairan masuk ke sawah bisa sampai jam 17.00 sore. Ya dapatnya sekitar 40.000-50.000 perharinya itu mulai dari pagi. Itupun kalau airnya mudah itu bisa dapat 500.000 setiap kali panen, tapi kalau air lagi sulit ya Cuma dapet 150.000 saja tiap kali panen. Ya itu kalau majikan saya yang bernama pak husein. Kalau pak taufik ya nggak gitu.” Saya : “memangnya bapak menggarap lahannya siapa saja pak terus bagaimana sikap mereka pada bapak?” Pak suheri : “saya menggarap dua lahan orang. Memang dua orang ini sangat terkenal dengan kekayaannya di sini. Tapi lebih kaya pak husein daripada pak
196 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
taufik. Dua orang ini memiliki perwatakan yang sangat berbeda. Pak taufik itu sosok yang jahat, kalau memberi upah itu tidak setiap hari mbak. Meskipun melihat saya ada di lahan ya di biarkan saja, jangankan ngasih upah bisa tiap hari, ngasih makanan atau air minum saja tidak pernah. Walaupun saya sakit ya nggak dijenguk. Di kasih uang untuk membeli obat saja tidak. Selain itu kalau hari raya nggak dikasih apa-apa ya hitung-hitung buat THRan. Pak taufik ini jahat dan agak kasar orangnya. Suka marah-marah kalau ada yang salah. Beda dengan pak husein memang dia kaya tapi beliau sangat baik hati. Upah diberikannya tiap hari kepada para buruh-burhnya. Beliau juga sering ngasih makanan kecil kalau buruhnya ada di lahan. Walaupun ngga setiap hari tapi setidaknya beliau masih peduli dengan buruhnya. Dan ketika saya sakit anak buah atau suruhan pak husein datang ke rumah saya dan memberi uang untuk saya belikan obat. Selain itu pada hari raya pak husein membagikan beras 5-10 kg kepada buruh-buruh tani di lahannya” Saya : “kalau pak taufik seperti yang bapak gambarkan mengapa bapak masih bertahan bekerja dengan orang itu?” Pak suheri : “ya mau gimana lagi mbak namanya orang butuh kerja. Ya dibetahbetahin aja mbak. Kalau gak di betahin ya dari mana penghasilan yang di dapat. Nggak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kalau nggak cukup ya kadang di kasih orang mbak. Ya kadang mereka nyumbang 10.00020.000 untuk saya. Walaupun anak saya kerja di Kalimantan tapi dia tak pernah mengirimi uang, lah dia di sana saja tinggal bersama keluarganya. Kalau pulang ke sini saja baru ngasih uang. Sedangkan suami si irma juga kerjanya tidak menentu ikut orang di sini. Kalau dia di ajak orang kirim barang ya dia dapet upah kalau tidak ada yang ngajak ya nganggur di rumah. Ya mereka juga kan memiliki
197 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
anak yang usianya 7 tahun. Ya mau tak mau ya saya ikut membantu menghidupi kehidupan anak saya. Untung saja istri saya tak begitu cerewet mbak, orangnya terima apa adnya saja. Tapi saya juga sempat merasa iba di dalam hati ini dan saya kepikiran kapan saya bisa nyenangin istri saya. Ingin hati membelikan perhiasan tapi uangnya itu yang tidak ada. Buat makan sehari-hari saja sudah paspasan.” Saya : “biasanya kalau panen majikan bapak ngasih bonus nggak pak kepada buruh-buruhnya?” Pak suheri : “ya nggak pernah. Kalaupun mereka dapat panen melimpah ya mereka tak akan memberikan bonus pada buruhnya mbak, kan upah yang diberikan saja sudah tiap hari.” Saya : “kalau panenya gagal itu siapa yang harus menanggungnya pak?” Pak suheri : “ya yang nanggung majikan saya mbak, kan semuanya di modalin mereka. Saya hanya merawatnya. Sekarang saja tikus itu merajalela. Hamper tanaman penduduk yang di habiskan tikus. Ya gara-gara hama tikus itu mbak.” Saya: “apa bapak nyaman menggeluti pekerjaan sebagai buruh tani?” Pak suheri :” iya nggak nyaman sebenarnya mbak. Namanya kerja ikut oranng. Tapi ya mau gimana lagi kalau gak kerja ya gak dapat uaang mbak. Kalau kerja lain di sini ya gak ada. Adapun orang-orang sini yang meajut bambu untuk dijual hasilnya. Tapi karena keterbatasan fisik dan keahlian yang saya tidak bisa ya saya tetap saja menjadi buruh tani mbak. Ya semuanya di syukuri saja mbak, yang penting dapat makan sehari-hari saja sudah cukup.”
