BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Profesi guru Bimbingan dan Konseling sangat lekat dalam upaya pelayanan konseling. Pemberian pelayanan bantuan ini merupakan tugas profesi yang diperlukan bagi guru BK. Konseling adalah suatu layanan profesional yang dilakukan oleh para konselor yang terlatih secara professional. Menurut Kusmaryani (2010) guru bimbingan dan konseling sebagai bagian dari tenaga kependidikan ikut bertanggung jawab membantu perkembangan siswa menuju tercapainya cita-cita pendidikan. Profesi yang melekat adalah mampu memberikan layanan bimbingan dan konseling. Untuk dapat memberikan bantuan layanan konseling perlu dikuasainya keterampilan dasar komunikasi konseling. Di dalam proses konseling, konselor menerapkan serangkaian keterampilan yang harus dilakukan yang disebut keterampilan dasar konseling. Konseling merupakan suatu proses komunikasi antar konselor dan konseli yang melibatkan ketrampilan konselor dalam menangkap atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada klien tersebut (Supriyo, 2006). Tujuan konseling adalah menumbuhkan,
mengembangkan dan membantu individu yang membutuhkannya. Untuk itu, tugas pemberian bantuan bukanlah tugas yang ringan bagi guru BK. Dalam profesionalitas guru BK, selain adanya latar belakang pendidikan yang mendukung, ada beberapa syarat penting yang hendaknya juga dipenuhi. Syarat tersebut yaitu misalnya karakteristik guru BK, pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan konseling dan penguasaan keterampilan konseling.
Saat
ini
keterampilan
konseling
telah
menjadi
fokus
pengembangan guru BK di sekolah (Kusmaryani,2010) Layanan konseling menjadi ciri khas bagi profesi guru BK. Selain itu, keberhasilan layanan konseling menjadi tolok ukur kinerja guru BK. Keterampilan konseling merupakan keterampilan dalam melakukan layanan konseling. Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh seseorang yang berprofesi di bidang konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dengan menggunakan teknik atau ketrampilan dalam melakukan konseling. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan dasar konseling. Dalam melakukan konseling, tentunya seorang konselor ketika belajar di perguruan tinggi dibekali keterampilan dasar konseling. Konseling menekankan pada hubungan professional antara konselor dan konseli dan pentingnya pengembangan potensi diri secara optimal dan penyesuaian diri pada konseli. Selain itu, juga adanya penyelesaian masalah melalui face to face. Meskipun saat ini sudah mulai berkembang trend konseling tanpa face to face. Namun secara ideal, konseling tanpa face to face (melalui media) juga harus menguasai ketrampilan dasar konseling. Oleh
karena itu, keterampilan konseling mutlak sangat diperlukan. Pelaksanaan konseling yang utuh pada dasarnya merupakan rangkaian keterampilanketerampilan atau teknik-teknik konseling sebagai kategori pernyataan konselor. Menurut Willis (2007) secara garis besar keterampilan dasar konseling tersebut mencakup keterampilan Attending, Opening, Acceptance, Restatemen, Reflection of felling, Clarification, paraprashing,structuring, lead,
silent,
Reassurance,
rejection,
advice,
summary,konfrontasi,
interpretasi, termination. Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru BK SMP di Kota Salatiga, bukan hanya ketrampilan dalam konselingnya saja, tetapi latar belakang pendidikan guru juga mempengaruhi proses konseling dalam membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh konseli. Saat ini yang menjadi guru BK itu sendiri latar belakang pendidikannya ada yang bukan dari sarjana S1 Bimbingan Konseling namun sarjana S1 Psikologi, S1 Teknik Informatika. Di Salah satu SMP di Kota salatiga terdapat guru BK yang lulusan dari S1 psikologi dan pembantu guru BK dengan lulusan D3 Teknik Informatika. Melalui wawancara dengan ketua MGBK SMP di Salatiga, diketahui bahwa sekarang ini latar belakang
guru
Bimbingan dan Konseling
faktor usia,
saja,
BK
bukan
hanya dari
lama mengajar
S1 juga
