BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa dasawarsa terakhir teknologi informasi telah menumbuhkan suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi sumber utama produktivitas. Dalam sistem ekonomi klasik produktivitas dihasilkan melalui proses manajemen dan teknologi, yang merupakan kombinasi dari sumber daya alam, uang dan sumber daya manusia. Namun pada sistem ekonomi baru produktivitas tumbuh dari kemampuan mendidik tenaga kerja dalam memperoleh kecakapan baru berdasarkan pengetahuan. Hal ini merupakan suatu konsep baru yang penting dalam teori manajemen, yang merupakan suatu intellectual capital (kemampuan intelektual) bagi suatu perusahaan. Sementara
situasi
perekonomian
dunia
sekarang
ditandai
oleh
meningkatnya perdagangan antar-negara yang berbasis ilmu pengetahuan; bukan hanya menyangkut barang dan jasa, melainkan telah pula merambah pada produkproduk yang dihasilkan atas dasar kemampuan intelektual. Kenyataan ini mendorong terciptanya karya-karya intelektual manusia yang semakin memiliki nilai ekonomi tinggi. Perkembangan dunia menunjukkan, kemampuan intelektual atau yang berbasis pengetahuan menyumbangkan kekayaan yang jauh lebih besar daripada kekayaan yang berbasis fisik seperti barang tambang, hutan, laut, dan sebagainya. Kemampuan Intelektual telah menjadi faktor penting dalam membantu suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif. Bontis (1998) menunjukkan bahwa salah satu pembeda dari ekonomi baru yang telah
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan dalam persaingan global merupakan suatu kekuatan yang kuat yang memiliki dampak terhadap perusahaan. Untuk menarik dan mengundang perhatian investor terhadap perusahaan dimata pasar, perlu adanya faktor-faktor yang mendukung agar perusahaan tersebut lebih kokoh, yang ditinjau bukan hanya dari aset berwujud tetapi juga termasuk asset tidak berwujud. Salah satunya asset tak berwujud adalah kemampuan intelektual perusahaan. Margaretha dan Rahman (2006) menyimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat membuat perusahaan menjadi lebih kokoh dimata pasar bukan hanya dari asset fisik yang dimiliki tetapi juga asset tak berwujud, seperti stockholder’s equity yang positif, kekuatan pada financial performance, kemampuan intelektual perusahaan, efisiensi biaya yang ditemukan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kekuatan dalam persaingan, hingga inovasi yang terus menerus. Persaingan bukan hanya sebatas berasal dari produk unggulan yang telah diciptakan oleh perusahaan, tetapi juga pada bidang keuangan perusahaan harus berusaha meningkatkan market value atau nilai pasar untuk meningkatkan shareholders equity Chen et al (2005) sependapat dengan pernyataan Bontis (2002) dan Pulic (2000) bahwa metode pengukuran pendapatan perusahaan pada saat ini tidak hanya berdasarkan prinsip akuntansi, tetapi sudah meliputi kemampuan intelektual dari suatu perusahaan. Metode pengukuran ini pun berkembang, bahwa pengukuran pendapatan suatu perusahaan juga dapat dilihat berdasarkan kemampuan intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja keuangan (financial performance) dari suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
kemampuan intelektual yang baik, diharapkan memiliki kinerja keuangan yang meningkat dari tahun ketahun. Ukuran yang digunakan untuk menilai efisiensi dari kemampuan intelektual perusahaan adalah dengan menggunakan intellectual capital yang berbasis moneter, yang dikenal dengan Pulic’s VAICTM Model atau Metode Value Added Intellectual Coefficient. (VAIC™) dikembangkan oleh Pulic yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Intellectual capital atau adalah suatu istilah yang memiliki berbagai definisi dalam teori-teori ekonomi yang berbeda, karenanya merupakan satusatunya definisinya yang paling netral mengenai "aktiva tak berwujud" (intangibles) dalam ekonomi dan asumsi modal yang menciptakan kekayaan intelektual. Istilah