198 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Saya : “yasudah pak kalau begitu. Itu saja yang ingin saya gali tentang pekerjaan bapak. Maav saya merepotkan dan menganggu waktu bapak.” Pak suheri : “iya gak apa-apa mbak.” Saya : “ya pak saya mohon pamit dulu ya pak. Terimakasih atas informasinya pak.” Asslamu‟alaikum.(sambil menjabat tangan pak suheri dan segera meninggalkan rumahnya)
Pak suheri : “sama-sama mbak. Wa‟alaikumsalam…….”. Segera saya tinggalkan rumah pak suheri. Dan menuju tempat parker kendaraan kita untuk segera kembali ke penginapan.
Ini adalah potret sosok pak suheri dan keadaan ruang tamu rumah beliau.
199 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Nama Pewawancara
: Ainun Nurfitradana (071114052)
Nama Informan
: Bapak Sujono
Umur
: 59 tahun
Pekerjaan
: Petani pemilik
Waktu Wawancaran
: 29 november 2013 pukul 10.30
Orang disekitar informan : keluarga informan
Wawancara ini dilankukan pada hari jum‟at tanggal 29 November 2013 pukul 10.30 di rumah bapak Sujono yang beralamat Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, desa mayang kabupaten Jember. Suasananya ketika wawancara cukup hening karena lokasi penelitian berada di pelosok desa yang cukup terpencil sehingga sangat jarang terdengar suara kndaraan yang melintas di jalan depan rumah bapak Sujono. Ketika proses wawancara, saya selaku pewawancara Ainun Nurfitradana sangat senang karena di berikan kesempatan untuk bertanya-tanya dengan bapak Sujono. Proses wawancara ini berlangsung selama dua belas menit.
D
: Assala mualaikum pak..
S
: Walaikum salam nak..
D
: apakah benar ini rumahnya bapak Sujono ?
S
: iya, benar nak.. ada apa memangnya ?
200 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
D
: begini pak, saya dari Universitas Airlangga Surabaya.. ingin bertanyatanya tentang pertanian di desa ini pak.
S
: ohh, begitu ya.
D
: iya pak, saya tadi bertanya sama orang.. saya bertanya tentang petani pemilik lahan pak..
S
: iya, terus..
D
: dia bilang, ohh.. pak Sujono itu petani pemilik dek..
S
: ohh, memangnya siapa yang di tanyai nak ?
D
: tudak tau saya pak, tidak sempat tanyak namanya soalnya.. hahahaha..
S
: oalah, begitu.. ya sudah, silahkan masuk nak..
D
: iya pak, permisi ya..
S
: iya nak, sini silahkan duduk (sambil menunjuk kursi dengan ibu jarinya mempersilahkan duduk)
D
: di sini sejuk ya pak hawanya..
S
: ya begini lah nak, suasana desa.. hahahaha
D
: bedah jauh dengan Surabaya pak, di sana kalau tidak pakai kipas angin sumuknya minta ampun..
S
: hahahahah.. kalo di sini pakai kipas angin bisa masuk angin nak..
hahahaha] D
: hahahahaha.. saya mulai ya pak..
201 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
S
: iya nak, silahkan..
D
: kalau boleh tau nama bapak siapa ?
S
: nama saya Sujono nak..
D
: yang saya maksut nama lengkap bapak..
S
: iya itu Sujono, panggilannya Jono.. hahaha
D
: pendek sekali ya pak.. hahaha
S
: iya nak, hahaha..
D
: alamat rumah bapak di mana ini ?
S
: ini di Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, Jember nak
D
: kalau boleh tau, usia bapak sekarang sudah menginjak berapa ?
