BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi tujuan nasional yang bersangkutan. Salah satu wadah untuk merealisasikan dari tujuan pendidikan tersebut adalah dengan adanya sebuah lembaga sekolah. Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik menunjukkan ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakteristik tersendiri, di mana terjadi proses belajar mengajar. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebutlah, sekolah sebagai organisasi memerlukan
tingkat
koordinasi
yang
tinggi.
Keberhasilan
sekolah
adalah
keberhasilan kepala sekolah.1 Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan kepala sekolah, yaitu perilaku kepala sekolah yang mampu memprakarsai pemikiran baru di dalam proses interaksi di lingkungan sekolah dengan melakukan perubahan atau penyesuaian tujuan, sasaran, konfigurasi, prosedur, input, proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan.2 Kepala sekolah juga merupakan personal sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung 1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 7. 2 Ibid., 7.
jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar pancasila.3 Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi dalam memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan yang dialami
anak-anak didik kepala sekolah harus
bekerjasama dengan para guru yang dipimpinnya.4 Untuk mengatasi kesulitan yang dialami anak didik maka kepala sekolah membutuhkan seorang guru yang mempunyai kompetensi profesional yang baik, yang itu bisa membantu kepala sekolah dalam memajukan sekolah. Berdasarkan penjajakan awal di lapangan, sebelum para guru mengikuti musyawarah guru mata pelajaran dan pembinaan-pembinaan, pada saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung masih banyak kekurangan dan proses belajar mengajar belum efektif, karena siswa sulit menjelaskan kembali pelajaran yang baru disampaikan, siswa gaduh bicara sendiri dan siswa sulit menerima dan memahami pelajaran tersebut. Dalam hal ini terdapat permasalahan yang mendasar pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun penyebab ketidakefektifan kegiatan mengajar khususnya pelajaran Pendidikan Agama Islam ini, di antaranya guru kurang mampu menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, guru kurang bisa menggunakan berbagai alat, media, dan sumber belajar.5 Keadaan ini bisa disebabkan oleh metode yang dipakai tidak relevan sehingga dalam menerima materi dari guru hanya masuk lewat telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri. Fenomena ini merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh 3
H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), 80. Ibid., 81. 5 Lihat transkrip observasi nomor: 03/O/10-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 4
seorang pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu bagaimana seorang pendidik memilih metode mengajar yang akan mempermudah siswa menerima dan memahami suatu pelajaran. Bahwa seorang guru haruslah mempunyai kompetensi profesional, yang dimaksud
kompetensi
profesional
adalah
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.6 Realitas di atas adalah masalah, maka perlu di teliti karena masalah tersebut sangatlah mempengaruhi kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam. Untuk itu kepala sekolah SMK Negeri 2 Ponorogo mengadakan kegiatan-kegiatan agar guru Pendidikan Agama Islam menjadi guru yang mempunyai kompetensi profesional. Kemudian peneliti mengambil penelitian tentang kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam karena permasalahan tersebut menyangkut proses pembelajaran di kelas yang itu sangat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dan menyangkut kehidupan dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari penjajagan awal di lapangan peneliti menemukan beberapa kegiatan yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam yakni guru Pendidikan Agama Islam mengikuti workshop, seminar dan MGMP Pendidikan Agama Islam sebulan sekali. Pengertian musyawarah
6
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 138.
mencerminkan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru. Sedangkan guru mata pelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam.7 Mengingat begitu besar tugas dan tanggung jawab seorang guru, maka guru merupakan profesi/jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Memang tanggung jawab seorang guru sangat berat tapi ini adalah pekerjaan yang luhur, sesuai dengan firman Allah :
ن َ ْDEَ Fْ Gَ ف َو ِ ُوLMْ Nَ Oْ PِQ ن َ ُوLRُ ْSGَ َوLِ Tْ U َ Oْ اWَOن ِإ َ DُYْZGَ \ٌ R] ُ`_ْ ُأFْ Rِ ْa`ُ bَ Oْ َو ن َ Dُcdِeْ Nُ Oْ ُه ُ_ اg َ hِ Oَ َوأُوLِ `َ Fْ Nُ Oْ اa ِY َ Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al-Imron: 104).8 Guru akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation) yakni seseorang yang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya.9 Selain itu menjadi seorang guru yang profesional adalah seorang guru yang melaksanakan peran dan tugasnya diikuti dengan memiliki sejumlah kompetensi serta seorang yang melaksanakan tugasnya tidak
hanya
karena
profesinya
tapi
karena
bertujuan
membentuk
dan
memperkembangkan manusia beriman, bertakwa, bekerja dan berakhlak mulia.10 Berangkat dari hal di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 PONOROGO TAHUN AJARAN 2008/2009”.
7
Suparlan, Guru Sebagai Profesi (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006), 130. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Samuru, 1995), 93. 9 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 8
2006), 5.
10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 13.
B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo yang meliputi kondisi riil kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam sebelum mengikuti upaya yang dilakukan kepala sekolah di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, dan dampak positif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam terhadap tugas mengajar di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi riil kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam sebelum mengikuti upaya yang dilakukan kepala sekolah di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009? 2. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009? 4. Apa dampak positif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam terhadap tugas mengajar di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009?
Tujuan Pendidikan 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan kondisi riil kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam sebelum mengikuti upaya yang dilakukan kepala sekolah di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009. 2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009. 3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009. 4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan dampak positif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam terhadap tugas mengajar di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru khususnya pada bidang Pendidikan Agama Islam. 2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam proses belajar mengajar dalam peningkatan mutu dan kualitas out put yang dihasilkan serta pencapaian tujuan pendidikan (institusional) yang telah digariskan. b. Bagi masyarakat, meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekitar wilayah dan juga di luar wilayah.. c. Bagi penulis, penelitian ini secara formal adalah sebagai syarat menempuh sarjana strata 1 selain itu juga sebagai sarana pengembangan intelektual dan kesadaran kritis terhadap fenomena. C. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam
penelitian
ini
digunakan
metodologi
penelitian
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif,11 dengan karakteristik-karakteristik (a) penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci. Sedangkan instrumen lain sebagai instrumen penunjang, (b) penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata-kata dan gambargambar. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan 11
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), 3.
dukungan fakta pada penyajian. Data ini mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen, dan rekaman lainnya. Dan dalam memahami fenomena, peneliti berusaha melakukan analisis sekaya mungkin mendekati bentuk data yang telah direkam, (d) dalam penelitian kualitatif proses lebih dipentingkan dari pada hasil. Sesuai dengan latar yang bersifat alami, penelitian kualitatif lebih memperhatikan aktifitas-aktifitas nyata sehari-hari, prosedur-prosedur dan interaksi yang terjadi, (e) analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, (f) makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif. Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal, dan penelitian masa depan.12 Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah studi kasus, yaitu suatu deskriptif intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Di samping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.13 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan 12
Marriam, S. B., G. Simpson, E. L., A. Quide to Research for Educators and Trainer on Adults (Malabar Florida: Robert E. Krieger Publishing Company, 1984), 13 Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education, an Introduction to Theory and Methods (Boston: Allyn and Bacon, 1982),
skenarionya.14 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di SMK Negeri 2 Ponorogo yang dikepalai oleh Bapak Drs. Udi Tyas Arinto, M.M. yang terletak di Jalan Laksamana Yos Sudarso No. 21A Ponorogo. Pemilihan lembaga ini karena ada keunikan dan kesesuaian dengan topik yang peneliti pilih. Di mana kepala sekolah sering mengikutsertakan guru untuk mengikuti seminar dan penataran. Maka dengan pemilihan lokasi ini peneliti berharap menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. 4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.15 Untuk itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (document review).16 Teknik tersebut digunakan peneliti, karena fenomena akan dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila peneliti
14
Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara penelitian dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117. 15 Lofland, Analyzing Social Setting: A Guide to Qualitative Observation and Analysis (Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company, 1984), 47. 16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD (Bandung: Alphabeta, 2005), 309.
melakukan interaksi dengan subyek penelitian di mana fenomena tersebut berlangsung. a. Teknik Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara adalah (a) merekontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain; (b) merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; (c) memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; (d) memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperolah dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia; dan (e) memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota17. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin. Orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) informan, yaitu yang diambil secara purposive sampling, yaitu kepala sekolah SMK Negeri 2 Ponorogo dan 2 guru Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 2 Ponorogo. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut
17
Lincoln dan Guba, Naturalistic Inquire (Bevery Hills: SAGE Publication), 266. dan lihat dalam Moleong, Metodolagi Penelitian Kualitatif, 135.
ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara. Kemudian tulisan lengkap dari wawancara ini dinamakan transkip wawancara. b. Teknik Observasi Dalam penelitian kualitatif observasi diklasifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian. Dan dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama, dimana pengamat bertindak sebagai partisipan. Dengan teknik ini, peneliti mengemukakan aktifitas-aktifitas seharihari obyek penelitian, karakteristik fisik situasi sosial dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan, jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif (descriptive observations) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi di sana. Kemudian, setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus (focused observations). Dan akhirnya, setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif (selective observations). Sekalipun demikian, peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data.
Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat ”catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun ”catatan lapangan”.18 Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, ”Jantungnya adalah catatan lapangan”. Catatan lapangan pada penelitian ini bersifat dsekriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dan bagian deskriptif tersebut berisi beberapa hal, di antaranya adalah gambaran diri fisik, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat.19 Format rekaman hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. ”Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan ”dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain
18 19
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 153-154. Ibid., 156.
rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.20 Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini sebab, (1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; (2) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau, maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; (3) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteknya; (4) sumber ini sering merupakan pernyataan
yang
legal
yang
dapat
memenuhi
akuntabilitas.
Hasil
pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format rekaman dokumentasi. 5. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan meyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain.
