BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Batuan metamorf merupakan batuan yang persebarannya terbatas di Indonesia dan muncul di tempat tertentu seperti Daerah Komplek Luk Ulo (Jawa Tengah), Komplek Meratus (Kalimantan Selatan), Komplek Bantimala dan Barru (Sulawesi Selatan) (Gambar 1.1). Setiawan dkk. (2013) mengemukakan bahwa ketiga komplek tersebut kemungkinan berhubungan karena terbentuk oleh proses yang sama yaitu subduksi berumur Kapur dengan arah utara-barat dan berada di bawah Sundaland.
Gambar 1.1 Persebaran batuan metamorf pada Indonesia bagian tengah (Setiawan dkk., 2012).
1
2
Ketiga komplek tersebut memiliki ciri-ciri yang sama yaitu terdapatnya kehadiran komplek melangé, ocean plate stratigraphy (ofiolit), dan batuan metamorf bertekanan tinggi yaitu batuan metamorf fasies eklogit dan sekis biru yang hadir sebagai blok tektonik dalam matriks lempung hitam. Salah satu daerah yang menarik untuk diteliti adalah Daerah Komplek Luk Ulo di daerah Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Pada Komplek Luk Ulo terdapat beberapa aliran sungai kecil yang menuju ke arah Sungai Luk Ulo, di sungai-sungai tersebut banyak ditemukan bongkahan maupun singkapan batuan metamorf yang bervariasi. Peneliti kemudian memilih jalur Sungai Muncar yang memiliki variasi batuan metamorf yang cukup melimpah, dari batuan metamorf bertekanan rendah hingga batuan metamorf bertekanan tinggi. Kehadiran batuan metamorf bertekanan rendah hingga tinggi pada suatu daerah memberikan arti penting untuk mempelajari sejarah gelogi daerah tersebut terutama dalam segi evolusi metamorf dan melalui data geokimia dapat diketahui batuan asal dari batuan metamorf yang ada di daerah penelitian. Beberapa penelitian telah dilakukan di Daerah Komplek Luk Ulo, namun masih bersifat regional dan belum terlalu rinci. Lokasi penelitian ini berupa jalur sungai yang bersifat dinamis, hal ini dikarenakan sampel penelitian berupa batuan metamorf yang bersifat float, sehingga data batuan yang didapatkan di sungai tersebut dapat berubah dan bertambah dikarenakan oleh proses eksogenik (erosi dan transportasi dari batuan metamorf). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan studi rinci di Daerah Karangsambung jalur Sungai Muncar dengan metode pengambilan
3
sampel yang sistematik dan kemudian menggunakan analisis petrografi dan geokimia sehingga dapat melakukan studi batuan metamorf dan mengetahui batuan asalnya. I.2 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menganalisis karakteristik dan geokimia batuan metamorf di daerah Sungai Muncar sebagai dasar untuk mengetahui tipe metamorfisme, fasies metamorf dan jenis batuan asal. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui : 1. Penyebaran dan karakteristik petrologi batuan metamorf di daerah penelitian. 2. Geokimia dan batuan asal atau protolith batuan metamorf daerah penelitian. I.3 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini akan memberikan manfaat bagi pengetahuan geologi Daerah Karangsambung dan sekitarnya. Batuan metamorf merupakan salah satu data penting dalam penentuan sejarah geologi di zona subduksi, hal ini dikarenakan batuan tersebut akan memberikan informasi mengenai evolusi metamorf, rangkaian fasies metamorfik, batuan asal, dan tatanan tektonik daerah pebelitian. Informasi tersebut dapat membantu mengetahui tatanan tektonik dan sejarah geologi di Pulau Jawa, yang akan memberikan manfaat dalam hal pengembangan ilmu geologi terapan seperti eksplorasi sumber daya alam dan mitigasi bencana.
4
I.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi penelitian secara administratif terletak di Desa Seboro, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah dan termasuk dalam peta RBI lembar Karangsambung (Gambar 1.2). Penelitian difokuskan pada jalur Sungai Muncar dengan koordinat E 357396 N 9168804 hingga E 357231 N 9170770. Lokasi penelitian berjarak kurang lebih 140 km dari Yogyakarta (20 km di utara Kota Kebumen) dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor selama kurang lebih 3 jam. Secara keseluruhan lokasi penelitian dapat dijangkau dengan sepeda motor, namun lokasi pengambilan sampel penelitian berada pada tubuh sungai yang hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki.
Gambar 1.2 Peta lokasi daerah penelitian.
