BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia. Telah ratusan bahkan jutaan tahun lamanya manusia sudah mulai memanfaatkan air dalam kehidupannya. Manusia mulai menggunakan air di setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, atau digunakan sebagai mata pencaharian. Sejak pemanfaatan akan air mulai berkembang, manusia menjadi lupa diri bahwa air merupakan suatu sumber daya alam yang harus dijaga kelestariannya. Air merupakan suatu sumber daya alam yang tidak bisa habis, namun jika masyarakat tidak mampu menjaga kelestarian air maka hal yang terjadi air yang tadinya bersih dan sehat berubah menjadi kotor dan tidak sehat akibat ulah manusia itu sendiri. Seiring berjalannya waktu banyak dijumpai perairan alami seperti sungai dan danau dijadikan tempat pembuangan sampah dan kehidupan manusia mulai berkembang dengan banyaknya bermunculan pabrik-pabrik yang memproduksi barang yang banyak mengandung zat kimia berbahaya. Air menjadi kotor dan tercemar oleh limbah, tinja, logam berat, dsb. Air
1
2
limbah cair dapat berasal dari limbah industri, limbah infiltrasi, dan limbah domestik (rumah tangga). Air limbah industri, infiltrasi, dan domestik tersebut tentunya mengandung zat kimia yang membahayakan jika dibuang begitu saja di sembarang tempat. Namun yang terjadi saat ini adalah masyarakat membuang begitu saja air limbah yang ada ke sungai dan menyebabkan sungai tersebut tercemar. Limbah tersebut dapat meresap ke dalam tanah. Hal ini tentunya mempengaruhi kualitas air tanah yang nantinya kembali digunakan oleh masyarakat. Air tanah yang tersedia di areal sekitar sungai tentunya akan ikut tercemar oleh zat-zat kimia yang sebenarnya air tanah tersebut diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti mandi, mencuci, memasak, bahkan untuk air minum. Apabila air tersebut telah tercemar maka dampaknya akan langsung berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Zat-zat kimia yang terkandung pada sabun serta bakteri dari limbah kamar mandi dapat merusak air resapan tanah. Indonesia memiliki banyak sungai dan anaknya, sebagian sungai sudah mulai tercemar dengan adanya limbah rumah tangga ini salah satunya Sungai Bengawan Solo. Seperti
yang
(www.merdeka.com),
dilansir pencemaran
pada air
media di
surat
Bengawan
kabar
online
Solo
sangat
memprihatinkan. Limbah domestik asal rumah tangga menjadi penyumbang terbesar pencemaran sungai terpanjang di Pulau Jawa. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Tengah Agus Sriyanto, mengatakan
3
berdasarkan penelitian yang dilakukan di 5 titik tahun 2013 lalu, limbah domestik menyumbang hamper 80 persen dari total pencemaran. Limbah domestik sebagian besar berasal dari rumah tangga. Agus Sriyanto selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) mengatakan, “Limbah dari rumah tangga sangat besar di Bengawan Solo. Seperti air cucian, industri nonformal dan juga pemakaian bahan kimia untuk keperluan pertanian. Sisanya disumbang oleh limbah dari rumah sakit, hotel, dan industri besar”. Menurut Agus, limbah domestik tersebut menjadi penyumbang bakteri Eshcherichia Coli (E. Coli) terbesar ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Jawa Tengah, rumah tangga di delapan wilayah DAS Bengawan Solo (Wonogiri, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Sragen, dan Blora) menyumbang Chemical Oxygen Demand (COD) antara 11.036,30 meter kubik hingga 24.974,42 meter kubik per hari. Berdasarkan penjelasan dari Agus Sriyanto selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Jawa Tengah diatas, diketahui bahwa saat ini air di Bengawan Solo sudah tercemar. Kota Solo pun saat ini dapat dikategorikan dalam kota darurat air bersih karena sebagian besar sungai dan sumur yang ada di kota Solo telah terkontaminasi bakteri Eshcherichia Coli (E. Coli). Seperti yang dilansir pada media surat kabar online (www.beritasatu.com), Kepala Bappeda Solo, Ahyani, salah satu penyebab terkontaminasinya air bersih itu karena masyarakat tak memperhitungkan jarak antara septictank dengan sumber air
4
