BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perkembangan industri semakin cepat seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat pula. Akibatnya masyarakat pun terbawa oleh kebutuhan-kebutuhan yang semakin banyak. Yang semula masyarakat tidak menyadari kebutuhannya akan produk tersebut, tetapi sekarang tidak lagi dengan munculnya berbagai produk yang ada di pasaran. Salah satunya adalah kebutuhan akan alat transportasi adalah mobil. Dengan banyaknya kebutuhan masyarakat akan mobil maka permintaan masyarakat tehadap mobil pun menjadi meningkat. Hal ini menimbulkan munculnya banyak dealer baru, yang mengakibatkan persaingan antara satu dealer dengan dealer lain untuk dapat merebut pangsa pasar yang besar. Dalam hal ini tentunya akan timbul masalah yang akan dihadapi oleh para pelaku pasar yaitu memenangkan persaingan. Jika ia menang dalam persaingan, maka tentunya ia akan menjadi pemimpin pasar. Akibatnya berbagai cara dilakukan oleh pelaku pasar dengan melakukan strategi pemasaran yang tepat dan efektif. Di era perkembangan dan kemajuan tekhnologi yang semakin pesat khususnya dibidang otomotif perusahaan dituntut lebih kompetitif dan mampu melayani permintaan pasar. Hal ini menjadikan persaingan industry otomotif kususnya mobil menjadi lebih kompetitif. Dalam hal ini perusahaan mesti mampu berkembang dan menyesuaikan dengan perkembangan tekhnologi di bidang otomotif agar tidak kalah dalam persaingan industri otomotif dengan perusahaan otomotif yang lain. Banyak bermunculan pesaing-pesaing baru yang menciptakan produk yang lebih variatif ditinjau dari segi citra merek, kualitas produk dan kepuasan konsumen terhadap suatu perusahaan yang memproduksi produk-produk baru yang terus di kembangkan.
Persaingan pasar otomotif yang semakin meningkat di Indonesia, membuat banyak perusahaan berusaha keras dalam memperebutkan pasar agar mampu meningkatkan pembelian konsumen. Untuk meningkatkan pembelian konsumen, perusahaan harus menindak lanjuti penjualan agar konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian. Keputusan pembelian yang dilakukan konsumen tidak terlepas dari bagaimana konsumen tersebut menilai mutu yang baik terhadap produk, sehingga konsumen memutuskan untuk membeli dan merasakan kepuasan atas produk yang di beli. Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Perilaku konsumen menurut Sangadji dan Sopiah (2013:9) merupakan tindakan yang dilakukan konsumen guna mencapai dan memenuhi kebutuhannya baik untuk menggunakan, mengkonsumsi, maupun menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang. Oleh karena itu dalam memenangkan persaingan, perusahaan harus mempunyai strategi pemasaran yang tepat untuk produk yang dihasilkannya. Di antara sekian banyak strategi pemasaran, perusahaan dihadapkan pada keputusan pemberian merek atau brand. Merek menjadi faktor penting dalam persaingan dan menjadi aset perusahaan yang bernilai. Menurut UU Merek nomer 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1 (Fandy Tjiptono : 2011,3-4) mendefinisikan merek (brand) sebagai tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Dengan adanya merek juga akan lebih memudahkan para konsumen untuk mengingat suatu produk jika konsumen melakukan keputusan pembelian.
