2.1. Jaringan Tanpa Kabel (Wireless) Dengan semakin bertambahnya pemakaian komputer, semakin besar kebutuhan akan pentransferan data dari satu terminal ke terminal lain yang dipisahkan oleh satuan jarak dan semakin tinggi kebutuhan akan efisiensi penggunaan alat-alat kantor (seperti printer dan plotter) dan waktu perolehan data base, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan suatu jaringan yang menghubungkan terminal-terminal yang ingin berkomunikasi dengan efisien. Jaringan tersebut dikenal dengan Local Area Network (LAN) yang biasa memakai kabel atau fiber optik sebagai media transmisinya. Sesuai perkembangan karakteristik masyarakat seperti yang telah disebutkan di atas maka LAN menawarkan suatu alternatif untuk komputer portabel yaitu wireless LAN (WLAN). WLAN menggunakan frekuensi radio (RF) atau infrared (IR) sebagai media transmisi.Jaringan komputer adalah sistem yang dapat menyampaikan informasi dari suatu komputer ke komputer lain, informasi itu harus di kirim lewat jaringan dan mengalami berbagai proses yang panjang1. Jaringan komputer merupakan gabungan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Gabungan teknologi ini melahirkan pengolahan data yang dapat di distribusikan, mencakup pemakaian
basis data,
aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras
2.2 Mengenal Wireless Wireless Fidelity atau biasa disebut WiFi adalah satu standar Wireless Networking tanpa kabel, hanya dengan komponen yang sesuai dapat terkoneksi ke jaringan. Komputer dengan Wi-Fi Device dapat 1
Wijaya, Hendra 2004. Cisco Router, p 1, Elex Media Komputindo, Jakarta.
8
9 saling terhubung yang hanya membutuhkan ruang atau space dengan syarat jarak jangkauan dibatasi kekuatan pancaran siaran radio dari masing-masing komputer. Jaringan Wi-Fi juga merupakan salah satu terapan teknologi informasi yang dianggap high end tecnology. Wi-Fi sebenarnya merupakan merek dagang wireless LAN yang diperkenalkan dan distandarisasi oleh Wi-Fi Alliance. Standar Wi-Fi didasarkan pada standar 802.11. Wi-Fi Alliance pertama kali membentuk Wireless Ethernet. Compatibility alliance (WECA), sebuah organisasi nonprofit yang mempunyai fokus pada pemasaran serta mengurusi interoperabilitas pada produk wireless LAN 802.11. Wi-Fi Alliance juga memprakarasi standar keamanan pada 802.11i yang disebut Ei-Fi Protected Access (WPA). Teknologi komunikasi data tanpa kabel ini dikembangkan dengan teknologi mobile radio, microwave, VSAT (Very Small Aperture Terminal), mobile satellite communication, FM Squared dan FM Sideband. Dengan teknologi ini jangkauan dapat dioptimalkan, seperti untuk ke luar kota atau bahkan untuk antar negara sekalipun. Sebagai suatu teknologi, Wireless LAN juga memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain : - Kelebihan Teknologi wireless memiliki keunggulan lain dibanding peralatan stasioner seperti jaringan dengan kabel, yaitu bila menghadapi medan yang berat dan sulit untuk memasang kabel seperti di pegunungan, hutan, rawa dan sebagainya. Dalam kondisi seperti itu wireless jelas lebih tepat. Disamping itu teknologi ini juga digunakan untuk menjawab kebutuhan pemakai jaringan yang memiliki mobilitas tinggi yang membutuhkan fasililitas jaringan agar mereka dapat mengakses setiap saat dimanapun berada.
10 - Kekurangan Selain memiliki berbagai keuntungan, teknologi wireless juga memiliki kekurangan, antara lain :
Jangkauannya masih tetap terbatas, dan segi keamanan juga kurang baik sehingga untuk mendapatkan keamanan yang memadai perlu penanganan yang lebih serius.
Kemampuan transfer data lebih kecil dibanding jaringan cable
Keamanan
data
masih
belum
terjamin
karena
masih
dimungkinkan untuk terjadi penyadapan data
Minimnya SDM yang menguasai teknologi ini
Masih sering mengalami gangguan sehingga kemungkinan terjadinya kehilangan data masih cukup besar. Gangguan bisa disebabkan adanya pergeseran sudut pancar satelit, udara panas yang dapat membelokkan arah pancaran sinar laser dan medan elektromaknetik yang tercipta oleh karena adanya hujan.2
2.3 Topologi Jaringan Wireless Menurut Edi S.Mulyanta (2005, p.81) topologi jaringan wireless mempunyai sedikit perbedaan dengan tipe topologinya.
2.3.1 Independent Basic Service Set (IBSS) Topologi paling sederhana adalah tipe Ad Hoc, dimana node-node yang independen akan saling berkomunikasi secara peer to peer atau point to point. Standar ini merujuk pada topologi independent basic servis set (IBSS) dimana salah satu node akan ditunjuk sebagai proksi untuk melakukan koordinasi antarnode dalam sebuah group.
2
http://en.wikipedia.org/wiki/Wireless_LAN
11
Gambar 2.1 Komunikasi peer to peer pada jaringan Ad Hoc sumber : http://lwwa175.servidoresdns.net:9000/proyectos_wireless/Web/imagenes/Image13.gif (akses 04-01-08)
Proksi ini bertindak sebagai akses point atau base station dalam sebuah jaringan yang kompleks. Topologi Ad Hoc sangat mudad diterapkan dan sangat efektif serta murah dalam pembangunan lingkungan wireless-nya, seperti dalam ruang konfrensi, kelas, atau bahkan lingkungan kerja yang relatif kecil.
2.3.2 Basic Service Set (BSS)
12 Topologi yang lebih kompleks adalah topologi infrastruktur, di mana paling sedikit ada satu access point yang bertindak sebagai base station. Access point akan menyediakan fungsi sinkronisasi dan koordinasi, melakukan forwarding serta broadcasting paket data. Fungsi ini hampir sama dengan topologi bridge pada metode jaringan wired (dengan kabel).
Gambar 2.2 Topologi Basic Service Set (BSS) sumber : http://perso.crans.org/~raffo/papers/phdthesis/bss.png (akses 04-01-09-8)
2.3.3 Extended Service Set (ESS) Pada topologi ini, beberapa access point dapat digunakan untuk mengcover range area yang lebih luas, sehingga membentuk extended service set (ESS). Metode ini terdiri dari dua atau lebih basic service set yang terkoneksi pada satu jaringan kabel. Setiap access point diatur dalam channel yang berlainan untuk menghindari trjadinya interferensi. Metode
13 ini akan membentuk sel-sel seperti pada jaringan seluler. User dapat melakukan roaming ke sel yang lain dengan cukup mudah tanpa kehilangan sinyal.
Gambar 2.3 Extended Service Set (ESS) sumber : http://www.cyberhome.cn/wireless/image/ESS.jpg (akses 04-01-08)
Extended
Service Set
(ESS) memperkenalkan
kemungkinan
melakukan fordwarding dari sebuah sel radio ke sel yang lain melalui jaringan kabel. Kombinasi access point dengan jaringan kabel akan membentuk distribution system.
