1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di pasar saham, sampai dengan 24 Desember 2008, kepemilikan asing mencapai Rp. 436.6 triliun (67 persen dari total ekuitas kapitalisasi pasar) sedangkan investor lokal menguasi sisanya, yaitu 33 persen atau Rp. 210.23 triliun. Sampai dengan akhir tahun 2008, IHSG jatuh pada angka 51.17 persen, dengan penurunan sebanyak 26.04 persen pada tiga bulan terakhir saja. Kapitalisasi pasar merosot 46.42 persen, yang penyebab utamanya adalah investor asing tertekan untuk menjual. Mata uang rupiah berada pada tekanan depresiasi yang kuat dan sangat berfluktuasi bahkan setelah intervensi dari Bank Indonesia dan menghabiskan cadangan mata uang asing sekitar USD 7 miliar pada bulan September sampai Oktober 2008. Situasi ini membuat rekening modal dan keuangan dari neraca pembayaran menjadi defisit. Bank Indonesia lalu melepaskan intervensi pasar sejak November 2008 dan membiarkan kurs menjadi relatif bebas mengambang. Berdasarkan informasi hutang eksternal jangka pendek yang perlu dibayar pada 2009, merupakan penyebab kesukaan investor memegang posisi yang lama terhadap rupiah. Pada krisis 2008, penurunan harga obligasi pemerintah diikuti dengan depresiasi rupiah dan jatuhnya IHSG. Pergerakan dramatis pada satu pasar memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar yang lain. Pada kasus krisis dunia tahun 2008, penjualan besar-besaran dari investor asing menyebabkan harga obligasi pemerintah jatuh (Tamara, 2012). Namun pasar
2
modal Indonesia saat ini menjadi satu di antara pasar modal terbaik di dunia. Sejak tahun 2009 sampai sekarang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu mengalami kenaikan yang cukup mengesankan. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa gejolak saham dan obligasi dapat terjadi. Para investor memegang portofolio aset dalam rangka mengurangi resiko kerugian. Jika pergerakan bersama dari keuntungan saham dan obligasi berbalik negatif pada periode krisis, para investor yang memegang keduanya, penderitaannya akan semakin sedikit dan fenomena ini kalau disebut flight to quality (dari saham ke obligasi) dan flight from quality (dari obligasi ke saham) akan terpenuhi. Di pihak lain, jika terdapat penularan antara saham dan obligasi pada periode tertentu (pindah ke aset alternatif) maka akan mengurangi manfaat diversifikasi dan pengurangan resiko tidak berjalan. Johansson (2010) menganalisis hubungan antara saham dengan obligasi di sembilan negara Asia termasuk Indonesia. Dengan menggunakan model bivariate stochastic volatility, Johansson menunjukkan bahwa terdapat efek volatilty spillover yang signifikan antara pasar saham dengan pasar obligasi di beberapa negara Asia. Selanjunya, pola korelasi dinamis menunjukkan bahwa hubungan antara pasar saham dengan pasar obligasi sangat berubah sepanjang waktu di semua negara Asia. Korelasi saham dengan obligasi meningkat selama periode kerusuhan di sejumlah negara, yang menunjukkan bahwa terdapat efek penularan penyilangan aset. Oleh karena itu, jika terdapat efek flight to quality di pasar-pasar Asia, nampaknya ikut terjadi untuk semua negara atau untuk semua wilayah dibandingkan dengan untuk semua aset domestik. Hasilnya memiliki pengaruh
3
langsung dan penting untuk pembuat kebijakan regional dan juga investor domestik dan internasional yang berinvestasi pada golongan aset berganda. Kewal (2012) menyatakan bahwa, secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif (Tandelilin, 2010). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan- kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh capital gain IHSG terhadap pergerakan yield obligasi pemerintah di Indonesia, serta pengaruh tingkat suku bunga terhadap Capital Gain IHSG dan Yield Government Bond di Indonesia. Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan data Capital Gain IHSG, Yield SUN dan tingkat suku bunga selama periode Januari 2008- Desember 2012 digunakan analisa VAR (Vector Auto Regression) dan VECM (Vector Error Correction Model).
1.2
Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini meliputi:
Apakah ada pengaruh Capital Gain IHSG terhadap pergerakan Yield Government Bond selama periode Januari 2008- Desember 2012?
4
Apakah ada pengaruh tingkat suku bunga terhadap Capital Gain IHSG selama periode Januari 2008- Desember 2012?
Apakah ada pengaruh tingkat suku bunga terhadap Yield Government Bond selama periode Januari 2008- Desember 2012?
1.3
Tujuan dan Manfaat 1.3.1
Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
Pengaruh Capital Gain IHSG terhadap pergerakan Yield Government Bond selama periode Januari 2008- Desember 2012
Pengaruh tingkat suku bunga terhadap Capital Gain IHSG selama periode Januari 2008- Desember 2012
Pengaruh tingkat suku bunga terhadap Yield Government Bond selama periode Januari 2008- Desember 2012
1.3.2
Manfaat Diharapkan dengan adanya penulisan tesis ini dapat diperoleh manfaat: Manfaat Praktis:
5
Memberikan informasi yang berguna bagi para calon investor untuk mengurangi risiko dan meningkatkan imbal hasil ketika hendak membeli saham atau obligasi perusahaan dan/atau pemerintah.
Manfaat Akademis
Penelitian ini berguna untuk memunculkan minat akademisi untuk menggali lebih dalam lagi mengenai pasar saham dan pasar obligasi.
Sebagai tambahan informasi dan bahan perbandingan bagi penelitian lain yang juga meneliti pengaruh capital gain IHSG terhadap pergerakan yield obligasi pemerintah di Indonesia.
Memperkenalkan analisa VAR dan VECM sebagai metode penelitian untuk melihat pengaruh capital gain IHSG terhadap pergerakan yield obligasi pemerintah.
1.4
Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian dalam tesis ini dibatasi pada :
Data yang digunakan adalah data Capital Gain IHSG selama periode Januari 2008- Desember 2012.
6
Data yang digunakan adalah data Yield SUN selama periode Januari 2008- Desember 2012.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh capital gain IHSG terhadap pergerakan yield obligasi pemerintah di Indonesia.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap Capital Gain IHSG
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap Yield Government Bond.
Penelitian ini dilakukan dengan uji Vector Auto Regression dan Vector Error Correction Model untuk mengetahui pengaruh capital gain IHSG terhadap pergerakan yield obligasi pemerintah di Indonesia.
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan penelitian ini akan disajikan dalam 5 bab. Sistematika pembahasannya sebagai berikut: 1.
Bab I: Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
7
2.
Bab II: Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang konsep teoritis mengenai tinjauan pustaka dan teori- teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
3.
Bab III: Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang waktu dilakukannya penelitian, variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian, teknik pengolahan data dan metode hipotesis.
4.
Bab IV: Hasil Penelitian Bab ini memaparkan tentang analisa econometric yang dilakukan atas variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh hipotesis dari penelitian.
5.
Bab V: Kesimpulan dan Saran Bab ini menyajikan kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi investor maupun pengembangan ilmu pengetahuan.