Mitsubishi Motors merupakan salah satu merek mobil terkenal yang berasal dari Jepang, yang memproduksi kendaraan roda empat serta menyediakan segala bentuk kebutuhan akodomasi untuk setiap orang dalam menjalankan aktifitas hidupnya. Perusahaan Mitsubishi Motors didirikan pada tanggal 22 April 1970 dan merupakan salah satu perusahaan dibawah bendera Mitsubishi Group dan didirikan oleh Yataro Iwasaki. Logo Mitsubishi adalah 3 berlian merah dan dibuat oleh pendiri Mitsubishi Motors, Yataro Iwasaki. Markas Mitsubhisi Motors berada di Tokyo, Jepang. Pemegang saham terbesar Mitsubhisi Motors sekarang adalah Takashi Nishioka. Pabrik mobil Mitsubishi sendiri berada di negara ; Jepang, Australia, Belanda, Filipina, Thailand, Amerika Serikat, dan Indonesia. Mitsubishi Motors menyediakan berbagai macam variasi kendaraan roda empat, mulai dari mobil pribadi, hingga mobil untuk mengangkut barang (truk). Salah satu dealer resmi Mitsubishi Motors di Indonesia adalah PT. Bumen Redja Abadi. Didirikan pada tahun 1981, berkat profesionalisme dan kepercayaan serta keramahan yang selama ini terjalin dengan konsumen, PT.Bumen Redja Abadi termasuk salah satu dari 10 besar Dealer Resmi Mitsubishi Motors dan Mitsubishi Fuso Truck & Bus PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors. Dewasa ini persaingan perusahaan untuk mempertahankan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya, dengan kata lain peranan merek memahami pergeseran. Tingkat persaingan yang rendah pada merek hanya sekedar nama sedangkan pada tingkatan persaingan yang tinggi, merek memberikan kontribusi dalam menciptakan dan menjaga daya saing sebuah produk merek akan dihubungkan dengan citra khusus yang mampu memberikan asosiasi tertentu dalam benak konsumen. Perusahaan semakin menyadari merek merupakan sebuah aset perusahaan yang paling bernilai. Citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul
di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain. (Sangadji, 2013:39). Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian akan diwarnai oleh ciri kepribadiannya, usia, pendapatan dan gaya hidupnya. Gaya hidup yang semakin berubah mengakibatkan perubahan terhadap selera masing-masing individu. Sehingga untuk pemilihan sepeda motor pun harus sesuai dengan gaya hidupnya, selain agar tidak ketinggalan zaman juga harus berkualitas. Kualitas ditentukan oleh pandangan dan pengalaman mereka terhadap produk. Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu, dapat dipercayainya produk, ketepatan produk, mudah mengoperasikan dan memeliharanya (Oentoro, 2012:128). Kualitas produk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari perusahaan. Kualitas produk yang baik akan menghasilkan hasil akhir yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen. Konsumen akan merasa bahwa produk tersebut lebih memiliki kelebihan untuk dibandingkan produk lain sejenis, sehingga produk akan memiliki nilai tambah dan keputusan membeli. Salah satu produk mobil yang disukai oleh banyak masyarakat adalah Mitsubishi. Semakin bertambahnya permintaan akan kebutuhan konsumen mobil Mitsubishi, tentunya mendorong para pengusaha di bidang otomotif ikut bersaing untuk menawarkan kelebihankelebihannya. Dengan persaingan yang semakin ketat ini tentunya dapat mempengaruhi tingkat penjualan. Hal ini juga dirasakan pada penjualan PT. Bumen Redja Abadi Semarang yang merupakan salah satu dealer mobil Mitsubishi tahun 2014-2016 ternyata terjadi penurunan penjualan, seperti dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Penjualan PT. Bumen Redja Abadi Semarang Tahun 2015 – 2016 Tahun
Semester
Total (Unit)
2014
I II I II I
726 714 688 631 504
2015 2016
Perubahan (Unit) 12 26 57 127
Naik / Turun Turun Turun Turun Turun
Sumber : PT. Bumen Redja Abadi Semarang, 2016 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan penjualan pada tahun 2015 sampai dengan 2016 pertengahan tahun. Penurunan penjualan tersebut telah mengindikasikan bahwa adanya penurunan keputusan pembelian konsumen pada produk mobil Mitsubishi di PT. Bumen Redja Abadi Semarang. Sales Satisfaction Index (SSI) adalah survei yang mempelajari kepuasan pembelian kendaraan roda empat terhadap pengalaman dan pengantaran kendaraan. J.D. Power Asia 2016 Indonesia Sales Satisfaction Index (SSI) adalah evaluasi tahunan terhadap kepuasaan pelanggan dalam pembelian kendaraan baru di dealer terkemuka. Survei SSI yang dilakukan JD Power Asia Pasific pada faktor -faktor : inisiatif sales, fasilitas dealer showroom, kesepakatan negosiasi, tenaga penjual, waktu pengiriman, proses pengiriman. Selama ini tingkat kepuasan pelanggan sangat relati dan sulit untuk diukur, dengan adanya SSI, seluruh aspek yang berdampak pada kepuasan pelanggan terutama dalam lingkup proses sales dari proses pemesanan kendaraan, proses deliverable, sampai follow up yang bersinggungan langsung dengan customer. SSI bahkan dapat digunakan untuk mengukur performa dari karyawan. Hakikatnya, setiap perusahaan harus mampu memuaskan dan mempertahankan kepuasan konsumen. Hal ini adalah kunci untuk mempertahankan kinerja bisnis dan mengungguli para pesaing bisnis lainnya.