mempengaruhi penguasaan ketrampilan konseling yang dipakai guru BK ketika melakukan konseling dengan siswa. Salah satu guru BK SMP di Salatiga yang berlatar belakang pendidikan S1 Psikologi dan mengikuti akta
IV mengatakan bahwa tidak begitu banyak menguasai tentang teknik ketrampilan konseling, dikarenakan sangat sedikit teori yang didapatkan tentang ketrampilan dasar konseling pada saat mengikuti program akta IV. Berdasarkan pengalaman yang penulis dapatkan ketika PPL menunjukkan bahwa ketika melakukan konseling dengan siswa, guru BK cenderung memarahi siswa, menghukum siswa, membentak siswa. Sangat terlihat sekali bahwa guru BK belum menguasai teknik ketrampilan konseling yang benar. Baik itu dari guru yang berlatar belakang dari S1 Bimbingan konseling mapun dari S1 Psikologi. Dengan hal itu, siswa juga cenderung merasa takut dengan guru BK dan akibatnya siswa kurang dekat dan kurang terbuka dengan guru BK. Menurut hasil penelitian Kusmaryani (2010) yang menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru BK (47%) yang menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru BK yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian, sebagian besar guru BK bekerja sebagai guru BK lebih dari 10 tahun, usia mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang pendidikan BK. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa pemahaman guru bimbingan dan konseling mengenai keterampilan konseling belum optimal, hal ini ditunjukkan rata-rata hasil pencapaian 19,36 atau sekitar 52,18% dari 42 orang konselor di Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asrowi (2010) di Solo bahwa penguasaan keterampilan dasar komunikasi konseling secara rinci juga dijelaskan
sebagai
berikut:
(1)
keterampilan
penyambutan
dan
memperhatikan konseli datang, nilai tertinggi 7,50, (1 orang ) nilai terendah 4,17 jadi nilai rata-rata yang diperoleh 6,3, (2) keterampilan memimpin pembicaraan dengan konseli, nilai tertinggi 9,58, nilai rendah 4,17 dan nilai rata-rata 6,50, (3) keterampilan merefleksi konseli , nilai tertinggi 6,50, nilai terendah 4,17, nilai rata-rata yang diperoleh 5,18 (4) keterampilan menyimpulkan sementara, nilai tertinggi 4,38, nilai terendah 2,50, dan nilai rata-rata yang diperoleh 3,3, (5) keterampilan mengkonfrontasi, nilai tertinggi 3,75, nilai, nilai terendah 1,88, dan nilai rata-rata 2,97, (6) keterampilan mengintrepretasi , nilai tertinggi 7,50, nilai terendah 3,75, dan nilai rata-rata 6,25, (7) keterampilan memberikan informasi dan nasehat, nilai tertinggi 6,42, nilai terendah 4,23, dan nilai rata-rata 5,28. (Repositori UPI) Berdasarkan hasil UKG tingkat nasional yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2012 dengan jumlah peserta UKG sebanyak 1.006.211 guru. Sebanyak 984.409 guru mengikuti UKG secara online di 448 Kabupaten/kota dan 20.802 guru mengikuti UKG secara manual atau secara tertulis di 49 Kabupaten. Untuk guru BK SMP yang diperoleh dari berita Kemendikbud yang menyatakan bahwa hasil UKG guru BK tingkat nasional diperoleh nilai Rata-rata 42 untuk kompetensi profesional dan dengan nilai rata-rata 48 untuk kompetensi pedagogik. Sedangkan untuk guru BK SMA memperoleh hasil nilai rata-rata 50 untuk kompetensi profesional dan 51
untuk kompetensi pedagogik. Sehingga dapat dilihat dari nilai rata-rata untuk guru BK SMP lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nilai UKG guru BK SMA.(www.kemendiknas.go.id) Untuk guru BK SMP di provinsi Jawa Tengah diperoleh nilai rata-rata 53,33 untuk kompetensi profesional dan
nilai rata-rata 56,56 untuk
kompetensi pedagogiknya. Sedangkan untuk Guru BK SMA di Provinsi Jawa Tengah memperoleh nilai rata-rata 54,34 untuk kompetensi profesionalnya dan 55,85 untuk kompetensi pedagogiknya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa untuk tingkat Jawa Tengah nilai yang diperoleh guru BK SMP lebih rendah dibandingkan dengan guru BK SMA. Dari rata-rata tersebut terlihat bahwa nilai untuk kompetensi profesional lebih rendah dibandingkan dengan kompetensi
pedagogik
baik
untuk
SMA
maupun
SMP.