ini terutama dipergunakan oleh ahli teori dalam teknologi informasi, riset inovasi, transfer teknologi, dan bidang-bidang lain yang terutama menyangkut teknologi, standar, dan modal ventura. Menurut Zurnali (2008), istilah intellectual capital digunakan untuk semua yang merupakan asset dan sumberdaya non-tangible atau non-physical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas inovasi, pola-pola, dan pengetahuan yang tidak kelihatan dari para anggotanya dan jaringan koloborasi serta hubungan organisasi. Intellectual capital dapat juga diasumsikan sebagai kombinasi dari sumberdayasumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan bagi suatu organisasi untuk dapat mentransformasi sebuah bentuk material, keuangan dan sumberdaya manusia dalam sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan stakeholder value.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu pengukuran model VAICTM dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi), dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA). Value Added (VA) merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). Ada tiga komponen yang menentukan Intellectual Capital (VAICTM), yaitu Capital Employee Efficiency (VACA), Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA). Kemapuan Intelektual serta manajemen pengetahuan sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi yang telah mendorong era globalisasi atau perdagangan bebas. Teknologi informasi tersebut bisa dipandang sebagai alat atau media untuk memperoleh pengetahuan dan informasi serta sebagai alat dalam menjalankan proses bisnis itu sendiri. Dua perspektif tersebut menjadi dasar bahwa penguasaan dan penerapan teknologi informasi, baik secara individual oleh karyawan maupun diterapkan dalam proses bisnis di perusahaan, akan menjadi modal utama lainnya bagi perusahaan untuk mendorong laju inovasi, dari berbagai sumber tersebut, terlihat bahwa ada beberapa kemiripan mendasar dari konsep inovasi, yaitu sesuatu yang baru, baik berupa ide, barang, proses, atau jasa. Dalam hal ini cara pengukuran inovasi tersebut dapat dilakukan melalui kemampuan intelektual perusahaan adalah dengan menggunakan intellectual capital, pengukuran model VAICTM, yang dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA), yang dibagi dalam dua kelompok ukuran yang berhubungan dengan output dan input. Ukuran nilai output
Universitas Sumatera Utara
misalnya produk atau proses baru atau yang dikembangkan, persentase penjualan dari produk atau proses baru tersebut. Sementara ukuran nilai input diperoleh dari beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan). Nilai intellectual capital perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1.
No. 1 2 3 4 5
Nilai Value Added pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang Konsumsi Makanan & Minuman Rokok Farmasi Kosmetik & Barang keperluan rumah tangga Peralatan rumah tangga
Nilai Value Added (Jutaan Rupiah) Thn. 2008 Thn. 2009 Thn. 2010 Thn. 2011 11.888.285,000 12.999.182,000 17.760.995,000 13.207.965,000 16.258.392,000 19.744.995,000 23.465.878,000 20.208.562,000 7.229.901,000 8.337.381,000 10.021.290,000 8.116.872,000 8.489.507,000 10.013.493,000 11.257.197,000 9.595.092,000 19.561,000
188.822,000
213.294,000
354.666,000
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
Nilai Value Added perusahaan manufaktur untuk sektor industri selama empat tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun ketahun, khususnya selama empat tahun terakhir. Kinerja keuangan yang tidak stabil dan nilai pasar mengalami kenaikan dan penurunan pada perusahaan manufaktur khususnya sektor barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia ini salah satu faktor penyebabnya adalah nilai Intellectual Capital, yang terdiri dari physical, human dan structural capital. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan kebutuhan dari pergerakan nilai pasar, semakin banyak pula investor yang melakukan investasi di pasar modal. Tahun 2008 rata-rata nilai transaksi telah mencapai angka diatas Rp 4,4 triliun perhari, dan dalam kurun waktu 15 tahun rata-rata nilai transaksi harian telah meningkat sebesar lebih kurang 4000%, (HIS Bursa Efek Indonesia, 2010). Perusahaan manufaktur terdiri atas tiga sektor, yaitu sektor barang konsumsi,