Analisis
data
dilakukan
dengan
mengorganisasikan
data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.21
20
Ibid., 161. Analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others. Lihat dalam Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education, An Introduction to Theory and Methods, 157. 21
Teknik analisis data yang digunakan untuk dalam penelitian ini menggunakan konsep yang diberikan Miles & Huberman Sparadly yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction,22 data display,23 dan conclusion.24 Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut: Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data Kesimpulankesimpulan: Penarikan/ Verifikasi
Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada
22
Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data dan selanjutnya. Lihat dalam Matthew B. Miles & AS. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), 16. 23 Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. Ibid., 17. 24 Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Ibid., 19.
tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.25 6. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).26 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi, ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara:
(a) mengadakan pengamatan dengan teliti
dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan paradigma belajar dan mengajar di SMKN 2 Ponorogo; (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori.27
25
James P. Spradley, Participant Observation (New York Chicago San Fransisco Dallas Montreal Toronto London Sydney, 1980), 85, 112, 130, 140. 26 Moleong, Metodologi Penelitian, 171. 27 Ibid., 178.
Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik triangulasi dengan pemanfaatan sumber dan penyidik. Teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan:
(a) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Teknik triangulasi dengan penyidik, artinya dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data. 7. Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada 3 (tiga) tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra-lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang
menyangkut persoalan etika penelitian. Tahap ini dilakukan bulan Mei sampai dengan Juli 2009, (2) Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Tahap ini dilakukan bulan Juni sampai dengan Juli 2009, (3) Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data, yaitu bulan Juli 2009, (4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian, yaitu bulan Juli 2009.
Sistematika Pembahasan Mensistematikan suatu pembahasan dimaksudkan untuk memudahkan dan memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam skripsi ini. Untuk mempermudahnya, skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang dilengkapi dengan bahasan-bahasan yang dipaparkan secara sistematis, yaitu: BAB I, yang merupakan ilustrasi tentang skripsi secara keseluruhan, dalam bab ini akan dibahas latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoritik, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. BAB II, yakni mengungkap beberapa pokok bahasan yang meliputi pengertian kepala sekolah, tugas dan peran kepala sekolah, upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru, dan pengertian guru, tugas dan peran guru, pengertian kompetensi profesional, ruang lingkup kompetensi profesional, syarat-syarat guru profesional, serta faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kompetensi profesional.
BAB III, yang terdiri atas data umum yang ada kaitannya dengan lokasi penelitian dan data khusus yang berkaitan dengan rumusan masalah, yaitu data tentang kondisi riil kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam sebelum mengikuti upaya yang dilakukan kepala sekolah di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, dan dampak positif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009. BAB IV, analisis data ini menggambarkan data kualitas yang berfungsi untuk menganalisis data yang relevan yang diperoleh dari penelitian. Pada bab ini akan disajikan analisa data tentang kondisi riil kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam sebelum mengikuti upaya yang dilakukan kepala sekolah di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, analisa data tentang upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, analisa data tentang faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009, dan analisa data tentang dampak positif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009 BAB V, bab ini merupakan akhir penulisan skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian.
BAB II KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
Kepala Sekolah Pengertian Kepala Sekolah Kepala sekolah terdiri dari dua kata yaitu “kepala” dan “sekolah”. Kata “kepala” dapat diartikan “ketua” atau “pemimpin” dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang “sekolah” adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”. Kata “memimpin” dari rumusan tersebut mengandung makna luas, yaitu “kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dalam praktek organisasi kata memimpin, mengandung konotasi: “menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi teladan, memberi dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya”.
Betapa banyak variabel arti yang terkandung dalam kata memimpin memberikan indikasi betapa luas tugas dan peranan kepala sekolah, sebagai seorang pemimpin suatu organisasi yang bersifat kompleks dan unik.28 Tugas dan Peran Kepala Sekolah Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan mengembangkan hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Maka dalam menggerakkan kehidupan sekolah mencapai tujuan sebagai kepala sekolah harus melaksanakan peranannya di antaranya: Kepala sekolah sebagai pejabat formal Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Oleh sebab itu kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.29 Peranan hubungan antar perorangan (interpersonal)30 Peranan ini timbul akibat otoritas formal dari seorang manajer, meliputi: fiqurehead, leadership, dan liasion.
28
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, 83. Ibid., 84-85. 30 Ibid., 90. 29
Fiqurehead Fiqurehead berarti lambang. Sebagai lambang kepala sekolah mempunyai kedudukan yang selalu melekat dengan sekolah. Kepala sekolah dianggap sebagai lambang sekolah. Oleh sebab itu kepala sekolah harus selalu dapat memelihara integritas diri agar peranannya sebagai lambang tidak menodai nama baik sekolah. Kepemimpinan (leadership) Peranan sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga lahir etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan.
Penghubung Kepala sekolah berperan menjadi penghubung antara kepentingan sekolah dengan lingkungan di luar sekolah.
Peranan informasional Kepala sekolah berperan untuk menerima dan menyebarluaskan atau meneruskan informasi kepada guru, staf, siswa dan orang tua. Ada tiga macam peran kepala sekolah sebagai pusat syarat atau informasional yaitu: Sebagai monitor Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan, yaitu adanya informasi-informasi yang berpengaruh terhadap penampilan sekolah.
Sebagai disseminator Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menyebarluaskan dan membagi-bagikan informasi kepada para guru, staf, siswa dan orang tua murid.
Spokesman Kepala sekolah menyebarkan (transmits) informasi kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu. Kepala sekolah sebagai manajer
Manajemen
adalah
proses
merencanakan,
mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.31 Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat yaitu:32 Memberdayakan tenaga kependidilan melalui kerjasama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme
tenaga
kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan harus bersikap demokratis serta memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif).
31 32
Ibid., 91-94. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 103.
Kepala sekolah sebagai pemimpin Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas.33 Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pemimpin yaitu:34 bertanggung jawab agar guru, staf dan siswa menyadari akan tujuan sekolah yang telah ditetapkan; agar guru, staf, dan siswa melaksanakan tugas-tugas dengan penuh kesadaran; kepala sekolah mampu memotivasi setiap guru, staf dan siswa; kepala sekolah harus selalu tampak sebagai sosok yang dihargai, dipercaya, diteladani dan; kepala sekolah harus selalu menjaga memelihara keseimbangan, keserasian antara guru, staf dan siswa; kepala sekolah harus menyadari artinya kepemimpinan; memberikan bimbingan, pembinaan, pengawasan. Kepala sekolah sebagai pendidik Pendidik adalah orang yang mendidik. Sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sebagai seorang pendidik kepala
33 34
Ibid., 115. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, 118.
sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai yaitu:35 Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia. Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, akhlak, dan budi pekerti. Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan kesehatan, penampilan secara lahiriah. Artistik, hal-hal yang berkaitan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Kepala sekolah sebagai administrator Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan di antaranya:36 Mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi pembelajaran, data administrasi BP, data kegiatan pratikum, perpustakaan. Mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam penyusunan data administrasi peserta didik, data kegiatan ekstrakurikuler dan data hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik.
35 36
Ibid., 123-124. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 107-108.
Mengelola administrasi personalia dalam pengembangan data administrasi tenaga guru, data tenaga kependidikan non guru, seperti pegawai tata usaha, perpustakaan, dan sebagainya. Mengelola administrasi sarana dan prasarana. Mengelola administrasi kearsipan surat masuk, surat keluar. Mengelola administrasi keuangan rutin, keuangan yang bersumber
dari
masyarakat dan orang tua peserta didik. Kepala sekolah sebagai staf Kepala sekolah sebagai staf di mana selain sebagai pejabat formal atau sebagai pemimpin formal juga berada di bawah kepemimpinan pejabat lain, baik langsung maupun tidak langsung, yang berperan sebagai atasan kepala sekolah. Oleh sebab itu sebagai bawahan, seorang kepala sekolah juga melakukan tugas-tugas staf, artinya seseorang yang bertugas membantu atasan dalam proses pengelolaan organisasi. Tugas-tugas sebagai staf kepala sekolah hanya dapat berhasil efektif, apabila setiap kepala sekolah menyadari dan memahami peranannya sebagai staf, serta mampu mewujudkan dalam perilaku dan perbuatan.37 Kepala sekolah sebagai motivator Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
37
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, 128-131.
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui:38 Pengaturan lingkungan fisik. Lingkungan yang kondusif akan menumbuhkan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Pengaturan suasana kerja. Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja para tenaga kependidikan. Disiplin. Melalui disiplin diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan produktifitas sekolah. Dorongan. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun yang datang dari lingkungan. Penghargaan. Pelaksanaan penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga mereka memiliki peluang untuk
meraihnya,
kepala sekolah
harus
berusaha
menggunakan
penghargaan secara tepat, efektif dan efisien untuk menghindari dampak negatif yang bisa ditimbulkannya. Kepala sekolah sebagai supervisor Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari
38
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 120-122.
dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukn bagi kemajuan sekolahnya.39 Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan
program
supervisi
untuk
kegiatan
ekstrakurikuler,
pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi non klinis, dan program supervisi kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan pemanfaatan
hasil hasil
supervisi supervisi
pendidikan untuk
harus
diwujudkan
meningkatkan
kinerja
dalam tenaga
kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.40 Upaya-upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kompetensi profesional guru dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut: Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan
39 40
Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), 84. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 111-112.
kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kepala sekolah harus berusaha untuk mencari bea peserta didik bagi para guru yang melanjutkan pendidikan, melalui kerjasama dengan masyarakat, dengan dunia usaha atau kerjasama lain yang tidak mengikat.41 Oteng Sutrisna mengemukakan bahwa program penataran ini harus mampu menjadi wahana untuk meningkatkan efektivitas sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip berikut:42 Program penataran hendaknya ditujukan pada peningkatan perbuatan profesional. Program penataran hendaknya ditandai dengan suasana pemeriksaan profesional. Program penataran hendaknya mendatangkan keterlibatan aktif dengan masalah-masalah penting dalam suasana bebas dan ketentraman psikologis. Program penataran hendaknya menyediakan kesempatan bagi kegiatan inividual dan kelompok dua-duanya. Program penataran hendaknya meliputi program-program yang bersifat percobaan aktif maupun studi mata pelajaran. Program penataran hendaknya tidak diselenggarakan melalui surat perintah administratif dan implikasi yang diikat pada suatu rencana atau sistem penyesuaian gaji hendaknya dihindarkan.
