BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang di dunia, hal ini terbukti dengan adanya pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan sektor
ekonomi.
Perekonomian
di
Indonesia
yang
semakin
membaik
menyebabkan timbulnya gairah bagi para pengusaha untuk mengelolah perusahaannya di Indonesia. Salah satu pengelolaan yang harus diperhatikan adalah masalah keuangan yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, keuangan suatu perusahaan berkaitan dengan sumber dana dan penggunaannya, semakin efisien penggunaan dan pengelolaan dana maka semakin baik bagi perusahaan. Agar dana dalam perusahaan dapat dipenuhi secara cukup, maka dituntut adanya pengelolaan dan penentuan secara tepat terhadap sumber dana. Sumber dana dapat dipilih atau ditentukan apakah dari modal sendiri atau dari modal luar. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pasar modal Indonesia memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Salah satu peran pasar modal yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan eksternal untuk perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari Initial Publik Offering (IOP) atau penawaran umum untuk pertama kalinya sebelum saham dicatat di bursa maupun seasoned new issues atau penjualan saham pada masyarakat setelah perusahaan going publik menurut Hartono (2008:29) dalam Mariah dan Meythi (2012). 1
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan
meningkatkan
kesejahteraan
melalui
peningkatan
nilai
perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai apabila suatu perusahaan bisa beroperasi dengan mencapai keuntungan yang ditargetkan. Dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut akan mampu memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya (Sulistiyowati, et al. 2010). Setiap perusahaan memiliki tujuan serta sasaran tertentu yang berlainan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat diukur dari harga saham perusahaan yang bersangkutan. Untuk mendukung tujuan tersebut, perusahaan harus melakukan beberapa kebijakan. Salah satu kebijakan penting yang harus dilaksanakan manajemen dalam menyeimbangkan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham adalah kebijakan dividen. Kebijakan
dividen
merupakan
bagian
dari
keputusan
pendanaan
(Van Horne and Wachowicz, 2005:270) Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan mengenai pembagian laba perusahaan. Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan yang sulit bagi pihak manajemen perusahaan. Pembagian dividen di satu sisi akan memenuhi harapan investor untuk mendapatkan return sebagai hasil dari investasinya, sedangkan di satu sisi pembagian dividen diharapkan tidak mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Manajemen perusahaan sebaiknya dapat membuat suatu kebijakan dividen yang optimal berarti kebijakan tersebut harus menghasilkan semacam keseimbangan antara kepentingan pemegang saham melalui dividen dan kepentingan perusahaan dalam hal pertumbuhannya. 2
Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah dividen kas. Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil dari tahun ke tahun karena dengan stabilitas dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Pembayaran dividen dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya ke dalam perusahaan. Dividen kas adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang (Sundjaja dan Barlian, 2002:380). Kebijakan dividen kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli, 2006). Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Perusahaan harus bisa membuat sebuah kebijakan yang optimal. Kebijakan yang diambil harus bisa memenuhi keinginan kedua belah pihak dimana perusahaan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana, sedangkan pihak investasi memperoleh apa yang diinginkan, sehingga investor tidak mengalihkan investasinya ke perusahaan lain. Pada umumnya, pihak manajemen cenderung menahan kas untuk melunasi kewajiban dan melakukan investasi. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah dividen yang akan dibayarkan menjadi relatif kecil. Sementara itu, di pihak pemegang saham tentu saja menginginkan jumlah dividen kas yang tinggi sebagai 3
hasil dari modal yang mereka investasikan. Kondisi seperti inilah yang dipandang agency theory sebagai konflik antara manajer dan investor ketika kedua kelompok saling berbeda (Keown, et al. 2000 : 617). Profitability (profitabilitas) adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi
seluruh
kewajiban tetapnya yaitu beban
bunga dan
pajak.
Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Brigham dan Houston, 2006:108). Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba. Laba perusahaan tersebut akan menjadi acuan dalam pembayaran dividennya.
