BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
India dan Afganistan merupakan dua negara tetangga yang mempunyai keterikatan sejarah yang kuat. Hubungan baik antar kedua negara pun sudah terjalin sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui pemerintahan komunis yang di terapkan oleh soviet di Afganistan setelah tahun 1979. Namun, hubungan baik India dan Afganistan sendiri sempat merenggang. Terputusnya hubungan India dan Hal ini disebabkan oleh datangnya Rezim Taliban yang menguasai Afganistan, dimana India sendiri tidak pernah mengakui kekuasaan Taliban di Afganistan (Nazimi, 2012). Taliban sendiri mulai menguasai Afganistan pada tahun 1996 hingga 2001, dimana pengaruh Taliban di Afganistan sangat besar dan berdampak terhadap hubungan antara negara Afganistan dengan negara-negara lain termasuk India. Hubungan India di Afganistan sendiri pada akhirnya memasuki masa yang sangat sulit, dimana India kehilangan pengaruhnya di Afganistan. Hubungan yang terputus saat Taliban menguasai Afganistan ini berdampak negatif bagi India. Afganistan sendiri memiliki pengaruh yang besar bagi India. Menurut J Alexander Thier, India berusaha untuk memastikan bahwa Negaranegara di Asia Tengah mendukung atau setidaknya netral terhadap konflik India dengan Pakistan (Bajoria, 2012). Dapat dikatakan, bahwa salah satu faktor penting yang mendorong India meningkatkan kahadirannya di Afganistan, yaitu adalah persaingan yang sengit antara India dan Pakistan. Afganistan juga mengganggap
1
India sangat penting karena India dilihat sebagai sebuah bentuk kekuatan potensial sebagai penyeimbang hubungannya dengan Pakistan. Selain itu, Afganistan juga merupakan negara yang memiliki peran sebagai keamanan energi India. Afganistan merupakan kunci India untuk memperoleh energi bagi India ke negara-negara Asia tengah. Menurut data, US$7.6 billion alokasi dana untuk proyek membawa gas alam ke India pada tahun 2017 (Borah, 2013) Berdasarkan penjelasan tersebut, Afganistan memang memiliki peran penting bagi India. Oleh sebab itu, pasca rezim Taliban jatuh, India pun terlihat berusaha membangun hubungan kembali dengan Afganistan, dan salah satu cara yang terlihat digunakan India yaitu dengan menggunakan diplomasi kebudayaan melalui media film Bollywood. Film Bollywood sendiri bisa dikatakan merupaka alat diplomasi kebudaayaan yang terbilang ampuh bagi India. Erlinda (2012) dalam tulisannya yang berjudul “Keberhasilan Diplomasi Kebudayaan melalui Bollywood dalam Hubungan India-Pakistan” menjelaskan, bahwa Film Bollywood merupakan alat diplomasi kebudayaan yang digunakan oleh India untuk memperbaiki hubungan dengan Pakistan, dimana diplomasi kebudayaan melalui media film ini dinilai berhasil digunakan India sebagai alat diplomasi kebudayaan India di Pakistan. Dalam kasus India dan Afganistan, film Bollywood juga sebenarnya bisa menjadi kunci guna memperbaiki hubungan India-Afganistan pasca rezim Taliban. Hal ini dikarenakan Film Bollywood sendiri memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Afganistan. Masyarakat Afganistan terkenal sangat menyukai film Bollywood.
2
Sebagaimana perlu diketahui, sebelum rezim Taliban berkuasa di Afghanistan, film Bollywood sangat banyak beredar di Afghanistan dan menyita perhatian masyarakat Afghanistan. Hal ini dibuktikan bahwa 50% tayangan TV di Afganistan berisikan tayangan-tayangan Bollywood (Page & Siddiqi, 2012). Berdasarkan uraian di atas, maka akan sangat menarik untuk mengkaji mengenai peran film Bollywood terhadap diplomasi kebudayaan India untuk menjalin hubungan India-Afganistan pasca rezim Taliban. Bila pada negara lain seperti Pakistan film Bollywood ini dinilai berhasil untuk membangun hubungan baik, lalu yang menjadi pertanyaan dari penulis, apakan film bolywood juga bisa berperan dalam memperbaiki hubungan India di Afganistan pasca jatuhnya rezim Taliban. Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah yaitu: Bagaimana Film Bollywood berperan terhadap hubungan India-Afganistan pasca rezim Taliban?
C. Landasan Teori
Skripsi ini akan berusaha menjelaskan peran film Bollywood sebagai alat diplomasi kebudayaan India guna mencapai kepentingan India di Afganistan pasca rezim Taliban. Penelitian ini akan melihat kepada dua teori, yaitu pertama teori diplomasi kebudayaan dan kedua yaitu teori soft power.