Penilaian SSI ini akan mempengaruhi citra PT. Bumen Redja Abadi Semarang di mata pelanggan dan calon pelanggan. Semakin tinggi penilaian indeks tersebut akan meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap PT. Bumen Redja Abadi Semarang. Mitsubihi menempati peringkat ketiga dalam hal kepuasan penjualan dengan meraih skor 769. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi menurunnya penjualan PT. Bumen Redja Abadi Semarang, diperlukan adanya pra survey sebagai data pendukung yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan pembelian di PT. Bumen Redja Abadi Semarang dengan kepuasan. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1.2 Hasil Pra Survey 40 Responden Tentang Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian VARIABEL INDEPENDEN
FREKUENSI
PERSENTASE
PEMILIH Saya selalu menjaga penampilan dalam beraktivitas Saya membeli produk merek Mitsubishi karena produk yang berkualitas Saya membeli produk merek Mitsubishi karena adanya promosi Saya puas dengan citra merek produk mobil Mitsubishi Saya membeli produk mobil Mitsubishi karena harga yang terjangkau Saya membeli mobil Mitsubishi karena lokasi yang strategis. Total
9
22,50 %
8
20,00 %
5
12,50 %
10
25,00 %
6
15,00 %
2
5,00 %
40
100,00 %
Sumber: Hasil pra survey yang dilakukan oleh peneliti, 2016
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa gaya hidup mendapatkan 9 responden dengan hasil persentase 22,50 %, kualitas produk mendapatkan 8 responden dengan hasil persentase 20,00 %, promosi mendapatkan 5 responden dengan hasil persentase 12,50 %, citra merek
mendapatkan 10 responden dengan hasil persentase 25,00 % , harga mendapatkan 6 responden dengan hasil persentase 15,00 % dan lokasi mendapatkan 2 responden dengan hasil persentase 5,33 %. Berdasarkan data hasil pra survey tersebut, peneliti mengambil variabel-variabel yang memiliki kumulatif prosentase di atas 50 %, dengan alasan variabel tersebut dianggap dapat mewakili jawaban dari 40 responden. Dengan demikian ada 3 variabel yang dapat diteliti lebih lanjut yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu citra merek, gaya hidup dan kualitas produk. Dari beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan masalah yang dibahas oleh peneliti akan dipaparkan sebagai berikut : Ginting (2014), Prasetya (2014) melakukan penelitian tentang citra merek terhadap keputusan pembelian. Hasilnya menunjukkan citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Ginting (2014), Mokoagouw (2016) Tundoong dan Mandey (2014), Prasetya (2014) melakukan penelitian tentang kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Hasilnya menunjukkan kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Mokoagouw (2016), Ariyanto (2016) melakukan penelitian tentang gaya hidup terhadap keputusan pembelian. Hasilnya menunjukkan gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian diatas, maka judul yang dipilih adalah “Pengaruh Citra Merek, Gaya Hidup dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian mobil Mitsubishi di PT. Bumen Redja Abadi Semarang.” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya pesaing (kompetitor) mobil jenis Mitsubishi sehingga mengakibatkan penurunan penjualan, citra merek Mitsubishi dipersepsikan oleh konsumen berdasarkan SSI
bagus, namun terjadinya penurunan pembelian. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya PT. Bumen Redja Abadi Semarang untuk mengatasi terjadinya penurunan penjualan tersebut. dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian mobil Mitsubishi di PT. Bumen Redja Abadi Semarang?
2.
Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan pembelian mobil Mitsubishi di PT. Bumen Redja Abadi Semarang?
3.
Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian mobil Mitsubishi di PT. Bumen Redja Abadi Semarang?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian mobil Mitsubishi di PT. Bumen Redja Abadi Semarang. 2. Untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pembelian mobil Mitsubishi di PT. Bumen Redja Abadi Semarang. 3. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian mobil Mitsubishi di PT. Bumen Redja Abadi Semarang. 1.4. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai citra merek dan kualitas produk yang menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk memilih mobil Mitsubishi.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai pembanding bagi pembaca yang ingin melaksanakan penelitian di bidang pemasaran. b. Bagi Perusahaan Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT.Bumen Redja Abadi Semarang Selaku Perusahan Mobil Mitsubishi dalam mengelola usaha terutama untuk lebih mengetahui sikap konsumen dan berguna untuk menentukan kebijakan – kebijakan dan Strategi di masa yang akan datang yang dapat meningkatkan penjualan Di Dealer .
