BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan berbagai perubahan baik fisik emosional yang kompleks, serta penyesuaian sosial yang penting untuk menjadi dewasa. (Hamilton, 1995). Remaja dalam perkembangannya akan mengalami perubahan secara fisik, emosional maupun sosial. Perubahan sosial dan emosional yang terjadi pada remaja merupakan perubahan suasana hati, kematangan emosi, tuntutan untuk mandiri, konflik dengan orang tua dan mulai melakukan penyesuaian sosial. Selain itu, remaja memiliki keinginan untuk meluangkan lebih banyak waktu dengan teman sebaya, lebih membuka diri, meningkatnya tantangan akademis dan keinginan berprestasi serta munculnya keinginan terhadap hubungan romantis untuk berpacaran (Santrock, 2007). Wong & Khoo (2009) mengungkapkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja putra dan putri memiliki perbedaan. Perubahan yang terjadi pada remaja putra meliputi adalah peningkatan masa otot, perubahan warna suara, dan pertumbuhan rambut pada asksila, kemaluan, dada serta sekitar wajah, sedangkan perubahan fisik pada remaja putri adalah adanya perubahan payudara, pertambahan berat badan dan tinggi yang cepat, pertumbuhan rambut pubis, penampakan rambut aksila dan mestruasi.
1
2
Perkembangan fisik yang berlangsung cepat menyebabkan remaja menjadi cemas dan sangat memperhatikan citra tubuh (Santrock, 2007). Menurut Sarwono dalam Nisa & Uyun (2007) perubahan fisik akan mempengaruhi perkembangan jiwa remaja karena sering menimbulkan perasaan tidak puas. Perubahan komposisi yang terjadi pada masa pubertas pada masa pubertas didominasi oleh peningkatan lemak tubuh. Hal ini menyebaban ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya terjadi karena ketidaksesuaian bentuk tubuh yang diinginkan (Kusumajaya, 2008). Hal tersebut
juga didukung oleh Djiwandono (2006) yang menyatakan bahwa remaja putri akan menaruh perhatian besar terhadap bagaimana orang lain memandang mereka dan mulai berpikir mengenai penilaian orang lain terhadapnya Selain penilaian orang lain, Hill dan Monks dalam Permatasari (2012) mengungkapkan bahwa remaja merupakan salah satu penilai terhadap tubuhnya sendiri. Sebagian besar remaja putri menginginkan tubuhnya lebih tinggi dan langsing. Apabila remaja mengerti bahwa tubuhnya memenuhi persyaratan ideal, maka hal itu akan berakibat positif terhadap penilaian dirinya (Kusumajaya, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) mengemukakan bahwa cara-cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan tubuh ideal umumnya dilakukan dengan melakukan pengaturan pola makan, melakukan aktivitas fisik seperti olahraga dan mengonsumsi suplemen. Menurut Youth Behaviour Risk tahun 2009 dalam Utter, et al (2012) terdapat lebih dari 60% remaja melakukan latihan fisik untuk menurunkan berat badan, 4% memuntahkan makannya, 5% menggunakan obatobatan, dan 10% membatasi asupan makanan atau tidak makan sama sekali. Sementara itu dalam penelitian Vander Wal (2011) yang dilakukan pada 2.409
3
remaja perempuan, terdapat data sebesar 57% remaja perempuan melakukan perilaku mengontrol berat badan yang tidak sehat seperti melewatkan waktu makan, berpuasa, menolak beberapa jenis makanan, menggunakan pil dan memuntahkan makanannya. Perilaku diet tidak sehat adalah munculnya penyimpangan perilaku makan dan. gangguan kesehatan yang lebih serius. Praktek pembatasan diet ketat pada remaja akan meningkatkan risiko status gizi buruk dan eating disorder berupa anorexia nervosa atau bulimia nervosa (Mahan & Escott-Stump, 2008). Ratnawati & Sofiah (2012) menambahkan bahwa semakin rendah tingkat citra tubuh pada remaja putrimaka semakin tinggi tingkat kecenderungan anorexia nervosa. Sejalan dengan penelitian lainnya, Siagian dalam Pramitya & Valentina (2013) berpendapat bahwa pembatasan diet yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan zat besi dan asam folat sehingga mengakibatkan anemia. Sementara di lain sisi, kebutuhan zat besi meningkat secara dramatis sebagai kompensasi peningkatan total volume darah, peningkatan masa lemak tubuh, dan terjadinya menstruasi. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa citra tubuh sangat berpengaruh dalam gaya hidup remaja akhir-akhir ini. Ridha (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa citra tubuh memiliki hubungan yang erat dengan penerimaan diri dimana semakin tinggi citra tubuh maka tingkat penerimaan diri akan semain tinggi. Cooper (2003) mendefinisikan