S
: usia saya sudah lima puluh sembilan tahun nak.
D
: wow, lebih tua dari ayah saya ya pak.. hahaha
S
: memangnya, usia ayah berapa nak ?
D
: masih lima puluh tiga tahun pak.. hahaha..
S
: ohh...
D
: ohh, iya pak.. Maaf sebelumnya pak, saya mau tanya pendidikan terakhir bapak apa ?
S
: pendidikan akhir saya SMP nak..
202 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Dulu cari sekolah susah nak, dan biayanya sangat mahal. Orang tua saya dulu tidak mampu menyekolahkan saya sampai ke jenjang yang lebih tinggi nak. Tapi sekarang Alhamndulillah saya bisa menyekolahkan anakanak saya sampai perguruan tingi nak. Hahahaha. D
: hahahaha, iya bapak alhamndulillah.. Memangnya bapak punya anak berapa ?
S
: anak saya dua nak. Yang satu sudah nikah dan kerja, dan yang satu lagi masih kuliah nak.
D
: ohh, yang pertama perempuan atau laki-laki pak ?
S
: yang pertama laki-laki, terus yang kedua perempuan nak.
D
: kalau boleh tau, anak pertama bapak kerja di mana ?
S
: kerjanya di bank nak Alhamndulillah. Kalau yang kedua ini masih kuliah nak di Universitas Jember.
D
: ohh, sama-sama mahasiswanya berarti ya pak.. hahahaha..
S
: iya nak, hahahaha..
D
: memangnya putri bapak jurusan apa kuliahnya pak ?
S
: jurusan ekonomi nak.
D
: wah, pinter berarti ya pak.. hahaha..
S
: ya kurang tau nak, kan saya ndak ikut kuliah.. hahahaha..
D
: iya pak, hahaha.. ohh iya pak mau tanya, pekerjaan bapak apa ?
203 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
S
: pekerjaan saya ya melihat perkembangan sawah nak..
D
: ohh, jadi memantau gitu ya pak ?
S
: iya nak, seperti itu..
D
: hmm, bagai mana bapak memperlakukan pekerja bapak ?
S
: maksutnya diperlakukan gimana nak ?
D
: ya apakah bapak itu baik, kenal akrap atau bagi mana ?
S
: ya pasti akrap lah nak, saya memperlakukan pekerja seperti teman saya sendiri nak.. jadi kalau ketemu di sapa dan sebagainya gitu. Hahaha
D
: wah, baik berarti ya bapak.. hahahaha
S
: ahh tidak juga koknak, menurut saya biasa saja.. hahahaha..
D
: lalu bapak memberi upah berapa biasanya ?
S
: ya ndak mesti nak, tergantung kerjanya..
D
: biasanya berapa pak ?
S
: kalau biasanya ya dua puluh lima ribu nak perharinya..
D
: ohh, seperti itu pak.. Lalu ada jaminan kesehatan tidak pak ? soalnya biasanya kalau bekerja gitu kan di beri jaminan kesehatan pak ?
S
: tidak nak, tapi kalau misalnya mereka sakit ya saya jenguk nak.. karna kasihan kalau tidak di jenguk nak, kita hidup di dunia di mana itu ada
204 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
manusia.. jadi kita harus memanusiakan manusia meskipun itu pekerja saya.. D
: hahahaha.. wahh, ternyata ada juga ya orang seperti bapak di jaman seperti ini.. hahahaha
S
: Alhamndulillah nak, saya sudah di didik oleh orang tua seperti itu sejak
kecil.. D
: iya pak Alhamndulillah.. hahahaha.. Lalu kalau misalkan tembakau yang bapak panen gagal gimana pak ? Apakah pekerja bapak ikut menanggungnya ?
S
: ya tidak lah nak, kasihan.. gagal atau tidak gagal kan karna faktor yang banyak, jadi ya tidak mungkin lah saya tega seperti itu dengan pekerja saya nak.. kecuali kalau pekerja saya yang membuat gagal panen beda cerita lagi nak.. hahaha
D
: hahaha, iya bapak..
S
: di musim yang tidak tentu seperti sekarang ini susah kalau mau menanam tembakau nak..