41
Ibid., 100. Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan: dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 66. 42
Program penataran hendaknya meliputi prosedur bagi evaluasi. Peningkatan disiplin43 Rendahnya produktivitas tenaga kependidikan di sekolah baik dalam mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, maupun dalam melakukan pekerjaannya sangat erat kaitannya dengan masalah disiplin. Oleh karena itu, dalam menumbuhkan kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin para tenaga kependidikan dalam melakukan tugasnya di sekolah. Sekolah membuat aturan-aturan yang harus ditaati, khususnya oleh warga sekolah, guru, peserta didik, karyawan dan kepala sekolah. Aturan tersebut meliputi tata tertib waktu masuk dan pulang sekolah, kehadiran di sekolah dan di kelas serta proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dan tata tertib sekolah lainnya. Dengan meningkatnya disiplin, diharapkan dapat meningkatkan efektifitas jam belajar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan meningkatkan iklim belajar yang lebih kondusif untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan dan mencapai hasil belajar peserta didik yang lebih baik. Pembentukan kelompok diskusi profesi44 Kelompok diskusi profesi dapat dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan
yang
kurang
semangat
dalam
melakukan
tugas-tugas
kependidikan di sekolah. Kegiatan diskusi ini, dapat dilakukan di sekolah minimal 1 kali per bulan. Pembentukan kelompok dilakukan oleh para tenaga kependidikan dan dibimbing oleh kepala sekolah. Dalam kegiatan diskusi dapat melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah, atau orang lain yang
43 44
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 80. Ibid., 81.
dianggap ahli dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah dan tenaga kependidikan sehubungan dengan tugas dan fungsinya di sekolah. Untuk keperluan pengembangan kemampuan profesional, setiap tenaga kependidikan dapat menyampaikan hasil diskusi dalam forum yang lebih besar, sehingga terjadi saling tukar pengalaman dan saling membantu bila terjadi
kesulitan.
meningkatkan
Kelompok
motivasi
diskusi
serta
profesi
menambah
ini,
wawasan
khususnya
untuk
seluruh
tenaga
kependidikan di sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Kelompok diskusi profesi ini dapat membuahkan hasil yang memuaskan dilihat dari peningkatan motivasi dan semangat kerja para tenaga kependidikan, dengan demikian hal ini perlu dikembangkan dengan cara mencari model-model pembinaan yang efektif dan efisien. Peningkatan layanan perpustakaan dan penambahan koleksi Salah satu sarana peningkatan kompetensi profesional adalah pengadaan buku pustaka bagi tenaga kependidikan. Pada umumnya sekolah masih memerlukan
buku-buku
bacaan
meningkatkan profesionalisme
wajib
maupun
penunjang
untuk
tenaga kependidikan, serta mendukung
kegiatan belajar peserta didik. Pengadaan buku pustaka perlu diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, termasuk kegiatan MKKS, MGMP, dan mendukung belajar peserta didik. Pengadaan koleksi perpustakaan dapat dimulai dengan melakukan identifikasi buku-buku yang diperlukan oleh guru dan peserta didik serta mencatat buku-buku yang tidak ada atau tidak mencukupi kebutuhan sekolah. Cara ini yang biasanya dilakukan dalam memenuhi kekurangan buku-buku tersebut, antara lain dengan mengadakan kerjasama dengan perpustakaan pada instansi lain yang mempunyai potensi untuk membantu pengadaan buku sekolah atau membeli buku-buku
tersebut
secara
langsung
apabila
tersedia
dana
untuk
pengembangan perpustakaan. Dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah haru berupaya untuk memberikan kesempatan mengikuti pelatihan singkat bagi pengelola perpustakaan untuk dapat menyediakan buku-buku yang
sesuai dengan kebutuhan. Dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja tenaga kependidikan, dan kualitas sekolah, kepala sekolah seperti disarankan Sellis harus memperhatikan hal-hal berikut:45 Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga kependidikan dan peserta didik yang ada di sekolah. Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas. Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas. Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan lembaga atau sekolah. Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat), bahwa terdapat “channel” cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginannya. Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan. Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat. Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah. Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas. Mengembangkan
komitmen
untuk
mencoba
menghilangkan
penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya. Membangun tim kerja yang efektif.
45
Ibid., 84-86.
setiap
Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Mengikutkan guru untuk pembinaan MGMP Pengertian MGMP MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di sanggar. Pengertian musyawarah mencerminkan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru, sedangkan guru mata pelajaran yang dimaksud di sini adalah guru SLTP atau SMU negeri maupun swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab mengelola mata pelajaran yang ditetapkan di dalam kurikulum. Sanggar adalah tempat atau pusat kegiatan MGMP sejenis (guru di Indonesia, 2003 : 565-566).
Tujuan MGMP Adapun tujuan MGMP secara lengkap dapat disebutkan sebagai berikut: Menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam
mempersiapkan,
melaksanakan,
dan
mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar (KBM). Menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan KBM sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan. Mendiskusikan
permasalahan
yang
dihadapi
oleh
guru
dalam
melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari cara penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru, kondisi sekolah dan lingkungan.
Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan keilmuan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelaksanaan kurikulum, metodologi, dan sistem evaluasi sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan meningkatkan profesinya melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) maka guru dituntut untuk bermusyawarah dengan guru yang berbeda sekolahan, untuk itu pengertian musyawarah mencerminkan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru.
Kompetensi Profesional Guru Pengertian Guru Guru mempunyai peranan yang penting dalam proses pendidikan. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Maka pengertian guru secara etimologi berasal dari bahasa India yang artinya orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara.46 Sedangkan secara terminologi adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
46
Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat, 2005), 11.
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.47 Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan khususnya kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.
Tugas dan Peran Guru Tugas Guru Guru sebagai peran utama yang memegang proses belajar mengajar mempunyai tugas baik itu terikat dengan dinas atau di luar dinas tugasnya antara lain: Tugas profesi yang meliputi mendidik, mengajar, melatih dan Drs. Suparlan mengatakan ditambah satu lagi yaitu membimbing. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa,48 dan membimbing berarti memberikan petunjuk atau bimbingan tentang gaya pembelajaran, mencari kekuatan dan kelemahan siswa, memberikan latihan pada siswa, memberi penghargaan, mengenal permasalahan yang
Pasal 1.
47
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Dosen dan Guru, Bab I
48
User, Menjadi Guru yang Profesional, 7.
dihadapi siswa serta menemukan solusinya, membantu untuk menemukan bakat dan minat dan mengenali perbedaan individual siswa.49 Tugas kemanusiaan dengan menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua yang berada di sekolah. Dia harus berpenampilan yang menarik dan selalu memotivasi. Tugas kemasyarakatan yaitu selain di ruang kelas guru juga berperan menjadi guru di luar kelas yaitu mendidik masyarakat menjadi warga negara yang cerdas dan bermoral pancasila.50 Tugas
seorang
guru
menurut
al-Ghazali
adalah
menyempurnakan,
membersihkan, mensucikan serta membawa hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.51 Dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 bab XI tentang pendidik dan kependidikan pasal 39 ayat 2 dijelaskan bahwa pendidik merupakan
tenaga
profesional
yang
bertugas
merencanakan
proses
pembelajaran, menilai, melakukan pembimbingan, pelatihan, serta penilaian dan pengabdian kepada masyarakat terutama pendidik pada perguruan tinggi.52 Peran Seorang Guru
49
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, 36. User, Menjadi Guru yang Profesional, 6. 51 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2006), 90. 52 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab XI Pasal 39, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI: t.t, 2006), 15. 50
Peran guru53 menurut Moh. Uzer terbagi empat macam yaitu: peran dalam proses belajar dan mengajar, peran dalam pengadministrasian, dan peran secara psikologis. Peran dalam proses belajar dan mengajar Seorang guru itu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jalannya proses belajar dan mengajar. Hal ini serupa dengan yang disampaikan oleh Japp Scheerens yang berpendapat bahwa maju mundurnya kualitas dari pendidikan ditentukan oleh guru.54 Guru sebagai demonstrator yaitu guru mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan dengan memahami materi yang diajarkan dan memperagakan apa yang diajarkannya itu sampai anak didik itu betulbetul memiliki apa yang telah diajarkannya. Guru sebagai pengelola kelas yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam KBM dan menciptakan situasi kelas dengan ada rasa aman dan bersifat menantang, sehingga dapat mengembangkan kemampuan siswa dan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif. Guru sebagai mediator dan fasilitator, sebagai mediator guru mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan dan memiliki keterampilan dalam memilih, mengembangkan dan menggunakan media tersebut sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, 53
Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Lihat Moh. User Usman, Menjadi Guru yang Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), 4. 54 Japp Scheerens, Peningkatan Mutu Sekolah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2003), 5.
kemampuan guru serta minat dan kemampuan antar manusia. Dan sebagai fasilitator guru mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar dan mengajar baik itu berupa nara sumber, buku teks maupun yang lainnya. Guru sebagai evaluator yaitu guru setiap satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya melakukan evaluasi, karena dengan penilaian ini guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan dan keefektifan metode mengajar.55 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah peran guru ditambah antara lain: informator yaitu memberi informasi yang sesuai dengan materi pelajaran dan menggunakan bahasa yang baik dan inspirator yaitu guru memberi petunjuk tentang cara belajar yang baik.56 Sedangkan menurut Suparlan peran guru ditambah antara lain educator yaitu mengembangkan kepribadian, membimbing, membina budi
pekerti
dan
memberikan
pengarahan;
supervisor
yaitu
memantau, menilai dan pemberian bimbingan teknis; leader yaitu guru mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, yaitu dengan memberikan kebebasan secara bertanggung 55 56
2000), 43.
User, Menjadi Guru yang Profesional, 9-10. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta,
jawab kepada peserta didik dengan dilatih disiplin dan dinamisator yaitu memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif.57 Peran dalam pengadministrasian Di antara peran guru dalam bidang pengadministrasian antara lain: pengambil inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan, wakil dari masyarakat, penegak disiplin, pelaksana administrasi pendidikan, pemimpin generasi pemuda dan penerjemah bagi masyarakat. Peran secara pribadi Petugas
sosial
yaitu
membantu
kepentingan
masyarakat
dalam
mencerdaskan generasi yang akan datang. Pelajar dan ilmuan, yaitu dengan cara selalu belajar terus menerus dan sebagai orang yang lebih tahu dari muridnya. Orang tua di sekolah, artinya guru mempunyai tanggung jawab sebagaimana orang tua. Pencari teladan, memberikan keteladanan yang baik bagi siswa. Pencari keamanan, yaitu dengan cara mencarikan keamanan bagi siswa. Peran secara psikologis Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut: Ahli psikologi pendidikan, yaitu yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi. Seniman dalam hubungan antara manusia, yaitu mampu membuat hubungan antar manusia dalam hal pendidikan. 57
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, 30.
