BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsifungsinya serta prosesnya (Widyastuti. 2010.hlm.58). Menurut Depkes RI, (2008), perawatan area genital sangat penting dalam memelihara kesehatan reproduksi dikalangan wanita, karena merupakan organ tubuh yang sensitif. Masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dijumpai salah satunya adalah keputihan. Keputihan merupakan gejala yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua setelah gangguan haid. Masalah keputihan dapat mengganggu penderita baik fisik maupun mental. Keputihan normal tidak memberi dampak bagi wanita karena hanya disebabkan oleh perubahan hormon. Keputihan yang memberi dampak adalah keputihan patologis yang disebabkan oleh infeksi pada vagina (jamur, bakteri, parasit, virus) sehingga perlu pengobatan segera (Prawirohardjo. 2011.hlm.114). Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi, didapatkan 75%, wanita di dunia pernah mengalami keputihan, paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Pada remaja putri di Indonesia sekitar 70% pernah mengalami masalah keputihan (Bahari. 2012.hlm.9).
Universitas Sumatera Utara
Hasil data statistik Indonesia tahun 2009, menunjukkan jumlah remaja putri di Jawa Tengah yaitu 2,9 juta jiwa berusia 15-24 tahun 45% pernah mengalami keputihan dikarenakan berperilaku tidak sehat. Hasil penelitian yang dilakukan Dai’yah di SMU Negeri 2 Medan pada tahun 2004 tentang kurangnya perawatan alat reproduksi bagian luar yang merupakan penyebab kejadian keputihan, dari 58 responden yang memiliki kategori baik 6,8% (4 orang), cukup 25,86% (15 orang), dan kategori kurang 67,24% (39 orang). Keputihan apabila tidak ditanggapi dengan serius akan memicu masalah yang lebih besar. Keputihan yang tidak diobati menyebabkan infeksi dan dapat menjalar ke rongga rahim kenudian sampai ke indung telur dan akhirnya sampai ke rongga panggul. Bagi penderita keputihan yang kronik dapat mengakibatkan mandul dan terjadinya kehamilan diluar kandungan. Keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim (Rozi. 2013.hlm.50). Masa remaja disebut masa asdolence (tumbuh menjadi dewasa). Khusus pada remaja putri pentingnya mengetahui gejala dan penyebab keputihan sejak dini. Karena menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2008) pada masa peralihan anak-anak ke masa dewasa terdapat perubahan-perubahan fisiologis wanita khususnya daerah organ reproduksi dan dapat menjadi masalah pada remaja jika tidak mengetahui permasalahan seputar organ reproduksi dan hal tersebut merupakan pengalaman yang baru bagi remaja wanita. Gangguan keputihan yang terjadi pada remaja putri bisa disebabkan oleh pengaruh perilaku penyimpangan seksual sehingga memberikan peluang resiko terjadinya penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual). Dibuktikan dengan hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian Mardin Purba (2009) di Puskesmas Kabanjahe, menyatakan jumlah kasus IMS pada tahun 2008-2009 tercatat 113 orang, diantaranya servisitis 44% (49 orang), bacterial vaginosis 34% (37 orang), candiasis 10% (11 orang), sedangkan sifilis lanjut, uretritis, procitis dan cancroid masing-masing 3% (4 orang). Pencegahan terhadap keputihan yang paling utama adalah menjaga personal hygine terutama daerah vagina. Pengobatan untuk mengatasi keputihan bisa dengan sabun antiseptik, ramuan tradisional dengan daun sirih (sirih hijau dan sirih merah), atau bahkan dengan obat resep dokter. Daun sirih dapat dijadikan sebagai obat penyembuhan keputihan karena mengandung zat samak yang memiliki daya mematikan kuman. Kandungan daun sirih biasa dimanfaatkan pada sabun kebersihan khusus wanita (Elshabrina, 2013.hlm.66). Khasiat daun sirih dalam menyembuhkan keputihan pernah diuji secara klinis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida Zubier et al (2010), menunjukan bahwa penggunaan ekstrak daun sirih hingga satu minggu dapat mengurangi keluhan keputihan dengan mengurangi jumlah lendir tanpa mempengaruhi flora normal, sehingga reaktif aman untuk mengurangi keputihan fisiologis. Daun sirih dapat dijadikan alternatif pengobatan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan seperti candida albicans. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Nurul Rahmah dan Aditya Rahman (2010), menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih pada semua konsentrasi (20%-100%) dapat menghambat pertumbuhan sel candida albicans.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survey pendahuluan peneliti dengan melakukan wawancara kepada 3 orang remaja putri yang berobat ke wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah,remaja putri mengeluhkan bahwa dirinya merasa terganggu karena bau yang tidak sedap, terasa gatal, dan terkadang dengan jumlah keputihan yang banyak. Perilaku untuk menangani keputihan yaitu dengan personal hygine seperti mengganti celana dalam 2 kali sehari, terkadang juga membersihkan alat kelamin dengan rebusan air daun sirih karena faktor kebiasaan di kampung halamannya. Namun remaja putri sendiri belum mengetahui kandungan dan khasiat daun sirih terhadap keputihan. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh daun sirih terhadap penanganan keputihan pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah tahun 2014”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan permasalahan yang timbul adalah bagaimana pengaruh daun sirih terhadap penanganan keputihan pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana pengaruh daun sirih terhadap penanganan keputihan pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui perbedaan keluhan keputihan pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan daun sirih.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kebidanan Sebagai media informasi dalam penggunaan antiseptik yang bersifat tradisional untuk mengobati keputihan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam mengenal kesehatan fisik dan psikis remaja putri terutama masalah keputihan. 3. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji mengenai kesehatan reproduksi terutama pengaruh daun sirih terhadap penanganan keputihan. 4. Bagi Responden Sebagai
media
informasi
dalam
mengenal
keputihan
untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan pada remaja putri khususnya.
Universitas Sumatera Utara