BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah studi biostratigrafi dan lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong di daerah Cepu (Gambar 1. 1). Penelitian meliputi definisi Formasi Ngrayong, fasies-fasies Formasi Ngrayong apa saja yang berkembang pada daerah Cepu serta bagaimana diagenesa, umur dan lingkungan pengendapannya. Objek penelitian terdiri dari data biostratigrafi, log kawat dari 6 sumur dan 2 penampang lintasan seismik yang terdapat di daerah Cepu.
Daerah penelitian
Gambar 1. 1 Peta lokasi daerah penelitian (Ardhana, 1993)
1
1. 2 Latar Belakang Permasalahan Berbagai studi mengenai lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong telah dilakukan, salah satunya adalah Ardhana (1993), dengan menggunakan data biostratigrafi dan log kawat serta didukung oleh seismik, menyebutkan bahwa lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong adalah paparan hingga bathyal. Ardhana sendiri mendefinisikan Formasi Ngrayong sebagai formasi yang tersusun atas perselingan batupasir kuarsa, batulempung, batugamping tipis serta batugamping pasiran dan bioklastik pada bagian atasnya, dimana diendapkan pada umur Miosen Tengah Awal – Miosen Tengah atau dalam zonasi Blow dimulai dari N9 hingga N12. Definisi ini dapat menimbulkan salah persepsi, dimana seluruh endapan yang berada pada zona N9 – N12 akan dianggap sebagai Formasi Ngrayong. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah tidak semua endapan yang berada di zona N9 – N12 adalah Formasi Ngrayong atau Formasi Ngrayong tidak hanya endapan yang berada di zona N9 – N12. Pada Formasi Ngrayong ditemukan fosil-fosil penunjuk laut dangkal dan dalam secara bersamaan dalam analisis batimetrinya. Perlu analisis lebih lanjut untuk mengetahui fosil manakah yang lebih dominan sehingga dapat ditentukan, apakah proses badai atau turbidit yang berkembang pada Formasi Ngrayong di daerah Cepu.
1. 3 Masalah Penelitian Lingkungan tempat diendapkannya Formasi Ngrayong sampai saat ini masih diperdebatkan. Berbagai singkapan yang ditemukan di sebelah utara daerah Cepu, salah satunya di daerah Ngepon, menunjukkan lingkungan pengendapan daerah pantai dan
2
pasang surut (Poedjoprajitno dan Djuhaeni, 2006). Sedangkan menurut Ardhana (1993), Formasi Ngrayong merupakan endapan paparan hingga kipas bawah laut. Penelitian mengenai lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong dengan menggunakan data yang komprehensif, antara lain biostratigrafi dan log kawat, akan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai batas interval, umur serta lingkungan pengendapan dari Formasi Ngrayong, khususnya di daerah Cepu.
1. 4 Ruang Lingkup dan Sasaran Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada biostratigrafi dan studi lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong dengan melakukan analisis terhadap data deskripsi lumpur pemboran, kurva log gamma ray dan biostratigrafi. Adapun sasaran penelitian adalah sebagai berikut : a. Penentuan batas interval Formasi Ngrayong b. Penentuan biostratigrafi pada interval Formasi Ngrayong c. Penentuan fasies pada interval Formasi Ngrayong d. Penentuan lingkungan pengendapan pada interval Formasi Ngrayong
1. 5 Hipotesa Kerja dan Asumsi Di dalam melakukan penelitian ini digunakan hipotesa kerja yang akan dicoba untuk dipecahkan. Hipotesa kerja yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : •
Bila terdapat fosil-fosil dari laut dangkal masuk ke dalam zona laut dalam maka endapan yang terjadi adalah akibat proses turbidit;
•
Bila terdapat fosil-fosil dari laut dalam masuk ke dalam zona laut dangkal maka endapan yang terjadi adalah akibat proses badai.
3
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : •
Endapan yang diakibatkan oleh proses turbidit akan didomonasi oleh fosil-fosil dari zona laut dalam;
•
Endapan yang diakibatkan oleh proses badai akan didominasi oleh fosil-fosil dari zona laut dangkal.
1. 6 Jenis dan Pemerolehan Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri data deskripsi lumpur pemboran dan log kawat pada 6 sumur, lintasan seismik yang melewati sumur dan data biostratigrafi. Posisi sumur dan lintasan seismik yang terdapat pada daerah penelitian ditampilkan pada Gambar 1. 2. Keseluruhan data tersebut diperoleh dari perusahaan minyak yang memiliki wilayah operasi kerja di daerah Cepu, yaitu PT. Pertamina EP.
Gambar 1. 2 Peta posisi sumur dan lintasan seismik
4
1. 7 Metode Penelitian 1. 7. 1 Metode Pembuktian Metode penalaran yang akan digunakan adalah metode deduksi yaitu dalam menentukan lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong yang didasarkan pada prinsipprinsip, rumus-rumus, hukum ataupun rujukan yang diasumsikan benar terhadap atribut sifat fisik, kimia, dan biologi batuan, sehingga apabila memenuhi syarat-syarat maka akan dapat ditarik suatu kesimpulan. Disamping metode deduksi yang menjadi landasan utama penelitian, metode induksi akumulatif dan generalisasi akan digunakan sebagai metode dalam tahap penentuan ciri litologi, genesa, mekanisme sedimentasi dan penyebaran Formasi Ngrayong.
1. 7. 2 Metode Pemrosesan dan Analisis Data Metode pemrosesan dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut a. Menghitung jumlah populasi dan rasio plaktonik bentonik pada sumur yang memiliki data biostratigrafi (Gambar 3. 1, 3. 2, 3. 3, Lampiran A, B dan C); b. Menentukan zona batimetri pada sumur yang memiliki data biostratigrafi (Gambar 3. 1, 3. 2, 3. 3, Lampiran A, B dan C); c. Menentukan biomarker, berupa kemunculan awal atau akhir dari suatu fosil foraminifera planktonik, yang dapat dipakai untuk koreksi dalam korelasi sumur satu dengan sumur lainnya (Gambar 3. 4);
5
d. Mengikat biomarker yang sudah ditentukan pada sumur-sumur yang tidak memiliki data biostratigrafi dengan menggunakan lintasan seismik (Tabel 3. 2, Lampiran D dan E); e. Menentukan fasies, umur dan lingkungan pengendapan (Lampiran 1 – 6 dan Gambar 3. 11); f. Melakukan korelasi antar sumur (Gambar 3. 6 dan 3. 7). Alur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 3.
Studi Pustaka
Data Biostratigrafi
Data log sumur
Analisis Biomarker
Penentuan Interval Formasi Ngrayong
Analisis Batimetri
Analisis Fasies Formasi Ngrayong
Korelasi Biomarker
Lingkungan Pengaendapan dan Penyebaran Formasi Ngrayong
Gambar 1. 3
Diagram alir penelitian
6
1. 8 Sumbangan Terhadap Ilmu Pengetahuan Penelitian mengenai Formasi Ngrayong sudah banyak dilakukan sebelumnya, namun penelitian baru dengan data yang berbeda tentunya akan memberikan masukan terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Kesimpulan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah mengenai definisi Formasi Ngrayong, fasies-fasies Formasi Ngrayong apa saja yang berkembang pada daerah Cepu serta bagaimana diagenesa, umur dan lingkungan pengendapannya. Hasil dari studi tentang Formasi Ngrayong di daerah Cepu ini diharapkan akan memberikan wawasan dan warna baru terhadap pemahaman Formasi Ngrayong.
7