1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka pembelajaran berorientasi pada pengembangan seluruh potensi peserta didik menuju standar yang telah ditetapkan. KBK menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan peningkatan kualitas pendidikan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu . Siswa dipandang tuntas jika ia dapat melakukan seluruh kompetensi yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru.
Kurikulum berbasis kompetensi diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan
2 sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.(Mulyasa, 2004 : 39)
Sedangkan DEPDIKNAS (2002) menyebutkan bahwa karakter kurikulum berbasis kompetensi adalah : 1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik individual maupun klasikal. 2) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. 3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. 4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. 5) Penilaian menekankan proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Selanjutnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum standar isi yang diatur melalui PP RI No.19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Dari pemahaman konsep di atas, maka ketuntasan belajar peserta didik ditengarai dengan pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggung jawabkan (berdasar pada standar/kriteria tertentu) sebagai prasarat penguasaan kompetensi berikutnya.
Oleh karena tingkat penguasaan kompetensi setiap peserta didik berbeda satu sama lain ada yang cepat, sedang dan lambat, maka saat diadakan penilaian tentu saja tidak semua peserta didik dapat mencapai standar ketuntasan pada waktu yang sama seperti yang diharapkan, dalam arti ada yang tuntas dan yang tidak tuntas. Ini berarti harus ada perlakuan khusus bagi peserta didik yang tidak tuntas tersebut.
3
Salah satu dari prosedur penilaian berbasis kompetensi ditangani dengan “Program Remedial“. Program ini merupakan tahapan proses pembelajaran dalam pelaksanaan KBK sebagai realisasi Mastery Learning. Penyelenggaraan program remedial dilakukan terhadap peserta didik yang tidak berhasil mencapai kriteria kelulusan atau ketuntasan yang telah ditentukan.
Berdasar teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia dapat menyelesaikan kompetensi dalam mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. (Mulyasa, 2004 : 99). Hal tersebut didasarkan dari hasil analisis terhadap kegiatan belajar, tugas-tugas, hasil tes dan ulangan.
Program remedial merupakan tindak lanjut dan perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Program ini akan berhasil dengan baik manakala dapat diungkap faktor kegagalannya. Kegagalan karena faktor non akademik seperti rumah tangga yang tidak harmonis, pergaulan, minat yang rendah terhadap matapelajaran dan lainnya, maka selain memberikan bimbingan belajar perlu pelacakan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut.
Kegagalan karena faktor akademik juga perlu dicari solusinya misalnya mungkin ia lebih senang belajar melalui teman dalam kelompok belajarnya dari pada belajar secara individu karena dalam kelompok siswa akan dapat melakukan diskusi dan mengeluarkan pendapatnya, demikian juga bagi siswa yang lemah dapat bertanya kepada siswa yang lebih pandai dalam kelompoknya.
4 Fenomena tersebut memberikan gambaran pada kita bahwa program remedial ini sangat memerlukan perhatian terutama bagi para guru yang menangani proses pembelajaran .
Penanganan masalah remedial di MAN I Bandarlampung belum dikatakan baik, karena ada beberapa faktor penyebabnya antara lain: 1) Belum ada penjadwalan untuk pembelajaran remedial. 2) Guru belum maksimal dalam menangani masalah remedial, yang ditandai dengan penanganan khusus seperti dilakukannya pembelajaran ulang dalam rangka perbaikan. 3) Belum adanya pertimbangan beban tugas agar tidak menimbulkan kegagalan berikutnya. 4) Pemahaman terhadap program remedial belum baik, seperti belum adanya Pemberian perlakuan (treatment) kepada kelompok peserta didik yang mengalami remedial belum dilakukan. 5) Pendataan terhadap peserta didik yang belum tuntas belum baik. Akibat dari faktor-faktor tersebut diatas menjadikan program remedial ini menjadi hal yang kurang bermakna bagi peserta didik dan terkesan hanya di “tuntas-tuntaskan.”
Pelaksanaan Remedial di MAN I Bandarlampung selama ini dilakukan dengan cara memberikan tes langsung kepada siswa yang belum tuntas tanpa ada perlakuan (treatment) seperti pembelajaran ulang terlebih dahulu, tetapi langsung dilakukan ujian ulang bagi peserta didik yang masih belum tuntas.
5 Sebagai gambaran ketuntasan siswa pada mata pelajaran fisika terutama pada Standar Kompetensi: menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya, selama tiga tahun terakhir adalah sebagaimana terdapat pada lampiran 1.
Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketuntasan belajar siswa untuk mata pelajaran Fisika pada standar kompetensi menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya adalah sebagai berikut: 1. Pada tahun pelajaran 2005-2006 dari siswa kelas X.1 s/d X.9 yang berjumlah 315 orang yang tuntas sebanyak 211 orang, remedial sebanyak 104 orang yang berarti siswa yang remedial sebanyak 33 %. 2. Pada tahun pelajaran 2006-2007 dari siswa kelas X.1 s/d X.9 yang berjumlah 354 orang yang tuntas sebanyak 258 orang, yang remedial sebanyak 96 orang yang berarti siswa yang remedial sebanyak 27 %. 3. Pada tahun pelajaran 2007-2008 dari siswa kelas X.1 s/d X.9 yang berjumlah 358 orang yang tuntas sebanyak 232 orang, yang remedial sebanyak 126 orang yang berarti siswa yang remedial sebanyak 35 %.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka program remedial kiranya sangat perlu mendapatkan perhatian dari para guru, dalam hal ini guru-guru di lingkungan MAN I Bandar Lampung, agar ketuntasan belajar siswa dapat dimaksimalkan.
Pelajaran fisika merupakan bagian dari IPA, dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konsep dan ketrampilan (Depdikbud, 1995). Belajar fisika berarti pendalaman terhadap produk dan proses. Produk IPA meliputi fakta, konsep, prinsip,
6 teori, dan hukum. Proses IPA meliputi ketrampilan mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, menemukan pola dalam pengamatan, menarik kesimpulan, meramalkan apa yang akan terjadi berdasar hasil pengamatan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan dan menggunakan konsep serta menyusun hipotesis. Fisika sebagai bagian dari IPA dalam pembelajarannya mengembangkan sikap ilmiah dengan ketelitian tinggi dan dilakukan pengembangannya baik di kelas maupun di laboratorium. Selanjutnya E. Budikase (1995 : VII) menegaskan: ”Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada penghapalan. Kunci sukses dalam belajar fisika adalah pada kemampuan memahami tiga hasil pakar fisika, yaitu konsep-konsep (pengertian), hukum-hukum atau azas-azas dan teori-teori.“
Sebagaimana pelajaran yang lain, maka setiap kriteria standar kompetensi yang ditentukan tidak selalu dapat dicapai oleh peserta didik dalam waktu yang sama sesuai dengan karakteristik atau perbedaan tingkat kecerdasan secara individual. Terlebih lagi kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan berdasarkan psikologi behavioristik yang sangat menekankan dan memperhatikan perbedaan serta karakter peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai karakter masing masing, mempunyai bakat, kecerdasan, gaya belajar, pengalaman, motivasi yang berbeda beda.Oleh sebab itu diperlukan sebuah model pendekatan pembelajaran yang tepat, agar pelaksanaan program ini efektif yang berarti bahwa pendekatan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa terutama pada pembelajaran Fisika.
7 Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari dokumen sekolah, ternyata nilai hasil ujian siswa yang masuk disekolah tersebut untuk mata pelajaran matematika dan IPAdari sampel sebanyak 100 siswa rata-rata nilai untuk kedua mata pelajaran tersebut adalah 7,17 dan 6,87. Kedua nilai mata pelajaran tersebut adalah menjadi dasar (basis) untuk mempelajari Fisika. Dengan demikian dapat dikatan bahwa siswa yang masuk di MAN I khususnya untuk kedua mata pelajaran tersebut tergolong berkemampuan sedang. Untuk itu tentunya diperlukan usaha keras dalam pembinaan selanjutnya terutama bagi para guru mata pelajarn matematika, fisika dan kimia jika menginginkan para siswanya mencapai prestasi yang baik.
Kenyataan ini memberikan motivasi serta inspirasi pada penulis untuk mengangkat judul: “Perbandingan ketuntasan belajar fisika pada pembelajaran remedial dengan pendekatan dan pengetahuan prasyarat yang berbeda di Madrasah Aliyah Negeri (MAN ) I Bandarlampung Tahun 2009”
1.2. Identifikasi Masalah Dari berbagai masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat beberapa masalah pokok, yaitu belum ada perlakuan (treatmen) : 1. Penjadwalan belum ada. 2. Bentuk tugas yang belum jelas. 3. Pertimbangan beban tugas masih kurang diperhatikan. 4. belum ada model pembelajarn atau perlakuan. 5. Pendataan terhadap peserta didik yang remedial belum baik.
8 6. Pemahaman terhadap program remedial belum baik
1.3. Pembatasan Masalah Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, yang dibahas adalah masalah no.4 diatas yaitu Belum ada model pembelajaran remedial, yang berarti belum dilakukanya remedial melalui pembelajaran baik dengan pendekatan individual maupun kelompok tentang : 1. Ketuntasan belajar siswa yang mendapat perlakuan remedial dengan pendekatan individual dan kelompok. 2. Perbedaan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran remedial menggunakan pendekatan individual dan kelompok. 3. Interaksi antara remedial menggunakan pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasarat siswa terhadap ketuntasan belajarnya.
1.4. Rumusan Masalah Atas dasar pemikiran tersebut maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial dengan pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasarat siswa?. 2. Apakah ketuntasan belajar siswa yang mendapat perlakuan remedial dengan pendekatan individual lebih tinggi dibanding melalui pembelajaran kelompok?
9 3. Apakah terdapat perbedaan ketuntasan belajar bidang studi fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah dalam pembelajaran Remedial dengan menggunakan pendekatan individual dan kelompok?
1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui interaksi antara pembelajaran remedial dengan pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasarat siswa? 2. Mengetahui perbedaan ketuntasan belajar peserta didik yang remedial melalui pendekatan individual dan kelompok. 3. Mengetahui perbedaan ketuntasan belajar bidang studi fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah dalam pembelajaran Remedial dengan menggunakan pendekatan individual dan kelompok.
1.6. Manfaat Penelitian Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemahaman ilmu pengetahuan khususnya teknologi pendidikan pada kawasan pengembangan pembelajaran, terutama pada pembelajaran remedial.
Adapun beberapa manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah: 1. Ikut menyumbangkan pemikiran tentang pengelolaan pembelajaran secara umum, khususnya pembelajaran Remedial sehingga guru sebagai agen pembelajaran dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
10 2. Ikut menyumbangkan pemikiran tentang pendekatan pembelajaran dalam rangka melayani perbedaan karakteristik peserta didik sehingga masingmasing dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. 3. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran remedial pada peserta didik, khususnya di MAN I Bandarlampung. 4. Meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajarn fisika.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Pembelajaran pada dasarnya merupakan usaha untuk menciptakan kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran dan sumber belajar yang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik, antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Oleh sebab itu baik secara konseptual maupun operasional, konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat dalam pembelajaran. Untuk itu setiap pendidik perlu menguasai konsep dan prinsip komunikasi.
Roger (Udin S.Winataputra, 2001 : 22) memberi pengertian komunikasi sebagai proses dimana partisipan/peserta menciptakan dan saling berbagi informasi satu sama lain guna mencapai pengertian timbal balik. Dalam pengertian ini proses komunikasi sekurang-kurangnya harus melibatkan dua orang.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang diarahkan pada perubahan diri peserta didik (antara lain sikapnya), dimana komunikasi lebih efektif jika dengan komunikasi itu peserta didik mendapatkan kemudahan atau fasilitas untuk melakukan
12 proses belajar. Makin tinggi intensitas proses belajar yang terjadi, sebagai dampak dari komunikasi itu, makin baik nilai proses pembelajaran. Komunikasi pembelajaran yang tidak menghasilkan proses belajar yang intensif dapat dinilai sebagai komunikasi yang gagal.
Dalam kaitannya dengan proses komunikasi, ada beberapa prinsip yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam pembelajaran, antara lain:
Sikap seseorang dibentuk oleh informasi yang ia peroleh atau ia hadapi.
Keterkaitan seseorang dengan kelompoknya banyak menentukan posisi sikapnya.
Sikap seseorang mencerminkan kepribadiannya.
Perubahan sikap terjadi melalui penyajian informasi tambahan, perubahan keterikatan kelompok, penguatan, dan prosedur perubahan kepribadian.
Arah dan tingkat perubahan sikap yang disebabkan oleh informasi tambahan merupakan fungsi dari faktor-faktor lingkungan, sumber, media, dan isi informasi.
Pembelajaran juga berarti proses interakasi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik, dapat menguasai isi pelajaran hingga mencapai
13 ketuntasan sesuai tujuan yang telah ditetapkan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta aspek ketrampilan (psikomotor).
Pembelajaran digambarkan sebagai ”upaya orang yang bertujuan membantu orang belajar.” Artinya, pembelajaran bukan sekedar mengajar, sebab titik beratnya ialah pada semua kejadian yang bisa berpengaruh secara langsung pada belajar orang. Pembelajaran semestinya dirancang agar memperlancar belajar siswa. Guru atau perancang pengajaran menyusun rencana pembelajaran harian. Pembelajaran dirancangkan tidak asal-asalan dan bukan sekedar mengajar atau transfer ilmu pengetahuan saja. Proses pembelajaran mesti dirancang dengan menggunakan rancangan sistem. Begitu juga, pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana orang itu belajar. Hal ini sesuai dengan teori-teori pembelajaran yang banyak dikembangkan oleh para ahli saat ini yang lebih menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, hasil belajar, dan pengalaman belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa: (a). pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan, (b). pembelajaran yang terprogram mengharuskan guru merancang dan menyusun materi, metode, dan media pembelajaran secara baik dan detail bukan secara asal-asalan, (c). pembelajaran bukan sekedar mengajar, sebab titik beratnya ialah pada semua kejadian yang bisa berpengaruh secara langsung pada belajar orang dan (d). pembelajaran
14 harus lebih menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, hasil belajar, dan pengalaman belajar siswa.
Pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran di mana seluruh indera peserta didik aktif merespon materi belajar. Dengan demikian, indera pengelihatan, pendengaran, peraba, dan penciuman dapat dimanfaatkan. Penggunaan seluruh indera dalam proses pembelajaran yang bersifat abstrak sangat sulit. Namun, paling tidak pembelajaran tidak hanya menggunakan alat pandang, atau alat dengar saja.
Bentuk pembelajaran menurut Van Parreren (winkel, 1996) meliputi : ”Otomatisme, yaitu terutama meliputi belajar ketrampilan motorik, tetapi kadang juga belajar kognitif, Insidental, yaitu siswa belajar sesuatu tanpa mempunyai maksud untuk mempelajari hal tertentu, khususnya yang bersifat pengetahuan mengenai fakta atau data, Menghafal , yaitu orang menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat direproduksi kembali; Belajar pengetahuan, adalah orang mulai megetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda, dan orang., Belajar arti kata-kata, adalah orang mulai menangkap arti yang tekandung dalam kata-kata yang digunakan, Belajar konsep, yaitu orang mengadakan abstraksi yaitu dalam objek yang meliputi benda, kejadian dan orang. Belajar memecahkan problem melalui pengamatan, yaitu orang dihadapkan pada problem harus dipecahkan, dengan mengamati baik-baik, dan Belajar berfikir, yaitu orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, tanpa melaui pengamatan dan re-oganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan melalui operasi mental.”
Jadi pada hakekatnya, pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar murid-murid belajar. Dalam menciptakan suasana atau pelayanan, hal yang esensial bagi guru adalah memahami bagaimana murid-muridnya memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses bagaimana memperoleh pengetahuan maka ia dapat
15 menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi murid-muridnya. Terjadinya proses belajar pada murid yang sedang belajar memang sulit untuk diketahui secara kasat mata karena proses belajar berlangsung secara mental. Namun, dari berbagai hasil penelitian atau percobaan, para ahli psikologi behavior memandang bahwa proses belajar terjadi melalui ikatan stimulus-respon.
Sedangkan, menurut psikologi Gestalt proses pemerolehan pengetahuan didapat dengan memandang sensasi secara keseluruhan sebagai suatu objek yang memiliki suatu struktur atau pola-pola tertentu, dan ahli psikologi konstruktivis berpendapat bahwa proses pemerolehan pengetahuan adalah melalui penstrukturan kembali struktur kognitif yang telah dimiliki agar bersesuaian dengan pengetahuan yang akan diperoleh sehingga pengetahuan ini dapat diadaptasi.
Pembelajaran juga merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan (UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 butir 20).
Pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Bukan sekedar bentuk kegiatan pemindahan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membiarkannya berfikir secara sendiri (Glaserfeld, dalam Moenir, 1989 :12).
Dari ketiga makna pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara (1). peserta didik, dengan (2). pendidikan (yang memberikan pelayanan dan menciptakan suasana belajar) serta (3). sumber
16 belajar dalam suatu lingkungan belajar yang memungkinkan siswa befikir secara benar, dalam membangun sendiri pengetahuannya.
Sedangkan belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, atau psikomotor; tidak terbatas pada penambahan pengetahuan saja.Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa hadiah atau hukuman-sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.(Wiki Pedia Indonesia).
Gagne, Briggs & Wager (1993), menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui inderanya, peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajar mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.
Anderson & Krathwhohl, dkk beranggapan bahwa jika seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan kognitif pada dirinya. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari proses kognitif ini. Berfikir kognitif inilah yang menjadi dasar dari segala penguasaan ilmu dan peningkatan kemampuan.
Proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang untuk mencerna berbagai macam pengetahuan merupakan proses yang sangat rumit. Ini berarti proses belajar terjadi secara bertahap dan berkembang secara terus menerus. Tahap belajar menunjukkan tingkat kesulitan dan kedalaman penguasaan pengetahuan melalui berbagai pendekatan seperti penerapan metode belajar, serta medianya. Terkait dengan tahap belajar ini, Merrill maenjelaskan proses berfikir seseorang dapat di kelompokkan
17 menjadi mengingat, menerapkan dan menemukan. Sedangkan Krathwhohl & Anderson, dkk merumuskan lebih rinci lagi yaitu bahwa proses berfikir kognitif terjadi dengan cara: mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, menilai dan berkreasi.
Hasil kegiatan belajar peserta didik yang berupa kemampuan kognitif dan psikomotor ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir, yaitu yang menurut taksonomi Bloom, secara hierarkhis terdiri dari terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kreasi. Peserta didik yang tidak berminat dalam suatu mata pelajaran tidak dapat diharapkan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu tugas guru adalah membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata – katanya sendiri, memberi contoh suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi kedalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, edtorial, teori-teori dan termasuk didalamnya
18 melakukan Judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan. Pada tingkat kreasi mengandung makna kemampuan menciptakan pola-pola baru (kreasi).
