BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap orang hidup pasti membutuhkan pendidikan yang layak. Pendidikan diperlukan sebagai modal dasar dalam hidup yang sering mengalami berbagai macam masalah yang komplek. Bahkan banyak terjadi orang seperti kehilangan fundamental di dalam hidup ini. Dengan pendidikan dapat dikembangkan kecakapan anak sesuai dengan perkembangan zaman, menolong, berfikirekonomis serta efisien atau dengan kata lain pendidikan dapat memproduksi kader-kader yang mampu menjalankan roda pembangunan. Di dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan, bimbingan belajar, pengajaran,dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.1 Pendidikan sebagai usaha sadar ini mempunyai suatu kegiatan yang disengaja membutuhkan Planning yang jelas dan adanya tujuan yang hendak dicapai. Berkenaan dengan masalah tujuan pendidikan ini bangsa Indonesia telah memutuskan tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa : "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1
Undang-undang RI. No. 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang : CV, Aneka Ilmu. 1989). Hlm.
2
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam sebagai bagian atau subsistem dari Pendidikan Nasional, kualitasnya harus tetap dijaga dan perlu mendapatkan perhatian yang lebih mendalam. Dalam hal ini agama Islam harus mampu mengikuti perkembangan zaman yang berilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Usaha pengembangan pendidikan agama Islam tidak lepas dari faktor-faktor Pendidikan agama Islam yang meliputi : 1. Anak didik 2. Pendidik 3. Alat-alat Pendidikan 4. Tujuan Pendidikan 5. Faktor Lingkungan.3 Tujuan Pendidikan Nasional tersebut, sebenarnya yang ingin dicapai adalah meningkatkan manusia-manusia Indonesia yang berkualitas, sedang yang dimaksud dengan manusia-manusia Indonesia yang berkualitas itu adalah manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bekerja keras, 2
Undang Undang RI No. 20/2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Gemilang, Jakarta, 2003), hal : 7 3 Zuhairini , Methologi pendidikan Agama Islam, (Surabaya,Ramadhani. 1993). hlm. 22
3
tangguh, tanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan rohani. Untuk mencapai manuisa yang bermutu dan bertaqwa khususnya, sulit dicapai tanpa melewati Pendidikan Agama Islam. Begitu pula untuk mencapai manusia yang berbudi pekerti luhur, berkepribadian dan lain-lain itu bisa dicapai lewat Pendidikan Aqidah Akhlaq. Pendidikan Islam adalah sesuatu pendidikan yang dapat mengacu pada masalah pengamalan. Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Al Qur'an surat Al-Ashr, ayat 2 dan 3, yang berbunyi :
.... UVWXIااPWYZا وPQR اSTHIاD إJKL MNI نOKCDإن ا Artinya :"Sesunguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh"4 Bidang studi agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap kurang berhasil. Kenyataan ini yang menunjukkan masih kurangnya tingkat penguasaan siswa terhadap baca tulis Al-Qur'an ini merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Dipertahankan usaha nyata untuk meningkatkan penguasaan pendidikan agama khususnya baca Al-Qur'an dan akhlaq. Usaha
memperbaiki
penguasaan
pendidikan
agama
Islam
yang
dicerminkan oleh prestasi belajar mengajar pendidikan agama ini tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara bertahap dengan meninjau variabelnya diperkirakan 4
Departemen Agama Republik Indonesia Al-Qur'an dan terjemahnya. Yayasan Penyelenggara PenerjemahlPenafsir Al-Qur'an.lakarta. 1978. hlm. 1099.
4
mempunyai hubungan positif terhadap usaha tersebut. Salah satu usaha dari banyak usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dirasakan perlu menyelidiki persepsi siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam adalah merupakan hal paling penting dalam menentukan efektif tidaknya usaha belajar yang dilakukan. Dengan memperbaiki persepsi siswa dengan prestasi Pendidikan Agama Islam kemungkinan besar prestasi belajar Pendidikan Agama Islam tersebut akan dapat meningkat. Dengan uraian di atas, maka penulis ingin membahas masalah : Persepsi Siswa Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Di SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008.
B. Rumusan Masalah Merumuskan Masalah Masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi siswa kelas IX terhadap Pendidikan Agam Islam di SMKN 2 Ponorogo, tahun ajaran 2007/2008? 2. Bagaimana prestasi siswa kelas IX terhadap Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo, tahun ajaran 2007/2008? 3. Bagaimana hubungan antara persepsi siswa kelas IX dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo, tahun ajaran 2007/2008? Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut:
5
1. Bagaimana persepsi siswa kelas IX terhadap Pendidikan Agam Islam di SMKN 2 Ponorogo, tahun ajaran 2007/2008? 2. Bagaimana prestasi siswa kelas IX terhadap Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo, tahun ajaran 2007/2008? 3. Bagaimana hubungan antara persepsi siswa kelas IX dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo, tahun ajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian Suatu perbuatan yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan tertentu, demikian juga sauatu penelitian yang dilakukan penulis ini bertolak dari masalah penelitian yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi siswa kelas IX terhadap Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo tahun ajaran 2007/2008. 2. Untuk mengetahui prestasi siswa kelas IX terhadap Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo tahun ajaran 2007/2008. 3. Untuk mengetahui hubungan persepsi siswa kelas IX dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo tahun ajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat. 1. Manfaat secara praktis a. Bagi orang tua dan pendiidik, sebagai bahan acuan dalam membimbing,
6
mendidik dan mengarahkan anak dalam proses belajat untuk mencapai prestasi yang memuaskan. b. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dalam pengalaman menulis dalam penelitian. c. Bagi sekolah, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam proses belajar menagajar, sehingga siswa dapat mencapai prestasi yang gemilang. d. Bagi lembaga STAIN Ponorogo, sebagai dokumen yang dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di STAIN Ponorogo 2. Manfaat secara Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan salah satu khazanah ilmu pengetahaun yang ada hubungannya dengan masalah pendidikan khususnya dalam rangka meningkatkan prestasi di bidang Pendidikan Agama Islam.
E. Batasan Konsep atau Istilah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dan juga atas dasar perkembangan pendidikan kearah yang lebih baik, maka judul yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah "Hubungan Persepsi Siswa Kelas IX Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo 2007/2008." Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran judul, berikut penulis akan memberi batasan istilah yang digunakan.
7
1. Persepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah, Tanggapan (penerimaan) langsung dari serapan.5 Jadi berpijak dari definisi diatas, maka persepsi siswa terhadap Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah suatu tanggapan atas penerimaan siswa secara langsung terhadap Pendidikan Agama Islam, dengan mengidentifikasikan dengan indikator-indikator tertentu. 2. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi berarti hasil kerja secara maksimal. Dari pengertian diatas, maka dapat diberi pengartian prestasi adalah sebagai berikut : "Prestasi adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dengan kemampuan yang setinggi-tingginya.6 Dengan demikian dapat diberi batasan mengenai prestasi belajar Pendidikan Agama Islam sebagai berikut, "Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam adalah hasil belajar Pendidikan Agama Islam seseorang yang diperojeh atau
dicapai
seseorang
dengan
kemampuan
setinggi-tingginya
yang
ditunjukkan oleh nilai tes Pendidikan Agama Islam."
5
Pusat Pembinaan dan Pengembanagan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, 1992 6 Ibid. him. 68
8
F. Hipotesis Pada dasarnya hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan hanya berdasar pada teori yang relevan belum berdasarkan pada fakt-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.7 Secara teknis hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diujikan kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian secara statistik. Hipotesis erat sekal hubungannya dengan problematika dari suatu penelitian, karena fungsi disini akan berperan sebagai jawaban sementara terhadap problematika yang akan diteliti, maka penulis dapat mengemukakan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis Altematif (Ha) : Ada perbedaan yang signifikan persepsi siswa dengan prestasi belajar Penddikan Agama Islam. Hipotesis (Ho)
: Tidak ada perbedaaan yang signifikan persepsi siswa dengan prestasi belajar Penidikan Agama Islam.
G. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sample a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dengan demikian 7
Sugiyono. Methode penelitian Administrasi. (Surabaya Alpha Beta. 1994). hlm. 39
9
populasi merupakan sasaran yang diambil untuk diadakan penelitian. Berdasarkan konsep di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kelas IX di SMKN 2 Ponorogo yang beragama Islam yang berjumlah 220 siswa. b. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi.8 Tentang beberapa persen suatu sampel yang diambil ini tidak suatu batasan seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi. Menurut Suharsini Arikunto perkiraan besarnya sampel yaitu: "Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya. Sehingga penelitian yang merupakan populasi, selanjutnya jika jumlahnya lebih dari 100 dapat diambil 10-15 atau 20-35 % atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti"9 Sedangkan teknik ynag penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik random sampling yaitu untuk dipilih menjadi anggota sampel.10 Jadi sampelnya berjumlah 43 yaitu 20% dari populasi. 2. Data dan Sumber a. Data Data adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta ataupun 8
Sutrisno Hadi, I Methodologi Research (Yogyakarta. Andi offset, 1987) hlm. 63. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta, Rinija Cipta 1996). 10 Ibid. hlm. 120 9
10
angka11. Adapun data yang ingin peneliti peroleh dalam penyusunan skripsi ini adalah: 1. Data tentang sejumlah siswa yang jurusan jasa boga berjumlah l4 siswa, tata busana berjumlah 14 siswa, dan kecantikan berjumlah 14 siswa di SMKN 2 Ponorogo. 2. Data tentang prestasi belajar siswa di bidang Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo. b. Sumber Data Sumber data adalah subjek dimana data dapat diperoleh untuk memperoleh data, dalam penelitian ini maka penulis memanfaatkan dua sumber data yaitu: 1. Manusia, meliputi kepala sekolah, Guru pendidikan Agama Islam, semua siswa dan siswi di SMKN 2 Ponorogo. 2. Non manusia, meliputi dokumentasi yang ada kaitannya dengan penelitian dan buku-buku yang ada hubungannya dengan penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Metode Observasi Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena11
Ibid. hlm. 99
11
fenomena yang diselidiki, dalam arti luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.12 b. Metode Interview Yaitu pengumpulan informasi dngan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara langsung atau tidak langsung dan dijawab secara lesan pula.13 Dengan menggunakan metode ini penulis melakukan interview dengan Kepala sekolah SMKN 2 Ponorogo serta guru Pendidikan Agama Islam dan karyawan untuk mengetahui persepsi siswa dengan prestasi belajar Pendidika Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo dan untuk lebih menyempurnakan metode observasi serta untuk menghadapi hal-hal yang muncul spontanitas yang ada kaitannya dengan penelitian. c. Metode Dokumentasi Yaitu pengumpulan data melalui arsip-arsip, buku-buku, teori. Dalil atau hukum metode ini digunakan untuk memperoleh data sejarah berdirinya SMKN 2 Ponorogo, jumlah siswa dan guru serta struktur organisasinya. d. Metode Angket Yaitu suatu daftar pertanyaan secara tetulits dan harus dijawab atau 12
Sutrisno Hadi. Methodologi Research. (Yogyakarta, Fakultas Psikologi), (Universitas Gajah Mada.1986).hlm. 136 13 Anas Sudjono. Pengantar Statistik. (Jakarta, Rajawali Press, 1992).hlm. 196
12
diisi oleh responden. Dengan angket ini penulis ingin memperoleh data dari responden mengenai prestasi siswa dalam Pendidikan Agama Islam. 4. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data tentang persepsi siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo, penulis menggunakan teknik analisa kuantitatif, yakni teknik analisa yang digunakan untuk menganalisa data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka yang bisa diperoleh dari hasil penjumlahan atau pengurangan dan atau analisa statistik. Sedangkan model analisa ini adalah: Teknik analisa statistik Product Moment, dengan rumus sebagai berikut: = Rumus:r ry =
∑ xy ∑ x )(∑ y 2
2
)
Keterangan : rxy
= Angka indeks korelasi "r" Product Moment
∑x
2
= Jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan.
∑y
2
= Jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan.
H. Sistematika Pembahasan Sebagai gambaran pola pikir penulis yang tertuang dalam karya ilmiah ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab pertama: Merupakan gambaran umum untuk memberikan pola pemikiran keseluruhan bagi skripsi ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan
13
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitan, hipotesis, kerangka teoritik, dan sistematika pembahasan. Bab kedua: Menguraikan tentang persepsi terhadap penelitian agama Islam, aprestasi belajar, teori-teori belajar, faktor yang mempengaruhi belajar, pengertian Pendidikan Agama Islam, dasar dan tujuan Pendidikan Agama Islam, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam. Bab ketiga : Berisi tentang paparan data umum yang ada kaitannya dengan lokasi penelitian yang terdiri dari sejarah singkat berdirinya SMKN 2 Ponorogo. Keadaan Guru, siswa, dan karyawan di SMKN 2 Ponorogo. Data khusus tentang prestasi belajar siswa. Bab ke empat : Memberikan penjelasan dan analisa mengenai prestasibelajar Pendidikan Agama Islam. Bab kelima : Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu kemudian diakhiri dengan daftar pustaka, lampiran, dan daftar riwayat hidup.
14
BAB II PERSEPSI SISWA DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Agama Islam Persepsi adalah interprestasi tentang situasi yang hidup, dimana seriap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seorang guru akan dapat memahami murid-muridnya dengan lebih baik, bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
1. Persepsi Siswa Dipandang Sebagai Penerimaan Persepsi dipandang sebagai Penerimaan ( Kecendrungan ) Positif atau negatif yang dibandingkan dengan suatu objek Psikologis tertentu, sedang yang dimaksud dengan objek psikologis adalah lambing, kalimat semboyan orang, pekerjaan ayau Profesi yang dibedakan kedalam Penemrimaan positif atau negatif. Seseorang yang menghubungkan penerimaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan menyukai atau mempunyai persepsi positif terhadap objek itu. Sebaliknya seseorang yang menghubungkan penerimaan negatif terhadap suatu objek psikologis dikatakan tidak menyukai atau mempunyai persepsi negatif terhadap objek itu.
15
Skala persepsi ini merupakan alat untuk memperoleh nilai yang menunjukan penerimaan seseorang terhadap suatu objek psikologis tertentu. Setiap pernyataan apa yang dikatakan tentang suatu objek psikologis yang dapat ditentukan benar / salahnya, disetujui / tidak.