penerimaan diri sebagai suatu tingkatan kesadaran individu tetang karakteristik pribadinya dan mempunyai kemauan untuk hidup dengan keadaan tersebut. Hal ini berarti individu memiliki pengetahuan tentang dirinya sendiri sehingga
4
menerima kelebihan dan kelemahannya. Dariyo dalam Simanjuntak & Siregar (2011) menyatakan bahwa remaja yang mampu menerima dirinya baik kelebihan dan kekurangannya akan mempengaruhi pembentukan konsep dirinya. Apabila remaja mampu menerima kelebihan dan kekurangan tersebut maka dalam dirinya akan timbul konsep diri positif. Konsep diri yang postitif akan mempengaruhi kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya konsep diri yang negatif cenderung akan menghambat dalam menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Rahmania & Ika, 2012). Pendapat yang sama juga diungkapkan Naqiyaningrum (2007) dimana penerimaan diri sangat penting dimiliki oleh individu karena individu yang menerima diri akan memiliki pandangan yang positif mengenai diri sehingga akan lebih mampu menghadapi permasalahan dalam kehidupan, tidak pesimis terhadap masalah yang dihadapi, dan tidak mudah putus asa. Hurlock (1974) menambahkan bahwa penerimaan diri akan berdampak pada kehidupan sosial seseorang dimana penerimaan diri yang positif akan membuat emosional seseorang stabil sehingga tidak mengganggu orang lain serta tetap toleran untukmembantu orang lain. Hal tersebut membuktikan bahwa penerimaan diri sangat penting dimiliki oleh remaja sehingga harus ditingkatkan. Wahyuni (2012) mengungkapkan pengetahuan dapat mempengaruhi penerimaan remaja awal terhadap perubahan yang terjadi pada masa pubertas. Hal ini dikarenakan remaja awal yang tidak mengerti tentang hal yang akan terjadi dan dialami saat memasuki masa pubertas. Dampak dari usaha untuk mendapatkan
5
tubuh ideal dengan cara yang tidak sehat dapat dihindari apabila remaja menerima keadaan fisik yang berubah secara fisiologis dan menyikapinya secara positif ( Astiti,
2014) mengungkapkan bahwa penerimaan diri dapat dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan. Oleh sebab itu, sangat penting bagi remaja untuk mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai perubahan fisik secara fisiologis pada masa pubertas sehingga mereka akan menerima perubahan itu dengan positif dan dapat menyikapinya dengan baik. Remaja yang mengalami perubahan fisik secara dramatis adalah remaja yang sedang dalam masa pubertas khususnya siswi SMP. Studi pendahuluan dilaksanakan di SMP Negeri 7 Denpasar karena letaknya di pusat Kota Denpasar yang memiliki jumlah remaja tertinggi. Selain itu SMP Negeri 7 Denpasar berlokasi strategis dekat dengan berbagai fasilitas perawatan kecantikan serta berbagai akses yang menunjang. Hasil wawancara terhadap 10 siswi SMP Negeri 7 Denpasar, enam orang mengungkapkan bahwa mereka merasa kurang percaya diri jika terlihat kurang cantik dan lima orang melakukan pengaturan diet agar badan tidak menjadi gemuk. Delapan orang siswa mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa peningkatan berat badan merupakan hal yang fisiologis dan seluruh siswa tersebut sering merasa wanita lain memiliki kacantikan yang lebih dibandingkan diri mereka sendiri. Mereka berpendapat hal tersebut karena konsumsi makanan berlebih. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat penerimaan diri remaja di Kota Denpasar
6
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap penerimaan diri remaja putri di SMP Negeri 7 Denpasar?” 1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap penerimaan diri remaja 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: a.
Mengidentifikasi penerimaan diri remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan di SMP Negeri7 Denpasar
b.
Mengidentifikasi penerimaan diri remaja putri setelah diberikan pendidikan kesehatan di SMP Negeri 7 Denpasar
c.
Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap penerimaan diri remaja putri di SMP Negeri 7 Denpasar
1.4
Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis a.
Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini akan memperkaya khazanah ilmu keperawatan maternitas mengenai kesehatan reproduksi remaja
7
b.
Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang penerimaan diri remaja
1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah, khususnya kepala sekolah dan kader KSPAN untuk meningkatkan promosi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja. .