BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan komputer merupakan sebuah infrastruktur yang menghubungkan sejumlah perangkat komputer dengan media kabel ataupun tanpa kabel (wireless) sehingga dapat berbagi data dan informasi. Jaringan komputer juga dapat diartikan sebagai kumpulan terminal komunikasi yang berada diberbagai lokasi yang terdiri lebih dari satu komputer yang saling berhubungan. Jaringan komputer yang lebih luas memiliki perangkat tambahan seperti HUB, Switch, Router, repeater dan gateway. Dengan perangkat tambahan jaringan komputer dapat memiliki ruang lingkup wilayah yang bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan. Agar sebuah jaringan dapat terhubung dengan jaringan lain maka diperlukan protocol untuk mengatur paket data agar dapat diteruskan ke penerimanya. Protocol dalam jaringan komputer merupakan sebuah aturan standar yang berfungsi membagi informasi yang akan dikirim, menambahkan alamat pada berita yang dikirim dan kode-kode koreksi, membangun komunikasi antar pengirim dan penerima, mengatur perjalanan data dan memberikan pelayanan komunikasi. Standarisasi protocol diantarnya adalah international standar organization (ISO) dan institute of electrical and electronic engineers (IEEE).
1
2
Router merupakan perangkat keras jaringan yang digunakan untuk mengirim paket data antara dua atau lebih jaringan komputer tujuan yang dikenal routing. Proses routing terjadi pada lapisan OSI yaitu pada layer network. Fungsi router sebagai pembagi atau mendistribusikan IP address baik secara static maupun dynamic kesemua komputer yang terhubung pada router. Router menggunakan routing protocol untuk mengetahui informasi tentang seluruh jaringan dan untuk menentukan jalur terpendek dan tercepat untuk mengirim paket melalui mekanisme pembentukan tabel routing. Protocol routing diantaranya RIP (routing information protocol), EIGRP (interior gateway routing protocol), IGRP (interior gateway routing protocol), EGP (exterior gateway protocol), BGP (border gateway protocol), OSPF (open shortest path first), dan IS-IS (intermediate system-intermediate system). OSPF merupakan routing protokol yang berstandar terbuka yaitu routing protokol bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya. OSPF menggunakan kecepatan jaringan berdasarkan metric untuk menetapkan path-path ke jaringan lain. OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area. Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi linkState yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. OSPF routing protocol yang berkerja dengan sebuah algoritma dijkstra. Routing OSPF sangat membantu dalam sebuah
3
topologi adalah untuk mengurangi overhead (waktu pemrosesan) routing, mempercepat convergance, serta membatasi ketidakstabilan jaringan disebuah area dalam suatu jaringan. IS-IS merupakan routing protocol yang digunakan oleh router untuk menentukan rute terbaik untuk mengirim datagram atau paket melalui jaringan berbasis paket, proses yang disebut routing. IS-IS adalah protocol link-state yaitu penyimanan informasi tentang keadaan link dan menggunakan data untuk memilih jalur. IS-IS dikembangkan oleh ISO sebagai bagian dari Interkoneksi system terbuka, Tidak seperti OSPF, yang dikembangkan dan distandarisasi oleh Internet Engineering Task Force (IETF). IS-IS dan OSPF banyak memiliki kesamaan dimana kedua protocol ini menggunakan metode link-state yang menggunakan algoritma djikstra dalam melakukan perhitungan, sama-sama
menggunakan
konsep hirarki dalam desain jaringan, Keduanya memiliki dukungan untuk variabel panjang subnet mask pada, VLSM ( CIDR ). Keduanya juga dapat menggunakan multicast untuk menemukan tetangga halo pesan, memberikan dukungan untuk otentikasi pesan pembaruan. Saat ini pengalamatan IP address sudah dikembangkan oleh sebuah standarisasi IETF dari IPv4 menjadi IPv6 untuk memenuhi kebutuhan sebuah pengalamatan pada jangka waktu panjang dan mendukung protocol-protocol yang telah dikembangkan diantaranya routing protocol yang diperlukan untuk menentukan dan pemilihan jalur sebuah paket data. Beberapa routing protocol yang dapat diimplementasikan pada IPv6 antaranya RIPng, OSPFv3, IS-IS dan BGP.
4
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan pada penelitian ini yaitu “Seberapa baik kinerja jaringan menggunakan protocol OSPFv3 dengan protocol IS-IS terhadap jaringan yang menggunakan
pengalamatan
IPv6
dengan
mengukur
parameter
waktu
konvergensi, dan pemilihan jalur pada routing table?”.
