BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan makhluk sosial lainnya, untuk keperluan tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus bahasa kelompok. Hal tersebut dibuktikan dengan terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan bahasa lainnya. Berkaitan dengan peranan bahasa sebagai alat komunikasi antara manusia dalam kehidupan bermasyarakat, Nababan ( 1984:2) menyatakan, “Fungsi bahasa yang paling mendasar adalah untuk berkomunikasi, yaitu sebagai alat pergaulan dan perhubungan sesama manusia, sehingga terbentuk suatu sistem sosial atau masyarakat”. Penuturan Nababan tersebut menunjukkan bahwa bahasa merupakan alat yang mendasar dan utama yang digunakan oleh manusia untuk kegiatan berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa berkaitan erat dengan masyarakat tidak lain merupakan fokus perhatian ilmu sosiolinguistik, karena bahasa merupakan sebuah objek dalam sosiolinguistik yang tidak dilihat sebagaimana bahasa dalam kajian linguistik lainnya yang lebih menitikberatkan pada asal usul bahasa. Makna bahasa atau konteks dari sebuah bahasa yaitu alatuntuk komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, seperti pendapat Pateda (1987:11) yang menyatakan, “Bahasa hanya hidup karena interaksi sosial”. Dengan kata 1
2
lain dalam masyarakat bahasa merupakan hal yang penting dalam hal menyampaikan sebuah pesan dan tujuan sebagai interaksi sosialnya apakah dari pembicara kepada pendengar, dari penulis kepada pembaca atau penyapa. Hal tersebut merupakan kegiatan yang lumrah terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat permintaan, melakukan ancaman, menyampaikan peringatan, membuat taruhan, mengungkapkan kebahagiaan,
rasa senang ataupun
sebaliknya, memberi nasihat dan maksud lainnya yang tidak mampu disampaikan hanya melalui tindakan. Hubungan bahasa dan manusia merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial di masyarakat. Bahasa sebagai sarana interaksi para pemakainya. Para pemakai bahasa menggunakan komunikasi verbal dan non-verbal di dalam komunikasi, mustahil bilamana bahasa tidak dipergunakan secara optimal dalam kerangka komunikasi. Dalam komunikasi verbal tersebut, seringkali partisipan bahasa yang searah dengan perkembangan kehidupan manusia di abad modern menunjukkan fenomena yang berubah, antara lain dibuktikan dengan penggunaan bahasa sebagai alat tertentu yang dikenal dengan variasi bahasa atau variasi register. Variasi ini biasa dibicarakan dalam bidang pengguna bahasa, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan.Variasi bahasa dalam bidang pemakaian ini menyangkut variasi yang digunakan dalam bidang tertentu misalnya, dalam acara keagamaan, situasi resmi. Dan lain-lain. Variasi bahasa
3
ini dikenal dengan istilah register dalam ilmu sosiolinguistik. “Register is linguistic variation adapted to context language user. ( Halliday:1972)”. Penuturan Halliday itu menunjukkan bahwa bahasa yang akan digunakan berbeda tergantung pada situasi dan jenis media yang digunakan. Para pakar bahasa lainnya dalam Lucas (2004:73) menganalisis salah satu kategori sosial yang kaitannya dengan studi empiris variasi bahasa. Kategori sosial tersebut adalah gender yang dipandang sebagai konstruksi sosial yakni sebagai identitas sosial para pemakainya yang berinteraksi dengan berbagai aspek sosial lainnya. Sebagaimana pandangan Coupland (2007:48-49) yang berpendapat bahwa “Gender is dimension or social element of sociolinguistic structure”. Elemen atau dimensi sosial tersebut dipandang identitas sosial yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial lainnya yang korelasinya erat terhadap relasi partisipan dalam situasi tertentu. Dalam kehidupan sosial masyarakat, wajar jika kemudian muncul bermacam-macam variasi di dalam sebuah bahasa, terlebih lagi jika hal tersebut dipandang dari berbagai sudut yang berbeda. Memperhatikan cara orang-orang menggunakan bahasa dalam koteks variasi yang berbeda, memberikan kekayaan informasi mengenai cara bahasa itu bekerja. Variasi bahasa dapat diamati dalam berbagai kesempatan. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk mengamati register dalam sebuah film. Dalam sebuah film tersebut berbicara dengan cara yang berbeda kepada orangorang yang berbeda atau tempat dan suasana yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti register atau variasi bahasa dalam film The King’s Speech. Film ini merupakan sebuah
4
drama film Britania Raya pada tahun 2011, dalam film ini terdapat beberapa register formal di dalam percakapannya.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan penelitian latar belakang di atas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.
Di mana dan pada saat apa register formal itu digunakan dalam film The King’s Speech?
2. Apa fungsi register yang terdapat dalam film tersebut?
1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, data yang akan dibahas sesuai dengan kajian yaitu kajian sosiolinguistik. Penulis membatasi permasalahan pada skripsi ini agar bahasan tidak kabur dan meluas sehingga, bahasan berkisar dalam registser formal yang hanya berdasarkan pada teori tunggal Halliday (1996), tipe register yang terdiri dari frozen, delibrative (formal), intimate, dan consultative. Akan tetapi, pada penelitian ini, penulis memfokuskan pada tipe register formal. Dalam pengumpulan data dari film The King’s Speech Karya Tom Hooper: Kajian Sosiolinguistik”. Percakapan yang menjadi data penelitian dapat dianalisis berdasarkan penggunaan register frozen, delibrative (formal), intimate, casual, dan consultative. Pada kesempatan ini penulis hanya akan membahas register formal saja. Mengingat, dalam data penelitian ditemukan banyaknya register formal
5
yang dapat dianalisis berdasarkan situasi dan fungsi dari register formal tersebut.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan-tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan di mana dan pada saat apa register formal digunakan dalam film The King’s Speech. 2. Menjelaskan fungsi register formal dalam film tersebut. Manfaat dari penelitian ini adalah mengembangkan studi tentang register formal pada percakapan yang terdapat dalam film, memperdalam pemahaman tentang register formal, serta membantu masyarakat luar agar lebih mudah memahami register formal pada film.
1.5 Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Best (1982:119) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Metode deskriptif ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan penelitian metode deskriptif, memungkinkan peneliti untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (West, 1982). Di samping itu, metode deskriptif juga merupakan metode penelitian dengan cara pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan
6
kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Pada umumnya tujuan utama metode penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini metode penelitian deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia. Di samping kedua alasan tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik bagi peneliti muda, karena bentuknya sangat sederhana dengan mudah dipahami tanpa perlu memerlukan teknik statistika yang kompleks. Proses penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data dilakukan dengan menyimak dan memperhatikan setiap percakapan dalam situasi seperti apa register formal digunakan dalam film The King’s Speech yang terjadi di antara tokoh-tokoh yang terdapat dalam film tersebut. 2. Memahami percakapan register formalnya. 3. Mencatat seluruh data yang mengandung register formal. 4. Mengklasifikasikan data berdasarkan situasi dan fungsi register formal. 5. Menganalisis data berdasarkan situasi dan fungsiregister formal. 6. Membuat simpulan.
7
1.6 Sistematika Penulisan Berikut merupakan sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Skripsi dimulai dengan Bab I yang membahas mengenai pendahuluan yang mencakup latar belakang penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II membahas tentang kajian pustaka yang berisi teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan penulis. Bab III memuat semua analisis atau pembahasan tentang permasalahan dalam penelitian ini. Bab IV simpulan dan saran, merupakan bab yang terdiri dari simpulan yang diperoleh dari hasil bab III analisis data dan saran yang merupakan saran penulis kepada objek penelitian.