D
: ohh begitu pak ?
S
: iya nak..
D
: bapak, saya izin pulang dulu.. sudah mau pukul sebelas soalnya.. kan nanti ada jum‟atan pak
S
: loh, kok kesusu nak..
205 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
D
: iya bapak, karna penginapak saya dan teman-teman tidak di desa sini.. tapi di Scaba itu loh pak.. tempat nya tentara-tentara..
S
: ohh, ya uda kalau begitu nak..
D
: terima kasih banyak ya pak atas waktunya yang di berikan.. maaf sudah mengganggu bapak.. hahaha
S
: ndak apa apa nak hahahahaha.
D
: Assalamualaikum pak..
S
: Waalaikum salam nak.. hati-hati di jalan ya nak..
D
: iya pak, terima kasih..
206 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Nama Pewawancara
: Citra Puspita (071114073)
Nama Informan
: Bapak Sunarto
Umur
: 57 tahun
Pekerjaan
: Buruh Tani
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 10.00
Orang disekitar informan : Okza Ryandani Wawancara ini dilakukan pada hari jum‟at tanggal 29 November 2013 pukul 10.00 di rumah bapak Sunarto yang beralamat Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, desa mayang kabupaten Jember. Suasananya ketika wawancara cukup hening karena lokasi penelitian berada di pelosok desa yang cukup terpencil sehingga sangat jarang terdengar suara kendaraan yang melintas di jalan depan rumah bapak Sunarto. Ketika proses wawancara, saya selaku pewawancara Citra puspita di dampingi oleh rekan saya yaitu Okza riyandani dan Ainun Nurfitradana. Namun keberadaan Okza Riandani sebagai orang ke tiga dan Ainun Nurfitradana sebagai orang ke empat tidak mengganggu proses wawancara yang saya lakukan, bahkan sesekali mereka menambahi pertanyaan yang saya ajukan. Proses wawancara ini berlangsung selama 12 menit.
Identitas informan : Nama
: Bapak Sunarto
Alamat
: Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, Jember
207 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Usia
: 57
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Pekerjaan
: Buruh Tani
Pendidikan
: Sekolah Dasar
C
: Assalamualaikum pak
S
: Waalaikum salam mbak, ada apa mbak ?
C
: Begini pak, saya dari Universitas Airlangga ingin bertanya tentang pekerjaan bapak untuk tugas penelitian.
S
: Oh, iya mbak. Mau tanya apa ?
C
: Sebelumnya saya minta maaf karena telah menyita waktu bapak.
S
: Ia mbak tidak apa-apa.
C
: Nama nya bapak siapa ?
S
: Nama saya Sunarto
C
: Ohh, usianya bapak berapa ?
S
: Usia saya masih muda mbak, hahaha.
208 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
C
: Iya pak, mudanya berapa ? hahaha
S
: Baru 57 tahun mbak, hahahaha... maaf loh mbak, saya ini suka
bercanda..hahaha C
: Ohh, bapak suka bercanda toh.. hahahah.. pantas saja wajah bapak masih terlihat muda..
S
: Ahh mbaknya ini bisa saja.
C
: Iya pak, ohh iya.. bapak buruh tani kan ? (dengan ekspresi sungkan dan takut, karena bertanya tentang pekerjaan)
S
: Bukan mbak, saya peternak ayam hahahaha..
C
: Ohh.. (dengan wajah dan ekspresi kecewa) karena para tetangga bilang bahwa pak Sunarto ini adalah seorang buruh tani.
S
: Hahahaha (tiba-tiba tersenyum keras) saya buruh tani kok mbak..
C
: Hahahaha, bapak ini bisa saja kalau bercanda..hahahaha
C
: Alamat bapak?
S
: Tegal Gusi Mayang, RT2 RW3, Jember
C
: Berapa lama bapak bekerja dalam satu hari ?
S
: Biasanya kalau ada bajak itu kerjanya lama, mulai jam tujuh pagi sampek jam dua belas siang mbak. Tapi kalau ndak ada bajak biasanya nunggu airnya sampai turun mbak.
C
: Kira-kira berapa jam pak turunnya ?
209 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
S
: Yaa sampai tiga jaman biasanya mbak.