1.3
Batasan Masalah Adapun batasan masalah agar penelitian ini dapat terarah dan tidak
menyimpang dari pembahasan adalah sebagai berikut 1. Pengujian yang akan dilakukan menggunakan simulasi dengan perangkat lunak pada PC yaitu program GNS3. 2. Evaluasi hanya dilakukan menggunakan routing protocol OSPFv3 dan IS-IS pada IPv6. 3. Parameter-parameter yang diamati adalah parameter yang mempengaruhi kecepatan waktu konvergensi, dan reroute.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menentukan seberapa tinggi kinerja konvergensi dari routing protocol OSPFv3 dan IS-IS apabila diimplemetasikan pada jaringan dengan pengalamatan IPv6.
5
1.4.2
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai alternatif pemilihan protocol untuk membangun jaringan IPv6. 2. Sebagai informasi tambahan dan referensi untuk pemodelan routing dalam jaringan.
1.5
Metodelogi Penelitian
1.5.1
Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada simulasi dengan perangkat lunak pada PC
dengan program GNS3 dan test-bed yang akan dimulai pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2016.
1.5.2
Alat dan Bahan
1. Perangkat Keras ( Hardware ) a. Laptop processor intel Pentium b. HDD 500 Gb c. RAM 4 Gb d. Router Cisco 2. Perangkat Lunak ( Software ) a. Sistem operasi windows 7 ultimate b. GNS3 c. Wireshark d. Virtualbox
6
1.5.3
Metode Penelitian Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah action research
atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi social pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Action research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dan client dalam mencapai tujuan (Kurt Lewin,1973 disitasi Sulaksana 2004) sedangkan pendapat Davison, Martinsons & Kock (2004), menyebutkan penelitian tindakan, sebagai sebuah metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan pembelajaran dari hasil intervensi yang direncanakan setelah diagnosis yang rinci terhadap konteks masalahnya. Berikut tahapan penelitian tindakan (action research) yang dapat ditempuh terbagi dalam 5 tahapan yang merupakan siklus, yaitu : 1. Melakukan Diagnosa (diagnosing) Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang berkaitan langsung pada protocol routing yang akan diteliti guna menjadi dasar dan pertimbangan penelitian dalam melakukan pengembangan dan pemaksimalan kinerja routing dalam jaringan yang akan mendatang. 2. Membuat rencana tindakan (action planning) Peneliti memahami pokok permasalahan dan kemudian akan dilanjutkan penyusunan rencana tindakan yang tetap untuk menyelesaikan masalah yang ada.
7
Pada tahap ini peneliti akan membangun perancangan jaringan menggunakan protocol routing yang akan dijalankan pada IPv6. 3. Melakukan tindakan (action taking) Peneliti
akan
mengimplementasikan
rencana
dengan
harapan
dapat
menyelesaikan masalah. Selanjutnya peneliti mengkonfigurasi routing protocol pada jaringan IPv6 dengan simulasi dengan perangkat lunak pada PC yaitu Paket Tracer dan pada simulasi test bed dan melakukan pengujian terhapat routing protocol dengan parameter yang telah ditentukan. 4. Melakukan evaluasi (evaluating) Setelah (action taking) di anggap sudah cukup kemudian peneliti akan melaksanankan evaluasi hasil dari implementasi yang sudah dilakukan pada jaringan. Dalam tahap ini dilihat bagaimana unjuk kerja waktu konvergensi routing protocol pada jaringan IPv6. 5. Pembelajaran (learning) Tahap ini merupakan bagian dari akhir siklus yang telah dilalui dengan melaksanakan review tahap-pertahap yang telah berakhir. Seluruh kriteria dalam prinsip pembelajaran harus dipelajari, perubahan dalam situasi organisasi dievaluasi oleh peneliti dan direpresentasikan dalam bentuk laporan terhadap hasil dari proyek secara lengkap.
1.5.4
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data dan informasi, maka metode
pengumpulan data sebagai berikut :
8
1. Studi Pustaka Merupakan metode
pengumpulan data
yang dilakukan berdasarkan
pengetahuan teoritis yang telah didapatkan selama masa kuliah, serta mempelajari dan membaca buku-buku, artikel, karya ilmiah dan sumber-sumber yang ada pada internet agar laporan ini dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan. 2. Pengujian Metode ini mengadakan pengujian terhadap objek yang akan diteliti dengan melakukan pengendalian terhadap unsur-unsur penting ke dalam situasi yang sedemikian rupa untuk mengetahui apakah prilaku yang muncul benar-benar disebabkan oleh factor yang dikendalikan sebelumnya. 3. Diskusi Metode ini dilakukan dengan berdiskusi atau sharing terhadap orang-orang yang telah berpengalaman dan ahli pada bidang ini. Serta berbagi pendapat dan masukan kepada pembimbing akademik.