Pembentuk kelompok yaitu sebagai jalan atau alat dalam pendidikan. Inovator yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan yaitu guru mempunyai semangat dan memberikan strategi dan metode yang baru yang sesuai dengan materi. Petugas kesehatan mental yaitu yang bertanggung jawab terhadap perkembangan mental anak.58 Pengertian Kompetensi Profesional Di era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut mendudukan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan terus menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa (nation character building). Untuk itu, guru sebagai main person harus ditingkatkan kompetensinya terutama kompetensi profesional.59 Adapun yang dimaksud kompetensi adalah a competency as rational, performance wich statis factoraly the objectives for a desired condition, (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).60 Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
58 59
User, Menjadi Guru yang Profesional, 12-13. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), 17.
60
Oemar Hamalik, Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Bandung: Mandar Maju, 1989), 18.
dosen
dijelaskan
bahwa
kompetensi
adalah
seperangkat
pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.61 Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu yang di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tdak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.62 Sedangkan profesional adalah berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. (Dr. Nana Sudjana, 1988). Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal atau dengan kata lain, guru profesional
61 62
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 25. Ibid., 26.
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Agus F. Tamyong, 1987).63 Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. Sementara itu, dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, sebagaimana dikemukakan dalam awal bab di atas, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi
profesional
adalah
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan).64 Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Dalam melaksanakan tugas mengajar dan mendidik seorang guru harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Adapun jenis kompetensi menurut Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 10 Bab IV kompetensi yang harus dimiliki seorang guru dikelompokkan menjadi 4 yaitu:65
63
15.
64
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), 14-
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi, 138 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1,Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI: t.t, 2006), 88. 65
a. Kompetensi paedagogik meliputi memahami landasan kependidikan, memahami teori belajar dan pembelajaran, memahami strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar. b. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. c. Kompetensi sosial yaitu mampu membina hubungan yang harmonis dengan siswa, rekan-rekan seprofesi, tenaga kependidikan, orang tua atau wali murid dan masyarakat. d. Kompetensi menguasai
profesional bahan
meliputi
pengajaran,
menguasai menyusun
landasan
kependidikan,
program
pembelajaran,
melaksanakan program pembelajaran dan menilai hasil dan proses pembelajaran. Dari keterangan di atas kompetensi sebenarnya sama yaitu ada 2 jenis yang meliputi kompetensi profesional dan kompetensi diri yang meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial. Dari keterangan di atas, di sini peneliti hanya akan menjelaskan salah satu ruang lingkup dari keempat kompetensi di atas yaitu kompetensi profesional. Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut:66 Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. 66
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi, 135-138.
Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik yang meliputi memahami fungsi pengembangan peserta didik, menyelenggarakan ekstrakurikuler (eskul) dalam rangka pengembangan peserta didik dan menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, yang meliputi menguasai bahan pembelajaran dan menguasai bahan pendalaman (pengayaan). Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan, yang meliputi memilih dan menggunakan media pembelajaran, membuat alat-alat pembelajaran, menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran, mengembangkan laboratorium, menggunakan
perpustakaan
dalam
pembelajaran
dan
menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran, yang meliputi merumuskan tujuan, menjabarkan kompetensi dasar, memilih dan menggunakan metode pembelajaran, memilih dan menyusun prosedur pembelajaran, melaksanakan pembelajaran. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik, yang meliputi memberikan contoh perilaku keteladanan, mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran.
Syarat Menjadi Guru Profesional Sebagai pengajar dan pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.67 Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru profesional diperlukan syarat-syarat khusus yaitu:68 Fisik Sehat jasmani dan rohani. Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik. Mental atau kepribadian Berkepribadian atau berjiwa Pancasila. Mampu menghayati GBHN. Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik. Berbudi pekerti yang luhur. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal. 67 68
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, 5. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, 37-38.
Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa. Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab besar akan tugasnya. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. Bersifat terbuka, peka, dan inovatif. Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya. Ketaatannya akan disiplin. Memiliki sense of humor. Keilmiahan atau pengetahuan Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik. Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. Senang membaca buku-buku ilmiah. Mampu
memecahkan
persoalan
secara
sistematis,
terutama
yang
berhubungan dengan bidang studi. Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar. Keterampilan Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar. Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.
Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP). Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan. Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru. Karakteristik Kompetensi Guru Dalam uraian di atas telah dijelaskan, bahwa jabatan guru adalah suatu jabatan profesi. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang melakukan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian tersebut, telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensikompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaikbaiknya. Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila: Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawabnya dengan sebaikbaiknya. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah.
Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.69 Guru dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain.70 Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai materi harus dilakukan secara terus menerus baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan dalam Undang-undang Sisdiknas bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan kualitas pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa faktor pendukung dan penghambat. Di antara faktor pendukungnya adalah:
Motivasi guru Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.71 Motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat 69
Ibid., 38. Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidikan (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 30. 71 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 158. 70
menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektifitas kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam bentuk fisiknya, tetapi juga psikisnya, misalnya motivasi. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas kerja, perlu diperhatikan motivasi pada tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Berdasarkan pengertian motivasi tersebut, pada prinsipnya motivasi adalah hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis motivasi yaitu intrinsik dan ekstrinsik (Owen Cs, 1981). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang, misalnya tenaga kependidikan melakukan suatu kegiatan karena ingin menguasai suatu keterampilan tertentu yang dipandang akan berguna dalam pekerjaannya. Motivasi ekstrinsik berasal dari lingkungan di luar diri seseorang, misalnya tenaga kependidikan bekerja karena ingin mendapat pujian atau ingin mendapat hadiah dari pemimpinnya.72 Dana Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan, tetapi bukan pemegang peranan utama. Di mana dunia pendidikan adalah lembaga yang berkewajiban mengembangkan individu manusia. Sebagai tempat 72
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 143-144.
pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama seperti halnya di dunia bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegang peran yang cukup menentukan. Sebab tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan berjalan dengan baik dan lancar, maka fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Ekonomi pendidikan sama fungsinya dengan sumber-sumber pendidikan yang lain, seperti guru, kurikulum, alat peraga dan sebagainya.73 Pengelolaan ekonomi pendidikan mencakup mencari sumber dana tambahan dan menerima dari pemerintah, menyimpan dana, merencanakan penggunaannya, memakai dana, mengawasi pemakaian sehingga mencapai tujuan secara efisien. Yang bertugas mengelola ekonomi pendidikan ini adalah administrator atau pemimpin lembaga pendidikan yang dibantu oleh badan perencana dan bendahara. Perencanaan yang tepat dan pelaksanaan pemakaian dana yang sering diawasi dapat membuat pembiayaan pendidikan efisien. Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas dalam hal-hal berikut:74 Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan ditemukan di lapangan, seperti: Prasarana Sarana Media 73
Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 243-246. 74 Ibid., 247.
Alat belajar atau peraga Barang habis pakai Materi pelajaran Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi, dan radio. Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan, perayaan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah, dan sebagainya. Untuk
materi
pelajaran
pendidikan
ekonomi
sederhana,
agar bisa
mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti: Hidup hemat Bersikap efisien Memiliki keterampilan produktif Memiliki etos kerja Mengerti prinsip-prinsip ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan. Meningkatkan motivasi kerja. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja. Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat dan usaha lembaga itu sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu:75
75
Ibid., 249.
1) Dana rutin, ialah dana dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya. 2) Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunanpembangunan dalam berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan di sini adalah membangun yang belum ada, seperti prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan sebagainya. 3) Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu. 4) Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas. Faktor penghambat upaya peningkatan kompetensi profesional guru adalah
mempertimbangkan
faktor
internal
dan
eksternal.
Pemilihan
profesionalisasi kadang-kadang terhambat oleh faktor-faktor yang kurang dimengerti oleh personil guru. Untuk inilah maka kiranya perlu diketahui beberapa faktor yang berpengaruh yang sudah dikemukakan pada bab sebelum ini. Hanya kekurangannya, yang banyak disoroti dalam bab tersebut adalah faktor-faktor internal yang diperkirakan berpengaruh terhadap pembentukan guru terutama yang dapat melatarbelakangi penampilannya sebagai pengelola proses pembelajaran. Pada bab ini tinjauan terhadap faktor-faktor tersebut akan diperluas bukan saja faktor-faktor internal tetapi juga faktor-faktor eksternal.
Yang
dimaksud
dengan
faktor
eksternal
dalam
pembicaraan
profesionalisasi guru ini adalah sesuatu yang dapat berpengaruh terhadap tingkat profesionalitas guru seseorang yang berasal dari luar dirinya. Dalam hal ini penulis melihat adanya dua sumber faktor, yaitu (1) institusi tempat individu dipersiapkan, dan (2) kesempatan yang ada bagi individu yang dapat mendukung individu tersebut bagi pengembangan profesionalitas, misalnya ada tidaknya organisasi profesi yang dapat dimasuki, ada tidaknya lapangan kerja baginya untuk menggeluti bidang studi dan keahliannya, dan ada atau tidaknya kesempatan dan waktu baginya untuk melaksanakan peningkatan keahliannya. Ada kesempatan, misalnya tempat tinggalnya dekat sekolah atau kursus, mempunyai uang untuk berlangganan surat kabar atau majalah, sempat bertemu dengan
pakar-pakar yang dapat memberikan bimbingan, dan kesempatan-
kesempatan lain. Meskipun mempunyai kesempatan, jika mereka sibuk dengan tugas-tugas lain, tentu tidak terpikir untuk mengembangkan profesinya. Satu lagi faktor penting yang harus terpenuhi yaitu: waktu. Meskipun tersedia kesempatan secara luas karena tempat tinggalnya dekat dengan beberapa perguruan tinggi, tetangganya atau teman bergaul memiliki kemampuan beraneka ragam dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan profesinya, namun jika padanya tidak tersedia waktu untuk mengikuti pendidikan ataupun berhandai-handai dengan para pakar di dekat rumahnya, maka pengembangan profesi untuk dirinya tidak mungkin terjadi.76
76
1993), 254.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusia (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
BAB III TEMUAN PENELITIAN
Data Umum 1. Letak Geografis SMKN 2 Ponorogo77 Pada bagian ini kami akan memberikan informasi secara umum tentang keadaan lingkungan SMKN 2 Ponorogo. Identitas sekolah: Nama sekolah : SMKN 2 Ponorogo Alamat
: Jl. Laksamana Yos Sudarso No. 21 A Telp. 0352-481922. Fax. 0352-488271
Kabupaten/kota
: Ponorogo
Propinsi
: Jawa Timur
Letak SMKN 2 Ponorogo cukup strategis berada tidak jauh dari pusat pemerintahan kota Ponorogo dan dekat alon-alon kota Ponorogo, dan sangat mudah dijangkau dengan kendaraan umum.
