1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan kesukseskan masa depan suatu bangsa, itu pulalah yang menyebabkan pemimpin Jepang paska bom Hiroshima dan Nagasaki menanyakan berapa orangkah guru yang masih tertinggal dan selamat. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Muhibbin Syah ( 1995 : 1 ) menyatakan : Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya aktivitas operasional kependidikan oleh tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar. Menoleh tentang beberapa pengertian pendidikan yang disampaikan para
ahli
pendidikan,
diantaranya
Langeveld,
menyebutkan
bahwa
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap pihak lain yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (M.I. Soelaiman, 1983). Pendidikan dapat diartikan secara luas dan sempit. Secara luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usulan dari generasi tua untuk mengalihkan
pengetahuannya,
pengalamannya,
kecakapannya
serta
keterampilannya kepada generasi muda sabagai usaha menyiapkan agar
2
dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dalam arti sempit pendidikan sama halnya dengan pengajaran, walaupun demikian didalam proses pendidikan akan tercakup pula pengajaran sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan. ( Soegarda Poebakawatja, 1982 : 257) Dalam mewujudkan pendidikan, diperlukan adanya penyempurnaan penyelenggarakan satu system pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat serta
kebutuhan
pembangunan.
Salah
satu
upaya
peningkatan
dan
penyempurnaan satu sistem tersebut adalah pada bentuk kurikulum. Dalam pendidikan di sekolah, mengajar merupakan tanggungjawab guru dalam membina anak didiknya agar mengalami proses belajar mengajar. Dalam pendidikan anak didik menghendaki hasil belajar yang efektif, untuk tuntutan tersebut maka guru harus mampu membawa anak didiknya ke arah belajar yang diharapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan bermacam-macam usaha, salah satunya yaitu dengan penggunaan metode. Menurut Nana Sudjana (1995:30), dalam proses belajar mengajar harus memenuhi komponen-komponen utama yaitu tujuan, bahan (materi), metode (alat) serta penilaian (evaluasi). Sebagai salah satu komponen belajar mengajar, metode mempunyai peranan yang sangat penting karena tanpa metode sauatu bahan pelajaran tidak akan berproses secara efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar.
3
Untuk mencapai keberhasilan proses belajar mengajar tersebut guru hendaknya mengupayakan dan sekaligus mengembangkan metode yang paling tepat dan berperan secara pasti. Dalam mencapai tujuan proses belajar mengajaryang kondusif bagi tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menguasai metode yang tepat dan sesuai dengan bahan (materi) pelajaran yang akan disampaikan. Koswara ( 1995 : 34 ) ada beberapa factor dalam memilih metode, yaitu : a.
Metode harus sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai, apakah bersifat pengetahuan, sikap atau keterampilan.
b.
Metode harus sesuai dengan sifat bahan pelajaran. Apakah bahan pelajaran itu bersifat informasi factual, konsep atau prinsip, atau pemecahan masalah.
c.
Metode harus sesuai dengan dengan keadaan anak didik. Apakah individual, kelompok kecil atau kelompok besar.
d.
Metode harus sesuai dengan alokasi waktu.waktu yang tersedia misalnya 45 menit kurang, tepet bila memilih metode diskusi.
e.
Pemilihan metode unit, jika gurunya masih tahap belajar memahami metode tersebut, walaupun metode ini baik tapi prakteknya akan mengalami kegagalan. Dalam fase belajar, siswa belajar sesuai dengan tujuan dan petunjuk
dari guru. Bimbingan adalah tangungjawab seorang guru ketika sedang mendidik, mengajar atau mengarahkan peserta didik ke arah yang benar.
4
Fase pemberian tugas adalah fase siswa mempertanggungjawabkan hasil belajarnya. Bentuk-bentuk pemberian tugas harus sesuai dengan tujuan pemberian tugas. Tujuan dari pelaksanaan pemberian tugas ini adalah : 1. Merangsang anak didik untuk berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri (mandiri). 2. Memperkaya kegiatan-kegiatan di luar. 3. Memperkuat hasil belajar kelembagaan dengan jalan mengintegrasikan. (Winarno Surakhmad, 1990:92). Membimbing anak didik bukan hal yang mudah bagi seorang guru, karenanya karakteristik anak-anak didik tidak sama, jadi seorang guru harus memahami semua karakteristik anak didiknya terlebih dahulu sebelum membimbing anak didiknya. Bimbingan pendidikan dengan pertimbangan bahwa yang berbeda dari bimbingan lainnya ialah mementingkan bantuan yang diberikan kepada para siswa dalam memilih macam pelajaran yang cocok bagi merekajuga harus menyesuaikan dengan pelajaran yang sedang mereka hadapi dan mengatasi kesukaran yang mereka hadapi dalam kehidupan sekolah pada umumnya. (Zakiah Deradjat. 1978 : 60 ). Ada dua cirri utama perkembangan kognitif anak pada usia ini (10 – 11 tahun atau kelas 5 SD), yaitu : a.
Anak-anak mengembangkan suatu pemecahan/ pengertian mengenai urutan kronologi peristiwa-peristiwa yang lain.
5
b.
Anak-anak menerapkan kaidah-kaidah logis, penalaran dan operasioperasi formal pada masalah-masalah dalam proposisi-proposisi. Yang abstrak. ( Henry Guntur Tarigan, 1995 : 50) Metode pemberian tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah, akan
tetapi jauh lebih luas dari itu. Ia bisa dilaksanakan di rumah, sekolah, perpus, dll. Tugas merangsang anak untuk aktif belajar sacara individu maupun sacara kelompak ( Nana Sudjana, 1995 : 81). Tugas dari guru untuk siswa banyak sekali macamnya tergantung pada tujuan yang akan dicapainya, diantaranya yaitu tugas membaca dan menulis Al-qur’an. Tugas ini diberikan kepada siswa lalu tugas tersebut akan dipertanggung jawabkan pada pertemuan berikutnya. Tugas ini diberikan untuk meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran PAI. Realitas di atas menunjukan adanya kesenjangan. Disatu sisi guru berupaya untuk mengembangkan teknik belajar dan meningkatkan kualitas belajar siswa melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas belajar BTQ kepada siswa, tapi di sisi lain hampir 82 % siswa berprestasi relative rendah pada mata pelajaran PAI. Peneliti berasumsi bahwa pelaksanaan belajar BTQ pada siswa-siswi kelas 5 (lima) SDN Biru 1 Majalaya sangat minim. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa membiasakan membaca ayat suci Al-qur’an sebelum proses belajar mengajar serta selalu memberi pekerjaan rumah pada siswa akan meningkatkan prestasi belajarnya.
6
Berdasarkan fenomena di atas, juga dengan tanpa pengecualian bahwa setiap metode mengajar yang digunakan guru dalam proses pengajaran harus dipikirkan terlebih dahulu oleh gurunya sebelum menyampaikan materi yang akan di ajarkan. Penulis ingin mengetahui apakah tanggapan siswa pada penerapan metode demikian tepat atau tidak dalam pembelajaran BTQ ? apakah dengan teknik bimbingan dan pemberian tugas dapat menjadikan siswa lebih berprestasi pada mata pelajaran PAI ? Dari persoalan tersebut penulis menjadi tertarik untuk mencari jawabannya. Untuk itu dari permasalahan tersebut dicoba dikemas dalam sebuah
judul
penelitian
mengenai
:”TANGGAPAN
SISWA
PADA
PENERAPAN METODE CEPAT BELAJAR BTQ MELALUI TEKNIK BIMBINGAN DAN PEMBERIAN TUGAS HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PAI”. (Penelitian di SDN Biru I kelas V (lima) Majalaya-Bandung.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, ditetapkan bahwa masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melaui teknik bimbingan dan pemberian tugas oleh guru dalam mata pelajaran PAI ?
7
2. Bagaimana prestasi belajar siswa SDN Biru I kelas V (lima) dalam mata pelajaran PAI ? 3. Bagaimana hubungan antara tanggapan siswa penerapan metode cepat belajar BTQ di SDN Biru I kelas V (lima) terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah terwujudnya suatu deskripsi yang mengemukakan tentang : 1.
Tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melaui teknik bimbingan dan pemberian tugas oleh guru dalam mata pelajaran PAI.
2.
Prestasi belajar siswa SDN Biru I kelas V (lima) dalam mata pelajaran PAI.
3.
Hubungan antara tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ di SDN Biru I kelas V (lima)
terhadap prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran .
D. Kerangka Pemikiran Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang atau siswa, baik perubahan kognitif, afektif maupun psikomotor. Belajar adalah proses yang aktif serta mereaksi terhadap semuasituasi yang ada di sekitar siswa.
8
(Nana Sudjana,
1989 : 46-47) Gagne berpendapat, bahwa belajar
berpendapat dilihat dari segi proses dan dapat pula dilihat dari segi hasil. Dari segi proses, menurut gagne ada delapan tipe perbuatan belajar, yaitu : Belajar signal, Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, Belajar membentuk rangkaian, Belajar asosiasi verbal, Belajar membedakan hal yang majemuk, Belajar konsep, Belajar kaidah atau prinsip, Belajar memecahkan masalah. Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang di berikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran PAI. Menurut Muhibbin Syah (1995:132) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1.
Faktor internal (dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.
Faktor eksternal (luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
3.
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang melalui strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan pembelajaran materi-matei pelajaran.
Tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-
9
kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut sebagai tanggapan. (KartiniKartono, 1996 : 57) Definisi tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan, misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema, dan lain-lain. (Kartini-Kartono, 1996 : 58). Adapun indicator-indikator tanggapan yang positif meliputi : menerima,
melaksanakan
dan
memperhatikan.
Sedangkan
tanggapan
negative menunjukan penolakan, mengabaikan dan acuh tak acuh. (Wasty Soemanto, 1987 : 26 ). Metode pamberian tugas dipandang oleh guru sebagai salah stu metode yang baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, terutama belajar mereka di rumah. Dalam hal ini, guru dituntut untuk menerapkan metode
pemberian
tugas sesuai
dengan
prinsip
dan
syarat
dalam
menggunakan metode ini, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa di rumah. Indicator yang digunakan adalah : (1) kejelasan tugas (2) penetapan atau penyediaan waktu (3) pengawasan atau kontrol terhadap tugas (4) penyesuaian dengan kemampuan (5) penilaia (Abu Ahmadi, 1992 : 119). Didalam teori membaca Al-qur’an yang baik, dan benar diperlukan sekali mengenal ilmu membaca Al-qur’an yang disebut “ILMU Tajwid”. Artinya suatu ilmu yang menuntut kepada tata cara membaca Al-qur’an yang baik dan benar.
10
Tajwid menurut asal kata bahasa adalah melaksanakan dengan baik, sedangkan menurut ahli QIRO’AT yaitu membunyikan suatu huruf dari haq dan kewajibannya, dari Sifat, Mad, Tipis-tebal, dan lain sebagainya. (Firman,1995 : 4) Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris “HOMEWORK”yang
artinya
mengerjakan
pekerjaan
rumah.
Dalam
penelitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah (terutama dirumah) berkaitan dengan pelajaran yang telah disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan konsep atau keterampilan dan sekaligus memberikan pengembangan. Prestasi belajar merupakan kata majemuk yang tersusun dari dua kata, yaitu kata “prestasi” dan “belajar”. Menurut Arifin (1989 : 3) Prestasi adalah kemampuan keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2001 : 895) prestasi berarti hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan dan sebagainya. Demikan halnya Abin Syamsudin (2000:110) memberikan pengertian yang tidak jauh berbeda, yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Dari beberapa kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu nilai atau hasil yang merupakan hasil dari suatu usaha yang
11
telah dilakukan atau dicapai. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai kegiatan, salah satunya dalam kegiatan pendidikan untuk mengetahui hasil yan dicapai siswa dalam belajar. Adapun pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, baik dari segi kognitif, afektif, dan motorik secara integrasi. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran PAI dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Senada dengan apa yang dikemukakan Suryabrata diatas itu adalah pendapat ( Slameto, 1995 : 2) yang menyataka bahwa prestasi belajar adalah hasil proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang membawa perubahan dengan mendapatkan kecakapan baru yang terjadi karena usaha (dengan sengaja). (Suryabrata, 2001 : 232 ). Prestasi siswa terdiri dari prestasi kognitif, prestasi afektif dan prestasi
psikomotor. Prestasi kognitif ialah prestasi yang berhubungan
dengan cipta. Prestasi afektif ialah prestasi yang berhubungan dengan perasaan. Prestasi psikomotor ialah prestasi yang berhubungan dengan karsa. (Muhibbin Syah. 1995 : 154 ).