2. Persepsi Terhadap Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kecenderungan belajar pendidikan agama Islam dinyatakan dalam persepsi positif terhadap pelajaran pendidikan agama Islam, adanya perhatian yang besar serta mendalam terhadap pelajaran pendidikan agama Islam, usaha dan keinginan belajar agama Islam serta rasa senang dalam belajar agama Islam. Kecenderungan yang positif itu sangat diperlukan dalam kegiatan belajar Pendidikan Agama Islam dan merupakan motivasi paling kuat dalam mengembangkan kemampuan belajar Pendidikan Agama Islam. Jika siswa didik mempunyai atau memiliki kecenderungan positif terhadap Pendidikan Agama Islam maka akan memiliki kemampuan yang baik dalam menguasai pelajaran agama Islam. Peranan kecenderungan positif atau minat dapat dilihat pada kenyataan bahwa seseorang tertarik dan berminat terhadap pendidikan agama Islam akan asik giat mengerjakan tuntunan agama, dan dengan demikian melatih serta mengembangkan kemampuanya. Untuk memahami persepsi secara lebih baik, perlu diketahui beberapa persepsi yaitu sebagai berikut: a. Persepsi sebagai bentuk persiapan untuk merespon sebelum melakukan
16
sesuatu. Seseorang akan menentukan persepsi terlebih dahulu atau persepsi sudah ada padanya sebelum ia wujudkan dalam bentuk perubahan. Maka dikatakan persepsi sebagai bentuk persiapan untuk berbuat atau merespon. b. Persepsi sebagai individu Persepsi bersifat individual. Artinya setiap individu mempunyai persepsi tertentu terhadap suatu objek. Mungkin persepsi – persepsi itu ada kesamaan satu dengan yang lain, tetapi tidak berarti hal itu persis sama, begitu pula persepsi diantara mereka yang tidak setuju. c. Persepsi membimbing perilaku kelanjutan dari persepsi sebagai bentuk kesiapan untuk merespon persepsi ini tidak hanya menyiapkan individu untuk merespon atau bereaksi terhadap sesuatu saja, melainkan terus menerus membimbing perilaku tersebut. Persepsi ini mengarah dan mengendalikan perilaku seorang, karena itu ingin membina perilaku tertentu secara sukses.
B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Sebelum Penulis kemukakan pengertian prestasi belajar, penulis akan kemukakan tentang istilah belajar menurut para ahli psikologi a. Menurut H.M.Arifin, beliau mengantarkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi, serta meengalisa bahanbahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaryang disajikan. b. Menurut Hill Gard dan Bower dalam buku Theortes of learning (1975)
17
mengemukakan
“Belajar
berhubungan
dengan
perubahan–perubahan
tingkah laku” seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang–ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan pembawaan,
kematangan, atau
keadaan–keadaan sesaat
seseorang
( misalnya : kelelahan, pengaruh obat , dsb) c. Menurut Morgan dalam bukunya instruction to psychology (1978) mengemukakan : Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.14 Definisi–definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh ahli–ahli yang berbeda–beda pendirianya. Dari definisi–definisi diatas terdapat hal–hal pokok dalam belajar yaitu : 1.
Bahwa belajar itu membawa perubahan ( arti dalam behavioral, Thanges, actual maupun potensial )
2.
Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kepercayaan baru
3.
Bawa perubahan itu terjadi karena usia ( dengan sengaja) 15 Seseorang dikatakan berprestasi bila ia dapat mencapai hasil yang
semaksimal mungkin dari suatu kegiatan yang dilakukan.
14
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan ( Bandung : Remaja Rosda Karya. 1998) hal : 48 15 Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan ( Jakarta, Raja Grafindo Persada , 2001 ) Hal, 232
18
Prestasi belajar juga merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil yang teringgi dalam belajar, hasil ini merupakan kemampuan siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan pada saat tertentu. Dalam hal ini prestasi dianggap sebagai tolok ukur berhasil tidaknya kegiatan proses belajar mengajar. Adapun proses belajar ini berasal dari dua kata yaitu : Prestasi, adalah "hasil yang dicapai atau dikerjakan".16
a.
b. Belajar, adalah "berlatih supaya mendapat kepandaian".17 Dengan pengertian diatas maka penulis dapat memahami bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang melalui latihan, dengan tujuan memperoleh kepandaian atau keterampilan tertentu. Maka dari itu prestasi belajar dapat dianggap sebagai tolok ukur berhasil tidaknya seseorang atau siswa. Disamping itu prestasi belajar dapat diukur melalui skala kwalitas dan kwantitas, prestasi yang diperoleh dari proses belajar, tidak hanya menyangkut kecerdasan tapi menyangkut dan meliputi tiga aspek, yaitu : a. Aspek kognitif (pengetahuan) b. Aspek afektif (sikap) c. Aspek psikomotorik (keterampilan).18
16
WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (PN Balai Pustaka, Jakarta),hal : 768 17 Ibid, hal : 108
19
Sedangkan istilah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan jika seseorang tidak melakukan suatu kegiatan 19 Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami mengenai makna kata “ Prestasi” dan ‘ Belajar “. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas, sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan– kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar 20 2. Teori–teori Belajar Didalam
belajar
ada
beberapa
teori.
Maka
penulis
akan
mengemukakannya dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli , antara lain : a. Thornike, dia berpendapat bahwa : Belajar adalah “ Suatu Pemecahan Masalah “ 21
18
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN Pusat, (Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1980), hal : 157 19 Syaiful Bahri djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru ( Surabaya, Usaha Nasional, 1994 ) hal. 20 20 Ibid, hal : 23 21 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN pusat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam : 1980) , Hal :9
20
b. Para ahli Gestalt. Belajar adalah : “ Mengorganisasikan kembali pengertian–pengertian lama22 Jadi belajar menurut teori Gestalt ini adalah mengingat kembali pada pengetahuan atau pengalaman yang lalu. Umpamanya apabila seseorang belajar dihadapkan pada masalah baru, maka ia akan mengingat kembali kepada pengalaman yang telah lalu, untuk membantu memecahkan masalah–masalah baru tersebut. c. Menurut ahli–ahli golongan Scholastik Belajar itu pada hakekatnya adalah mengulang–ulang bahan yang harus dipelajari.
23
Jadi menurut teori ini belajar disamakan dengan ulangan. Jika
sering diulang maka akan semakin dikuasai pelajaran tersebut. d. Teori Psikology daya (fakultas Psikology) Belajar adalah melakukan latihan – latihan secara tertentu. 24 Dari beberapa pendapat tersebut, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari pengertian belajar, bahwa pada dasarnya belajar adalah usaha untuk mengadakan perubahan yang dibarengi dengan usaha yang sungguh– sungguh, tanpa itu semua belajar tidak bisa terwujud. Lagi pula dalam kegiatan belajar diusahakan antara teori dan praktek harus seimbang agar tidak terjadi kepincangan, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil.
22
Ibid, hal : 9 Sumardi suryabrata. Opat hal , 261 24 Drs. F Usman Efendi, Drs Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi (Angkasa Baru1984) hal 126 23
21
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar a. Faktor yang mempengaruhi belajar Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam–macam faktor. Adapun faktor – faktor itu didapat dibedakan menjadi dua: a. Faktor–faktor yang berasal
dari luar diri pelajar. Dan ini dibagi menjadi
dua : 25 1. Faktor non sosial Yang termasuk dari faktor–faktor non sosial adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat belajar, alat–alat yang dipakai untuk belajar dan lain–lain. Semula faktor–faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu proses belajar secara maksimal. 2. Faktor Sosial Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah faktor manusia atau sesama manusia, sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga, atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat–alat yang di pergunakan gunakan dalam belajar, 25
hal 233
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta, Raja Grafindo Persada,2001)
22
lingkungan dan motifasi sosial. b. faktor–faktor yang berasal dari diri si pelajar, dan ini dapat digolongkan menjadi dua golongan 1. Faktor fisiologi Faktor ini dibedakan menjadi dua :26 a.
Tonus jasmani pada umumnya Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi aktifitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar. Dalam hal ini ada ada dua hal yang perlu diperhatikan : 1. Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya berupa kelesuan, lekas mengantuk dan lain– lain. 2. Beberapa penyakit kronis sangat mangganggu belajar
b.
Keadaan fungsi–fungsi fisiologis tertentu Berfungsi panca indera merupakan syarat adanya belajar berlangsung dengan baik. Karena itu kewajiban bagi setiap pendidik untuk mengajar, agar panca indera anak didiknya dapat berfungsi dengan baik.