Timbulnya kreasi karena adanya pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis. Seseorang dapat berkreasi jika pemahaman dari pengetahuan yang ia dapat mampu diterapkannya untuk hal-hal lain sehingga melalui taraf mengurai kemudian menggabungkan dan timbullah pola-pola, struktur dan model baru. (Anderson, Lorin.W : 2001).
Dari berbagai prinsip belajar, terdapat beberapa prinsip umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam rangka pembelajaran, baik bagi siswa untuk meningkatkan belajarnya maupun bagi guru untuk meningkatkan upaya mengajarnya.
Dimyati & Mudjiono menyebutkan bahwa prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
a. Perhatian dan motivasi. Menurut teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian maka tak akan terjadi belajar. Perhatian akan timbul jika pelajaran itu sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan memang menjadi kebutuhannya dan diperlukan dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari maka akan menimbulkan motivasi untuk mempelajarinya. Jika motivasialamiah ini tidak ada maka diperlukan usaha guru untuk menimbulkannya.
19 b. Keaktifan Keaktifan memungkinkan anak belajar. Setiap anak mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasi untuk berbuat sesuatu. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, yang mengolah informasi yang diterima oleh seseorang. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu dan dengan ini anak mampu mencari, menemukan dan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thorndike menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “Law of exercise“ yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan.
c. Keterlibatan langsung/Berpengalaman Dengan keaktifannya siswa harus melakukan sendiri segala apa yang hendak dipelajarinya. Menurut Edgar Dale, belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar secara langsung siswa tidak hanya mengamati secara langsung tetapi hendaknya ia terlibat langsung dalam aktifitas atau perbuatan dan bertanggung jawab terhadap penemuannya. Dalam pembelajaran Fisika misalnya kegiatan ini dilakukan mealui praktek di laboratorium, pengamatan di kebun, atau penelitian lapangan. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung secara aktif, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara pemecahan masalah.
d. Pengulangan Hukum Law of exercise dari Thorndike mengemukakan bahwa belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman–pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
20
e. Tantangan Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi tujuan yang ingin dicapai namun ada hambatan, sehingga timbul motif untuk mengatasi hambatan tersebut demikian seterusnya. Agar siswa siswa selalu mempunyai motif untuk mengatasi hambatan, dan itu artinya siswa mempunyai keinginan untuk belajar, maka bahan belajar harus menantang. Bahan pelajaran yang mengandung banyak tantangan untuk memecahkan masalah membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Pelajaran yang memberi dan kesempatan untuk menemukan prinsip-prinsip, konsepkonsep dan generalisasi akan membuat siswa berusaha dan mencari konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut. Dalam hal ini penggunaan metode eksperimen, inkuiri, discovery akan membuat siswa tertantang untuk mempelajari bahan pelajaran.
f. Balikan dan penguatan Menurut teori belajar Operant conditioning dari Skiner dan law of effect Thorndike, siswa akan lebih bersemangat bila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan memberi semangat pada usaha belajar untuk selanjutnya. Tetapi dorongan itu tidak mesti selalu yang menyenagkan namun juga yang sebaliknya (Penguatan positip dan negatif). Siswa yang mendapat nilai baik akan membuatnya menjadi lebih bersemangat untuk belajar, namun siswa yang mendapatkan nilai yang jelek juga karena takut tidak naik kelas maka ia juga akan belajar lebih giat lagi.
21 g. Perbedaan individual Siswa merupakan individu yang unik, berbeda satu sama lain. Perbedaan itu terdapat pada karakter psikhis, kepribadian dan kemampuan otaknya. Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diatasi dengan penggunaan metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi, penggunaan media pembelajaran serta aneka sumber belajar akan dapat mengatasi perbedaan siswa dapat diatasi dan dilayani Usaha lain dalam mengatasi perbedaan individual adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pada siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang.
Menurut Oemar Hamalik, belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor kondisional tersebut adalah: a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti mendengar, melihat, merasakan berpikir, kegiatan motoris maupun kegiatan lainnya untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasan, dan minat. b. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: Learning, recallingdan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami. c. Belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapat kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. d. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi. e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman. f. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru. g. Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan dan lebih berhasil.
22 h. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa siswa belajar lebih bai dari pada belajar tanpa minat. Minat akan timbul bila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhan atau sesuatu yang dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian usaha juga sangat diperlukan untuk mendukung minat yang ada. i. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan sangat berpengaruh dalam kesempurnaan belajar. j. Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menagkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan, berbeda degan siswa yang lamban dalam belajar.
2.1.2. Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) dalam KBK. 2.1.2.1.Asumsi Dasar Menurut Pedoman Pembelajaran tuntas (Mastery Learning), pembelajaran tuntas dimaksudkan sebagai pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar matapelajaran tertentu.
Belajar tuntas berasumsi bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis yang tercermin dalam strategi pembelajaran yang dilaksanakan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi tujuan setiap satuan belajar dari para peserta didik sebelum proses pembelajaran melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar
23 untuk memperoleh balikan (Feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehingga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).
Dalam masalah ini Carroll mengemukakan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika ia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut oleh Block (1971) dapat dinyatakan sebagai berikut:
time.actually.spent Degree of learning = f time.needed Model tersebut menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.
Dalam pembelajaran konvensional hubungan antara bakat (aptitude) dan tingkat penguasaan adalah tinggi. Tetapi bila siswa diberi perlakuan yang berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinannya bahwa siswa yang dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak.
24 Dari konsep tersebut dapat dijelaskan bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas tak lain adalah untuk memepertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Atas dasar pendapat tersebut dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas adalah: a. Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkhis. b. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap setiap kompetensi harus diberikan feedback. c. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan dimana diperlukan. d. Pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile & Lalley : 2003)
Selain itu menurut teori taksonomi Bloom selain dapat digunakan sebagai landasan dalam pengajaran kelompok, ternyata dapat juga digunakan dalam pengajaran indifidual,
dengan
memperhatikan
perbedaan
kemampuan
masing
masing
indifidu.Inti gagasannya adalah mengantarkan peserta didik mencapai tarap penguasaan penuh (Belajar Tuntas) yang disebut Mastery Learning.
Muhamad Ali dalam bukunya Guru dalam proses belajar mengajar menyebutkan ciriciri belajar tuntas yang digambarkan Bloom sebagai berikut: a. Dalam kondisi belajar optimal, sebagian siswa dapat menguasai secara tuntas apa yang diajarkan. b. Tugas pengajar perlu mencari sarana yang memungkinkan siswa menguasai secara tuntas suatu bidang studi. c. Perbedaan bakat terhadap suatu bidang studi sesuai dengan jumlah waktu yang diperlukan; dengan waktu yang cukup semua siswa dapat mencapai tingkat belajar tuntas. d. Setiap siswa harus memahami sifat tugas dan prosedur tertentu. Selain itu penggunaan media belajar sangat bermanfaat dalam pembelajaran.
25 e. Diberikan umpan balik dan perbaikan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. f. Penilaian akhir hasil belajar didasarkan pada tingkat penguasaan yang dinyatakakan dengan tujuan instruksional khusus.
Konsep belajar tuntas didasari asumsi bahwa semua peserta didik akan mampu menguasai bahan pembelajaran, tetapi hanya waktu yang berbeda dalam cepat lambatnya proses penguasaan. Hal ini karena faktor bakat dan perbedaan individual lainnya.
Carrol menyatakan bahwa bakat bukanlah merupakan indeks kemampuan seseorang, melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (Measures of learning rate). Orang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu yang relativ sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibanding dengan orang yang memiliki bakat rendah.
Oleh karenanya Peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan pembelajaran, jika kualitas pembelajaran dilakukan secara sistematis dan kesempatan waktu belajar dibuat sesuai kebutuhan masing masing individu.
Bloom menyarankan implementasinya dalam proses pembelajaran, maka pendidik harus memberikan sejumlah waktu belajar yang berbeda untuk masing masing individu. Strategi belajar tuntas Bloom meliputi 3 Bagian : 1) Mengidentifikasi pra kondisi. 2) Mengembangkan prosedur operasional belajar. 3) Mengimplementasikan
dalam
kemampuan yang meliputi :
pembelajaran
dengan
menyesuaikan
26 a. Corrective technique, yaitu sebuah pengajaran remedial, dilakukan untuk memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik dengan prosedur dan metoda yang berbeda dengan sebelumnya. b. Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (belum tuntas).
Telah disebutkan, selain memberikan waktu belajar yang berbeda maka kualitas pembelajaran tak dapat diabaikan. Kualitas pembelajaran menurut Carrol tergantung 3 elemen yaitu: Kejelasan tugas tugas belajar, ketepatan perjenjangan dan urutan bahan serta efektifits yang dilaksanakan untuk mendapatkan umpan balik (feed back).
Dengan demikian proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik jika pendidik mampu menyediakan berbagai kemungkinan belajar dan meningkatkan mutu pembelajarannya. Bloom menyatakan bahwa jika guru memahami persyaratan kognitif dan ciri-ciri sikap yang diperlukan untuk belajar seperti minat dan konsep diri pada diri peserta didiknya, maka diharapkan sebagian besar siswa akan dapat mencapai taraf penguasaan sampai 75 % dari yang diajarkannya.
27 2.1.2.2.Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional Dalam KBK, pola pembelajaran tuntas menggunakan pola pembelajaran individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar dan untuk mengurangi kegagalan siswa dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan pada kelompok siswa (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual adalah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa.
Sebagai realisasi pengakuan terhadap perbedaan individual maka digunakan pendekatan sistem, yaitu dengan menyatakan secara jelas Standar Kompetensi dan kompetensi dasar secara jelas dan pembelajaran dipecah-pecah kedalam satuan satuan, dimana siswa belajar selangkah demi selangkah dan baru boleh beranjak mempelajari dasar berikutnya setelah menguasai suatu/sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu. Dalam pola ini ditentukan bahwa seorang siswa yang mempelajari unit satuan pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika siswa telah menguasai sekurang kurangnya 75 % dari kompetensi dasar yang ditetapkannya.
28 Sedangkan pembelajaran konvensional diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar.
Dengan demikian dapat dijelaskan perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui azas-azas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya tidak/kurang memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan siswa secara individual.
Belajar tuntas berlandaskan teori filsafat yang mengatakan bahwa dengan pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik. C.Washburn dan H.C Marison mengembangkan suatu sistem pengajaran sehingga semua siswa diharapkan dapat menguasai sejumlah tujuan pendidikan. Setiap siswa diharuskan menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum diperbolehkan untuk mempelajari unit pelajaran berikutnya. Bagi siswa yang gagal menguasai satu unit pelajaran tertentu harus diberikan unit pelajaran perbaikan.
Ada 4 cara yang digunakan Morrison dalam program perbaikan yaitu: a. Mengulang kembali mengajar bahan pelajaran b. Menuturkan siswa c. Menyusun kembali aktivitas belajar siswa d. Mengadakan perbaikan terhadap kebiasaan siswa dalam cara belajarnya. (Suryosubroto, 2002 : 97-98)
29 2.1.2.3. Metode pembelajaran, Peran guru dan Siswa dalam Pembelajaran Tuntas Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik. Strategi pembelajarannya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada kelompok siswa (kelas), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual sedemikian sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal .(www.scribd .com/Pembelajaran tuntas .pdf)
Langkah–langkah pembelajarannya adalah : a. Mengidentifikasi prasarat (prerequisit). b. Membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi. c. Mengukur kompetensi siswa. Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction) dan bekerja dalam kelompok kecil.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesionsesion kelompok kecil, tutorial orang per orang, pembelajaran terprogram, buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer. (Kindsvatter, 1996). Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual. Pendekatan yang digunakan adalah model Personalized system of instruction (PSI) yang dikembangkan keller yang menekankan pada interaksi antara siswa dengan materi/objek belajar. Peran guru disini antara lain: a. Memecah KD kedalam satuan/unit-unit yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasaratnya
30 b. Menata indikator berdasarkan cakupan serta unit c. Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi d. Memonitor seluruh pekerjaan siswa. e. Menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif) f. Menggunakan teknik diagnostik g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan.
Peran siswa diposisikan sebagi subyek didik, sehingga mereka dapat lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan, sehingga kemajuan siswa sangat tertumpu pada usaha serta ketekunan siswa secara individual.
2.1.2.4.Strategi Belajar Tuntas Diagram strategi belajar tuntas seperti dibawah ini P
P T P
TL
TL TS
P B
T F
T L
TS
TL
P B
R
R (diaptasi dari Suryosubroto, 2002)
Pada model diatas, kegiatan dimulai dengan tes prasarat TP kemudian siswa dibagi dalam kelompok pengayaan P, Remedial R dan Tutor sebaya TS. Setelah program
31 pengayaan dan remedial selesai maka dilakukan tindak lanjut TL mereka bersama sama memulai pokok bahasan baru PB serta diakhiri dengan tes formatif TF.
Hasil tes formatif dipakai untuk membagi siswa dalam tiga kelompok seperti semula sebelum memulai pokok bahasan baru. Demikian seterusnya. Keterangan : TP : Tes Prasarat TL : Tindak Lanjut P : Pengayaan TS :Tutoran teman sebaya R : Remedial/Perbaikan PB : Pokok Bahasan TF : Tes Formatif
2.1.2.5.Pendekatan Strategi Belajar Tuntas Ada dua macam pendekatan:
Pendekatan seluruh kelas. Pada pendekatan ini siswa boleh pindah dari pokok bahasan satu ke pokok bahasan berikutnya setelah 85 % populasi kelas mencapai taraf penguasaan 75 %. Dengan demikian maka majunya siswa bersama-sama secara klasikal. Pengelompokan ini memiliki keuntungan karena pengelolaannya lebih mudah, kerugiannya siswa yang cepat harus menunggu siswa yang lambat. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan program perbaikan diluar jam pelajaran.
32 Alur prosesnya sebagai berikut :
Y 75 % PB I
≥ 85 %
PF
SP I
P B II S P II
< 75 %
K
PFP < 75 %
Keterangan PB I : Paket belajar I SP I : Satuan pelajaran I PF : Penilaian Formatif paralel Y : Pengayaan K : Perbaika Belajar PB II : Paket SP II : Satuan Pelajaran II
Belajar tuntas dengan pendekatan secara individual Pada pendekatan ini setiap siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 75 % dapat pindah dari satu pokok bahasan ke pokok bahasan berikutnya, tanpa menanti siswa lain. Ini berarti majunya para siswa secara individual. Kerugian dari model ini pengelolaan sukar karena siswa tidak belajar bersama dan majunya juga tidak bersama.Sedangkan keuntungannya
33 siswa yang cepat belajarnya tidak perlu menanti siswa yang lambat belajarnya.
2.1.2.6. Ciri–Ciri Belajar Tuntas Prinsip belajar tuntas yang dikembangkan oleh Prosedur Pengembangan sistem pembelajaran (PPSP), mempunyai ciri-ciri: a. Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan lebih dahulu. b. Memperhatikan perbedaan individu c. Evaluasi dilakukan secara kontinue dan didasarkan atas kriteria d. Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan e. Menggunakan prinsip siswa belajar aktif f. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Dalam KTSP maka setiap materi dibagi dalam pokok bahasan tertentu dengan masing-masing memiliki standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan guru membuat indikator pencapaian belajar yang harus dikuasai oleh setiap siswa sebelum melanjutkan pokok bahasan berikutnya hingga mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk menentukan KKM (Soufan: 2006), terdapat 4 kriteria atau aspek yang harus diperhatikan yaitu: 1) Kepentingan (Essensial) : a. Sangat esensial, skor 2 b. Cukup Esensial, skor 1 2) Kesulitan (Kompleksitas): a. Tinggi, skor 1 b. Sedang, skor 2
34 c. Rendah, skor 3 3) Sarana Pendukung
:
a. Tinggi, skor 3 b. Sedang, skor 2 c. Rendah, skor 1
4) Kemampuan Siswa
:
a. Tinggi, skor 3 b. Sedang, skor 2 c. Rendah, skor 1
Contoh analisis KKM Kompetensi Dasar (KD): 1.Standar Kompetensi I, Terdiri dari : KD I, dengan indikator 11, 12, 13 KD II, dengan indikator 21, 22, 23 KD /
1
2
3
4
Jml
KKM
Indikator
Esensial
Kesulitan
Sarana
Kemampuan
Ind. 11
S
2
T
1
T
3
R
1
7
69
12
R
1
S
2
S
2
T
3
8
72
13
S
2
R
3
R
1
S
2
8
72
KKM.KD.I
71
indikator
KD I
KD II Ind. 21
S
2
R
3
S
2
T
3
10
72
22
R
1
R
3
T
3
S
2
9
70
23
S
2
T
1
S
2
R
1
6
64
KKM.KD.II
73
KKM rata-rata : 72
35 1. Untuk menentukan Interval KKM Dari empat KKM, diperoleh Jumlah skor terendah (Sr) = 4 Jumlah skor tertinggi (St) = 11 2. Jumlah interval (I) : I = ( (St-Sr) + 1 = (11-4) + 1 =8 KKM yang diinginkan: Misal terendah 60 Tertinggi 84 Maka diperoleh rentang skor ∆ S = 84-60 = 24 3.Panjang Interval KKM: ∆ I =
S 24 3 n 8
4. Tabel Interval: N
Skor KKM
Rentang Nilai KKM
KKM
1
4
60 – 62
60
2
5
63 – 65
63
3
6
66 – 68
66
4
7
69 – 71
69
5
8
72 – 74
72
6
9
75 – 77
75
7
10
78 – 80
78
8
11
81 -84
81
36
KKM KD =
KKM .ind
KKM SK =
KKM .KD
n.ind
n.KD
KKM mata pelajaran =
KKM .SK n.SK
Sedangkan menurut sumber yang lain, menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung meliputi warga sekolah, sarana dan prasarana. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan KKM adalah sebagi berikut: 1. Hitung jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran setiap kelas. 2. Tentukan kekuatan/nilai untuk setiap aspek/komponen sesuai dengan kemampuan masing-masing aspek: a. Aspek Kompleksitas; semakin komplek (sukar) maka nilainya semakin rendah tetapi semakin rendah tetapi semakin mudah KD maka nilainya semakin tinggi. b. Aspek Sumber Daya Pendukung; semakin tinggi sumber daya pendukung maka nilainya semakin tinggi. c. Aspek intake; semakin tinggi kemampuan awal siswa (intake) maka semakin tinggi nilainya. 3. Jumlahkan nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi 3 untuk menentukan KKM setiap KD.
37 4. Jumlahkan seluruh KKM KD, selanjutnya dibagi dengan jumlah KD untuk menentukan KKM mata pelajaran. 5. KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama tergantung pada kompleksitas KD, daya dukung,dan potensi siswa. (http://tunas63.wordpress.com/2009/07/12/cara-menentukan-kkm)
2.1.3. Pembelajaran Remedial Menurut Good (1973) dalam Sukardi, Remedi khususnya remedi dalam kelas didefinisikan sebagai “ Class remedial is a specially selected groups of pupils in need of more intensive instructions in some area education than is possible in the reguler classroom”. Remedial kelas merupakan pengelompokan siswa, khusus yang dipilih yang memerlukan pengajaran lebih pada mata pelajaran tertentu daripada siswa dalam kelas biasa.