12
Disini peneliti hanya akan mengukur prestasi kognitifnya saja. Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun dengan tes lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa disekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tak pernah digunakan lagi. Alas an lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian ialah karena pelaksanaannya yang face to face (berhadapan langsung). (Muhibbin Syah. 1995 : 154 ). Indikator yang berkaitan dengan prestasi belajar kognitif siswa, terdiri dari Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis dan Evaluasi. (Muhibbin Syah, 1995 : 151) Dari indicator prestasi di atas, peneliti akan mengambil beberapa indicator saja, diantaranya : Pengetahuan, Pemahaman dan penerapan.
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variable tersebut, maka dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut :
13
KORELASI
Tanggapan siswa pada penerapan
Prestasi Kognitif belajar siswa
metode cepat belajar BTQ melalui
dalam mata pelajaran
teknik bimbingan dan pemberian
PAI
tugas ( VAriabel X )
( Variabel Y )
A. Tanggapan 1. Positif : a. Menerima b. Melaksanakan c. Memperhatikan 2. Negatif a. Menolak b. Mengabaikan c. Acuh tak acuh B. Metode 1. Kejelasan tugas 2. Penetapan atau penyediaan waktu 3. Pengawasan atau control terhadap tugas 4. Penyesuaian dengan kemampuan 5. Penilaian atau Evaluasi
1. Pengetahuan 2. Pemahaman 3. Penerapan
RESPONDEN
14
E. Hipotesis Hipotesis
adalah
jawaban
yang
bersifat
sementara
terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2006 : 71). Salah satu kebenaran yang harus diuji itu berkaitan dengan penerapan metode cepat belajar BTQ melaui teknik bimbingan dan pemberian tugas hubungannya dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dipahami bahwa prestasi seorang
siswa
dipengaruhi
oleh
penerapan
metode
guru
ketika
menyampaikan materinya. Sedangkan penulis telah menetapkan variable yang akan diteliti meliputi dua variable, yaitu tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas ( variable X ) dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI ( variable Y ), dengan membatasi objek yang diteliti, maka peneliti beranjak dari hipotesis “Semakin baik penerapan metode yang digunakan, maka semakin baik pula prestasi siswa dalam mata pelajaran PAI. Sebaliknya Apabila penerapan metode yang digunakan kurang, maka semakin kurang pula prestasi siswa dalam mata pelajaran PAI”.
15
F. Langkah-langkah Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penentuan jenis data, Sehubungan dengan data yang akan penulis teliti merupakan data hasil pengumpulan dengan teknik observasi dan tes. Maka data yang terkumpul akan dikualifikasikan kedalam data kualitatif. Data kualitatif adalah jenis data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Dan kualitatif dalam penelitian meliputi teori-teori yang dikutip dari para ahli pendidikan, keadaan siswa-siswi SDN Biru I Majalaya-Bandung, keadaan sarana dan fasilitas lokasi penelitian dan data prestasi mata pelajaran PAI. Untuk data kualitatif dianalisis dengan analisis logika.
2.
Penentuan sumber data a. Lokasi Sumber data untuk penelitian mengambil lokasi di SDN Biru I Majalaya-Bandung, tepatnya di jalan Warusatangkal –Cihareuyheuy Desa Padaulun Kec. Majalaya Kab. Bandung. Untuk mengangkat data diharapkan akan bersumber dari populasi dan sample. Oleh karena itu harus ada kejelasan terlebih dahulu mengenai populasi dan sample pada penelitian ini.
16
b. Populasi dan sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, baik berupa orang, benda, kejadian nilai, maupun hal-hal yang terjadi. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 130). Sedangkan sample adalah sebagian kecil atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006 : 131). Penelitian tentang penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI in dilakukan kepada
siswa-siswa
SDN Biru I Majalaya-Bandung.
Berdasarkan studi pendahuluan, jumlah siswa-siswi kelas 5 (lima) SDN Biru I Majalaya adalah sebanyak 50 orang. Hal ini berdasarkan pada pendapat (Suharsimi Arikunto 2006 :134) sebagai berikut :”Sekedar ancar-ancar, maka apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil
semuanya,
sehingga
penelitiannya
merupakan
penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah seubjeknya lebih besar dapat diambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih”. Mengingat jumlah siswa-siswi kelas 5 (lima) SDN Biru I kurang dari 100 orang, maka penelitian ini dinamakan penelitian populasi. 3. Metode dan mengumpulkan data a. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut (Winarno Surakhmad, 1990 : 140) metode deskriptif ialah metode yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa
17
sekarang. Dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh kesimpulan
berdasarkan
pengolahan
dan
analisis data
yang
kemudian diangkat menjadi beberapa implikasi yang bermakna. Penggunaan metode deskriptif menurut Winarno Surakhmad (1990 : 140)
bahwa
metode
deskriptif
tidak
hanya
terbatas
pada
pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data itu sendiri. Dengan metode ini dapat diperoleh data tentang prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI. Sehingga akan diketahui juga hubungan antara penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. b. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Angket Angket adalah penyelidikan terhadap suatu masalah yang banyak menyankut kepentingan umum (orang banyak) dengan jalan mengedarkan formulir, daftar pertanyaan dan diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban tertulis seperlunya. (Kartini-Kartono, 1992 : 217). Angket dilakukan oleh guru untuk mendapatkan sebuah data siswa yang menjadi kepentingan umum.
18
2. Menyalin dokumen Menyalin
dokumen
ialah
suatu
penyelidikan
untuk
mendapatkan suatu data atau file yang menyankut atau ada hubngannya dengan siswa. Seperti kehadiran, nilai harian, nilai UTS, dll. 3. Observasi Observasi yakni pengamatan pada tingkah laku dalam suatu situasi tertentu (Nana Sudjana, 1989 : 114). Teknik ini dilakukan kepada sumber data untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode mengajar yang berbeda. Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan observasi langsung pada sumber data. Hal itu dilakukan karena observasi merupakan alat yang paling utama dalam mengamati gejala-gejala atau kejadian-kejadian objek secara langsung. Observasi tersebut meliputi kegiatan pemusatan perhatian pada objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dengan demikian dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, peraba, pengecapan. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 156). 4. Tes Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto,
19
2006 : 150). Teknik ini dilaksanakan dengan mengadakan tes lisan secara langsung dengan sumber data, secara tidak terstruktur sehingga diperoleh data yang diperlukan. Adapun tujuan diadakan tes adalah untuk mengetahui atau mengukur kemampuan seorang siswa. Seperti kehadiran belajar, nilai ulangan harian, nilai UTS, pengumpulan tugas, dll. 5. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh teori-teori yang menunjang terhadap permasalahan yang ada, terutama yang menyangkut pengertian metode, pengertian prestasi, teknik dan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. 4. Menganalisis data Setelah data berhasil dikumpulkan, data yang bersifat kualitatif dianalisis secara logika, lalu disumpulkan. Sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistic. Adapun analisisnya, dilakukan dengan dua tahap, yaitu analisis Parsial dan analisis Korelasial a. Analisis Parsial Untuk menjawab menjawab pertanyaan variable X dan variable Y, dilakukan analisis parsial tiap pariabel dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Analisis parsial tiap indicator
20
Untuk variable X dengan rumus : M = ∑ Fx N Untuk variable Y dengan rumus : M = ∑ Fy N Apabila diinterpretasikan kedalam skala lima norma adalah sebagai berikut : a. 0,5 – 1,5 Sangat kurang b. 1,5 – 2,5 Rendah c. 2,5 – 3,5 Cukup d. 3,5 – 4,5 Baik e. 4,5 – 5,5 Baik sekali (Suharsimi Arikunto, 2006 : 174) 2. Uji normalitas, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Membuat daftar distribusi frekuensi, dengan terlebih dahulu menentukan : i. Rentang ( R ), dengan rumus : R = data tertinggi – data terendah + 1 ii. Menentukan kelas interval, dengan rumus : K = 1 + 3,3 Log n iii. Menentukan panjang kelas interval, dengan rumus : P=R:K (Sudjana, 2005 : 47) b. Tes tendensi sentral, yang terdiri dari dari :
21
1). Mencari rata-rata ( X ), dengan rumus : Variable X dengan rumus : X = ∑ fixi fi Variable Y dengan rumus : Y = ∑ fiyi Fi (Sudjana, 2005 : 67) 2). Mencari Median, dengan rumus : Me = b + p (1/2 n – Fkb ) fi (Sudjana, 2005 : 79) 3). Mencari Modus, dengan rumus : Mo = 3 Me – 2 X c. Mencari standar deviasi (SD), dengan rumus : SD = ∑ fi (xi- X ) 2 N-1 (Sudjana, 2005 : 47) d. Mencari daftar frekuensi observasi dan eksektasi dengan menghitung z skor, z daftar, L dan E untuk variable X dan Y dengan ketentuan : Z skor = bk – x, E = L x n, 0 = F e. Mencari harga Chi-kuadrat hitung (X 2), dengan rumus : X 2 = ∑ (Oi – Ei) 2 Ei
22
(Sudjana, 2005 : 47) f. Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus : dk = K – 3 (Sudjana, 2005 : 47) g. Menentukan nilai X 2 Tabel dengan taraf signifikasi 5 % h. Pengujian normalitas, yaitu X
2
hitung < X
2
daftar, maka
berdistribusi normal. 3. Interprestasi atau penafsiran masing-masing variable. Hasil uji tendensi sentral akan ditafsirkan setelah dibagi oleh jumlah item dengan klasifikasi ( variable X )sebagai berikut : a. 0,5 – 1,5
Sangat kurang
b. 1,6 – 2,5
Rendah
c. 2,6 – 3,5
Cukup
d. 3,6 – 4,5
Baik
e. 4,6 – 5,5
Baik sekali
sedangkan untuk variable Y a. 0,0 – 2,0
Sangat kurang
b. 2,1 – 4,0
Rendah
c. 4,1 – 6,0
Cukup
d. 6,1 – 8,0
Baik
e. 8,1 – 10,0 Baik sekali
23
Catatan : Jika data berdistribusi normal, maka penafsiran dilihat meannya saja tetapi bila berdistribusi tidak normal dilihat ketigatiganya, mean, median dan modus.
b. Analisis Korelasi Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variable ( X ) tentang penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas di SDN Biru I, variable ( Y ), yaitu prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut : 1. Menguji linieritas regresi data dari kedua variable, dengan langkah-langkahnya sebagai berikut : a. Menentukan
persamaan
regrsi
linier,
dengan
sebagaimana disebutkan oleh Sudjana (1996 : 312). Yaitu : Y = a + bx a = (∑ Yi) (∑ X2) – (∑ Xi) (XiYi) n ∑ Xi2 - (∑ Xi) 2
b = n ∑ Xi Yi – (∑ Xi) (∑ Yi) n ∑ Xi2 - (∑ Xi) 2 (Sudjana, 2005 : 315)
rumus
24
b. Uji linieritas regresi, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1). Menghitung jumlah kuadrat regresi a (JK a), dengan rumus : JK a = (∑ Yi) 2 N 2). Menghitung jumlah kuadrat regresi b, dengan rumus : JK (b/a) = b { Xi Yi – (∑ Xi) (∑ Yi) n 3). Menghitung jumlah kuadrat residu, dengan rumus : JK res = ∑ Yi2 – JK (b/a) – (∑ Yi) 2 n 4). Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan, dengan rumus : JK (E) = ∑ {∑Yi2 – (∑ Yi) 2} ni 5). Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan, dengan rumus : JK ( TC ) = JK res – JK ( E ) 6). Menghitung jumlah kebebasan kekeliruan, dengan rumus : Dbkk = n - k 7). Menghitung jumlah kebebasan ketidakcocokan, dengan rumus : Dbtc = K - 2 8). Menghitung jumlah rata-rata kuadrat kekeliruan, dengan rumus : RKkk = Kj E : dbkk
25
9).
Menghitung jumlah rata-rata kuadrat ketidakcocokan, dengan rumus : RKtc = JK tc : dbtc
10).
Menghitung nilai F ketidakcocokan, dengan rumus : Ftc = RKtc : RKkk
11).
Menghitung nilai F table, dengan taraf kepercayaan 5 % :
12).
Penguji regresi dengan ketentuan : Jika F hitung < F Table = regresi linier Jika F hitung > F Table = regresi tidak linier
13).
Memasukan data pada daftar analisis linier
2. Menghitung koefisien korelasi, dengan ketentuan sebagai berikut : a.
Jika kedua variable berdistribusi normal dan regresi linier, maka rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment (Suharsimi, 1997 : 75), yaitu : n . ∑xy – (∑x) . (∑y)
Rxy =
.
{n . ∑x2 – (∑x) 2} . {n . ∑y2 – (y) 2}
b.