26
Ibid, Hal : 233
23
2. Faktor–faktor psikologis Yaitu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam belajar anak–anak didik, adalah cita–cita.27 Cita–cita merupakan pusat dari bermacam–macam kebutuhan biasanya disentralisasikan disekitar cita–cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern, atau bisa juga disebut faktor dari dalam dalam diri dan faktor dari luar diri siswa tersebut. Diantara yang dimaksud dengan faktor dari dalam diri siswa adalah pengaruh yang dapangnya dari dalam diri siswa itu sendiri, yang akan memberikan corak atau warna terhadap prestasi yang didapat dari bangku sekolah. Sedang yang dimaksud dengan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu siswa, misalnya faktor lingkungan, situasi sekolah, situasi keluarga dan lain sebagainya. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan faktor intern dan ekstern oleh penulis adalah, sebagai berikut : a. Faktor intern yang meliputi : 1). Faktor kondisi. 27
Ibid hal=238
24
2). Faktor kemauan. 3). Faktor kesehatan. 4). Faktor intelegensi. 5). Faktor bakat. 6). Faktor konsentrasi. 7). Faktor kebiasaan. 8). Faktor kematangan b. Faktor ekstern, yang meliputi : 1). Faktor lingkungan keluarga. a). Faktor orang tua b). Faktor rumah tangga c). Faktor sosial ekonomi 2). Faktor lingkungan sekolah a). Interaksi guru dengan murid. b). Cara penyapaian materi pelajaran. c). Media pendidikan d). Keadaan gedung sekolah. 3). Faktor lingkungan masyarakat a). Teman bergaul b). cara hidup lingkungan28 28
Departemen Agam RI, Psikologi Pendidikan, (Bagian Proyek Peningkatan Mutu PGA, Jakarta 1982), hal 29
25
C. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Para ahli pendidikan menemui kesulitan dalam merumuskan definisi pendidikan. Kesulitan itu antara lain disebabkan oleh banyaknya jenis kegiatan serta aspek kepribadian yang dibina dalam kegiatan itu. Dengan perkataan lain kesulitan itu disebutkan oleh banyaknya jenis kegiatan dan luasnya aspek kepribadian yang harus dibina oleh pendidikan. Rupert C. Lodge dalam Philosofhy Of Education menyatakan bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Sedangkan menurut Marimba pendidikan adalah sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 29 Sedangkan pendidikan agama Islam adalah usaha–usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.
2. Dasar dan tujuan pendidikan agama Islam a. Dasar–dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai dasar–dasar yang cukup kuat. Dasar–dasar tersebut dapat ditinjau dari tiga segi : 29
Ahmad Tafsir, Rosdakarya,1997),hlm.6
Metodologi
Pengajaran
Agama
Islam,
(Bandung
Remaja
26
1). Yuridish / Hukum 2). Religius 3). Sosial Psycologys. 30 a). Dasar Yuridist/ hukum Yakni dasar–dasar pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang– undangan yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah–sekolah maupun dilembaga–lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun dasar dari segi yuridist formil tersebut ada tiga macam yakni : 31 (1). Dasar Ideal Yakni dasar dari falsafah negara : pancasila dimana sila yang pertama adalah keTuhanan yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragam. Dalam ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang P4 ( Eka Prasetya Panca Karsa) disebutkan bahwa dengan sila ketuhanan yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing – masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
30 31
Zuhairini, Metode khusus Pendidikan Agama, ( Surabaya, Usaha nasional.1983) hal 21 Zuhairini,et.al,Op.Cit, Hlm.20
27
(2). Dasar struktural Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 1 ayat 1 dan dua, yakni berbunyi : (a). Negara berdasarkan atas ketuhana yang Maha Esa. (b). Negara menjamin kemerdekaan tiap –tiap penduduk. Untuk memeluk agama masing–masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Bunyi dari pada UUD tersebut diatas adalah mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, karena itu agar supaya umat beragam tersebut dapat menunaiakan Ibadah sesua dengan ajaran agamanya masing–masing diperlukan adanya pendidikan agama. (3). Dasar operasional Yakni dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah – sekolah di Indonesia seperti yang disebutkan pada TAP. MPR No.IV/MPR/1978 tentang GBHN, yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum di sekolah–sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas–universitas negeri. b) Dasar Religius yakni dasar yang bersumber dari ajaran agama yang tertera dalam
28
ayat Al-Qur’an maupun al-Hadits. Menurut ajaran agama Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepadanya. Dalam Al Qur'an surat An–Najl ayat 125 surat Ali-Imron ayat 104 di sebutkan :
( 125: lVQI) ا
sQKVI اsuZPYI واsYtVIOi ji رlmno pIُادع ا
Artinya : “ Ajaklah kepada agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik32
ونJR ءOT وJmyI اpI ن اPZ zT sR اvtQR StwIو (104: نJYZ ) الJtQYI اSZ نP|QTوف وJ~YـIOi Artinya: “ Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada berbuat baik dan mencegah dari perbuatan yang munkar”. 33 Dari kedua ayat tersebut di atas, memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam ajaran Islam memang perintah untuk mendidik agama, baik pada keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuanya. c). Dasar dari segi Social psycologys semua manusia didalam hidupnya, selalu mambutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan
32 33
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Surabaya: Mahkota,1990), hlm. 421 Ibid, hlm. 93
29
bahwa dalam Dzat yang maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Oleh karena itu manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Itulah sebabnya bagio orang–orang muslim diperlukan adanya pendidikan agama Islam, agar dapat mengarahkan fitrah mereka tersebut kearah yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran agama Islam. Tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar. b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Di dalam Undang Undang tujuan pendidikan nasional dikemukakan dengan jelas, bahwa : ”Pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kpada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri” 34 Tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila juga merupakan pendidikan agama Islam, karena peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha esa hanya bisa dibina melalui pendidikan agama yang intensif dan edukatif.35
34
Dr. Mulyasa M.Pd. Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung, Remaja Rosda Karya 2006), hlm. 20
30
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan, tujuan pendidikan agama Islam mempunyai tujuan pararel dengan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam berintikan tiga aspek , yaitu aspek iman, yang pada dasarnya berisi: 36 1). Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dan berbagai kehidupan anak nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, taat menjalankan perintah Allah dan menjauh segala laranganya. Di dalam Al-qur’an surat Adz-Dzariyah ayat 56 Allah berfirman :
ونzn~mI D اCD واSI اUWL ORو Artinya : “ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”37 2). Ketaatan kepada Allah SWT dan Rosul Nya merupakan motifasi instrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak dalam hal ini adalah pengembangan pengetahuan agama, yang mana dengan pengetahuan itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlaq mulia, yang bertaqwa kepada Allah SWT. 3). Menumbuhkan dan membina ketrampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati 36 37
Ibid,Hlm.84 - 85 Ibid, Hlm.862
31
ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah sholat dan hubunganya dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlaq perbuatan serta dalam pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara : a. Hubungan manusia dengan Allah b. Hubungan manusia dengan sesama manusia c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri d. Hubungan manusia dengan makhluk lain lingkunganya.38 1). Hubungan manusia dengan Allah Hubungan mansia dengan Allah merupakan SWT merupakan hubungan vertikal (menegak) antara makhluk dengan kholiq. Hubungan manusia dengan Allah SWT menempati prioritas pertama dalam ajaran Islam. Ruang lingkup pengajaran, meliputi segi iman, Islam dan ihsan. Keimanan dengan pokok–pokok rukun iman, keIslaman dengan pokokpokok rukun Islam, keIslaman dengan pokok–pokok rukun Islam, dan 38