3
Dr. Emil Constantinescu President of the Academy for Cultural Diplomacy (2011) menyebutkan bahwa diplomasi kebudayaan dapat digambarkan sebagai suatu program aksi, yang didasarkan pada pertukaran gagasan, nilai-nilai, tradisi dan aspek lain dari budaya atau identitas, baik untuk memperkuat hubungan, meningkatkan kerjasama sosial budaya atau mempromosikan kepentingan nasional. Diplomasi kebudayaan sendiri dapat dipraktekkan baik oleh sektor publik, sektor swasta maupun masyarakat sipil. Kemudian, definisi Cultural
Diplomacy juga dipaparkan oleh Milton C.
Cummings. Hampir serupa dengan Dr Emil Constantunesu, menurut Cummings (2003) diplomasi kebudayaan merupakan pertukaran ide ide, informasi, nilai, sistem, kepercayaan, dan aspek-aspek lain dalarn kebudayaan dengan tujuan untuk meningkatkan kesepahaman bersama. Lebih lanjut Mark (2009) menjelaskan, bahwa diplomasi kebudayaan saat ini sering dilihat sebagai bagian dari praktek diplomasi publik. Namun sebenarnya, diplomasi kebudayaan sendiri memiliki potensi lebih besar dan efektif untuk berkontribusi terhadap tujuan kebijakan luar negeri, diplomasi, dan tujuan di dalam negeri. Diplomasi kebudayaan dapat memberikan kontribusinya terhadap citra nasional dan branding suatu negara. Dalam menyajikan citra nasional di luar negeri, diplomasi kebudayaan dinilai dapat membangun citra yang kuat sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap reputasi suatu negara. Berdasarkan pemaparan yang ada di atas, diplomasi kebudayaan pada dasarnya merupakan suatu cara yang ditempuh oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya. Diplomasi kebudayaan sendiri dinilai sangat efektif untuk dapat meningkatkan mutual understanding dan membangun citra positif suatu negara di
4
mata dunia. Saat ini, adapun diplomasi kebudayaan yang terlihat banyak digunakan banyak oleh beberapa negara yaitu diplomasi melalui media film. Bila dikaitkan dengan masalah dalam penelitian ini, maka usaha yang dilakukan India dalam industri film Bollywood nya sebagai wujud diplomasi kebudayaan karena didalamnya terkandung unsur budaya. Masyarakat di berbagai penjuru dunia dapat menyaksikan Film Bollywood melalui berbagai media, baik cetak seperti surat kabar, maupun elektronik seperti televisi bahkan jaringan internet. Hal ini berarti, India dapat memanfaatkan Film Bollywood sebagai arena diplomasi kebudayaan yang efektif untuk memperlihatkan keunggulan keunggulan yang dimilikinya tersebut kepada masyarakat internasional. Selain itu para aktor dan aktris dalam fim Bollywood dapat pula dijadikan duta diplomasi kebudayaan itu sendiri. Bila melihat kasus India dan Afganistan, diplomasi kebudayaan melalui film sebenarnya sangat efektif bila digunakan untuk memperbaiki hubungan India dan Afganistan. Bila merunut pada penjelasan yang dipaparkan oleh beberapa ahli mengenai diplomasi kebudayaan, hubungan India dan Afganistan yang sempat terputus
sebenarnya
dapat
mulai
dibangun
kembali
dengan
membangun
kesepemahaman lewat dengan media film, dimana film sebenarnya dapat menyentuh segala aspek masyarakat dan dapat memberikan “sentuhan” yang lebih mendalam terhadap masyarakat Afganistan itu sendiri. Selain teori diplomasi kebudayaan, teori kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori soft power. Menurut Joseph Nye (2004), soft power berkaitan dengan elemen power yang tidak nampak, dimana dalam konsepnya, soft power bersumber dari tiga hal yang dimiliki oleh suatu negara, yaitu kebudayaan, nilai-nilai politik, dan kebijakan luar negeri. Ketiga sumber soft power tersebut dapat digunakan oleh suatu negara dalam mencapai tujuannya terhadap negara lain. Lebih
5
lanjut, soft power pada intinya menekankan bahwa power tanpa adanya unsur kekerasan, paksaan, perintah, sogokan atau pemberian imbalan. Bila mengacu pada teori soft power di atas, dapat disimpulkan bahwa sumbersumber kekuatan yang tidak terlihat, sebenarnya dapat menjadi sumber kekuatan suatu negara. Adapun salah satu konsep soft power yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu terkait unsur kebudayaan. Budaya merupakan seperangkat nilai-nilai dan praktik yang menciptakan makna bagi masyarakat, yang memiliki banyak manifestasi. Contoh budaya sendiri seperti sastra, seni, pendidikan, dan budaya populer yang berfokus pada hiburan massa (Nye, 2004). Budaya sendiri mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi bangsa lain. Bahkan lebih dari itu, dengan adanya bentuk persuasi dari pendekatan budaya, dapat menjadi acuan dan sandaran keberlangsungan hubungan yang baik antar bangsa. Lebih jelasnya Nye mengatakan sebagai berikut:
When a country’s culture includes universal values and its polid es promote values and interests that others share, it increases the probability of obtaining its desired outcomes because of the relationships of attraction and duty that it creates. Narrow values and parochial cultures are less likely to produce soft power.” (Nye, 2004)