14
Gambar 2.4 Extended Service Set (ESS) dengan Distribution System sumber : http://202.29.21.8/~s4728451008/pic/11.gif (akses 04-01-08)
2.4 Sejarah Wireless LAN
2.4.1
Wireless LAN 802.11 Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama Institute of Electrical and Electronic Enginers (IEEE) membuat spesifikasi/standar wireless LAN pertama yang diberi kode 802.113. Peralatan yang sesuai dengan standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4GHz menggunakan frekuensi hopping spread spectrum (FHSS) atau direct sequence spread spectrum (DSSS). Kecepatan transfer data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps. Sayangnya perlatan yang mengikuti spesifikasi 802.11 kurang diterima pasar. Throughput sebesar ini dianggap kurang memadai untuk aplikasi multimedia dan aplikasi berat lainnya. Pada pernyataan di atas penulis menuliskan FHSS, yaitu metode pengiriman sinyal bergantian dengan menggunakan frekuensi 1 Mhz atau dalam rentang sebuah pita frekuensi yang tetap. Prinsip dari metode FHSS ini adalah menggunakan pita
3
Sofana, Iwan 2005. Wireless LAN untuk Rumah dan Kantor Kecil, p 31, Prima Infosarana Media, Bogor.
15 yang sempit yang bergantian untuk memancarkan sinyal radio. Sedangkan DSSS adalah metode pengiriman sinyal ditransfer ke dalam pita frekuensi tertentu yang tetap sebesar 17 MHz. Prinsip metode DSSS adalah memancarkan sinyal dengan lebar pita 17 MHz dengan pemakaian pelapisan (multiplex) kode atau signature untuk mengurangi interferensi dan noise.4
2.4.2
Wireless LAN 802.11b 802.11b merupakan standar Wi-Fi yang lebih dahulu ada dibanding 802.11a dan 802.11g dengan kecepatan 11 Mbps dan menggunakan frekuensi 2.4 GHz. Standar 802.11b kecepatannya tergantung dari beberapa faktor, seperti jarak, interferensi, hambatan (obstacle), dan kualitas sinyal yang sampai ke penerima. Wi-Fi ini merupakan pengembangan dari 802.11 yang digunakan pada wireless LAN dengan fallback sampai 5.5,2, dan 1 Mbps. 802.11b disetujui pada tahun 1997 oleh IEEE 802 committee5. Di samping itu, 802.11b menggunakan low-power tanpa SIM ole FCC di AS pada tahun 1985. 802.11b menggunakan dua metode encoding yang berbeda yaitu FHSS dan DSSS. FHSS (Frequency Hopping Spread Spectrum) menyebarkan komunikasi melewati 75 MHz subchannel secara terus menerus sedangkan DSSS (Direct Sequence Spread Spectrum) memecah pita menjadi 14 overlap 22 MHz saluran dan menggunakannya satu demi satu. Beberapa karakteristik standar dari 802.11b sebagai berikut :
4 5
Gunadi 2006. Teknologi Wireless LAN dan Aplikasinya, p 106, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Jayadi, Sendy 2006. Securing Your Network with WinProxy (Modul), p 5 Bina Nusanrtara Center, Jakarta.
16
802.11b-1999.
Range 50 – 100 m (tergantung dari hambatan).
Indoor / Outdoor / Point-to-point (high-gain external antennas).
Throughtput maksimum 11 Mbit/s (5.5,2.1 Mbps).
Attenuation/penghambat, seperti logam, dinding, air.
14 overlapping channel (berbeda channel beberapa negara).
3 simoultaneously channel (contoh 1, 6, dan 11).
Propietary speed extension “802.11b+” (22, 33, 44 Mbit/s).
Kompatibel dengan standard asli 802.11 DSSS.
Area coverage lebih luas yang dapat digunakan untuk ruangan terbuka, semi terbuka, atau pun bersekat.
Bersifat cost effective dengan harga yang rendah dan coverage yang luas.
Sudah banyak diimplementasikan, sehingga memungkinkan roaming antar zona WLAN.
Interoperability yang memungkinkan implementasi dengan produk yang bervariasi (multi vendor).
2.4.3
Wireless LAN 802.11a Standar 802.11a digunakan dikarenakan merupakan perluasan dari 802.11 yang digunakan pada wireless LAN dan menyediakan kecepatan sampai dengan 54 Mbps pada pita frekuensi 5 GHz. 802.11a menggunakan orthogonal frequency division multiplexing (OFDM) yang meng-encoding scheme lebih
17 baik dibandingkan dengan FHSS atau DSSS. Coverage 802.11a lebih kecil dibandingkan dengan 802.11b dan 802.11g6. Perbedaan mendasar 802.11a dengan 802.11g adalah bahwa 802.11a beroperasi pada pita frekuensi 5 GHz dengan 12 channel non-overlapping yang terpisah. Dan sebagai hasilnya, kita dapat mempunyai 12 access point yang di-setting untuk channel yang berbeda pada area yang sama, tanpa adanya interferensi satu sama lain. Hal ini membuat penunjukan pada access
point
lebih
mudah
dan
secara
signifikan
akan
meningkatkan pengiriman melalui wireless LAN. Sebagai tambahan, interferensi RF lebih kecil, karena frekuensi 5 GHz lebih sedikit digunakan oleh operator wireless. Seperti 802.11g, 802.11a juga mengirimkan data dengan kecepatan sampai 54 Mbps dengan kemungkinan perluasan data rate tinggi dengan mengkombinasikan channel. Berkaitan dengan frekuensi yang lebih tinggi, maka cakupan/range (sekitar 80 kaki) adalah sedikit banyak akan menurunkan sistem frekuensi (yaitu 802.11b dan 802.11g). Salah satu masalah besar yang terdapat pada 802.11a adalah tidak kompatibel dengan jaringan 802.11b atau 802.11g. Dengan kata lain, pengguna yang menggunakan radio card 802.11b atau 802.11g akan dapat terhubung secara langsung dengan akses point pada 802.11a7. Beberapa karakteristik standar dari 802.11b sebagai berikut :
6
7
2001 (802.11a-1999).
Jayadi, Sendy 2006. Securing Your Network with WinProxy (Modul), p 6 Bina Nusanrtara Center, Jakarta. Jayadi, Sendy 2006. Securing Your Network with WinProxy (Modul), p 8 Bina Nusanrtara Center, Jakarta.
18
Throughtput maksimum 54 Mbit/s (normalnya sekitar 20 Mbps).
Bekerja pada pita ISM 5 Ghz.
Mempunyai lebih banyak non-overlapping channel (12 non overlapping channel).
8 dedicated to indoor.
4 to point to point.
Dapat menggunakan kompelemen jaringan 802.11b.
Potensi interferensi lebih sedikit (5 GHz).
Tidak kompatible dengan standar sebelumnya (802.11b).
Bandwidth besar dengan area coverage terbatas dan sesuai untuk ruangan dengan tingkat kepadatan pengguna yang tinggi.
Dapat digunakan untuk aplikasi dengan bandwidth tinggi seperti video stream, File Transfer Protocol, dan lain sebagainya.
Penambahan jumlah Access Point untuk memperbesar coverage.
2.4.4 Wireless LAN 802.11g Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a yaitu standar 802.11g. Basis mayoritas wireless LAN saat ini adalah 802.11g yang akan memperluas data rate 802.11b sampai dengan 54 Mbps pada pita frekuensi 2.4 GHz yang menggunakan teknologi OFDM (orthogonal frequency division multiplexing)8.
8
Jayadi, Sendy 2006. Securing Your Network with WinProxy (Modul), p 9 Bina Nusanrtara Center, Jakarta.
