BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain faktor gizi, kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi dan jasa pelayanan lainnya. Dari sekian banyak faktor tersebut unsur gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang mengakibatkan seseorang sulit menerima pendidikan apalagi menguasai informasi dan teknologi. Beragam masalah kekurangan gizi di jumpai di berbagai negara berkembang, yaitu kurang energi protein, kurang Vitamin A, Kurang Yodium dan kurang Zat besi, Anemia Gizi Besi dan Gizi Lebih (Almatsier, 2003).
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan didalam undangundang No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi (Kemenkes RI, 2010). Perilaku gizi sangat berpengaruh dengan status gizi balita karena berhubungan dengan bagaimana penduduk mampu mencukupi persediaan pangan bagi individu dan keluarganya, mampu mengolah dan mengkonsumsi sesuai kaidah gizi yang benar, mampu memilih jenis makanan yang memprioritaskan makanan di tengah keluarganya (Suhardjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Soekirman (2000) menjelaskan faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan energi dan protein serta karena infeksi, yang berdampak pada pada penurunan status gizi anak dari bergizi-baik atau normal menjadi bergizi-kurang atau buruk. Sehingga untuk mengetahui ada-tidaknya KEP pada anak perlu dilakukan pengukuran keadaan atau status gizi anak. Sementara itu penelitian lain menemukan bahwa di dalam rumah tangga di pedesaan gizi kurang pada anak balita diduga kebiasaan memberikan makanan pada anak yang lebih menentukan atau kurang memenuhi syarat (Sajogyo, dkk, 1994). Anak balita merupakan salah satu kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi, Kurang Kalori Protein. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, juga merupakan aspek pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang mendukung pada pola hidup sehat. Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, (Supariasa, 2001). Secara Nasional prevalensi berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Bila dibandingkan dengan pencapaian MDGs tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam periode 2011 sampai 2015 (Riskesdas, 2010). Untuk Provinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi berat kurang diatas angka prevalensi nasional yaitu 21,3% dimana gizi buruk 7,8% dan gizi kurang 13,5%.
Universitas Sumatera Utara
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di Usia Balita (Bawah Lima Tahun). Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal. Jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama. Petugas kesehatan disini terdepan harus mengerti masalah– masalah yang berkaitan dengan kurang gizi pada anak, karena masih merupakan masalah kesehatan dan dapat mendorong para ibu untuk dapat memberikan makanan bergizi pada anak-anak mereka (Maryunani, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah, dengan 20 kecamatan bahwa, Kecamatan Sorkam Barat pada tahun 2012, menempati urutan pertama untuk gizi kurang pada anak balita. Dari data Puskesmas Sipea - pea dengan jumlah anak balita 1295 orang (63,08%) dan yang hadir dalam penimbangan 817 orang (36,92%), dan dari hasil penimbangan diketahui gizi kurang pada anak balita sebanyak 63 orang (4,86%), sedangkan data Kecamatan Lumut dengan jumlah anak balita 793 orang dan yang hadir dalam penimbangan 768 orang dan hasil penimbangan anak balita gizi kurang, sebanyak 30 orang (3,78%), serta data yang diperoleh dari Kecamatan Tapian Nauli dengan jumlah anak balita 1701 orang dan yang hadir dalam penimbangan 1170 orang dan hasil penimbangan anak balita gizi kurang 25 orang (1,46%), sehingga data anak balita gizi kurang lebih tinggi di Puskesmas Sipea–pea dibandingkan dengan Puskesmas Lumut dan Poriaha. Kecamatan Sorkam Barat adalah salah satu dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah.Wilayah kerja Kecamatan Sorkam Barat terdiri dari 10 desa dan 1 kelurahan, sedangkan sarana kesehatan terdiri dari : 1 Puskesmas induk
Universitas Sumatera Utara
dan 6 Pustu (Puskesmas Pembantu). Penduduk lokal atau masyarakat setempat kesadaran tentang pentingnya pola pangan yang beraneka ragam, masih sangat kurang dan tergantung pada satu jenis bahan makanan saja, misal dalam mengkonsumsi protein yaitu ikan, kalau tidak makan ikan dalam sehari rasanya belum makan sementara asupan protein lain dapat kita peroleh dari telur, sehingga hal
ini
apabila
dibiarkan
berlangsung
secara
terus-menerus
dengan
penganekaragaman makanan yang tidak baik akan mengakibatkan status gizi anak menjadi kurang baik khususnya anak balita. Sementara hal lain dilihat dari letak geografis terdapat 2 desa letaknya di daerah pinggiran pantai dimana seorang nelayan mudah memperoleh ikan yang dijadikan sebagai lauk-pauk dalam makanan keluarga. Sebagian besar dari masyarakat lainnya bekerja sebagai buruh dan petani yang berpenghasilan rendah, dengan tingkat pendidikan ibu juga masih rendah. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis perlu melakukan penelitian lebih mendalam mengenai gambaran konsumsi makanan pada anak balita penderita gizi kurang di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.
1.2. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran konsumsi energi dan protein pada anak balita penderita gizi kurang di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran konsumsi makanan pada anak balita penderita gizi kurang di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui konsumsi energi dan protein anak balita penderita gizi kurang. 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi pada anak balita penderita gizi kurang di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah. 3. Untuk mengetahui pola asuh dan pemberian makan ibu pada anak balita penderita gizi kurang di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah. 4. Untuk mengetahui pola penyakit anak balita penderita gizi kurang di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberi informasi mengenai gambaran konsumsi makanan anak balita pada ibu-ibu di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya ibu rumah akan pentingnya dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia umumnya dan pada anak balita khususnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah umumnya dan Puskesmas Sipea-Pea khususnya, terkait dalam peningkatan pelayanan gizi.
Universitas Sumatera Utara