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa budaya memiliki daya tarik yang sangat bersifat emosial dan psikologis ini menjadi modal besar bagi sebuah bangsa untuk dapat menjalin hubungan kerjasama lebih jauh dengan negara lain. Di
6
dalam film Bollywood sendiri, terdapat banyak unsur kebudayaan, yang meliputi tarian India, Baju, Bahasa, serta nilai-nilai budaya India yang lainnya. Dapat disimpulkan bahwa soft power berasal dari kekuatan budaya, dalam konteks ini Bollywood merupakan film hindi yang mengandung banyak unsur budaya yang menarik, sehingga sangat mengutungkan bagi India, sebagai bentuk kekuatan soft powernya di Afganistan
D. Batasan Penelitian
Dalam menyusun penelitian ini, penulis akan menggunakan sampel film pasca perang Taliban, yaitu tahun 2001. Hal tersebut dikarenakan, pada masa pemerintahan Taliban, hubungan India-Afganistan terputus dan berakibat pada film Bollywood yang juga dilarang beredar di Afganistan. Oleh sebab itu, agar dalam penulisannya nanti tidak mengalami kerancuan, maka penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai film Bollywood yang memiliki unsur cerita yang ada kaitannya dengan negara Afganistan ataupun Taliban. Film lain yang diambil yaitu terkait film yang sangat diminati masyarakat Afganistan. Selain itu, film yang juga diambil dalam tulisan ini yaitu film yang terkait dengan unsur terorisme. Sebagaimana kita ketahui, saat Taliban menguasai Afganistan terdapat isu terorisme yang sangat menghawatirkan masyarakat dunia.
E. Hipotesa
Mengacu pada pertanyaan penelitian, Teori diplomasi kebudayaan yang dijelaskan oleh Milton C. Cummings, Maka, film Bollywood sebenarnya dapat
7
berperan sebagai alat diplomasi kebudayaan India di Afganistan. Hal tersebut dikarenakan Film Bollywood banyak mengandung unsur budaya, nilai, yang bisa menjadikan negara Afganistan dapat lebih mengenal negara India secara lebih jauh. Hal tersebut guna memperbaiki hubungan India dan Afganistan pasca rezim Taliban, dimana Film Bollywood sendiri kaya unsur budaya, dimana budaya sendiri merupakan Instrumen utama dari soft power. Maka, film Bollywood merupakan salah satu soft power yang dimiliki India untuk membuat image negara India menjadi lebih baik di Afganistan. Film merupakan sebuah sarana yang efektif dalam membangun image suatu negara di mata dunia, dan pemerintah India dapat mempergunakan sarana tersebut guna membangun image negaranya melalui Film Bollywood.
F. Metode Penelitian
Dalam meneliti Peran film Bollywood sebagai Alat Diplomasi Kebudayaan India Afganistan, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Data-data tersebut didapatkan dari buku jurnal, majalah, surat kabar dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian, seperti literature mengenai diplomasi kebudayaan, soft power, hubungan India-Afganistan, maupun mengenai industri film Bollywood. Selain itu, penulis juga menggunakan sarana internet dalam proses pengumpulan data yang berkaitan dan relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
8
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam tulisan ini akan dibagi menjadi empat bagian agar dapat menyajikan analisis yang komprehensif.
Bab pertama berisi latar belakang masalah dalam penelitian yang dilanjutkan dengan rumusan masalah yang berisi tentang pertanyaan dari judul yang di teliti. Kemudian, landasan teori yang akan digunakan penulis sebagai kerangka berpikir penulisan mengenai konsep diplomasi kebudayaan dan soft power. Untuk mempersempit jangkauan penelitian, akan dijelaskan juga mengenai batasan Penelitian. Setelah itu, terdapat Hipotesa dan kemudian sistematika penulisan yang akan menguraikan secara singkat bagian-bagian dari penelitian secara singkat. Bagian pertama ini akan menunjukkan dasar konseptual dan argumentasi untuk memahami analisis yang dikembangkan pada bab-bab berikutnya.
Bab kedua penulis, akan memaparkan tentang industri film Bollywood secara umum, dimulai dari kemunculannya, perkembangannya, hingga segala macam aspekaspek yang terdapat dalam Film Bollywood.
Bab ketiga Kemudian penulis akan menunjukkan gambaran umum mengenai hubungan India dan Afganistan, sekilas mengenai rezim Taliban, kemudian bagaimana dampak rezim Taliban terhadap hubungan India dan Afganistan.
Bagian keempat menguraikan analisis terhadap bagaimana industri film Bollywood berperan terhadap hubungan India-Afganistan. Diharapkan dalam bab ini
9
pembaca akan mengerti mengenai peran industri film Bollywood terhadap hubungan India dengan Afganistan pasca rezim Taliban.
Bab kelima merupakan penutup yang berupa kesimpulan dan saran dari semua bab sebelumnya. Bab ini menunjukan bagaimana peran industri film Bollywood sebagai alat diplomasi kebudayaan India – Afganistan.
10