C
: Sebelumnya saya minta maaf pak, kira-kira berapa upah kerja bapak apakah dalam hitungan hari atau pada saat musim panen?
S
: Iya mbak, ndak apa-apa. Yaa.. upah saya dua puluh lima ribu perharinya.
C
: Owww... pak, di sini ada kelompok tani atau tidak ?
S
: Ada mbak..
C
: Ooo, bapak ikut dalam kelompok itu atau tidak ?
S
: Iya mbak, saya ikut dalam kelompok itu
C
: Kalau boleh tau, di dalam kelompok tani, bapak menjadi apa ?
S
: Saya jadi anggota saja kok mbak, karna saya tidak bisa apa-apa..
hahahaha..
C
: Ooo.. kalau sistem kerjanya bapak itu apa ? Maksut saya, kontrak atau tidak kontrak ?
S
: Ya ndak ada mbak.
C
: Hmm, jadi kerjanya terserah pak Sunarto ya ?
S
: Iya mbak, jadi terserah pemilik lahannya mbak di panggil atau tidak.
C
: Pak Sunarto pernah mengeluh apa ndak ? Sama pekerjaan yang bapak jalanin selama ini ?
210 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
S
: Tidak mbak, saya tidak pernah mengeluh.
C
: Maaf sebelumnya pak, apakah kebutuhan pak Sunarto sehari-hari sudah
tercukupi? S
: yahh.. tidak cukup mbak.. Satu keluarga tedapat lima orang yang tinggal disini yaitu saya, istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan anak saya ada tiga, perempuan semua. Yang dua sudah menikah ikut suaminya diluar kota dan yang paling kecil masih kelas dua Sekolah Dasar. Anak yang paling kecil ini suka sekali jajan mbak. Selalu minta uang kepada saya terkadang istri saya pada saat saya bekerja lembur, setiap hari mau berangkat sekolah dan setelah pulang sekolah. Dan setiap sore hari anak yang paling kecil ini selalu minta jajan seperti ice cream, susu, roti dan sebagainya. Oleh karena itu saya ikut kerja tambahan sebagai kuli bangunan.
C
: Ohh begitu pak.. Apakah kedua anak bapak itu tidak mengirim nafkah untuk bapak sekeluarga?
S
: Tidak mbak.. Mereka pada ikut suaminya diluar kota jarang sekali menjenguk saya, istri dan adeknya. boro – boro mbak mau ngirim uang. kabar aja jarang-jarang mbak saya denger, kalau gak saya dan istri saya yang telepon.
211 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
C
: Ohh seperti itu pak.. Mohon maaf sebelumnya pak jika saya menyinggung perasaan bapak Sunarto.. Kemudian bagaimana respon bapak Sunarto dan istri terhadap kelakuan kedua anak perempuan bapak yang sudah menikah tersebut?
S
: Iya mbak seperti itu.. Iya mbak tidak apa – apa saya tidak meras tersinggung kok mbak. Itu sudah menjadi hal yang wajar bagi saya, atas cemooh orang – orang terhadap saya dari kelakuan kedua anak perempuan saya yang sudah menikah itu. Respon saya dan istri saya, ya pasti sedih lah mbak.. Anak kan adalah anugrah titipan Allah mbak. Nah kita ini sebagai orang tua menjalankan amanat Allah. Saya dan istri saya ini mbak sudah merawat dan membesarkannya sapai mereka bisa sesukses ini tapi malah melupakan orang tuanya sendiri. Apa lagi saya ini sudah tua mbak masih punya tanggungan anak perempuan saya ini yang paling kecil masih sekolah dasar. Tapi mau bagaimana lagi mbak itu sudah pilihan mereka sendiri. Saya sebagai orang tua ya hanya mendoakannya sajalah mbak. Seng penting anak – anak ku sehat lan sukses gak koyok aku mbak.
212 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
C
: Maaf pak, kira-kira di tempat kerja pak Sunarto ada jaminan
kesehatannya tidak ya ? S
: Ya ndak ada mbak kalau saya.
