1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Globalisasi yang saat ini terjadi di Indonesia mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah-sekolah yang dikenal dengan sekolah internasional, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta tidak sedikit yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri. Demi menghasilkan lulusan yang berkualitas internasional, kini banyak lembaga pendidikan yang menerapkan sistem kurikulum internasional. Ada yang
2
menerapkan sistem tersebut secara murni, namun ada pula yang melakukan adaptasi dan mengkombinasikannya dengan sistem kurikulum nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22/2006, dan No. 23/2006, memang memberi kebebasan kepada sekolah-sekolah untuk mengembangkan kurikulum pendidikannya. Sekolah
internasional
merupakan
sekolah
yang
menggunakan
kurikulum asing dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Tidak hanya dari segi bahasa dan kurikulumnya saja yang internasional, tetapi dari segi pengajar, fasilitas, dan cara belajarnya pun harus terakreditasi secara internasional. Hal ini berimplikasi pada kompetensi lulusannya yang akan memiliki kompetensi yang diakui secara internasional. Siswa lulusan sekolah internasional yang menggunakan kurikulum internasional dapat melanjutkan sekolah dengan sistem kurikulum yang sama di mana pun. Siswa tersebut juga tidak perlu lagi mengikuti ujian kesetaraan atau penyesuaian, sebagaimana berlaku pada siswa yang berasal dari sekolah dengan sistem kurikulum yang berbeda. Namun bila ingin melanjutkan ke sekolah-sekolah umum di Indonesia, lulusannya juga harus lulus ujian nasional. Dari berbagai sistem kurikulum di seluruh dunia, ada dua sistem kurikulum yang populer digunakan di sekolah-sekolah di Indonesia, yakni Internasional Baccalaureate (IB) dan Cambridge International Examinations (CIE). Kedua kurikulum tersebut tersebar ke seluruh dunia karena ada sekolahsekolah yang ingin mengadopsi dan mendapat pengakuan secara global. Meskipun negara tempat sekolah tersebut berlokasi sudah mempunyai sistem kurikulum
3
sendiri, namun tidak tertutup kemungkinan ada sekolah yang menggunakan IB dan CIE. Di luar sistem IB dan Cambridge, ada pula sekolah-sekolah di Indonesia yang mengaplikasikan sistem kurikulum dari negara-negara tertentu. Contohnya yaitu Amerika Serikat, Singapura, dan Australia. Program-program IB dikelola oleh organisasi non pemerintah International Baccalaureate Organization (IBO) yang bermarkas di Geneva, Swiss. Kini program IB sudah diserap di lebih dari 90 negara. Sekolah yang menggunakan IB harus mendapat pengesahan untuk mendapatkan sertifikat dari International Baccalaureate Organisation (IBO) di Geneva, Swiss. Pada dasarnya kurikulum IB mendorong peserta didik untuk mengenal budayanya sendiri, untuk mendorong pemikiran global para pelajar. Siswa diberi kebebasan memilih bidang akademis yang transdisipliner dan fleksibel guna lebih menggali kemampuan mereka. Program-program IB, juga ditujukan untuk mengembangkan sikap positif dalam belajar dengan memotivasi siswa agar menjadi pelajar yang aktif dan kompeten. Juga mengembangkan kemampuan intelektual, pribadi, emosi, dan sosial. CIE adalah bagian dari The Cambridge Assessment Group, organisasi nirlaba di bawah University of Cambridge. Jaringan penyelenggara sistem kurikulum yang telah digunakan di sekolah-sekolah di 150 negara. Kurikulum Cambridge menekankan fleksibilitas, sejak pendidikan dasar hingga menengah. Siswa bebas memilih pelajaran sesuai kemampuan dan minat, sehingga mereka dapat mengeksplorasi kemampuannya. Sistem kurikulum yang umum diterapkan di sekolah-sekolah di Inggris ini, juga banyak digunakan di Amerika Serikat,
4
Kanada, India, Selandia Baru, dan negara-negara lain di dunia dengan beberapa penyesuaian. Secara berkala Dewan dan Sindikasi Universitas akan memantau dan mengarahkan pelaksanaan sistem Cambridge di sekolah-sekolah yang menggunakan sistem ini. Salah satu sekolah internasional di Indonesia yang menggunakan kurikulum Cambridge yaitu Temasek International School yang terletak di Bandung. Temasek International School menyelenggarakan pendidikan setara sekolah dasar atau primary level dan sekolah menengah atau secondary level serta program diploma. Secondary level terdiri dari dua level yaitu Lower Secondary Program dan Middle Secondary Program. Lower Secondary Program diperuntukan untuk siswa usia 11-14 tahun. Untuk meneruskan bidang pembelajaran dari pelajaran dasar (bahasa Inggris, matematika, dan sains), dan ditambah dengan mempersiapkan anak untuk menempuh GCE atau ‘O’ Level. Tahap selanjutnya yaitu Middle Secondary untuk siwa usia 14-16 tahun. Tahap ini terkenal dengan kurikulum General Certificate of Education (GCE) atau ‘O’ level. Siswa yang hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi harus melalui ujian GCE atau ‘O’ level. Kualifikasi ‘O’ level terutama dirancang untuk peserta didik yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris. Siswa dapat memilih mata pelajaran yang diminati dalam persiapan menuju ‘A’ level serta membekali kemampuan untuk bekerja nantinya. Salah satu mata pelajaran yang dapat dijadikan pilihan untuk mengambil ujian ‘O’ level yaitu mata pelajaran kimia yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam atau sains. Terdapat beberapa perbedaan dari segi aspek
5
materi kimia yang diajarkan berdasarkan kurikulum Cambridge dengan materi kimia yang diajarkan berdasarkan kurikulum nasional. Atas dasar tersebut peneliti tertarik untuk meneliti proses pelaksanaan kurikulum kimia Cambridge General Certificate of Education Ordinary ‘O’ Level pada salah satu pokok bahasan yaitu Elektrolisis. Pokok bahasan ini dipilih berdasarkan kesamaan topik yang terdapat di kurikulum nasional. Hal-hal positif yang ditemukan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan kurikulum kimia nasional di Indonesia.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pembelajaran materi pokok elektrolisis dengan menggunakan kurikulum Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level?” Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi beberpa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah karakteristik silabus kimia Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level?
2.
Bagaimanakah kegiatan pembelajaran materi pokok elektrolisis yang berlangsung berdasarkan kurikulum kimia Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level ?
3.
Teaching material apa sajakah yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran elektrolisis berdasarkan kurikulum kimia Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level ?
6
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengetahui karakteristik silabus kimia Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level.
2.
Mengetahui pembelajaran kimia pada materi pokok elektrolisis berdasarkan kurikulum kimia Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level.
3.
Mengetahui teaching material yang digunakan dalam pembelajaran kimia pada materi pokok elektrolisis berdasarkan kurikulum kimia Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level.
D. Manfaat Penelitian 1.
Memberikan informasi dan penjelasan serta masukan positif mengenai kurikulum Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level kepada instansi-instansi pendidikan yang berwenang dalam pengembangan kurikulum kimia sekolah menengah.
2.
Memberikan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran kimia pada materi pokok elektrolisis berdasarkan kurikulum kimia Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level.
3.
Memberikan informasi tentang teaching material yang digunakan di sekolah internasional yang menggunakan kurikulum Cambridge kepada guru-guru kimia sehingga hal-hal positif yang ditemukan dapat menjadi bahan masukan
7
untuk mengajar baik di sekolah nasional, sekolah bertaraf internasional, dan sekolah internasional lainnya. 4.
Memberi informasi dan rujukan bagi peneliti lain, sehingga hasil penelitian yang didapatkan, diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis.
E. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan persepsi dari kajian yang dilakukan, maka diberikan penjelasan atas istilah-istilah sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan mata pelajaran kimia kurikulum Cambridge GCE ‘O’ level dalam penelitian ini diartikan sebagai implementasi kurikulum sebagai rencana, yang dilaksanakan oleh guru melalui KBM yang dilaksanakan di kelas
2.
Kurikulum Cambridge GCE ‘O’ level dalam penelitian ini adalah kurikulum kimia yang dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk silabus kimia Cambridge GCE ‘O’ level.
3.
Materi pokok elektrolisis dalam penelitian ini yaitu salah satu bahasan dalam mata pelajaran kimia ‘O’ level yang meliputi zat elektrolit, elektrolisis lelehan dan elektrolisis larutan, serta aplikasi elektrolisis.