1.6
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan ini akan menjelaskan mengenai uraian
secara singkat dalam penelitian, yaitu sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini yaitu berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis membahas teori-teori dasar dan tinjauan pustaka yang mendukung materi penelitian sebelumnya, kerangka berpikir.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai penelitian tindakan atau action research yang meliputi perancangan dan pengukuran kinerja routing protocol dengan parameter-parameter,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi hasil pengukuran dan perhitungan terhadap kinerja routing protocol baik dengan software simulasi yang telah dilakukan pengujiannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pengujian dan sebagai masukan terhadap apa yang telah dijelaskan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Evaluasi Kinerja Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu “evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000:220). Sedangkan
menurut
Yunanda
(2009)
pengertian
istilah
evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja program atau proyek tersebut seperti yang diungkapkan oleh Hikmat (2004:3) bahwa evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek.
10
11
Ada empat langkah yang dilakukan dalam proses evaluasi menurut Tenbrink (dikutip oleh Moore), yaitu : 1. Persiapan tahap ini untuk menentukan jenis informasi yang dibutuhkan. 2. Mengumpulkan informasi yaitu memilih teknik untuk mengumpulkan bermacam-macam informasi seakurat mungkin. 3. Membuat penilaian membandingkan informasi dengan kriteria yang telah ditentukan untuk membuat penilaian. 4. Membuat keputusan mengambil kesimpulan berdasarkan pada penilaian yang telah dibentuk.
2.2
Pengalamatan IPv6 Menurut Sofana (2012:200) IPv6 address adalah IP address versi 6 atau
next generation IP address (IPng), adalah IP address yang digunakan
pada
protocol IPv6. IPv6 merupakan IP terbaru yang dicadangkan untuk keperluan masa mendatang, sudah sekitar dua puluh tahun lebih, internet berkembang menggunakan internet protocol version 4 (IPv4). IPv4 menyediakan IP address sebanyak 32 bit atau sejumlah
buah IP address. Alokasi IP address sebanyak
itu pada mulanya dianggap cukup. Hingga pada tahun 1991, timbul kekhawatiran bahwa suatu saat jumlah host yang terhubung ke internet akan melebihi kapasitas IPv4. Pada IPv6 alokasi IP address adalah 128 bit atau sejumlah
buah IP
address, nilai ini setara 340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456 (sekitar 3.4x
) buah IP address.
12
Header IPv6 sedikit berbeda dibanding IPv4. Jika diperhatikan header IPv6 jauh lebih sederhana. Perbedaaan yang paling mencolok tampak pada alokasi alamat (source dan destination address) sepanjang 128 bit. Salah satu kelebihan IPv6 adalah alokasi IP address yang sangat besar. IPv6 Ver.
TrafficClass
Flow Limit
Payload Length
Next Header
Hop Limit
128 bit source address 128 bit destination address
Gambar 2.1 Protocol Header IPv6
2.2.1
Format Penulisan
Ada 3 cara atau format penulisan IPv6 address, yaitu: 1. Preferred, cara format atau standar Format penulisan yang pertama preferred merupakan cara format, yaitu menggunakan 8 segmen bilangan heksa decimal yang masing-masing dipisahkan oleh colon atau symbol “:”. Sebagai contoh : F10A:B000:0000:1201:9812:7341:2312:0AC12 IPv6 address seringkali ditulis dalam bentuk x:x:x:x:x:x:x:x. Format penulisan seperti ini disebut colon-heksadecimal format. Jika dikonversikan menjadi bentuk biner maka setiap segmen (x) panjangnya adalah 16 bit atau 2 octet, contoh IPv6 address yang dituliskan dalam bentuk biner sebagai berikut:
13
0010000111011010000000001101001100000000000000000010111001110 11000000101010101000000000 1111111111111110001010001001110001011010
00100001110110100000000011010011 0000000000000000 0010111100111011 0000001010101010 0000000011111111 1111111000101000 1001110001011010
21DA: 00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A Penggunaan symbol “:” (colon) seringkali membuat aplikasi Web, seperti browser “kebingungan”, karena Web browser akan mengira symbol ini sebgai pemisah alamat suatu situs dengan nomor port. 2. Compressed, cara kompresi atau penyingkatan Format penulisan IP address yang kedua atau compressed (penyingkatan) banyak digunakan untuk kasus-kasus IP address yang beberapa segmen menggunakan sejumlah bilangan 0, sebagai contoh : 1024:0176:0251:0000:0000:0000:0000:0005 Dapat ditulis menjadi : 1024:0176:0251:0:0:0:0:5 Atau 1024:176:251::5 Penulisan kompresi sederetan 0 untuk sebuah IP address hanya boleh dilakukan satu kali tidak boleh lebih. Sebagai contoh:
14
1024:0176:0000:0000:7756:0000:0000:ff65 Tidak boleh ditulis menjadi 1024:0176::7756::ff65 Hanya boleh menghilangkan sederetan angka 0 hanya salah satu saja. Penulisan yang valid untuk IP address tersebut adalah : 1024:0176:7756:0:0:ff65 Atau 1024:0176:0:0:7756::ff65 3. Mixed, cara gabungan. Format penulisan mixed atau gabungan merupakan format penulisan yang digunakan dalam lingkungan gabungan IPv4 dengan IPv6. Alamat ini dapat didefinisikan dengan format x:x:x:x:x:x:d.d.d.d terdapat enam segmen bilangan heksa decimal yang dipisahkan dengan “:” dan empat segmen bilangan decimal 8 bit yang dipisahkan dengan tanda “.”.