C
: kira-kira hubungan pak Sunarto dengan pemilik lahan baik-baik saja pak
? S
: Baik-baik saja mbak. Orang pemilik lahan yang tempat saya bekerja itu mbak orangnya sangat baik dan sekali terhadap semua pegawai – pegawainya. Sehingga saya kerasan mbak bekerja menjadi pegawai disitu.
C
: Ada bonus ndak pak kira-kira kalau panennya melimpah ? Kan biasanya kalau dikota, jika pegawai itu bekerja keras dan hasilnya
melimpah, S
pasti akan mendapatkan bonus.
: Kalau disini ndak ada bonus mbak. Tapi kalau misalnya kita kerja tambahan ya dapat bonus.
C
: terus kalau pemilik lahannya mengalami kerugian bagaimana pak ? Apakah di tanggung bersama, atau bagaimana ?
S
: Ya di tanggung sama pemilik lahannya sendiri mbak, kan kita cuman kerja saja. Itu kan juga yang menentukan berhasil atau tidaknya karena cuacanya juga mbak.
C
: Biasanya pak Sunarto itu lembur apa ndak pak ?
S
: Ya lembur mbak kalau ada bajak, biasanya kerja cuman tiga jam. Kalau ada bajak bisa sampai lima jaman mbak.
213 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
C
: Apakah dengan lemburnya pak Sunarto. Pemilik lahan memberikan upah tambahan
pak kira-kira ?
S
: Iya mbak diberi upah tambahan.
C
: Bapak ada kerja tambahan lagi atau tidak selain menjadi buruh tani?
S
: Iya ada mbak.. saya kerja jadi kuli bangunan.
C
: Mengapa alasan bapak Sunarto ini memilih bekerja tambahan sebagai kuli bangunan? Mengapa tidak bekerja tambahan yang lainnya selain menjadi kuli bangunan?
S
: Iya karena saya hanya lulusan sekolah dasar saja mbak.. Saya hanya bisa mengandalkan keahlian saya dalam bidang tersebut. Apa lagi saya hanya lulusan sekolah dasar mana mau yang menerima saya jika saya tidak bekerja serabutan seperti itu mbak.
C
: Ohh seperti itu pak..
S
: Iya mbak..
C
: Bagi pak Sunarto apakah ada keuntungan dan kerugian yang dirasakan pak Sunarto pada saat bekerja lembur dan bekerja tambahan lagi sebagai kuli bangunan.
S
: Iya.. keuntungannya buat saya bisa nambah penghasilan mbak buat kebutuhan sehari-hari apalagi saya sedang mengumpulkan uang untuk biaya renovasi rumah banyak yang bocor dan mau membuat kamar mandi.
214 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Tapi kerugian yang saya alami ya.. gak bisa kumpul sama anak istri saya mbak. Bisanya Cuma waktu malem hari saja. Terkadang itupun anak saya sudah tidur mbak. Setelah mengajukan pertanyaan terakhir, saya dan teman saya pun mengucapkan terimakasih kepada bapak Sunarto yang sudah mau direpotkan oleh kami. C
: Iya sudah bapak saya rasa cukup data yang saya terima. Mohon maaf sebelumnya
telah
menyita
waktu
bapak.Terimakasih
bapak,
Assalamualaikum.. S
: Iya mbak, sama-sama saya tidak merasa direpotkan. Saya merasa senang dengan kehadiran mbak. Waalaikumsalam.. Selanjutnya kamipun berpamitan kepada pak Sunarto untuk memberikan
souvenir. Dan kami kembali ke Secaba untuk melanjutkan tugas kami disana. Tiba – tiba pada saat kami sedang berpamitan dan mau kemabli ke Secaba. Kami mendapatkan kabar dari para tetangga didesa Mayang yang sedang berkumpul ramai – ramai memberitahukan kepada kami bahwa sedang terjadi kecelakaan terhadap salah satu tetangga belakang yang berada di desa tersebut. Terdengar bahwa salah satu korban yang menabrak adalah salah satu mahasiswa yang KKN. Kami pun serempak shok dan berkumpul bersama para anggota kelompok kami untuk membicarakan masalah tersebut dan ketua keolmpok kami yaitu Rafelita Nian Sari, langsung berusaha menghubungi dosen selaku pembimbing kami yaitu pak Doddy. 215 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Agar mengetahui apakah salah satu yang menabrak korban tersebut adalah mahasiswa KKN kita. Dan ternyata benar adanya, yang menabrak korban tersebut adalah mahasiswa KKN dari kita yaitu adik kelas kita angkatan 2012 yang berinisial “ P ” kita semua sangat khawatir akan terjadinya musibah tersebut. Para warga didesa Mayang tersebut sempat melihat semua anggota kelompok kita dengan perasaan yang tidak senang beda dengan pertama kali kita datang kesana sebelum terjadinya musibah tersebut, untung saja ada salah satu warga disana yang sangat baik sekali terhadap kita karena beliau mempunyai anak perempuan yang kuliah juga dan barusan saja lulus sehingga beliau mengetahui apa yang sedang kita lakukan. Dan akhirnya semua anggota kelompok kami cepat – cepat meninggalkan desa Mayang tersebut, karena anggota kelompok kami sangat ketakutan. Sebab mayoritas penduduk yang tinggal disan adalah orang Madura.