Pelaksanaan Remedi merupakan tindakan korektif yang dilakukan kepada siswa setelah dilakukan tindakan diagnostik untuk mengetahui sebab kegagalan siswa. Remedi mencakup pemahaman kebutuhan individual siswa, ditambah dengan metode pengajaran yang tepat yang diterapkan oleh guru agar membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. ( sukardi, 2008: 228 ).
Selanjutnya dikatakan bahwa diagnostik difokuskan pada tiga pertanyaan penting yaitu: (1). siapakah siswa yang memiliki kesulitan belajar dalam kelas? (2). Dari cakupan materi pembelajaran manakah yang dirasakan lemah? Dan (3). faktor apakah yang menyebabkan kegagalan mereka?.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan pencapaian hasil belajar menurut Sukardi adalah faktor internal pribadi siswa dan faktor eksternal. 1.Faktor penyebab internal
38 a. Kesehatan . Kurang sehatnya fisik dapat mengakibatkan stamina cepat turun, cepat lelah, pusing sehingga usaha menguasai materi pembelajaran kurang maksimal karena pada dasarnya pencapaian hasil belajar merupakan usaha yang hanya dapat dicapai melalui kerja keras, tekun, dan dilakukan dengan penuh semangat dan kemauan yang tinggi. Kondisi fisik yang buruk akan mengurangi kemampuan siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Gangguan panca indera seperti kelainan pada mata, telinga juga sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. b. Problem penyesuaian diri. Gangguan emosional akan mengalami kesulitan dalam belajar. Siswa-siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman dilingkungannya biasanya tidak betah berlama-lama dalam suatu lingkungan tertentu. Jika ini terjadi dalam suatu kelas, niscaya mereka akn mengalami kesulitan dalam belajarnya, misalnya sering membolos atau tidak masuk sekolah. Hal ini tentu saja akan sangat menghambat proses belajarnya. Perilaku siswa yang mengalami gangguan emosi ditandai dengan hal-hal berikut: (1). siswa menolak untuk belajar dan hanya ingin melihat atau melakukan yang ia senangi seperti melakukan dan menghabiskan waktu diluar sekolah; (2). siswa menjadi nakal, agresif, dan menyerang siswa lain; (3). siswa berpretensi negatif terhadap kegiatan belajar yang diberikan oleh orang tua atau guru; (4). Siswa memindahkan kekerasan dari rumah ke sekolah, apabila dirumah ia menjadi korban kekerasan orang tuanya; (5). menolak perintah untuk belajar dan juga
39 menolak bentuk-bentuk tekanan lain misalnya tekanan atau himbauan untuk belajar dengan baik.
2. Faktor penyebab eksternal Faktor eksternal meliputi: lingkungan di sekitar siswa, kondisi orang tua siswa, dan kegiatan siswa diluar sekolah. a. Lingkungan Masalah lingungan muncul sebagi hasil reaksi dalam diri siswa terhadap lingkungannya, misalnya penolakan siswa terhadap dirinya, cemoohan temantemannya seperti karena adanya cacat atau penyakit tertentu akan dapat menghambat prestasi akademiknya di sekolah. b. Cara guru mengajar yang tidak baik Guru yang tidak baik dalam mengajar mengajar di kelas akan dapat menimbulkan kesulitan para siswa dalam belajar. Kurangnya variasi dalam menggunakan metode dan pemanfaatan sumber belajar akan dapat mengurangi pemahaman serta motivasi siswa dalam belajar. c. Orang tua siswa Orang tua siswa merupakan orang terdekat yang ada di lingkungan siswa.Jika orang tua tidak memberikan perhatian secara utuh kepada anaknya, terutama dukungannya untuk memfasilitasi anaknya dalam kebutuhan sekolahnya, pemberian bimbingan yang baik, pengawasan terhadap kegiatan anaknya maka tentu saja ini dapat menimbulkan hambatan dalam belajar di sekolah. d. Masyarakat sekitar
40 Keberadaan masyarakat di sekitar siswa yang tidak kondusif terhadap kebutuhan individual maupun kelompok akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan di sekolahnya. Banyaknya pengangguran, perjudian dan lainnya akan sangat mempengaruhi motivasi belajar seseorang.Siswa akan merasakan manfaat dari sebuah pendidikan jika ia dapat melihat kenyataan di sekitarnya akan keberhasilan oarang- orang disekitarnya yang diperoleh dari hasil pendidikannya.
Sejalan pendapat tersebut maka penelitian ini menggunakan langkah pelaksanaan pembelajaran remedial yang dilaksanakan melalui observasi dan interviuw dalam rangka pendataan dan diagnosis terhadap siswa yang mengalami kegagalan, kemudian memilih materi atau standar kompetensi dimana siswa paling banyak mengalami kegagalan dan selanjutnya menyelidiki dan melakukan bimbingan terhadap siswa yang gagal karena faktor non akademis yang kami lakukan dengan berkolaborasi dengan guru Bimbingkan konseling sekolah.
Pada pembahasan sebelumnya bahwa dalam rangka menacapai tujuan pendidikan, PP no 19 Tahun 2005 menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Secara khusus, maka kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran ditetapkan dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan. Standar isi memuat standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) berisikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap satuan pendidikan.
41 Dalam rangka pencapaian standar isi dan standar kompetensi lulusan yang diharapkan, akan dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Untuk itu maka setiap satuan pendidikan perlu mengadakan program pembelajaran remedial atau perbaikan, yang pada intinya bertujuan untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik (Nasution, 2006 : 50). Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi pserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik tersebut memerlukan waktu lebih lama dari pada peserta didik yang lain. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mencapai tingkat penguasaan.
Menurut petunjuk teknis no.166/113.VI/91 yang didalamnya ditetapkan tentang penilaian dan analisis hasil evaluasi belajar serta program perbaikan dan pengayaan, dijabarkan sebagai berikut : Apabila seseorang siswa dalam ulangan (tes formatif/sumatif) mencapai nilai kurang dari 7,5 atau daya serapnya kurang dari 75 % maka yang bersangkutan harus mengikuti perbaikan. (Dikdiksar, 1991 : 2 dalam Suryosubroto).
Pembelajaran Remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang diterapkan. Dalam memahami konsep penyelenggaraan pembelajaran remedial ,perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 tahun 2007 dan Permendiknas No.6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan
42 perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Tes acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun waktunya berbeda. Konsekuensi acuan ini adalah adanya program remidi dan pengayaan. Mereka yang belum memiliki kompetensi dasar seperti disyaratkan harus belajar lagi sampai kemampuannya mencapai kriteria atau standar yang ditetapkan. Bagi mereka yang telah mencapai standar, diberi pelajaran tambahan yaitu yang disebut pengayaan. Jadi irama belajar pada pendidikan berbasis kompetensi adalah individual, yang cepat diberi pengayaan dan yang lambat diberi remedial (Kurikulum 2004 : 17). Penafsiran skor hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Hasil tes adalah lulus atau tidak. Lulus berarti telah memiliki Kompetensi Dasar, tidak lulus berarti belum memiliki kompetensi dasar. Pada hakekatnya batas lulus yang banyak digunakan adalah 75%. Batas lulus ini sebenarnya tergantung pada resiko yang ada pada tiap mata pelajaran. Mata pelajaran dengan resiko tinggi batas lulus tentu tinggi, sedang yang resikonya rendah batas lulusnya bisa lebih rendah dari 75%. Dengan kata lain sistem penilaian hasil pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah ia mengikuti proses pembelajaran, bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan
43 dipelajari. Kemudian dilakukan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kooperatif, inkuiri, diskoveri dan sebagainya dengan menggunakan berbagai media audio, video, slide, komputer, multimedia dan sebagainya. Pada akhir pembelajaran diadakan penilaian berupa ulangan harian. Ulangan harian ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka diadakan tindakan pemberian pembelajaran remedial atau perbaikan. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latarbelakang bahwa peserta didik perlu diperhatikan tentang perbedaan individual.
Prinsip pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan ketrampilan prasyarat atau lambat dalam mencapai kompetensi.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus diantaranya adalah: 1) Adaptif. Setiap peserta didik memiliki keunikan atau karakter sendiri-sendiri. Oleh sebab itu program pembelajaran remedial ini hendaknya merupakan suatu tindakan yang memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai kecepatan,
44 kesempatan dan gaya belajar masing-masing. Jadi pembelajarn remedial harus dapat mengakomodasi perbedaan individual peserta didik. 2) Interaktif Pembelajarn Remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang ada. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu dimonitor secara terus menerus sehingga dapat diketahui kemajuan belajarnya. 3) Fleksibel dalam pendekatan pembelajaran dan Penilaian. Berdasarkan karakteristik peserta didik yang aneka ragam, dan kesulitan belajar yang dialami, maka pembelajarn remedial perlu menggunakan berbagai pendekatan, metode mengajar, dan penilaian yang sesuai dengan karakter peserta didik tersebut. 4) Pemberian umpan balik sesegera mungkin. Pemberian umpan balik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin, karena umpan balik dapat memberikan informasi atas kesalahan belajar dan bermanfaat untuk memperbaikinya sesegera mungkin. 5) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam pelayanan. Program pembelajaran remedial dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian pelaksanaan program ini harus berkesinambungan dalam pelaksanaan dan pelayanan.
Sejalan dengan Prinsip pembelajaran remedial yang merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami berbagai kesulitan atau hambatan
45 dalam kegiatan belajarnya seperti lambat belajar (Slow Leaner). Peserta didik semacam ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Siswa yang mengalami kelambanan belajar , maka Oemar Hamalik dalam bukunya menjelaskan tentang ciri-ciri siswa yang lamban sebagi berikut : 1. Ia belajar dalam unit-unit yang lebih singkat 2. Ia butuh sering diperiksa kemajuannya dan perlu banyak perbaikan. 3. Perbendaharaan bahsanya lebih terbatas. 4. Ia perlu memiliki banyak kata-kata baru untuk memperjelas pengertian. 5. Ia tidak melihat adanya kesimpulan-kesimpulan atau pengertian-pengertian sesudahnya. 6. Ia kurang memiliki abilitas kreatif dan abilitas untuk merencanakan. 7. Ia lebih lambat memperoleh keterampilan-keterampilan mekanis dan metodik 8.Ia lebih mudah mengerjakan tugas-tugas rutin tetapi sulit membaca dan melakukan abstraksi. 9. Ia cepat mengambil kesimpulan tapi kurang kritis dan mudah puas dengan jawaban yang dangkal. 10. Ia kurang senang atas kemajuan orang lain. 11. Ia mempunyai pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan pada waktu masuk sekolah, karena itu ia mudah marah, kurang percaya pada diri sendiri, dan lebih berminat terhadap kehidupan di luar sekolah. 12. Ia mudah terpengaruh oleh saran-saran orang lain 13. Kesulitan dalam belajar bertumpuk-tumpuk 14. Ia mempunyai ruang minat yang sempit 15. Ia cenderung pada kegiatan-kegiatan over konvensasi 16. Ia memiliki waktu yang lamban 17. Ia kurang mampu melihat hasil-hasil akhir dalam perbuatannya 18. Ia tidak dapat melihat unsur-unsur yang bersamaan didalam beberapa situasi yang berbeda-beda 19. Daerah perhatiannya terbatas 20.Ia secara khusus memerlukan bukti atas kemajuan
Untuk para siswa yang lamban dalam satu atau beberapa mata pelajaran yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok untuk memperoleh bantuan secara khusus supaya mereka berada kembali setingkat dengan siswa lainnya. Kelas remedi
46 bertujuan untuk memperbaiki kekurangannya, sehingga pada akhirnya mereka belajar bersama dalam kelas dengan para siswa lainnya.
Pendapat lain menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi antara berbagai komponen antara materi, metode, media dan sebagainya dengan siswa sehingga mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkannya. Untuk setiap pokok bahasan, siswa harus mencapai taraf penguasaan yang ditetapkan, yaitu minimal 75%. Untuk pokok bahasan dan kegiatan kokurikuler dalam satu semester, harus diperoleh taraf penguasaan minimal 60%. Besarnya taraf penguasaan tersebut, dapat diketahui dari penilaian formatif, sub sumatif dan kurikuler.
Apabila hasil penilaian formatif lebih besar atau sama dengan 75% atau rata-rata hasil penilaian sumatif, sub sumatif dan ko kurikuler lebih besar atau sama dengan 69%, dikatakan bahwa siswa telah tuntas didalam belajarnya.(B.Suryobroto : 119).
2.1.3.1. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Masalah yang akan timbul dalam pelaksanaan pembelajaran tuntas adalah adalah penanganan terhadap siswa-siswa yang lamban atau mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Untuk itu guru harus memiliki strategi khusus untuk penanganan masalah tersebut; dalam hal ini ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu : a. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam menguasai KD tertentu. Cara ini merupakan
47 cara yang mudah dan sederhana untuk dilakukan karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai tutor. b. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus, yang sifatnya penyerderhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler. Bentuk penyederhanaan itu antara lain:
Penyederhanaan isi/materi pembelajaran untuk KD tertentu.
Penyederhanaan cara penyajian misalnya menggunakan gambar, model, skema, grafik, memberikan rangkuman dan lainnya.
Penyederhanaan bentuk-bentuk soal yang diberikan.
Selain itu pembelajaran remedial dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut. Beberapa cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain (1). pemberian tugas (2). diskusi (3). tanya jawab (4). kerja kelompok (5). tutor sebaya (6). pembelajaran individual (Ditjen Dikti,1984). Adapun materi dan waktu pelaksanaan pembelajaran remedial ini merujuk pada pedoman pembelajaran tuntas Depdiknas 2003-2004 adalah : a. Program remedial diberikan hanya pada KD-KD yang belum tuntas b. Program remedial dilaksanakan pada : 1) Setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu 2) Setelah mengikuti tes/ujian Blok atau sejumlah KD dalam satu kesatuan
48 3) Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir. Khusus untuk remedi terakhir ini hanya diberlakukan untuk KD atau blok terakhir dari KD atau blok-blok yang ada pada semester tertentu.
2.1.4 Pendekatan individual dan kelompok 2.1.4.1 Pendekatan individual Pendekatan pembelajaran merupakan metode atau cara pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dengan cara memberikan bimbingan kepada siswa dengan berbagai cara seperti merangsang kegiatan belajar, mengaktifkan siswa melalui tugas-tugas yang membangkitkan minat dan pemahaman, memberikan penguatan dan umpan balik.
Menurut Gagne dalam Mursidah (2002 :22) menjelaskan : Pendekatan pembelajaran lebih menekankan pada pendekatan pemahaman strategi mengajar sebagai prosedur dalam pembelajaran dan dikembangkan agar peristiwaperistiwa eksternal dapat mendukung proses internal dalam belajar yaitu : 1) Mengarahkan perhatian 2) Memberitahukan tujuan 3) Merangsang ingatan akan hal-hal yang telah dipelajari 4) Menyajikan bahan rangsangan 5) Memberikan bimbingan belajar 6) Menimbulkan untuk kerja 7) Memberi umpan balik 8) Menilai hasil kerja
49 9) Memperkuat retensi & pengalihan ajaran
Bentuk perlakuan (treatment) pembelajaran remedial antara lain dengan pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan (individual). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap-tiap peserta didik mempunyai perbedaan/ karakteristik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan gaya belajar, bakat, motivasi, cepat lambatnya menerima dan mengolah respon, adalah merupakan persoalan personal masing masing individu. Disini peran pendidik sebagai tutor.
Melalui interaksi secara individu antara peserta didik dengan tutor, maka diharapkan komunikasi personal dapat berlangsung. Hal ini selain sebagai diagnosis terhadap kesulitan belajar juga merupakan pelayanan terhadap permasalahan-akademis seperti kurangnya pengetahuan prasarat, kelambatan dalam tingkat pemahaman konsep atau rumus, kesulitan memahami tugas dan lain-lain.
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu.pada pembelajaran individual, guru memberikan bantuan pada masing-masing probadi. (Dimyati dan Mudjiono, 2002 : 161)
Penjelasan yang lain menyatakan, bimbingan individual sangat diperlukan bagi para siswa yang lamban dan bagi para siswa yang mengalami kegagalan belajar. Siswa yang lemah dalam suatu mata pelajaran diberikan bimbingan khusus selama beberapa
50 waktu, sehingga siswa tersebut dapat mengikuti pelajaran bersama-sama dengan para siswa lainnya. (Oemar Hamalik, 2004:191)
James D.Russel dalam Modular Instruction (1974) menyatakan: Individualized Instruction adalah suatu pengaturan yang memungkinkan setiap individu murid terikat dalam semua waktunya untuk belajar sesuatu yang berguna bagi dirinya sebagai individu.(By individualized instruction is meant whatever arrangement make its possible for each student to be engaged at all times in learning those things that are of most value to himself ,as an individual). (Suryosubroto, 2002:87)
Dikatakan meskipun konsep tersebut masih terlalu ideal karena faktor hambatan administrasi dan ketersediaan fasilitas, namun setidaknya hal itu dapat menjadi landasan bahwa perbedaan individual siswa seperti perbedaan kemampuan dasar seperti bakat, minat, kecepatan dan cara belajar perlu mendapat perhatian dalam pengajaran, meskipun pelaksanaannya dapat secara klasikal seperti yang terjadi saat ini. Meskipun proses pembelajaran pada umumnya terjadi secara klasikal, namun guru harus memberikan pelayanan yang berbeda pada setiap anak sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual.
a. Kedudukan peserta didik dan guru dalam pembelajaran individual . Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono menyatakan, kedudukan peserta didik dalam pembelajaran individual bersifat sentral, merupakan pusat layanan dan memiliki keleluasaan berupa :
51 1) Keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri. 2) Kebebasan dalam menggunakan waktu belajar, dalam hal ini peserta didik bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya 3) Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. 4) Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar 5) Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri 6) Siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu, yang berkenaan dalam hal: a. Perencanaan kegiatan belajar . b.
Pengorganisasian kegiatan belajar
c.
Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa
d.
Fasilitas yang mempermudah belajar.
b. Program Pembelajaran : Program pembelajaran secara individual akan menjadi lebih efektif jika dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: 1). Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. 2). Tujuan pembelajarn dibuat dan dimengerti oleh siswa 3). Prosedur dan cara kerja dimengreti oleh siswa 4). Kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa. 5). Keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti oleh siswa.
52 Dengan demikian jelas bahwa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan individual maka peranan siswa adalah yang utama, guru sebagai fasilitator dan melayani kebutuhan siswa sehingga apa yang akan dilakukan oleh guru harus dimengerti siswa termasuk dalam perencanaan pembelajarannya.