19 Sama seperti 802.11b, 802.11g juga beroperasi pada pita frekuensi 2.4 GHz dan bandwidth sinyal menggunakan kira-kira 30 MHz. Dibandingkan dengan 802.11a, 802.11g yang menggunakan
pita
frekuensi
2.4
GHz
mempunyai
cakupan/jangkauan yang lebih tinggi dibanding dengan produk 5 GHz untuk data rate yang sama9. Namun, perlu juga dicatat bahwa dalam kaitan dengan gangguan di pita frekuensi 2.4 jika dibanding dengan pita frekuensi 5 GHz, maka cakupan produk 802.11g akan sangat mempengaruhi oleh noisy. Implementasi spesifik dari vendor yang berbeda, seperti power output, kepekaan penerima, desain antena, dan faktor lain juga akan mempengaruhi cakupan tersebut. Beberapa karakteristik standar dari 802.11b sebagai berikut10 :
3rd quarter 2003.
Bekerja pada pita frekuensi ISM 2.4 GHz.
Throughtput maksimum 54 Mbit/s (normalnya sekitar 24.7 Mbps).
Dual-band / Tri-mode.
A single wireless card / Access point.
Transfer data lebih besar dibanding 802.11b.
Dengan kecepatan seperti 802.11a dapat menjangkau coverage yang lebih luas.
Lebih cepat dibandingkan dengan 802.11b (54 Mb vs 11 Mb).
9 10
Ibid, p 10 Jayadi, Sendy 2006. Securing Your Network with WinProxy (Modul), p 11 Bina Nusanrtara Center, Jakarta.
20
Mensupport 8023.11i.
Secara
rinci
frekuensi
yang
digunakan
beserta
karakteristik frekuensi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Pita Frekuensi ISM
Spesifikasi
915 MHz
2.4 GHz
5.8 GHz
902-928
2400-2489.5
5725-5850
Mhz
MHz
MHz
Bandwidth
25 Mhz
83.5 MHz
125 MHz
Jangkauan
Paling jauh
Sedang
Pendek
Pemakaian
Sangat ramai
Sepi
Sangat Sepi
Delay
Besar
Sedang
Kecil
Sumber
Banyak
Sedang
Sedikit
Frekuensi Frekuensi
transmisi
Intreferensi Sumber : “securing your network with winproxy” (bina nusantara, Jakarta)
Khusus pada pita fekuensi 2.4 GHz, alokasi spektrumnya berbeda antar Negara di dunia. Tabel 2.2 memperlihatkan frekuensi yang dimaksud.11
11
Gunadi 2006. Teknologi Wireless LAN dan Aplikasinya, p 112, PT Elex Media Komputindo, Jakarta
21 Tabel 2.2 Spektrum WLAN pada pita frekuensi 2.4 GHz
REGION
ALOCATED SPECTRUM
US
2.4000-2.4835 GHz
EUROPE
2.4000-2.4835 GHz
JAPAN
2.471-2.497 GHz
FRANCE
2.4465-2.4835 GHz
SPAIN
2.445-2475 GHz
Sumber : “teknologi wireless LAN dan aplikasinya”
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa masing-masing standar wireless LAN memiliki karakteristik sendiri-sendiri baik dilihat dari sisi coverage maupun kemampuan dalam mentransmisikan data (data rate). Dengan kemampuan
demikian,
nampak
yang paling tinggi
bahwa baik
standar
dilihat
802.11g
dari
mempunyai
coverage maupun
througtputnya. Sesuai dengan karakteristik adaptif modulasi, maka Wireless LAN akan menyesuaikan kecepatannya sesuai dengan jarak antara AP dan client. Semakin jauh dari AP, maka sinyalnya akan semakin lemah, sehingga data rate-nya juga semakin kecil. Tabel di bawah ini merupakan perbandingan spesifikasi dari ketiga standar yang dimaksud.
22 Tabel 2.3 Perbandingan spesifikasi dari ketiga pita frekuensi
802.11a
802.11b
802.11g
Frekuensi
5 GHz
2,4 GHz
2,4 GHz
Data rate
54 Mbps
11 Mbps
54 Mbps
Modulasi
OFDM
CCK
OFDM/CCK
Security
WEP(WPA)
WEP(WPA)
WEP(WPA), 11i
Available bandwidth
300 MHz
83,5 MHz
83,5 MHz
Data Rate Channel
6,9,12,18,24,36,48
1,2,5,11 Mbps
1,2,5.5,6,9,11,12,18,2
,54Mbps Kompabilitas
Tidak kompatibel
4,36,48,54 Mbps Mature
Kompatibel b
b Coverage
25-50 m
30-75 m
30-75 m
Jumlah non
8
3
3
Lebih mahal
Murah
Agak mahal
overlapping channel Harga
(sedikit vendor) Sumber : “ teknologi WLAN dan aplikasinya”
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Standar WLAN Setelah mengetahui perbandingan ketiga standar wireless LAN yang popular (802.11 a/b/g), maka berikut ini merupakan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangannya12.
12
Sofana, Iwan 2005. Wireless LAN untuk Rumah dan Kantor Kecil, p 6 Prima Infosarana Media, Bogor.
23 Tabel 2.4.Kelebihan dan Kekurangan standar WLAN
Standar 802.11a
Kelebihan 1)
2)
Kekurangan
Spektrum lebih besar
1)
Area jangkauan sempit.
dibanding 802.11b.
2)
Tidak kompatible
Dapat digunakan dengan
dengan standar
komplemen jaringan
sebelumnya.
802.11b. 3)
Bandwidth yang lebih besar (54 Mb).
4)
Potensi Interferensi lebih sedikit (5 GHz).
5)
Mempunyai lebih nonoverlapping channel.
802.11b
1)
Reliable Jangkauan luas
2)
Mudah mengintegrasikan dengan jaringan yang
1)
Kecepatan lebih rendah (11 Mbps).
2)
Frekuensi crowded.
1)
Frekuensi crowded.
menggunakan kabel. 3)
Kompatible dengan 802.11 DSSS.
802.11g
1)
Kompatibel dengan 802.11b.
2)
Transfer data lebih besar dibandingkan dengan 802.11b.
3)
Lebih cepat dibandingkan dengan 802.11b (24Mb vs 11Mb). Sumber : “teknologi WLAN dan aplikasinya”
24 2.5.1 Wireless LAN 802.11c Merupakan spesifikasi yang dipakai untuk keperluan koneksi bridge13.
2.5.2
Wireless LAN 802.11d Dibuat pada tahun 2001. Spesifikasi ini dipakai untuk pengaturan spektrum sinyal14.
2.5.3
Wireless LAN 802.11e Mendukung QoS (Quality of Service) pada protokol WLAN15.
2.5.4
Wireless LAN 802.11f Dibuat pada tahun 2003. Merupakan standar bagi protokol komunikasi antar access point16
2.5.5
Wireless LAN 802.11h Dibuat pada tahun 2003. Merupakan pengembangan 802.11a dengan dukungan regulasi yang diterapkan negara Eropa dan Asia Pasifik17.
2.5.6
Wireless LAN 802.11i Dibuat pada tahun 2004. Merupakan pengembangan dari 802.11 dengan dukungan sekuriti18.
2.5.7
13 14 15 16 17 18
Wireless LAN 802.11j
Sofana, Iwan 2005. Wireless LAN untuk Rumah dan Kantor Kecil, p 5 Prima Infosarana Media, Bogor. Ibid, p 5 Ibid, p 5 Ibid, p 5 Ibid, p 5 Sofana, Iwan 2005. Wireless LAN untuk Rumah dan Kantor Kecil, p 5, Prima Infosarana Media, Bogor.Ibid, p 5.