Depdikbud, Kurikulum SMU, (Garis–garis Besar Progam pengajaran,1995), hlm 2
32
keihsanan sebagai hasil perpaduan iman dan Islam yang diwujudkan dalam perbuatan kebajikan, dalam melaksanakan hubungan diri dengan Allah SWT sebagai alat untuk meresapi keyakinan dan ketundukan kepada Maha Pencipta, maka termasuk pula dengan segala aturannya. 2). Hubungan manusia dengan sesama manusia Hubungan
manusia
dengan
sesama
manusia
merupakan
hubungan horisontal antara manusia dengan manusia dalam suatu kehidupan bermasyarakat, dan menempati prioritas kedua dalam ajaran Islam. Dalam hal ini guru harus berusaha menumbuh kembangkan pemahaman anak mengenai keharusan mengikuti tuntunan agama dalam menjalani kehidupan sosial, karena dalam kehidupan bermasyarakat akan tampak citra dan makna Islam melalui tingkah laku pemeluknya. Ruang lingkup progam pengajaranya, berkisar pada pengaturan hak den kepribadian antara sesama manusia yang satu dengan mansia yang lain dalam kehidupan, dan mencakup segi kewajiban dan larangan dalam hal hubungan dengan sesama manusia, segi hak dan kewajiban dalam hal pemilikan jasa, segi kebiasaan hidup efisien, ekonomis, sehat dan bersih baik jasmani maupun rohani, dan sifat–sifat kepribadian yang baik, yang harus dikembangkan dalam diri sendiri, keluarga dan masyarakat. 3). Hubungan manusia dengan dirinya sendiri Yang menyangkut hubungan manusia dengan dirinya sendiri
33
meliputi: sabar , sukur, tawadlu (rendah diri, tidak sombong), benar, iffah (menahan diri dari melakukan marah), amanah (jujur), merasa cukup dengan apa yang ada. 4). Hubungan manusia dengan alam Agama Islam banyak mengajarkan kepada kita tentang alam sekitar. Menyuruh manusia sebagai kholifah bumi untuk mengolah dan memanfaatkan alam yang telah dianugerahkan Tuhan, menurut kepentingan sesuai dengan garis–garis yang telah ditentukan agama. Aspek hubungan manusia dengan alam, sekurang – kurangnya mempunyai tiga arti bagi kehidupan anak didik. a) Mendorong anak didik untuk mengenal dan memahami alam sehingga ia menyadari kedudukanya sebagai menusia yang memiliki kemampuan untuk mengambil manfaat yang sebanyak–banyaknya dari alam sekitar. Kesadaran yang demikian itu akan memotifasi anak didik untuk turut ambil bagian dalam pembangunan masyarakat dan negara. b) Pengenalan itu akan menumbuhkan rasa cinta alam yang melahirkan berbagai bentuk perasaan keharusan dan kekaguman, baik karena keindahan,
kekuatan,
maupun
karena
keaneragaman
bentuk
kehidupan yang terdapat didalamnya. Hal ini akan menimbulkan kesadaran tentang betapa kecil dirinya dibandingkan dengan maha Pencipta alam, sehingga dapat menambah rasa ketundukan dan
34
keimanan kepada Allah SWT yang diwajibkan dengan mensyukuri segala nikmatnya. c) Pengenalan dan pemahaman dan cinta akan alam ini mendorong anak
untuk
melakukan
penelitian
dan
eksperimen
dalam
mengeksplorasi alam, sehingga dirinya akan sunnatulloh dan kemampuan menciptakan suatu bentuk baru dari bahan–bahan yang terdapat di alam sekitarnya. Kesadaran ini akan menambah luaskan pandanganya untuk mengembangkan nilai dan sikap yang tepat terhadap alam dan kebudayaan yang dilahirkan dari padanya. Ruang lingkup pengajaran berkisar pada mengenal, memahami dan mencintai alam, sehingga memiliki berbagai ketrampilan untuk memelihara, menolah segala nikmat Allah SWT. Termasuk kedalamnya masalah apresiasi atau penghargaan, melalui penilaian dan sikap yang tepat. Sesuai dengan sistem nilai agama Islam, terhadap segala bentuk hasil ciptaan manusia dalam upaya mengolah dan memanfaatkan alam. Sedangkan materi pokok pendidikan agama Islam meliputi: a. Aqidah Aqidah ini bersifat i’tiqod batin, mengenai keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. b. Syariah Syariah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mangatur
35
hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur hidup dan kehidupan manusia. c. Akhlaq Akhlaq adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia. Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapai dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu : Alqur’an dan Al-Hadist, serta ditammmbah lagi dengan sejarah Islam (Tarikh) Ruang lingkup pembahasan, luas mendalamnya pembahasan, tergantung
kepada
bersangkutan,
jenis
tingkatan
lembaga kelas,
pendidikan
tujuan
dan
yang
tingkatan
kemampuan anak didik sebagai konsumenya. Untuk sekolah– sekolah
agama
mendalam
dan
tentunya terperinci
pembahasannya daripada
lebih
luas,
sekolah–sekolah
umumnya, demikian pula perbedaan untuk tingkat rendah dan tingkat yang lebih tinggi. Adapun fungsi dari pendidikan agama Islam di sekolah – sekolah adalah : a. pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
36
keluarga. b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak–anak yang memilki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain. c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan – kesalahan. d. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. e. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. Sedangkan fungsi dari materi pokok pendidikan agama Islam adalah : a. Bidang studi aqidah akhlaq 1) Mendorong agar siswa untuk agar benar–benar yakin dan taqwa kepada Allah SWT. 2) Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai aqidah akhlaq 3) Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT b. Bidang studi Al-Qur’an dan Al-Hadits 1) Membimbing
siswa
kearah
pengenalan,
pengetahuan,
pemahaman dan kesadaran untuk mengamalkan kandungan ayat– ayat al-Qur’an dan Al-Hadits 2) Menunjang bidang – bidang studi lain dalam kelompok pengajaran agama Islam, khusunya bidang studi dan syari’ah.
37
3) Merupakan mata rantai dalam pembinaan kepribadian siswa kearah pribadi utama menurut norma–norma agama. c. Studi syari’ah 1) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan dalam melaksanakan amal ibadah kepada Allah SWT, ketentuan–ketentuan agama ikhlas, dan tuntutan akhlaq yang mulia. 2) Mendorong tumbuh dan menebalnya iman. 3) Mendorong timbulnya semangat untuk mengolah alam sekitar, anugrah Allah SWT. 4) Mendorong untuk mensyukuri nikmat Allah. 5) Mendorong terlaksananya syari’at Islam untuk dirinya, keluarga dan masyarakat. 6) Sebagai kumpulan pelaksanaan materi syari’at yang bersumber dari Al’Qur’an dan Al-Hadist. d. Bidang studi sejarah Islam 1) Membantu pembentukan
meningkatkan pribadi
iman
muslim,
siswa
dalam
rangka
disamping memupuk
rasa
kecintaan dan kekaguman terhadap Islam dan kebudayaannya 2) Memberi bekal kepada siswa dalam rangka melanjutkan pendidikanya ketingkat yang lebih tinggi atau bekal untuk menjalani kehidupan pribadi mereka bila mereka putus sekolah. 3) Mendukung perkembangan Islam masa kini dan mendatang
38
disamping meluaskan cakrawala pendangannya terhadap makna Islam bagi kepentingan kebudayaan umat Islam. 4. Tujuan dan metode Pengajaran 1). Tujuan Pengajaran Tujuan pengajaran agama Islam itu harus berisi hal–hal yang dapat menumbuhkan dan memperkuat iman serta mendorong kepada kesenangan mengamalkan ajaran Islam, untuk ini diperlukan usaha pembentukan meteriil yang akan memperkaya murid dengan sejumlah pengetahuan, membuat mereka dapat menghayati dan mengembangkan ilmu itu, juga membuat ilmu yang mereka pelajari itu berguna bagi mereka. Tujuan tujuan itu hendaknya bersifat pemberian ilmu agama (kognitif) dan ketrampilan ketrampilan mengamalkan ajaran agama(psikomotor). Tujuan hendaknya meliputi pembinaan manusia sebagai makhluk individu yang hidup sesuai dengan kodrat yang dibawanya sejak lahir. Tujuan itu harus mengandung sesuatu yang memberi bahan dan kemungkinan untuk dapat hidup dengan baik sebagai suatu individu dan anggota masyarakat. Berguna bagi diri pribadi dan masyarakatnya, dapat bekerja mencari nafkah yang halal menurut ajaran Islam, tidak tidak menjadi beban dan tanggungan masyarakat. Ikhlas dan senang menjalankan ajaran Islam dan yakin akan kebenaranya. Untuk ini tujuan pengejaran agama Islam harus mengandung bahan pelajaran yang bersifat: -
menumbuhkan dan memperkuat iman
39
-
membekali dan memperkaya ilmu agama
-
menuntun dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir sebagai manusia secara utuh (individual).