2.2.2
Pembagian IPv6 Address
Penjelasan pembagian IP address tersebut sebagai berikut: 1. Unicast address Unicast address merupakan jenis IP address yang digunakan untuk indentifikasi sebuah interface saja. Paket yang dikirimkan ke unicast address hanya akan diterima oleh sebuah interface yang menggunakan alamat tersebut. Secara umum, unicast address pada IPv6 berfungsi sama dengan unicast address IPv4.
15
2.
Anycast address Anycast address merupakan jenis IP address yang digunakan untuk identifikasi sekumpulan interface. Paket yang dikirim ke anycast address akan diterima oleh interface terdekat (salah satu interface) dari sekumpulan interface yang menggunakan alamat tersebut. Penentuan “interface terdekat” adalah berdasarkan pengukuran jarak dari protocol routing. Sebenarnya, anycast address tidak lain adalah unicast address yang diberikan pada sekumpulan interface dengan persyaratan khusus. Persyaratannya adalah : 1. Anycast address hanya digunakan pada router IPv6 saja. Tidak boleh digunakan untuk alamat host. 2. Anycast address tidak boleh digunakan sebagai alamat asal dari paket IPv6.
3.
Multicast address Multicast address digunakan untuk identifikasi sekumpulan interface. Paket yang dikir ke multicast address akan diterima oleh semua interface yang menggunakan alamat tersebut. Secara umum, multicast address pada IPv6 berfungsi sama dengan multicast address pada IPv4. Sofana (2012:207).
2.3 Routing Protocol Menurut sofana (146:2010) routing adalah proses memindahkan data dari satu network ke network lain dengan cara mem-forward paket data via gateway. routing menentukan ke mana datagram akan dikirim agar mancapai tujuan yang diinginkan. Routing merupakan tugas terpenting yang dilakukan oleh protocol IP. Jumlah host yang terhubung dengan jarngan TCP/IP sangat banyak. Jenis jaringan
16
berbeda-beda dan tersebar diseluruh dunia, ditambah lagi perkembangan jaringan Internet sangat cepat. Sehingga dibutuhkan mekanisme routing yang dapat mengintegrasi berjuta-juta komputer dengan tingkat fleksibel yang tinggi. Perubahan atau penambahan topologi jaringan harusnya tidak memerlukan modifikasi system routing yang ada. Untuk mengakomodasikan tuntutan ini, dikembangkan beberapa protocol routing. Protocol routing bersifat connectionless. Protocol routing sepenuhnya ditentukan oleh jaringan. Pengiriman memiliki kendali terhadap paket yang dikirimnya. Router-router pada jaringan TCP/IP yang sangat menentukan penyampaian datagram dari penerima ke tujuan. Menurut Sofana (86:2012) Protocol routing merupakan salah satu komponen terpenting pada network TCP/IP. Protocol routing secara dinamis berkomunikasi untuk menentukan rute terbaik mencapai tujuan. Paket di-forward dari satu router ke router yang lain. Protocol routing yang dikembangkan seperti RIP, EIGRP, OSPF, BGP, IS-IS, dan sebagainya. Ada yang bersifat open (terbuka dan didukung berbagai vendor perangkat) ada juga yang proprietary (hanya untuk perangkat buatan vendor tertentu). Protocol routing dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis. Di masa awal perkembangan Internet, hanya ada dua jenis protocol routing, yaitu: 1. Gateway to gateway protocol (GGP) digunakan pada core internetwork. 2. Exterior antara core dan non-core router (router standalone yang terhubung dengan network internal).
17
Namun, saat ini protocol routing telah berkembang menjadi lebih komplek. jika dilihat dari cakupannya, maka protocol routing bisa dikelompokkan menjadi : 1.
Interior Routing Protocol Disebut juga Interior Gateway Protocol, protocol yang termasuk dalam kategori ini adalah : RIP, RIPv2, RIPng, IGRP, EIGRP,EIGRP untuk IPv6, OSPF, OSPFv2, OSPFv3, IS-IS, IS-IS untuk IPv6. Kata interior disini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa protocol tersebut hanya bekerja di dalam sebuah independent network system atau autonomous system(AS).
2.
Extrior Routing Protocol Disebut juga Exterior Gateway Protocol, protocol yang termasuk dalam kategori ini adalah : EGP, BGPv4, BGPv4 untuk IPv6. Kata Extrior disini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa protocol tersebut dapat bekerja antara beberapa buah independent network system atau autonomous system (AS).