Jika salah satu atau kedua variable berdistribusi tidak normal dan regresi tidak linier, maka rumus yang digunakan adalah rank dari Spearman (Sudjana , 1996 : 455), yaitu : r = 1 – 6 ∑ bi2 n (n2 – 1)
26
3. Uji hipotesis dengan langkah-langkahnya sebagai berikut : a. Menghitung harga t dengan rumus : T=r(n–2) √1 – r2 b. Menghitung t table denga taraf signifikasi 5 % c. Pengujian hipotesis, dengan ketentuan : -
Hipotesis diterima apabila t hitung > t Tabel
-
Hipotesis ditolak apabila t hitung < t Tabel
d. Menafsirkan harga koefisien korelasi dengan criteria sebagai berikut : a. 0,00 – 0,20
Korelasi Sangat kurang
b. 0,21 – 0,40
Korelasi Rendah
c. 0,41 – 0,60
Korelasi sedang
d. 0,61 – 0,80
Korelasi tinggi
e. 0,81 – 1,00
Korelasi tinggi sekali (sempurna)
e. Uji pengaruh antara variable X terhadap variable Y ditentukan menggunakan formula Kelly, sebagaimana dikemukakan oleh A. Hasan Gaos (1987 : 116), yaitu : E = 100 ( 1 – K ), Dengan : K = 1 - r2 E = Efisiensi ramalan pengaruh K = Derajat tidak adanya korelasi
27
BAB II ANALISIS TEORITIK PENERAPAN METODE CEPAT BELAJAR BTQ MELALUI TEKNIK BIMBINGAN DAN PEMBERIAN TUGAS HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PAI
A. Konsep Tanggapan 1. Pengertian Tanggapan Tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut sebagai tanggapan. (Kartini-Kartono, 1996 : 57) Menurut Sumadi Suryabrata (1995 : 36) Tanggapan ialah sebagai bayangan
yang
tinggal
dalam
ingatan
setelah
kita
melakukan
pengamatan. Tanggapan adalah gambaran dari pengamatan dimana objek yang diamati tidak ada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, peristiwa yang demikian disebut dengan tanggapan. (Abu Ahmadi,2003 : 64)
28
Tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan, misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema, dan lain-lain. Dengan kata lain tanggapan terhadap suatu objek bisa positif dan bisa negative yang terwujud dalam bentuk perhatian dan perasaan. Adapun indikasi orang mempunyai perasaan senang terhadap suatu objek yang mau menerima, menyambut dengan baik, menghargai dan mendalami objek tersebut.
2. Macam-macam Tanggapan Berdasarkan alat indra yang dipakai, maka tanggapan ini terdiri dari
tanggapan
penglihatan,
tanggapan
pendengaran,
tanggapan
penciuman, tanggapan perasaan/ rabaan. Apabila tanggapan-tangapan yang kita sadari itu langsung berpengaruh
pada
kehidupan
kejiwaan
(berfikir,
perasaan
dan
pengenalan), maka fungsi tanggapan tadi disebut sebagai fungsi frimer. Selanjutnya apabila tanggapan-tanggapan yang sudah tidak disadari dan ada dalam bawah sadar itu masih terus berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan kita, maka fungsi tanggapan itu disebut sebagai fungsi sekunder. Menurut Kartini-Kartono ( 1996 : 58). Jenis tanggapan seseorang itu, dapat menguasai pribadi seseorang baik yang disadari maupun tidak.
29
3. Indikator Tanggapan Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa tangapan merupakan kesan atau gambaran yang dihasilkan dari pengamatan terhadap suatu objek yang tabu dan tidak begitu mendetail serta tidak terikat oleh ruang dan waktu. Tanggapan yang muncul kedalam kesadaran dapat dukungan atau rintangan dari tanggapan lain, dukungan terhadap tanggapan akan muncul rasa senang dan rintangan akan menimbulkan rasa tidak senang. ( Wasty Soemanto, 1987 : 24 ). Apabila tanggapan-tangapan yang kita sadari itu langsung berpengaruh
pada
kehidupan
kejiwaan
(berfikir,
perasaan
dan
pengenalan), maka fungsi tanggapan tadi disebut sebagai fungsi frimer. Selanjutnya apabila tanggapan-tanggapan yang sudah tidak disadari dan ada dalam bawah sadar itu masih terus berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan kita, maka fungsi tanggapan itu disebut sebagai fungsi sekunder. (Kartini-Kartono, 1996 : 59). Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa tanggapan muncul karena adanya respon dari stimulus yang muncul. Respon terhadap stimulus yang dihasilkan bisa berupa respon baik dan bisa berupa respon buruk.
30
B. Konsep Metode 1. Pengertian Metode Metode adalah cara yang telah dipikir baik-baik dan teratur untuk untuk mencapai sesuatu maksud. ( Suharto, 1996 : 169 ). Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan
dengan
siswa
pada
saat
berlangsungnya
pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kehiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. ( Nana Sudjana, 1989 : 76 ). Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru.
31
2. Macam-macam Metode Telah disediakan metode ceramah, Tanya jawab, metode pemberian tugas dan restisai, dan lain-lain. Sehingga guru dapat memilih metode yang paling tepat ia gunakan. ( Ahmad Tafsir, 1995 : 33). Macam-macam metode menurut
Imam Ghazali (1994 : 229 )
Ketahuilah bahwa system dalam melatih anak-anak pada permulaan pertumbuhan mereka termasuk perkara yang sangat perlu dan penting. Menurut Nana Sudjana ( 1989 : 77 ). Bahwa macam-macam Metode ada 13, diantaranya : a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan denagn baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan
batas-batas
kemungkinan
penggunaannya.
Nana
Sudjana ( 1989 : 77 ) Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
32
Dari penuturan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik.
b. Metode Tanya jawab Merupakan Metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersipat two way traffic sebab saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Nana Sudjana ( 1989 : 77 ) Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Menurut
Soetomo
(16
Mei
2010,
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu Menurut Abipasya (abifasya 8 Komentar) metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
33
Menurut
Syaipul
Bahri
(16
Mei
2010,
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Dari penuturan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung atau terjadi dialog antara guru dan siswa, guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Sehingga terlihat adanya timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
c. Metode diskusi Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan / keputusan bersama. Nana Sudjana ( 1989 : 79 ) Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Sumantri
dan
Johar
Permana
(16
Mei
2010,
34
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) Metode ini merupakan interaksi antar siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisa, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ). Menurut Abdurrahman Anahlawi adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada siswa/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat,
membuat
kesimpulan/
menyusun
berbagai
alternative
pemecahan (16 Mei 2010, http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk : Mendorong siswa berpikir kritis, Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
Mendorong
siswa
menyumbangkan
buah
pikirnya
untuk
memcahkan masalah bersama dan Mengambil satu alternatif jawaban atau
35
beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
d. Metode Tugas Belajar dan Resitasi Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Nana Sudjana ( 1989 : 79 ) Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri. Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukankegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Jadi, metode ini adalah cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Tugas-tugas itu dapat berupa mengikhtisarkan karangan, (dari surat kabar, majalah atau buku bacaan) membuat kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan dapat pula
36
menyusun karangan. Metode pemberian tugas, dianjurkan antara lain untuk mendukung metode ceramah, inkuiri dan lain-lain.
e. Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri ataupun dibagi atas kelompokkelompok kecil. Nana Sudjana (1989 : 82). Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Saya dapat mengambil kesimpulan bahwa metode ini juga mirip seperti metode diskusi, karena metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat juga, sama seperti metode diskusi.
f. Metode Demonstrasi dan Eksperimen Merupakan
metode
mengajar
yang
sangat
efektif,
sebab
membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Nana Sudjana (1989 : 83).
37
Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Metode
demonstrasi
adalah
metode
mengajar
dengan
cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Muhibbin
Syah
(16
Mei
2010,
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id). Metode
demonstrasi
adalah
metode
yang
digunakan
untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan
bahan
pelajaran.
Syaiful
Bahri
Djamarah,
(http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) Menurut
Roestiyah
(16
Mei
2010,
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
38
Metode eksperimen menurut Djamarah
adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. (16 Mei 2010, http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan
bagaimana
proses
terjadinya
sesuatu.
Dalam
pelaksanaannya demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan, artinya demonstrasi dulu lalu diikuti dengan eksperimen. Kedua metode ini digunakan bila siswa bermaksud mengetahui tentang : -
Bagaimana proses pengaturanya ?
-
Bagaimana proses membuatnya ?
-
Bagaimana proses bekerjanya ?
-
Bagaimana proses menggunakannya ?
-
Bagaimana proses mengetahui kebenarannya ?
-
Terdiri dari apa saja ?
-
Cara mana yang paling baik ?
g. Metode Sosiodrama Metode ini dalam pemakaiannya saring digantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah social. Nana Sudjana (1989 : 84). Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang
39
menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus).
-
Tujuan metode sosiodrama antara lain : Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. Nana Sudjana (1989 : 85).
Oleh karena itu, saya dapat menyimpulkan bahwa metode ini melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.
h. Metode Problem Solving Metode ini bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir. Sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Nana Sudjana (1989 : 85). Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soalsoal, lalu diminta pemecahannya.
40
Saya dapat mentimpulkan bahwa meyode ini merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
i Metode Sistem Regu Ialah metode mengajar, dua orang guru atau lebih bekerjasama mengajar sebuah kelompok siswa. Intinya kelas tersebut dihadapi oleh beberapa guru. Nana Sudjana (1989 : 85). Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut. Oleh karena itu, dalam metode ini banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang-orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang kita butuhkan. i. Metode Drill (latihan) j. Metode Drill (latihan) Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Nana Sudjana (1989 : 86).
41
Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Menurut saya, metode ini sangat baik apabila peserta didik menuruti perintah gurunya, dengan disiplin dalam mengikuti arahan dari guru maka siswa akan lebih mengerti. Disiplin adalah masalah biasa, setiap tindakan yang berulang pada waktu dan tempat yang sama. Kebiasaan positif yang harus dipupuk dari waktu ke waktu. (Achmad Sanusi, 2009 : 118).
k. Metode karya wisata (field-trip) Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata disini berari kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Nana Sudjana (1989 : 87). Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
42
Menurut
Roestiyah,
(16
Mei
2010,
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya Menurut
Djamarah,
(16
Mei
2010,
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Jadi, metode karyawisata sangat penting bagi siswa. Kadangkadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau mengajak siswa untuk mengunjungi obyek-obyek dalam rangka untuk menambah dan memperluas wawasan obyek yang dipelajari tersebut sesuai dengan bidangnya. Misalnya untuk pelajaran pendidikan geografi siswa dapat diajak ke obyek pemukiman transmigrasi atau obyek morfologi.
l. Metode Resource person ( Manusia sumber) Ialah orang luar memberikan pelajaran kepada siswa. Orang luar ini diharapkan memiliki keahlian khusus, misalnya : petugas penyuluhan lapangan., pertanian, diminta untuk menjelaskan tentang
43
panca usaha tani di depan kelas. Orang luar tadi bisa kita kunjungi ditempat ia bekerja. Nana Sudjana (1989 : 88). Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Dari penjelasan diatas, saya dapat menyimpulkan kalau metode ini sangat cocok untuk semua siswa. Karena denga metode ini siswa bisa dihadapkan langsung oleh orang yang ahli dibidang sesuatu yang ada hubungannya dengan mata pelajaran di sekolah atau guru bisa mengajak siswa untuk mengunjungi orang yang ahli dibidang sesuatu yang ada hubungannya dengan mata pelajaran di sekolah.
m. Metode Survai Masyarakat Pada dasarnya survai berarti cara untuk memperoleh informasi atau keterangan dari sejumlah unit tertentu dengan jelas observasi dan komunikasi langsung. Banyak sekali jenis survai ini, seperti social survai, community survai, school survai, dll. Nana Sudjana (1989 : 89). Dalam metode ini, guru dapat melatih siswa dalam observasi serta siswa dapat memberanikan diri untuk tidak malu ketika bertanya kepada masyarakat/ mewawancarai masyarakat untuk memperoleh
44
informasi atau keterangan-keterangan yang ada hubungannya dengan pelajaran. Jadi Siswa diharapkan mengidentifikasikan lokasi tujuan, sifatsifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu, dan sebagainya yang ada hubungannya dengan pelajaran disekolah. Masalah-masalah yang dipelajari dalam survai ialah masalah dalam kehidupan social. Untuk mempelajari masalah tersebut yang terjadi pada masyarakat dapat di gunakan observasi dan wawancara.
n. Metode Simulasi Ialah
sebagai
cara
untuk
menjelaskan
sesuatu
melalui
perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai sesuatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya Nana Sudjana (1989 : 89). Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode ini adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik.