25 Dibuat pada tahun 2004. Dengan melakukan pengembangan sinyal 5GHz dengan dukung regulasi yang diterapkan oleh negara Jepang19.
2.5.8
Wireless LAN 802.11k Masih dalam tahap pengembangan. Merupakan spesifikasi yang digunakan untuk sistem manajemen WLAN 20.
2.5.9
Wireless LAN 802.11l Dukung kemampuan keamanan pada WLAN. Spesifikasi ini akhirnya dibatalkan oleh IEEE, karena dapat menimbulkan kebingungan (sudah didefinisikan pada 802.11i)21.
2.5.10
Wireless LAN 802.11m Untuk keperluan pemeliharaan dokumentasi seluruh keluarga 802.1122.
2.5.11
Wireless LAN 802.11n Masih dalam tahap pengembangan sampai saat ini. Ditujukan untuk WLAN dengan kecepatan transfer data 108Mbps. Dipasar dapat dijumpai dengan merek dagang MIMO atau pre-802.11n23.
2.6 Keuntungan dan Kelemahan Wireless LAN (secara umum) 2.6.1 Keuntungan Wireless LAN Terdapat beberapa keuntungan yang didapat dari penggunaan WLAN, di antaranya :
19 20 21 22 23
Ibid, p 5. Ibid, p 5 Ibid, p 5. Ibid, p 5. Ibid, p 5.
26 2.6.1.1 Mobilitas tinggi WLAN memungkinkan klien untuk mengakses informasi real-time sepanjang masih dalam jangkauan WLAN, sehingga meningkatkan kualitas layanan dan produktivitas yang tidak mungkin dapat diberikan oleh jaringan LAN biasa. Pengguna di manapun berada baik di area kantor bahkan di area publik (hotspot) akan selalu dapat tersambung
ke
internet.
Dengan
demikian
akan
mendukung komunikasi suara, data, dan informasi yang lebih cepat. 2.6.1.2 Kemudahan dan Kecepatan Instalasi Instalasi WLAN sangat mudah dan cepat tanpa harus menarik dan memasang kabel melalui dinding atau atap. Kabel digunakan hanya untuk menghubungkan Access Point ke jaringan (hub/switch/router), sedangkan koneksi dari PC pengguna yang terhubung ke jaringan adalah melalui frekuensi radio (wirelessly). 2.6.1.3 Fleksibel Dengan
teknologi
WLAN
sangat
mungkin
untuk
membangun jaringan pada area yang tidak mungkin atau sulit untuk dijangkau oleh kabel. Misalnya, di kota-kota besar, di tempat-tempat yang tidak tersedia infrastruktur kabel, WLAN dapat digunakan untuk menggantikan teknologi Leased Line. Aplikasi nyata dari WLAN dapat digunakan untuk menghubungkan LAN di antar gedung yang berdekatan (aplikasi LAN to LAN). 2.6.1.4 Menurunkan Biaya Kepemilikan
27 Meskipun biaya investasi awal untuk pernagkat keras WLAN
lebih
mahal
dibandingkan
dengan
LAN
konvensional, namun biaya instalasi dan perawatan jaringan WLAN lebih murah, sehingga secara total dapat menurunkan biaya besar kepemilikan. Di samping itu, sangat cocok untuk lingkungan dinamis, di mana sering terjadi perpindahan, penambahan, atau perubahan posisi kerja. 2.6.1.5 Scalable WLAN dapat digunakan dengan berbagai topologi jaringan
sesuai
dengan
kebutuhan
instalasi
atau
spesifikasi. Mulai dari jaringan independen yang hanya terdiri atas beberapa klien saja, sampai jaringan infrastruktur yang terdiri atas ribuan klien.
2.6.1.6 Produktivitas Dengan dukungan teknologi WLAN, maka karyawan dapat selalu tersambung ke internet dalam keadaan bergerak (mobile). Dengan dukungan perangkat bergerak, maka karyawan dapat
cepat
merespon
kebutuhan
atau
komplain
pelanggan, sehingga pada akhirnya tingkat penjualan dan loyalitas pelanggan juga meningkat.
28 2.6.2 Kelemahan Wireless LAN Beberapa kelemahan WLAN:
2.6.2.1 Faktor keamanan merupakan faktor utama Banyak sekali tipe serangan yang dapat terjadi pada sistem WLAN. Sebenarnya WLAN sendiri mempunyai sistem kemanan, namun sangat terbatas (sampai pada layer ke 2). Untuk lebih mengamankan terhadap jaringan di belakang WLAN, tentu diperlukan teknik pengamanan tambahan yang perlu dilakukan. 2.6.2.2 Tingkat kecepatannya Pada umumnya WLAN saat ini dapat menyediakan data rate hingga 54 Mbps dan 11 Mbps, namun dlam implementasinya transmisi ini sangat dipengaruhi juga oleh keadaan lingkungan. Dengan data rate 54 Mbps biasanya diperoleh throughput sebesar 24 Mbps dan dengan data rate 11 Mbps akan diperoleh kecepatan berkisar 5.5 Mbps. 2.6.2.3 Harga komponen WLAN yang relatif tinggi Harga komponen WLAN saat ini di pasaran masih cukup tinggi, sehingga membutuhkan biaya yang besar dan perencanaan
yang
tepat
dan
efisien
dalam
mengimplementasikan WLAN ini.
2.7
Sertifikasi Wi-Fi Sertifikasi Wi-Fi adalah proses untuk memastikan interoperabilitas antar peralatan wireless LAN 802.11, termasuk access point dan kartukartu jaringan radio wireless yang biasanya mempunyai beberapa form
29 factor
yang sangat
peralatan
wireless
beragam24. harus
Perusahaan-perusahaan produsen
mempunyai
anggota
Wi-Fi
Alliance.
Perusahaan-perusahaan tersebut memerlukan sertifikasi Wi-Fi untuk menjaga kualitas produk. Sertifikasi ini juga digunakan untuk menjaga interoperabilitas beberapa produk Wi-Fi. Setelah produk tersebut melalui beberapa tes, pabrikan akan diberikan hak untuk menempatkan logo sertifikasi Wi-Fi, sehingga pengguna mudah mengenalinya. Setelah produk melalui tes standarisasi yang teruji, akan mendapatkan beberapa kemudahan dalam hal standarisasi dan interoperabilitas. Sertifikasi Wi-Fi digunakan untuk menjamin produk dengan interoperabilitas yang baik karena melalui pengujian standar produk yang telah kompatibel dengan produk yang dikeluarkan oleh beberapa vendor. Beberapa logo Wi-Fi dapat Anda Lihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.5 Logo Sertifikasi Wi-Fi Sumber : ” wireless kung fu” Wi-Fi Alliance merupakan organisasi global yang membuat merek Wi-Fi. Aliansi ini merupakan organisasi nonprofit yang didirikan tahun 1999 untuk melakukan sertifikasi produk-produk serta interoperabilitas produk IEEE 802.11 dan melakukan promosi secara global. Wi-Fi Alliance merupakan lembaga yang melakukan berbagai rangkaian tes untuk menentukan bagaimana sebuah produk dapat diperiksa untuk 24
Jakarta.
Gunadi 2006.Teknologi wireless LAN dan Aplikasinya, p 6, Elex Media Komputindo,
30 keperluan sertifikasi dan interoperable dengan produk-produk yang lain yang telah disertifikasi. Tes ini dilakukan oleh laboratorium independen, sehingga
independensinya
dapat
dipertanggungjawabkan
untuk
kepentingan konsumen secara umum, bukan pada vendor tertentu saja.
2.8 Tipe Jaringan infrastruktur Wireless 2.8.1 Sistem Ad Hoc Jaringan Ad Hoc merupakan jaringan sederhana di mana komunikasi terjadi di antara dua perangkat atau lebih cakupan area tertentu tanpa harus memerlukan sebuah access point atau server. Standarisasi ini semacam etiket pada setiap perangkat jaringan dalam melakukan akses media wireless. Metode ini meliputi penentuan pemberian permintaan koneksi pada sebuah media untuk memastikan throughtput yang dimasimalkan untuk pengguna dalam menerima layanan. Jaringan Ad Hoc terbentuk apabila terminal (Notebook, Dekstop, atau PDA) yang telah dilengkapi wireless LAN card saling tersambung tanpa melalui Access Point. Peer to peer wireless LAN hanya mensyaratkan wireless network interface card (NIC) di dalam setiap device terhubung ke jaringan. Selain itu, konfigurasi jaringan ini tidak memerlukan administrasi tambahan atau konfigurasi awal jika menggunakan central server. Dengan konfigurasi peer to peer ini, sangat cocok digunakan dalam suatu pertemuan yang sementara (temporer). Jadi, jika sewaktu-waktu kita memerlukan adanya jaringan dan hanya digunakan pada saat itu saja, maka kita tidak perlu repot-repot mengurusi kabel yang akan menghubungkan jaringan tersebut, dan membongkarnya kembali ketika kita sudah tidak memerlukannya
31 kembali ketika kita sudah tidak memerlukannya lagi. Cukup gunakan potable komputer anda masing-masing dengan wireless NIC yang terdapat didalamnya, maka sudah saling terhubung.
Gambar 2.6. Mode Ad Hoc sumber : http://www.kismetwireless.net (akses 04-01-08)
2.8.2 Jaringan Server Based / Wireless Infrastructure Model konfigurasi Client Server disebut juga sebagai model infrastruktur atau model Root Mode. Infrastruktur wireless LAN adalah sebuah konfigurasi jaringan, dimana jaringan wireless tidak hanya berhubungan dengan sesama jaringan wireless saja, akan tetapi terhubung juga dengan jaringan wired. Supaya jaringan wireless dapat berhubungan dengan jaringan wired, maka dalam hal ini digunakan akses point (AP). Sebuah Access Point dapat menjangkau daerah hingga sejauh 100 meter untuk indoor dan kurang lebih 300 meter untuk yang outdoor.
32
Gambar 2.7 Infrastruktur Ad-Hod sumber : http://www.kismetwireless.net (akses 04-01-08)
2.8.2.1 Keuntungan pada sistem access point :
Untuk sistem AP dengan melayani banyak PC tentu lebih mudah pengaturan dan computer client dapat mengetahui bahwa disuatu ruang ada sebuah hardware atau computer yang memancarkan signal Access Point untuk masuk kedalam sebuah network .
Keuntungan kedua bila mengunakan hardware khusus, maka tidak diperlukan sebuah PC berjalan 24 jam untuk melayani network.
Banyak
hardware
Access
point
yang
yang
dihubungkan ke sebuah hub atau sebuah jaringan LAN. Dan computer pemakai Wifi dapat masuk kedalam sebuah jaringan network.
Dan sistem security pada model AP lebih terjamin. Untuk fitur pengaman sebuah Hardware Access Point memiliki beberapa fitur seperti melakukan block IP, membatasi pemakai pada port dan lainnya.
33 Sebuah Access point baik berupa sebuah card WIFI yang ditancapkan pada slot computer atau jenis USB card dan lainnya dengan mengaktifkan fungsi Access point ataupun sebuah alat khusus Access point yang berdiri sendiri dengan antena dan adaptor power bisa difungsikan sebagai Bridge network, router (gateway). Sistem Access point juga diterapkan pada sebuah layanan service. Misalnya layanan network disebuah terminal airport atau layanan khusus yang dibuat sebuah service provider untuk internet umumnya mengunakan sistem Adhoc. Pada sistem layanan tersebut biasanya pemakai Wifi harus login sesuai ketentuan yang diperlukan dari penyelangara service tersebut. Contoh pada gambar dibawah ini. Setting tersebut digunakan oleh Windows dimana pemakai memilih apakah akan terkoneksi ke jaringan bebas misalnya layanan service internet dari sebuah service provider (ISP), atau untuk memasuki jaringan dari sebuah network atau melakukan hubungan dengan computer lain secara peer to peer.
2.8.3 Jaringan Bridge Mode Untuk aplikasi Bridge Mode.Wireless LAN biasanya digunakan untuk menghubungkan antara LAN (LAN to LAN) yang saling terpisah. Karena jarak antar gedung terlalu jauh (ratusan meter), maka Wireless LAN dapat digunakan sebagai alternatif solusi. Konfigurasi jaringan tersebut dilakukan dengan memakai dua AP, satu sebagai AP dan pasangannya digunakan sebagai AP client.
34
Gambar 2.8 Bridge Mode sumber : http://www.dynapowerusa.com (akses 05-01-08)
2.8.4 Jaringan Repeater Mode Konfigurasi repeater mode bertujuan untuk memperbesar coverage dari suatu AP atau melakukan coverage pada lingkungan yang cukup sulit jika hanya menggunakan satu AP saja. Repeater mode dibuat dengan cara menambah AP baru yang berfungsi sebagai titik tengah (perantara) antara clien dengan AP lain yang terhubung ke wired LAN (root) dan terhubung langsung ke jaringan. Repeater ini menerima sinyal dari AP atau repeater lainnya, kemudian melakukan retransmit data-data tersebut. Kelemahan arsitektur jaringan ini adalah tingkat throughtput keluaran AP yang akan menurun drastis, mengingat fungsinya, yaitu menerima data-data yang dikrimkan melalui gelombang radio (RF) dan melakukan re-transmisi data-data tersebut pada gelombang radio yang sama, sehingga pekerjaan yang dilakukan lebih banyak dibandingkan dengan AP biasa. Pengaruh ini akan sangat terasa, jika jumlah repeater yang digunakan bertambah banyak.
35 Gambar 3.8 menunjukkan bahwa disamping tersambung ke jaringan, AP juga dihubungkan ke AP repeater untuk memperluas jaringan.
Gambar 2.9 Repeater Mode sumber : http://www.usr.com/support/5450/54xx-ug/images/APmode4.gif (akses 05-01-08)
Konfigurasi dari dua AP tersebut sama fungsinya seperti bridge SSID dan kanalnya harus seragam. Perbedaanya terletak pada pemilihansetting AP sebagai model repeater.
2.8.5 Jaringan Wireless Mesh Perkembangan jaringan terakhir dari Wireless Mesh adalah memadukan antara standar Wireless LAN 802.11a/b/g. Secara teknis, standar 802.12a (frekuensi 5,8 GHz) digunakan untuk menghubungkan device client ke AP. Wireless Mesh hampir mirip dengan konfigurasi repeater mode, namun lebih diperluas lagi. AP yang digunakan tidak terbatas hanya dua AP saja. Namun demikian,
36 jumlah tersebut sudah tergolong banyak. Hubungan antar AP tidak harus point to point dan menggunakan jaringan fisik, bisa juga multipoint. Keuntungan
penerapan
Wireless
Mesh
ini
adalah
kemampuan dalam mengcover suatu area dan sangat fleksibilitas dalam instalasinya. Gambar berikut mendeskripsikan Wireless Mesh.