2.3.1
Klasifikasi Routing Protocol Menurut Yugianto (2012:125) Sebagian besar algoritman routing dapat
diklasifikasikan menjadi satu dari dua katagori berikut: 1. Distance Vector Routing distance vector bertujuan untuk memnentukan arah atau vector dan jarak ke link-link lain dalam suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuanuntuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing dari router ke router, perubahan table routing ini di-upload antar-
18
router yang saling berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi. Algoritma distance vector juga disebut dengan algoritma bellman-ford. 2. Link-state Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma Shortest Path First (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari informasi topologi, algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router. Sedangkan algoritma link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaiman merakainter-koneksi. Fitur-fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah: a. Link-state Advertisement (LSA) adalah paket kecil dari informasi routing yang dikirim antar router. b. Topologi database adalah kumpulan informasi yang dari LSA-LSA. c. SPF algoritma adalah hasil perhitungan pada databasesebagai hasil dari pohon SPF. d. Routing table adalah daftar rute dan interface.
2.3.2
Routing OSPFv3 Menurut sukmaaji (2008:117) protocol Open Shortest Path First (OSPF)
yang dikembangkan oleh IETF untuk digunakan di Internet. Bahkan Internet architectureboard (LAB) telah merekomendasikan OSPF sebagai pengganti RIP. Rancangan OSPF menggunakan protocol link-state dengan beberapa penambahan fungsi. Fungsi-fungsi yang ditambahkan antara lain mendukung jaringan multiakses. Seperti X25 dan Ethernet dan membagi jaringan yang besar menjadi
19
beberapa area. OSPF adalah protocol routing yang diperuntuhkan bagai jaringan IP dengan Interior Gateway Protocol (IGP) oleh working group dari Internet Enggineering Tast Force (IETF) memiliki dan karatreristik utama. Yaitu open standar berbasis pada algoritma SPF yang kadangkala direferensikan dengan algoritma. Tidak seperti protocol distance vector protocol link-state meskipun hubungan dengan neighboar melalui pengiriman paket-paket kecil secara tak berkala dan jarang. OSPF menyebut paket kecil ini dengan hello packets. Hello packets secara sederhana mengidentifikasi subnet dan keaktifan link secara serta router neighboar. Ketika router gagal menerima hello packets dari neighboar pada suatu interval tertentu. Router akan mempercayai bahwa suatu paket bersangkutan mengalami kegagalan dan menandainya dengan “down” pada database topologi selanjutnya. Router berhenti menerima paket hallo dan mulai menjalankan dijkstra untuk menghitung kembali rute-rute baru.
2.3.3
Routing IS-IS Intermediate System to Intermediate System (IS-IS) protokol routing yang
dirancang untuk memindahkan informasi secara efisien dalam jaringan komputer, sekelompok komputer secara fisik terhubung atau perangkat sejenis. Ia menyelesaikan ini dengan menentukan rute terbaik untuk datagrams melalui jaringan packet-switched. Protocol ini didefinisikan dalam ISO / IEC 10589:2002 sebagai standar internasional dalam System Interconnection desain Terbuka (OSI) referensi. Meskipun awalnya standar ISO, IETF ulang protocol sebagai Standar
20
Internet di RFC 1142. IS-IS telah disebut "standar de facto untuk jaringan tulang punggung penyedia layanan besar. IS-IS adalah link-state routing protocol, yang beroperasi dengan andal banjir informasi link-state seluruh jaringan router. Setiap router IS-IS secara mandiri membangun database topologi jaringan, menggabungkan informasi jaringan banjir. Seperti protocol OSPF, IS-IS menggunakan algoritma Dijkstra untuk menghitung jalur terbaik melalui jaringan. Paket (datagrams) kemudian diteruskan, didasarkan pada jalur yang ideal dihitung, melalui jaringan ke tujuan. IS-IS protocol dikembangkan oleh Digital Equipment Corporation sebagai bagian dari Tahap DECnet V. Itu standar oleh ISO pada tahun 1992 sebagai ISO 10589 untuk komunikasi antara perangkat jaringan yang disebut Sistem Intermediate (sebagai lawan untuk mengakhiri sistem atau host) oleh ISO. Tujuan dari IS-IS adalah untuk memungkinkan routing datagram menggunakan ISO-OSI dikembangkan tumpukan protocol yang disebut CLNS. IS-IS dikembangkan di sekitar waktu yang sama bahwa Internet Engineering Task Force (IETF) mengembangkan protocol yang sama disebut OSPF. IS-IS kemudian diperluas untuk mendukung routing datagram dalam Internet Protocol (IP), Network Layer protokol Internet global. Ini versi IS-IS routing protokol kemudian disebut Terpadu IS-IS (RFC 1195).