Besarnya tingkat laba akan mempengaruhi besarnya tingkat
pembayaran dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. ROE digunakan sebagai alat ukur profitabilitas karena ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur suatu keberhasilan bisnis dengan memperkaya pemegang sahamnya (Deitiana, 2009). Abdelsalam (2008), Aivazian (2003), Al Najjar (2009), Al Kuwari (2009) serta Yudhanto dan Aisjah (2013) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil berbeda yaitu,
profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan ditemukan oleh
Islam et al. (2012).
4
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan manufaktur karena dengan menggunakan ROE akan terlihat bagaimana kemampuan perusahaan menghasilkan laba dibandingkan dengan jumlah modal yang dimiliki perusahaan sedangkan pengukuran dengan NPM juga akan lebih menunjukkan keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dari jumlah penjualan di setiap periodenya sehingga dengan menggunakan kedua variabel tersebut dapat memberikan pengukuran tingkat profitabilitas perusahaan manufaktur tahun 2013. Investment Opportunity Set (IOS) diperkenalkan pertama kali oleh Myers pada tahun 1977. Nilai perusahaan dipengaruhi oleh dua hal yaitu aset yang saat ini telah ditempatkan dan opsi untuk investasi di masa depan. IOS lebih ditekankan pada opsi investasi di masa depan. IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihanpilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka cabang yang baru serta memperbesar investasi atau membuka investasi baru sehingga tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang juga meningkat dimana perusahaan yang bertumbuh cenderung membayarkan dividen lebih rendah. Untuk mengukur Investment Opportunity Set (IOS) digunakan Market to Book Value of Assets (MVA/BVA) karena dengan menggunakan MVA/BVA akan memperhitungkan berbagai faktor penting seperti jumlah aktiva, jumlah 5
ekuitas, harga saham dan jumlah saham yang beredar dengan memperhitungkan berbagai faktor tersebut akan lebih memberikan gambaran peluang investasi karena rasio ini menjelaskan gabungan antara aset ditempat dengan kesempatan investasi karena kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan akan sangat terkait dengan jumlah aset yang dimiliki. Pengukuran IOS lainnya adalah dengan menggunakan Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dengan menggunakan rasio CAP/MVA akan terlihat perbandingan antara tambahan modal tiap tahun yang dilakukan perusahaan dengan jumlah aset yang dimiliki sehingga dengan mengetahui tambahan modal yang dilakukan perusahaan akan menunjukkan tingkat investasi yang dilakukan perusahaan.
Semakin besar
pertambahan modal yang dilakukan perusahaan menunjukkan semakin tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Pada pra penelitian yang dilakukan, pada beberapa perusahaan manufaktur dari beberapa sub sektor menunjukkan bahwa tingkat pembayaran dividen secara umum cenderung fluktuatif meskipun ada juga yang relatif stabil. Pada Tabel 1.1 berikut dapat dilihat tingkat profitabilitas, dan kesempatan berinvestasi serta pembayaran dividen tunai pada beberapa perusahaan manufaktur tahun 20102013. Tabel 1.1 Data Keuangan Beberapa Perusahaan Manufaktur Periode 2010-2013 Emiten
2010
2011
2012
2013
4,146,282,000,000
4,958,102,000,000
4,068,711,000,000
4,383,932,000,000
Total Equitas (Rp)
21,320,276,000,000
24,550,928,000,000
26,605,713,000,000
29,416,271,000,000
Penjualan Bersih
37,691,997,000,000
41,884,352,000,000
49,028,696,000,000
55,436,954,000,000
Total Aset (Rp)
30,741,679,000,000
39,088,705,000,000
41,509,325,000,000
50,770,251,000,000
Laba Bersih (Rp) GGRM
Tahun
Data Keuangan
6
Harga Saham (Rp) Saham Beredar (Lembar)
40,000
62,050
56,000
42,000
1,924,088,000
1,924,088,000
1,924,088,000
1,924,088,000
2,155
2,544
2,086
2,250
53,700,000,000