2. Sejarah Singkat Berdirinya SMKN 2 Ponorogo78 Keberadaan SMKN 2 Ponorogo awalnya diprakarsai oleh ibu-ibu Dharma Wanita Unit Kantor Depdikbud Kabupaten Ponorogo dengan mendirikan SMKK Dharma Wanita di Ponorogo tanggal 2 Februari 1978 dengan Jurusan Boga, dan jumlah siswa angkatan pertama 36 orang, dengan kepala sekolah Ibu Ny. R. R. Soenarjo. Mengingat semakin banyaknya peminat dan sambutan masyarakat yang begitu besar maka pada tanggal 25 Juli 1981 mendapat status sekolah negeri dari pemerintah dengan nama SMKK Negeri melalui SK Menteri Pendidikan dengan nomor 0236/C/1981, berisi tentang penegerian, dengan Jurusan Jasa Boga dan Tata Busana. Pada tanggal 5 Desember 1983 mendapatkan SK No. 9803/104.1.2/C1.83/SK tentang penunjukan kepala sekolah atas nama Ny. S. Hendro Soegito mulai tahun 1980. Beliau menjabat kepala sekolah sampai 1990. Pada tahun 1990 sampai dengan 1993 sebagai kepala sekolah Dra. Hartini tidak mengalami perubahan jurusan dan pada tahun 1993 sampai dengan 1998 sebagai kepala sekolah Dra. Prasetyaningsih berdasar SK Nomor 8/089/A2.12/C/1993, tanggal 31 Desember 1993 tentang penunjukan kepala sekolah, pada era ini mengalami penambahan satu jurusan yaitu Jurusan Tata Kecantikan Rambut. Pada saat itu juga menyesuaikan dengan undang-undang pendidikan nasional dan peraturan pemerintah nasional dan peraturan pemerintah No. 29 tahun 1990, nama SMKK dirubah menjadi SMKN 2 Ponorogo.
ini. ini.
77
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/1-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
78
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/1-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
Kemudian pada tahun 1998 sampai dengan 2007 awal (bulan Januari) kepala sekolah dijabat oleh Drs. Dwikorahadi Meinanda, MM. Berdasarkan SK dari Kakanwil Dinas P dan K Propinsi Jawa Timur atas nama menteri pendidikan nasional No. 36865/04/104/KP/2000, tanggal 15 April tahun 2000 tentang penugasan bagi guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Kemudian pada tahun 2008 (bulan Januari) sampai sekarang kepala sekolah dijabat oleh Drs. Udi Tyas Arinto, MM. Berdasarkan SK Bupati No. 821.2/04/405.56/2007, tanggal 2 Januari 2007 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah. Sesuai dengan tujuan institusi SMKN 2 Ponorogo mempersiapkan siswa menjadi tenaga pelaksanaan tingkat menengah yang terampil, terlatih sesuai dengan program studi yang dipilihnya serta dapat menerapkan kemampuannya untuk berwiraswasta atau bekerja mandiri, didukung dengan tenaga pendidik 57 orang, tenaga administrasi 20 orang, siswa 733 orang, mulai tahun 2002 ditetapkan sebagai ETC (English Testing Center) untuk wilayah Kabupaten Ponorogo.
3. Visi, Misi dan Tujuan SMKN 2 Ponorogo79 Visi SMKN 2 Ponorogo Menjadi pusat pendidikan dan pelatihan bidang keahlian Tata Boga, Tata Busana, Tata Kecantikan yang menghasilkan tamatan profesional dan mempunyai kompetensi standar nasional. Misi SMKN 2 Ponorogo Meningkatkan proses program keahlian dengan pedoman standar kompetensi nasional. Meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris, matematika dan Bahasa Indonesia sesuai dengan kriteria SMK berstandar nasional. Memberdayakan bursa kerja dalam rangka pemasaran tamatan sesuai dengan pangsa pasar. Tujuan Sekolah SMKN 2 Ponorogo Menghasilkan tamatan yang profesional di bidangnya. Menghasilkan tamatan yang memiliki keunggulan, komperatif dan kompetitif di bidangnya.
79
ini.
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/1-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
Menghasilkan tamatan yang memiliki wawasan keilmuan yang luas dan inovatif. Menjadikan sekolah sebagai pusat informasi dan layanan masyarakat di bidang pendidikan dan pelatihan. Meningkatkan peran serta holder dalam pengembangan program sekolah. Terbentuknya SDM di bidang Tata Boga, Tata Busana, Tata Kecantikan yang profesional yang memiliki kemampuan komunitas dan teknologi komunitas.
4. Keadaan Guru dan Murid SMKN 2 Ponorogo80 Keadaan Guru Berdasarkan data terakhir, jumlah tenaga guru di SMKN 2 Ponorogo sebanyak 56 orang, kepala sekolah 1 orang. Lama mengajar guru SMKN 2 Ponorogo bervariasi. Guru-guru tersebut ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang memadai, yakni berasal dari sarjana pendidikan yang sesuai dengan bidangnya. (Daftar keadaan guru terlampir). Keadaan Siswa
80
ini.
No
Jurusan
1. 2. 3.
Pariwisata Tata Kecantikan Tata Busana
L 5 2
Kelas X P Jml 67 72 72 72 106 108
Kelas XI Kelas XII L P Jml L P Jml 3 65 68 - 64 64 - 60 60 - 62 62 - 96 96 - 87 87
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/1-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
5. Struktur Organisasi81 SMKN 2 Ponorogo berada di bawah naungan Departeman Nasional SMKN 2 Ponorogo dipimpin oleh kepala sekolah yang membawahi bidang-bidang antara lain komite sekolah, tata usaha, waka kurikulum, waka humas, waka kesiswaan, waka sarana.
Kepala Sekolah
Komite Sekolah Koor TU
Waka Waka Kurikulum Humas Kabid Kabid T. Boga T. Busana Sekretaris T. Busana
6.
Waka Waka Kesiswaan Sarana Kabid Kabid Kord T. Kecant Normad BP/BK Prodi Prodi Normatif Adaptif Prodi Prodi Prodi Kecant Prodi Kecant 82 Restaurant Personalia Patiseri Rambut 2 Ponorogo Kulit Susunan SMKN Kepala Sekolah
: Koord. Tata Usaha Bendahara Rutin
Drs. Udi Tyas Arinto, MM : :
Sunaryah, SH Sunaryah, SH
Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan Urusan Kurikulum Urusan Sarana Prasarana Urusan Humas Bimbingan dan Konseling BK Kelas I
: Maskuri, S.Pd : Dra. Siti Rahayu : Rahayu Rahmawati, S.Pd : Drs. Eko Herry S, M.Pd
Koordinator dan Petugas BK : Endang Sri W, S.Pd : Sri Sunarti, S.Pd
BK Kelas II
:
Endang Sri W, S.Pd
BK Kelas III
:
Drs. Eko Herry S, M.Pd
Wali Kelas
ini. ini.
81
Lihat transkrip wawancara nomor: 11/W-04/1-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
82
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/1-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama Rina Pidriana, S.Si Endang HP, BA Dyah Rahayu P, S.Pd Sujono, S.Pd Anis Mahmuda, S.Pd Hanik Musyarofah, A.Md Mariyati, S.Pd Dyah Retno Sulistyani, S.Pd Faizah Hidayati, S.Pd Dra. Martutik K Dra. Nurlinda Sri Nurwati, SP Nurhadi, S.Ag Yunawati Fauziah, S.Pd Endah Trapsilawati N, S.Pd Farina Hanim Handayani, S.Pd Dra. Khuriyatie Nila Mawarti, S.Pd Feftina Herawati, S.Pd Hidayantun Nafiah, S.Pd Sirmad, S.Pd
Wali Kelas X Rst X Pat X B1 X B2 X B3 X TKr X TKk II A1 II A2 II B1 II B2 II B3 II TKr II TKk III A1 III A2 III B1 III B2 III B3 III C1 III C2
Guru Piket No
Hari
1.
Senin
2.
Selasa
3.
Rabu
4.
Kamis
5.
Jum’at
Nama 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4.
Maskuri, S. Pd Endang Sri W, S.Pd Supraptini Wiwik Suryani Wiji Wati, S.Pd Dra. Christina Eka W Drs. Eko HS, M.Pd Sri Sunarti, S.Pd Endang Sulis Umi Pujihariati, S.Pd Djuniharti, S.Pd Dra. Christina Eka W Dra. Siti Rahayu Endang Sri W, S.Pd Supraptini Wiwik Suryani Sri Sumaryana, S.Pd Dra. Dwi Utami Dra Sumarmidayani Sri Sunarti, S.Pd Supraptini Umi Pujihariati, S.Pd Wiji Wati, S.Pd Dra. Dwi Utama Rahayu R, S.Pd Endang Sulis Dra. Tri Nurida Djuniharti, S.Pd
6.
Sabtu
5. 1. 2. 3. 4. 5.