2.4
GNS 3 (Graphic Network Simulator) GNS3 (Graphic Network Simulator) adalah software simulasi jaringan
komputer berbasis GUI yang mirip dengan Cisco Packet Tracer. Namun pada GNS3 memungkinkan simulasi jaringan yang komplek, karena menggunakan
21
operating system asli dari perangkat jaringan seperti cisco dan juniper. Sehingga kita berada kondisi lebih nyata dalam mengkonfigurasi router langsung daripada di Cisco Packet Tracer. GNS3 adalah alat pelengkap yang sangat baik untuk laboratorium nyata bagi network engineer, administrator dan orang-orang yang ingin belajar untuk sertifikasi seperti Cisco CCNA, CCNP, CCIP dan CCIE serta Juniper JNCIA, JNCIS dan JNCIE. (http://www.ilmukomputer.org).
2.5
Wireshark Wireshark merupakan Network Protocol Analyzer, juga termasuk salah
satu network analysis tool atau packet sniffer. Wireshark mengizinkan pengguna mengamati data dari jaringan yang sedang beroperasi atau dari data yang ada di disk, dan langsung melihat / mensortir data yang tertangkap, mulai dari informasi singkat dan rincian bagi masing-masing paket termasuk juga full header & porsi data, sanggup diperoleh. (http://pintarkomputer.info).
2.6
Penelitian Sebelumnya Adapun penelitian- penelitian yang digunakan sebagai referensi dalam
penelitian ini antara lain: Ade Nurhayati, Mikha Efrata Sihaloho (2013). “Simulasi Perbandingan Protocol Routing OSPF dan ISIS Menggunakan GNS3”. Dari pengujian dan analisis terhadap simulasi OSPF dan ISIS didapatkan hasil percobaan terhadap parameter : waktu konvergensi, delay, throughput. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa routing protocol ISIS memiliki waktu konvergensi yang lebih cepat dibandingkan OSPF. Routing protocol ISIS merupakan routing
22
protocol terbaik pada hasil pengujian penelitian ini karena memiliki waktu routing yang lebih cepat dan nilai delay yang kecil. Namun pada saat ini OSPF lebih sering digunakan, karena konfigurasi ISIS memiliki kesulitan yang lebih rumit dibandingkan dengan OSPF sehingga ketika sedang mengkonfigurasi ISIS harus dilakukan dengan teliti. Anritsu S.Ch. Polli, Muhammad Niswar, Wardi (2013). “Simulasi Kinerja Waktu Konvergensi Protokol Routing Open Shortest Path First (OSPF) pada Jaringan Kampus”. Kinerja waktu konvergensi protocol OSPF routing sesuai studi topologi jaringan dapat ditingkatkan dengan menggunakan nilai default parameter-parameter waktu untuk kartu antarmuka jaringan dan menurunkan parameter-parameter nilai waktu untuk kalkulasi SPF, perubahan terhadapa durasi konvergensi dapat diukur menggunakan nilai default parameter hello interval, dead interval, transmit delay, re-transmission, sedangkan parameter SPF delay, dan hold time between 2 SPF diturunkan untuk mendapatkan hasil durasi konvergensi yang lebih baik, berdasarkan hasil perbandingan, rerata kenaikan percepatan durasi konvergensi sebesar 26,95% dan kenaikan percepatan state akhir konvergensi sebesar 0,21%, secara umum, nilai yang direkomendasikan pada studi jaringan routing OSPF yaitu hello interval = 10 detik, dead interval = 40 detik, transmisi tunda= 1 detik, transmisi kembali = 5 detik, waktu tunda SPF = 3 detik, dan waktu tunggu antar 2 urutan SPF = 5 detik.
23
2.7 Kerangka Berpikir Hal yang dilakukan dalam penelitian ini berfokus pada kinerja routing protocol dengan melakukan analisa pengujian dan implementasi terhadap perangkat router jaringan. Untuk mendapatkan hasil waktu konvergensi, reroute, pada jaringan pengalamatan IPv6.
Studi literature, Pengumpulan data
Perancangan jaringan OSPFv3 dan IS-IS IPv6
Mengkonfigurasi routing protocol OSPFv3 dan IS-IS pada rancangan jaringan IPv6 menggunakan simulasi gns3 dan test bed
Melakukan pengujian rencana tindakan yang telah dibuat dengan menjalankan tahapan-tahapan yang telah ditentukan
Evaluasi hasil tindakan terhadap : waktu konvergensi routing protocol OSPFv3 dan IS-IS pada jaringan IPv6.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian menggunakan simulasi jaringan gns3 terhadap
kedua routing protocol dimana pengujian dilakukan dalam dua tahapan konfigurasi pada setiap router dengan menggunakan topologi yang sama pada masing-masing routing protocol untuk dapat dilihat hasil kinerja dari waktu konvergen OSPFv3 dan IS-IS, pengukuran dengan parameter yang digunakan pada jaringan pengalamatan IPv6 sesuai dengan mekanisme pengukuran parameter menggunakan software wireshark yaitu dengan mengcapture sebuah paket data dan memberikan beban dengan ukuran paket tertentu terhadap koneksi untuk setiap perangkat dan menunggu respon dari pengiriman ke pada penerima di layer ip pada skema jaringan yang akan diukur.