45
Tujuan dan manfaat metode Simulasi menurut Shaftel antara lain: •
Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realitas hidup.
•
Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagimana akibatnya.
•
Untuk mempelajari indra dan rasa siswa terhadap sesuatu.
•
Sebagai penyaluran/pelepasan/ perasaan.
•
Sebagai alat pendiagnosaan keadaan kemampuan siswa dan sebagainya
•
Roleplaying dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman dalam nilai dan rasa.
ketegangan
dan
perasaan-
Saya dapat menyimpulkan bahwa metode ini lebih ke praktek, dan melatih siswa untuk lebih memahami suatu sikap, sifat, nilai, rasa maupun kejadian/ peristiwa. Dari macam-macam metode diatas, pada penelitian kali ini metode pemberian tugas sangat membantu dalam mewujudkan siswa yang berprestasi. Kemungkinan besar para siswa akan rajin membuka buku di rumah di karenakan telah diberikan tugas oleh gurunya. Metode pamberian tugas dipandang oleh guru sebagai salah stu metode yang baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, terutama belajar mereka di rumah. Dalam hal ini, guru dituntut untuk menerapkan metode pemberian tugas sesuai dengan prinsip dan syarat dalam menggunakan metode ini, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa di rumah.
46
Indikator yang digunakan adalah : (1) kejelasan tugas (2) penetapan atau penyediaan waktu (3) pengawasan atau kntrol terhadap tugas (4) penyesuaian dengan kemampuan (5) penilaian (Abu Ahmadi, 1992 : 119). Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk objek secara visualisasi. Proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik jika siswa berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru berupaya menampilkan rangsanganyang dapat diproses dengan berbagai indera. (M. Sobri Sutikno, 2009 : 6 ). Alat indera merupakan organ yang menjadi perantara antara dunia luar dengan diri manusia; merupakan pintu bagi perumahan batiniah kita. Pada umumnya alat indera merupakan ujung dan saraf-saraf, yang khusus disusun untuk menerimasejenis perangsang-erangsang tertentu. Alat indera ini terdiri atas satu atau beberapa stasiun penerima, dan
dilengkapi
dengan
saraf-saraf
sensoris
yang
menghubungkannyadengan otak, sumsum tulang belakang dan pusat pernafasan. (Kartini-Kartono, 1996 : 38-39 )
47
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metode Disiplin merupakan bentuk kebiasaan sejak kita kecil, kemudian perilaku tersebut dipertahankan pada waktu remaja dan dihayati maknanya pada waktu dewasa dan di petik hasilnya. (Achmad Sanusi, 2009 : 118) Selain disiplin, kita sebagai pendidik juga harus baik dalam menentukan atau pemiliha metode belajar. Semakin baik metode yang dipakai, maka semakin baik pula dalam pencapaian tujuan. Hubungan antara metode dengan tujuan pendidikan, bisa dikatakan merupakan sebab akibat, artinya juga metode pendidikan yang digunakan baik dan tepat, maka akibatnya tujuan pendidikan yang telah dirumuskannyapun besar kemungkinan dapat tercapai dengan gemilang. Metodologi
pengajaran
telah
membicarakan
berbagai
kemungkinan metode mengajar yang dapat digunakan guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
Namun demikian perlu diingat bahwa tidak ada metode yang baik untuk semua tujuan, karena setiap metode pengajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, guru tidak boleh menggunakan metode secara stereotif. (winarno Surakhmad, 1990, 79) berpendapat bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
48
a. Tujuan Setiap
guru
hendaknya
memperhatikan
hirarki
tujuan
pengajaran dan pendidikan. Dalam pembelajaran, hirarki tujuan itu terdiri dari atas tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler dan kurikulum, institusional dan tujuan nasional. Setiap pembelajaran tidak boleh lepas dai ketercapaian tujuantujuan secara hirarkis. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode, sebab metode tunduk pada tujuan, bukan sebaliknya. Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. b. Anak Didik Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Anak didik sebagai subjek belajar yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, status sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Perbedaan anak dari aspek psikologis seperti sifat pendiam, super aktif, tertutup, terbuka, periang, pemurung bahkan ada yang menunjukan perilaku-perilaku yang sulit untuk dikenali. Semua
49
perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan metode pengajaran. c. Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi, oleh karena itu pada waktu tertentu guru harus melakukan proses pembelajaran diluar kelas atau dialam terbuka. Setting pembelajaran di alam terbuka biasanya menghendaki metode-metode yang lebih menuntut siswa aktif seperti pendekatan metode problem solving, inquiry, discovery, dll. d. Fasilitas Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Oleh
karena
itu
ketiadaan
fasilitas
akan
sangat
mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium
untuk
praktek
IPA
jelas
kurang
mendukung
menggunakan metode eksperimen atau demonstrasi. e. Guru Setiap
guru
memiliki
kepribadian,
ferpormance.
Style,
kebiasaandan pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi pula oleh latar belakang pendidikan. Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih
terampil
dalam
memilih
metode
dan
tepat
dalam
50
menerapkannya, sedangkan guru yang latar belakangnya kurang relevan (bukan berlatar belakang pendidikan keguruan), sekalipun tepat dalam menentukan metode, namun sering mengalami hambatan dalam penerapannya. Kesimpulannya, tidak ada satupun metode pengajaran dan penyampain materi ke anak didik yang sempurna. Buktinya, tiap-tiap metode memiliki celah dan kelemahan di sana-sini. Jadi, semuanya tergantung tenaga pendidik dalam mengoptimalisasikan kelebihan yang tersedia serta meminimalisir berbagai kelemahan yang ada pada tiap-tiap metode. Saya yakin, dengan adanya keserasian antara metode yang diterapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik jauh lebih ampuh dalam mencapai hasil optimal dalam proses belajar mengajar ketimbang menerapakan tradisi pengajaran lama yang kurang berbobot dan terkadang begitu monoton.
C. Konsep Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar Bimbingan dalam pendidikan di sekolah ialah proses memberikan bantuan kepada siswa agar ia, sebagai pribadi, memiliki pemahaman yang benar akan diri pribadinya dan akan dunia disekitarnya. (Slameto, 1986 : 2).
51
Menurut Arifin (1982 : 16) menyatakan bahwa : Bimbingan atau penyuluhan keagamaan dimaksudkan untuk membanti si terbimbing (anak) supaya memiliki sumber pegangan keagamaan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan, memiliki kesadaran terhadap diri pribadinya selaku makhluk Tuhan yang sedang berkembang dan tumbuh, serta memiliki kepercayaan kepada diri sendiri akan dapat berkembang mudah terarah. Mengambil keputusan utuk melangkah maju secara optimal dalam perkembangannya dan dapat menolong dirinya sendiri menghadapi serta memecahkan
masalah-masalahnya.
Semuanya
demi
tercapainya
penyesuaian yang sehat dan demi memajukan kesejahteraan mentalnya. Bimbingan tidak harus atau selalu diberikan di sekolah. Jika bimbingan diberikan diluar situasi pendidikan disekolah, maka bimbingan merupakan pertolongan disalah satu bidang kebutuhan atau persoalan tertentu, seperti bimbingan perkawinan, bimbingan pekerjaan, dll. Sefat bimbingan yang diberikan oleh lembaga-lembaga di masyarakat dapat bersifat kuratif atau korektif, yaitu menolong orang yang datang meminta pertolongan karena mempunyai masalah atau kesukaran yang tidak dapat dipecahkan sendiri. Tetapi juga dapat bersifat preventif, misalnya lembaga yang melayani testing, wawancara dan pemberian informasi untuk menolong orang dalam memilih jenis pekerjaan tertentu yang cocok dengan bakat dan minatnya.
52
Menurut Slameto, (1986 : 9) Bimbingan menyadari pentingnya memperhatikan sifat dasar psikologis dan biologis dari anak dalam pendidikan. Kegiatan membimbing harus memperhatikan hal-hal berikut : Pertama,
sifat-sifat keturunan dari tiap individu dalam batas
tertentu, menentukan masa depan seseorang. Tetapi seringkali batasan ini masih memberi kemungkinan gerak untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam hidup.. Kedua, kebutuhan-kebutuhan dasar seperti kebutuhan akan makan dan minum, pernafasan dan istirahat yang cukup, kebutuhan pokok sosial dan kejiwaan dapat merugikan jalannya perkembangan jika di abaikan. Sebaiknya, dapat merangsang perkembangan jika dipenuhi secukupnya. Faktor-faktor kejiwaan mempunyai pengaruh besar pada belajar, karenanya perlu diperhatikan. Ketakutan, tekanan, rasa diri kurang, tidakadanya tujuan dan motivasi belajar, semua itu akan ikut menentukan efisiensi belajar. Menolong anak kedalam kondisi kejiwaan yang sehat dan yang menguntungkan proses belajar; merupakan bagian dari fungsi bimbingan. Semua pendidik harus menguasai pengenalan perkembangan dan pertumbuhan peserta didik ini, setiap pendidik akan mampu mengelola proses belajar mengajar dengan baik. ( Fuad Ihsan, 2003 : 80-81 ) Dengan demikian semua pendidik professional harus mempelajari dan mengenal jiwa dan perkembangan peserta didiknya, baik secara
53
teoritis maupun praktis melalui PPL atau praktek pengalaman lapangan yang dalam konsep pendidikan lama disebut praktek mengajar.
2. Macam-macam Bimbingan Belajar Menurut Ahmad Tafsir (2004 : 117) diantara cara-cara praktis yang patut digunakan untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak adalah dengan memberikan bimbingan keagamaan dalam bentuk memberikan contoh teladan, membiasakan yang baik, menegakan disiplin, memberikan motivasi memberikan hadiah, menghukum dan dan penciptaan suasana yang berpengaruh pada pertumbuhan positif.
Menurut Slameto (1986 : 23) bahwa Bimbingan itu ada enam, diantaranya : a. Bimbingan pengajaran/ Belajar o Bagaimana belajar yang efisien dan efektif, baik belajar perorangan maupun belajar kelompok. o Membantu bagaimana cara mempelajari suatu buku dan menggunakan buku tersebut. o Bagaimana caranya membuat tugas-tugas sekolah dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. o Bantuan dalam hal bagaimana memilih mata-mata pelajaran tertentu sehingga sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan kemampuan. o Bantuan dalam hal bagaimana cara menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mata-mata pelajaran tertentu. o Bimbingan dalam memilih mata pelajaran tambahan, dan sebagainya. b. Bimbingan pendidikan Bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa-siswa yang mengalamimasalah
atau
kesulitan
dalam
bidang
pendidikan,
khususnya memberikan bantuan, berupa pengenalan terhadap situasi,
54
pengenalan
terhadap
study
lanjutan,
pengenalan
terhadap
perenvcanaan pendidikan, dan pengenalan terhadap pemilihan spesialisasi. c. Bimbingan Pekerjaan Bimbingan ini ialah bantuan yang diberikan keoada siswa tentang masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti memilih pekerjaa atau jabatan yang akan dimasukinya, dan merencanakan pendidikan yang tepat guna menempati suatu pekerjaan yang dicitacitakannya. Juga membantu individu dalam penyesuaian diri dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipilihnya tersebut d. Bimbingan social Bimbingan ini ialah bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat menyesuaikan dirinya dalam lingkungan sosialnya. Bantuan ini dapat berupa membantu bagaimana untuk mendapatkan belajar dan kelompok, membantu bagaimana untuk berperan dalam kelompok, membantu bagaimana untuk mendapatkan teman-teman sehingga dapat menjadi sahabat, membantu bagaimana untuk menyesuaikan diri dengan anggota kelompok. e. Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang Bimbingan ini ialah bantuan yang diberikan kepada individuindividu dalah hal bagaimana menggunakan waktu senggangnya, sehingga dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat atau
55
produktif, misalnya seperti membantu siswa dalam merencanakan penggunaan
waktu
senggangnya,
membantu
siswa
dalam
menggunakan waktu senggangnya, membantu siswa dalam mengisi waktu-waktu kosong pada hari atau jam sekolah. f. Bimbingan dalam masalah-masalah pribadi Bimbingan ini ialah bantuan yang diberikan kepada individuindividu dalah hal bagaimana memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat rahasia/ pribadi sekali. Masalah-masalah seperti itu biasanya disebabkan karena individu kurang atau tidak mampu menyesuaikan dirinya sendiri denga keadaan / kenyataan yang ada pada dirinya, terutama menyangkut aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, cita-cita dan sebagainya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut biasanya dilakukan dengan jalan konseling.