Sudarwati, S.Pd Dra. Eko H. S, M.Pd Endang Sulis Dra. Tri Nurida Sri Sumaryana, S.Pd Sudarwati, S.Pd
Pembina Ekstrakurikuler Pembina Ekstra Pramuka
: Kholil Qusaini
Pembina Ekstra PMR
: Kholil Anam
Pembina Tari
: Sri Wahyuni
Pembina Olah Raga
: Sujono, S.Pd
Guru Pembina Pramuka
: Sirmad, S.Pd
Guru Pembina PMR/UKS
: Endang Sri Winarni
Guru Pembina Seni Budaya
: Dra. Dwi Utami
Guru Pembina PHBA
: Dra. Khuriyatie
Guru Pembina PHBN
: Nurhadi, S.Ag
Guru Pembina Olah Raga
: Sujono, S.Pd
Guru Pembina CDI
: H. Djunaidy, S.Pd
Drs. Setyo Budi Sudarsono
7. Pembagian Tugas dalam Proses Belajar Mengajar SMKN 2 Ponorogo83 Di SMKN 2 Ponorogo tiap-tiap bagian mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan bidang yang dibawahinya. Pembagian tugas tiaptiap bagian meliputi: kepala sekolah bertanggung jawab pada kepala dinas pendidikan kota pelanggan, waka kurikulum, waka humas, waka sarana, kabid
83
ini.
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/1-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
tata boga, kabid tata busana, kabid tata kecantikan, kabid adaptif normatif dan BP bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
8. Sarana dan Prasarana SMKN 2 Ponorogo84 Ruang
Sarana dan Prasarana 1. Brangkas 2. Meja 3. Kursi 4. Meja komputer 5. Lemaris ES Kepala 6. Kipas angin Sekolah 7. Dispenser 8. Internet 9. CPU 10. Pesawat telpon 11. Piala 1. White board 2. Kursi 3. Lemari 4. Televisi Guru 5. Kipas angin 6. Cassette recorder
UKS
Tata Usaha
84
ini.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
White board Lemari Kursi Timbangan Tempat tidur Meja Stetoscope Tensi meter Mesin ketik Lemari besi White board Meja tulis Meja sekolah Kursi
Ruang
Sanggar Kecantikan
Sarana dan Prasarana 1. Lemari 2. Rak kayu 3. Meja 4. Kursi 5. Lemari es
1. 2. 3. Tata Boga/ 4. Dapur 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. Gudang 4. Sheet 5. 6. 7.
Ruang Drumb Band
Papan tulis Meja Kursi Kompor minyak Lemari es Kompor gas Tabung pemadam api Mixer Lemari besi Rak besi Rak kayu Meja kayu Kursi besi Loudspecker Tiang bendera
1. Gitar 2. Alat musik
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/1-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
Sanggar Busana
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
White board Rak kayu Kursi tamu Kipas angin Lemari kayu Meja tulis Mesin jahit
Data Khusus Kondisi Riil Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Sebelum Mengikuti Upaya yang Dilakukan Kepala Sekolah di SMK Negeri 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2008/2009 Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut mendudukan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan secara terus menerus. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Sedangkan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nurhadi selaku guru Pendidikan Agama Islam SMKN 2 Ponorogo sebagai berikut: Kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di sini ya sesuai dengan profesinya dan seorang guru itu ya harus memahami semua materi ajar atau semua kompetensi dasar yang menjadi tanggung jawabnya.85
Untuk mengetahui kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yakni yang berhubungan dengan ruang lingkup atau indikator kompetensi profesional sebagai berikut: 85
Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis, psikologis, dan sosiologis, yang meliputi mengenal tujuan pendidikan, mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat, mengenal prinsip-prinsip psikologis pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana penjelasan Bapak Nurhadi sebagai berikut: Bahwa dalam proses belajar mengajar di kelas yang menjadi tujuan pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah menyadarkan anak untuk sadar berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang kemudian peserta didik bisa berkembang.86
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibu Khuriyatie selaku guru Pendidikan Agama Islam SMKN 2 Ponorogo sebagai berikut: Ya... peserta didik dalam belajar Pendidikan Agama Islam yang saya tekankan adalah bisa percaya pada Tuhan Yang Maha Esa dan dapat menerapkan atau melaksanakan perintah Allah dalam kehidupan sehari-hari.87
Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik yang meliputi mengembangkan teori-teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik dan mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik. Seperti hasil wawancara dengan Ibu Khuriyatie selaku guru Pendidikan Agama Islam bahwa: Taraf perkembangan untuk anak SMK itu sudah persepsi atau pendapat dari hasil pikiran anak. Saya sering mengajar itu anak-anak saya beri suatu masalah yang ada kaitannya dengan teori kemudian anak-anak memberikan solusi atas masalah tersebut berdasarkan pendapatnya.88
Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan
86
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 87 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W-03/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 88 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W-03/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan
mengajar
tertentu,
tetapi
merupakan
penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata seperti hasil wawancara dengan Bapak Nurhadi sebagai berikut: Ya… secara teori seorang guru harus paham, bisa menerapkan dan bisa dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.89
Memahami hal tersebut, nampak jelas bahwa guru harus dapat mempunyai kompetensi profesional dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi Metode mengajar merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan mengajar makin tepat metode yang digunakan maka makin efektif dan efisien kegiatan belajar mengajar yang dilakukan antar guru dan siswa pada akhirnya akan mengantarkan keberhasilan atau tujuan yang hendak dicapai. Sebagaimana penjelasan Bapak Nurhadi sebagai berikut: Bahwa sebelum saya mengikuti pembinaan dan MGMP itu metode yang saya pakai dalam proses pengajaran hanya menggunakan satu metode yaitu ceramah saja, karena dulu itu yang penting siswa mengetahui, tapi sekarang tuntutan zaman maka siswa mempunyai potensi untuk mengeluarkan ide atau pendapat dan harus paham materi, tetapi setelah saya mengikuti MGMP metode yang dipakai tidak mungkin hanya satu metode saja tapi harus bervariasai dan itu harus dipilih dengan tepat sesuai materi agar pembelajaran berjalan dengan baik dan tercapai tujuannya. Kalau yang sering saya pakai ceramah, pretest kemudian problem solving, tanya jawab.90
Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan
89
Lihat transkrip wawancara nomor: 06/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 90 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
Media pengajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesan pengajaran dari sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Nurhadi yaitu: Ya… saya dalam menggunakan alat, media dan sumber belajar hanya buku paket, LKS dan al-Qur'an saja. Buku paket itu aja anak-anak tidak punya, anak-anak hanya mempunyai LKS.91
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibu Khuriyatie sebagai berikut: Anak-anak itu tidak mampu untuk membeli buku paket karena juga faktor banyaknya praktek yang harus mereka jalani jadi kami mewajibkan LKS saja. Buku paket tidak wajib. Buku paket saya gunakan sebagai penunjang atau tambahan materi jika di LKS tidak ada.92
Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran yang meliputi menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar, memilih media dan memanfaatkan sumber belajar, menciptakan iklim belajar mengajar, mengatur ruangan, mengelola interaksi belajar mengajar. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Nurhadi sebagai berikut: Program pembelajaran, silabus, prota, promes itu selalu kami buat sebelum proses belajar mengajar kami lakukan biasanya ketika anak-anak libur semester itu ada pertemuan membahas perangkat pembelajaran tersebut setelah selesai ditanda tangani oleh kepala sekolah dan pada waktu saya akan mengajar RPP itu saya praktekkan di dalam kelas.93
Dengan adanya perencanaan seperti di atas diharapkan tercapainya tujuan pembelajaran yang sesuai dengan visi dan misi sekolahan tersebut. Mampu melaksanakan evaluasi hasil peserta didik
91
Lihat transkrip wawancara nomor: 06/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 92 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W-03/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 93 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru harus mengadakan evaluasi. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK) nya dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Nurhadi sebagai berikut: Saya mengadakan evaluasi setiap kompetensi dasar. Di mana setelah pembelajaran selesai langsung minggu depan saya adakan ulangan karena anak-anak masih ingat pelajaran itu atau masih anget-angetnya di otak. Jadi anak-anak mudah ingat dan tidak lupa. Sedangkan untuk semester saya mengadakan ujian tulis dan ujian praktek.94
Dengan begitu suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran
dinyatakan
berhasil
apabila
hasilnya
memenuhi
tujuan
instrukisonal khusus dari bahan tersebut. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Nurhadi bahwa: Untuk menumbuhkan kepribadian peserta didik saya selalu memberi motivasi untuk belajar dan untuk selalu berbuat baik. Karena berbuat baik itu pasti ada untungnya dan tidak ada ruginya.95
Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam SMKN 2 Ponorogo Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan Supriadi (1998:346) dalam bukunya Mulyasa yang berjudul Menjadi Kepala Sekolah Profesional “bahwa erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah,
94
Lihat transkrip wawancara nomor: 07/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 95 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.96 Dan juga kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Maka keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas
dan prestasi kerja dapat
dilakukan dengan meningkatan kompetensi profesional guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya di dalam proses belajar mengajar dalam kelas yakni untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan sekolahan. Perspektif ke depan mengisyaratkan bahwa kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai figur dan mediator bagi perkembangan masyarakat dan lingkungannya. Sebagai educator, kepala sekolah juga harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dan prestasi belajar peserta didik salah satunya mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru, memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan secara teratur, dan sebagainya.
96
Mulyasa,Menjadi Kepa,la Sekolah Profesional, 24.