2.1.4.2 Pendekatan Kelompok. Selain itu pembelajaran remedial juga dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok. Hal ini didasari asumsi bahwa dalam kelompok akan terjadi interaksi edukatif yang lebih baik, antar peserta didik dapat melakukan diskusi, pemecahan masalah bersama serta memanfaatkan tutor sebaya.Yang menjaditutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Dengan tutor sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih dapat melakukan sharing lebih akrab daripada dengan gurunya.
Adapun manfaat dari pembelajaran dengan pendekatan kelompok antara lain :
Menghargai perbedaan orang lain.
Mendorong partisipasi peserta didik.
Berani bertanya
Berbagi tugas, dan lain-lain
Dimyati dan Mujiono (1994: 154) menyatakan bahwa pembentukan kelompok kecil merupakan kunci keberhasilan belajar kelompok. Tidak ada pedoman khusus tentang pembentukan kelompok myang jelas.
53 Sedang Slavin dalam Nur (2002 : 23) mengemukakan pembelajaran kooperatif kebanyakan melibatkan pebelajar dalam kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Pendapat lain menyatakan selain secara individu, pembelajaran dapat dilaksanakan secara kelompok. Pada pembelajaran ini siswa belajar secara kooperatif dengan teman dalam kelompoknya. Sesuai dengan konsep kooperatif pembelajaran seperti ini mengharapkan siswa belajar bekerja sama dengan siswa lain, sehingga terjadi interaksi antar siswa. Tentang belajar secara kooperatif Soeparman (2000 : 15) mengatakan bahwa: ”Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengerjakan materi yang agak kompleks, dan yang lebih penting lagi dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.”
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar secara kelompok atau kooperatif dapat membantu siswa memecahkan masalah sekalipun maslah itu kompleks. Belajar secara kelompok ditandai dengan tugas bersama/kooperatif yang terstruktur serta kegiatan kelompok kecil. Banyak variasi belajar kooperatif ada yang sederhana, dan ada yang kompleks, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama.
Selama berlangsungnya pembelajaran, diperlukan dialog/interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa. Berdiskusi merupakan suatu wujud yang memungkinkan berlangsungnya dialog tersebut, misalnya diskusi dapat terjadi pada pembelajaran kooperatif, antara guru dengan sejumlah siswa pada pembelajaran berlandaskan masalah (Soeparman, 2000: 17). Sejalan dengan hal di atas Sohen (Dalam Soeparman, 2000: 38) menyatakan bahwa: ” Suatu kategori dapat disebut metode belajar kelompok atau grup studi method. Dalam
54 metode ini siswa terutama bekerja sama saling membantu mempelajari informasi keterampilan yang relatif telah terdefinisikan dengan baik (well-structured problem).”
Banyak penelitian yang membandingkan pembelajaran kooperatif dengan metode mengajar tradisional Slavin (dalam Soeparman, 2000: 39) menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian itu secara konsisten menunjukkan keunggulan pembelajaran kooperatif sepanjang dua keunggulan penting terpenuhi. Pertama berbagai bentuk pengakuan dan ganjaran kecil harus diberikan pada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok itu dapat melihat bahwa menjadi kepentingan mereka bersama unutk membantu belajar temanteman dalam kelompok mereka. Kedua harus adanya tanggungjawab individual.
Dalam pendapat di atas terlihat bahwa pembelajaran dalam kelompok tidak lepas dari tanggungjawab siswa secara individual. Keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar individual dari seluruh anggota kelompok. Istilah kelompok juga dikemukakan juga Baks (dalam Sudjano, 2000: 9) bahwa: ”Yang dimaksud dengan kelompok adalah sejumlah orang yang berkumpul melalui tatapmuka, dan tiap anggota mempunyai kesan tersendiri terhadap anggota lainnya.” Sedangkan Sherif (Sudjano, 2000 : 9) memberi arti kelompok ”Sebagai kesatuan sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melakukan interaksi secara intensif dan teratur antar anggota.”
Berdasarkan pendapat di atas diharapkan akan terjadi interaksi dalam belajar sekelompok siswa unutk memahamai konsep-konsep materi fisika yang dilakukan. Selain itu masalah-masalah yang diberikan dalam pembelajaran dapat diselesaikan melalui diskusi kelompok. Namun demikian kompetensi yang dicapai dilihat secara individu.
55 Dalam kaitannya dengan pembelajaran kelompok, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan pembelajaran remedial yaitu : 1. Prinsip pembelajaran remedial dan bentuk kegiatan remedial 2. pelaksanaan pembelajaran remedial melalui tahapan :
Diagnosis kesulitan belajar
Bentuk pelaksanaan pembelajaran
Waktu pelaksanaan pembelajaran dan tes .
2.1.4.3 Pengetahuan Prasyarat Pengetahuan Prasarat merupakan pengetahuan yang menjadi landasan berpikir pengetahuan inti yang benar-benar harus dikuasai sebelum pengetahuan inti tersebut dipelajari.Apabila tidak, maka kompetensi dari pengetahuan inti tersebut tidak akan dikuasai. Kemampuan prasarat ini harus mengendap sedini mungkin sebelum pengetahuan inti diberikan(Dewi salma P: 2007:93).
Dalam pelaksanaan pembelajaran para guru matematika, fisika, kimia,bahasa inggris atau mata pelajaran lainnya
tentu sudah mengalami sendiri bahwa satu standar
Kompetensi diajarkan mendahului Standar kompetensi yang lainnya, dan satu Kompetensi Dasar diajarkan sebelum Kompetensi Dasar lainnya. Pada dasarnya pengetahuan yang lebih sederhana harus dikuasai lebih dahulu dengan baik agar dapat dengan mudah mempelajari pengetahuan yang lebih rumit. Gagne memberi alasan pemecahan dan pengurutan materi pembelajaran dengan pertanyaan yang intinya menyatakan: “Pengetahuan apa yang harus dikuasai siswa agar ia berhasil mempunyai
pengetahuan tertentu dan prasyarat apa yang harus dikuasai dan
dipelajari siswa sebelum ia mempelajari pengetahuan tersebut hingga mendapatkan urut-urutan pengetahuan dari yang paling sederhana sampai yang paling komplek.
56 Tujuan pembelajaran khusus harus diletakkan di puncak hirarki belajar, diikuti dibawahnya ketrampilan atau pengetahuan prasyarat (Prerequisit) yang harus dikuasai lebih dahulu agar para siswa berhasil mempelajari ketrampilan atau pengetahuan diatasnya. Karena itu hirarki belajar Gagne harus disusun dari atas kebawah atau top down . Hirarki belajar Gagne memungkinkan juga prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pulan (Orton, 1987:75). Ide Gagne yang sangat penting ialah pengetahuan dari kemampuan baru membutuhkan pengetahuan sebelumya dari kemampuan yang lebih rendah yang terlibat dalam kemampuan baru tersebut (Sudjana, 1991:158).
Dalam proses pembelajaran, seorang yang pada tingkat kemapuan yang lebih tinggi selalu membutuhkan pengetahuan sebelumnya dari kemampuan yang lebih sederhana. Pengetahuan yang dicapai seseorang dapat dianalisis kemampuannya dari pengetahuan yang lebih sederhana. Gagne menyebutnya sebagai gerak maju dari belajar atau dengan istilah tingkatan belajar (Learning hierarchy). Hasil penelitian Sumarli terhadap mahasiswa PTM FPTK IKIP Malang 1998 menemukan bahwa ada korelasi (r = 0,79) antara penguasaan pengetahuan prasyarat dan kemampuan berpikir dengan keberhasilan memecahkan soal-soal kinematika.http://journal.um.ac.id/php.
2.1.5.Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh DR.Karwono pada SMA di Kota Metro dengan populasi sasaran penelitian adalah peserta didik SMA di lingkungan Kota Metro yang mengalami kesulitan belajar bidang studi fisika. Penelitiannya yaitu tentang
57 Pemberian rangkuman dan advance organizer dalam pembelajaran remedial untuk mengetahui tingkat keefektifan pemberian rangkuman dan advance organizer untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik untuk mencapai tingkat ketuntasan belajar tertentu. Pemberian perlakuan tersebut merupakan salah satu bentuk penataan materi yang dilakukan dalam strategi pembelajaran remedial dimana sasaran akhir pembelajaran adalah untuk membantu setiap peserta didik dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat seoptimal mungkin dapat menguasai tingkat ketuntasan tertentu. Metode pembelajaran remedial dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa tes hasil belajar.
Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik kegiatan yang dilakukan guru melalui pembelajaran remedial dengan mengangkat tiga konsep pendekatan yaitu (1). menyederhanakan konsep yang komplek (2). menjelaskan komplek yang kabur dan (3). memperbaiki konsep yang salah tafsir.
2.1.6. Kerangka Berpikir Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat, serta variabel atribut. Sebagai variabel bebas adalah (1). Remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual . (2). Remedial dengan pendekatan kelompok. Sedangkan variabel terikatnya berupa ketuntasan belajar fisika siswa, dan sebagai variabel atribut adalah pengetahuan prasarat (Pre-requisit) siswa. Pengetahuan
58 prasarat merupakan pengetahuan yang menjadi landasan berpikir pengetahuan inti yang benar-benar harus dikuasai sebelum pengetahuan inti dikuasai.
Eksperimen ini akan melihat perbandingan ketuntasan belajar fisika siswa yang remedial jika diberikan perlakuan melalui pembelajaran remedial dengan pendekatan individual dan remedial dengan pendekatan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat tinggi dan rendah, kemudian juga akan dilihat apakah ada perbedaan antara kedua bentuk remedial tersebut terhadap ketuntasan belajar fisika siswa pada standar kompetensi menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya, yaitu pada Kompetensi dasar mengukur besaran fisika (massa, panjang dan waktu).
Pemberian tambahan waktu belajar melalui pembelajaran ulang dengan model pendekatan individual dan kelompok tersebut diharapkan dapat menigkatkan ketuntasan belajar siswa .
Pretes selain digunakan untuk mengetahui pengaruh dari treatmen (Perlakuan) juga digunakan untuk mengelompokkan siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah. Proses pelaksanaan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1) Jumlah seluruh siswa yang dijadikan sampel dibagi 2 bagian (kelompok/kelas); sebagian diberikan perlakuan dengan pembelajaran melalui pendekatan individual dan kelompok yang lain dengan pendekatan individual. 2) Masing masing kelompok diberi pretes dan postes.
59 3) Pretes digunakan untuk mengelompokkan siswa yang mempunyai pengetahuan prasarat tinggi dan rendah, sedangkan pos tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar setelah diberi perlakuan. 4) Membandingkan nilai postes untuk siswa yang diberikan perlakuan dengan pendekatan individual dan nilai pos tes siswa yang diberi perlakuan dengan pendekatan kelompok.
Terkait dengan masalah pemberian nilai bagi siswa yang mengikuti remedial tidak boleh melebihi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) (dalam hal ini nilai KKM fisika untuk Kelas X adalah 65); maka dalam penelitian ini nilai hasil pre tes dan pos tes dibiarkan apa adanya yang berarti seberapapun hasil atau nilai yang diperoleh siswa itulah yang akan dianalisa. Hal ini didasari alasan yaitu untuk melihat tingkat ketuntasan dan membandingkan keduanya sesuai tujuan penelitian ini; meskipun pada akhirnya untuk penilaian sebenarnya selanjutnya mengikuti aturan yang ada yaitu tidak boleh melebihi nilai KKM.
Sebelum penjelasan mengenai tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan terlebih dahulu akan diuraikan asumsi dari model pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini.
Dalam proses pembentukan pengetahuan, siswa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki melalui cara-cara yang unik dan penuh makna. Pentingnya pengetahuan prasarat sebagai landasan untuk menuju ke pengetahuan inti dikemukakan oleh Dewi S dalam bukunya, yang menyatakan bahwa “ Pengetahuan Prasarat merupakan pengetahuan yang menjadi landasan berpikir pengetahuan inti yang benar-benar harus dikuasai sebelum pengetahuan inti tersebut dipelajari.Apabila tidak, maka kompetensi dari pengetahuan inti tersebut tidak akan dikuasai. Kemampuan
60 prasarat ini harus mengendap sedini mungkin sebelum pengetahuan inti diberikan”(Dewi salma P: 2007:93).
Prinsip konstruktivisme tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Peaget bahwa esensi dari teori konstruktivis adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, maka informasi itu menjadi milik mereka sendiri. ( Suyatna, 2008).
Pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran kelompok dapat mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya secara bersama-sama di dalam kelompok. Proses Konstruksi pengetahuan akan dilakukan melalui diskusi observasi dan percobaan. Pengetahuan juga akan dibangun berdasarkan pengalaman dan ineraksinya dengan anggota kelompok belajarnya, sehingga akan terjadi saling memperkaya diantara anggotanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran haruslah berpusat pada siswa (Leaner centered). Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran dengan fokus pada individu pembelajar.
Metode pembelajaran berpusat pada siswa (Student centered learning) yang kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini yang menjadi tantangan bagi siswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif terhadap masalahmasalah yang dihadapi. Melalui model ini siswa harus dapat berpartisipasi aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan memecahkan masalahnya sendiri. Menurut Tina Afiatin dalam makalahnya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada siswa diantaranya: (a). faktor pribadi dan social yang menggambarkan bagaimana orang
61 lain berperan dalam proses pembelajaran dan cara-cara orang belajar dalam kelompok. Prinsip ini mencerminkan bahwa dalam interaksi sosial, orang akan saling belajar dan saling menolong serta berbagi; (b). Faktor perbedaan individual yang menggambarkan bagaimana latar belakang individu yang unik dan kapasitas masing masing berpengaruh dalam pembelajaran. Prinsip tersebut membantu menjelaskan mengapa individu mempelajari sesuatu secara berbeda, dalam hal waktu dan dengan cara yang juga berbeda.
Sukardi (2008), menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah bahwa tidak semua remedi harus dilakukan secara individual, namun bisa juga dilakukan secara kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 6 siswa yang memiliki problem yang sama.Disamping itu, ada juga kesempatan untuk remidi secara keseluruhan.
Dengan landasan berpikir tersebut, maka dilakukan usaha-usaha dalam rangka perbaikan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui pembelajarn ulang menggunakan pendekatan individual dan kelompok untuk mengakomodasi kebutuhan siswa saat belajar.
Adapun prosedur kegiatannya remedial dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Analisis hasil diagnosis. 2. Menemukan penyebab kesulitan. 3. Menyusun rencana kegiatan remedial yaitu: merumuskan indikator hasil belajar, menentukan materi, memilih pendekatan yang sesuai dengan karakteristik siswa, merencanakan waktu, menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian. 4. Pelaksanaan kegiatan remedial
62 5. Menganalisis keberhasilan atau tidaknya program .
Pada hakekatnya pembelajaran remedial merupakan tindak lanjut dari pembelajaran utama, yaitu bentuk perlakuan terhadap kesulitan belajar pada siswa yang mengalami kelambanan atau kesulitan dalam pemrosesan pengetahuannya. Tambahan waktu belajar dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa atau ketuntasan belajar fisika siswa. Hal ini didadasari beberapa pendapat seperti yang telah dijelaskan diantaranya adalah pendapat Carrol yang menyatakan bahwa pada dasarnya jika setiap siswa diberikan waktu yang cukup maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Demikian juga menurut hokum Law of exercice Thorndike bahwa belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman akan memperbesar peluang timbulnya respon yang benar.
Pendekatan kelompok didasari asumsi bahwa dalam kelompok semua anggota yang ada dalam kelompok akan terlibat dalam interaksi yang berupa diskusi, tukar pendapat, saling melengkapi informasi, tolong menolong dalam arti yang faham akan membantu yang belum faham dan sebagainya. Pemanfaatan tutor sebaya diharapkan akan membantu proses pemahaman pada siswa yang kurang dapat mengungkapkan pendapatnya atau tidak punya keberanian untuk mengajukan pertanyaan langsung pada guru. Seorang siswa biasanya akan lebih leluasa bertanya pada temannya. Selain itu dalam kelompok akan terjadi berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi siswa antara lain :
63 1) Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi 2) Meningkatkan disiplin 3) Memotivasi belajar 4) Mengembangkan sikap saling membantu 5) Meningkatkan pemahaman.
Dalam proses pembelajaran, tutor sebaya mempunyai tugas dan tanggung jawab: memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; mengkoordinir proses diskusi; menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing bila ada kesulitan; melaporkan perkembangan akademik kelompoknya pada guru pembimbing.
Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran remedial yang akan dilakukan adalah : Pendekatan individual didasari asumsi bahwa siswa memiliki perbedaan individual seperti dalam gaya belajar, motivasi, latar belakang social, inteligensi dan pengetahuan awal yang berbeda satu sama lain. Melalui pelayanan berbentuk tutorial diharapkan perbedaan ini dapat terakomodasi karena pembelajaran seperti ini menitik beratkan pada bantuan bimbingan belajar kepada masing-masing individu sebagimana dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono. James D.Russel menyatakan bahwa pembelajaran individual memungkinkan setiap individu terikat dalam semua waktunya untuk belajar sesuatu yang berguna bagi dirinya sebagai individu. Kesulitan yang timbul biasanya terjadi karena pendekatan pembelajaran ini memerlukan banyak menyita waktu jika jumlah siswa yang belajar terlalu banyak.
64 Pendekatan kelompok didasari asumsi bahwa dalam kelompok semua anggota yang ada dalam kelompok akan terlibat dalam interaksi yang berupa diskusi, tukar pendapat, saling melengkapi informasi, tolong menolong dalam arti yang faham akan membantu yang belum faham dan sebagainya. Pemanfaatan tutor sebaya diharapkan akan membantu proses pemahaman pada siswa yang kurang dapat mengungkapkan pendapatnya atau tidak punya keberanian untuk mengajukan pertanyaan langsung pada guru. Seorang siswa biasanya akan lebih leluasa bertanya pada temannya. Selain itu dalam kelompok akan terjadi berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi siswa antara lain : 1) Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi 2) Meningkatkan disiplin 3) Memotivasi belajar 4) Mengembangkan sikap saling membantu 5) Meningkatkan pemahaman.
Dalam proses pembelajaran, tutor sebaya mempunyai tugas dan tanggung jawab: memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; mengkoordinir
proses
diskusi;
menyampaikan
permasalahan
kepada
guru
pembimbing bila ada kesulitan; melaporkan perkembangan akademik kelompoknya pada guru pembimbing.
Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran remedial yang akan dilakukan adalah : 1. Pada pembelajaran Remedial dengan pendekatan individual sebagai berikut:
65 a. Melakukan diagnosis terhadap kesulitan belajar. Jika hambatan belajar terjadi karena factor non akademis seperti karena adanya masalah internal rumah tangga keluarganya, masalah pergaulan dengan temannya atau masalah pribadi lainnya, maka selain dilakukan pemberian perlakuan pembelajaran juga dilakukan bimbingan lain, dalam hal tersebut penulis bekerjasama dengan guru BK. b. Memberikan soal untuk dikerjakan sebagai pre tes. c. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP) yang telah dibuat, keaktifan tetap berpusat pada siswa dan dalam hal ini guru berperan sebagai tutor . d. Melakukan bimbingan terhadap masing-masing individu yang mengalami kesulitan belajar, terutama tentang pemahaman konsep dan rumus-rumus. e. Melakukan pos tes, yang kemudian hasilnya dianalisis untuk dibandingkan dengan hasil pre tes. 2.