Selanjutnya klasifikasi yang dikemukakan oleh Prayitno adalah sebagai berikut : a. Bimbingan Pendidikan Yaitu bimbingan yang diberikan kepada siswa, terutama dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan kurikulum. b. Bimbingan jabatan Yaitu bimbingan yangdiberikan kepada siswa yang memungkinkan mereka untuk mengadakan pemilihan jabatan dengan cocok. c. Bimbingan keagamaan dan pembinaan watak
56
d.
e.
f.
g.
Yaitu membantu siswa dalam hal pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi dalam dirinya, seperti yang menyangkut nilai-nilai dan normanorma social dalam pembinaan wataknya. Bimbingan untuk kehidupan keluarga Yaitu bimbingan yang diberikan kepada siswa agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan keluarganya dalam usaha menciptakan suasana damai dan tenteram dalam keluarga. Bimbingan kewarganegaraan Yaitu bantuan yang diberikan kepada siswa agar mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang baik, dengan arti dapat menjadi warga Negara yang mengabdi kepada negaranya. Bimbingan dalam penggunaan waktu senggang Yaitu bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam mengisi waktunya dengan kegiatan-kegiatan yang membawa keuntungan ekonomis. Bimbingan kesehatan Yaitu memberikan bantuan kepada siswa tentang bagaimana cara hidup sehat.
Dari klasifikasi di atas sebenarnya dapat diperas menjadi empat bidang saja, yaitu : a. Bimbingan Pendidikan b. Bimbingan Jabatan c. Bimbingan penyesuaian d. Bimbingan kesehatan Dengan demikian, guru harus selalu berkata dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai keutamaan. Dengan demikian anak didik selalu merasa diberi contoh dan merasa diperhatikan tanpa adanya paksaan melainkan menumbuhkan kesadaran sendiri untuk bersikap positif.
57
3. Teknik Bimbingan Belajar Menurut Slameto, (1986 : 77). Berikut ini akan diuraikan berbagai teknik bimbingan yang dapat dilaksanakan di sekolah, diantaranya : a. Informasi individu dan kelompok Beberapa cara dapat digunakan untuk memberikan informasi tersebut, yaitu : o o o o o
Pemberian Pemberian Pemberian Pemberian Pemberian
informasi informasi informasi informasi informasi
secara lisan secara tertulis secara berdialog dengan murid secara berdiskusi secara mendiskusikan.
b. Pemberian nasehat individu dan kelompok Dalam pemberian nasehat, aktivitas ada pada diri penasehat. Sebab, penasehatlah terjadi proses berpikir untuk menemukan pemecahan masalah tersebut. Sesuai dengan prinsip pendidikan modern, murid menjadi pusat kegiatan pendidikan. Maka pemberian nasehat pun yang aktif hendaknya murid, atau dengan perkataan lain, murid didorong untuk aktif. Memang, pemberian nasehat yang baik hendaknya
memperhatikan
dan
menggunakan
perinsip-prinsip
penyuluhan. c. Pengajaran penyembuhan/ remedial individu dan kelompok Pelaksanaan pengajaran remedial dapat mengikuti langkahlangkah sebagai berikut :
58
Menandai murid yang memiliki kelemahan Meneliti kebelakang tenang prestasi tahun-tahunsebelumnya. Mencari sebab/ latar belakang kelemahannya. Diberi pertanyaan/ soal bahan pelajaran. Jika muridnya hanya bisa menjawab sebagian soal, maka di beri soal lagi dari semester yang lalu. Setelah diketahui kelemahannya, maka mulailah dengan bantuan pelajarannya. d. Home room Adalah
suatu
mengusahakan
program
situasi
atau
bimbingan hubungan
murid yang
dengan lebih
cara
bersifat
kekeluargaan. Tujuannya, selain untuk memahami murid-murid, juga untuk membantu kesulitan mereka. e. Bermain peranan Bermain peran atau sosio drama sangat berguna terutama untuk membantu murid dalam penyesuaian diri, memperbaiki hubungan social, pengenalan nilai-nilai dan mengadakan rdukasi. Yang dibantu oleh sosio drama adalah masalah social, seperti ketidak cocokan hubungan antara murid dengan orang tuanya,saudaranya, gurunya, dll. Menurut Yahya Nursidik (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus).
59
-
Tujuan metode sosiodrama antara lain : Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. Nana Sudjana (1989 : 85).
f. Karya wisata Merupakan salah satu teknik bimbingan. Pelaksanaan karya wisata disesuaikan dengan kesempatan yang tersedia. Karya wisata dilaksanakan untuk mencapai tujuan : Pertama, Melengkapi dan menyempurnakan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh didalam kelas dengan hal-hal yang praktis dan realistis. Kedua, Mengembangkan apresiasi, baik terhadap lingkungan alam, social, maupun lingkungan pekerjaan. Menurut Martiningsih (16 Mei 2010, http://www.blogger.com) karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan. Menurut
Roestiyah,
(16
Mei
2010,
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) karya wisata bukan sekedar rekreasi,
60
tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya Menurut
Djamarah,
(16
Mei
2010,
http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya.
g. Belajar kelompok dari kelompok Pembimbing hendaknya bisa memelihara suasana kelompok, memberikan motivasi supaya semua aktif, berpartisipasi, tidak ada yang mengucilkan diri atau menonjolkan diri, menguasai kelompok, dan lain-lain. Menurut
Yahya
http://www.blogger.com)Tujuan
Nursidik penggunaan
(16 metode
Mei ini
2010, adalah
mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.
h. Diskusi Di dalam memimpikelompok, tugas pembimbing ada dua macam :
61
Pertama, Membantu mengarahkan kelompok kepada pemecahan masalah,
penyesuaian
tugas
yang
diberikan,
dan
pencapaian
kesimpulan-kesimpulan. Kedua, Memelihara suasana kelompok, agar tiap peserta diskusi merasa senang, merasa diterima, dan pendapatnya dipakai oleh kelompoknya. Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan / keputusan bersama. Nana Sudjana ( 1989 : 79 ) Muhibbin Syah (16 Mei 2010, http://Mazjun.student.fkif.uns.ac.id) mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ). i. Kegiatan Klub Pembimbing dapat membantu murid-murid dalammengembangkan hobi, menyalurkan dorongan-dorongan, mempererat persahabatan, serta adanya kesediaan untuk saling membantu. Tugas mengarahkan kegiatan menjadi lebih bernilai, lebih efektif dan lebih efisien.
62
j. Penyuluhan Merupakan inti atau jantungnya bimbingan. Penyuluhan terutama digunakan untuk membantu mengatasi masalah-masalah psikologis, social, spiritual, dan moral etis, misalnya: -
Murid yang terisolir atau mengisolirkan diri. Mempunyai harga diri rendah Mengalami kesukaran dalam bergaul. Tidak mempunyai motivasi belajar Tidak memiliki konsentrasi belajar Tidak berminat pada sekolah Dan lain-lain.
k. Penyuluhan kelompok Penyuluhan kelompok bukan merupakan penyuluhan individual yang diperluas kepada kelompok, walaupun metode ini juga digunakan untuk membantu individu-individu yang mempunyai masalah
ganguan
emosional
yang
serius. Dalam penyuluhan
kelompok prosesnya meliputi interaksi antara seorang klien dengan klien yang lain, identifikasi, analisa, serta bantuan dari klien yang lain atau kelompok. l. Pramuka. Merupakan salah satu bentuk bimbingan atau pendidikan terhadap anak remaja. Pendidikan atau bimbingan dalam pramuka tidak terlalu menekankan masalah akademis, tetapi lebih menekankan pendidikan atau bimbingan social, pribadi, akhlak dan keterampilan. Pendidikan
63
non-formal, tidak dibatasi ruang kelas, hubungan yang lebih relaks dan intim dan juga bersifat suka rela.
D. Konsep Penerapan Belajar BTQ 1. Pengertian Belajar BTQ BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an) adalah salah satu materi yang menekankan para siswa untuk bisa (lancar) membaca dan menulis AlQur’an dengan baik. Al-qur’an menurut bahasa ialah berasal dari kata “qara’aqira’atan-qur’anan”, yang berarti bacaan. (Wawan Setiawan, 2006:9). Sedangkan menurut istilah ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-fatihah sampai akhir surat An-Nas. (Rosihon Anwar, 2004 : 33). Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan dmikian, apabila bukan kalam Allah dan tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW; tidak dinamakan Al-Qur’an, seperti Zabur, TAurot dan Injil. Ketiga kitab tersebut memang termasuk diantara kalam Allah, tetapi tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW; sehingga tidak bisa disebut Al-Qur’an. ( Rachmat Syafei, 1999 : 50).
2. Fungsi Belajar BTQ Nama-nama lain untuk Al-Qur’an dikembangkan oleh ulama sedemikian rupa, sehingga Abu Hasan al-Harali dan Abd al-Ma’ali Syaizalah masing-masing memberikan nama sebanyak 90 dan 55 macam.
64
Pemberian nama terhadap Al-Qur’an yang begitu banyak tidak disetujui oleh sebagian ulama, antara lain Shubhu Shalih. (Atang Abd. Karim, 2000 : 70). Menurutnya pemberian nama yang banyak terhadap Al-Qur’an dinilai berlebihan sehingga terkesan adanya pencampuradukan antara nama-nama Al-Qur’an dan sifat-sifat-Nya. Sebagian nama-nama tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung memperlihatkan fungsi-fungsi Al-Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Qur’an, sebagian tersurat dalam nama-nama-Nya, adalah sebagai berikut : m. Al-Huda, artinya Al-Qur’an sebagai petunjuk. n. Al-Furqon, artinya Al-Qur’an sebagai pembeda atau pemisah. o. Al-Syifa, artinya Al-Qur’an sebagai obat. p. Al-mau’izhah, artinya Al-Qur’an sebagai nasihat. Karena bersifat personal, maka pengalaman tersebut hamper dipastikan berbeda-beda, meskipun persamaan-persamaan pengalaman itu pun tidak dapat diabaikan. Bagi kalangan tertentu Al-Qur’an berfungsi sebagai media untuk menjaga diri, dank arena itulah kita sering melihat “isim” atau “jimat” yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an. (Atang Abd. Karim, 2000 : 72). Demikian fungsi Al-Qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an. Sedangkan fungsi Al-Qur’an
65
dari pengalaman dan penghayatan terhadap isinya bergantungpada kualitas ketaqwaan yang bersangkutan.
E. Konsep Penerapan Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan kata majemuk yang tersusun dari dua kata, yaitu kata “prestasi” dan “belajar”. Menurut (Arifin, 1990 : 3) Prestasi adalah kemampuan keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2001 : 895) prestasi berarti hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan dan sebagainya. Demikan halnya (Abin Syamsudin, 2000:110) memberikan pengertian yang tidak jauh berbeda, yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Dari beberapa kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu nilai atau hasil yang merupakan hasil dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dicapai. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai kegiatan, salah satunya dalam kegiatan pendidikan untuk mengetahui hasil yan dicapai siswa dalam belajar. Adapun pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, baik dari segi kognitif, afektif, dan motorik secara integrasi. (Efendi dan Praja, 1993 : 103) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi
66
yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sabagai hasil dari pengalamanpengalaman itu sendiri. Hal tersebut senada dengan pendapat yang dikatakan oleh (Slameto, 1995 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh hal yang baru secara integrasi atau keseluruhan, artinya perubahan yang baru itu dari segi kognitif, afektif dan psikomotor dari pengalaman yang dilalui. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu usaha yang dilakukan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari realtas ini, sebaiknya semua pihak menyadari betul akan pentingnya belajar prestasi bukan sekedar prestasi belajar. Belajar bukan untuk memperoleh nilai angka belaka, tetapi untuk meraih nilai diri dan martabatkehidupan atau nilai hidup. ( Mursidin. 2009 : 55 ).
67
2. Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai factor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam pencapaian prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Menurut Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993 : 9-10) bahwa yang tergolong factor internal adalah : 1. Faktor jasmani (Fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Yang
termasuk
factor
ini
misalnya
penglihatan,
pendengaran, sruktur tubuh dan sebaiknya. 2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas : a. Faktor intelektif yang meliputi : 1). Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat 2). Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki b. Faktor non intelektif, yaitu unsure-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. 3. Faktor kematangan fisik maupun psikis
68
Yang termasuk faktor eksternal, ialah : a. Faktor sosial yang terdiri atas : 1). Lingkungan keluarga 2). Lingkungan sekolah 3). Lingkungan masyarakat 4). Lingkungan kelompok b. Faktor budaya seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian c. Faktor lingkungan fisik seperti : fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. d. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan, faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai hasil belajar atau prestasi belajar.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu : a. Faktor-faktor stimul belajar Yang dimaksud dengan stimulu belajar disini adalah segala hal diluar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar stimuli dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari si pelajar.