216 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Nama Pewawancara
: Okza Ryandani
Nama Informan
: Bapak Edip
Umur
: 50 tahun
Pekerjaan
: Buruh Tani
Waktu wawancara
: 29 november 2013 pukul 11.00
Orang disekitar informan : M. Alhada Fuad Pada waktu pagi hari pada pukul 11.00 pagi tanggal 29 november 2013 saya dan kelompok melakukan penelitian pada desa Mayang ,kemudian dalam satu desa tersebut kami berpencar untuk mencari responden masing-masing yang kita tuju, dan pada akhirnya saya menemukan seorang responden yang bernama Pak Edip yang berumur 50 tahun dengan dibantu oleh hada teman sekelompok saya melakukan wawancara mendalam dengan Pak Ilip mengenai pekerjaan Pak Ilip sebagai buruh tani. Saya melakukan wawancara mendalam selama 7 menit 18 detik. Dan hasil wawancara mendalam saya sebagai berikut : O : pak namanya siapa,pak ? O : siapa ? R : pak Didip O : didip? O : hidip apa idip ? R : pak hidip O : idip ? 217 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
R : e…..e…… edip O : usianya berapa,pak? R : lima puluhan O : lima puluh Alamatnya disini itu dimana ya pak? R : ya ? O : Alamat ? R : tegal gusi Tegal gusi itu nama desanya O : RTnya ? R : RT 01 RW 02 O : pekerjaan bapak ? R : petani O : petani pemilik atau buruh tani? R : Buruh tani O : sebelumnya bapak punya mimpi pengen kerja jadi apa gitu pak? R : iya semua orang pasti punya mimpi mau kerja jadi apa,kalo saya dulu iya pengen kerja dikota mbak,jadi orang kantoran tapi karena saya pikir lulusan SMP itu bisa kerja apa selain jadi buruh pabrik atau buruh tani seperti saya sekarang ini.