Pada pembelajaran Remedial dengan pendekatan kelompok sebagai berikut: a. Melakukan diagnosis terhadap kesulitan belajar. Jika hambatan belajar terjadi karena faktor non akademis seperti karena adanya masalah internal rumah tangga keluarganya, masalah pergaulan dengan temannya atau masalah pribadi lainnya, maka selain dilakukan pemberian perlakuan pembelajaran juga dilakukan
66 bimbingan lain, dalam hal tersebut penulis bekerjasama dengan guru BK. b. Membuat kelompok yang masing masing terdiri dari 3 atau 4 siswa c. Memberikan soal untuk dikerjakan sebagai pre tes. d. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP) yang telah dibuat dalam hal ini aktivitas utama dilakukan oleh kelompok, tutor sebaya lebih berperan dari pada guru, peran guru sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan jika sangat diperlukan dalam arti jika dalam kelompok mengalami kesulitan yang tak dapat diatasi. e. Melakukan bimbimbingan terhadap aktivitas kelompok yang mengalami kesulitan belajar, terutama tentang pemahaman konsep dan rumus-rumus . f. Melakukan pos tes, yang kemudian hasilnya dianalisis untuk dibandingkan dengan hasil pre tes.
2.1.7 Hipotesis Atas dasar kajian secara teoritis dan kerangka yang dibangun, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat interaksi prestasi belajar remedial antara pembelajaran melalui pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasyarat siswa. 2. Terdapat perbedaan ketuntasan belajar bidang studi fisika dalam pembelajaran remedial dengan menggunakan pendekatan individual dan
pendekatan
kelompok. Ketuntasan belajar siswa yang diberikan pembelajaran remedial
67 fisika dengan pendekatan individual lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pendekatan kelompok. 3. Ketuntasan belajar fisika siwa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, lebih tinggi daripada dengan pendekatan kelompok. 4. Ketuntasan belajar fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah yang remedial dengan pendekatan kelompok, lebih tinggi daripada yang remedial dengan pendekatan individual.
68
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri I (MAN I) Bandarlampung kelas X semester ganjil pada bulan Agustus minggu ke-2 s/d oktober minggu ke 2 terhadap kelompok subyek yang terdiri dari siswa kelas X.1 sampai dengan kelas X.9 yang berjumlah 358 siswa. Sedangkan jumlah populasi dari siswa yang remedial sebanyak 98 orang.
Sampel diambil dari siswa yang akan mengikuti program remedial sebanyak 40 0rang, yaitu setelah dilakukan Uji Blok pada Standar kompetensi yang telah ditentukan. Penentuan kelas eksperimen ditentukan secara purposive dimana semua kelas memiliki kondisi yang homogen. Masing-masing kelas berjumlah 20 orang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan pengetahuan prasarat tinggi dan rendah ditentukan secara proposional.
Dalam penelitian eksperimen ini terdapat 2 kelompok/ kelas remedi dimana 1 kelompok diberikan perlakuan pembelajaran remedial dengan pendekatan individual dan yang lain dengan pendekatan kelompok. Pada masing-masing kelompok dibedakan antara siswa yang memiliki pengetahuan prasarat tinggi dan siswa yang
69 memiliki pengetahuan prasarat rendah. Pengelompokan siswa dengan pengetahuan prasarat tinggi dan rendah didasarkan pada nilai yang didapat pada tes kemampuan prasarat siswa. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 dikelompokkan pada pengetahuan prasarat tinggi, sedangkan yang memperoleh nilai < 65 dikelompokkan pada pengetahuan prasarat rendah.
3.2. Desain Penelitian Untuk melaksanaan pembelajaran remedial tersebut, maka penulis mengacu pada rancangan sebagai berikut :
Pembelajaran remedial dilakukan pada : Standar Kompetensi : 1.Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi Dasar : 1.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang dan waktu). Materi : Besaran dan satuan.
Memberikan perlakuan (treathment) yaitu berupa melakukan pembelajaran ulang dengan Pendekatan individual dan kelompok dengan tahapan : Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan individual maka setiap siswa diberikan bimbingan secara individu oleh guru/tutor. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kelompok, maka siswa yang mengalami kesulitan belajar dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 orang berkumpul dan berdiskusi bersama tutor sebaya. Peran guru
70 disini sebagai fasilitator dan memberikan bantuan jika mereka mengalami kesulitan.
Sumber belajar yang akan digunakan: guru bidang studi, Guru BK, tutor teman sebaya, buku-buku, serta media cetak lain dan internet jika diperlukan. Peserta didik diberi tugas untuk mencari informasi tambahan dari sumbersumber tersebut, kemudian didiskusikan.
Kegiatan Pembelajaran remedial dilakukan setelah selesai Uji Blok, dan dilakuakan diluar jam pelajaran (dalam kelas remedi). Perlakuan masing masing kelompok dijelaskan sebagai berikut :
Pendekatan pembelajaran
Individual A1
Kelompok A2
Ketuntasan belajar
Pengetahuan prasarat Tinggi (B.1 )
A1 B1
A2 B1
Y11,Y12
Rendah ( B.2 )
A1 B2
A2 B2
Y21, Y22
Keterangan : A.1 B1 Kelompok peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan mendapat pembelajaran remedial dengan pendekatan individual untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat tinggi. A1 B2 Kelompok peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan mendapat pembelajaran remedial dengan pendekatan individual untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat rendah. A2 B1 Kelompok peserta didik yang mengalami kesulitan belajar danmendapat pembelajaran remedial dengan pendekatan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat tinggi. A2 B2 Kelompok peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan mendapat pembelajaran remedial dengan pendekatan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat rendah. Y11Persentase ketuntasan belajar setelah memperoleh pembelajaran remedial dengan pendekatan individual untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat tinggi. Y12 Persentase ketuntasan belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran remedial dengan pendekatan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat tinggi.
71 Y21 Persentase ketuntasan belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran remedial dengan pendekatan individual untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat rendah. Y22 Persentase ketuntasan belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran remedial dengan pendekatan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat rendah.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data hasil tes dari siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran remedial.Tes awal dan akhir pembelajaran (pre tes dan pos tes), untuk mengetahui hasil dari perlakuan yang telah diberikan pada masing masing kelompok kemudian dibandingkan antara hasil pre tes dan pos tes untuk masing-masing perlakuan. Instrumen tes pengetahuan prasyarat merupakan cara untuk mengukur pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa, terdiri dari 6 butir soal uraian dengan skor atau nilai yang berbeda yaitu soal nomor 1 dan 2 diberi nilai / skor maksimum 10 dan soal nomor 3,4,5,6 diberi nilai/ skor maksimum 20. Materi yang diujikan adalah pokok bahasan besaran, satuan dan pengukuran.
Jumlah sampel dalam penelitian ini untuk remedial dengan pendekatan individual kriteria pengetahuan prasyarat tinggi ada 10 siswa dan pengetahuan prasyarat rendah ada 10 orang. Untuk remedial dengan pendekatan kelompok kriteria ppengetahuan prasyarat tinggi ada 7 siswa dan pengetahuan prasyarat rendah ada 13 siswa. Pengetahuan prasarat tinggi dan rendah dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada tes pengetahuan prasyarat. Siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 dikelompokkan dalam pengetahuan prasyarat tinggi, sedangkan siswa yang
72 dalam tes tersebut mendapatkan nilai ≤ 65 dikelompokkan dalam pengetahuan prasyarat rendah.
3.4. Analisis Data Dalam menganalisis data yang didapat dari penelitian adalah dengan alanisis statistik sederhana yaitu dengan uji t untuk membandingkan ketuntasan belajar siswa yang diberikan perlakuan dengan pembelajaran kelompok dan ketuntasan siswa yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan individual. Selain itu juga menggunakan persentase karena dalam remedial ketuntasan belajar juga diukur dengan persentase.
Uji persyaratan analisis yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan rumus chi kuadarat yang persamaannya : ( f0 fh )2 2= Χh dengan kriteria data terdidtribusi normal jika Χh2 ≤ χt2 fh (Sugiyono:241-243) Sedangkan uji homogenitas menggunakan uji F yang rumusnya : F=
Varianbesa r dan kriterianya jika Fhit < Ftabel maka data adalah homogen. Variankecil
(Sugiyono:2008-275)
3.5. Instrumen Penelitian 3.5.1 Instrumen Tes berupa soal Instrumen Tes berupa soal, yang akan dibuat untuk mengetahui prestasi belajar sebagai indikator ketuntasan dipilih pada pokok bahasan dimana peserta didik paling banyak mengalami kegagalan yaitu pada : Standar Kompetensi :1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar : 1.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang dan waktu)
73 Materi : Pengukuran, besaran pokok dan turunan, angka penting. Tes
Pendekatan individual
kelompok
Pre tes
Pre tes berupa soal soal
Pre tes berupa soal soal
dari pokok bahasan yang
dari pokok bahasan
dipilih sebagai uji coba
yang dipilih sebagai uji
,dan diberikan kepada
coba,dan diberikan
subyek sebelum dikenai
pada subyek yang
perlakuan .
remedial.
Soal – yang sama dengan
Soal–yang dikerjakan
soal pre tes, namun
kemudian dianalisis
dilakukan setelah subyek
secara persentase.
Pos tes
dikenai perlakuan kemudian dianalisis secara persentase.
3.5.2. Kisi-Kisi Instumen Soal 3.5.2.1. Kisi-kisi Tes Pengetahuan Prasyarat. Nama sekolah Mata pelajaran Kelas / semeter Alokasi waktu Jumlah soal Standar Kompetensi No
: MAN I BandarLampung : Fisika : X / ganjil : 20 menit : 6 soal : Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya.
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator soal
Bentuk soal
Besaran dan satuan
Besaran pokok dan turunan Alat ukur dan hasil pengukuran
Meneyebutkan besaran pokok dan turunan Dapat membaca hasil pengukuran menggunakan angka penting
uraian
Pengukuran dan angka penting
uraian
Nomor soal 1
2,3,4,5 ,6.
74 3.5.2.2. Instrumen Tes Remedial. KISI – KISI SOAL Nama sekolah : MAN I BandarLampung Mata pelajaran : Fisika Kelas / semeter : X / ganjil Alokasi waktu : 60 menit Jumlah soal : 30 soal Standar Kompetensi : Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. No
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator soal
1
1.Mengukur besaran fisika ( massa, panjang, dan waktu )
Pengukuran
Disajikan gambar jangka sorong dan micrometer scrub, kemudian menentukan nilai pengukurannya.
Besaran dan satuan.
Bentuk soal PJ
Nomor soal 1 2
Menyebutkan ketelitian beberapa alat ukur
3
Menjelaskan pengertian angka penting.
5
Disajikan beberapa jenis besaran, kemudian menentukan jenis besarannya. Menentukan satuan dari suatu besaran jika diketahui rumus besaran dan sebaliknya
4
6 7 8 9 10 11,21, 25, 26, 27
75 Angka penting
Diberikan data pengukuran sebuah benda, kemudian menentukan nilai hasil pengukuran berdasarkan prinsip angka penting
12,13 14,15 16,17 18,19 20,22, 23,29, 30
3.6 Definisi Konseptual dan Operasional 3.6.1 Definisi konseptual 3.6.1.1 Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar adalah taraf penguasaan secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. (http://sribd.com/doc/3815906/ pembelajaran-Tuntas?autodown=pdf).
Menurut Nasution.S, ketuntasan belajar/ mastery learning artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut. (ktiptk.blogspirit.com/archieve/2009/ketuntasan belajar.html)
3.6.1.2 Pembelajaran dengan Pendekatan Individual Pembelajaran dengan pendekatan individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Pada pembelajaran individual, guru memberikan bantuan pada masingmasing pribadi. (Dimyati dan Mudjiono, 2002 : 161)
76
3.6.1.3 Pembelajaran dengan Pendekatan Kelompok Pembelajaran dengan pendekatan kelompok adalah pembelajaran dimana siswa belajar secara kooperatif dengan teman dalam kelompoknya. Sesuai dengan konsep kooperatif pembelajaran seperti ini mengharapkan siswa belajar bekerja sama dengan siswa lain, sehingga terjadi interaksi antar siswa. Tentang belajar secara kooperatif Soeparman (2000 : 15) mengatakan bahwa : ”Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengerjakan materi yang agak kompleks, dan yang lebih penting lagi dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.
3.6.1.4 Pengetahuan Prasyarat Pengetahuan Prasarat merupakan pengetahuan yang menjadi landasan berpikir pengetahuan inti yang benar-benar harus dikuasai sebelum pengetahuan inti tersebut dipelajari.Apabila tidak, maka kompetensi dari pengetahuan inti tersebut tidak akan dikuasai. Kemampuan prasarat ini harus mengendap sedini mungkin sebelum pengetahuan inti diberikan(Dewi salma P: 2007:93).
3.6.2 Definisi Operasional 3.6.2.1 Ketuntasan Belajar Yang dimaksud ketuntasan belajar dalam penelitian ini adalah penguasaan seluruh kompetensi dasar mengukur besaran fisika (massa,panjang,waktu) yang diwujudkan dalam bentuk nilai hasil pekerjaan yang dicapai oleh siswa dalam mengerjakan soal postes pada materi besaran dan Satuan, dimana nilai tersebut telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
77 3.6.2.2 Pembelajaran dengan Pendekatan individual Pembelajaran remedial dengan pendekatan individual berarti melakukan bimbingan terhadap masing-individu yang mengalami kesulitan belajar, terutama tentang pemahaman konsep dan rumus-rumus. Setelah diberikan materi dan soal-soal yang mula-mula mereka pelajari sendiri, kemudian terdapat kesulitan maka guru akan memberikan bimbingan pada siswa yang membutuhkannya, guru berperan sebagai tutor.
3.6.2.3 Pembelajaran dengan Pendekatan Kelompok Pembelajaran remedial dengan pendekatan kelompok berarti pembelajaran dilakukan dengan membuat kelompok belajar yang terdiri dari 3-4 orang siswa .Materi dan soal didiskusikan dalam kelompok dengan bimbingan tutor sebaya. Peran guru sebagai fasilitator .
3.6.2.4 Pengetahuan Prasyarat Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang diperlukkan oleh siswa untuk menguasai pengetahuan inti yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa adalah pengetahuan tentang beberapa besaran dasar dan satuannya, aturan pembulatan, nama serta kegunaan beberapa alat ukur.
3.7. Validitas Instrumen 3.7.1. Validitas Instrumen Tes Pengetahuan Prasyarat. Validitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus prosedur product momen dari Pearson untuk mendapatkan harga r sebagaimana terlihat pada lampiran 8.
78 Perhitungan ini menggunakan program excel. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan soal sebanyak 30 soal. Hasil analis validitas terdapat dalam lampiran. Setiap butir soal diuji dengan uji statistik, yakni dengan menguji tiap butir items dengan total nilai hasil pada tiap-tiap anak dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar sebagai berikut : rxy =
N XY ( X ) ( Y )
[ N X 2 ( X ) 2 ][ N Y 2 ( Y ) 2 ]
Hasilnya adalah semua soal Valid sebagai berikut :
Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Pengetahuan Prasyarat No soal 1 2 3 4 5 6
Koef.Korelasi 0,580 0,512 0,633 0,667 0,711 0,655
Nilai t hitung 3,9024 3,264 4,479 4,904 5,539 4,745
t tabel 2,042 2,042 2,042 2,042 2,042 2,042
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid
3.7.2.Validitas Instrumen Tes Remedial. Validitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus prosedur product momen dari Pearson untuk mendapatkan harga r sebagaimana terlihat pada lampiran 9. Perhitungan ini menggunakan program excel. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan soal sebanyak 30 soal. Hasil analis validitas terdapat dalam lampiran. Setiap butir soal diuji dengan uji statistik, yakni dengan menguji tiap butir items dengan total nilai hasil pada tiap-tiap anak dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar sebagai berikut :
79
rxy =
N XY ( X ) ( Y )
[ N X 2 ( X ) 2 ][ N Y 2 ( Y ) 2
Dengan kriteria uji :
Bila r hitung lebih besar dari r tabel maka variabel valid.
Bila r hitung lebih kecil dari r tabel maka variabel tidak valid.
( Basrowi & Soenyono, 2007) Keterangan rumus : rxy
: Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
X
: Skor tiap butir
Y
: Skor total
N
: Banyaknya objek (siswa)
Dari hasil analisis dan perhitungan terhadap setiap butir soal maka semua soal memiliki nilai r diatas 0,31 yang berarti item soal adalah valid karena nilai r > r tabel.
3.8 Reliabilitas Instrumen 3.8.1 Reliabilitas Instrumen Tes Pengetahuan Prasyarat. Perhitungan sama dengan perhitungan reliabilitas instrumen tes remedial, hasilnya adalah tes reliabel dengan r xy 0,485 berarti lebih besar dari r tabel 0,311 sebagaimana terlihat pada lampiran 8.
80 3.8.2 Reliabilitas Instrumen Tes Remedial Analisis reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu dengan mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan skor genap sebagai belahan ke dua yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar sebagai berikut: rxy =
N XY ( X ) ( Y )
[ N X 2 ( X ) 2 ][ N Y 2 ( Y ) 2
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, didapatkan r sebesar 0,37. Langkah berikutnya adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua. Untuk memperoleh reliabilitas soal maka digunakan rumus spearman-Brown yaitu : Reliabilitas = ( 2 x korelasi ½ tes) / ( 1+ korelasi ½ tes) dan ternyata didapatkan skor rxy sebesar 0,54 yang berarti lebih besar dari koefisien korelasi tabel dengan taraf signifikansi 0,05 yang bernilai 0,311 atau rxy > r tabel
maka dapat dikatakan
instrumen adalah reliabel.
3.9 Analisis Daya Beda instrumen Analisis yang digunakan adalah menggunakan program ANATES. Kriteria Daya Beda : 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40
kurang
0,41 – 0,70
baik
cukup
0,71 – 1,00
baik sekali
Hasil dari analisis tersebut menunjukan bahwa 23 soal cukup baik, sedangkan 7 soal kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut :
81 Tabel 3.2 :Rekap Analisis Daya Beda Butir Soal Tes Remedial Nomor soal Indek daya pembeda Kategori 1 -0,11 kurang 2 0,22 cukup 3 0,22 cukup 4 0,11 kurang 5 0,00 kurang 6 0,33 cukup 7 0,22 cukup 8 0,22 cukup 9 0,22 cukup 10 0,33 cukup 11 0,33 cukup 12 0,44 baik 13 0,33 cukup 14 0,22 cukup 15 0,44 baik 16 0,33 cukup 17 0,55 baik 18 0,22 cukup 19 0,44 baik 20 0,55 baik 21 0,44 baik 22 0,55 baik 23 0,33 cukup 24 0,44 baik 25 0,44 baik 26 0,11 kurang 27 -0,11 kurang 28 0,22 cukup 29 0,11 kurang 30 0,11 kurang
3.10 Analisis Tingkat kesukaran butir soal. Tingkat kesukaran soal dianalisis menggunakan program ANATES. Kriteria tingkat kesukaran : 0,00 – 0,30
sukar.