tanah, seperti teknis pembuatannya yang tidak standar. Sungai-sungai yang ada di Solo seperti Sungai Gajah Putih, Jenes, Kali Anyar, Pepe, Brojo dan lainnya sudah tercemar bakteri E. Coli. Sumber pencemaran sungai berasal dari limbah rumah tangga dan industri kecil yang belum memiliki pengelolaan limbah. Limbah rumah tangga yang kita produksi setiap hari menjadi salah satu sumber pencemar sumur dangkal atau sumur penduduk, karena struktur tanah di kota ini tak mampu mencuci limbah tersebut. Bila air limbah rumah tangga tidak dikelola dengan baik dan benar akan berpengaruh pada kualitas sumur penduduk. Maka dari itu perlu adanya pengolahan sarana air limbah untuk mencegah semakin meluasnya bakteri tersebut dalam air sungai. Penanganan air limbah Kota Surakarta dengan sistem perpipaan telah dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surakarta sejak 19 Juli 1999 yang sekarang mulai diefektifkan kembali dan disosialisasikan ke masyarakat Solo. Pada dasarnya pipa pengolahan untuk air limbah sudah ada dari jaman Belanda. Letak pipa pengolahan yang sudah ada dari jaman Belanda berada di Kasunan. Karena sudah lama tidak digunakan akhirnya PDAM memanfaatkan dengan mengefektifkan kembali perpipaan yang telah ada dari jaman Belanda dengan pengolahan air limbah melalui sistem tertutup atau perpipaan. Pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem perpipaan ini terbagi menjadi dua sistem, yaitu sistem setempat (on-site sanitation) yang dimana disini menggunakan septik tank dan sistem terpusat (off-site
5
sanitation) dengan cara limbah dialirkan melalui perpipaan. Pengelolaan terhadap sistem sanitasi khususnya air limbah domestik (rumah tangga) menjadi suatu hal yang berdampak negatif dikarenakan dapat mengancam kesehatan manusia, pencemaran air tanah dangkal, pencemaran air sungai dan danau. Dilihat dari jumlah angka kebutuhan akan air semakin meningkat maka pihak pengelola air bersih dan limbah perkotaan, berdasarkan pada Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor: 3 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah cair, dalam hal ini Perusahaan Daerah Air Minum atau yang dapat disingkat menjadi PDAM adalah salah satu pihak yang melakukan pengelolaan air limbah khususnya air limbah domestik (rumah tangga). PDAM mengolah air limbah dengan sistem perpipaan. Pengelolaan air limbah ini dilakukan oleh Unit Pengelolaan Air Limbah yang berada dalam tanggung jawab Direktur Utama PDAM Surakarta.
Selanjutnya
melalui
Keputusan
Direksi
PDAM
Nomor
800/1637.1/PAM dibentuk Unit Pengelola Limbah Cair, yang dalam Struktur Organisasi PDAM disebut Unit Air Kotor. Seorang Kepala Unit Air Kotor dibantu oleh Sub-Unit Administrasi Air Kotor, Sub-Unit Perencanaan Air Kotor dan Sub-Unit Instalasi Pengolahan Air Kotor, yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi PDAM. Diperlukannya pengelolaan air limbah yang lebih seksama agar kualitas air yang akan digunakan untuk pemenuhan
6
kebutuhan air dapat memenuhi standar kualitas badan air yang berlaku di Indonesia. Luas wilayah Kota Surakarta 4.404 Ha dan jumlah penduduk yang mencapai 556.000 jiwa. Produksi limbah cair Kota Surakarta dengan limbah cair rumah tangga sebesar 89% dan limbah industri & rumah sakit sebesar 11%. Diketahui juga sumur dan septictank warga yang tercemar bakteri E. Coli mencapai rata-rata 80,12 persen dan sebagian besar warga di Solo masih menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Oleh karea itu, Bengawan Solo ditetapkan sebagai kota yang darurat air bersih dan sudah 51 kelurahan yang masuk zona merah. Gambar 1.1 Peta Resiko Air Limbah Kota Surakarta
Peta resiko air limbah Sumber: PDAM Kota Surakarta
7
Dilihat dari permasalahan tersebut maka Pemerintah Kota Solo mulai mengeluarkan bantuan untuk air bersih dengan cara pengolahan limbah komunal dan instalasi penyediaan yang sering disebut dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dijalankan oleh PDAM. Program IPAL ini sudah mulai berjalan di beberapa penjuru di Kota Solo, walau belum secara menyeluruh setiap rumah mau menggunakan sistem perpipaan pengolahan air limbah rumah tangga ini akan tetapi setidaknya sudah ada perkembangan yang cukup memuaskan di tiap tahunnya yang tahun ini sudah mencapai kurang lebih 14.900 pelanggan dan diharapkan jumlah pelanggan terus menambah dan sadar akan pentingnya pengolahan air limbah rumah tangga mereka. Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kota Surakarta ada di 3 tempat yaitu IPAL Mojosongo yang unit pengolahan air limbahnya berada di wilayah utara, IPAL Pucang Sawit yang unit pengolahan air limbahnya berada di wilayah tengah, dan IPAL Semanggi yang unit pengolahan air limbahnya berada di wilayah selatan. Unit pengolahan air limbah yang menggunakan sistem terpusat yaitu IPAL Semanggi dan IPAL Pucang Sawit, namun yang membedakan diantara keduanya yaitu letak unit pengolahan IPAL Semanggi yang sebagian berada di atas permukaan tanah dan sebagian berada di bawah permukaan tanah. IPAL Semanggi merupakan IPAL terbesar di Kota Surakarta yang melakukan pengolahan air limbah dengan sistem perpipaan.