53,700,000,000
53,700,000,000
53,700,000,000
880
1,000
800
800
Laba Bersih (Rp)
1,286,330,026,012
1,539,721,311,065
1,772,034,750,571
2,004,243,694,797
Total Equitas (Rp)
5,771,917,028,836
6,515,935,058,426
7,371,643,614,897
8,499,957,965,575
Penjualan Bersih
10,226,789,206,223
10,911,860,141,523
13,636,405,178,957
16,002,131,057,048
7,032,496,663,288
8,274,554,112,840
9,417,957,180,958
11,315,061,275,026
4,100
3,400
1,060
1,250
9,374,000,000
9,375,000,000
46,875,000,000
46,875,000,000
137
158
37
41
32,317,540,678
32,317,540,678
32,317,540,678
34,118,673,814
70
95
19
17
3,633,219,892,000
3,955,272,512,000
4,926,639,847,000
5,852,022,665,000
Total Equitas (Rp)
12,006,438,613,000
14,615,096,979,000
18,164,854,648,000
21,803,975,875,000
Penjualan Bersih
14,344,188,706,000
16,378,793,758,000
19,598,247,884,000
24,501,240,780,000
Total Aset (Rp)
15,562,998,946,000
19,661,602,767,000
26,579,083,786,000
30,792,884,092,000
9,450
11,450
15,850
14,150
5,931,520,000
5,931,520,000
5,931,520,000
5,931,520,000
613
662
817
905
1,458,257,900,000
1,458,257,900,000
1,458,257,900,000
1,458,257,900,000
306
331
368
407
Laba Bersih (Rp)
14,366,000,000,000
21,077,000,000,000
22,742,000,000,000
22,297,000,000,000
Total Equitas (Rp)
58,803,000,000,000
75,838,000,000,000
89,814,000,000,000
106,188,000,000,000
Penjualan Bersih
129,991,000,000,000
162,564,000,000,000
188,053,000,000,000
193,880,000,000,000
Total Aset (Rp)
113,362,000,000,000
154,319,000,000,000
182,274,000,000,000
213,994,000,000,000
5,455
7,400
7,600
6,800
40,483,553,140
40,483,553,140
40,483,553,140
40,483,553,140
355
439
480
480
1,106,000,000,000
1,106,000,000,000
1,106,000,000,000
1,139,000,000,000
160
198
216
216
EPS (Rp) Tambahan Modal (Rp) Dividen (Rp)
Total Aset (Rp) KLBF
Harga Saham (Rp) Saham Beredar (Lembar) EPS (Rp) Tambahan Modal (Rp) Dividen (Rp) Laba Bersih (Rp)
SMGR
Harga Saham (Rp) Saham Beredar (Lembar) EPS (Rp) Tambahan Modal (Rp) Dividen (Rp)
ASII
Harga Saham (Rp) Saham Beredar (Lembar) EPS (Rp) Tambahan Modal (Rp) Dividen (Rp)
Sumber: www.idx.co.id 2015
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa tingkat penjualan bersih PT. Gudang Garam mengalami peningkatan secara berurutan dari tahun 2010-2013 namun 7
laba bersih cenderung fluktuatif meningkat di tahun 2011 namun turun di tahun 2012 dan kembali meningkat di tahun 2013. Total aset dan ekuitas mengalami peningkatan pada periode tersebut sedangkan harga saham fluktuatif, jumlah saham yang beredar dan tambahan modal tiap tahun juga tetap. Laba per lembar saham fluktuatif namun dividen yang dibagikan kepada pemegang saham hanya mengalami peningkatan di tahun 2011 dibanding tahun 2010 dan turun di tahun 2012 dan 2013 dengan jumlah yang sama sebesar Rp.800 per lembar saham. Dengan demikian terlihat bahwa fluktuasi yang terjadi pada laba bersih, harga saham dan laba perlembar saham searah dengan fluktuasi yang terjadi pada jumlah dividen per lembar saham yang dibayar tiap tahunnya kepada pemegang saham, sedangkan jumlah aset, ekuitas, dan penjualan yang mengalami peningkatan secara berurutan namun dividen tidak bergerak meningkat namun justru fluktuatif demikian halnya dengan jumlah saham yang beredar dan tambahan modal tiap tahun jumlahnya tetap tidak menyebabkan jumlah dividen perlembar saham juga tetap selama periode 2010-2013. Pada PT. Kalbe Farma penjualan, laba bersih, jumlah aset, jumlah ekuitas, mengalami peningkatan ditiap tahunnya, tambahan modal tetap selama periode 2010-2012 dan hanya bertambah ditahun 2013. Jumlah saham yang beredar tetap pada tahun 2010 dan 2011 namun ditahun 2012 perusahaan melakukan stock split sehingga jumlah saham yang beredar bertambah di tahun 2012 dan 2013. Selanjutnya terlihat bahwa laba perlembar saham fluktuatif sedangkan dividen perlembar saham juga fluktuatif dan mengalami penurunan di 2012 dan 2013.