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definsi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014:38). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel Bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor, antecedent (Sugiyono, 2014:4). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah citra merek, gaya hidup dan kualitas produk. b. Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2014:4). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian. 3.1.2 Definisi operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau memberi suatu operasional yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasioanal variabel dalam penelitian ini diuraikan menjadi indikator empiris yang meliputi :
Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1
2
Nama Variabel Keputusan pembelian
Citra Merek
Definisi Variabel
Indikator
Sumber
tahap dalam proses 1. Pembelian mobil Mitsubishi Kotler dimana konsumen dilakukan setelah melalui tahap (2009:184 secara aktual mengenali kebutuhan tentang ) membeli produk perlunya alat transportasi untuk memenuhi kebutuhan seharihari 2. Pembelian mobil Mitsubishi dilakukan setelah melalui tahap pencarian informasi tentang berbagai tipe dan merek mobil 3. Pembelian mobil Mitsubishi dilakukan setelah melalui tahap membandingkan antara merek mobil yang satu dengan yang lain 4. Pembelian mobil Mitsubishi dilakukan setelah melalui tahap memutuskan pilihan bahwa Mitsubishi lebih baik dari merek lain
seperangkat 1. Citra pembuat asosiasi unik yang 2. Citra pemakai ingin diciptakan 3. Citra produk atau dipelihara oleh pemasar. 3 Gaya Hidup pola hidup 1. Aktivitas seseorang yang 2. Minat diekspresikan 3. Opini dalam aktivitas, minat, dan opininya. Kualitas 4 kemampuan suatu 1. Kesan Kualitas Produk barang untuk 2. Kehandalan memberikan hasil 3. Ketahanan atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa yang dinginkan pelanggan. Sumber : Disarikan dari berbagai jurnal, 2016
Sangadji dan Sopiah (2013)
Kotler (2012: 189).
Kotler dan Keller (2009:143 )
3.2
Obyek Penelitian, Populasi dan Penentuan Sampel
3.2.1
Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah PT. Bumen Redja Abadi Semarang yang berdomisili di
jalan RE Martadinata F1 Puri Anjasmoro Semarang. 3.2.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2014:80). Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah para konsumen PT. Bumen Redja Abadi Semarang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014:81). Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian multivariate (termasuk yang menggunakan analisis regresi multivariate) besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali variabel independen. Analisis regresi dengan 3 variabel independen membutuhkan kecukupan sampel sebanyak 75 sampel responden (Ferdinand, 2014:173). Adapun kriteria yang digunakan untuk mendapatkan 75 responden adalah: 1. Konsumen yang membeli di PT. Bumen Redja Abadi. 2. Konsumen memiliki usia lebih dari 23 tahun, penetapan kriteria ini dengan mempertimbangkan pengalaman responden yang cukup dan sudah bekerja sehingga dianggap mampu memberikan penilaian objektif. 3.3 1.3.1
Jenis dan Sumber Data Jenis Data Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu
keadaan, atau masalah, baik yang berbentuk angka-angka maupun yang berbentuk kategori
(Somantri dan Nuhidin, 2014:29-30). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu tanggapan langsung dari responden berupa kuesioner.
3.3.2 Sumber Data Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari objek penelitian (Danang Sunyoto 2013:10). Data primer dalam penelitian ini berupa observasi, pra survey dan kuesioner . Pada penelitian ini data primer meliputi data dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden mengenai identitas (Nama, Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan) dan tanggapan responden tentang citra merek, gaya hidup dan kualitas produk. 3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (Ating Somantri,
Sambas Ali Muhidin 2014, 32) : 3.4.1 Angket Angket merupakan metode pengumpulan data berbentuk pengajuan
pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden yang sudah disiapkan sebelumnya. Alat pengumpulan data dengan angket adalah kuesioner, yaitu berupa daftar pernyataan yang disiapkan peneliti untuk disampaikan kepada responden yang jawabannya diisi oleh responden sendiri. Untuk mengukur variabel penelitian yang telah ditetapkan, digunakan skala pengukuran. Skala pengukuran dipakai untuk mengetahui pendapat responden tentang suatu hal, misalnya otonomi kerja atau rutinitas kerja. Dengan skala 1-5 maka varibel yang akan diteliti dan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator itu menjadi titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang memakai skala Likert dan mempunyai tingkat yang terendah sampai tingkat tertinggi (Ghozali, 2013:47).
