BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Nakamura Kou adalah novelis asal Jepang yang memulai kariernya pada
tahun 2002 melalui debut novel yang berjudul Rirekisho dan memenangkan Penghargaan Bunshun. Novelnya yang berjudul Natsu Yasumi sempat menjadi nominator dalam penghargaan Akutagawa yang terkenal. Novel Nakamura Kou lainnya dengan judul Guru-guru Mawaru Suberidai mendapat Penghargaan Noma Literary Newcomer. Karyanya yang lain adalah Zettai, Saikyou no Uta, Boku ga Suki na Hito ga Yoku Nemuremasu youni. Salah satu novel karyanya yang berjudul 100 Kai Naku Koto telah diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama, tayang pada tanggal 22 Juni 2013. Novel tersebut diterbitkan oleh penerbit Shougakukan pada bulan Oktober 2005, juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada bulan Juni 2013 dengan judul Crying 100 Times bergenre fiksi, romance. Dalam novelnya yang berjudul 100 Kai Naku Koto, Nakamura Kou menggambarkan peran dan peristiwa tokoh-tokohnya secara rinci, khususnya tokoh utama sebagai individu yang memiliki suatu masalah psikologis yang menggoyahkan eksistensinya sebagai manusia seutuhnya. Dari penggambaran
tersebut, pembaca dapat dengan mudah terbawa emosi dan larut dalam permasalahan hidup manusia modern yang disampaikan oleh pengarang. Novel 100 Kai Naku Koto ini, bercerita tentang kehidupan Fujii, seorang pegawai kantoran di salah satu perusahaan di Jepang. Empat tahun sudah, dia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari nafkah di kota. Di kampung halamannya, dia memelihara seekor anjing yang dia pungut setelah lulus SMA ketika musim semi, tepatnya delapan tahun yang lalu. Ketika dia menerima telepon dari ibunya yang memberi informasi bahwa anjing peliharaan kesayangannya menderita edema (pengumpulan cairan di bawah kulit), terus terbayang oleh Fujii ekspresi anjing itu. “Book” begitulah Fujii memanggil nama anjing kesayangannya yang sangat suka berjalan-jalan. Kini Book hanya bisa terbaring lemah tanpa melakukan aktivitas apapun sepanjang hari karena penyakit yang dideritanya. Book menderita penyakit edema semenjak satu tahun yang lalu. Kerinduannya terhadap majikannya, membuat anjing ini masih bisa bertahan hingga saat ini. Sudah empat tahun pula, sepeda motor yang menjadi saksi pertemuannya dengan Book hanya tersimpan di pojok parkiran apartemennya. Fujii memutuskan untuk memperbaiki sepeda motornya atas saran dari pacarnya, Yoshimi. Semua itu dilakukan untuk membuat kenangan bersama Book kembali. Fujii dan Yoshimi memiliki hubungan yang terjalin dengan baik dan sederhana. Yoshimi sangat menyukai Book. Hubungan Fujii dan Yoshimi mulai terlihat ketika mereka berdua memutuskan untuk melakukan latihan menikah sebelum mereka benar-benar menikah secara sungguhan. Dengan kata lain, mereka sudah belajar untuk hidup berumah tangga. Keadaan ini tidak berlangsung
lama karena pada waktu yang bersamaan pula Yoshimi divonis mengidap miom (kanker indung telur) yang kian mengganas. Kenyataan itu membuat Fujii semakin cemas. Fujii selalu ingin berada dekat dengan Yoshimi, sebelum kekasihnya itu meninggalkan dia. Fujii yakin bahwa penyakit yang diderita Yoshimi dapat disembuhkan. Dia terus berjuang dengan berbagai cara untuk menyelamatkan kekasihnya dan memberikan semangat kepada Yoshimi agar tetap bertahan untuk hidup bahagia bersama Fujii di masa depan. Pada akhirnya, semua itu menjadi sebuah mimpi belaka. Yoshimi tidak dapat diselamatkan lagi. Fujii pun mengalami frustasi akan hidupnya. Kondisi tersebut mengharuskan Fujii untuk terus berusaha menyelamatkan dirinya dan keluar dari masalah-masalah hidup yang menimpa dirinya. Hingga pada akhirnya, Fujii mampu meraih kembali kepercayaan dirinya dan kembali pada eksistensinya. Berdasarkan sinopsis cerita di atas, kisah hidup yang tergambar pada tokoh utama Fujii secara tidak langsung telah mengancam kondisi kejiwaan Fujii. Oleh karena itu, kondisi kejiwaan Fujii tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Dalam hubungan inilah peneliti harus menemukan gejala yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan oleh pengarangnya, yaitu dengan memanfaatkan teori-teori psikologi yang dianggap relevan (Ratna, 2012:350). Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya (Ratna, 2012:342). Aspek-aspek kejiwaan tersebut bisa terdapat pada pengarang, tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra, atau pada psikis pembaca itu
sendiri. Dalam analisis, pada umumnya yang menjadi tujuan adalah tokoh utama, tokoh kedua, tokoh ketiga dan seterusnya. Dalam kasus ini, peristiwa-peristiwa dan sifat-sifat yang digambarkan oleh tokoh utama Fujii dapat diselesaikan dengan menggunakan teori psikologi eksistensialisme yang fokus pada perjuangan seorang individu untuk dapat berkembang menjadi manusia yang seutuhnya melalui pengalaman hidup yang pernah dialaminya (Feist & Feist, 2013:51).