69
b. Faktor-faktor metode belajar Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi prestasi belajar yang dipakai oleh si pelajar, dengan kata lain metode yang dipakai akan menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar hubungannya dengan prestasi belajar. c. Faktor-faktor individual Kecuali factor stimulu dan metode belajar, factor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar seseorang.
3. Indikator Prestasi Belajar Pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. (Muhibin Syah, 1995 : 150). Untuk mengukur
prestasi belajar seseorang dilihat dari fase
keberhasilan belajar, yaitu ranah kognitif dan psikomotor. Dalam
70
penelitian ini hanya membahas ranah kognitif saja, ranah kognitif atau sering juga disebut aspek pengetahuan adalah tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan dan aspek intelektual. A.Tafsir (1999 : 50) membagi aspek kognitif menjadi 6 tingkatan, yaitu : a. Knowledge (Pengetahuan) Pada tinkat ini siswa dituntut kemampuan untuk mengingat konsepkonsep yang khusus dan umum atau hanya mengingat materi-materi yang diberikan. Kata-kata yang dapat dijadikan kata operasional dari aspek ini adalah mendefinisikan, menyebutkan, mengingat kembali memproduksi dan menggambarkan. b. Conprehension (Pemahaman) Pada aspek ini dituntut untuk mampu menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari tanpa mengetahui hubungan yang lain. Hasil belajar ini lebih satu tingkatan dari aspek pengetahuan. Kata operasional
dari
aspek
pemahaman
ini
adalah
mengubbah,
menjelaskan, mengihtisarkan. c. Application (Penerapan) Pada aspek ini siswa dibina untuk menggunakan konsep-konsep yang absrak kepada objek khusus dan kongrit, atau kemampuan siswa untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dalam situasi kongkrit yang baru. Kata operasional dari aspek ini adalah memperhitungkan,
71
mendemonstrasikan, mengembangkan, menemukan, menyiapkan, menghubungkan, meramalkan dan menangani. d. Analysis (Analisis) Pada aspek ini dituntut untuk mampu menggunakan suatu materi kedalam bagian-bagiannya sehingga sruktur organisasinya dapat dipahami. Kata operasional dari aspek ini adalah membedakan, mendiagramkan,
memilih,memisahkan,
membagi-bagikan,
mengklasifikasikan. e. Synthesis (Sintesis) Sintesis adalah lawan analisis. Pada aspek ini siswa harus mampu merakit
bagian-bagian
menjadi
suatu
kesatuan
yang
utuh.
Kemampuan ini membutuhkan proses penyusunan, penggabungan, untuk dijadikan suatu keseluruhan yang berstruktur yang tadinya belum
jelas.
Kata
operasional
dari
aspek
ini
adalah
mengkatagorisasikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat
design,
menjelaskan,
memodifikasikan,
menyusun,
membuat rencana, mengatur kembali, menghubungkan, merevisi, menuliskan kembali dan menceritakan. f. Evaluasion (Evaluasi) Aspek ini merupakan aspek yang paling tinggi dalam aspek prestasi kognitif siswa dimana pada bagian ini siswa mempunyai kemampuan untuk mempertimbangkan. Kata operasional dari aspek ini adalah
72
menilai,
membandingkan,
mengkritik,
menyimpulkan,
mendeskripsikan,
mempertentangkan,
membedakan,
menerangkan,
memutuskan, menafsirkan, dan menghubungkan. Dalam penelitian in, aspek yang diteliti adalah aspek kognitif yang berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
73
BAB III ANALISIS EMPIRIK TENTANG TANGGAPAN SISWA PADA PENERAPAN METODE CEPAT BELAJAR BTQ MELALUI TEKNIK BIMBINGAN DAN PEMBERIAN TUGAS HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PAI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SD Negeri Biru I SD Negeri Biru I berdiri tahun 1936, waktu itu masih disebut SR atau Sekolah Rakyat. SD Negeri Biru I ini adalah SD pertama di antara lima desa. Sehubung dengan meningkatnya jumlah siswa, akhirnya SD ini di bagi menjadi tiga golongan, SD Negeri Biru I, SD Negeri Biru II dan SD Negeri Biru III. SD Negeri Biru I ini berdiri di atas tanah seluas 981 m2. sedangkan bangunannya seluas 730 m2.
2. Kondisi Objektif SD Negeri Biru I SD Negeri Biru I ini terletak di daerah pedesaan, yakni di jalan Warusatangkal Desa Padaulun RT.02 RW.03. Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.
74
Dengan lokasinya yang strategis, memberikan kemudahan kepada siapapun yang akan mengunjunginya, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
3. Profil SD Negeri Biru I Nama Sekolah
: SD Negeri Biru I
NIS
: 101020814019
NSS
: 20206988
Propinsi
: Jawa Barat
Kabupaten
: Bandung
Kecamatan
: Majalaya
Desa
: Padaulun
Jalan
: Warusatangkal
Kode Pos
: 40382
Status Sekolah
: Negeri
Akreditas
:B
Penerbit SK
: Dinas
Luas Tanah
: 981 m2
Luas Bangunan
: 730 m2
75
4. Visi dan Misi SD Negeri Biru I Visi : -
Menumbuhkembangkan peserta didik berakhlak kharimah melalui pengembangan potensi spiritual, emosional dan intelektual.
Misi : -
Menyelenggarakan program pendidikan yang senantiasa berakar pada system nilai agama, adapt istiadat/ atau budaya bangsa dengan tetap mengikuti perkembangan jaman.
-
Menciptakan suasana belajar yang kondusip untuk meningkatkan keterserapan ilmu pengetahuan melalui metode yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
-
Meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga pendidik.
5. Strategi SD Negeri Biru I -
Meningkatkan proses KBM secara optimal
-
Melaksanakan berperilaku adil dan demokratis antar warga sekolah.
-
Menjalin kerjasama antar berbagai pihak (Siswa, Guru, Orang tua dan Masyarakat).
Sumber : Arsip Kepala Sekolah SDN Biru 1
76
6. Keadaan Guru SD Negeri Biru I Keadaan gru dan pegawai di SD Negeri Biru I, antaralain : Guru PNS NO
NAMA
NIP
1
Nani Siti Rahani, S.Pd.
195906151978032002
2
Muttaqien
195602011988101001
3
Rusman, S.Pd.I.
195904261082021001
4
Cucu Hasmara, S.Pd.
1961091919822042
5
Wiwi Roswida, S.Pd.
196205031983052002
6
E. Susanti, S.Pd.
196905241992022001
7
Komala Wati. S.Pd.
19691210200802
8
Tuti Aryati, S.Pd.
1967040592122002
9
Fitri Triana, S.Pd.
197607091999032002
77
Guru Honorer NO
NAMA
KET
1
Heni
-
2
Tomi Amarulloh
-
3
Tuti Susana
-
TU NO 1
NAMA
KET
Zam-zam
-
7. Keadaan Siswa SD Negeri Biru I Keadaan siswa-siswi di SD Negeri Biru I, antara lain : NO
KELAS
MURID L
P
JUMLAH
KET
1
I
29
17
46
-
2
II
16
26
42
-
3
III
34
16
50
-
4
IV
30
16
46
-
5
V
29
21
50
-
6
VI
16
13
26
-
Sumber : Dokumen SDN Biru 1 Tahun Ajaran 2009-2010.
78
8. Struktur Organisasi SD Negeri Biru I Kepala Sekolah Nani Siti Rohani, S.Pd.
Komite Sekolah A. Sumpena
Unit Perpustakaan Heni
Tata Usaha Zam-zam
Guru Kelas I Turi Aryati , S.Pd.
Guru Kelas II Fitri Triana, S.Pd.S.Pdzam
Guru Kelas III Komala Wati,
Guru Kelas IV Susanti, S.Pd.
Guru Kelas V Cucu Hasmara, S.Pd.
Guru Kelas VI Wiwi Roswida, S.Pd
Guru Agama Rusman, S.Pd.
Guru Bhs. Inggris Tuti Susana Guru Olah Raga Tomi Amarulloh Penjaga Sekolah Muttaqien SISWA
Masyarakat Sumber : Dokumen SDN Biru 1 Tahun Ajaran 2009-2010.
79
B. Realitas Tanggapan Siswa Terhadap Metode Cepat Belajar BTQ Melalui Teknik Bimbingan dan Pemberian Tugas di SDN Biru I Untuk mengetahui realitas tanggapan siswa kelas V SD Negeri Biru I, penulis mendasarkan data pokoknya diangkat dengan teknik angket sebanyak 15 item yang disebarkan kepada 50 orang siswa sebagai responden. Kelima belas item tersebut merupakan penjabaran indicator tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas yang meliputi : 1). Kejelasan tugas; 2). Penetapan/ Penyediaan waktu; 3). Pengawasan; 4). Penyesuaian dngan kemampuan; 5). Penilaian / evaluasi. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masing-masing indicator tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas. Penentuan angka rata-rata setiap indicator akan ditentukan dengan menggunakan rumus : X = ∑fx n hasil perhitungannya akan dikonsultasikan dengan limit interval jenjang kualifikasi dalam rentang nilai terendah 0,5 dan tertinggi 5,5 yang penjabarannya diurutkan sebagai berikut : a. 0,5 – 1,5
Sangat kurang
b. 1,5 – 2,5
Rendah
c. 2,5 – 3,5
Cukup
d. 3,5 – 4,5
Baik
80
e. 4,5 – 5,5
Baik sekali
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 174) Angket yang disebarkan berbentuk pilihan ganda dengan jumlah 5 alternatif jawaban yang berstruktur yaitu a, b, c, d dan e. untuk keperluan analisisnya, maka alternative jawaban tersebut dikuantifikasi dalam bentuk angka. Bagi responden yang memilih a maka di beri nilai 5, sedangkan b = 4, c = 3, d = 2 dan e = 1 untuk pertanyaan positif, sedangkan untuk pertanyaan negative di beri nilai sebaliknya. Dengan mengacu pada teknik penyebaran angket sebagaimana desebutkan di atas, maka diperoleh skor nilai ideal tertinggi 15 x 5 = 75 dan skor terendah 15 x 1 = 15. untuk memperoleh proses perhitungannya, data berupa skor item pertanyaan dapat dilihat dalam lampirannya. 1. Analisis Parsial Perindikator a. Kejelasan tugas Bertolak dari indicator ini penulis mengajukan empat item pertanyaan, yaitu item nomor 1-4. item nomor 1 menanyakan, Bagaimana tanggapan anda dengan adanya bimbingan dari guru dapat membantu anda dalam meningkatkan prestasi belajar ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 37 orang menjawab A. 13 orang menjawab B. nilai rata-rata
pertanyaan nomor 1
didapat : (37 x 5) + (13 x 4)= 237 : 50 = 4,74. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 4,74. angka tersebut termasuk kualifikasi sangat tinggi, karena berada di interval 4,5 – 5,5. oleh karena itu, tanggapan siswa
81
dengan adanya bimbingan dari guru dapat membantu anda dalam meningkatkan prestasi belajar tergolong sangat tinggi. Item nomor 2 menanyakan, Setujukah anda jika guru membimbing kalian dalam proses KBM ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 20 orang menjawab A. 19 orang menjawab B. 5 orang menjawab C. 2 orang menjawab D. 9 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 2 didapat : (20 x 5) + (19 x 4) + (5 x 3) + (2 x 2) + ( 4 x 1) = 199 : 50 = 3,98. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 3,98. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa jika guru membimbing kalian dalam proses KBM tergolong tinggi. Item nomor 3 menanyakan, Bagaimana tanggapan anda dengan adanya pemberian tugas dari guru dapat membantu anda dalam meningkatkan prestasi belajar ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 28 orang menjawab A. 15 orang menjawab B. 3 orang menjawab C. 3 orang menjawab D. 1 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 3 didapat : (28 x 5) + (15 x 4) + (3 x 3) + (3 x 2) + ( 1 x 1) = 216 : 50 = 4,32. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 4,32. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan anda dengan adanya pemberian tugas dari guru dapat membantu anda dalam meningkatkan prestasi belajar tergolong tinggi. Item nomor 4 menanyakan, Setujukah anda jika guru memberikan tugas kepada kalian dalam proses KBM ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 16
82
orang menjawab A. 25 orang menjawab B. 6 orang menjawab C. 3 orang menjawab D. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 4 didapat : (16 x 5) + (25 x 4) + (6 x 3) + (3 x 2) = 204 : 50 = 4,08. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 4,32. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa jika guru memberikan tugas kepada kalian dalam proses KBM tergolong tinggi. Item nomor 1, 2, 3 dan 4 dirata-ratakan diperoleh sebesar 4,74 + 3,98 + 4,32 + 4,08 = 17,12 : 4 = 4,28. angka rata-rata sebesar 4,28 tergolong tinggi karena berada di interval 3,5 – 4,5. dengan data ini diketahui bahwa tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas pada indicator kejelasan tugas termasuk kualifikasi tinggi.
b. Penetapan/ Penyediaan waktu Bertolak dari indicator ini penulis mengajukan tiga item pertanyaan, yaitu item nomor 5, 6 dan 7. Item nomor 5 menanyakan, Guru PAI membimbing anda hanya 2 jam pelajaran saja, bagaimana tanggapan anda? dari 50 orang siswa diperoleh data, 18 orang menjawab A. 17 orang menjawab B.10 orang menjawab C. 2 orang menjawab D. 3 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 5 didapat : (18 x 5) + (17 x 4) + (10x 3) + (2 x 2) ) + (3x 1) = 195 : 50 = 3,90. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 3,90. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5.