4.1.1
Hasil pengukuran terhadap waktu konvergensi OSPFv3 Dari analisa terhadap pengujian routing protocol OSPFv3 saat pengujian
menggunakan wireshark pada router R1 dan router R3 dengan melihat waktu kecepatan saat router mengirimkan pesan yang pertama hingga sampai update pesan yang terakhir ini jalur router R1 yang terkoneksi langsung dengan router R3 dengan R2 yang sebelumnya down. Setelah proses router telah mencapai pesan konvergensi maka routing table terbentuk kembali.
25
Gambar 4.1 Hasil capture router R1 routing protocol OSPFv3
Pada gambar 4.1 dapat dilihat proses pertama pengiriman pesan Hello Packet pada waktu 1.05063300 second dan melakukan update terakhir pada waktu 7.82799400 second dari data tersebut mendapatkan hasil waktu konvergensi router R1.
Gambar 4.2 Hasil capture router R3 routing protocol OSPFv3
26
Pada gambar 4.2 dapat dilihat proses pertama pengiriman pesan Hello Packet pada waktu 382.397058 second dan melakukan update terakhir pada waktu 392.604854 second dari data tersebut mendapatkan hasil waktu konvergen pada router R3. Berikut tabel hasil waktu konvergen dari router R1 dan R3 : Tabel 4.1 Waktu Konvergen R1 dan R3 routing protocol OSPFv3
4.1.2
Pengujian
Waktu Konvergen (s)
Router R1
6.3583
Router R3
10.2077
Hasil reroute atau pemilihan jalur routing protocol OSPFv3 Hasil dari pengujian topologi jaringan IPv6 terhadap routing OSPFv3 pada
router R3 jalur yang dipilih untuk mencapai jaringan 80aa:bbcc:50::10 adalah melalaui alamat gateway 80aa:bbcc:60::1, 80aa:bbcc:10::1, dan 80aa:bbcc:50::10 dimana alamat tersebut merupakan alamat link local untuk interface fastethernet0 pada router R3.
Gambar 4.3 Alur data PC2 ke PC1 pada protocol routing OSPFv3
27
Setelah itu untuk mendapatkan hasil reroute dari routing protocol OSPFv3 dengan konfigurasi standar dilanjutkan dengan menganalisis reroute dimana konfigurasi dibuat ulang dengan mengatur bandwidth pada koneksi interface setiap router yang terhubung untuk mendapatkan hasil yang akurat kinerja routing. Berikut hasil dari capture paket data menggunakan wireshark pada router R1 dan R3 pada konfigurasi pengaturan bandwidth.
Gambar 4.4 Hasil capture router R1
Gambar 4.5 Hasil capture router R3
28
Hasil capture paket data dengan konfigurasi yang di atur ulang menggunakan bandwidth yang berbeda-beda pada setiap interface yang menghubungkan koneksi router. Pada saat melakukan pengujian menggunakan perintah tracert dan melakukan analisa terhadap kedua router R1 dan R3 yang dilakukan pemutusan jalur pada router R2 untuk melihat kinerja jaringan dalam melakukan update routing table. Dalam pengujian routing protocol OSPFv3 yang telah dilakukan untuk melihat jalur yang dilalui oleh paket data terdapat perbedaan antara konfigurasi standard dengan konfigurasi pengaturan bandwidth mengalami perubahan pemilihan jalur dapat dilihat hasilnya pada gambar 4.6 dibawah ini.
Gambar 4.6 Alur saat pengaturan bandwidth
Saat melakukan pengujian dengan melakukan pengaturan bandwidth pada setiap router yang dikonfigurasi pada routing protocol OSPFv3 dengan jalur R1 – R3 bandwidth 10 mbps, R1-R2 bandwidth 20 mbps, R2-R3 bandwidth 30 mbps.
29
Dapat dilihat jalur gateway yang dilewati paket data melalui PC2 ke PC1 begitupun sebaliknya dari PC1 ke PC2.
4.1.3
Hasil pengukuran terhadap waktu konvergensi IS-IS Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap routing protocol OSPFv3
pada router R1 dan R3 untuk menentukan waktu konvergensi yang dibutuhkan untuk bertukar pesan update pada routing table dapat dilihat dalam gambar 4.4 dan gambar 4.5 dari hasil capture menggunakan wireshark pada saat pemutusan jalur yang aktif.
Gambar 4.7 Hasil capture router R1 routing protocol IS-IS
Pada saat menguji router R1 terhadap interface serial0/0 mendapatkan hasil dimana time pertama pengeriman pesan hello sampai waktu proses update routing table memilih jalur alternatif.