Hal-hal yang digambarkan melalui perjuangan tokoh utama Fujii ini, sejalan dengan konsep yang diusung oleh Rollo May. May menyoroti konsep dasar eksistensialisme melalui dua hal, yaitu; being-in-the-world (mengadadalam-dunia) dan nonbeing (ketidak mengadaan). Di dalam unsur being-in-theworld, terdapat tiga bentuk yang terjadi secara bersamaan: umwelt (lingkungan sekitar), mitwelt (hubungan dengan orang lain), dan eigenwelt (hubungan dengan diri sendiri). Dari ketiga unsur tersebut, May mendeskripsikan bahwa, “Orang yang sehat hidup dalam umwelt, mitwelt, dan eigenwelt secara bersamaan.” Di dalam unsur yang pertama membutuhkan kesadaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang dapat hidup dan berkembang. Dengan kata lain, unsur being-in-the-world harus dimiliki oleh setiap manusia atau individu sebagai eksistensi dalam hidupnya.
Selain unsur being-in-the-world, May juga berpendapat bahwa manusia memiliki unsur nonbeing yang harus dihindari oleh setiap individu itu sendiri. Nonbeing atau kehampaan adalah sebuah keadaan di mana manusia mengalami sebuah ketakutan akan ketiadaan. Untuk menghindari nonbeing, seorang individu
harus dapat membuat sebuah keputusan dan mengambil suatu keputusan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam pengambilan suatu keputusan, kerap kali terjadi sesuatu yang membuat seorang individu pengambil keputusan menjadi bimbang, sehingga sering kali merasakan perasaan sedih dan kekosongan. Keadaan nonbeing ini tidak dapat dipisahkan sebagai bagian dari suatu keberadaan. Keadaan ini merupakan penyakit dari zaman modern, sehingga May membagi ke dalam tiga ciri utama masalah manusia modern, yaitu: kekosongan, kesepian, dan kecemasan (Adang Hambali, 2013:241). Dari ketiga ciri utama tersebut, May menyoroti lebih dalam lagi mengenai masalah manusia modern sehingga muncul berbagai ciri yang melahirkan suatu konsep baru yang berkaitan, yaitu: kecemasan; rasa bersalah; intensionalitas; kepedulian, cinta, dan keinginan; kebebasan dan takdir; serta mitos. Dengan kata lain, setiap manusia atau individu harus bisa melawan keadaan nonbeing untuk mendapatkan kembali eksistensi mereka.
Selanjutnya, May menyatakan bahwa dalam menyelesaikan masalah psikologis, dapat digunakan suatu metode yaitu psikoterapi yang bertujuan untuk membebaskan manusia. Psikoterapi tersebut memiliki dua teknik, yaitu dengan membangun pertemuan ‘saya-Anda’ (I-thou) dan percakapan fantasi. Psikoterapi menurut pendapat May seharusnya membuat manusia menjadi lebih manusiawi: membantu mereka memperluas kesadaran mereka supaya mereka akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk dapat membuat keputusan (M.H. Hall via Feist & Feist, 2013:66). Tujuan psikoterapi juga diharapkan mampu membantu orang
lain untuk mengembalikan eksistensi mereka yang telah hilang dengan membangun mitwelt dan hidup dalam eigenwelt.