5
I.5 Batasan Penelitian Permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini akan difokuskan pada penentuan persebaran batuan metamorf daerah penelitian, analisis petrologi dan geokimia batuan metamorf sehingga dapat ditentukan tipe metamorfisme, fasies metamorf dan batuan asal daerah penelitian. I.6 Peneliti Terdahulu I.6.1 Parkinson dkk. (1998) Asikin (1974) menyatakan bahwa daerah Karangsambung memiliki kemiripan dengan Komplek Bantimala, yaitu terbentuk karena subduksi tektonik berarah timur-timur laut dan barat-barat daya dan membentuk tektonik melangé dengan matriks lempung hitam. Parkinson dkk. (1998) menyatakan bahwa pada Daerah Karangsambung ditemukan batuan blok tektonik yang berasosiasi dengan rekahan serpentinit, batuan blok tektonik tersebut muncul sepanjang Sungai Muncar diantara batuan sekis derajat rendah dan batuan sedimen. Litologi dari blok tektonik tersebut berupa garnet amfibolit, eklogit, lawsonit eklogit, glaukofanit, dan batuan jadeitglaukofan-kuarsa. I.6.2 Miyazaki dkk. (1998) Miyazaki dkk. (1998) mengemukakan bahwa batuan metamorf bertekanan tinggi yang ditemukan di Daerah Karangsambung merupakan bagian dari Komplek Subduksi Kapur Luk Ulo. Komplek ini terdiri atas potongan shale,
6
batupasir, rijang, basalt, batugamping, konglomerat dan batuan ultrabasa. Batuan metamorf yang dominan di daerah ini yaitu sekis pelitik yang berumur Kapur Awal. Batuan metamorf seperti eklogit, glaukofanit, garnet amfibolit dan batuan jadeit-kuarsa-glaukofan muncul sebagai blok tektonik dalam rekahan serpentinit dan jumlahnya sedikit. I.6.3 Prasetyadi (2005) Prasetyadi (2005) mengemukakan bahwa batuan dasar di Daerah Karangsambung adalah komplek subduksi yang dicirikan oleh campuran blokblok tektonik yang tertanam dalam matriks. Blok tektonik tersebut terdiri dari berbagai macam batuan yaitu serpentinit, gabro, basalt, rijang, kalsilutit, greywacke, batupasir, filit, marmer, sekis, dan eklogit yang tertanam dalam matriks shale. Umur dari Komplek Luk Ulo diperkirakan pada Kapur Akhir hingga Paleosen, hal ini didasarkan pada fosil radiolariaan dan foraminifera, terutama Orbitalina sp. yang ditemukan di dalam matriks batuan sedimen. Sesar mayor dari kompleks batuan dasar Karangsambung menunjukkan pola tenggara-barat laut, dengan akresi mélange di Karangsambung menunjukkan pola overturned ke arah barat laut yang diduga disebabkan karena subduksi dari arah tenggara. I.6.4 Kadarusman dkk. (2007; 2010) Kadarusman dkk. (2007) mengemukakan bahwa batuan yang ada di Komplek Luk Ulo, Karangsambung merupakan bagian dari sabuk komplek akresi-kolisi pada umur Kapur yang memanjang dari Jawa hingga Kalimantan dan
7
Sulawesi. Komplek tersebut tersusun oleh potongan ofiolit, batuan sedimen, batuan kristalin sekis dan gneis yang muncul sebagai blok tektonik lempeng dalam matriks lempung hitam. Batuan metamorf bertekanan tinggi seperti eklogit, glaukofanit dan sekis biru muncul dalam wilayah yang kecil di antara zona batuan metamorf derajat rendah (sekis dan serpentinit) di sepanjang Kali Muncar dan Kali Gua. I.6.5 Setiawan dkk. (2012; 2013) Berbagai macam batuan metamorf muncul di Indonesia bagian tengah, yaitu di daerah Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Setiawan dkk. (2012) melakukan studi mengenai petrologi, geokimia, dan geokronologi dari batuan metamorf yang ada di Komplek Barru dan Bantimala di Sulawesi Selatan, Komplek Luk Ulo di Jawa Tengah, Komplek Meratus di Kalimantan Selatan, dan Daerah Nangapinoh, di Pegunungan Schwaner, Kalimantan Barat. Batuan metamorf bertekanan tinggi muncul di Komplek Luk Ulo dengan kondisi puncak metamorfisme pada fasies eklogit. Dari kesamaan kehadiran batuan metamorf bertekanan tinggi, disimpulkan ketiga daerah tersebut merupakan daerah yang terpisah pada proses subduksi tunggal.