(www.kemendiknas.go.id) Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga bahwa hasil UKG guru BK SMP di Kota Salatiga menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil kelulusan Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2012 dengan hasil nilai rata-rata 54,42. Nilai tertinggi yang diperoleh oleh guru BK SMP di Kota Salatiga adalah 70 dan nilai terendah adalah 40. Sedangkan untuk hasil UKG guru BK SMA diperoleh dengan nilai rata-rata 56,64 dengan nilai tertinggi 74 dan nilai terendah 41. Padahal untuk standar kelulusan uji kompetensi guru tahun 2012 yang sudah ditetapkan adalah adalah 70. Jadi hasil UKG guru BK di Kota Salatiga, untuk nilai guru BK
SMP lebih rendah dibandingkan dengan nilai UKG guru BK SMA.(Dinas Pendidikan Kota Salatiga). Pada Standar Kompetensi Konselor ketrampilan dasar konseling masuk dalam kompetensi profesional. Yaitu pada menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling. (Permendiknas No 27 Tahun 2008). Maka dari itu mengapa penulis meneliti perbedaan ketrampilan dasar konseling untuk guru BK SMP bahwa pada kenyataannya memang dilihat dari hasil UKG baik dalam Tingkat Nasional, Provinsi Jateng, dan Kota Salatiga menunjukkan bahwa hasil UKG guru BK SMP lebih rendah nilainya dibandingkan dengan nilai yang diperoleh oleh guru BK SMA. Berdasarkan pada latar belakng di atas maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan penguasaan ketrampilan dasar konseling berdasarkan latar belakang pendidikan pada guru BK SMP di Salatiga. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah: Adakah perbedaan yang signifikan penguasaan ketrampilan dasar konseling Guru BK berdasarkan latar belakang pendidikan Guru SMP di Kota Salatiga. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui signifikansi perbedaan penguasaan ketrampilan dasar konseling pada guru BK SMP di Kota Salatiga berdasarkan latar belakang pendidikan.
1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat teoritik a. Memberikan sumbangan di bidang ilmu Bimbingan dan Konseling khususnya mengenai perbedaan penguasaan ketrampilan dasar konseling berdasarkan latar belakang pendidikan guru BK SMP. b. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat mendukung hail UKG yang dilakukan baik secara nasional maupun di Kota Salatiga yang menunjukkan hasil yang rendah pada kompetensi profesional. Juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Kusmaryani 2010) yang menyatakan masih rendahnya penguasaan ketrampilan dasar konseling guru BK SMP di Yogyakarta. 1.4.2. Manfaat Praktis 1.
Memberi masukan gagasan atau ide-ide bagi guru BK SMP di Salatiga tentang penguasaan ketrampilan dasar konseling, agar terjadi komunikasi yang hangat antara konselor dan konseli atau siswa dalam proses konseling yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konseli.
2.
Memberikan gagasan atau ide-ide bagi guru BK SMP Negeri se Salatiga melalui hasil penelitian ini dalam melakukan konseling individu dengan siswa, serta melakukan teknik-teknik dalam konseling individu agar konseling berjalan dengan lancar.
3.
Memberikan gagasan atau ide-ide bagi ABKIN untuk lebih banyak memberikan teori-teori tentang ketrampilan dasar konseling memalui
workshop atau seminar agar guru BK menguasai beberapa teknik yang ada didalamnya untuk melayani siswa atau konseli di sekolah. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi menjadi beberapa bab, yaitu : Bab I
Pendahuluan yang berisi : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitia, hipotesis dan sistematika penulisan
Bab II
Landasan teori yang berisi : Pengertian konseling,Pengertian ketrampilan dasar konseling, jenis ketrampilan dasar konseling, latar belakang pendidikan guru BK
Bab III
Metode penelitian yang berisi : Jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional,populasi dan sampel, Metode Pengumpulan data, uji coba instrumen, teknik analisis data
BAB IV
Analisis dan pembahasan yang berisi : Analisis data penelitian dan pembahasan hasil penelitian
BAB V
Penutup yang berisi : kesimpulan dan saran