BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah PT. Freeport Indonesia yang berlokasi di Papua, memulai operasinya sejak
tahun 1969 sampai dengan saat ini tidak terlepas dari konflik kepanjangan dengan masyarakat lokal baik tanah, pelanggaran adat, maupun kesejahteraan ekonomi & sosial yang terjadi (Wibisono,2007). Tanah di sini hanya ditukar dengan supermi dan kampak, menggusur suku-suku dari gunung, dan membuang limbah yang efeknya mengakibatkan pohon sagu kering. Kemudian kasus PT. Silva Inhutani yang melakukan pelanggaran pada pengelolaan kawasan register 45 seperti membuang limbah di hutan register 45, tidak melakukan penanaman kembali dan tidak melakukan program corporate social responsibility (CSR) dan kasus pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR). Kasus-kasus tersebut memberikan dampak yang negatif pada masyarakat dan lingkungan. Dampak negatif ini biasa disebut social cost. karena besarnya dampak social cost terhadap masyarakat, maka masyarakat menginginkan kontrol dari pemerintah. Berdasarkan fenomena tersebut, pemerintah sebagai regulator diharapkan mendorong perusahaan agar lebih memperhatikan lingkungan sekitarnya. Pelaksanaan CSRD ini tertulis dalam UU Perseroan Terbatas No. 40
1
2
Pasal 74 tahun 2007 ayat 1 (satu) yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Selanjutnya dalam ayat 3 (tiga) yang menyatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 (satu) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR telah diatur dalam UndangUndang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolan Lingkungan Hidup (UUPLH) pasal 41 ayat (1) yang menyatakan bahwa: “Barang siapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakaan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah“. Dan dalam pasal 42 ayat (1) menyatakan bahwa : ”Barang siapa dengan kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup maka akan diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah”. Corporate Social Responsibility (CSR) diartikan sebagai suatu komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya (World Business Council For Substanaible Development dalam wibisono, 2007). CSRD menjadi sangat penting dikarenakan terkait dengan bentuk pertanggung jawaban perusahaan kepada Stakeholder atas
3
segala
sesuatu
keberlanjutan
yang atau
dilakukan kelestarian
perusahaan
dalam
perusahaannya
upayanya
(substainability).
mencapai CSRD
diperuntukkan bukan untuk menghasilkan keuntungan dalam jangka pendek melainkan untuk jangka panjang yang akan dirasakan baik secara langsung atau tidak langsung. Agar para Stakeholder mengetahui bahwa perusahaan menjalankan praktik CSR maka diperlukan sebuah pengungkapan (disclosure). CSRD yang baik akan memberikan keyakinan bagi investor dalam menilai return dan risk yang diharapkan. Hal ini dianggap penting bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan, dimana sikap investor lebih cenderung untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan yang melakukan CSRD. Informasi dalam CSRD dapat digunakan perusahaan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan dan dengan kata lain lebih tepat digolongkan sebagai investasi. Perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan (disclosure) secara memadai akan memiliki resiko yang jauh lebih tinggi, dan hasilnya akan mempengaruhi Return yang diharapkan oleh investor juga lebih tinggi dan pada akhirnya akan menyebabkan tingginya cost of capital (COC) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (Coles et al, 1995 :362) Tujuan dari CSR itu sendiri menurut surat Keputusan BAPEPAM–LK No.Kep 38/PM/1996 adalah untuk menunjukkan kepedulian publik atas berbagai macam permasalahan yang terjadi dimasyarakat karena aktivitas perusahaan. CSRD yang lebih luas akan meningkatkan kesadaran investor mengenai keberadaaan perusahaan dan memperluas basis investor dan berpengaruh terhadap pengurangan Cost Of Capital (COC). Jenkins comittee (1976) dalam Fony (2005)
4
menyatakan bahwa manfaat penting dari perluasan CSRD adalah semakin turunnya COC (Cost Of Capital). Cost of capital (COC) yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya yang diperoleh dari berbagai sumber jangka panjang. Cost of capital (COC) (Awat,1999 dalam Nurul,2013) adalah biaya yang diperhitungkan karena penggunaan modal tertentu, baik biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh modal tersebut maupun biaya yang terpaksa diperhitungkan selama penggunaan modal yang dimaksud. Jadi pada intinya cost of capital adalah biaya yang diharapkan menjadi suatu tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor atas dana yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sejumlah penelitian yang terkait dengan kepemilikan keluarga sudah banyak
dilakukan
yaitu
antara
lain,
De
Clerck
dan
Crijns
(1997),
Wiwattanakantang (2000), Claessens et al (2000), Arifin (2003) dan Ayub (2008). Kepemilikan keluarga adalah perusahaan yang sahamnya banyak dikuasai oleh keluarga. Kegiatan bisnis oleh pemilik yang merupakan keluarga akan lebih mudah dalam mendeteksi manipulasi yang mungkin muncul terjadi (Anderson dan Reb, 2003) dan pada akhirnya akan mengurangi konflik keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Namun kepemilikan keluarga yang sekaligus menjadi manajemen dapat menimbulkan masalah keagenan lain yaitu antara pemegang saham
mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Gilson dan
Gordon, 2006 dalam Hermawan 2009). Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yao dan Sun (2008) menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan keluarga sebagai pemegang saham mayoritas memiliki
5