Universitas Sumatera Utara
aneka industri, dan industri dasar kimia, yang masing-masing sekor memiliki mengalami gejolak pasar yang berbeda-beda atas indeks pasar. Intelectual Capital pada suatu perusahaan akan mempengaruhi pergejolakan atas nilai pasar dan kinerja keuangan suatu perusahaan, dan turun naiknya nilai pasar pada perusahaan manufaktur dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 : Indeks Harga Saham Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun 2011 sampai dengan 2012 Sumber
: PT. Dana Reksa, Tbk (2012)
Nilai pasar dari beberapa perusahaan manufaktur mengalami kenaikan dan penurunan di pasaran selama empat periode, dari tahun 2009 sampai dengan 2012. Bulan Maret, tahun 2009 nilai indeks pasar dimulai dari angka 240 bergerak naik menjadi 520, pada bulan November 2009, dan bergerak naik menjadi angka 820 pada bulan September 2010. Indeks harga pasar mengalami penurunan menjadi 720 pada bulan Januari tahun 2011, namun pada bulan Juni tahun 2011 mengalami kenaikan kembali menjadi 860, dan tidak stabil sampai tahun 2011, namun mengalami kenaikan menjadi 1040 pada bulan Januari tahun 2012. Nilai pasar pada perusahaan manufaktur dapat juga dilihat dari saham pembukaan,
Universitas Sumatera Utara
tertinggi, terendah, dan penutupan, diakhiri dengan jumlah transaksi atas pembelian saham pada perusahaan manufaktur, dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2.
No.
Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011 Saham (dalam jutaan rupiah) Terendah Penutupan
Tahun Pembukaan 2009 2010 2011 2012 (kwartal pertama)
1 2 3 4
Tertingi
Jlh. Transaksi
408,313 697,700 878,659
412,903 703,750 886,272
405,095 692,120 870,926
409,651 698,662 879,590
517.794.779,263 689.759.454,878 636.398.863,102
1.009,449
1.015,952
1.001,490
1.009,072
526.208.918,020
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
Banyak faktor yang mempengaruhi nilai pasar pada perusahaan manufaktur yang sahamnya tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk ketiga sektor industry, misalnya Corporate Social Responsibility, Leverage, Investment Opportunity Set, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio, Intelectual Capital, dan lainnya. Penelitian ini lebih ditekankan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indnesia, yang dapat dilihat datanya selama empat tahun terakhir pada Tabel 1.3. Tabel 1.3.
No.
Nilai Pasar pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang Konsumsi
Jumlah Perusahaan
Thn. 2008
Thn. 2009
63.220,000
141.244,794 190.477,492
1
Makanan & Minuman
2
Rokok
3 Perusahaan
3 4
Farmasi
9 Perusahaan 140.201,000 3 Perusahaan 15.600,000
5
Kosmetik & Barang keperluan rumah tangga Peralatan rumah tangga
11 Perusahaan
Nilai Pasar (dalam jutaan rupiah)
3 Perusahaan
9.111,000 22.623.271,000
522,000
Thn. 2010
Thn. 2011
56.292,416
476.688,966 78.280,030
185.764,075 270.534,172 275.607,180 15.475,426 23.079,278 15.844.642,742 502,039
710,107
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
Universitas Sumatera Utara
719,138
Nilai pasar pada perusahaan manufaktur untuk sektor industri selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan untuk semua sektor, kecuali pada sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga mengalami penurunan. Hal ini dilihat juga pada kinerja keuangan beberapa perusahaan tersebut yang ditinjau dari rasio profitabilitasnya, yang merupakan rasio yang mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan ini dapa dilihat pada Tabel 1.4 Tabel 1.4.
Nilai Profitabilitas (ROA) pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang Konsumsi
No.