-
Mengembangkan dan memupuk rasa sosial dan sifat – sifat terpuji
-
Membina ketrampilan beramal
-
Pemberian
pengetahuan
dan
ketrampilan
yang
dapat
diamalkan dan dikembangkan dalam berbagai lapangan pekerjaan untuk mencari nafkah (tenaga profesional)39 Secara umum umum dan ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan Pengajaran Agama Islam itu harus mengandung berbagai aspek pembinaan manusia seutuhnya sehingga nantinya ia dapat hidup dengan baik. Sebagai manusia pancasila yang bertaqwa kepada Allah menurut ajaran Islam. 2). Metode Pengajaran Segala satu tugas pokok guru dalam menunaikan tugas adalah mengajar. Dalam mengajar menggunakan metode mengajar, salah satu faktor penting bahwa ikut menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Setiap usaha atau kegiatan apapun atau dalam bidang apapun, bila menghendaki tercapainya suatu tujuan yang baik, maka kita harus memperhatikan juga penguasaan juga penggunaan metode yang sesuai 39
Zakia darojat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bumi Aksara : Jakarta 1996) hal 78 -79
40
untuk mencapai tujuan tersebut. Demikian pula didalam pengajaran suatu metode pengajaran baik jika lebih memperbesar motivasi belajar lebih meningkatkan kegiatan belajar dan lebih memperkecil prestasi belajar siswa. Metode adalah suatu cara mengajar yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran, demikian baik metode yang digunakan maka akan semakin efektf dan efisien pula pencapaian tujuan pembelajaran. Sedang metode mengajar adalah suatu cara dalam fungsinya merupakan alat untuk menuju kesuatu tujuan pengajaran. Jadi metode pengajaran adalah suatu jalan yang telah ditetapkan misalnya Metode Poengajaran Pendidikan Agama Islam berarti suatu jalan yang ditempuh untuk menuju suatu pengajaran pendidikan agama Islam. Pada pengajaran Pendidikan Agama Islam banyak metode yang dapat digunakan. Untuk itu guru dituntut kejelian dan kemampuan yang baik dalam memilih metode mengajar yang tepat. Pemilihan metopde yang tepat akan menentukan keberhasilam proses belajar mengajar. Ada beberapa pendapat yang membahas berbagai macam metode mengajar antara lain : a. Menurut Dr. Winarno Surachmad dalam bukunya ”Interaksi Belajar dan Mengajar”, mengemukakan berbagai macam metode di dalam kelas yaitu :
41
1. Metode Ceramah 2. Metode Tanya jawab 3. Metode Diskusi 4. Metode Pemberian tugas belajar 5. Metode Demonstrasi dan Eksprimen 6. Metode bekerja Kelompok 7. Metode Sosio Drama dan Bermain Peranan 8. Metode Karya Wisata 9. Metode Driil (latihan siap) 10. Metode Sistem regu (Team teaching) b. Menurut Drs. Abdurrahman Saleh dalam bukunya “Didaktik Pendidikan Agama Di sekolah Dasar”, juga mengemukakan hal yang hampir sama yaitu : 1. Metode Ceramah 2. Metode Tanya Jawab 3. Metode Dikusi 4. Metode Demonstrasi 5. Metode Sosiodrama 6. Metode Pemberian tugas40 Untuk menentukan metode mana yang paling baik sangat sulit. Karena
40
Dr. H. Zuaharini dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Usaha Nasional : Surabaya, 1998), hal : 82
42
metopde ini masing–masing mempunyai kelebihan sendiri–sendiri. Dengan demikian terlihat tidak mudah menentukan metode yang tepat. Disamping itu pemilihan metode juga dipengaruhi oleh : a. Tujuan b. Anak didik c. Fasilitas d. Situasi e. Pribadi Guru Dari beberapa metode diatas tersebut, sangat mendukung sekali jalannya proses belajar mengajar. Karena tanpa adanya metode maka kegiatan belajar mengajar tak dapat berlangsung dengan baik. Maka pandaipandailah kita menentukan metode.
43
BAB III PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 PONOROGO
A. Data Umum 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMKN 2 Ponorogo Keberadaan SMK Negeri 2 Ponorogo awalnya diprakarsai oleh ibu– ibu Dharma Wanita Unit Kantor Depdikbud Kabupaten Ponorogo dengan mendirikan SMKK Dharma Wanita di Ponorogo tanggal 2 Februari 1978 dengan jurusan Boga, dan jumlah siswa angkatan pertama 36 siswa. SMK Negeri 2 Ponorogo ini pada saat itu masih menempati gedung milik Pemerintah Kabupaten Ponorogo di mana pada waktu itu proses kegiatan belajar mengajar dilakukan pada waktu pagi dan sore hari, dan gedung ini beralamatkan di jalan Soekarno Hatta ( sekarang menjadi SLTP Negeri 6 Ponorogo) Pada tahun 1979 sekolah kejuruan ini membuka dua jurusan yaitu jurusan tata boga dan tata kecantikan. Menigingat semaikin banyaknya peminat dan sambutan masyarakat yang begitu besar maka pada tanggal 25 Juli 1981 mendapat status sekolah negeri dari Pemerintah dengan SK Nomor : 0236/C/1981. SMK Negeri 2 Ponorogo mempersiapkan siswa menjadi tenaga
44
pelaksana tingkat menengah yang terampil, terlatih sesuai dengan progam studi yang dipilihnya serta dapat menerapkan kemampuannya untuk berwiraswasta / bekerja sendiri. Sehingga pada tahun 1982, SMK Negeri 2 Ponorogo mulai memiliki gedung sendiri di Jalan Laks. Yos Sudarso No 21 A Ponorogo dengan Kepala Sekolah Ibu Prasetyaningsih. Sehingga pada tahun 1998 Kepala Sekolah diganti dengan Bapak Dwikora Hadi Meinanda, MM ( 1998 sampai sekarang). Beberapa nama Kepala Sekolah SMK N 2 Ponorogo 1. Dra. Hartini, tahun 1989 – 1993. 2. Dra. Prasetyaningsih, tahun 1993 – 1998. 3. Drs. Dwikora Hadi Meinanda, MM tahun 1998 -2007. 4. Drs. Udy Tyas Arinto, MM. tahun 2007 sampai sekarang.