Dengan mendasarkan atas gambaran tokoh utama Fujii dalam novel karya Nakamura Kou di atas, penulis memberi judul penelitian ini dengan “Eksistensi Tokoh Utama Fujii Dalam Novel 100 Kai Naku Koto Karya Nakamura Kou : Sebuah Analisis Psikologi Eksistensialisme Rollo May”. Teori eksistensialisme Rollo May dipakai oleh penulis untuk mengkaji aspek-aspek kejiwaan tokoh utama Fujii melalui kedua konsepnya, yaitu being-in-the-world dan nonbeing. Selain itu, konsep psikoterapi yang berupa ‘saya-Anda’ (I-thou) dan ‘percakapan fantasi’ digunakan untuk menyelesaikan masalah utama yang dialami oleh Fujii. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana unsur being-in-the-world dan nonbeing yang dialami tokoh utama Fujii dalam novel karya Nakamura Kou? 2. Bagaimana cara yang dilakukan tokoh utama Fujii dalam novel karya Nakamura Kou untuk meraih kembali eksistensinya?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan teoritis dan tujuan
praktis. Tujuan teoritisnya adalah agar teori eksistensialisme Rollo May yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bersama untuk
mengkaji lebih dalam lagi karya-karya sastra psikologis. Dengan mendasarkan teori di atas, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui unsur being-in-the-world dan nonbeing yang dialami tokoh utama Fujii. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh Fujii untuk meraih kembali eksistensinya. Tujuan praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai karya-karya sastra Jepang, terutama karyakarya sastra Jepang modern tahun 2000-an 1.4
Landasan Teori Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara
psikologi dengan sastra, yaitu: a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh fiksional dalam karya sastra, dan c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang kedua, yaitu pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya (Ratna, 2012:343). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan psikologi kepribadian ditinjau dari perspektif eksistensialisme. Teori eksistensialisme yang dipilih adalah teori eksistensialme Rollo May. Dalam analisisnya, analisis psikologi eksistensialisme Rollo May akan didahului dengan analisis struktural terlebih dahulu. Tujuan dilakukan analisis struktural tersebut untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh atas ceritanya. Setelah didapatkan pemahaman
atas ceritanya, dilanjutkan dengan analisis psikologis dengan mendasarkan pada teori eksistensialisme Rollo May. Teori eksistensialisme Rollo May mencakup dua konsep dasar, yaitu being-in-the-world dan nonbeing. Selain konsep being-inthe-world dan nonbeing, ada satu lagi konsep yang dipakai yaitu konsep psikoterapi Rollo May. Selain itu, berdasarkan kutipan cerita sebelumya dapat dikatakan bahwa fenomena psikologis yang dialami oleh Fujii, termasuk masalah psikologis yang dialami manusia modern. Hal itu dikarenakan, sebagaimana yang disampaikan oleh Rollo May bahwa manusia modern memiliki tiga ciri utama permasalahan, yaitu kekosongan, kesepian, dan kecemasan (Adang Hambali, 2013:241). Lebih lanjut lagi, May menyoroti permasalahan manusia modern dengan enam ciri yang lainnya, yaitu 1) kecemasan; 2) rasa bersalah; 3) intensionalitas; 4) kepedulian, cinta, dan keinginan; 5) kebebasan dan takdir; 6) mitos. Teori strukturalisme dan konsep-konsep May, baik mengenai being-the-world, nonbeing, psikoterapi, dan keenam masalah manusia modern, tidak akan dijelaskan pada bab ini, namun akan dipaparkan lebih lanjut di dalam bab II. 1.5
Metode Penelitian Metode yang ditempuh dalam penelitian ini dilalui dengan beberapa
tahapan. Pertama, pemilihan objek penelitian. Objek material penelitian ini adalah novel asli yang berjudul 100 Kai Naku Koto yang ditulis oleh Nakamura Kou terbitan Shougakukan tahun 2005. Untuk melandasi analisisnya, dipilih objek formal yang berupa teori psikologi eksistensialisme Rollo May. Pemilihan teori ini sebagaimana yang dikatakan oleh Hartoko, diharapkan dapat mendeskripsikan
fakta-fakta psikologis yang dialami oleh tokoh utama dari novel ini, serta dapat digunakan untuk mengkajinya yang kemudian secara teoritis akan mencapai suatu kesimpulan (penafsiran) (Redyanto Noor, 2005 : 93). Cara seperti ini disebut analisis deskriptif (Ratna, 2012:53). Setelah menentukan objek formal dan objek material, penulis akan melakukan analisis data yang memiliki relevansi dengan topik penelitian ini. Analisis data bertujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Sangidu, 2004:73). Setelah itu, penulis akan mengumpulkan data-data yang berupa kalimat. Selanjutnya, menganalisis kalimat-kalimat tersebut dengan teori eksistensialisme Rollo May. Tahap terakhir, membuat laporan hasil penelitian. 1.6
Tinjauan Pustaka Sejauh ini, penulis belum menemukan penelitian yang mengkaji tentang
novel yang berjudul 100 Kai Naku Koto karya Nakamura Kou. Akan tetapi, penelitian yang menggunakan teori psikologi eksistensialisme telah banyak digunakan seperti pada skripsi Fajar Dwi Ariyadi (2007) yang berjudul “Kepribadian Hosie Dalam Cerpen Hana No Warutsu karya Kawabata Yasunari : Pendekatan Psikologi Eksistensial”. Dalam penelitian ini mengungkap kondisi psikologis Hosie tentang keberadaan spasialitas, temporalitas eksistensi, badan, dan suasana hati dengan memanfaatkan pendekatan teori eksistensial Medard Boss. Atas dasar ketakutan, Hosie menyangkal eksistensi dengan lari dari kenyataan
hidupnya.