0,31 -0,70
sedang
0,71 – 1,00
mudah
Hasilnya menunjukkan bahwa 28 soal memiliki tingkat kesukaran sedang, dan 2 soal sangat mudah sebagaimana ditunjuukan pada tabel 7 berikut ini:
82 Tabel 3.3 Rekap Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Remedial Nomor soal Tingkat kesukaran Kategori 1 0,66 sedang 2 0,59 sedang 3 0,90 Seangat mudah 4 0,84 mudah 5 0,25 sedang 6 0,68 sedang 7 0,62 sedang 8 0,78 mudah 9 0,75 mudah 10 0,65 sedang 11 0,87 Sangat mudah 12 0,78 mudah 13 0,37 sedang 14 0,68 sedang 15 0,68 sedang 16 0,59 sedang 17 0,68 sedang 18 0,65 sedang 19 0,56 sedang 20 0,34 sedang 21 0,34 sedang 22 0,43 sedang 23 0,59 sedang 24 0,56 sedang 25 0,56 sedang 26 0,50 sedang 27 0,75 mudah 28 0.50 sedang 29 0,56 sedang 30 0,40 sedang
83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian Pada bab ini akan disajikan seluruh data hasil penelitian yang meliputi diskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian terhadap masing-masing variabel penelitian.
4.1.1. Deskripsi Data Data penelitian ini berupa nilai hasil remedial 40 siswa kelas X MAN I Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010, dengan mengukur variabel bebas yaitu Remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual (A1) dan Remedial dengan pendekatan kelompok (A2). Sedangkan variabel terikatnya berupa ketuntasan belajar siswa pada Kompetensi Dasar mengukur besaran panjang,massa dan waktu (Y) dan variabel atributnya adalah pengetahuan prasyarat siswa tinggi ( B1) dan rendah ( B2).
Data nilai hasil remedial dikelompokkan menjadi data nilai remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah sebanyak 20 siswa, serta data nilai remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan
84 prasyarat tinggi dan rendah sebanyak 20 siswa pada Standar Kompetensi (SK) menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya, yaitu pada Kompetensi dasar (KD) mengukur besaran fisika (massa, panjang dan waktu).
Adapun data hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. beikut ini: Tabel 4.1 Data Nilai Hasil Remedial Untuk 40 Siswa yang Mengikuti Remedial Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Individual Dan Kelompok
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama siswa
AQ DP RA N Sy FF RL Fe AD MI ADL L Af AR Sy Iq RN SW Gh F PT RA AA DK
Individual Nilai Pretest Post test 43 65 43 65 47 67 47 67 53 67 53 70 57 70 57 72 63 74 63 74 67 74 67 74 67 74 67 76 67 80 70 82 70 85 72 85 72 90 75 90
N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama siswa
YW EH FS PN RN IN FS NA LO IPS Al S DR Sr EN SW SR Ho DH DA Pu N
Kelompok Nilai Pretest Post test 27 63 47 64 27 63 27 65 27 65 37 67 53 67 53 70 57 70 63 70 63 70 63 70 63 72 67 72 67 72 70 74 70 74 72 76 75 80 75 85
Data hasil penelitian diatas memperlihatkan bahwa nilai tertinggi yang didapat oleh 20 siswa yang remedial secara individual adalah 90 dan terendah 65. Sedangkan pada remedial yang dilakukan oleh 20 siswa secara kelompok nilai tertinggi 85 dan terendahnya 63. Pada remedial secara kelompok, terdapat 3 orang siswa yang tidak tuntas karena nilai yang dipeoleh tidak mencapai KKM yang ditetapkan.
85 4.1.2 Uji Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan uiji statistik maka data harus terdistribusi normal. Uji homogeni tas juga akan dilakukan yaitu menggunakan uji F
4.1.2.1 Uji Normalitas. Pengujian normalitas data untuk remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dilakukan menggunakan uji chi kuadrat. Hasil analisis normalitas data sebagaimana terlihat pada lampiran14. Didapatkan Chi Kuadrat hitung = 10,77. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga chi kuadrat tabel dengan dk =6-1 = 5 dan taraf kesalahan 5% adalah 11,07 maka Chi kuadrat hitung < dari Chi Kuadart tabel (10,77 < 11,07) dengan demikian distribusi data adalah normal.
Pengujian normalitas data untuk remedial dengan pendekatan kelompok dapat dilihat pada lampiran 15, didapat Chi Kuadrat hitung = 10,84. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga chi kuadrat tabel dengan dk =6-1 = 5 dan taraf kesalahan 5% adalah 11,07 maka Chi kuadrat hitung < dari Chi Kuadart tabel (10,84 < 11,07) maka distribusi data adalah normal.
4.1.2.2 Uji Homogenitas Untuk menentukan homogenitas data sebagaimana perhitungan pada lampiran 16 digunakan rumus: Fhit =
var isnbesar 51,82 = = 1,61 var iankecil 32,15
86 Fhit ini kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel dengan dk = n-1 = 20-1=19 untuk taraf signifikan 5% adalah 2,093 dan taraf signifikan 1% adalah 2,061 dengan demikian Fhit < Ftabel dengan demikian varian homogen.
4.1.3 Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui apakah hipotesis yang ada diterima atau ditolak sehingga dapat dipakai untuk mengambil kesimpulan apakah hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori dan fakta lapangan adalah benar adanya. Pada penelitian ini pengujian dilakukan menggunakan t-test dan persentase untuk mengetahui perbedaan ketuntasan belajar siswa, dan perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa yang remedial menggunakan kedua pendekatan tersebut.
4.1.3.1 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hipotesis 1 Terdapat interaksi antara remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasyarat siswa. Untuk menguji hipotesis ini digunakan perhitungan menggunakan ANOVA yang hasilnya sebagai berikut:
87 Tabel 4.2 Anova untuk perhitungan interaksi antara pendekatan pembelajaran dan pengetahuan Prasyarat : NO INDIVIDUAL Prasyrt tinggi 2 X1 X1 1 74 5476 2 74 5476 3 74 5476 4 76 5776 5 80 6400 6 82 6724 7 85 7225 8 85 7225 9 90 8100 10 90 8100 11 12 13 Jm 810 65978 l jml n1 = 10 n
KELOMPOK Prasyrt tinggi 2 X3 X3 67 4489 67 4489 70 4900 72 5184 72 5184 76 5776 85 7225
Prasyrt rendah 2 X2 X2 65 4225 65 4225 67 4489 67 4489 70 4900 70 4900 70 4900 74 5476 65 4225 74 5476
687
47305
509
n2 = 10
2
1) JK tot = ∑X tot -
Prasyrt rendah 2 X4 X4 80 6400 72 5184 80 6400 74 5476 70 4900 70 4900 80 6400 70 4900 65 4225 65 4225 63 3969 64 4096 63 3969 37247 916 65044
n3 = 7
( Xtot) 2 N
Jumlah total 2
X 286 278 291 289 292 298 320 229 220 229 63 64 63 2922
X 20590 19374 21265 20925 21384 22300 25750 17601 16550 17801 3969 4096 3969 215574
∑n = 40
n4 = 13
(2922) 2 = 215574 = 215574 – 21 3452,2 40
= 2121,9 2) Jk ant =
=
( X 1 ) 2 n1
( X 2 ) 2 n2
+
( X 3 ) 2 n3
+
( X 4 ) 2 n4
-
( Xtot) 2 N
(810) 2 (687) 2 (509) 2 (916) 2 (2922) 2 65610 47196,9 37011,57 10 10 7 13 40 64542,77-213452,1 = 214361,24- 213452,1 = 909,14
3) JK dal = Jktot – Jkant = 2121,9 – 909,14 = 1212,76 4) Mk ant =
Jkant 909,14 909,14 303,05 m 1 4 1 3
88
5) Mk dal =
6) Fhit =
Jkdal 1212,76 1212,76 32,78 N m 40 3 37
Mkant 303,05 9,25 Mkdal 32,78 Tabel ringkasan anova hasil perhitungan:
Sumber Variasi
dk
Jumlah kuadrat
Mk
Total
40-3 =37
2121,9
-
Antar kelompok
Dalam kelompok
4-1 = 3
909,14
40-3 = 47
1212,76
303, 05
Fhit
Ftabel
9,25
5%= 2,85 1%= 4,34
Keputus an Fhit > Ftabel Hipotesa diterima
Pembahasan :
Harga Fhit = 9,25. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang m-1 dan penyebut N-m didapatkan dk pembilang = 4-1=3 dan penyebut 40-4= 36. berdasar dk tersebut diketahui Ftabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,85 dan 1% = 4,34 dan ternyata Fhit > Ftabel. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan pengetahuan prasyarat siswa terbukti.
Hipotesis 2 Terdapat perbedaan ketuntasan belajar bidang studi fisika dalam Remedial dengan menggunakan pendekatan individual dan pendekatan kelompok. Ketuntasan belajar siswa yang diberikan pembelajaran remedial fisika dengan pendekatan individual lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan dengan pendekatan kelompok.
89
Sebelum pembahasan lebih lanjut, disajikan terlebih dahulu data tentang persentase ketuntasan pada remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok sebagai berikut Tabel 4.3 Data tentang % ketuntasan belajar remedial dengan pendekatan individual dan kelompok. Pendekatan Pembelajaran Individual
Kelompok
20 siswa, tuntas
20 siswa, tuntas
20 siswa
17 siswa
% Ketuntasan Belajar Individual
Kelompok
100 %
85 %
Dari data penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa pada remedial melalui pendekatan individual, ketuntasan belajarnya mencapai 100%, sedangkan pada remedial melalui pendekatan kelompok ketuntasan belajar siswa hanya 85 %.
Dapat dijelaskan juga bahwa pada remedial yang menggunakan pendekatan individual, seluruh siswa yang berjumlah 20 orang semua mencapai nilai ≥ 65 dengan nilai terendah 65 dan tertinggi 90. Sedangkan pada remedial yang menggunakan pendekatan kelompok, dari 20 orang siswa hanya 17 orang yang mencapai nilai ≥ 65 dengan nilai terendah 65 dan tertinggi 85. Dengan demikian terdapat perbedaan ketuntasan belajar antara remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok. Pada remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Sedangkan pada remedial dengan pendekatan secara kelompok ketuntasan belajar siswa hanya 85%.
90 Untuk prestasi belajarnya maka rata-rata prestasi belajar siswa yang remedial menggunakan pendekatan individual sebesar 75,05 dan kelompok 71,7 Adapun data hasil remedialnya secara lengkap untuk siswa yang tuntas disajikan pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 4.4 Data Nilai Hasil Remedial untuk Siswa yang tuntas
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama siswa
AQ DP RA N Sy FF RL Fe AD MI ADL LA AR Sy Iq RN SW Gh F PT RA AA DK Jumlah Rata – rata
Individual Nilai Pretest Post test 43 65 43 65 47 67 47 67 53 67 53 70 57 70 57 72 63 74 63 74 67 74 67 74 67 74 67 76 67 80 70 82 70 85 72 85 72 90 75 90 1220 1501 61
N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
75,05
Nama siswa
PN RN IN FS NA LO IPS AS DR SR EN SW SR HL DH DA Pu N
Kelompok Nilai Pretest Post test 27 65 27 65 37 67 53 67 53 70 57 70 63 70 63 70 63 70 63 72 67 72 67 72 70 74 70 74 72 76 75 80 75 85
1002 58,9
1219 71,7
Hasil analisis menggunakan t-test sebagaimana terdapat pada lampiran 20 sebagai berikut: Jika n1 = n2 dan varian homogen dengan dk= n1+n2-2 = 20 + 20 – 2 = 38 maka menurut rumus t-test yang digunakan adalah :
91
X 1 X 2
thit =
2
2
(Sugiono: 273)
s1 s 2 n1 n2 thit =
X 1 X 2 2 1
2
s s 2 n1 n2
=
77,35 71,40 = 51,82 32,15 20 20
5,95 = 2,591 1,6075
5,95 4,1985
=
5,95 2,05
= 2,902 Langkah berikutnya dikonsultasikan dengan ttabel untuk dk 38 adalah 2,021 untuk taraf signifikansi 5% dan 2,704 untuk taraf 1%. Dengan demikian thit > ttabel dan hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan ( yang signifikan) antara remedial melalui pembelajarn dengan pendekatan individual dan kelompok diterima.
Pembahasan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran hal ini disebabkan bimbingan secara individual selain dapat mengakomodasi perbedaan individual, maka komunikasi personal dapat berlangsung. Hal ini selain sebagai diagnosis terhadap kesulitan belajar juga merupakan pelayanan terhadap permasalahan-akademis seperti kurangnya pengetahuan prasarat, kelambatan dalam tingkat pemahaman konsep atau rumus, kesulitan memahami soal dan tugas yang diberikan guru.
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Pada pembelajaran individual, guru memberikan bantuan pada masing-masing probadi. (Dimyati dan Mudjiono, 2002 : 161 )
92 Saat dilakukan remedial melalui pembelajaran secara individu yaitu guru atau tutor memberikan bimbingan secara perseorangan, ternyata terdapat perbedaan karakter (Perbedaan individual) diantara siswa yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, ada siswa yang lemah dalam matematikanya, ada siswa yang belum memahami konsepnya, ada juga yang kesulitan dalam menentukan rumus yang tepat, dan ada yang sukar memahami soal dalam bentuk narasi/cerita.
Melalui bimbingan secara individu maka pelayanan terhadap perbedaan individual siswa dapat terakomodasi secara baik. Kesulitan bentuk pembelajaran seperti ini adalah memerlukan waktu yang lebih banyak dari pada pembelajaran secara kelompok.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini selain guru (penulis), dibantu oleh 2 orang tutor sebaya Erni dan Stevani yang diambil dari kelompok siswa yang sudah tuntas dan lebih pandai serta mampu membagi ilmunya pada kawan sebayanya. Selain itu pembelajaran dibagi menjadi dua kali tahap atau termin sehingga dari 20 siswa dibagi 2 dalam arti setiap pembelajaran hanya 10 orang.
Hipotesis 3 Ketuntasan belajar fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, lebih tinggi dari pada yang remedial dengan pendekatan kelompok. Pada kelompok remedial dengan pendekatan individual, jumlah siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi ada 10 orang semuanya tuntas dengan nilai rata-rata 81.
93 Sedangkan pada remedial melalui
pembelajaran dengan pendekatan kelompok
jumlah siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi ada 7 orang semuanya tuntas dengan nilai rata- rata sebesar 72 sebagaimana data berikut: Tabel 4.5 Distibusi Nilai hasil remedial siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah dengan pendekatan individual dan kelompok. Pendekatan Pembelajaran Ketuntasan Belajar Individual
Kelompok
Pengetahuan Prasyarat Tinggi
Rendah
74,74,74,76,80, 82,85,85,90,90.
72,72,74,74,76, 80, 85.
Individual
Kelompok
10 orang
7 orang
65,65,67,67,67,70, 65, 65, 67, 67, 70, 70,72,74,74 70, 70, 70, 70, 72 10 orang 63,64,63
13 orang
Sedangkan persentase ketuntasannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Data % Ketuntasan Belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah. Pendekatan Pembelajaran % Ketuntasan Belajar Individual
Kelompok
Pengetahuan Prasyarat Tinggi
Individual
10 siswa, tuntas 10 siswa
7 siswa, tuntas 7siswa
100 %
Kelompok
100 %
94 Data selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel4.7 Data hasil remedial untuk siswa dengan pengetahuan prasyarat tinggi
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama siswa
Individual Nilai Post Prasyarat test
MI ADL Sy Iq RN SW Gh F PT RA AA DK
65 65 65 65 65 70 65 65 70 70
74 74 74 76 80 82 85 85 90 90
Jumlah
665
810
Rata-rata
66,5
81,0
No 1 2 3 4 5 6 7
Nama siswa
FS IN DR EN S Wy DH PN
Kelompok Nilai Post prasyarat test
65 65 65 60 70 65 70
67 67 70 72 72 76 85
460
509
65,7
72,7
Pembahasan Pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada tes pengetahuan prasyarat. Siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 dikelompokkan dalam pengetahuan prasyarat tinggi, sedangkan siswa yang dalam tes tersebut mendapatkan nilai ≤ 65 dikelompokkan dalam pengetahuan prasyarat rendah. Jika dilihat ketuntasan belajar siswa secara persentase, maka Ketuntasan belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, sama dengan siswa yang remedial dengan pendekatan kelompok yaitu 100 %.
95 Adapun perbedaannya hanya terlihat pada rata–rata prestasi belajarnya saja yaitu pada remedial secara individual rata-rata prestasi belajarnya adalah 81,0 sedang secara kelompok hanya sebesar 72,7. Dengan demikian maka persentase ketuntasan belajar siswa yang remedial secara individu dan kelompok adalah sama, namun rata-rata prestasi belajar siswa yang remedial secara individu lebih tinggi dari siswa yang remedial secara kelompok.
Hasil analisis menggunakan t-test sebagaimana pada lampiran 21 didapatkan thit = 2,66. Jika dk= n1+n2-2=10+7-2=15, ternyata ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,131 sehingga thit > tabel. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ketuntasan belajar fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, lebih tinggi dari pada yang remedial dengan pendekatan kelompok dapat diterima.
Kindsvatter, (1996) strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual. Pendekatan yang digunakan adalah model Personalized system of instruction (PSI) yang dikembangkan keller yang menekankan pada interaksi antara siswa dengan materi/objek belajar. Berdasarkan pengamatan ketika proses belajar secara tutorial baik oleh guru maupun tutorial dengan teman sebaya, maka banyak kesempatan siswa untuk menyampaikan keluhan kelambanan belajarnya dimana tiap tiap siswa berbeda masalahnya. Melalui pentutoran, ternyata siswa lebih termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya.
96 Hubungan secara personal yang berupa perhatian khusus antara tutor dan siswa ternyata dapat menimbulkan motivasi belajar baru bagi siswa.