Seperti halnya hasil wawancara dengan Bapak Udi Tyas Arinto selaku kepala sekolah SMKN 2 Ponorogo sebagai berikut: Saya sebagai kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di antaranya guru Pendidikan Agama Islam mengikuti musyawarah guru mata pelajaran se kabupaten itu setiap satu bulan sekali, mengikutkan guru Pendidikan Agama Islam penataran di tingkat propinsi, mengikutkan guru Pendidikan Agama Islam pembinaan-pembinaan di diknas, pembinaan dari sekolahan setiap hari senin dan adanya kedisiplinan guru-guru ketika datang ke sekolahan (absensi masuk) serta guru Pendidikan Agama Islam melakukan pengembangan-pengembangan yang bersifat individu. Saya juga berusaha untuk menambah koleksi buku yang berkaitan dengan agama di perpustakaan.97
Berdasarkan langkah-langkah upaya kepala sekolah tersebut, sekolah bersama-sama dengan semua unsur-unsurnya termasuk komite sekolah dapat membuat rencana dan program-program untuk merealisasikan rencana dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Peningkatan kompetensi profesional guru perlu dilaksanakan secara terus menerus dan terencana agar mutu pendidikan dapat meningkat dan dapat berkembang maju sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan perkembangan zaman. Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan kompetensi profesional guru ke arah peningkatan prestasi belajar peserta didik. Untuk itu, kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan, maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini strategi kepemimpinan yang dilaksanakan menjadi sangat penting, karena laju perkembangan kegiatan atau program pendidikan yang ada
97
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W-01/F-2/1-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
pada setiap sekolah ditentukan oleh arahan, bimbingan serta visi yang ingin dicapai sekolah. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, jajaran pimpinan pada dinas pendidikan termasuk kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan masingmasing yang sangat mempengaruhi kinerja para guru di lingkungan kerjanya masing-masing. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah menuju tujuannya. Salah stau tujuan yang hendak ditempuh kepala sekolah adalah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan kompetensi profesional guru. Di samping itu ada beberapa faktor yang turut menentukan peningkatan kompetensi profesional guru. Menurut Bapak Udi Tyas Arinto, selaku kepala sekolah SMKN 2 Ponorogo bahwa faktor pendukung dalam meningkatkan kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut: Ya… guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi profesional yakni dalam menguasai bahan ajar atau materi itu yang pasti kami menyediakan dana untuk mengikuti penataran-penataran, kami selalu memotivasi untuk bersekolah lagi, adanya kesempatan atau undangan untuk mengikuti penataran, arus informasi yang selalu kami peroleh dari lembaga lain atau guru lain kemudian kemampuan potensional yang guru Pendidikan Agama Islam miliki.98
Adapun mengenai faktor penghambat dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo dari hasil wawancara dengan Bapak Udi Tyas Arinto adalah sebagai berikut: 98
Lihat transkrip wawancara nomor: 02/W-01/F-3/1-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
Penghambatnya di antaranya cara guru Pendidikan Agama Islam mengatur waktu untuk keluarga, contohnya kita diundang penataran selama berhari-hari misalnya 3 hari, tapi kadang-kadang ada guru yang tidak bisa mengikutinya karena anaknya yang masih kecil atau ada urusan keluarga dan terbatasnya arus informasi yang kami terima serta skala prioritas yang diundang untuk Kabupaten Ponorogo.99
Maka dari hasil wawancara di atas bahwa setiap guru atau tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang berbeda satu sama lain, sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar
mereka
dapat
memanfaatkan
waktu
untuk
meningkatkan
profesionalismenya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi dalam kondisi psikisnya, misalnya motivasi. Oleh karena itu untuk meningkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah harus memperhatikan motivasi para tenaga kependidikan atau guru dan faktor-faktor lain yang berpengaruh. Dampak Positif dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Tugas Mengajar di SMKN 2 Ponorogo Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan dan guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses pendidikan. Selain itu guru mengemban tugas-tugas sosiokultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda sesuai dengan citacita bangsa. 99
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/W-01/F-3/1-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
Mengingat peran dan tugas guru yang sangat besar maka kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik memerlukan seorang guru yang mempunyai kompetensi profesional yang salah satu upaya kepala sekolah adalah mengikutsertakan guru Pendidikan Agama Islam dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang itu sangat memberikan perbaikan mutu dalam meningkatkan prestasi belajar anak, seperti hasil wawancara dengan Ibu Khuriyatie sebagai berikut: Bahwa setelah saya mengikuti beberapa penataran, pembinaan, saya mendapatkan berbagai macam metode yang itu dapat saya gunakan untuk menunjang proses mengajar di dalam kelas kemudian siswa menjadi aktif, saya juga mendapatkan ilmu yang di dalam buku paket tidak ada dan itu juga saya sampaikan pada siswa-siswi. Contoh mengatasi kenakalan remaja dan pembinaan tersebut sebagai forum silaturahmi serta sebagai tempat atau sarana untuk bertukar pengalaman mengenai mendidik dan mengajar para siswa.100
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Nurhadi sebagai berikut: Ya… setelah saya mengikuti beberapa pembinaan khususnya MGMP saya mendapatkan berbagai pengetahuan yakni di antaranya sebagai koreksi dari prota, promes, silabus, RPP, itu sangat membantu saya dalam mengerjakan perangkat pembelajaran tersebut dan juga sebagai inovasi pendidikan serta berbagai macam metode saya ketahui.101
Sehubungan dengan itu, fungsi pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak diperlukan, untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja tenaga kependidikan untuk menjadi tenaga kependidikan yang profesional yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
100
Lihat transkrip wawancara nomor: 10/W-03/F-4/1-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 101 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/W-02/F-4/1-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
BAB IV ANALISIS DATA UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMKN 2 PONOROGO TAHUN AJARAN 2008/2009
A. Analisis Data Tentang Kondisi Riil Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Sebelum Mengikuti Upaya yang Dilakukan Kepala Sekolah di SMK Negeri 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2008/2009 Dalam setiap studi tentang ilmu kependidikan, persoalan yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru senantiasa disinggung, bahkan menjadi salah satu pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu kependidikan yang begitu luas dan kompleks. Secara gamblang dapat kita lihat, bahwa program pendidikan guru mendapat prioritas pertama dalam program pembangunan pendidikan di negara kita. Maka sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Dan guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses pendidikan. Selain itu guru mengemban tugas-tugas sosio kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda sesuai dengan cita-cita bangsa. Dalam bab II dijelaskan pada bukunya Suparlan yang berjudul guru sebagai profesi bahwa guru mempunyai peranan yang penting dalam proses pendidikan, berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengingat begitu besar tugas dan tanggung jawab seorang guru, maka guru merupakan profesi atau jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Dengan demikian pekerjaan itu tidak untuk sembarang orang, maka seorang guru harus mengikuti pembinaan dan pengembangan di sebuah LPTK agar menjadi seorang guru yang berkompetensi profesional, yang nantinya dapat berhasil di dalam proses mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam bab II dijelaskan dalam bukunya Sudarwan Danim pada buku yang berjudul inovasi pendidikan dalam upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan bahwa seorang guru yang memiliki kompetensi profesional juga harus didukung dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Untuk itu pihak sekolah berusaha untuk memberikan tanggung jawab kepada guru untuk mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Begitu juga guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo juga mempunyai latar pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan pada muridnya, terutama dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.102 Adapun analisis tentang kondisi riil kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam sebelum mengikuti upaya yang dilakukan kepala sekolah di SMK Negeri 2 Ponorogo sebagaimana deskripsi dalam bab tiga sebagai berikut:
102
Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W-02/F-1/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. Belum mengerti, menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. Belum mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. Dari uraian di atas bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo dalam melaksanakan tugas mengajar dan mendidik sudah memenuhi persyaratan khusus menjadi seorang guru berprofesional terbukti secara fisik, mental atau kepribadian, keilmuan atau pengetahuan dan keterampilan sudah sesuai dengan syarat menjadi guru yang profesional. Kemudian jika dilihat dari persyaratan mengenai kompetensi profesional yang berhubungan dengan ruang lingkup kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar, mampu mengorganisasikan, melaksanakan program pembelajaran kemudian mampu mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya dan sebagainya, tetapi sebagian ruang lingkup kompetensi profesional tersebut belum dilaksanakan yaitu belum menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, dan juga guru belum mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. Dengan melihat hal tersebut bahwa proses belajar mengajar sangat terganggu karena penggunaan metode yang bervariasi mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan, bahwa metode sebagai seni. Dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibandingkan dengan materi sendiri. Adapun sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang sesungguhnya tidak terlalu menarik. Dengan melihat fenomena tersebut bahwa kondisi riil kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo belum bisa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan, maka untuk mewujudkan cita-cita sekolah yakni peserta didik dapat mencapai prestasi yang tinggi dan mampu bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, seorang guru harus berusaha mencapai semua kompetensi khususnya kompetensi profesional dalam menguasai materi secara mendalam dan luas dan peserta didik mampu menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam yang akhirnya bisa mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Analisis Data Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional
Guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo Tahun
Ajaran 2008/2009 Setiap manusia diperintahkan untuk mencari ilmu, karena dengan ilmulah manusia terangkat derajatnya. Untuk itu dalam realitanya banyak institusi yang berusaha untuk menyelenggarakan pendidikan sebaik mungkin guna mencerdaskan manusia. Sekolah termasuk lembaga yang menyelenggarakan pendidikan yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah, kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Karena betapa penting peranan kepala sekolah dalam menggerakkan kehidupan sekolah mencapai tujuan. Salah satu tujuannya adalah kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf guru dan siswa. Dalam bab II dijelaskan bahwa kepala sekolah sudah seharusnya menyadari akan kewajibannya dalam melaksanakan tugas-tugas administrasi kependidikan di mana ia harus bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Selain administrator ia juga sebagai supervisor pendidikan di mana tugas dan tanggung jawabnya adalah meneliti, mencari, dan menentukan syaratsyarat mana yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Sehingga tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai. Salah satunya dengan meningkatkan kompetensi profesional guru secara kontinyu. Berdasarkan data yang telah penulis peroleh tentang upaya kepala sekolah SMKN 2 Ponorogo dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam sebagaimana tertuang dalam bab III. Upaya tersebut sudah berjalan dengan efektif dan guru Pendidikan Agama Islam juga selalu mengikuti MGMP yang telah dilaksanakan oleh guru-guru Pendidikan Agama Islam se Kabupaten Ponorogo, terbukti dengan terlaksananya proses pembelajaran di kelas yakni guru mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi, yang disesuaikan dengan materi yang
diajarkan. Kemudian guru juga mampu menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yakni pada waktu Qur’an hadits semua peserta didik membawa alQur'an juga memanfaatkan buku yang ada di perpustakaan yang telah disediakan oleh sekolah. Dengan demikian upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo secara terus menerus dan terencana dapat meningkatkan mutu pendidikan agar dapat berkembang dan maju sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan perkembangan zaman. Melihat upayaupaya kepala sekolah SMKN 2 Ponorogo tersebut merupakan salah satu strategi sebagai perbaikan mutu berkelanjutan khususnya penggunaan metode dalam proses pengajaran di kelas di mana metode merupakan salah satu cara yang digunakan oleh guru yang bertujuan untuk menyampaikan bahan pendidikan agama pada peserta didik agar bisa menguasai materi yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan dapat menerapkan serta dapat mengembangkan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dengan upaya tersebut dapat mengatasi masalah rendahnya mutu pendidikan yang tidak hanya mengandalkan pendekatan yang bersifat konvensional melainkan melalui optimalisasi sumber daya dan sumber dana yang secara langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Maka sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan profesionalisme guru ke arah peningkatan prestasi belajar peserta didik. Untuk itu, kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan, maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini strategi kepemimpinan yang dilaksanakan atau program pendidikan yang ada pada setiap sekolah ditentukan oleh arahan, bimbingan serta visi yang ingin dicapai sekolah.