Gambar 2.10 Wireless Mesh sumber : http://www.student.chula.ac.th/~46305460/pic31.jpg (akses 05-01-08)
2.9 Komponen Utama Jaringan Wi-Fi 2.9.1
Access Point Pada Wireless LAN, device tranceiver disebut sebagai Access Point dan terhubung dengan jaringan (LAN) melalui kabel (biasanya berupa UTP). Fungsi dari Access Point adalah mengirim dan menerima data, sebagai buffer data antara Wireless LAN dengan
37 wired LAN, serta berfungsi mengkonversi sinyal frekuensi radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel, atau disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversi ulang menjadi sinyal frekuensi radio. Satu Akses Point dapat melalui sejumlah user (beberapa literatur menyatakan bahwa Akses Point maksimum meng-handle sampai 30 user). Karena dengan semakin banyaknya user terhubung ke AP, maka kecepatan yang diperoleh tiap user akan semakin berkurang.
Gambar 2.11 Access Point yang terhubung ke jaringan Sumber : http://www.cyberhome.cn/wireless/image/ESS.jpg (akses 04-01-08)
Bila AP dipasang lebih dari satu dan coverahe tiap AP saling overlap, maka user/clien dapat melakukan roaming. Roaming adalah kemampuan client untuk berpindah tempat tanpa kehilangan koneksi/kontak dengan jaringan.
38
Gambar 2.12 Multiple Access Point dan roaming. sumber : http://202.29.21.8/~s4728451008/pic/11.gif (akses 04-01-08)
Luas daerah jangkauan dari AP juga tergantung dari bit rate yang ditawarkan ke user dan juga jenis topologi ruangan tempat AP digunkan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :
Tabel 2.5 Perbandingan antara jarak, bit rate, dan topologi area dari sebuah AP.
Bit rate/Range
11 Mb/s
5.5 Mb/s
2 Mb/s
1 Mb/s
Open office
150 m
270 m
400 m
550 m
Semi open office
50 m
70 m
50 m
115 m
Closed office
25 m
35 m
40 m
50 m
Sumber : “wireless LAN untuk rumah dan kantor kecil”
Komponen logika dari Access Point adalah SSID (Service Set Identifier) atau ESSID (Extended Service Set Identifier) yang merupakan standar dari IEEE 802.11. Client harus menghubungkan
39 PCMCIA cardnya ke Access Point dengan ESSID tertentu, supaya transfer data bisa terjadi. ESSID menjadi autentifikasi standar dalam komunikasi wireless
2.9.2 Wireless LAN Device Wireless LAN device merupakan peralatan wireless yang wajib dimiliki dalam membangun sebuah jaringan wireless, tanpa adapter Wi-Fi kita tidak dapat membangun Wireless LAN25. Adapter Wi-Fi dapat disetarakan dengan kartu ethernet yang bekerja menggunakan gelombang radio sehingga ada yang menyebutnya sebagai ethernet radio atau Wi-Fi radio. Jenis Wireless LAN device ada beberapa macam seperti Personal Computer Memory Card International Association (PCMCIA), Wireless USB Adapter, Peripheral Componen Interconnect (PCI) Card.
Gambar 2.13 Wireless LAN Device sumber : http://www.tempatshopping.com/merchandise (akses 05-01-08)
25
Sofana, Iwan 2005. Wireless LAN untuk Rumah dan Kantor Kecil, p 9, Prima Infosarana Media, Bogor.
40 2.9.3 Mobile atau Desktop PC Mobile atau Desktop PC merupakan komponen akses untuk klien, mobile PC
pada umumnya sudah terpasang port Personal
Computer Memory Card International Association (PCMCIA) tetapi ada juga yang belum terpasang, sedangkan pada desktop PC harus ditambahkan Peripheral Componen Interconnect (PCI) Card serta Universal Serial Bus (USB) Adapter26.
Gambar 2.14 Mobile PC sumber : www.expansys.com (akses 05-01-08)
2.9.4 Ethernet LAN Ethernet LAN di sini dimaksudkan bahwa sebelum masuknya jaringan wireless, memang sudah terbentuk sebuah jaringan Local Area Network. Sehingga nanti adanya penggabungan antara jaringan wireless dan wired.
2.9.5 Antena Antena merupakan alat untuk mentransformasikan sinyal radio yang merambat pada sebuah kondukter menjadi sebuah gelombang
26
Kuntoro, Tri 2005. Jaringan Wi-Fi, p 4, Andi, Yogyakarta.
41 elektromagnetik yang merambat di udara27. Antena memiliki sifat resonansi, sehingga antena akan beroperasi pada daerah tertentu. Terdapat beberapa tipe antena yang dapat mendukung implementasi wireless LAN. Tipe antena tersebut, omni directional, grid, serta dual gain antena.
2.9.5.1
Antena Omnidirectional Antena Omnidirectional, yaitu jenis antena yang memiliki pola pancaran sinyal ke segala arah dengan daya yang sama28. Untuk menghasilkan cakupan area yang luas, gain dari antena omnidirectional
harus
memfokuskan
dayanya
secara
horizontal (mendatar), dengan mengabaikan pola pemancaran ke atas dan ke bawah, sehingga antena dapat diletakkan di tengah-tengah base station. Dengan demikian, keuntungan antena dari jenis ini adalah dapat melayani jenis pengguna yang lebih banyak. Namun kesulitannya adalah pada pengalokasian frekuensi untuk setiap sel agar tidak terjadi interferensi. Antena jenis ini biasanya digunakan pada lingkup yang mempunyai base station
terbatas dan
cenderung untuk posisi pelanggan yang melebar.
27
28
Sofana, Iwan 2005. Wireless LAN untuk Rumah dan Kantor Kecil, p 14, Prima Infosarana Media, Bogor. Ibid, p 16
42
Gambar 2.15 Arah pancar antena omni Sumber : http://www.itrainonline.org/itrainonline/mmtk/ (akses 16-01-08)
Dari gambar di atas kuat sinyal di bawah antena omni sangat lemah mengingat arah penyebarannya menyamping / horizontal (3600)
2.9.5.2
Antena Directional Antena directional, yaitu antena yang mempunyai
pola
29
pemancaran sinyal dengan satu arah tertentu . Antena ini idealnya digunakan sebagai penghubung antar gedung atau untuk daerah (konfigurasi point to point) yang mempunyai 29
Sofana, Iwan 2005. Wireless LAN untuk Rumah dan Kantor Kecil, p 17, Prima Infosarana Media, Bogor.
43 konfigurasi cakupan area yang kecil seperti pada loronglorong yang panjang.
Gambar 2.16 Arah pancaran antena directional Sumber : http://www.itrainonline.org/itrainonline/mmtk/ (akses 16-01-08)
2.9.5.3 Antena Dual Gain Antena dual gain, yaitu antena yang mempunyai level penguatan yang berbeda untuk mengirim dan penerima.30 Dirancang khusus untuk aturan standard ESTI, dimana daya pancarannnya hanya dibatasi sampai 100 mW. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya maksimum antara antena pemancar dan antena penerima.
2.10 Jaringan WDS Dalam terminologi Distribution Sistem” (DS) adalah sistem yang saling interkoneksi, biasa disebut Basic Service Set (BSS). Distribution Sistem adalah mengkoneksikan jaringan untuk dapat 30
Sofana, Iwan 2005. Wireless LAN untuk Rumah dan Kantor Kecil, p 17, Prima Infosarana Media, Bogor.
44 membangun jaringan dengan area yang lebih luas sehingga membentuk Extended Service Set (ESS), dan dapat memudahkan para
pemakai
jaringan
dapat
mudah
terkoneksi
dengan
menggunakan alat pendukung yang hanya dihubungkan kesebuah jaringan yang tersedia. Distribution Sistem dapat terhubung dengan kabel (wired) atau tanpa kabel (wireless) dengan menggunakan alat radio yang terdapat pada Access Point tersebut. Diagram dibawah ini menunjukan jaringan wired distribution system:
Gambar 2.17 wired distribution system Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
Jika tanpa menggunakan kabel tapi koneksi antara beberapa access point terbentuk menggunakan PC Card Wireless Distribution Sistem yang ditunjukan pada gambar berikut :
45
Gambar 2.18 wireless distribution system Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
Infrastruktur jaringan WDS dapat dikembangakan dengan cara membangun infrastruktur berikut :
2.10.1 Point to Point Infrastructure Mengkoneksikan dua infrastruktur jaringan menjadi satu dengan menset masing-masing jaringan menjadi host dan client.
46
Gambar 2.19 infrastruktur point to point Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
2.10.2 Point to Multipoint Mengkoneksikan beberapa Infrastruktur jaringan (lebih dari dua infrastruktur) menjadi satu dengan menset salah satu jaringan menjadi host dal yang lainnya menjadi client.
47
Gambar 2.20 infrastrukutr point to multipoint Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
2.10.3 Point to Multipoint with Hostpot Mengkoneksikan
beberapa
jaringan
yang
menggunakan
perlengkapan yang kompetibel untuk dapat melakukan koneksi ke internet, aktifitas email dan aktifitas jaringan lain (Hotspot). Deangan cara menset satu jaringan menjadi host dan yang lainnya menjadi client. Peralatan yang digunakan tidak terbatas hanya personal komputer atau leptop, akan tetapi peralatan mobile yang lain seperti PDA, telpon selular dan peralatan game online lainnya.
48
Gambar 2.21 infrastruktur point to multipoint with hotspot Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
2.10.4 Multi Construction Mengkoneksikan beberapa jaringan menjadi satu dengan berbagai jaringan wireless seperti area hotspot, community network, campus network, eGovermen network and video surveillance.
Membangun
jaringan
ini
dengan
cara
membangun jaringan point to point lalu mengkoneksikan dengan jaringan point to multipoin.
49
Gambar 2.22 infrastrukutr multi construction Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
2.11 Keamanan Jaringan Wi-Fi Pancaran sinyal yang ditransmisikan pada jaringan Wi-Fi menggunakan frekuensi secara bebas sehingga dapat ditangkap oleh komputer lain sesama pengguna Wi-Fi. Untuk mencegah pengguna yang tidak berhak masuk kedalam jaringan ditambahkan suatu sistem pengamanan, misalnya Wired Equivalent Privacy (WEP). Dengan WEP ini hanya pengguna tertentu yang telah memiliki otorisasi saja yang dapat menggunakan sumber daya jaringan Wi-Fi.
2.11.1 Standar Keamanan 802.11 Keamanan jaringan Wi-FI ini secara umum terdiri dari non-secure dan share-key (secure).
50 2.11.1.1 Non-Secure/Open Komputer yang memiliki Wi-Fi dapat menangkap transmisi pancaran dari sebuah Wi-Fi dan langsung dapat masuk kedalam jaringan tersebut31. 2.11.1.2 Secure/Share Key Komputer yang memilik Wi-Fi untuk dapat masuk kedalam jaringan diperlukan kunci atau password, contohnya sebuah network yang menggunakan WEP32.
2.11.2 Service Set Identifier (SSID) SSID merupakan nama network dari sebuah jaringan Wireless
LAN
dan
dapat
diset
sesuai
dengan
keinginan
administrator, SSID dikenal juga dengan istilah ESSID. Fungsi SSID memiliki kaitan yang erat dengan sistem keamanan Wireless LAN, karena merupakan garda terdepan sistem keamanan Wireless LAN. Setiap klien yang akan masuk jaringan Wireless LAN atau terubung Access Point harus melalui SSID dari Access Point tersebut33. Kelemahan Service Set Identifier yaitu SSID digunakan sebagai metode untuk otentifikasi, namun tidaklah mencukupi hanya mengandalkan SSID untuk jaringan Wireless LAN yang cukup besar. Semakin banyak pengguna yang mengetahui SSID ini, akan semakin besar pula kemungkinan penyalahgunaannya. Bisa saja administrator secara rutin mengubah password (SSID) ini
31 32 33
Jakarta.
Kuntoro, Tri 2005. Jaringan Wi-Fi, p 6, Andi, Yogyakarta. Ibid, p 6 Gunadi 2006.Teknologi wireless LAN dan Aplikasinya, p 26, Elex Media Komputindo,
51 secara rutin. Namun dalam jaringan yang besar hal ini akan memerlukan usaha yang besar pula dan tidak praktis.
2.11.3 Medium Access Control (MAC) Filtering Sistem keamanan yang ketiga adalah dengan memanfaatkan filtering MAC (Medium Access Control) address. Teknik ini biasanya digunakan untuk memfilter semua station yang akan melakukan koneksi ke Access Point, sehingga Access Point tidak akan dapat melakukan koneksi34. Teknik ini biasanya membantu menyaring klien mana saja yang bisa masuk ke jaringan setelah proses Open System Authentication dan Share Key Authentication. Biasanya setting pada Access Point memiliki pilihan mengenai daftar MAC address yang akan dimasukkan (input), apakah untuk kategori allow/disallow atau forward all/block all
2.11.4 Wired Equivalent Privacy (WEP) Wired Equivalent Privacy adalah algoritma enkripsi (shared key authentication process) untuk autentikasi pengguna dan enkripsi data playload yang dilewatkan melalui jaringan wireless35. Dengan demikian seperti namanya, maka sistem Wireless LAN dirancang agar dimiliki tingkat keamanan yang sama dengan jaringan wired LAN. WEP menggunakan algoritma Pseudo Random Number Generator (PRNG) dan RC4 stream chiper atau block chiper. Kedua chiper ini akan menghasilkan sebuah key stream dari kunci rahasia tersebut. Key stream ini akan dicampur (mix) dengan data
34
Gunadi 2006.Teknologi wireless LAN dan Aplikasinya, p 28, Elex Media Komputindo,
Jakarta. 35
Ibid, p 30
52 untuk menghasilkan output yang terenkripsi. Berikut gambaran perbedaan antara stream chiper dan block chiper. Dengan menggunakan teknik WEP ini, paket-paket data yang akan dikirim akan di enkripsi terlebih dahulu, kemudian paket data tersebut dikirm ke pengguna yang telah terotorisasi. Setelah sampai di penerima, paket akan dideskripsi menjadi data yang sebenarnya, sehingga dapat dibaca kembali. Untuk saat ini teknologi yang mendukung enkripsi adalah 40 bit sampai 256 bit. Setting bit atau karakter WEP dilakukan pada Access Point maupun pada klien.
2.11.5 Wi-Fi Protected Access (WPA) WPA merupakan perbaikan dari WEP. Di kalangan industri nama WPA dikenal juga dengan nama 802.11i. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menggunakan WPA36, yaitu :
WEP menggunakan sebuah kunci statis yang terpisah untuk transmisi global, seperti
paket broadcast. Namun, kunci
tersebut tidak diperbaharui secara regular. Meskipun data-data penting
tidak
ditransmisikan
secara
broadcast,
namun
penggunaan kunci statis untuk transmisi global memberikan kesempatan pada penyerang untuk mengetahui kunci-kunci tersebut dan dapat masuk ke dalam jaringan.
Integritas
dari
frame
WEP
kurang
bagus.
Dengan
menggunakan teknik kriptogafi, seorang penyerang dapat memodifikasi informasi di dalam frame Wireless LAN dan mengubah isi dari nilai integrity check tanpa sepengetahuan penerima. 36
Jakarta.
Gunadi 2006.Teknologi wireless LAN dan Aplikasinya, p 45, Elex Media Komputindo,
53
Dengan berkembangnya kecepatan traanmisi Wireless LAN dan juga kemampuan terhadap cryptanalytic, maka kunci WEP harus diperbaharui dengan frekuensi yang teratur, sehingga tidak terjadi penumpukan di server RADIUS. Belum semua (Access Point) mendukung fitur WPA. Namun
biasanya Access Point keluaran tahun 2003 ke atas sudah mendukung WPA. WPA ini sama fungsinya dengan WEP yaitu sebagai proses untuk otorisasi pengguna maupun melakukan enkripsi data playload. WPA memiliki dua mode, yaitu yang menggunakan 802.1X dan RADIUS serta yang diimplementasikan di Small Office Home Office menggunakan Temporal Key Integrity Protocol (TKIP). Mekanisme kerja WPA 37adalah sebagai berikut :
Menggunakan kunci enkripsi yang unik untuk masing-masing paket.
Kunci enkripsi ini akan berubah-ubah (dinamis) tanpa diketahui oleh klien.
Menggunakan Initialization Vector yang lebih panjang, yaitu dengan menambahkan 128 bits untuk fungsi keying.
Penambahan pesan resmi Integrity Check Value yang tidak dapat diserang atau dicuri oleh penyerang.
Menggunakan counter frame yang terenkripsi, sehingga dapat mengagalkan serangan tipe replay.
37
Jakarta.
Gunadi 2006.Teknologi wireless LAN dan Aplikasinya, p 53, Elex Media Komputindo,
54 2.12 IP Address Agar unik setiap komputer yang terkoneksi ke Internet diberi alamat yang berbeda. Alamat ini supaya seragam seluruh dunia maka pemberian alamat IP address diseluruh dunia diberikan oleh badan internasional Internet Assigned Number Authority (IANA), dimana IANA hanya memberikan IP address Network ID nya saja sedangkan host ID diatur oleh pemilik IP address tersebut.38 Contoh IP address untuk cisco.com adalah 198.133.219.25 untuk www.ilkom.unsri.ac.id dengan IP nya 202.39.35.3 Alamat yang unik terdiri dari 32 bit yang dibagi dalam 4 oktet (8 bit)
00000000 . 00000000 . 00000000 . 00000000 1
2
3
4
IP address dibagi menjadi 2 bagian yaitu Network ID dan Host ID, Network ID yang akan menentukan alamat dalam jaringan (network address) sedangkan Host ID menentukan alamat dari peralatan jaringan yang sifatnya unik untuk membedakan antara satu mesin dengan mesin lainnya. Ibaratkan Network ID Nomor jalan dan alamat jalan, sedangkan Host ID adalah nomor rumahnya IP address dibagi menjadi kelas yaitu :
38
Rafiudin, Rahmat 2003. Mengupas Tuntas CISCO Router, p 17, Elex Media Komputindo, Jakarta
55
Gambar 2.23 class ip address Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
Kelas yang umum digunakan adalah kelas A sampai dengan kelas C.
Pada setiap kelas angka pertama dengan angka terakhir tidak dianjurkan untuk digunakan karena sebagai valid host id, misalnya kelas A 0 dan 127, kelas B 128 dan 192, kelas C 191 dan 224. catatan :
Alamat network dan host id tidak boleh semuanya 0 atau 1 karena jika semuanya angka biner 1 : 255.255.255.255 maka alamat tersebut disebut floaded broadcast
Alamat network, digunakan dalam routing untuk menunjukkan pengiriman paket remote network, contohnya 10.0.0.0, 172.16.0.0 dan 192.168.10.0
Dari gambar dibawah ini perhatikan kelas A menyediakan jumlah network yang paling sedikit namun menyediakan host id yang paling banyak dikarenakan hanya oktat pertama yang digunakan untuk alamat network bandingkan dengan kelas B dan C.
56
Gambar 2.24 perbandingan jumlah network dan host Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
Untuk mempermudah dalam menentukan kelas mana IP yang kita lihat, perhatikan gambar dibawah ini. Pada saat kita menganalisa suatu alamat IP maka perhatikan ocbit pertamanya.
Gambar 2.25 analisa ip address Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
Pada kelas A : 8 oktet pertama adalah alamat network-nya, sedangkan sisanya 24 bits merupakan alamat untuk host yang bisa digunakan. Jadi admin dapat membuat banyak sekali alamat untuk hostnya, dengan memperhatikan 224 – 2 = 16.777.214 host. N ; jumlah bit terakhir dari kelas A
57 (2) adalah alamat loopback Pada kelas B : menggunakan 16 bit pertama untuk mengidentifikasikan network sebagai bagian dari address. Dua octet sisanya (16 bits) digunakan untuk alamat host 2 16 – 2 = 65.534 Pada kelas C : menggunakan 24 bit pertama untuk network dan 8 bits sisanya untuk alamat host. 2 8 – 2 = 254
Gambar 2.26 perhitungan host dan network Sumber : http://www.proxim.com/support/techbulletins (akses 16-01-08)
Kita juga harus menguasai konsep untuk mendapatkan IP Address baru , di mana dengan cara ini kita dapat membuat network id baru dari suatu network yang kita miliki sebelumnya. Subnetting digunakan untuk memecah satu buah network menjadi beberapa network kecil. Untuk memperbanyak network id dari suatu network id yang sudah ada, di mana sebagian host id dikorbankan untuk digunakan dalam membuat id tambahan. Rumus untuk mencari banyak subnet adalah 2n – 2 N = jumlah bit yang diselubungi Contoh kasus dengan penyelesaian: IP
Address
130.200.0.0
dengan
subnet
mask
255.255.224.0
yang
diidentifikasikan sebagai kelas B. Subnet mask : 11111111.11111111.11100000.00000000 3 bit dari oktet ketiga telah digunakan, tinggal 5 bit yang belum diselubungi maka banyak kelompok subnet yang bisa dipakai adalah kelipatan 2 5 = 32 (256224 = 32). Jadi kelompok IP yang bisa digunakan adalah: 32.64 96 128 160 192 224 130.200.0.0 – 130.200.31.254 subnet loopback
58 130.200.32.1 - 130.200.63.254 130.200.64.1 - 130.200.95.254 130.200.96.1 - 130.200.127.254 130.200.128.1 - 130.200.159.254 130.200.160.1 - 130.200.191.254 130.200.192.1-130.200.223.254