Hipotesis 4 Ketuntasan belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, lebih tinggi dari pada yang diberi perlakuan dengan pendekatan kelompok. Pada kelompok remedial dengan pendekatan individual, jumlah siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah ada 10 orang semuanya tuntas dengan nilai rata-rata 68,7. Sedangkan pada remedial dengan pembelajaran dengan pendekatan kelompok jumlah siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah ada 13 orang yang tuntas hanya 10 orang dengan nilai rata- rata sebesar 70,2. Dari hasil penelitian tersebut ternyata persentase ketuntasan untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasarat tinggi lebih tinggi dari yang remedial secara kelompok, tetapi rata-rata nilai kelompok lebih tinggi, sebagaimana tertera pada data berikut ini: Tabel 4.8 Data hasil remedial untuk siswa dengan pengetahuan prasyarat rendah
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama siswa
AQ DP RA N Sy RL Fe AD LA
Individual Nilai Post Prasarat test
45 45 40 55 50 50 55 55
65 65 67 67 70 70 70 74
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama siswa
DA SR HL SR NA LO IP AS
Kelompok Nilai Post Prasarat test
55 45 45 50 45 55 50 55
80 72 80 74 70 70 80 70
97 FF 10 A D 9
50 60
65 74
9 10 11 12
R PN YL EH FS
60 60 40 55 27
65 65 63 64 63
597 45,9
912 70,2
13 Jumlah Rata- rata
505 50,5
687 68,7
Jika dilihat secara persentase, maka ketuntasan belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual adalah 100 % yang berarti lebih tinggi dari pada yang diberi perlakuan dengan pendekatan kelompok yang hanya 77 %. Bila dilihat dari rata-rata prestasi belajarnya, siswa yang remedial secara individual maupun kelompok juga terdapat perbedaan yaitu 68,7 dan 70,2 yang berarti remedial secara kelompok rata-rata prestasi belajarnya lebih tinggi daripada remedial secara individu.
Berdasarkan perhitungan menggunakan t-test sebagaimana pada lampiran 22 didapatkan thit = -0,208. Jika dk= n1+n2-2=10+13-2=22, ternyata ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,074 sehingga thit < ttabel, dengan demikian hipotesis diterima. Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang menjadi landasan berpikir pengetahuan inti yang benar-benar harus dikuasai sebelum pengetahuan inti dipelajari. Pengetahuan prasyarat harus mengendap sedini mungkin sebelum pengetahuan inti diberikan (Dewi Salma, 2007:93).
Dari penjelasan tersebut dan berdasarkan pengamatan selama penelitian, ternyata pengetahuan prasyarat yang rendah berkaitan dengan persentase ketuntasan belajar siswa. Selain itu kenaikan rata-rata prestasi belajar siswa yang terlihat dari nilai pretes
98 dan postes baik pada remedial secara individual dan kelompok juga dapat dijadikan indikator kemanfaatan pemberian tambahan waktu belajar dengan cara pemberian pembelajaran ulang.
Pembahasan Prinsip pengulangan menurut hukum Law of exercise dari Thorndike mengemukakan belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Juga menurut Carroll berpendapat bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika ia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi.
Pengulangan juga merupakan penguatan yang sangat diperlukan dalam pemahaman siswa terhadap konsep maupun rumus-rumus dalam mempelajari fisika. Fisika merupakan suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada penghapalan oleh karenanya kunci sukses dalam belajar fisika adalah pada kemampuan memahami konsep-konsep (pengertian), hukum-hukum dan teori-teori. Faktor waktu sangat esensial untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya, dengan memberikan waktu yang cukup ternyata persentase ketuntasan belajar siswa meningkat. Berdasarkan pengamatan dalam penelitian, maka dengan diberikan pengulangan pada bagianbagian tertentu dari bahan pelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa.
99 4.3 Keterbatasan Penelitian Penulis sadar bahwa penelitian ini belum sempurna, meskipun penelitian telah dilakukan semaksimal mungkin sesuai prosedur penelitian yang telah ditetapkan. Tentunya penelitian ini masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan selama proses penelitian. Adapun beberapa penyebabnya antara lain : a. Siswa yang menjadi sampel penelitian tidak bisa dikendalikan secara cermat. Ada kemungkinan mereka dalam memberikan tanggapan dan jawaban tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya serta tidak memahami tujuan dari penelitian ini. b. Waktu penelitian cukup singkat dan hanya terbatas pada Pokok Bahasan besaran dan satuan, sehingga tidak mudah untuk menggeneralisasikan untuk semua pokok bahasan. c. Penelitian ini hanya diberlakukan terhadap siswa kelas X di MAN I Bandarlampung, sehingga generalisasinya terbatas pada populasi penelitian atau populasi lain yang karakternya sama dengan karakter sampel. d. Belum tersedianya kelas khusus untuk pembelajaran remedial, maka penelitian ini dilakukan di ruang Laboratorium yang memungkinkan kondisinya kurang nyaman.
100
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat interaksi antara remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasyarat siswa. 2. Terdapat perbedaan ketuntasan belajar bidang studi fisika dalam pembelajaran Remedial dengan menggunakan pendekatan individual dan kelompok. Ketuntasan
pendekatan
belajar siswa yang diberikan pembelajaran remedial
fisika dengan pendekatan individual lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan dengan pendekatan kelompok.
Pada remedial dengan pembelajaran dengan pendekatan individual ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Sedangkan pada remedial dengan pendekatan secara kelompok ketuntasan belajar siswa hanya 85% dan didapatkan thit = 2,902 sedang ttabel =2,704 sehingga thit > ttabel (hipotesa diterima). Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa juga lebih tinggi (77,35) dari pada remedial dengan pendekatan kelompok (71,4).
101 3. Ketuntasan belajar fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, lebih tinggi dari pada yang remedial dengan pendekatan kelompok. Secara persentase ketuntasan belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi yang diberi remedial melalui pendekatan individual dan kelompok adalah sama yaitu 100%, tetapi rata- rata prestasi belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi lebih tinggi (81) dari pada rata-rata prestasi siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah (72,7). Perhitungan menggunakan t-test didapatkan thit = 2,66. ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,131 sehingga thit > tabel.
4. Ketuntasan belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, lebih tinggi dari pada yang diberi perlakuan dengan pendekatan kelompok. Secara persentase ketuntasan belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual lebih tinggi yaitu tuntas 100% sedangkan kelompok 73 % . Sedangkan rata-rata prestasi belajarnya juga berbeda , yaitu siswa dengan pengetahuan prasyarat rendah yang remedial secara individual 68,7 dan secara kelompok 70,2 Perhitungan menggunakan t-test menghasilkan thit = -0,208. sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,074 sehingga thit < ttabel.
102 5. Remedial dengan pendekatan Individual lebih cocok diterapkan untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi, sedangkan pendekatan kelompok lebih cocok diterapkan untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah.
5.2 Implikasi Dari hasil analisis terhadap ketuntasan belajar siswa, maka untuk melakukan perbaikan atau remedial terhadap siswa yang mengalami beberapa kesulitan dalam belajarnya perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: 5.2.1 Diperlukan bimbingan secara individual terhadap siswa karena tiap-tiap siswa mempunyai perbedaan/karakteristik yang berbeda satu sama lain seperti perbedaan gaya belajar, bakat, motivasi, cepat lambatnya menerima dan mengolah respon dan sebagainya karena ini adalah merupakan persoalan personal masing masing individu. 5.2.2 Bimbingan secara individual dapat dilakukan dengan model tutorial, dilakukan oleh guru dibantu dengan siswa lain yang lebih pandai dari kawannya yang bertindak sebagi tutor sebaya. Bimbingan ini merupakan bentuk bantuan yang diperlukan oleh masing masing individu siswa yang mengalami beberapa kesulitan dalam merespon pelajaran. 5.2.3 Pengetahuan prasyarat siswa adalah sangat diperlukan karena dengan pengetahuan prasyarat yang baik maka pengetahuan inti akan mudah dipahamai oleh siswa. Oleh karenanya sebelum memberikan pengetahuan inti guru harus membrikan pengetahuan prasyarat yang cukup bagi siswa. Pengetahuan prasarat yang tinggi akan mempengarui keberhasilan siswa dalam belajarnya sehingga ketuntasan belajar dapat maksimal.
103 5.2.4 Remedial melalui pembelajaran ulang kepada siswa selain merupakan penguatan terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari, juga merupakan sebuah cara pemberian kesempatan atau memberikan waktu yang cukup terutama bagi siswa-siswa yang mengalami kelambanan dalam belajarnya. 5.2.5 Untuk mengatasi keterbatasan waktu, maka remedial dilakukan pada jam diluar kegiatan jam mengajar yang disebut dengan klinik remedi.
5.3. Saran Kegiatan pembelajaran remedi merupakan suatu formula perbaikan yang diberikan kepada kelompok siswa yang memiliki kesulitan belajar agar dapat mengejar ketertinggalannya dengan siswa lain. Berkaitan dengan itu beberapa saran untuk para guru dalam upaya perbaikan (remedial) sebagai berikut: 5.3.1
Kegiatan remedial merupakan sebuah kegiatan pemahaman terhadap kebutuhan individual siswa, oleh karena itu hendaknya para guru dapat memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Perlu disadari juga bahwa kemampuan siswa dalam proses pembelajaran bervariasi, mereka adalah individu-individu yang tidak sama dalam pengetahuan awal, kecepatan menerima materi pembelajaran, kesiapan belajar dan sebagainya sehingga pembelajaran secara individual merupakan suatu solusi terutama untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi.
5.3.2
Hendaknya guru mengetahui pengetahuan prasyarat yang telah dikuasai oleh siswa terlebih dahulu sebelum masuk pada pengetahuan inti yang akan diberikan agar guru dapat menempatkan tujuan pembelajaran yang
104 akan dicapai secara realistis. Pentingnya mengetahui pengetahuan prasyarat karena hal ini merupakan salah satu cara mendiagnosis pada penyembuhan terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa. Salah satu cara untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa adalah melalui tes. 5.3.3
Hendaknya remedial dilakukan melalui pembelajaran ulang, karena dengan pembelajaran ulang selain memberikan waktu yang cukup kepada siswa yang mengalamim kesulitan belajar, juga merupakan penguatan terhadap stimulus yang diberikan sehingga respon yang didapat akan semakin baik.
5.3.4
Kepada pihak sekolah hendaknya menyediakan waktu dan tempat (Klinik Remedial) sehingga para guru tidak kesulitan untuk menentukan waktu dan tempat untuk pelaksanaan remedial serta memberikan pelajaran tambahan diluar jam belajar.
105 Lampiran 1: Mata pelajaran
: FISIKA
Standar Kompetensi
: 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya.
Kompetensi Dasar
: 1.1. Mengukur besaran fisika (massa, panjang dan waktu)
Tabel 1.1 : Data ketuntasan belajar siswa pada Tahun Pelajaran 2005-2006 Kelas Nilai
X.1
X.2
X.3
X.4
X.5
X.6
X.7
X.8
95-100
4
0
1
2
0
1
0
2
85-94
5
0
10
4
2
7
0
1
75-84
10
10
15
12
14
10
4
12
65-74
10
10
10
12
8
8
10
15
55-64
6
2
2
4
5
1
6
1
45-54
1
8
2
0
2
2
0
3
35-44
1
6
0
2
3
12
12
2
25-34
0
2
0
0
3
1
8
4
15-24
0
0
0
0
3
0
0
0
0-14
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
37
38
40
38
40
42
40
40
Tuntas
29
20
36
32
24
26
14
30
Remed
8
18
4
6
16
16
26
10
106 Tabel.1.2 Data ketuntasan belajar siswa pada Tahun Pelajaran 2006-2007 Kelas Nilai
X.1
X.2
X.3
X.4
X.5
X.6
X.7
X.8
X.9
95-100
2
0
4
8
2
1
0
0
0
85-94
5
4
10
12
9
5
5
4
5
75-84
10
14
21
20
20
12
17
12
15
65-74
10
10
5
0
3
2
3
11
7
55-64
3
8
0
0
0
4
5
3
1
45-54
5
0
0
0
3
4
4
0
2
35-44
5
2
0
0
3
3
4
5
8
25-34
0
2
0
0
0
3
0
2
0
15-24
0
0
0
0
0
3
2
0
2
0-14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
40
40
40
40
40
37
40
37
40
Tuntas
27
28
40
40
34
20
15
27
27
Remed
13
12
0
0
6
17
25
10
13
107 Tabel.1.3 Data ketuntasan belajar siswa pada Tahun Pelajaran 2007-2008 Kelas Nilai
X.1
X.2
X.3
X.4
X.5
X.6
X.7
X.8
X.9
95-100
1
2
5
6
2
0
1
1
0
85-94
12
12
16
20
10
4
3
3
4
75-84
10
10
11
11
10
15
7
14
11
65-74
1
5
0
2
4
4
20
3
15
55-64
11
1
3
1
1
3
3
12
4
45-54
1
2
2
4
7
2
3
4
2
35-44
4
3
3
3
6
5
0
1
1
25-34
0
5
0
0
0
5
4
0
2
15-24
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0-14
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Jumlah
40
40
40
40
40
38
40
40
40
Tuntas
24
11
32
33
26
23
30
23
30
Remed
16
29
8
7
14
15
10
17
10
Sumber : Dokumentasi nilai uji blok pada materi Besaran dan satuan
108 Lampiran 2: SOAL TES PENGETAHUAN PRASYARAT Materi : BESARAN SATUAN, PENGUKURAN Kerjakan soal berikut secara lengkap . 1. Sebutkan 7 macam besaran pokok dan 8 macam besaran turunan beserta satuannya. 2.Sebutkan beberapa alat ukur yang kalian ketahui dan kegunaannya.. 3. Berapakah ketelitian mistar, jangka sorong dan micrometer scrub? 4.Buatlah angka –angka dibawah ini dalam 2 angka dibelakang decimal : a. 45,647 5.
b. 0,345
10 20 30 40 50
c.7,12354
d.12,10747
Berapakah hasil pengukuran yang ditunjukan oleh amper meter pada gambar disamping ?
mA 0
5
6.Tentukan berapa banyaknya angka penting dalam data hasil pengukuran berikut : a. 872,5 cm
b.7902,06 gram
c. 0,0430 sekon
d. 300000,02 mm
109 KUNCI : 1. Besaran pokok : massa (kg), panjang (m), waktu ( s), suhu ( K), kuat arus ( A), intensitas cahaya (cd) dan jumlah zat ( mole) Besaran turunan : Kecepatan (m/s), Percepatan ( m/s2), Gaya (Newton), Usaha (Joule), Luas (m2), Volume ( m3), tekanan (Pa), Momentum ( kg m/s). Skor : 10 2.Alat ukur panjang : meteran, mistar, rool meter Alat ukur waktu : arloji, stop watch Alat ukur kuat arus : ampermeter Alat ukur tegangan listrik : Volt meter …………. ………...Skor 10
3.Ketelitian mistar :1mm , ketelitian jangka sorong : 0,1mm, ketelitian micrometer scrub: 0,01mm.