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2008/2009 Dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam ini tentunya tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor yang mendukung dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam adalah:103 Faktor yang pertama pemberian motivasi oleh kepala sekolah, karena salah satu tugas dan peran kepala sekolah di antaranya sebagai motivator. Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada guru dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Adapun strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah adalah membantu para guru dalam mengembangkan pola perilakunya, membantu guru dalam meningkatkan standar perilakunya dan melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama serta memotivasi guru untuk bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi atau untuk meningkatkan sumber daya guru. Faktor yang kedua adalah dana, bahwa setiap lembaga pendidikan pasti mendapatkan dana dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri). Dengan demikian kegiatankegiatan yang sudah ditentukan dan besar dana untuk masing-masing kegiatan seperti penataran, seminar juga sudah ditentukan. Dengan demikian dana untuk kegiatan sudah disiapkan oleh lembaga pendidikan. Faktor ketiga adalah teknologi informasi, karena di zaman globalisasi yang ditandai dengan pesatnya teknologi informasi yang berupa komputer, handphone dan sebagainya membuat kebanyakan orang untuk memilikinya. Di mana teknologi informasi tersebut merupakan seperangkat alat yang membantu para guru yang bekerja untuk melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi, mengirim informasi dengan kecepatan tinggi membawa data, suara dari guru lain yang berbeda lembaga. Maka dengan adanya teknologi tersebut para guru
103
Lihat transkrip wawancara nomor: 02/W-01/F-3/1-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
bisa melakukan suatu pertemuan untuk memajukan tujuan pendidikan dan mutu sekolah. Dan yang terakhir adalah adanya kesempatan waktu untuk memenuhi undangan dari suatu perkumpulan serta kemampuan potensial yang dimiliki oleh guru untuk mendidik dan mengajar para siswa sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana menjadi efektif. Sedangkan faktor penghambat dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo adalah:104 1. Faktor keluarga. Dalam hal ini jelas menjadi kendala tersendiri untuk mencapai kompetensi profesional yang maksimal, karena setiap orang tua yang memiliki anak selalu ingin memelihara, membesarkan dan mendidiknya agar anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah kemudian orang tua juga membina mahligai rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah dalam lindungan dan ridho Allah SWT. Maka sangat sulit para guru untuk meninggalkan keluarga beberapa hari. 2. Tidak adanya kesempatan untuk mengikuti kegiatan peningkatan keahliannya. Di mana keinginan mengikuti ada tetapi tidak ada kesempatan, hanya diambil beberapa perwakilan saja, terkadang dalam satu Kabupaten Ponorogo yang diundang untuk mengikuti penataran hanya perwakilan saja (2 lembaga). Jadi lembaga yang lain tidak ada kesempatan untuk mengikuti penataran atau pembinaan tersebut. Dengan melihat faktor pendukung serta penghambat upaya kepala sekolah tersebut, yang paling menghambat dari upaya tersebut adalah keluarga. Di mana keluarga juga sangat penting bagi manusia hidup, tanpa keluarga hidup ini tidak ada maknanya. Dan guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo sudah berkeluarga dan 104
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/W-01/F-3/1-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
mempunyai anak, maka pada waktu guru mau mengikuti pembinaan atau penataran untuk beberapa hari khususnya guru perempuan sangat kesulitan. Melihat semuanya juga sama penting tapi banyak guru lebih mementingkan keluarga daripada mengikuti penataran. Karena seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua khususnya ibu. Seorang ibu sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membina keluarga sakinah mawadah warohmah, mungkin tanpa ibu keluarga itu tidak akan bahagia.
D. Dampak Positif dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Tugas Mengajar di SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2008/2009 Dalam rangka menentukan kompetensi profesional guru sehubungan dengan usaha mencapai tujuan pendidikan, kepala sekolah selalu berupaya untuk meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam yang salah satunya mengikutsertakan guru dalam musyawarah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, pembinaan-pembinaan dan sebagainya yang itu memperoleh dampak positif terhadap tugas mengajar para guru, di antaranya para guru mengetahui berbagai macam metode dan dapat menggunakan metode dengan variasi akan menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelas, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal. Dalam mengajar, guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik, jalan pengajaranpun tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar, kejenuhan dan kemalesan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Maka penggunaan metode yang tepat dan
bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Sebagaimana yang telah dijelaskan Bapak Nurhadi bahwa dalam proses belajar mengajar di kelas tidak akan bisa tercapai tujuan belajar apabila hanya menggunakan satu metode. Maka penggunaan metode harus bervariasi dan harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Mengingat metode juga merupakan alat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu dalam hal aplikasi metode, maka faktor kemampuan guru dalam penguasaan metode itu juga sangat menentukan berhasil tidaknya pendidikan dan pengajaran agama dan bukan semata-mata terletak pada corak metode beserta alat-alat yang ada, bahkan setiap kepribadian guru itu sendiri bisa dijadikan metode yang efektif. Adapun dampak positif terhadap tugas mengajar dan upaya peningkatan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo yang lain adalah para guru memperoleh banyak pengetahuan di mana antara guru yang berbeda lembaga dapat saling bertukar pengalaman dalam mendidik dan mengajar siswa baik siswa yang aktif maupun yang bermasalah. Selain itu juga menambah pengetahuan tentang materi yang tidak ada dalam buku paket, juga sebagai koreksi dari prota, promes, silabus, RPP yang itu semua juga sebagai inovasi pendidikan khususnya dalam pengembangan kurikulum.105 Dalam rangka pembinaan dan pengembangan kurikulum, para guru harus mampu berpartisipasi baik dalam perencanaan maupun dalam evaluasi kurikulum. Dalam bukunya Oemar Hamalik yang berjudul pendidikan guru berdasarkan pendekatan kompetensi bahwa berhasil atau tidaknya pendidikan terletak pada berbagai komponen dalam proses pendidikan guru, salah satunya adalah komponen kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan guru harus disusun atas dasar kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru. Tujuan, program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi dan sebagainya hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.
105
Lihat transkrip wawancara nomor: 08/W-02/F-4/6-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
Dengan adanya MGMP, pembinaan-pembinaan tersebut membawa dampak yang sangat positif bagi guru SMKN 2 Ponorogo. Karena selain untuk menambah penguasaan atau pengetahuan bahan materi yang mendalam juga sebagai inovasi pendidikan atau sebagai pembaharuan pendidikan untuk lebih bermutu dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dari bab I sampai bab IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Kondisi riil kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam sebelum mengikuti upaya yang dilakukan kepala sekolah SMKN 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009 adalah belum mampu memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan belum mampu menggunakan metode yang bervariasi dan media serta sumber belajar yang relevan. Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009 sudah berjalan efektif terbukti dengan dalam proses belajar mengajar dikala guru sudah bisa memilih dan menggunakan metode yang bervariasi dan mempergunakan berbagai media, alat dan sumber belajar yang relevan. Faktor-faktor yang mendukung dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009 adalah ada kesempatan waktu untuk mengikuti pembinaan, adanya dana, pemberian motivasi oleh kepala sekolah, arus informasi yang diperoleh dan kemampuan potensial yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam sendiri. Tapi upaya ini juga ada yang menghambat yaitu sulitnya cara mengatur waktu guru Pendidikan Agama Islam untuk keluarga, terbatasnya informasi yang didapat oleh guru Pendidikan Agama Islam atau lembaga dan tidak adanya kesempatan untuk mengikutinya dikarenakan terbatasnya skala prioritas yang diundang.
Dampak positif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam terhadap tugas mengajar di SMKN 2 Ponorogo tahun ajaran 2008/2009 sudah dapat dipraktekkan dan dikembangkan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar yakni yang berhubungan dengan penggunaan metode yang bervariasi di dalam kelas sudah berjalan efektif dan efisien, di mana dalam menggunakan metode variasi tersebut dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik di SMKN 2 Ponorogo. Saran Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam terkait dengan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMKN 2 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: Kepada guru bidang studi Pendidikan Agama Islam Hendaknya guru Pendidikan Agama Islam mau melaksanakan kerjasama dengan guru lain yang berbeda lembaga untuk mengetahui adanya kegiatankegiatan yang menunjang dalam peningkatan kompetensi profesional guru dan guru mampu menggunakan metode yang bervariasi, mampu menerapkan alat, media, sumber belajar yang relevan pada proses belajar mengajar. Kepada kepala SMKN 2 Ponorogo Hendaknya kepala SMKN 2 Ponorogo senantiasa meningkatkan kerjasama dan menambah jumlah kegiatan penataran serta menambah jumlah guru untuk mengikuti penataran yang dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dan hendaknya kepala sekolah mencukupi alat, media dan
sumber belajar khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yakni terbatasnya buku paket untuk peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993. Bafadal, Ibrahim. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006. Basuki dan Miftahul Ulum. Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007.
Bogdan dan Biklen. Qualitative Research for Education, an Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. 1982. Danim, Sudarwan. Inovasi Pendidikan: dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2002. Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001. Depag. RI. Al Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Samuru, 1995.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. ---------. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
---------. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. ---------. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bandung: Mandar Maju, 1989. Kadir, Abdul dan Terra, Ch. Triwahyuni. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi, 2005. Lofland. Analyzing Social Setting: A Guide to Qualitative Observation and Analysis. Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company. 1984. Marriam, S. B., G. Simpson, E. L., A. Quide to Research for Educators and Trainer on Adults. Malabar, Florida: Robert E. Krieger Publishing Company. 1984. Matthew Milles dan Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press, 1992. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media, 2006. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Pidarta, Made. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. P. Spradley, James. Participant Observation. New York Chicago San Fransisco Dallas Montreal Toronto London Sydney. 1980. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Kalam mulia, 2006. Scheerens. Japp. Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2003. Suparlan. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006. ---------. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat, 2005.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Baba XI Pasal 39, Undang-undang dan Peraturan pemerintah RI Tentang Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, t.t, 2006. Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Dosen dan Guru, Bab I Pasal I. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru yang Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Teoritik
dan