45
46
3. Organisasi Sekolah SMKN II Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008 Bahwa sekolah ini mempunyai susunan organisasi sebagai mana sekolah yang lainya yaitu : a. Kepala Sekolah
: Drs. Dwikora Hadi Meinanda, MM.
b. Wakil Kepala Sekolah 1). Urusan Kurikulum
: Dra. Siti rahayu
2). Urusan Humas
: Eko Hery S. M.Pd
3). Urusan Kesiswaan
: Sirmad, SPd
4). Urusan Prasarana
: Rahayu Rahmawati
c. Tata Usaha 1). Kepala Tata Usaha
: Sunariyah,SH
2). Staf TU
: Sumanto
3). Staf TU
: Simon Setiobudi
4). Staf TU
: Ristiani
d. Kesiswaan
: Maskuri SPd
e. Kopsis
: Nur Khasanah
f. Operasi Komputer
: Agus
g. Bagian Gudang
: a. Boga
h. Petugas perpustakaan
: Wahyu, Nofi
b. Busana
: Sri Sumarti
c. Kecantikan
: Wati Suwarni
: 1. Suwito 2. Yuna
i. Petugas Laboratorimu
: Djunaedy,S.Pd
j. Pesuruh dan tukang kebun
: 1. Kateni
47
2. Hari 3. Domo k. Penjaga Malam
: 1. Mukarimun 2. Fuad Al Amin
l. Satpam
: Bidin
4. Keadaan guru dan Siswa a. Keadaan Guru Dalam melaksanakan proses belajar mengajar di SMKN II Ponorogo melibatkan berbagai tenaga edukatif. Hal ini mengingat banyaknya kelas yang ada. Guru yang mengajar di SMKN II Ponorogo berasal dari berbagai lulusan Perguruan Tinggi Berdasarkan hasil observasi keadaan siswa keadaan guru SMK Negeri II Ponorogo adalah sebagai berikut : (Lihat Lampiran : 1) b. Keadaan Siswa Siswa di SMKN II Ponorogo berjumlah dengan perincian sbb: Tabel : 1 Keadaan Siswa SMKN II Ponorogo Kelas
Boga
Busana
Kecantikan
Jumlah
II
65
120
35
220 220
48
5. Sarana Dan Prasarana Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama penelitian ini, maka fasilitas yang dimiliki SMKN II Ponorogo dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai, terutama mengenai sarana pergedungan. Fasilitas tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : (Lihat lampiran : 2)
B. Data Khusus Sebagai objek penelitian ini adalah : 1. Persepsi siswa terhadap Pendidikan Islam dimana dalam penelitian memperoleh dengan instrumen skala persepsi. (Lihat lampiran : 3) 2. Persepsi belajar Pendidikan islam diperoleh melalui test / nilai raport. (Lihat lampiran : 4) Dari analisis angket skala persepsi bahwa persepsi terhadap pendidikan Agama islam cukup baik, sehubungan diatas maka dalam penentuan pengambilan sampel dari populasi yang digunakan oleh peneliti adalah teknik “Random Sampling” Untuk mengetahui persepsi siswa dengan prestasi belajar pendidikan agama islam di SMKN II Ponorogo. Maka penulis kemukakan data hasil kerja yang diperoleh dari sumber data yang berupa dokumentasi atau raport hasil nilai siswa semester satu tahun ajaran 2007 / 2008. Dalam penyajian data ini dari sejumlah siswa yang seluruhnya 220
49
siswa, maka penulis mengambil sampel 20% dari jumlah populasi yang mana kesemuanya berjumlah 44 siswa. Maka dari itu untuk mengetahui hasil penelitian tersebut, maka penulis menggunakan rumus “Product Moment”. rxy =
∑ xy (x )(∑ y ) 2
2
50
BAB IV ANALISA DATA HUBUNGAN PERSEPSI SISWA KELAS IX DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK N 2 PONOROGO
A. Penyajian Data Dalam bab ini akan dibahas secara rinsi tentang pengumpulan data. Pengolahan data yang berkaitan dengan masalah dan tingkah laku untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Pengumpulan data adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang peneliti untuk memperoleh data atau keterangan yang berhubungan dengan penelitian, serta tujuan penelitian agar di dalam memperoleh data yang sesuai dengan persoalan yang diteliti, maka diperlukan suatu pemikiran yang matang yang dapat disesuaikan
dengan
teknik
pengumpulan
data
serta
terampil
dalam
menggunakannya. Setelah data terkumpul, maka penulis menjadikan bentuk bilangan, sedangkan data tersebut meliputi : 1. Data prestasi belajar siswa kelas IX di SMKN 2 Ponorogo. 2. Data persepsi siswa kelas IX di SMK N 2 Ponorogo. Untuk lebih jelasnya akan penulis sajikan data dalam bentuk tabel sebagai berikut :
51
TABEL IV.1 HASIL ANGKET DAN TES SISWA KELAS IX SMKN 2 PONOROGO No Nama 1. 2. 1 Nur Tripta Winarsih
Skor (X) 3. 63
Skor (y) 4. 25
2
Hany Binti Rohayati
65
25
3
Erma Dwi Jayanti
60
30
4
Deni Yuliana
70
35
5
Wariyanti
70
35
6
Anggun Puspa Wahana
68
30
7
Isna Dwi Romadhoni
64
30
8
Siti Rosidah
64
30
9
Rista Aristiyanti
70
35
10
Enis Marsela
65
29
11
Wahyu Hardiyanti
60
35
12
Ayu Werawati
60
30
13
Tri Rusmini
65
28
14
Ika Ikemanul Wendiana
68
27
15
Reni Puji Rahayu
65
34
16
Niken Indiyati
60
25
17
Sri Mulatin
63
30
18
Olvy Ramadyatyasa
70
35
19
Ngelmi Hidayat Nafi’ah
70
34
20
Nanik Setyawati
70
35
21
Novita Dwi Rahayu
70
33
22
Ruri ardi Rukmala
65
35
23
Ruri sismawati
65
34
24
Tutik Muntariningsih
70
35
25
Winda Sepriana
64
30
52
1. 26
2. Ulfa dwi purnamasari
3.
4.
65
30
27
Yuli Siswati
63
30
28
Yesi Yuli Ustasari
64
30
29
Sri hartutik
65
30
30
Alfi Rahmawati
68
34
31
Anes Ria Fauzi
67
35
32
Citra Hambarwati
66
30
33
Dwi Susanti
68
30
34
Eflen Susanti
65
30
35
Eritian Nurmalasari
70
30
36
Desi Puji Lestari
68
34
37
Dewi Mayasari
70
35
38
Anita Cahayati
67
30
39
Anis Dwiatul Mardiah
69
35
40
Wahyu Sri Unon
70
34
41
Zora Mudita sari
68
35
42
Yeti Kritiani
70
34
43
Uswatun maratuil Mualifah
66
30
44
Vina Yalestina
66
33
Jumlah
2919
1388
53
B. Analisa Data Yang dimaksud dengan analisa data adalah mengolah data yang sudah dikumpulkan dari hasil penelitian. Tujuan analisa data adalah untuk menguji Hipotesis yang telah diajukan, sebab tanpa anlisis data akan mempersulit dalam penyajian hipotesa selanjutnya. Sedangkan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara persepsi siswa terhadap Pendidikan Agama Islam deangan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, maka penulis akan menguji data yang telah penulis kumpulkan dengan menggunakan rumus Product Moment. Prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa dengan skor skala persepsi, skor tersebut adalah : 1. Skor hasil prestasi belajar siswa sebagai veriabel X. 2. Skor hasil skala persepsi siswa sebagai variabel Y. Untuk membuktikan kebermaknaan hipotesis tersebut maka diberi beberapa langkah pengertian sebagai berikut : 1. Menentukan Σ x, kemudian dicari rata-rata y dengan Mx =
Σx N
2. Menentukan x dengan x-Mx. 3. Menentukan Σ y, kemudian di cari rata-rata dengan My = 4. Menentukan y dengan jalan y-My. 5. Menentukan Σ x2 dan Σ y2.