8
Dengan demikian, meskipun penjualan, laba bersih, jumlah aset, jumlah ekuitas, dan jumlah saham yang beredar meningkat namun dividen per lembar saham justru fluktuatif bahkan mengalami penurunan di dua tahun terakhir namun, fluktuasi yang terjadi pada harga saham, dan laba per lembar saham searah dengan fluktuasi yang terjadi pada dividen yang dibayarkan per lembar sahamnya. Dengan demikian secara umum hal yang menjadi fenomena dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada profitabilitas dan kesempatan investasi terkadang searah dengan perubahan yang terjadi pada pembayaran dividen namun terkadang perubahan profitabilitas dan kesempatan investasi tidak searah dengan perubahan yang terjadi pada pembayaran dividen. Pada PT. Semen Indonesia jumlah penjualan, laba bersih, jumlah aset, jumlah ekuitas, dan laba per lembar saham mengalami peningkatan secara beruntun dari tahun 2010 hingga 2013. Jumlah saham beredar dan tambahan modal tiap tahunnya tidak mengalami perubahan, kemudian harga saham cenderung fluktuatif meskipun tidak begitu signifikan sedangkan dividen perlembar saham juga mengalami peningkatan selama periode tersebut. Dengan
demikian,
pada
PT.
Semen
Indonesia
terlihat
bahwa
meningkatnya penjualan, laba bersih, jumlah aset, jumlah ekuitas, laba per lembar saham searah dengan meningkatnya jumlah dividen per lembar saham di setiap tahunnya, sedangkan harga saham yang fluktuatif dan jumlah saham beredar serta tambahan modal yang tidak mengalami perubahan tidak searah dengan jumlah dividen yang bergerak meningkat selama periode 2010-2013. 9
Selanjutnya pada PT. Astra International terlihat bahwa meningkatnya penjualan, laba bersih, jumlah aset, dan jumlah ekuitas tidak searah dengan fluktuasi yang terjadi pada dividen sedangkan perubahan yang terjadi pada harga saham dan laba perlembar saham juga searah dengan fluktuasi yang terjadi pada dividen yang dibayarkan setiap tahunnya. Dengan demikian, secara umum terlihat bahwa berbagai perubahan yang terjadi pada penjualan, laba bersih, jumlah aset, jumlah ekuitas, tambahan modal, harga saham, laba per lembar saham, dan jumlah saham beredar pada beberapa perusahaan di tahun-tahun tertentu searah dengan perubahan yang terjadi pada jumlah dividen yang dibayar, namun terkadang di beberapa tahun lainnya justru terlihat bertolak-belakang disaat laba bersih dan harga saham maupun jumlah aset dan ekuitas mengalami peningkatan justru dividen yang dibayar per lembar saham mengalami penurunan. Hal inilah yang menjadi fenomena menarik bagi penulis dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh bagaimana pengaruh profitabilitas dan kesempatan investasi mempengaruhi pembayaran dividen pada perusahaan manufaktur. Untuk itu penulis memilih judul : “Pengaruh Profitability dan Invenstmen Opportunity Set Terhadap Cash Devidend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013”.
10
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya,
maka yang menjadi perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diukur dengan Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), dan Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
2.
Apakah profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diukur dengan Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), dan Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan di dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
profitability
dengan
menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diukur dengan Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), dan Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) secara bersama-sama terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 11
2.
Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
profitability
dengan
menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diukur dengan Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), dan Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) secara parsial terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat di dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagi Perusahaan Manufaktur (Emiten) Diharapkan dapat membantu manajer keuangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan terutama dalam bentuk dividen kas bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2.
Bagi Investor Dapat digunakan oleh investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian berupa dividen kas di suatu perusahaan khususnya di masa depan.
3.
Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan serta pola pikir tentang pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap dividen kas bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
12
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap dividen kas bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
13