Jumlah Per1sahaan
Nilai ROA (frequency)
11 Perusahaan
Thn. 2008 1,33
Thn. 2009 1,17
Thn. 2010 1,12
Thn. 2011 1,10
1
Makanan & Minuman
2
Rokok
3 Perusahaan
0,37
0,42
0,48
0,69
3
Farmasi
9 Perusahaan
0,78
0,94
0,99
1,18
4
Kosmetik & Barang
3 Perusahaan
0,57
0,68
0,69
0,63
3 Perusahaan
0,05
0,03
0,07
0,09
keperluan rumah tangga 5
Peralatan rumah tangga
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
Tabel 1.5.
No.
Nilai Profitabiliats (ROE) pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
11 Perusahaan
Thn. 2008 2,72
Nilai ROE (frequency) Thn. Thn. 2009 2010 4,87 2,50
Thn. 2011 2,43
Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang Konsumsi
Jumlah Perusahaan
1
Makanan & Minuman
2
Rokok
3 Perusahaan
0,58
0,60
0,93
1,13
3
Farmasi
9 Perusahaan
1,95
2,10
0,81
0,54
4
Kosmetik & Barang
3 Perusahaan
0,98
1,03
0,29
1,35
3 Perusahaan
0,13
- 0,03
0,07
0,09
keperluan rumah tangga 5
Peralatan rumah tangga
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
Universitas Sumatera Utara
Nilai profitabilitas perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih diukur dari nilai aktiva dan modal pemilik. Kemampuan nilai pasar dan profitabilitas suatu perusahaan ini salah satunya dipengaruhi oleh Intelectual Capital suatu perusahaan, dimana yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dihasilkan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Dalam hal ini perusahaan perlu membuat mekanisme yang dapat merangsang terciptanya pengetahuan, menyebarkan pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang. Perusahaan-perusahan go public menjadikan pasar modal sebagai lembaga alternatif untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk pengembangan perusahaan. Pada sisi lain investor melakukan investasi untuk memperoleh laba atau sering disebut dengan return yang terbaik, return diperoleh investor dari dua sumber, yaitu dalam bentuk pembagian dividen dan kenaikan harga saham di pasar modal. Naik dan turunnya harga saham pada dasarnya menjadi perhatian utama investor melakukan investasi daripada mengharapkan pembagian dividen yang dilakukan secara berkala dan tidak ada jaminan pembayaran dividen meskipun perusahaan memperoleh laba, dan jika diperhatikan maka tingkat return dari pembayaran dividen pada dasarnya lebih kecil daripada return yang diperoleh dari kenaikan harga saham. Hal inilah yang membuat investor cenderung melakukan analisis nilai pasar untuk memilih saham yang bisa menghasilkan return yang baik dan menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
1.2
Perumusan Masalah Selama empat tahun terakhir, yaitu 2008 sampai dengan 2011, nilai
profitabilitas perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi mengalami kenaikan dan penurunan. Dalam hal ini kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih diukur dari nilai aktiva dan modal pemilik, salah satunya faktor yang mempengaruhinya oleh Intelectual Capital suatu perusahaan. Intelectual Capital dapat diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dihasilkan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, mekanisme yang dapat merangsang terciptanya pengetahuan, penyebaran pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada Kinerja Keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 - 2011? 2. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada Kinerja Keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 - 2011? 3. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA)
Universitas Sumatera Utara
pada Kinerja Keuangan yang terdiri Nilai Pasar (NP) untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 2011?
1.3
Tujuan Penelitian Berkaitan dengan perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan
penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011; 2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011 3. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari Nilai Pasar (NP) untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011
Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan
memberikan manfaat yang berarti kepada para pihak, yaitu: 1. Bagi Bursa Efek Indonesia Sebagai sumber informasi agar perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia
lebih
memperhatikan
dan
mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya, karena merupakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif perusahaan; dapat melakukan evaluasi kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai pasar dalam menyusun kebijakan dan tujuan perusahaan 2. Bagi Sekolah Pascasarjana Sebagai upaya memperkaya khasanah dan penelitian pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian khususnya yang berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 sampai dengan 2011 4. Bagi Masyarakat Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan analisis investasi dan keputusan investasi di pasar modal khususnya perusahsahaan manufaktur sektor barang konsumsi.
Universitas Sumatera Utara