8
Tahun 2014 lalu diterimanya bantuan dari Australia dalam IPAL sistem tertutup ini. Masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya, bahan, dan pengerjaannya semua dilakukan oleh pihak PDAM, masyarakat cukup membayar Rp 45.000,- di 6 bulan pertama. Guna mengurangi tingkat pencemaran air yang disebabkan oleh air limbah, PDAM tidak tinggal diam, dilakukannya terus sosialisasi ke setiap Kelurahan agar masyarakat juga ikut membantu
mengurangi
pencemaran
air
dengan
pemasangan
sistem
pengolahan air limbah yang baik di tiap-tiap rumah. Dalam proses implementasinya, PDAM melakukannya melalui beberapa tahapan yang dimulai dari survei, sosialisasi, pemasangan, pengolahan, dan peninjauan. Penggunaan IPAL dalam kehidupan sehari-hari dapat diambil sisi positif dan keuntungannya, disamping mudah operasional dan perawatan serta murah (low maintenance). Ditinjau dari tujuan utama PDAM akan pengolahan air limbah ini sendiri adalah untuk mengurangi pencemaran air yang didalamnya terdapat senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organic yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme serta menjaga kelestarian air bersih. Secara tidak langsung PDAM mengajarkan masyarakat untuk hidup sehat dan bersih serta memberikan pemahaman akan pentingnya pengolahan air limbah rumah tangga mereka. Namun tidak luput juga dari kendala-kendala yang ditemui disetiap proses implementasinya. Berdasarkan pada permasalahan diatas dapat dilihat bahwa terjadi kendala bagi PDAM dalam mengimplementasikan Perda Kota Surakarta
9
Nomor: 3 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Cair di IPAL Semanggi. Jika dilihat dari pengertiannya, implementasi adalah kunci untuk mencapai tujuan dari kebijakan atau program yang ditetepkan, karena implementasilah yang menghubungkan antara formulasi kebijakan dengan hasil (outcomes) yang diharapkan dari sebuah kebijakan. Tujuan kebijakan sendiri tidak akan tercapai jika kebijakan tidak diimplementasikan atau dimplementasikan dengan tidak baik. Kenyataan yang terjadi program IPAL masih mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Maka hal tersebut menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian lebih dalam bagaimana implementasi Perda Kota Surakarta Nomor: 3 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Cair, studi tentang IPAL Semanggi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengajukan rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor: 3 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Cair (Studi tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah di Semanggi)? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi IPAL Semanggi?
10
C. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah yang diutarakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini antara lain: 1. Mendeskripsikan implementasi Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor: 3 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Cair (Studi tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah di Semanggi). 2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi IPAL Semanggi.
D. Manfaat Penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu memberikan manfaat, yang diantaranya: 1. Manfaat bagi pelaksana program Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi setiap institusi Lingkungan Hidup dalam upaya mengurangi dan menanggulangi permasalahan pencemaran air yang diakibatkan oleh air limbah rumah tangga dan mempermudah bagi pelaksana program dalam melihat program mereka dan untuk melanjutkan kembali program tersebut agar dapat terimplementasi dengan baik. 2. Manfaat bagi mahasiswa Penelitian ini diharapkan sebagai salah satu bahan yang mampu memperkaya penelitian-penelitian yang ada di sebelumnya dan juga sebagai
11
acuan yang yang membantu para peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya
yang
berkaitan
dengan
pengolahan
air limbah
dengan
menggunakan IPAL. 3. Manfaat bagi masyarakat umum Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pengolahan air limbah dengan menggunakan IPAL khususnya limbah domestik atau rumah tangga di daerah Semanggi kepada masyarakat secara umum agar tidak adanya lagi pencemaran yang diakibatkan air limbah rumah tangga.