3.4.2 Studi Dokumenter Studi dokumenter merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, referensi yang berkaitan dengan penelitian ini dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. 3.5
Metode Analisis Data Menurut Sugiyono (2014:244), analisis data adalah proses mencari dan menyusun data
yang diperoleh hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dibedakan menjadi 2 macam yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. 1.5.1
Analisis Data Deskripsi
Analisis data kualitatif adalah suatu bentuk analisis yang berdasarkan data yang dinyatakan dalam bentuk uraian. Data kualitatif merupakan data berbentuk kalimat, kata atau gambar kemudian dikaitkan dengan data yang lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada (Soegiyono,2014:23). Dalam penelitian ini data yang dimaksud adalah data mengenai gambaran umum responden serta identitas responden. 1.5.2
Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif adalah data berbentuk angka atau data data kualitatif yang diangkakan (Soegiyono, 2014:23). Data kuantitatif harus diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu untuk mempermudah analisis program SPSS. Pengolahan data dengan analisis kuantitatif melalui beberapa tahap sebagai berikut: 3.5.3 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang di ukur oleh kuesioner. (Ghozali, 2013:52). Dalam hal ini
digunakan beberapa butir pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Untuk mengukur tingkat validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung (correlated item-total correlation) dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2 (n adalah jumlah sampel). Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid, demikian sebaliknya bila r maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid, r
hitung
hitung
< rtabel
diperoleh dari hasil
output SPSS, nilai tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai rtabel. (Ghozali, 2013:53).
3.5.4 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013:47). Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja dengan alat bantu SPSS v16 uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70 (Nunnally dalam Ghozali, 2013:48). 1.6
Uji Asumsi Klasik Agar mendapatkan regresi yang baik harus memenuhi uji asumsi klasik yang disyaratkan
yaitu memenuhi uji asumsi normalitas, bebas dari multikolonieritas dan bebas dari heteroskedastisitas. 3.6.1
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Pada prinsipnya
normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah : a. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau garfik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regrsi tidak memenuhi asumsi normalitas.(Ghozali,2013:163). Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati- hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Konsep dasar uji normalitas Kolmogrov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Komlogrov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi dibawah 0,05 berati terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi diatas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Komlogrov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi dibawah 0,05 berati data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikansi dengan data normal baku, berati data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi diatas 0,05 maka berati tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, berati data tersebut normal.
3.6.2
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable bebas (independen). Apabila terjadi korelasi, maka dinamkan terdapat problem multikolinieritas (Ghozali, 2013:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut : (Ghozali, 2013:105-106). a. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat . b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Apabila antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. c. Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). kedua ukuran ini menunjukkan setiapvariabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:106). Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan asumsi deteksi seperti di atas, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas, dan demikian pula sebaliknya.
3.6.3 Uji
Uji Heteroskedastisitas heteroskedastisitas
adalah
untuk
menguji
apakah
dalam
model
regresi
terjadiketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians
dari
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan
lain
tetap,
maka
disebuthomoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedstisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali 2013:139). Dasar analisisnya adalah: a.
Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk polatertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit), makamengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b.
Apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan analisis statistik yaitu Uji Glejser. Uji ini mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan
5%,
maka
dapat
disimpulkan
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:142).
model
regresi
tidak
mengandung
3.7
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikatnya. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013:7): Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana: Y = Variabel dependen (Keputusan Pembelian) a = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien garis regresi X1 = Variabel independen (Citra Merek) X2 = Variabel independen (Gaya Hidup ) X3 = Variabel independen (Kualitas Produk) e = error / variabel pengganggu 3.8 Uji Kelayakan Model Uji kelayakan model atau goodness of fit test bertujuan untuk mengatahui tingkat ketepatan terbaik dalam model analisis regresi. Pengujian ini terdiri dari :
1.8.1
Uji Signifikasi Pengaruh Simultan (Uji F) Menurut Imam Ghozali (2013:167), Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel terikat. Dengan tingkat signifikan sebesar 5% maka kriteria pengujian sebagai berikut:. 1. Bila F hitung > F tabel atau nilai signifikan f ≤ 0,05, maka Ho ditolak, artinya pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terdapat variabel dependen.
2. Bila F hitung < F tabel atau nilai signifikan f > 0,05 maka Ho diterima, artinya semua variabel independen tidak berpengaruh tehadap variabel dependen. 1.8.2
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2013:97). Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi terikat
amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi terikat. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. 1.8.3
Uji t (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan Y, apakah
variabel X (variabel bebas) benar-benar berpengaruh terhadap variabel Y (variabel terikat) secara terpisah atau parsial (Ghozali, 2013:98). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah: •
Ho : ß ≤ 0 Variabel – variabel bebas tidak berpengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat secara parsial.
•
Ha : ß > 0 Variabel – variabel bebas mempunyai pengaruh positif
dan signifikan
terhadap variabel terikat secara parsial. Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2013:99) adalah: 1. Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Membandingkan nilai t hitung dengan ttabel ( Ghozali 2013: 99 ). a. Apabila - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak b. Apabila t hitung > t tabel atau – t hitung ≤ - t tabel maka Ho di tolak dan Ha diterima