Sampai
pada
akhirnya
eksistensi
dalam
dirinya
mendorongnya untuk tetap menari. Konsep psikoterapi dan psikologi tersebut dikenal dengan nama Daseinsanalysis. Selain itu, teori psikologi eksistensialisme juga dibahas pada skripsi Yona Prasma Wardhani (2012), yang berjudul “Novelet Muunraito Shadou Dalam Novel
Kicchin
Eksistensialisme”.
Karya
Yoshimoto Banana
Dalam
penelitiannya,
:
Yona
Sebuah Kajian Psikologi menggunakan
pendekatan
eksistensialisme Victor E. Frankl (1905-1942) dengan Logoterapi untuk mengetahui eksistensi tiga tokoh (Satsuki, Shu, dan Urara) dalam menghadapi masalah hidupnya untuk memunculkan eksistensi dengan menggunakan teori psikologi eksistensialisme. Di dalam teori Frankl terdapat tiga unsur pokok, yaitu 1) Kebebasan Berkeinginan, 2) Frustasi-Eksistensial dan Kehampaan Eksistensial 3) Keinginan kepada Makna. Kondisi psikologis ketiga tokoh dapat dianalisa menggunakan teori eksistensial. Di akhir cerita, ketiga tokoh merasa diri mereka menjadi lebih baik, mengikhlaskan kematian kekasihnya, serta menemukan makna hidup bahwa hidup harus terus berjalan walau orang yang dicintai telah tiada. Penelitian yang ditinjau selanjutnya adalah penelitian Dian Eka Sari (2013) yang berjudul “Tragedi Eksistensi Dalam Novel Notes From the Underground Karya Fyodor Dostoevsky : Kajian Eksistensialisme Sartre”. Thesis ini membahas fenomena eksistensi manusia yang diangkat oleh Dostoevsky yang senada dengan konsep utama eksistensialisme yang didengungkan oleh Jean Paul Sartre, yaitu kebebasan, keberadaan Tuhan : being-in-itself-for-itself, the look, faktisitas dan bad faith. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dengan
kebebasan, manusia berupaya mencari makna atas keberadaannya dengan cara mengada sebagai subjek tunggal yang membutuhkan pengakuan dari orang lain atas keberadaannya. Jika tidak mampu, maka akan mengalami salah satu bentuk kegagalan berupa keterasingan atau alienasi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian di atas dalam hal objek material. Objek material yang diteliti yaitu novel yang berjudul 100 Kai Naku Koto karya Nakamura Kou. Selain itu, objek formalnya yaitu teori psikologi eksistensialisme mengenai being-in-the-world dan nonbeing beserta psikoterapinya yang mengacu pada teori psikologi eksistensialisme Rollo May. Teori Rollo May ini masih terbilang baru dan jarang dipergunakan oleh peneliti sebelumnya dalam hal penelitian dengan menggunakan teori psikologi. 1.7
Sistematika Penyajian Penulisan skripsi ini disajikan dalam 5 bab : Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penyajian. Bab II berupa landasan teori yang terdiri dari empat sub-bab, yaitu strukturalisme, riwayat hidup Rollo May, konsep dasar eksistensialisme Rollo May, dan psikoterapi Rollo May. Bab III berupa analisis struktural yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, latar, serta keterkaitan antar unsur.
Bab IV berupa analisis psikologi sastra yang difokuskan pada konsep Rollo May tentang being-in-the-world, nonbeing, beserta psikoterapinya atas kehidupan tokoh utama dalam meraih kembali eksistensinya. Bab V berupa penutup yang berisi kesimpulan.