30
Gambar 4.8 Hasil capture router R3 routing protocol IS-IS
Tabel 4.2 Waktu Konvergen R1 dan R3 routing protocol IS-IS
4.1.4
Pengujian
Waktu Konvergensi (s)
Router R1
21.3450
Router R3
20.2644
Hasil reroute atau pemilihan jalur routing protocol IS-IS Pengujian topologi jaringan IPv6 terhadap routing IS-IS pada router R3
jalur yang dipilih untuk mencapai jaringan 80aa:bbcc:50::10 adalah melalaui alamat gateway 80aa:bbcc:60::1, 80aa:bbcc:10::1, dan 80aa:bbcc:50::10 dimana alamat tersebut merupakan alamat link local untuk interface fastethernet0 pada router R3.
31
Gambar 4.9 Alur data PC2 ke PC1 pada protocol routing IS-IS
Hasil dari penelitian reroute yang telah dilakukan dengan metode pengiriman pesan tracert pada PC2 ke PC1 pemilihan jalur pada routing protocol IS-IS yang menggunakan konfigurasi standar, alamat gateway yang dilewati yaitu 80aa:bbcc:60::1, 80aa:bbcc:10::1, 80aa:bbcc:50::1. Dari pengujian dapat dilihat bahwa pemilihan jalur pada routing protocol IS-IS mirip dengan pemilihan jalur pada routing protocol OSPFv3. Adapun untuk melihat perbedaan kinerja routing protocol pengujian menggunakan konfigurasi pengatur bandwidth pada routing protocol IS-IS antara lain dapat dilihat pada gambar 4.10 dan gambar 4.11
Gambar 4.10 Hasil capture router R1
32
Gambar 4.11 Hasil capture router R3
Dari gambar 4.10 dan gambar 4.11 merupakan hasil capture router R1 dan R3 dengan menggunakan wireshark saat melakukan pengiriman paket data dengan perintah tracert untuk melihat jalur yang dipilih oleh routing. Hasil dari dianalisa saat menggunakan konfigurasi pengaturan bandwidth yang berbeda-beda pada setiap koneksi router tidak berpengaruh terhadap pemilihan jalur terdekat atau terpendek oleh routing protocol IS-IS. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.12 Alur pemilihan jalur tercepat
33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Dari hasil pengujian didapatkan bahwa waktu konvergen pada routing
protocol OSPFv3 dan IS-IS pada pengalamatan IPv6 dapat digunakan sebagai alternatif untuk merancang jaringan dalam cakupan wilayah yang luas dengan memanfaatkan kinerja jaringan dalam melakukan pengiriman paket data ke router tetangga, sebab konfigurasi routing protocol OSPFv3 dan IS-IS dapat mendistribute wilayah dalam cakup area yang berbeda dalam jaringan inter-area pada routing protocol. Dari kedua routing protocol yang telah diuji menggunakan tahap-tahap yang sesuai dengan perancangan dimana setiap router di konfigurasi secara standard pada router yang menggunakan routing protocol OSPFv3 maupun menggunakan routing protocol IS-IS dapat dilihat bahwa hasil waktu konvergen yang menggunakan routing protocol OSPFv3 lebih kecil waktunya dibandingkan dengan waktu konvergen pada routing protocol IS-IS ini dikarenakan routing protocol OSPFv3 mempunya konsep lebih cepat memproses update pada routing table pada saat proses pemutusan jalur yang aktif. Pada pengujian terhadap pemilihan jalur atau reroute yang dilalui oleh paket data pada saat pengiriman, jalur yang dilewati atau gateway jaringan pada protocol routing OSPFv3 maupun IS-IS sama-sama memilih jalur yang terdekat pada konfigurasi standart pada pengalamatan IPv6, namun pada saat pengujian
34
menggunakan pengaturan bandwidth berbeda-beda ternyata OSPFv3 memilih jalur yang mempunyai bandwidth lebih besar walaupun jarak atau jalur yang ditempuh lebih jauh, tidak halnya dengan routing protocol IS-IS memilih bandwidth yang lebih besar routing protocol IS-IS tetap memilih jalur terdekat atau terpendek tanpa menghiraukan besaran koneksi bandwidth yang digunakan.
5.2 Saran Adapun saran yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, yaitu : 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggabungkan konfigurasi kedua routing protocol OSPFv3 dan IS-IS dalam topologi yang menggunakan pengalamatan IPv6. 2. Sebaiknya penelitian selanjutnya dapat mengembangkan routing protocol ISIS pada pengalamatan IPv6 dengan router mikrotik. 3. Untuk mendapatkan hasil maksimal routing protocol OSPFv3 dan IS-IS diterapkan pada jaringan skala besar agar dapat terlihat jelas permasalahan pada jaringan.