Σy N
54
6. Mencari angka indeks korelasi "r" Product moment antara veriabel x dan variabel y (yaitu rxy) dengan rumus : r
xy =
Σxy (Σx 2 )(Σy 2 )
Tentang pengolahan data yang penulis maksud diatas dengan rumus penulis pergunakan adalah sebagai berikut : TABEL IV.2 TABEL UNTUK MENCARI KORELASI ANTARA GEJALA X DAN Y No 1
x 63
y 25
x -3
X2 9
y -7
Y2 49
x.y 21
2
65
25
-1
1
-7
49
7
3
60
30
-6
36
1
1
-6
4
70
35
4
16
3
9
12
5
70
35
4
16
3
9
12
6
68
30
-2
4
-2
4
4
7
64
30
-2
4
-2
4
4
8
64
30
4
16
-2
4
-8
9
70
35
-1
1
3
9
-3
10
65
29
-6
36
-3
9
18
11
60
35
-6
36
-7
49
42
12
60
30
-1
1
-2
4
2
13
65
28
2
4
-4
16
-8
14
68
27
-1
1
-5
25
5
15
65
34
-6
36
1
1
-6
16
60
25
-3
9
-7
49
21
17
63
30
4
16
-2
4
-8
18
70
35
4
16
3
9
12
19
70
34
4
16
2
4
8
20
70
35
4
16
3
9
12
55
No 21
x 70
y 33
x 3
X2 9
y 1
Y2 1
x.y 3
22
65
35
-1
1
3
9
-3
23
65
34
-1
1
2
4
-2
24
70
35
4
16
3
9
12
25
64
30
-2
4
-2
4
4
26
65
30
-1
1
-2
4
2
27
63
30
-3
9
-2
4
6
28
64
30
-2
4
-2
4
4
29
65
30
-1
1
-2
4
2
30
68
34
2
4
3
9
6
31
67
35
1
1
3
9
3
32
66
30
0
0
-2
4
0
33
68
30
2
4
-2
4
-4
34
65
30
-1
1
-2
4
2
35
70
30
4
16
3
9
12
36
68
34
2
4
2
4
4
37
70
35
3
9
3
9
9
38
67
30
1
1
-2
4
-2
39
69
35
3
9
3
9
9
40
70
34
4
16
2
4
8
41
68
35
2
4
3
9
6
42
70
34
4
16
2
4
8
43
66
30
0
0
-2
4
0
44
66
33
0
0
1
1
0
2919
1388
429
347
409
56
1. MX =
∑ x 2919 = = 66 N 44
2. My
=
∑ y 1388 = = 31,5 / 32 N 44
3. X2
= 409
4. Y2
= 429
5. rXy =
=
=
=
∑ xy ( ∑ x 2 ) (∑ y 2 ) 347 ( 409 ) ( 429 ) 347 175,461 397 418,8806513
= 0,756778808 = 0,76
C. Pengujian Hipotesa 1. Proses Pengujian Sekarang kita lihat product moment, tabel yang disajikan oleh penulis hanya sebagian saja taraf signifikan oleh penulis hanya sebagian saja pada taraf signifikansi 5% dan 1%.
57
TABEL IV.3 PRODUCT MOMENT
M Sampel
Taraf Signifikan
30
5% 0,349
1% 0,44
35
0,325
0,418
40
0,304
0,393
45
0,288
0,372
Dari hasil analisis data diatas dengan menggunakan rumus korelasi product Moment diperoleh 0,76. sedang dalam tabel signifikan 5% menunjukan 0,288 untuk N berjumlah 44 siswa, sedangkan untuk taraf kebermaknaan 1% menunjukan 0,372 2. Interprestasi Dari hasil yang didapat dinyatakan bahwa rxy hitung lebih besar dari rxy Tabel dengan taraf kebermaknaan 5% maupun taraf kebermaknaan 1% untuk N = 44, maka dapatlah dikatakan bahwa ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap pendidikan agama islam dengan prestasi belajar pendidikan islam sebagai hasilnya dapat diterima. 3. Temuan Dari analisis data tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap pendidikan agama Islam
58
dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas IX jasa boga, tata busana dan jasa kecantikan SMK N IX Ponorogo tahun ajaran 2007 / 2008. Jadi hasil hipotesis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif antara persepsi siswa kelas IX dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, hal ini disebabkan karena : -
Adanya pengaruh/perhatian dari orang tua.
-
Adanya pengaruh dari lingkungan tempat tinggal dan
-
Pengaruh bagaimana pendidik menyampaikan mata pelajaran agama Islam.
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis statistik korelasi product moment menunjukan hubungan yang bermakna. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Bahwa persepsi siswa terhadap pendidikan agama islam di SMKN IX Ponorogo cukup Baik 2. Bahwa prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMKN IX Ponorogo dengan adanya persepsi belajar siswa pendidikan agama Islam di SMKN IX Ponorogo cukup baik. 3. Ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap pendidikan agama Islam dengan prestasi belajar pendidikan Agama Islam di SMKN IX Ponorogo Tahun Pelajaran 2007 / 2008.
B. Saran – saran 1. Kepada para orang tua, hendaknya selalu memperhatikan membimbing dan mendukung anaknya dalam belajar, sehingga prestasinya akan lebih baik. 2. Guru Bagi para guru hendaknya harus memperhatikan mutu dan efektifitas dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Guru hendaknya selalu memberi
60
materi yang telah diajarkan pada siswa maka selalu dievaluasi sampai dimana kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah diajarkan oleh guru dengan begitu kemajuan dan kemunduran siswa selalu terkontrol. 3. Lembaga Begi sekolah hendaknya lebih meningkatkan fasilitas belajar karena sekolah sebagai wadah belajar dan pembinaan siswa untuk mewujudkan generasi penerus yang tangguh dan genius yang berguna bagi nusa bangsa, bangsa dan agama. 4. Anak atau Murid Sebagai anak hendaknya sadar akan tugasnya sebagai siswa dan punya tanggung jawab dan semangat yang tinggi untuk memotivasi diri dalam belajar.
61
PENUTUP
Usaha peningkatan prestasi belajar anak adalah merupakan harapan bagi para orang tua yang anak–anaknya sedang belajar di sekolah, maka dari itu perlu perhatian khusus dari orang tua, sekolah maupun guru masyarakat juga mewarnai pembentukan jiwa anak. Dalam penelitian ini diharapkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mampu menyodorkan materi dalam rangka sumbangan penulis khususnya pada pendidikan. Semoga penelitian ini ada manfaatnya, AmIXn !
Penulis
62
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung Remaja Rosda Karya, 1997. Anas Sudjana, Pengantar Statistik, Jakarta Rajawali Pers,1989 Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya, Jakarta 1997. Depdikbud, Kurikulum SMU ( GBPP) 1995 Direktor Jendral Pembinaan kelembagaan Agama Islam, Ilmu Pendidikan Islam, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Islam Jakarta 1983 E. Mulyasa, Kurikulum yang disempurnakan, Bandung Remaja Rosda Karya 2006 Ngalim Purwanto, Psykologi Pendidikan, Bandung Remaja Rosda Karya, 1998 Pusat
Pembinaan dan Kelembagaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN, Balai Pustaka.1992.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Surabaya Alpha Betha,1994 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta Rineka Cipta, 1996. Sumardi Suryabrata, Psykologi Pendidikan, Jakarta Raja Grafindo Persada.2001. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta Andi Ofset 1987. Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya Usaha Nasional, 1994. Usman F. Efendi, Juhaya S. Praja, Pengantar Psykologi, Angkasa Baru 1984 UU.RI. NO.2 Tahun 1987, System Pendidikan Nasional, Semarang, CV. Aneka Ilmu. Zuhairini. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Surabaya Ramadhani 1993. ________, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Usaha Nasional Surabaya, 1983 Zakariya Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara Jakarta, 1996