83
oleh karena itu, tanggapan siswa pada guru PAI membimbing anda hanya 2 jam pelajaran saja tergolong tinggi. Item nomor 6 menanyakan, Ketika belajar dirumah, anda selalu minta bantuan kepada orang tua, saudara, dll. Bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 11 orang menjawab A. 14 orang menjawab B. 15 orang menjawab C. 5 orang menjawab D. 5 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 6 didapat : (11 x 5) + (14 x 4) + (15 x 3) + (5 x 2) + ( 5 x 1) = 171 : 50 = 3,42. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 3,42. angka tersebut termasuk kualifikasi cukup tinggi, karena berada di interval 2,5 – 3,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketika belajar dirumah, anda selalu minta bantuan kepada orang tua, saudara, dll tergolong cukup tinggi. Item nomor 7 menanyakan, Belajar PAI hanya 2 jam pelajaran perminggunya, bagaiman tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 17 orang menjawab A. 20 orang menjawab B. 9 orang menjawab C. 3 orang menjawab D. 1 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 7 didapat : (17 x 5) + (20 x 4) + (9 x 3) + (3 x 2) + ( 1 x 1) = 199 : 50 = 3,98. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 3,98. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketika belajar PAI hanya 2 jam pelajaran perminggunya tergolong tinggi. Item nomor 5, 6 dan 7 dirata-ratakan diperoleh sebesar 3,90 + 3,42 + 3,98 = 11,3 : 3 = 3,76. Angka rata-rata sebesar 3,76 tergolong tinggi karena berada
84
di interval 3,5 – 4,5. dengan data ini diketahui bahwa tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas pada indicator penetapan/ penyediaan waktu termasuk kualifikasi tinggi.
c. pengawasan/ control terhadap tugas Bertolak dari indicator ini penulis mengajukan tiga item pertanyaan, yaitu item nomor 8,
9 dan 10. Item nomor 8 menanyakan, Ketika KBM
berlangsung, guru selalu mondar-mandir sehingga anda merasa diawasi, bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 13 orang menjawab A. 16 orang menjawab B. 11 orang menjawab C. 5 orang menjawab D. 5 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 8 didapat : (13 x 5) + (16 x 4) + (11 x 3) + (5 x 2) + ( 5 x 1) = 177 : 50 = 3,54. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 3,54. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketika KBM berlangsung, guru selalu mondar-mandir sehingga anda merasa diawasi tergolong tinggi. Item nomor 9 menanyakan, Ketika KBM berlangsung, guru selalu bertanya kepada murid-muridnya, bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 13 orang menjawab A. 26 orang menjawab B. 6 orang menjawab C. 2 orang menjawab D. 3 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 9 didapat : (13 x 5) + (26 x 4) + ( 6 x 3) + (2 x 2) + ( 3 x 1) = 194 : 50 = 3,88. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 3,88.
85
angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketika KBM berlangsung, guru selalu bertanya kepada murid-muridnya tergolong tinggi. Item
nomor
10
menanyakan,
Ketika
KBM
berlangsung,
guru
menyampaikan materi dengan suara yang keras, bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 10 orang menjawab A. 26 orang menjawab B. 8 orang menjawab C. 5 orang menjawab D. 1 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 10 didapat : (10 x 5) + (26 x 4) + ( 8 x 3) + (5 x 2) + ( 1 x 1) = 189 : 50 = 3,78. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka ratarata 3,78. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketika KBM berlangsung, guru menyampaikan materi dengan suara yang keras tergolong tinggi. Item nomor 8, 9 dan 10 dirata-ratakan diperoleh sebesar 3,54 + 3,88 + 3,78 = 11,2 : 3 = 3,73. Angka rata-rata sebesar 3,73 tergolong tinggi karena berada di interval 3,5 – 4,5. dengan data ini diketahui bahwa tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas pada indicator pengawasan/ control terhadap tugas termasuk kualifikasi tinggi.
d. Penyesuaian dengan kemampuan bertolak dari indicator ini penulis mengajukan dua item pertanyaan, yaitu nomor 11 dan 12. item nomor 11 menanyakan, Dalam menyampaikan materi,
86
guru selalu mengulang materi sebelumnya, bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 24 orang menjawab A. 17 orang menjawab B. 6 orang menjawab C. 2 orang menjawab D. 1 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 11 didapat : (24 x 5) + (17 x 4) + ( 6 x 3) + (2 x 2) + ( 1 x 1) = 211 : 50 = 4,22. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 4,22. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketika guru selalu mengulang materi sebelumnya tergolong tinggi. Item nomor 12 menanyakan, Ketika guru membimbing dalam belajar, guru menggunakan metode bervariasi sehingga membuat anda merasa tertarik dalam belajar, bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 24 orang menjawab A. 18 orang menjawab B. 8 orang menjawab C. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 12 didapat : (24 x 5) + (18 x 4) + ( 8 x 3) = 216 : 50 = 4,32. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 4,32. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketika Ketika guru membimbing dalam belajar, guru menggunakan metode bervariasi sehingga membuat anda merasa tertarik dalam belajar tergolong tinggi. Item nomor 11 dan 12 dirata-ratakan diperoleh sebesar 4,22 + 4,32 = 8,54 : 2 = 4,27. Angka rata-rata sebesar 4,27 tergolong tinggi karena berada di interval 3,5 – 4,5. Dengan data ini diketahui bahwa tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian
87
tugas pada indicator penyesuaian dengan kemampuan termasuk kualifikasi tinggi.
e. Penilaian / Evaluasi Bertolak dari indicator ini penulis mengajukan tiga item pertanyaan, yaitu item nomor 13, 14 dan 15. item nomor 13 menanyakan, Diakhir materi guru selalu menyimpulkan materi yang telah disampaikan, bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 10 orang menjawab A. 26 orang menjawab B. 8 orang menjawab C. 6 orang menjawab D. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 13 didapat : (10 x 5) + (26 x 4) + ( 8 x 3) + (6 x 2) = 196 : 50 = 3,92. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 3,92. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketika diakhir materi guru selalu menyimpulkan materi yang telah disampaikan tergolong tinggi. Item nomor 14 menanyakan, Setiap belajar akan dimulai, guru selalu minta beberapa murid untuk menjelaskan materi sebelumya, bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 11 orang menjawab A. 18 orang menjawab B. 9 orang menjawab C. 5 orang menjawab D. 7 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 14 didapat : (11 x 5) + (18 x 4) + ( 9 x 3) + (5 x 2) + ( 7 x 1) = 171 : 50 = 3,42. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 3,42. angka tersebut termasuk kualifikasi cukup tinggi, karena berada di interval 2,5 – 3,5. oleh karena itu, tanggapan siswa
88
ketika setiap belajar akan dimulai, guru selalu minta beberapa murid untuk menjelaskan materi sebelumya tergolong cukup tinggi. Item nomor 15 menanyakan, Guru selalu mengumpulkan dan memeriksa tugas murid, bagaimana tanggapan anda ? dari 50 orang siswa diperoleh data, 20 orang menjawab A. 25 orang menjawab B. 2 orang menjawab C. 2 orang menjawab D. 1 orang menjawab E. Nilai rata-rata pertanyaan nomor 14 didapat : (20 x 5) + (25 x 4) + ( 2 x 3) + (2 x 2) + ( 1 x 1) = 211 : 50 = 4,22. dari hasil jawaban tersebut diperoleh angka rata-rata 4,22. angka tersebut termasuk kualifikasi tinggi, karena berada di interval 3,5 – 4,5. oleh karena itu, tanggapan siswa ketikaguru selalu mengumpulkan dan memeriksa tugas murid tergolong tinggi. Item nomor 13, 14 dan 15 dirata-ratakan diperoleh sebesar 3,92 + 3,42 + 4,22 = 11,56 : 3 = 3,85. Angka rata-rata sebesar 3,85 tergolong tinggi karena berada di interval 3,5 – 4,5. dengan data ini diketahui bahwa tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas pada indicator penilaian / evaluasi
termasuk kualifikasi
tinggi.
2. Interpretasi Variabel X Dari indicator variable X, rata-rata yang diperoleh (4,28 + 3,76 + 3,73 + 4,27 + 3,85 = 19,89 : 5 = 3,97. angka rata-rata sebesar 3,97 tergolong tinggi karena berada dalam interval 3,5 – 4,5. hal ini menjukan bahwa tangapan
89
siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas menunjukan tinggi.
3 Uji normalitas Variabel X dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Membuat table distribsi frekuensi Untuk keperluan tersebut ditentukan nilai R = 18, kelas interval (K)= 6, dan panjang interval = 3. setelah itu dibuat table distribusi frekuensi (terlampir). b. Uji tendensi Sentral Uji tendensi sentral dilakukan dengan cara menghitung mean, median dan modus. Keseluruhan data tentang Tanggapan Siswa Terhadap Metode Cepat Belajar Btq Melalui Teknik Bimbingan Dan Pemberian Tugas diperoleh mean sebesar 59,7, median sebesar 59,1, dan modus sebesar 57,9, untuk menghitung normal tidaknya data variable X adalah sebagai berikut : 1. Menghitung standar deviasi sebesar 4,5 2. Membuat table observasi dan ekspektasi variable X (terlampir) 3. Mencari Chi kuadrat hitung pada taraf signifikansi 5% dan dk = 3, maka diperoleh Chi kuadrat table sebesar 7,81. 4. Menentukan normalitas data. Diperoleh chi kuadrat hitung sebesar 5,79, sedangkan chi kuadrat table dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai 7,81 (perhitungan terlampir).
90
Data tersebut menunjukan bahwa nilai chi kuadrat table lebih besar dari pada nilai chi kuadrat hitung atayu dapat ditulis : 7,81 > 5,79, maka dengan demikian data variable X berdistribusi normal.
C. Realitas Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PAI di SDN Biru I Setelah telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa untuk mengetahui realitas Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PAI di SDN Biru I, maka diajukan sejumlah item angket kepada 50 orang siswa sebagai responden dalam penelitian ini. Angket tersebut memuat 15 item soal. Untuk tiap soal yang betul diberi skor 5 dan penilaian yang digunakan adalah rata-rata item yakni M = S/N x 100. adapun klasifikasi yang digunakan adalah : 80 – 100 = Sangat tinggi 70 – 79
= Tinggi
60 – 69
= Sedang
50 – 59
= Kurang
0 - 49
= Gagal
(Muhibbin Syah, 2001 : 153).
91
1. Menghitung Rata-rata per-item a. Ingatan Item nomor 6 menanyakan, ( ) خTermasuk huruf Idhar No berapa ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 29 orang dan yang menjawab salah sebanyak 21 orang. Nilai rata-ratanya adalah (29 : 50) x 100 = 58. nilai ini termasuk kategori kurang karena berada pada interval 50 – 59. Item nomor 7 menanyakan, ( ) يTermasuk huruf Idghom No berapa ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 25 orang dan yang menjawab salah sebanyak 25 orang. Nilai rata-ratanya adalah (25 : 50) x 100 = 50. nilai ini termasuk kategori kurang karena berada pada interval 50 – 59. Item nomor 8 menanyakan, ( ) بTermasuk huruf Iklab No berapa ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 39 orang dan yang menjawab salah sebanyak 11 orang. Nilai rata-ratanya adalah (39 : 50) x 100 = 78. nilai ini termasuk kategori tinggi karena berada pada interval 70 – 79. Item nomor 9 menanyakan, ( ) صTermasuk huruf Ikhfa No berapa ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 39 orang dan yang menjawab salah sebanyak 11 orang. Nilai rata-ratanya adalah (39 : 50) x 100 = 78. nilai ini termasuk kategori tinggi karena berada pada interval 70 – 79.
