BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan bakar fosil merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia,tidak terkecuali di Indonesia. Hampir seluruh aktivitas manusia berkaitan dengan bahan bakar. Sehingga tidak bisa dihindari kebutuhan bahan bakar terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Salah satu bahan bakar fosil yang paling dibutuhkan adalah minyak bumi. di Indonesia menurut Direktorat Jenderal kelistrikan dan energi alternatif, satu juta barel minyak bumi dihabiskan dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Hal ini setara dengan pengeluaran anggaran rutin sebesar 100 juta dolar AS atau sebanding dengan satu triliyun rupiah harus dikucurkan oleh pemerintah agar dapat menyelenggarakan pembangunan (Kurniawan dan Marsono, 2008). Tabel 1.1 menunjukkan ketersediaan minyak bumi di indonesia. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia Energi Fosil Sumber daya
Minyak Bumi 86,9 miliar barel
Cadangan (proven+posibble)
9 miliar barel
Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi)
500 juta barel
Cadangan /Produksi (Tahun) 23 Sumber : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2006 1
2
Namun di sisi lain, disaat krisis energi menjadi isu yang dikhawatirkan pemerintah, timbul masalah yang tidak kalah pentingnya yaitu masalah sampah. Manusia selalu menghasilkan sampah dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Sampah yang dihasilkan berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Salah satu sampah yang dapat membahayakan lingkungan adalah sampah plastik. Saat ini sudah banyak usaha perorangan ataupun badan usaha pengumpulan sampah plastik, akan tetapi tidak semua sampah plastik yang langsung layak jual dan bernilai ekonomi. Salah satu jenis sampah plastik yang tidak bernilai ekonomi adalah plastik yang memiliki lapisan aluminium foil (multilayer) dan polistirene atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai styrofoam. Sampah plastik berlapisan aluminuim foil agar dapat bermanfaat dan bernilai ekonomi dikelola dengan cara recycle atau mendaur ulang menjadi suatu produk kreatif seperti tas belanja, ransel dan lain sebagainya, sedangkan styrofoam direcycle menjadi bahan campuran dalam beton. Namun demikian kegiatan recycle pengelolaan sampah plastik menjadi produk kreatif ini masih sangat minim dan hanya menunda proses masuknya sampah ke TPA, sehingga masih berpotensi menjadi sumber pencemaran lingkungan. Dengan semakin berkembangnya teknologi, sampah plastik yang dulunya merupakan masalah lingkungan dapat dirubah menjadi bahan bakar alternatif dengan cara menggunakan proses daur ulang memanfaatkan energi panas yaitu pirolisis. Saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan tentang karakteristik bahan bakar hasil pirolisis yang berasal dari sampah plastik LDPE, HDPE, PP, dan PS. Proses pirolisis ini dilakukan karena pada dasarnya bahan baku pembuatan plastik berasal dari minyak bumi, seperti yang terlihat pada gambar 1.1 bahwa turunan produk pertama minyak bumi adalah nafta, lalu senyawa olefin dan aromatik hingga akhirnya ada yang menjadi bahan bakar dan produk plastik seperti LDPE, HDPE, PP, PS dan plastik film.
3
Pada saat sekarang, Plastik film yang dihasilkan dari turunan minyak bumi tersebut banyak digunakan sebagai plastik multilayer, seperti plastik berlapisan aluminium foil. Syuhada (2008) menyatakan bahwa plastik film yang digunakan sebagai layer pada plastik berlapisan aluminium foil dapat berasal dari plastik jenis LDPE, LLDPE, PP, p-PVC, Nylon, EVOH dan PET yang direkatkan menggunakan EVA, EAA, dan Grafted Polymer. Sehingga plastik yang berlapisan aluminium foil dapat juga dikonversi menjadi bahan bakar alternatif melalui proses pirolisis karena layer yang digunakan sebagai pelapis aluminium foil merupakan jenis plastik turunan dari minyak bumi (seperti pada gambar 1).
Gambar 1.1 Sumber Bahan Baku Plastik (Regal Plastic, 2000)
4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diteliti yaitu : 1. Bagaimanakah pengaruh penambahan sampah plastik berlapisan aluminium foil pada pirolisis sampah plastik polistiren terhadap kuantitas dan kualitas bahan bakar/ minyak yang dihasilkan? 2. Bagaimanakah kualitas bahan bakar atau minyak hasil pirolisis plastik polistirena (Styrofoam) dengan penambahan plastik berlapisan aluminium foil jika dibandingkan dengan bahan bakar gasoline, diesel oil atau kerosene ?
1.3 Batasan Masalah Batasan-batasan permasalahan pada penelitian ini adalah : 1. Bahan baku yang digunakan adalah sampah plastik jenis polistirena (Styrofoam) dan sampah plastik berlapisan aluminium foil. 2. Kajian teknis yang akan diteliti adalah nilai kalor, viskositas kinematis, specific gravity, flash point, pour point dan analisis GC-MS. 3. Tidak membahas pemurnian dan uji performa minyak hasil pirolisis.
1.4 Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil studi pustaka, penelitian reynaldi (2012) dan Efendi (2012) menunjukkan penambahan aditif PE dan PP pada pirolisis PS akan meningkatkan kualitas (karakteristik) liquid yang dihasilkan. Pada penelitian pratama dan Saptoadi (2013) menunjukkan penambahan PS dan PP pada pirolisis PE akan meningkatkan persentase liquid yield yang dihasilkan. Susilo (2014) melakukan pirolisis sampah plastik dengan campuran jenis PE,PS dan other menyimpulkan bahwa semakin banyak plastik polistiren maka persentase
5
produk cair yang dihasilkan semakin meningkat, sebaliknya penambahan plastik jenis other akan menghasilkan minyak pirolisis yang lebih sedikit. Santoso (2010) melakukan pirolisis secara batch sampah plastik jenis Polypropylene (PP) dan Low Density Polyethylene (LDPE) dengan variasi suhu 300°C, 350°C, 400°C, dan 450°C menghasilkan liquid yield terbanyak saat pirolisis dilakukan pada suhu 450°C. Hasil penelitian yang didapatkan oleh Himawanto (2011) yaitu sampah bahan pengemas mulai terdekomposisi secara termal pada 298,8-394,3°C dengan puncak pengurangan massa terjadi pada temperatur 362,5°C. Proses pirolisis sampah styrofoam yang terpirolisis dalam temperatur 291,6-403,8°C dengan dua puncak pengurangan massa yang terjadi pada temperatur 370,6°C dan 407,5°C. Fokus penelitian ini adalah pengaruh penambahan plastik berlapisan aluminium foil yang terdiri atas LDPE (PE), OPP (PP), perekat dan aluminium foil terhadap kuantitas dan karakteristik liquid dari proses pirolisis sampah plastik polistiren pada suhu 450oC. Sehingga diharapkan liquid yang dihasilkan memiliki karakteristik bahan bakar minyak seperti gasoline, kerosene ataupun diesel oil.
1.5 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh penambahan sampah plastik berlapisan aluminium foil pada proses pirolisis plastik polistirene (Styrofoam) menjadi bahan bakar alternatif 2. Mengetahui karekteristik minyak yang dihasilkan dari pirolisis plastik polistirene (Styrofoam) dengan penambahan plastik berlapisan aluminium foil.
6
3. Mengetahui komposisi optimum penambahan plastik berlapisan aluminium foil pada proses pirolisis plastik polistiren (Styrofoam) untuk menjadi bahan bakar alternatif.
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pemanfaatan sampah plastik menjadi salah satu sumber energi alternatif.