cost of capital yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Hal ini juga didukung dalam pernyataan yang ada pada Attig et al (2008) yang menyatakan bahwa ketika perusahaan dimiliki secara mayoritas oleh keluarga tertentu, resiko informasi lebih besar dan akhirnya akan menyebabkan cost of capital (COC) menjadi lebih tinggi. Menurut Yulisa Rebecca dan Sylvia Veronica Siregar (2012) kepemilikan keluarga memberikan pengaruh yang positif terhadap cost of capital (COC). Di Indonesia sendiri kondisi kepemilikan perusahaan jauh lebih didominasi oleh kepemilikan keluarga (Achmad, 2011). Bila dilihat dari perkembangan dunia saat ini pertumbuhan saham yang dimiliki oleh investor institusional atau kepemilikan institusional telah meningkat pesat. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuan dalam memonitor manajemen perusahaan secara optimal. Hal ini diyakini dapat mendorong perusahaan dalam melakukan corporate social responsibility disclosure. Praktik CSRD dianggap mampu menarik dan meningkatkan kepemilikan intitusional perusahaan dikarena mampu memberikan nilai tambah perusahaan dimata investor. Adanya kepemilikan oleh intitusional Investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan intitusional lainnya akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen karena besarnya Prosentase kepemilikan institusional akan semakin meningkatkan transparansi manajemen dalam mengolah perusahaan (Ashbaugh et al, 2004). Menurut Yulisa Rebecca dan Sylvia Veronica Siregar (2012) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif terhadap cost of capital (COC). Menurut Riyanto Setiawan Suharsono dan Gusti Ayu Putu Wulan
6
Rahmasari (2013) kepemilikan institusional tidak dapat memoderasi hubungan antara CSRD dengan Cost Of Capital (COC). Kepemilikan Manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sebagai pemegang saham perusahaan. konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil (Jensen dan Meckling, 1976), Rawi dan Muchlish (2010), membuktikan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan terhadap CSRD. Penelitian Anggraini (2006) dan Rosmasita (2007) menemukan hubungan positif anatara kepemilikan saham manajerial dengan luas CSRD. Namun kedua penelitian terdahulu tersebut bertentangan dengan penelitian Huafang dan Jianguo (2007) yang membuktikan bahwa kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap CSRD. Menurut Erida Gabriella Handayani Tambo (2011) kepemilikan manajemen memberikan pengaruh negatif terhadap CSRD. Verrecchia dalam Botosan (1997) mengungkapkan hubungan yang negatif terhadap CSRD dengan cost of capital (COC), artinya peningkatan corporate social responsibility disclosure akan mengurangi cost of capital (COC). Namun hal ini berbanding terbalik terhadap penelitian yang dilakukan Klien dan Bawa dalam Botosan (1997) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara CSRD dan Cost of capital (COC). Penelitian lain yang dilakukan oleh Dessy Hayati Hakim (2014) mengungkapkan bahwa terdapat tidak terdapat pengaruh antara Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dengan Cost Of Capital (COC).
7
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproses bahan mentah sampai menjadi barang yang siap untuk dipasarkan dengan melibatkan berbagai sumber bahan baku proses produksi dan teknologi (Damayanti,2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan perusahaan memoderasi Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) terhadap Cost Of Capital (COC) perusahaan. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan struktur kepemilikan sebagai variabel pemoderasi hubungan CSRD dengan COC dan penggunaan GRI4 untuk mengukur CSRD. Berdasarkan Latar Belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Struktur Kepemilikan Dalam Memoderasi Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) terhadap Cost Of Capital (COC) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011 – 2012)“.
B.
Rumusan Masalah Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai Peran Struktur
kepemiilikan dalam memoderasi Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) terhadap Cost Of Capital (COC), maka berdasarkan uraian diatas permasalahan yang akan diteliti adalah : 1.
Apakah
Corporate
Social
Responsibility
berpengaruh terhadap Cost Of Capital (COC) ?
Disclosure
(CSRD)
8
2.
Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap hubungan Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dengan Cost Of Capital (COC) ?
3.
Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap hubungan Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dengan Cost Of Capital (COC) ?
4.
Apakah Kepemilikan Keluarga berpengaruh terdahap hubungan Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dengan Cost Of Capital (COC) ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris terhadap : 1. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh CSRD terhadap Cost Of Capital (COC). 2. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap hubungan CSRD dan Cost Of Capital (COC). 3. Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap hubungan CSRD dan Cost Of Capital (COC). 4. Untuk
mengetahui
pengaruh
Kepemilikan
hubungan CSRD dan Cost Of Capital (COC).
Keluarga
terhadap
9
D. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis dan penelitian-penelitian selanjutnya.
2.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan terkait dengan praktik Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) terhadap pengaruhnya dengan Cost Of Capital (COC) dengan struktur kepemilikan sebagai variabel moderasi.
3.
Bagi para investor, penelitian ini diharapkan bisa membantu mengenai pengetahuan struktur kepemilikan jika melakukan Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) hingga bisa menganalisis dan menggunakan analisis tersebut dalam upaya pengambilan keputusan investasi yang berguna dalam mendapatkan hasil yang diharapkan.