92
Item nomor 10 menanyakan, ( ) قTermasuk huruf Qolqolah No berapa ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 39 orang dan yang menjawab salah sebanyak 11 orang. Nilai rata-ratanya adalah (39 : 50) x 100 = 78. nilai ini termasuk kategori tinggi karena berada pada interval 70 – 79. Item nomor 6, 7, 8, 9 dan 10 dirata-ratakan diperoleh angka sebesar 58 + 50 + 78 + 78 + 78 = 343 : 5 = 68,4. angka rata-rata sebesar 68,4 tergolong sedang karena berada pada interval 60 – 69. dengan data ini diketahui bahwa prestasi siswa pada mata pelajaran PAI pada indicator ingatan termasuk kualifikasi sedang.
b. Pemahaman Item nomor 1 menanyakan, Apa yang dimaksud dengan Idhar ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 49 orang dan yang menjawab salah sebanyak 1 orang. Nilai rata-ratanya adalah (49 : 50) x 100 = 98. nilai ini termasuk kategori sangat tinggi karena berada pada interval 80 – 100. Item nomor 2 menanyakan, Apa yang dimaksud dengan Idghom ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 48 orang dan yang menjawab salah sebanyak 2 orang. Nilai rata-ratanya adalah (48 : 50) x 100 = 96. nilai ini termasuk kategori sangat tinggi karena berada pada interval 80 – 100.
93
Item nomor 3 menanyakan, Apa yang dimaksud dengan Iklab ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 36 orang dan yang menjawab salah sebanyak 14 orang. Nilai rata-ratanya adalah (36 : 50) x 100 = 72. nilai ini termasuk kategori tinggi karena berada pada interval 70 – 79. Item nomor 4 menanyakan, Apa yang dimaksud dengan Ikhfa ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 33 orang dan yang menjawab salah sebanyak 17 orang. Nilai rata-ratanya adalah (33 : 50) x 100 = 66. nilai ini termasuk kategori sedang karena berada pada interval 60 – 69. Item nomor 5 menanyakan, Apa yang dimaksud dengan Qolqolah ? dari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 49 orang dan yang menjawab salah sebanyak 1 orang. Nilai rata-ratanya adalah (49 : 50) x 100 = 98. nilai ini termasuk kategori sangat tinggi karena berada pada interval 80 – 100. Item nomor 1, 2, 3, 4 dan 5 dirata-ratakan diperoleh angka sebesar 98 + 96 + 72 + 66 + 98 = 430 : 5 = 86. angka rata-rata sebesar 86 tergolong sangat tinggi karena berada pada interval 80 – 100. dengan data ini diketahui bahwa prestasi siswa pada mata pelajaran PAI pada indicator pemahaman termasuk kualifikasi sangat tinggi.
94
c. Penerapan Item nomor 11 menanyakan, Bagaimana hukumnya jika nun mati bertemu dengan huruf
(
? ) فdari pertanyaan tersebut, siswa yang
menjawab benar sebanyak 29 orang dan yang menjawab salah sebanyak 21 orang. Nilai rata-ratanya adalah (29 : 50) x 100 = 58. nilai ini termasuk kategori kurang karena berada pada interval 50 – 59. Item nomor 12 menanyakan, Bagaimana hukumnya jika nun mati bertemu dengan huruf ( ? ) لdari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 30 orang dan yang menjawab salah sebanyak 20 orang. Nilai rata-ratanya adalah (30 : 50) x 100 = 60. nilai ini termasuk kategori sedang karena berada pada interval 60 – 69. Item nomor 13 menanyakan, Bagaimana hukumnya jika nun mati bertemu dengan huruf ( ? ) زdari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 35 orang dan yang menjawab salah sebanyak 15 orang. Nilai rata-ratanya adalah (35 : 50) x 100 = 70. nilai ini termasuk kategori tinggi karena berada pada interval 70 – 79. Item nomor 14 menanyakan, Bagaimana hukumnya jika tanwin bertemu dengan huruf ( ? ) عdari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 32 orang dan yang menjawab salah sebanyak 18 orang. Nilai rata-ratanya adalah (32 : 50) x 100 = 64. nilai ini termasuk kategori sedang karena berada pada interval 60 – 69.
95
Item nomor 15 menanyakan, Bagaimana hukumnya jika tanwin bertemu dengan huruf ( ? ? ) شdari pertanyaan tersebut, siswa yang menjawab benar sebanyak 39 orang dan yang menjawab salah sebanyak 11 orang. Nilai rata-ratanya adalah (39 : 50) x 100 = 78. nilai ini termasuk kategori tinggi karena berada pada interval 70 – 79. Item nomor 11, 12, 13, 14 dan 15 dirata-ratakan diperoleh angka sebesar 58 + 60 + 70 + 64 + 78 = 330 : 5 = 66. angka rata-rata sebesar 66 tergolong sedang karena berada pada interval 60 – 69. dengan data ini diketahui bahwa prestasi siswa pada mata pelajaran PAI pada indicator penerapan termasuk kualifikasi sedang.
2. Interpretasi Variabel Y Dengan demikian, diperoleh nilai rata-rata di setiap indicator ( 68,4 + 86 + 66 = 220,4 : 3 = 73,46. nilai rata-rata 73,46 apabila diklasifikasikan ke dalam skala penilaian termasuk kategori tinggi, karena nilai tersebut berada pada interval 70 – 79, artinya realitas Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI tergolong tinggi.
96
3. Uji normalitas Variabel Y dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Membuat table distribsi frekuensi Untuk keperluan tersebut ditentukan nilai R = 54, kelas interval (K)= 6, dan panjang interval = 9. setelah itu dibuat table distribusi frekuensi (terlampir). b. Uji tendensi Sentral Uji tendensi sentral dilakukan dengan cara menghitung mean, median dan modus. Keseluruhan data tentang Tanggapan Siswa Terhadap Metode Cepat Belajar Btq Melalui Teknik Bimbingan Dan Pemberian Tugas diperoleh mean sebesar 72,9, median sebesar 74,22, dan modus sebesar 76,86, untuk menghitung normal tidaknya data variable Y adalah sebagai berikut : 1. Menghitung standar deviasi sebesar 16,88 2. Membuat table observasi dan ekspektasi variable X (terlampir) 3. Mencari Chi kuadrat hitung pada taraf signifikansi 5% dan dk = 3, maka diperoleh Chi kuadrat table sebesar 7,81. 4. Menentukan normalitas data. Diperoleh chi kuadrat hitung sebesar 29,3, sedangkan chi kuadrat table dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai 7,81 (perhitungan terlampir). Data tersebut menunjukan bahwa nilai chi kuadrat table lebih kecil dari pada nilai chi kuadrat hitung atau dapat ditulis : 7,81 < 29,3, maka dengan demikian data variable Y berdistribusi tidak normal.
97
D. Hubungan Antara Tanggapan Siswa Pada Penerapan Metode Cepat Belajar BTQ Melalui Teknik Bimbingan Dan Pemberian Tugas Dengan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PAI
Sebagaimana telah dijelaskan pada BAB sebelumnya, bahwa tujuan penelitian ini akan diarahkan terhadap penelitian mengenai Tanggapan Siswa Pada Penerapan Metode Cepat Belajar BTQ Melalui Teknik Bimbingan dan Pemberian Tugas Hubungannya Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran PAI. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tersebut, diperlukan adanya uji korelasionar yang hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran.
1.
Menentukan Linieritas Regresi dengan langkah-langlah sebagai berikut : Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variable X dan Variabel Y terlebuh dahulu di tempuh proses pengujian linieritas regresinya. Mengingat kedua variable berdistribusi normal dan tidak normal , pengujian linier atau tidaknya telah dilakukan dengan membandingkan antara nilai Ftc sebesar 0,91 dan Ftabel sebesar 1,97. dengan demikian, data ini memiliki regresi linier, karena ketentuan Ftc < Ftabel terpenuhi.
98
2.
Menghitung Koefisien Korelasi Setelah diketahui data variable X berdistribusi normal dan data variable Y berdistribusi tidak normal tapi beregresi linier, maka langkah selanjutnya yaitu dengan menggunakan rumus Rank. Proses perhitungannya adalah dengan mencari ranking atau urutan jenjang variable X dan variable Y, serta menjumlahkan selisih antara kedua variable (D), kemudian menghitung (D2) seperti dalam lampiran maka hasilnya diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,44. ini menunjukan bahwa korelasi tergolong sedang, karena berada pada interval 0,40-0,60.
3.
Menguji Signifikasi korelasi dengan Hipotesis Berdasarkan perhitungan pada lampiran, harga Thitung yang diperoleh adalah 3,39 sedangkan harga Ttabel yang diperlukan melalui interpolasi adalah 2,008. hal ini menunjukan bahwa Thitung > Ttabel. Dalam keadaan demikian maka hasilnya diterima, yang berarti terdapat korelasi antara Tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas hubungannya dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI.
99
4.
Menentukan Koefisien Korelasi Hasil
perhitungan
diketahui
bahwa
kedua
variable
tersebut
berdistribusi normal dan tidak normal, maka rumus korelasi yang akan digunakan adalah rumus korelasi Rank. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga indeks korelasi sebesar 0,44. angka tersebut mengandung arti bahwa hubungan antara kedua variable tergolong sedang, karena berada pada interval 0,40-0,60.
5.
Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran, dapat diketahui bahwa derajat pengaruh Tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas hubungannya dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI adalah 11%. Angka tersebut menyatakan bahwa ada faktor lain yaitu sebesar 89% yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI, seperti tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik Imla, tanggapan siswa terhadap bimbingan akhlak orang tua, dll.
100
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Tanggapan Siswa Pada Penerapan Metode Cepat Belajar BTQ Melalui Teknik Bimbingan Dan Pemberian Tugas Hubungannya Dengan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PAI di kelas V SD Negeri Biru 1 Majalaya” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas yang meliputi indicator tanggapan, yakni kejelasan tugas, penetapan/ penyediaan waktu, pengawasan/ control terhadap tugas, penyesuaian dengan kemampuan dan penilaian/ evaluasi menunjukan kualifikasi tinggi. hal ini terbukti dari perolehan rata-rata jawaban respomden terhadap 15 item pertanyaan yang diperoleh mencapai 3,97. nilai tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,5 – 4,5. 2. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI setelah penyebaran test menunjukan kategori tinggi. hal ini terbukti dari perolehan rata-rata jawaban terhadap 15 item pertanyaan mencapai 73,46. Apabila diklasifikasikan ke dalam skala penilaian termasuk kategori tinggi, karena nilai tersebut berada pada interval 70 – 79.
101
3. Hubungan tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI sebesar 0,44. ini menunjukan bahwa korelasi tergolong sedang, karena berada pada interval 0,40-0,60. hal ini dapat dilihat dari perhitungan korelasi dengan harga Thitung yang diperoleh adalah 3,39 sedangkan harga Ttabel yang diperlukan melalui interpolasi adalah 2,008. hal ini menunjukan bahwa Thitung > Ttabel. Dalam keadaan demikian maka hasilnya diterima, yang berarti terdapat korelasi antara tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas hubungannya dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI. Dilihat dari kadar pengaruh tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas hubungannya dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI sebesar 11%. Dengan demikian masih ada faktor lain yaitu sebesar 89% yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI, seperti tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik Imla, tanggapan siswa terhadap bimbingan akhlak orang tua, dll.
102
B. Saran Berdasarkan hasil analisis korelasi antara tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI, penulis akan memberikan saran sebagai berikut : 1. Dalam hubungan tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI melihat dari realitas yang ada mendapat tanggapan yang baik dari siswa. Hal ini terlihat dari hasil angket yang menujukan kualifikasi tinggi. penulis menyarankan agar guru atau pengajar mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas metode mengajar yang telah dilakukan. Sehingga materi pembelajaran PAI dapat tersampaikan dngan baik. Guru dapat memilih berbagai macam metode sesuai dengan kebutuhan siswa serta diimbangi dengan cara penyampaian yang baik. 2. Prestasi yang diperoleh siswa saat perhitungan menunjukan kualifikasi tinggi. Saran saya, guru atau pengajar harus bisa mempertahankan prestasi siswa atau mungkin meningkatkan prestasi siswa khususnya pada mata pelajaran PAI umumnya pada semua mata pelajaran. 3. Dengan diketahui kadar pengaruh tanggapan siswa pada penerapan metode cepat belajar BTQ melalui teknik bimbingan dan pemberian tugas dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI yaitu sebesar 11%, maka untuk meningkatkan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran PAI
103
seyogianya dari pihak guru PAI terus memberikan motivasi agar siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Penulis pada kesempatan ini berharap kepada peneliti lain untuk meneliti dari sisi lain seperti tanggapan siswa terhadap bimbingan akhlak orang tua hubungannya dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak.