BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama samawi terakhir yang berfungsi sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Maka Allah SWT mewahyukan agama Islam ini dalam nilai- nilai kesempurnaan yang tertinggi, meliputi segi-segi mendasar yang mengantar manusia kepada kebahagiaan lahir dan batin di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, agama Islam bersifat universal dan sesuai dengan fitrah manusia serta sangat cocok dengan tuntunan hati nurani manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Mulia dala m menghadapi dan menerima Islam yang hak.
Konsekuensinya Islam menjadi agama dakwah. Yaitu agama yang ajarannya harus disampaikan kepada seluruh manusia di dunia ini. Sebagaimana telah ditegaskan pula dalam sumber ajarannya yaitu al-Qur’an dan al- Hadis. Ajaran-ajaran Islam perlu diterapkan dalam segala bidang kehidupan manusia, dijadikan juru selamat, menjadikan Islam sebagai nikmat dan kebanggaan manusia. Seperti yang telah dicontohkan penyebar Islam pertama yaitu Nabi sekaligus rasul kita Muhammad Saw beserta para sahabatnya. 1
Betapa padunya kaitan Islam dengan dakwah itu, sehingga tidak heran seorang orientalis seperti Thomas W. Arnold dengan tegas mengatakan bahwa Islam adalah 1
Nasaruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: PT. A l-Ma’arif, 1992), h. 9.
1
2
agama dakwah (missionary religion). Sebagai agama dakwah, Islam sejak kemunculan pertamanya di bumi hingga saat ini dan nanti, memang terbukti dirintis, dikembangkan, dan dibesarkan melalui berbagai aktivitas dakwah. Sejarah telah mencatat bahwa jika tidak dengan pendekatan dakwah, mustahil Islam mampu menembus lima benua dan mengarungi tujuh samudra. Seperti generasi Islam yang pertama, yang dikader oleh Rasulullah Saw yang biasa disebut dengan assabiqunal awwalun.
Dalam langkah perjalanan dakwah itu, tidak luput pula dari yang namanya kendala dan ancaman. Sepanjang sejarah, dakwah memang selalu dihadapkan pada berbagai tantangan, baik berkenaan dengan pemahaman, materi, dan lain sebagainya. Fenomena ini mengindikasikan bahwa perubahan sosial (social change) dan dinamika peradaban umat, menarik untuk dicermati. 2
Setelah Khalifah Utsmaniyah secara resmi runtuh pada tahun 1942. Dan setelah melewati masa kemerosotan sejak awal abad 19, kekhalifahan ini sirna sama sekali pada awal abad 20. Sebenarnya, tanda-tanda kebangkitan Islam sudah mulai lahir sejak pertengahan abad ke-18. Sebagian tokoh kebangkitan Islam berusaha memperbaharui dan melakukan ishlah (reformasi) kekuasaan Utsmani.
2
Jurnal AlHadharah “Jurnal Ilmiah Ilmu Dakwah”, Membumikan Geliat Dakwah, volume 3 nomor 5, (Januari-Juni 2004), h. 2-3.
3
Namun, Daulah Utsmaniyah jatuh dan fase kolonialisme mengambil alih. Keguncangan tersebut menimbulkan reaksi di dunia Islam yang kemudian melahirkan Ash-shahwah al-Islamiyyah (Gerakan Kebangkitan Islam) dengan berbagai bentuk dan tujuan. Semuanya berusaha mengembalikan khalifah, pemerintah Islam, dan kebangkitan Islam. 3
Di Indonesia, penggambaran Islam yang positif mulai berubah pada akhir 1990an ketika banyak sarjana dan komentator menulis dengan nada prihatin terkait dengan peningkatan kecenderungan-kecenderungan sektarian4 dan radikal. Konflik berdarah antara kalangan Muslim dan Kristen pernah terjadi di beberapa titik di nusa ntara. Penyerangan-penyerangan terhadap
gereja-gereja dan para pendeta Kristen
meningkat. Kelompok-kelompok Islam militan, termasuk kelompok paramiliter yang menggunakan kekerasan seperti Laskar Jihad dan Laskar Jundullah atau kelompokkelompok yang main hakim sendiri seperti Front Pembela Islam (FPI) yang juga menjamur sejak tahun 1998. Perkembangan ini mendorong antropolog Amerika, Robert Hefner tahun 2000, menulis tentang meningkatnya kekuatan “Islam yang
3
Abu Mush’ab As-Suri, Hashad Ash-Shahwah Al-Islamiyah wa At-Tayyar Al-Jihadi 19302002, terj. Agus Suwandi dengan judul, Perjalanan Gerakan jihad (1930-2002) Sejarah, Eksperimen, dan Evaluasi, (Solo: Jazera, 2009), h. 14. 4
Sektarian adalah berkaitan dengan anggota, pendukung atau penganut suatu sekte atau mazhab. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1015.
4
tidak sopan” (uncivil Islam) dan ancaman yang menggiringnya terhadap budaya Islam pluralis. 5
Pasca tumbangnya pemerintahan Orde Baru tahun 1998, diwarnai dengan munculnya aktor ”Gerakan Islam Baru” (New Islamic Movement). Aktor baru ini berbeda dengan aktor gerakan Islam lama, seperti NU, Muhamadiyah, Persis, al Irsyad, al Wasliyah, Jamaat Khair dan sebagainya. Organisasi gerakan Islam baru ini memiliki basis ideologi, pemikiran dan strategi gerakan yang berbeda dengan ormasormas Islam sebelumnya, memiliki karakter yang lebih militan6 , radikal7 , skripturalis 8 , konservatif 9 , dan eksklusif10 dengan visi dan misi mewujudkan penerapan syariat Islam di Indonsia. Secara keseluruhan kelompok ini menganut paham ”salafisme radikal”, yakni berorientasi pada penciptaan kembali masyarakat salafi (generasi Nabi Muhammad dan para sahabatnya), dengan cara-cara keras dan radikal. Bagi kelompok ini Islam pada masa kaum salafi inilah merupakan Islam
5
Greg Fearly dan Sally White, Ustadz Seleb Bisnis Moral dan Fatwa Online: Ragam Ekspresi Islam Indonesia Kontemporer (Depok: Ko mun itas Bambu, 2012), h. 1. 6 Militan adalah bersemangat tinggi, penuh gairah, berhaluan keras. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…,h. 744. 7
Radikal adalah secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip) pola yang amat keras menuntut perubahan. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 919. 8
Skripturalis adalah pemahaman agama yang cenderung tekstual, memahami agama secara apa adanya yang tertulis dalam teks -teks suci. Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 19. 9
Konservatif adalah bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.., h. 589. 10
Eksklusif adalah terpisah dari yang lain atau khusus. Departemen Pendid ikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.., h. 289.
5
paling sempurna, masih murni dan bersih dari berbagai tambahan atau campuran (bid’ah) yang dipandang mengotori Islam. Gerakan Islam versi mereka lebih bercorak konfrontatif 11 terhadap sistem sosial dan politik yang ada, menghendaki adanya perubahan mendasar terhadap sistem yang ada saat ini (yang mereka sebut sistem sekuler atau jahiliah modern), dan berupaya menggantinya dengan sistem baru yang mereka anggap sebagai sistem Islam (nidzam Islam), Islam sebagai alternatif (al–Islam kabadil), Islam adalah solusi (al-Islam huwa al-hall). Syariat Islam adalah solusi massif, dan merupakan jargon-jargon yang menyemangati gerakan mereka. Andri Rosadi 12 mengindentifikasi bahwa organisasi ini adalah: Kelompok Tarbiyah, yang kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonsia (MMI), Laskar Jihad (Yogyakarta), Laskar Jundullah (Sulawesi Selatan), dan Front Pembela Islam (FPI). 13
Fundamentalisme Islam, demikian menurut Musa Keilani, merupakan suatu gerakan sosial keagamaan yang mengajak umat Islam kembali kepada kemurnian etika dengan cara mengintegrasikannya secara positif dengan doktrin agama; kembali kepada keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan masyarakat dan manusia dengan kepribadiannya sendiri. 11
Konfrontatif adalah bersifat konfrontasi. Konfrontasi yaitu perihal behadap-hadapan langsung, permusuhan, pertentangan dan terang-terangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.., h. 518. 12
Andri Rosadi adalah Penulis buku Hitam Putih FPI (Front Pembela Islam): Mengungkap Rahasia-Rahasia Mencengangkan Ormas Keagamaan Paling Kontroversial. 13
Lihat situs http://lektur.kemenag.go.id/content/view/41/ 61/. Diakses pada 18 Agustus 2013, Jam 20.38.
6
Munculnya neo- fundamentalisme Islam di Indonesia disebabkan beberapa faktor. Pertama, faktor internal, yang dilandasi dengan adanya kondisi internal umat Islam sendiri, karena telah terjadi penyimpangan norma-norma agama. Kehidupan sekuler yang sudah masuk ke dalam kehidupan umat Islam dengan segala dampaknya mendorong
mereka
melakukan
gerakan-gerakan kembali kepada autentitas
(fundamen) Islam. Sikap ini di topang oleh pemahaman agama yang totalistik dan formalistik dalam memahami teks-teks agama, sehingga harus merujuk pada perilaku nabi.
Kedua, faktor eksternal, baik yang dilakukan rezim penguasa maupun oleh hegemoni Barat. Sikap represif penguasa terhadap kelompok-kelompok Islam, seperti yang dilakukan oleh rezim Orde Baru telah menumbuhkan radikalisme Islam. Dan juga terjadi krisis kepemimpinan pasca Orde Baru yang ditunjukkan dengan melemahnya penegakan hukum, seperti praktik-praktik kemaksiatan yang terjadi di masyarakat, telah mendorong gerakan Islam dengan menyatakan bahwa syariat Islam adalah solusinya. Sehingga kemudian, radikalisme dijadikan jawaban atas lemahnya aparat penegak hukum dalam menyelesaikan kasus yang terkait dengan umat Islam. 14
Munculnya gerakan keagamaan yang bersifat radikal itu merupakan fenomena penting yang turut mewarnai citra Islam kontemporer Indonesia. Secara sederhana, kemunculan gerakan Islam radikal di Indonesia disebabkan oleh setidaknya dua hal. 14
Nor Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2007), h. 164, 169, dan 172.
7
Pertama, bibit gerakan Islam radikal mulai bersemi setelah masa kemerdekaaan yang ditandai dengan munculnya gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Kedua, gerakan Islam radikal, seperti kelompok-kelompok sosial politik lain, muncul kepermukaan pada masa reformasi ketika pintu gerbang kebebasan menyampaikan pendapat dan berasosiasi dibuka. 15
Runtuhnya kekuasaan otoriter Orde Baru memunculkan gerakan-gerakan sosial, politik dan keagamaan baru. Begitu kran kebebasan terbuka, muncul banyak organisasi sebagai wadah bagi penyuaraan aspirasi. Munculnya gerakan seperti itu dimungkinkan karena adanya respon sosial yang tertunda (delayed responses) terhadap sistem politik otoriter Orde Baru. 16
Ketika di tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang kemudian menjalar menjadi krisis sosial dan krisis politik. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi secara massal, akibatnya aksi-aksi buruh terjadi di seluruh wilayah Indonesia yang mempunyai basis Industri. Selain aksi para buruh, aksi demonstrasi juga datang dari para mahasiswa kepada pemerintahan Soeharto, yang kemudian menjalar pula ke seluruh nusantara meneriakkan slogan, Reformasi sekarang juga!
Sejak itu hampir setiap hari aksi-aksi demonstrasi mahasiswa yang didukung sepenuhnya oleh pers dan masyarakat, menjadi aktivitas rutin yang terjadi di seluruh 15
Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia…, h. 1 dan 9.
16
Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia…, h. 13.
8
wilayah Indonesia. Banyak korban yang berjatuhan dalam peristiwa tersebut. Kejadian itu sampai sekarang selalu dikenang dan diperingati dengan sebutan “Tragedi Trisakti”, puncaknya yaitu pada 12 Mei 1998 terjadi penembakan yang dilakukan oleh aparat keamanan hingga merenggut nyawa empat orang mahasiswa Universitas Trisakti. Setelah kejadian tersebut dua hari kemudian tepatnya pada 14 Mei 1998, terjadi pula kerusuhan sosial berupa penjarahan toko-toko Cina, pembakaran pusat perbelanjaan, perkantoran dan bank-bank, serta pemerkosaanpemerkosaan terhadap perempuan warga keturunan Tionghoa. Kejadian ini kemudian menyebar pula ke kota-kota lain di Indonesia.
Situasi yang tidak terkontrol ini, memaksa Presiden Soeharto untuk segera turun dari jabatannya. Setelah 32 tahun berkuasa, Soeharto secara resmi berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Negara. Setelah itu pemerintah dialihakan kepada Wakil Presiden B. J. Habibie. 17
Dalam masa pemerintahan Habibie, beberapa kebijakan politik yang cukup signifikan dan radikal dilakukan, seperti pembebasan Tapol dan Napol, Kebebasan Pers dan pencabutan Tap MPR No. 8 Tahun 1985 tentang Pancasila sebagai asas tunggal. Kebijakan tersebut kemudian banyak melahirkan pers dan organisasi-
17
Syahrul Efendi D, Rahasia Sukses Habib-FPI Gempur Playboy?! (Jakarta: Yud i Pramu ko, Rajanya Penerbit Islam, 2006), h. 56.
9
organisasi sosial, partai politik semakin tumbuh subur tanpa harus terikat lagi dengan asas Pancasila serta kemaksiatan semakin merajalela. 18
Karena situasi orde baru tahun 1998 tadi, kemudian lahirlah sebuah gerakan keagamaan yang menamakan dirinya FPI (Front Pembela Islam) pada 17 Agustus 1998 yang di pimpin oleh Habib Rizieq Syihab sebagai Ketua Umum. Seperti gerakan-gerakan Islam lainnya, FPI juga menuntut pemberlakuan syariat Islam di Indonesia. 19
Organisasi ini di bentuk dengan tujuan menjadi wadah kerjasama antara ulama dan umat dalam menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar di setiap aspek kehidupan. 20 Sesuai dengan latar belakang berdirinya, FPI mempunyai visi bahwa penegakan amar ma’ruf nahi munkar adalah salah satu solusi untuk menjauhkan kezholiman dan kemungkaran. 21 Sehingga Front Pembela Islam (FPI) menjadi salah satu organisasi Islam yang cukup penting pasca reformasi Indonesia. 22
Walaupun lahirnya FPI yang masih relatif muda dari tahun 1998 hingga sekarang, organisasi keagamaan ini terus berkembang dengan cepat. FPI merupakan salah satu organisasi yang berasaskan agama yang ada di Indonesia. Karena latar 18 19
Syahrul Efendi D, Rahasia Sukses Habib-FPI Gempur Playboy?!..., h. 56-60. Syahrul Efendi D, Rahasia Sukses Habib-FPI Gempur Playboy?!.., h. 61.
20
Achamd Setiyaji, Tragedi Monas Berdarah (Bandung: Semesta, 2008), h. 134.
21
Lihat situs http://www.fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Diakses pada 20 Mei 2013, Jam 10.24.
22
Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia…, h. 129.
10
belakang masalah diatas itulah kemudian FPI ini lahir sebagai bentuk kepedulian dan perhatiannya terhadap masyarakat.
Bagi sebagian masyarakat menganggap bahwa FPI adalah organisasi yang anarkis, karena hampir di setiap aksinya selalu terjadi bentrok dengan aparat keamanan dan masyarakat. Seperti ketika terjadi bentrok di Monas, Mei 2006 FPI berseteru dengan Abdurrahman Wahid, dan masih banyak lagi aksi anarkis dari anggota FPI yang terjadi baru-baru ini. Namun, meskipun organisasi keagamaan ini di kenal seperti itu, FPI justru telah memiliki jutaan anggota dan cabang-cabang yang menyebar hampir diseluruh daerah-daerah di Indonesia, salah satunya di Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Banyak kegiatan yang organisasi ini lakukan, sehingga berbagai argumen atau respon terlontar dari masyarakat mengenai keberadaan FPI ini. Untuk di wilayah Kalimantan Selatan, FPI dipimpin oleh Habib Abdurrahman Bahasyim yang kemudian digantikan oleh Habib Zakaria Bahasyim, sedangkan Ketua FPI wilayah Banjarmasin
adalah
H.
Muhammad
Abdullah
Santoso
SE. 23
Walaupun
keberadaannya di Kalimantan Selatan belum mencapai tiga tahun, ketika penulis melakukan penelitian awal, FPI telah memiliki ratusan anggota yang telah bergabung dan aktif di organisasi tersebut. Dan ormas FPI ini, lebih mudah masuk dan juga di terima oleh masyarakat Kalimantan Selatan setelah tertolakanya pendirian cabang 23
Zainal Abid in, anggota FPI Ban jarmasin, wawancara pribadi, Banjarmasin 22 Juli, Jam 15.30.
11
FPI di Kalimantan Tengah. Yang menjadi anggota pun banyak yang memiliki backgroud ulama. Namun, tidak semua masyarakat setuju dengan adanya FPI di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan.
Mengenai organisasi yang dianggap penuh kontroversi ini, penulis ingin mengetahui tentang apa dan bagaimana organisasi ini sebenarnya? Bagaimana sejarah dan perkembangan, aktivitas FPI serta respon masyarakat terhadap keberadaan organisasi keagamaan ini di Banjarmasin? Perlu kita ketahui pula mengapa FPI bisa menjadi begitu anarkis, sedangkan organisasi ini berlandaskan agama Islam dan Islam itu di kenal dengan agama yang damai. Jadi, benarkah FPI itu organisasi yang anarkis? Bagaimana dengan FPI di Banjarmasin Kalimantan Selatan ? Apakah FPI di Banjarmasin kegiatannya sama eksisnya dengan di daerah lain? Apakah FPI Banjarmasin sama kontrovesinya dengan yang ada di Indonesia pada umumnya? Dan mengapa FPI itu mudah diterima oleh masyarakat, dalam waktu yang singkat FPI mampu memiliki banyak massa yang terus meningkat, padahal FPI terkenal dengan jargonnya yang keras dan anarkis tadi. Mungkin ada sisi baik dari FPI itu namun hanya belum kita ketahui, maka perlu kita mencari tahu mengenai organisasi ini secara lebih dekat dan mendalam. Beberapa hal inilah yang menurut penulis sangat menarik untuk diteliti. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat skripsi dengan judul: EKSISTENSI ORGANISASI KEAGAMAAN FRONT
12
PEMBELA
ISLAM
(FPI)
DI
KOTA
BANJARMASIN
PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dan untuk lebih terfokusnya pembahasan yang akan dilakukan maka penulis merumuskan batasan-batasan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah masuk dan perkemb b. angan FPI di Banjarmasin ? c. Apa saja aktivitas yang dilakukan oleh organisasi FPI di Banjarmasin ? d. Bagaimana respon terhadap keberadaan FPI di Banjarmasin ?
C. Definisi Ope rasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran terhadap pemahaman beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan terhadap istilah berikut:
13
1. Eksistensi Eksistensi adalah adanya atau keberadaan. 24 Adapun yang dimaksud disini adalah keberadaan organisasi FPI yang ada di Banjarmasin Kalimantan Selatan, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan organisasi tersebut. 2. Organisasi Organisasi adalah susunan yang terdiri atas bagian-bagian di dalam sebuah perkumpulan untuk mencapai tujuan tertentu atau tujuan bersama. 25 3. FPI FPI adalah kepanjangan dari (singkatan nama) Front 26 Pembela Islam. Sebuah lembaga atau organisasi sosial kemasyarakatan yang berbasis masa murni Islam atau yang berasaskan Islam. Dalam hal ini adalah FPI yang ada di Banjarmasin Kalimantan Selatan, di Jalan Bumi Mas Raya, Komplek Bumi Jaya. Jadi yang dimaksud penulis mengenai judul diatas adalah penelitian yang memfokuskan tentang keberadaan FPI: sejarah masuk dan perkembangan FPI yang ada di Banjarmasin, aktivitas FPI, respon masyarakat, ulama dan tokoh agama Islam terhadap keberadaan FPI. 24
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Agama dan Kebudayaan, Kamus Umu m Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 221. 25
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 630. 26
Front adalah bagian terdepan; garis depan; medan pertemp uran; gerakan kesatuan atau gerakan bersama dalam mencapai suatu tujuan politik atau ideologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.., h. 245.
14
D. Tujuan dan Signifikansi
1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui secara mendalam bagaimana sejarah masuk dan perkembangan FPI di Kota Banjarmasin serta serta aspek-aspek yang berkenaan dengan FPI. b. Untuk mengetahui aktivitas FPI di Banjarmasin. c. Untuk mengetahui respon masyarakat, ulama dan tokoh agama Islam terhadap keberadaan FPI di Banjarmasin. 2. Signifikansi Penelitian Dari signifikansi tersebut nantinya diharapkan : a. Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk mengetahui bagaimana eksistensi organisasi FPI ini. b. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti kembali permasalahan ini. c. Untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan sehubungan dengan masalah yang di teliti. d. Bagi pengembangan teori, diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah
ilmu
pengetahuan
dan
untuk
memperkaya
khazanah
15
kepustakaan IAIN Antasari Banjarmasin, khususnya Fakultas Ushuluddin dan Humaniora. e. Bagi masyarakat dan pemerintah, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penanganan masalah yang muncul dari kelompokkelompok agama atau organisasi-organisasi keagamaan khususnya ormas FPI. f. Dan penelitian ini juga diharapkan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam melaksanakan pembinaan tehadap organisasi-organisasi yang ada, agar lebih baik dan menjadi sarana untuk menampung aspirasi masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengetahuan penulis, ada beberapa penelitian yang membahas mengenai organisasi keagamaanini yakni: 1.
Tesis mengenai FPI oleh Al- Zastrouw Ng, mahasiswa S2 di Universitas Indonesia tahun 2002, dan dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, gerakan Islam radikal FPI bukanlah gerakan Islam-Radikal fundamentalis yang berjuang untuk kepentingan Islam, demi mendirikan dan menegakkan syariat Islam. Akan tetapi, hanyalah gerakan Islam- Radikal-Politik yang menjadikan agama sebagai kedok untuk menutupi kepentingan politik dan ekonomi para aktivisnya.
16
2.
Skripsi dengan judul “Kepemimpinan Dakwah Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab (Ketua Umum Front Pembela Islam)” oleh Badrussalam mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Islam Jakarta tahun 2002.
3.
Skripsi dengan judul “FPI dan Perjuangan Pemberlakuan Syariat Islam di Indonesia”oleh Syahrul Efendi D mahasiswa Fakultas Syariah Institut PTQ Jakarta tahun 2002, skripsi ini membahas lebih mendalam mengenai perjuangan FPI dalam pemberlakuan syariat Islam di Indonesia.
4.
Dan skripsi mahasiswa S1 UIN Sunan Kalijaga tahun 2009 oleh Setiawan, membahas “Orientasi Tindakan Gerakan Nahi Munkar Laskar FPI di Yogyakarta”. Sedangkan organisasi keagamaan dalam hal ini adalah FPI, untuk di lingkungan
IAIN Antasari Banjarmasin, khususnya Fakultas Ushuluddin dan Humaniora sendiri masih belum ada yang melakukan penelitian, baik berupa sejarah, perkembangan, dan aktivitas serta respon terhadap keberadaan FPI di Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin. Dalam penelitian ini penulis mencoba melakukan penelitian dan memfokuskan bahasan mengenai keberadaan FPI serta aspek-aspek yang meliputi organisasi tersebut. Permasalahan tersebut selanjutnya akan dipaparkan pada pembahasan mengenai sejarah masuk dan perkembangan FPI, aktivitas FPI serta respon masyarakat, ulama dan tokoh agama terhadap keberadaan FPI di Banjarmasin Kalimantan Selatan.
17
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunkan penelitian lapangan (field research), yaitu jenis penelitian yang menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian yang disebut dengan responden dan informan melalui instrument pengumpulan data dengan angket, observasi, dan wawancara. 27 Dimana sejumlah keterangan dan data yang di perlukan diambil langsung dari lokasi penelitian. Namun, sebelumnya penulis juga mengumpulkan beberapa bahan-bahan kepustakaan, sebagai landasan acuan penggalian data. Penelitian lapangan ini bersifat deskriptif-kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang apa dan bagaimana keadaan suatu fenomena atau kejadian dan melaporkan sebagaimana adanya berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan di lapangan. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis, sosiologis dan teologis. Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang di dalamnya membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Dengan pendekatan ini, segala
27
Rah madi, Pengantar Metodologi Penelitian (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), h. 13
18
peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. 28 Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan- ikatan antara manusia yang menguasai
hidupnya.
Jadi pendekatan
sosiologis
adalah
ilmu
yang
menggambarkan tentang keadaan masyarakat yang lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan pendekatan ini suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut. 29 Sedangkan pendekatan teologis adalah pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti. Pendekatan ini adalah pendekatan yang penuh dengan subjektivitas dari peneliti, sarat dengan muatan kepentingan, keyakinan dan prasangka dari peneliti. 30 2. Desain Penelitian Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
28 29 30
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 46-47. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam..., h.38-39.
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama (Bandung:Pustaka Setia, 2000), h. 49.
19
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, penyajian data, menganalisis dan menginpretasikannya. 31 3. Lokasi, Subjek, Objek Penelitian dan Sampel a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini mengambil tempat di Kantor DPW FPI Jalan Bumi Mas Raya, Komplek Bumi Jaya RT. 10 RW. 01 No. 48 Kelurahan Pemurus Baru, Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. 32 b. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang yang dipilih untuk menjadi informan (sumber informasi) adalah mereka yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai sejumlah aspek yang akan diteliti, yaitu pimpinan FPI, anggota FPI, Kepolisian, ulama dan tokoh agama Islam serta sebagian masyarakat yang memiliki dan mengetahui informasi seputar FPI, baik posisinya sebagai responden atau informan. Subjek yang didapat dari penelitian ini menggunakan teknik snowball (bola salju). c. Objek Penelitian Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah sejarah masuk dan perkembangan FPI di Kalimantan Selatan khususnya di Banjarmasin,
31 32
Abu Achmad dan Cholid Narbuka, Metode Penelitian (Jakarta: Bu mi Angkasa, 2002), h. 44. Zainal Abid in, anggota FPI Ban jarmasin, wawancara pribadi, Banjarmasin 22 Juli, Jam 15.30.
20
struktur kepengurusan, keanggotaan, aktivitas FPI dan respon terhadap keberadaan FPI. d. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi. Yang menjadi sampel untuk respon dari masyarakat dalam penelitian ini diambil dari lima kecamatan yang ada di Banjarmasin yaitu: Banjarmasin Timur, Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Utara dan Banjarmasin Te ngah, dengan keseluruhan informan berjumlah 30 orang, ulama dan tokoh agama Islam sebanyak 6 orang. 4. Data dan Sumber Data a. Data Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka data yang digali dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data Pokok Data pokok yaitu data-data yang berhubungan dengan permasalahan atau perumusan masalah, dalam hal ini data pokoknya adalah sejarah masuk dan perkembangan FPI di Banjarmasin, struktur kepengurusan, aktivitas, respon terhadap FPI dan segala aspek yang perlu diketahui tentang FPI di Banjarmasin.
21
2) Data Pelengkap Data pelengkap yaitu segala data yang sifatnya dapat menunjuang atau memperjelas data pokok atau data mengenai lokasi umum penelitian. Data tentang gambaran umum lokasi penelitian tersebut seperti: demografi dan daftar jumlah penduduk kota Banjarmasin, rumah ibadah, majlis ta’lim dan jumlah ulama dan tokoh agama Islam serta daftar ormas Islam di Banjarmasin. b. Sumber Data Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang diperoleh, yaitu: 1) Data Primer Data yang di peroleh langsung dari sumbernya, mengenai informasi data pokok seperti pengurus sekaligus pimpinan dari FPI di Banjarmasin, anggota FPI, Ketua RT, instansi pemerintah dan Kepolisian yang bisa memberikan informasi berkenaan dengan penelitian ini. Dalam hal ini wawancara langsung dengan responden tersebut. 2) Data Sekunder Data yang di dapat bukan dari responden, tetapi berasal dari informan yang akan memberikan informasi dan tanggapan seperti ulama, tokoh agama Islam serta sebagian masyarakat yang tinggal disekitar Kota Banjarmasin.
22
5. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk mendapatkan data yang relevan yaitu: a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui permasalahan yang di teliti yaitu eksistensi FPI di kota Banjarmasin.
Teknik
ini
digunakan
untuk
mengamati bagaimana
perkembangan dan mencatat aktivitas FPI serta respon masyarakat. b. Wawancara yaitu penulisan berhadapan langsung dengan responden dan informan, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan secara bebas namun tetap terfokus pada masalah yang di teliti. Data yang digali melalui teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang organisasi FPI. Wawancara ini menggunakan metode wawancara terstruktur. c. Dokumenter yaitu teknik ini merupakan teknik penunjang teknik diatas untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik dokumenter ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data-data yang mungkin tersimpan seperti dokumen, foto dan sebagainya. Sehingga dari teknik ini didapatkan dokumentasi dan data yang berkaitan dengan penelitian. d. Studi literatur yaitu teknik ini digunakan untuk melengkapi dan memperkuat data yang diperoleh dari teknik observasi, wawancara dan
23
dokumenter. Literatur yang dikaji adalah buku-buku atau masalah- masalah yang berkaitan dengan objek yang diteliti. 6. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data Teknik ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Koleksi data yaitu pengumpulan data sebanyak-banyaknya, baik data yang bersifat pokok maupun pelengkap. 2. Editing data yaitu mengkaji, memeriksa, mengecek kelengkapan data yang telah dikumpulkan dan menyempurnakan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian, baik melalui observasi, angket, wawancara, dokumenter dan studi literatur untuk mengetahui apakah semua data sudah lengkap, dapat dipahami dan dapat digunakan. 3. Klasifikasi data yaitu mengklasifikasikan data dari hasil jawaban responden dan informan menurut jenisnya. Dalam hal ini penulis mengelompokkan hasil data-data sesuai dengan jenis, kegunaan dan permasalahan agar memudahkan dalam menguraikan dan penyusunan data dalam laporan hasil penelitian. 4. Interpretasi data yaitu dalam tahap ini penulis memberikan komentar, penjelasan atau menafsirkan data yang kurang jelas, agar lebih mudah dipahami dan dimengerti, seperti mengubah bahasa jawaban responden
24
dan informan dari hasil wawancara menjadi bahasa pe nulis yang mudah dipahami.
b. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif. Yaitu menggambarkan data yang diperoleh sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti dan kemudian dipaparka n dalam bentuk uraian- uraian yang disusun secara sistematis. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan teori sosial gerakan keagamaan. Sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan metode induktif yaitu dari pengumpulan data-data yang bersifat khusus (induktif), kemudian dari data tersebut ditarik kesimpulan yang bersifat umum (deduktif). Dengan menggunakan pendekatan historis, sosiologis dan teologis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini akan dibahas dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
Pada bab I Pendahuluan yaitu, penulis memaparkan latar belakang masalah, penulis juga membuat penegasan judul; rumusan masalah; definisi operasional; tujuan dan signifikasi penelitian; metode penelitian; dan sistematika penulisan.
25
Pada bab II yaitu, sebagai landasan teori, disini akan membahas Gerakan Islam Radikal di Indonesia; Akar Gerakan Radikal di Indonesia, Tipologi Gerakan Islam Radikal dan Penyebab Munculnya Radikalisme dan pembahasan mengenai Konsep Dakwah dalam Islam; Pemimpin Kharismatik dan Simbol-Simbol Agama dalam Sebuah Gerakan Sosial Keagamaan.
Bab III yaitu, pada bab ini penulis membahas mengenai hasil penelitian yaitu Eksistensi Organisasi Keagamaan Front Pembela Islam (FPI) di Banjarmasin yang berisi, Profil Organisasi Keagamaan Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia; subbabnya adalah Latar Belakang Berdirinya; Perkembangan Organisasi FPI di Indonesia; Habib Rizieq Syihab Sang Pelopor FPI; Asas dan Tujuan Organisasi; Struktur dan Sistem FPI secara Umum; Laskar Pembela Islam (LPI), Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar; Karakteristik Organisasi FPI, Gambaran Umum Lokasi Penelitian, berupa Demografi Kota Banjarmasin, Sejarah Masuk dan Perkembangan FPI di Banjarmasin Kalimantan Selatan, yang berisi; Penolakan Pendirian Cabang FPI di Kalimantan Tengah, Masuknya FPI di Kalimantan Selatan dan Banjarmasin, Struktur Kepengurusan Organisasi FPI, MPI, Keanggotaan, Rekruitmen dan Kaderisasi; Aktivitas FPI serta Respon Masyarakat, Ulama dan Tokoh Agama Islam Kota Banjarmasin terhadap FPI.
Pada bab IV yaitu, penulis memaparkan tentang analisis terhadap gerakan FPI dalam teori-teori sosial keagamaan terhadap hasil penelitian.
26
Pada bab V yaitu, bab terakhir dalam penelitian ini, adalah simpulan mengenai uraian-uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan tambahan berupa saran dan penutup yang berisi daftar pustaka sebagai referensi yang digunakan dalam penelitian ini.