218 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
O : o..,bapak kalo bekerja jadi buruh tani itu bekerja dari jam berapa sampai jam berapa? R : jam pagi sampai jam 12 siang O : jam paginya itu jam berapa,pak ? R : dua puluh lima ribu O : bukan,maksudnya jam paginya jam berapa ? R : jam 7 pagi O ; o.. jam 7 pagi sampai jam 12 siang itu dua puluh lima ribu ya pak Biasanya itu kalo bapak e.. lebih waktunya lagi ada gak,maksudnya itu kerjanya itu kan dari jam 7 sampai jam 12 , kadang itu bisa sampai lebih gak pak,ada sampai jam 1,jam 2 gitu pak,pernah gak pak ? R : iya kalo udah,iya pekerjaan yang lain sorenya itupun kalo ada,ttapi saya gak ada. O : o.. sorenya ,kalo lebihnya gak ada ya pak ? berarti jam 12 itu harus sudah selesai gitu ya pak,berarti gak ada lembur sampek jam 1,jam 2 R : gak ada O : berarti tepat waktu kalau bekerja ya pak,tapi kalau misalnya ada lemburan gitu pak kira kira ada upah tambahan gak pak ? R : iya ada kalo tanah tembakau O : o… tapi bapak gak pernah sampek lembur lembur
219 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
R : apanya ? O : bapak bekerja lebih dari jam 12 gak pernah iya pak ? R : gak pernah O : bagi bapak kalo waktu lemburan itu gimana,pak ? R : ya ada rugi dan untungnya,ya kalo ruginya ya gak bisa kumpul sama keluarga waktunya kurang gitu,tapi untungnya bisa dapet pendapatan lebih. O : tapi gimana tanggepan keluarga bapak kalo bapak ada lemburan ? R : ya mereka setuju aja,karena ya mereka tau kalo saya kerja itu untuk biaya sehari-hari kayak makan,jajan,biaya sekolah,tapi iya kadang-kadang juga dibantu sama anak saya yang udah kerja itu. Tapi sebenernya anak saya yang kerja itu saya udah gak boleh kerja karena saya sudah tua dia takut saya kenapakenapa,tapi iya mau gimana lagi dia jauh disana,kalo pulang juga jarang,paling iya telfon-telfonan,kirim uang gitu aja. H : bapak disini ikut kayak kelompok tani gak pak ? R : ikut O : o.. ikut iya gabung iya pak, biasanya kegiatannya ngapain dikelompok tani itu,pak ? R : ya menanam padi,menanam tembakau O : diajari menanam tembakau gitu ya pak R : iya diajari,menanam dan mengolah pertanian dengan baik biar gak rugi
220 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
O : kalo untuk system kerjanya apa ada ikatanantara pemilik lahan dengan buruh taninya,pak ? R : iya ada ikatan O : ikatannya seperti apa pak? R : iya ikatannya itu kalo saya ikatan kerjanya dalam seminggu hanya kerja tiga kali O : apakah selama bapak bekerja sebagai buruh tani ada keluhan yang dirasakan ? R : tidak ada keluhan selama saya bekerja menjadi buruh tani,karena menurut saya pekerjaan yang saya dapat itu pekerjaan yang pantas buat saya dan mencari nafkah itu adalah kewajiban saya sebagai kepala rumah tangga. O : apakah dengan penghasilan kerja bapak sebagai buruh tani dapat mencukupi kebutuhan sehari hari ? R : ya bagi saya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari,karena saya merasa dibantu oleh anak saya yang pertama yang bekerja buruh pablik diluar kota,meskipun hasil gak seberapa tapi paling nggak bisa mencukupi kehidupan keluarga dan bantu bayar sekolah anak saya yang kecil. O : anak bapak kerja di luar kota, kalo anak bapak sudah bekerja kenapa bapak masih bekerja jadi buruh tani,pak? R : iya mbak saya tetap bekerja itung-itung buat jajan anak saya yang kecil sama buat belanja-belanja istri saya. O : anak bapak ada berapa ?
221 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
R : anak saya ada dua,yang pertama itu kerja,nah yang kedua ini masih SMP mbak. Jadi kalo saatnya bayar uang sekolah ya nunggu anak saya yang pertama ngirim uang mbak,nah soalnya gaji saya sebagai buruh tani gak cukup buat bayar sekolah anak saya yang kedua O : apa ada jaminan kesehatan dari pemilik lahan sama bapak atau buruh tani lainnya ,maksudnya kalo misal ada buruh tani yang tidak masuk karena sakit apa pemilik lahan dikasih santunan berupa uang untuk perawatan selama buruh tani sakit ? R : gak ada kalo dari pemilik lahan tapi kita dapet pelayanan kesehatan gratis dari pemerintah O : o.. begitu ya pak. Tapi jika untuk kerugian akibat gagal panen apakah kerugian itu buruhtani yang menanggung apa pemilik lahan yang menanggung kerugian tersebut ? R : kalo untuk kerugian karena gagal panen semua yang nanggung majikan O : dalam bekerja apa ada bonus upah gitu pak ? R : gak ada bonus upah kerja R : tapi saya akan melakukan apapun demi kebahagiaan keluarga saya,karena keluarga bagi saya itu yang paling utama O : o gitu ya pak, ya sudah kalo begitu terima kasih atas informasinya dan maaf mengganggu
222 http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/