……………………skor 20
4.Hasil pembulatannya : a. 45,65 b.0,34
c.7,12
d.12,12
…………………..skor 20
5.Hasil pembacaannya:
40 .5 400 mA 50
6.Jumlah angka penting : a. 4
b. 6
………………… skor 20 c. 3
d. 8 ………skor 20
110 Lampiran 3 : ANALIS VALIDITAS SOAL TES PENGETAHUAN PRASYARAT 1. Validitas untuk soal no.1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 10 8 6 6 6 10 10 6 10 6 8 8 10 10 10 8 10 8 10 10 6 6 8 6 10 8 10 10 10 10 8 10 272
Korelasi Pearson: r=
N(∑XY) - (∑X)(∑Y) √[[N∑X² - (∑X)²] [N∑Y² - (∑Y)²]] r=
0,580
Y 90 77 62 60 54 70 71 63 70 73 69 65 66 78 70 58 76 70 68 60 58 54 66 66 74 66 70 76 70 80 78 70 2198
X² 100 64 36 36 36 100 100 36 100 36 64 64 100 100 100 64 100 64 100 100 36 36 64 36 100 64 100 100 100 100 64 100 2400
Y² 8100 5929 3844 3600 2916 4900 5041 3969 4900 5329 4761 4225 4356 6084 4900 3364 5776 4900 4624 3600 3364 2916 4356 4356 5476 4356 4900 5776 4900 6400 6084 4900 152902
XY 900 616 372 360 324 700 710 378 700 438 552 520 660 780 700 464 760 560 680 600 348 324 528 396 740 528 700 760 700 800 624 700 18922
111
Jika r ( r hitung ) disubstitusikan kedalam rumus t hitung maka : rhit n 2 t hit = 1 (rhit ) 2
=
0,580 32 2 1 (0,580) 2
0,580 30 0,580.5,477 3,177 3,9024 0,814 1 0,3364 0,6636
112 2. Validitas untuk soal nomor 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
Korelasi Pearson: r=
N(∑XY) - (∑X)(∑Y) √[[N∑X² - (∑X)²] [∑Y² - (∑Y)²]] r=
0,512
X 10 8 6 8 8 10 10 8 10 6 8 8 10 10 10 8 10 8 10 10 6 6 8 6 10 8 10 10 8 10 8 10 276
Y 90 75 60 60 54 70 71 63 70 73 69 65 66 78 70 58 76 70 68 60 58 54 66 66 74 66 70 76 70 80 78 70 2194
X² 100 64 36 64 64 100 100 64 100 36 64 64 100 100 100 64 100 64 100 100 36 36 64 36 100 64 100 100 64 100 64 100 2448
Y² 8100 5625 3600 3600 2916 4900 5041 3969 4900 5329 4761 4225 4356 6084 4900 3364 5776 4900 4624 3600 3364 2916 4356 4356 5476 4356 4900 5776 4900 6400 6084 4900 152354
XY 900 600 360 480 432 700 710 504 700 438 552 520 660 780 700 464 760 560 680 600 348 324 528 396 740 528 700 760 560 800 624 700 19108
113
Jika r ( r hitung ) disubstitusikan kedalam rumus t hitung maka : rhit n 2 t hit = 1 (rhit ) 2
=
0,512 32 2 1 (0,512) 2
0,512 30 0,512.5,477 2,804 3,264 0,859 1 0,262 0,738
114 3. Validitas soal no.3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 17 14 12 14 8 16 14 12 8 12 10 12 12 16 16 10 18 12 14 12 12 8 14 16 18 12 12 14 14 16 18 12 425
Korelasi Pearson: r=
N(∑XY) - (∑X)(∑Y) √[[N∑X² - (∑X)²] [∑Y² - (∑Y)²]] r=
0,633
Y 86 75 62 60 56 68 69 65 68 71 65 67 64 72 62 58 74 70 68 60 56 54 62 66 68 60 66 72 70 78 78 68 2138
X² 289 196 144 196 64 256 196 144 64 144 100 144 144 256 256 100 324 144 196 144 144 64 196 256 324 144 144 196 196 256 324 144 5889
Y² 7396 5625 3844 3600 3136 4624 4761 4225 4624 5041 4225 4489 4096 5184 3844 3364 5476 4900 4624 3600 3136 2916 3844 4356 4624 3600 4356 5184 4900 6084 6084 4624 144386
XY 1462 1050 744 840 448 1088 966 780 544 852 650 804 768 1152 992 580 1332 840 952 720 672 432 868 1056 1224 720 792 1008 980 1248 1404 816 28784
115
Jika r ( r hitung ) disubstitusikan kedalam rumus t hitung maka : rhit n 2 t hit = 1 (rhit ) 2
=
0,633 32 2 1 (0,633) 2
0,633 30 0,512.5,477 3,467 4,479 0,774 1 0,4007 0,599
116
4. Validitas soal no 4 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 18 15 14 8 10 14 15 15 18 16 10 15 14 16 6 8 12 14 18 8 12 10 10 14 16 16 12 14 14 16 18 14 430
Korelasi Pearson: N(∑XY) - (∑X)(∑Y) r= √[[N∑X² - (∑X)²] [∑Y² - (∑Y)²]] r=
0,667
Y 86 75 62 60 56 68 69 65 68 71 65 67 64 72 62 58 74 70 68 60 56 54 62 66 68 60 66 72 70 78 78 68 2138
X² 324 225 196 64 100 196 225 225 324 256 100 225 196 256 36 64 144 196 324 64 144 100 100 196 256 256 144 196 196 256 324 196 6104
Y² 7396 5625 3844 3600 3136 4624 4761 4225 4624 5041 4225 4489 4096 5184 3844 3364 5476 4900 4624 3600 3136 2916 3844 4356 4624 3600 4356 5184 4900 6084 6084 4624 144386
XY 1548 1125 868 480 560 952 1035 975 1224 1136 650 1005 896 1152 372 464 888 980 1224 480 672 540 620 924 1088 960 792 1008 980 1248 1404 952 29202
117
Jika r ( r hitung ) disubstitusikan kedalam rumus t hitung maka : rhit n 2 t hit = 1 (rhit ) 2
=
0,667 32 2 1 (0,667) 2
0,667 30 0,667.5,477 3,653 4,904 0,745 1 0,445 0,555
118 5. Validitas soal no.5 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 20 20 14 6 12 16 12 14 14 18 10 14 12 14 8 12 8 14 18 8 12 14 14 10 15 14 14 14 12 16 18 14 431
Korelasi Pearson: r=
N(∑XY) - (∑X)(∑Y) √[[N∑X² - (∑X)²] [∑Y² - (∑Y)²]] r=
0,711
Y 86 75 66 52 56 72 71 69 68 75 60 67 62 72 54 58 74 74 80 60 56 54 62 66 73 62 66 72 70 78 78 68 2156
X² 400 400 196 36 144 256 144 196 196 324 100 196 144 196 64 144 64 196 324 64 144 196 196 100 225 196 196 196 144 256 324 196 6153
Y² 7396 5625 4356 2704 3136 5184 5041 4761 4624 5625 3600 4489 3844 5184 2916 3364 5476 5476 6400 3600 3136 2916 3844 4356 5329 3844 4356 5184 4900 6084 6084 4624 147458
XY 1720 1500 924 312 672 1152 852 966 952 1350 600 938 744 1008 432 696 592 1036 1440 480 672 756 868 660 1095 868 924 1008 840 1248 1404 952 29661
119 Jika r ( r hitung ) disubstitusikan kedalam rumus t hitung maka : rhit n 2 t hit = 1 (rhit ) 2
=
0,711 32 2 1 (0,711) 2
0,711 30 0,711.5,477 3,894 5,539 0,703 1 0,506 0,494
120 6. Validitas soal no.6 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 17 14 12 14 8 16 14 12 8 12 10 12 12 16 16 10 18 12 14 12 12 8 14 16 18 12 12 14 14 16 18 12 425
Korelasi Pearson: r=
N(∑XY) - (∑X)(∑Y) √[[N∑X² - (∑X)²] [∑Y² - (∑Y)²]] r=
0,655
Y 86 75 62 60 56 68 69 65 68 71 65 67 64 72 62 58 74 70 68 60 56 54 62 66 68 60 66 72 70 78 78 68 2138
X² 289 196 144 196 64 256 196 144 64 144 100 144 144 256 256 100 324 144 196 144 144 64 196 256 324 144 144 196 196 256 324 144 5889
Y² 7396 5625 3844 3600 3136 4624 4761 4225 4624 5041 4225 4489 4096 5184 3844 3364 5476 4900 4624 3600 3136 2916 3844 4356 4624 3600 4356 5184 4900 6084 6084 4624 144386
XY 1462 1050 744 840 448 1088 966 780 544 852 650 804 768 1152 992 580 1332 840 952 720 672 432 868 1056 1224 720 792 1008 980 1248 1404 816 28784
121 Jika r ( r hitung ) disubstitusikan kedalam rumus t hitung maka : rhit n 2 t hit = 1 (rhit ) 2
=
0,655 32 2 1 (0,655) 2
0,655 30 0,655.5,477 3,587 4,745 0,756 1 0,429 0,571
122 Lampiran 4 : RELIABILITAS TES Metode belah dua
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah jawaban ganjil (X) 43 34 32 32 40 34 32 34 32 34 39 36 42 36 36 26 34 38 30 30 24 28 36 32 34 28 34 36 34 40 44 26
Jumlah jawaban genap (Y) 41 38 32 34 30 40 35 37 36 36 40 33 30 36 26 30 40 44 38 30 26 26 26 36 32 32 32 36 34 38 34 36
Jml
32
1090
1094
Korelasi Pearson: r=
N(∑XY) - (∑X)(∑Y) √[[N∑X² - (N∑X)²] [∑Y² (∑Y)²]]
r = 0,32005
X² 1849 1156 1024 1024 1600 1156 1024 1156 1024 1156 1521 1296 1764 1296 1296 676 1156 1444 900 900 576 784 1296 1024 1156 784 1156 1296 1156 1600 1936 676 3785 8
Y² 1681 1444 1024 1156 900 1600 1225 1369 1296 1296 1600 1089 900 1296 676 900 1600 1936 1444 900 676 676 676 1296 1024 1024 1024 1296 1156 1444 1156 1296 3807 6
XY 1763 1292 1024 1088 1200 1360 1120 1258 1152 1224 1560 1188 1260 1296 936 780 1360 1672 1140 900 624 728 936 1152 1088 896 1088 1296 1156 1520 1496 936 3748 9
123 Pembahasan :
r
N XY ( X )( Y )
=
( N X 2 ( X ) 2 )( N Y 2 ( Y 2 )
32.37489 1090.1094
=
(32.37858 (1090) 2 )(32.38076 (1094) 2 1199648 1192460 (1211456 1188100)(1218432 1196836)
=
Maka
=
7188 (23356)(21596)
=
7188 0,320005 22458,8
rxy =
2.korelasi1 / 2tes 2.0,32005 0,6401 0,485 1 korelasi1 / 2tes 1 0,32005 1,32005
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
didapatkan
rxy = 0,485. Bila skor ini
dibandingkan dengan skor koefisien korelasi tabel 0,311 maka, maka rxy > 0,311 sehingga dapat dikatakan bahwa instrument reliabel.
124
Lampiran 6.RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama sekolah Mata pelajaran Kelas / semeter Alokasi waktu
: MAN I BandarLampung : Fisika : X / ganjil : 2x 45 menit
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi Dasar : Mengukur besaran fisika ( Massa, panjang, dan waktu)
Indikator : setelah selesai pembelajaran, siswa dapat Membaca nilai yang ditunjukkan pada alat ukur dengan tepat. Menggunakan aturan penulisan angka penting dalam menuliskan hasil pengukuran. Menyebutkan besaran pokok dan satuannya Menyebutkan besaran turunan dan satuannya I.Tujuan Pembelajaran :
Melalui percobaan siswa dapat menggunakan dan membaca nilai yang ditunjukkan pada alat ukur dengan tepat.
Melalui analisis hasil percobaan siswa dapat menuliskan hasil pengukuran dengan menggunakan aturan angka penting dan menyebutkan macam besarannya baik besaran pokok, turunan serta satuannya.
II.Materi pokok :
Pengukuran, angka penting, besaran pokok dan turunan serta satuannya.
III. Metoda pembelajaran : Eksperimen Diskusi Tugas ( Individu / kelompok ) IV. Media Pembelajaran : Alat ukur panjang, massa dan waktu Lembar kegiatan percobaan dan lembar pengamatan.
125 Kegiatan pembelajaran untuk pembelajaran dengan pendekatan individual :
No Kegiatan guru I Kegiatan awal : 1.Memberi salam 2.Appersepsi 3. Memberi motivasi 4. Menyiapkan alat II
III
Kegiatan inti : 1. Memberikan LKS untuk dipelajarai secara individu 2. Membimbing secara individu untuk melakukan percobaan 3. Membimbing cara merangkai alat secara bersama sama 4. Membimbing analisis data . 5. Membimbing pengerjaan Lembar kegiatan dan pengamatan secara individu. 6. Memberikan tugas untuk membuat laporan individu dari hasil percobaan 7. Penguatan / kesimpulan
Penutup 1. Memberikan umpan balik 2. Evaluasi 3. salam penutup
Kegiatan siswa 1. 2. 3. 4.
menjawab salam mendengarkan memperhatikan memperhatikan
1. Mempelajari isi LKS 2. Melakukan percobaan 3. Memperhatikan dan mengamati serta kemudian melakukan secara individu . 4. Mengerjakan lembar kegiatan dan pengamatan secara individu. 5. Membuat laporan individu dan kesimpulan 1. Memperhatikan 2. Mengerjakan soal / menjawab pertanyaan 3. Menjawab salam
waktu
5 menit
65 menit
20 menit
126 Kegiatan pembelajaran untuk pembelajaran dengan pendekatan kelompok :
No Kegiatan guru I Kegiatan awal : 1.Memberi salam 2.Appersepsi 3. Memberi motivasi 4. Menyiapkan alat II
III
Kegiatan inti : 5.Memberikan LKS untuk dipelajarai secara kelompok 6.Membimbing secara kelompok untuk melakukan percobaan 7.Membimbing cara merangkai alat secara bersama sama 8.Membimbing analisis data secara kelompok 9.Membimbing pengerjaan Lembar kegiatan dan pengamatan secara kelompok 10.Memberikan tugas untuk membuat laporan kelompok dari hasil percobaan 11.Penguatan / kesimpulan Penutup 4. Memberikan umpan balik 5. Evaluasi 6. salam penutup
Kegiatan siswa
waktu
1.menjawab salam 2.mendengarkan 3.memperhatikan 4.menyiapkan alat.
5 menit
5.Mempelajari isi LKS 6.Melakukan percobaan 7.Memperhatikan dan mengamati serta kemudian melakukan secara kelompok. 8.Mengerjakan lembar kegiatan dan pengamatan secara kelompok 9.Membuat laporan kelompok dan kesimpulan
4. Memperhatikan 5. Mengerjakan soal / menjawab pertanyaan 6. Menjawab salam
65 menit
20 menit
V. Alat , Bahan dan Sumber belajar Jangka sorong, micrometer scrub,mistar, neraca, jam/ stopwatch. VI. Sumber : Buku Fisika kelas X : Efrizon Umar ,Ganeca Exact ,Bandung Buku Fisika Kelas X : Edi Istiono ,Intan Pariwara , Klaten Buku Fisika Kelas X : Marten Kanginan , Erlangga ,Jakarta LKS dan Lembar pengamatan Alat – alat yang dipakai untuk percobaan. VII. Penilaian : Penilaian menggunakan soal – soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal .
127 Lampiran 7:
BAHAN AJAR BESARAN DAN SATUAN
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi Dasar : Mengukur besaran fisika ( Massa, panjang, dan waktu) Materi
: Besaran Pokok, besaran turunan dan angka penting.
1.1 Besaran Pokok Pengenalan besaran pokok meliputi massa, panjang, waktu, suhu, kuat arus, kuat cahaya, dan mol dengan penekanan pada massa, panjang dan waktu.
Besaran dalam fisika digunakan untuk membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Besaran pokok merupakan suatu besaran fisika yang satuannya telah ditetapkan lebih dahulu.Dalam sistem internasional (SI) dikenal 7 besaran pokok yaitu : Panjang, massa, waktu, kuat arus, suhu, intensitas cahaya, dan mole.
Satuan adalah suatu patokan ( standar) yang digunakan untuk menyatakan suatu besaran. Satuan – satuan besaran pokok dalam SI adalah :
No
Besaran pokok
Satuan pokok
simbol
1
Panjang
Meter
M
2
Massa
Kilogram
Kg
3
Waktu
Sekon
S
4
Arus listrik
Ampere
A
5
Suhu
Kelvin
K
6
Jumlah zat
Mol
Mole
7
Intensitas cahaya
Kandela
Cd
128 1.2. Besaran turunan Besaran turunan adalah besaran yang satuannya ditetapkan berdasarkan satuan – satuan besaran pokok. Satuan pada besaran turunan disebut satuan turunan. Contoh beberapa besaran turunan dan satuannya : No
Besaran turunan
Satuan
1
Luas
m2
2
Volume
m3
3
Massa jenis
kg/m3 = kg m-3
4
Kecepatan
m/s = m s-1
5
Percepatan
m/s2 = m s-2
6
Gaya
kg m/s2 = Newton
7
Tekanan
kg m-1s-2 = pascal
8
Usaha
kg m2 s-2 = joule
9
Daya
kg m2 s3 = watt
10
Energi
kg m2 s-2 = joule
1.3 Pengukuran dan Alat ukur
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan antara besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang digunakan sebagai patokan. Berbagai alat ukur yang dijumpai dalam kehidupan sehari – hari seperti : penggaris, gelas ukur, ampermeter, neraca, thermometer, stopwatch, speedometer, jangka sorong, micrometer skrup, neraca pegas dan lainnya.
Batas ukur adalah nilai maksimum yang dapat diukur dengan alat ukur tersebut. Misalnya batas ukur suatu mistar adalah 30 cm, artinya alat ukur ini hanya mampu mengukur panjang sampai 30 cm.
Ketelitian alat ukur adalah ukuran terkecil yang dapat diukur oleh alat alat ukur tersebut dengan teliti. Misalnya ketelitian micrometer 0,01 mm artinya alat ini hanya mampu mengukur panjang sampai dua decimal dalam mm.
129 Ketelitian mistar, jangka sorong, dan micrometer scrub berturut- turut adalah : 1mm ; 0,1 mm dan 0,01 mm. Sebelum melakukan pengukuran, maka kita harus memilih dengan tepat alat ukur yang hendak diukur agar mendapatkan hasil pengukuran sesuai dengan yang diinginkan.
1.4 Angka Penting Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari proses pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka terakhir yang ditaksir nilainya. Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan memperhatikan aturan angka penting hanya boleh mempunyai satu angka taksiran . Banyaknya angka penting pada hasil pengurangan dan penjumlahanditentukan oleh bilangan dengan angka yang paling sedikit dibelakang koma. Contoh : 1,83 + 7,134 = 8,964 , maka hasilnya dapat ditulis 8,96
Hasil operasi perkalian dan pembagian bilangan akan menghasilkan bilangan dengan angka penting yang sama banyaknya dengan angka penting yang sama banyaknya dengan bilangan yang mempunyai angka penting paling sedikit. Contoh : 2,47 x 1,4 = 3,458 maka hasilnya dapat ditulis 3,5 . 2,45 : 1,4 = 1,75 maka hasilnya dapat ditulis 1,8 Angka 2,47 mempunyai jumlah angka penting 3, dikalilakn dengan1,4 yang memiliki jumlah angka penting 2 (lebih sedikit) maka hasil perkaliannya memiliki jumlah angka penting 2 yaitu 3,5. ( ingat aturan pembulatan )
Hasil operasi akar dan pemangkatan sebuah bilangan yang mempunyai angka penting tertentu akan menghasilkan bilangan dengan jumlah angka penting yang sama dengan jumlah angka penting bilangan yang diakarkan atau dipangkatkan. Contoh :
0,25 = 0,50 dan
225 = 15,0 serta ( 0,25)2 = 0,0625 = 0,062
Ket : akar 0,25 mempunyai jumlah angka penting 3, maka hasilnya juga harus mempunyai jumlah angka penting 3 yaitu 0,50. Demikian juga kuadrat dari 0,25.
130 Lampiran 8: LEMBAR KEGIATAN EKSPERIMEN I. Judul
: Pengukuran
II. standar Kompetensi : Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. III. Kompetensi Dasar : Mengukur besaran panjang, massa dan waktu. IV. Tujuan : setelah selesai melakukan percobaan, diharapkan siswa dapat : 1. Menggunakan alat ukur dengan tepat 2. Membaca hasil pengukuran 3. Menuliskan hasil pengukuran dengan menggunakan alturan angka penting 4. Menuliskan satuan dari besaran dengan tepat. V. Alat dan Bahan: Alat Mistar Jangka sorong Arloji , stopwatch Timbangan atau neraca
Bahan meja, buku, kotak pensil, uang logam, spidol, pipa paralon, batu
VI. Cara kerja: 1. Ukurlah benda- benda yang tersedia dengan menggunakan alat ukur yang tepat 2. Masukkan data yang kamu peroleh dalam tabel berikut. No 1
Yang diukur Alat ukur Panjang, lebar,luas meja
2.
Tebal buku dan kotak pensil
3.
Diameter uang logam
4
Panjang spidol
5
Diamter dalam paralon
6
Massa koin dan batu
7
Lama aktivitas
Hasil pengukuran
Satuan
VII. Pertanyaan Jelaskan dengan kata-katamu sendiri bagaimana cara melakukan pengukuran yang baik.
131 Lampiran 10: SOAL TES REMEDIAL Mata Pelajaran
: FISIKA
Kelas.Semester
: X/Ganjil
Stabdar kompetensi
: Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya.
Materi
: Pengukuran, kebesaran dan satuan, angka penting.
Pilih jawaban yang paling tepat 1. Perhatian gambar berikut hasil pengukuran yang ditunjukkan alat adalah.....cm a. 9,50
d. 95,0
b. 8,85
e. 59,0
e. 88,0
2. Posisi skala mikrometer skrup ditunjukkan seperti gambar berikut, maka hasil pengukurannya adalah .....mm a. 10,00
d. 1,45
b. 10,95
e. 45,00
e. 10,45
3. Ketelitian mistar ukur, jangka sorong, mikrometer secara berurutan adalah ..... a. 1 ; 0,1 ; 0,01 mm b. 1 ; 0,01; 0,01 mm c. 1 ; 0,4 ; 0,1 mm d. 0,1 ; 0,01; 0,01 mm e. 0,5 ; 0,1 ; 0,001 mm 4. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kedalaman sebuah lubang baut pada komponen mobil yang diameternya 1 cm ialah ..... a. mikrometer
d. neraca
b. jangka sorong
e. meteran gulung
c. mistar ukur 5. Segala sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka-angka disebut....
132 a. besaran
d. pengukuran
b. satuan
e. pembanding
c. standar 6. Salah satu besaran dalam fisika yang dikelompokkan sebagai besaran pokok adalah ..... a. massa jenis
d. tekanan
b. daya
e. energi
c. panjang 7. Di antara kelompok besaran berikut yang termasuk besaran pokok adalah a. panjang, berat, waktu. b. panjang, massa, muatan listrik. c. suhu, kuat arus, energi. d. suhu, kuat arus, waktu. e. suhu, tekanan, jumlah zat 8. Di antara kelompok besaran di bawah ini yang semuanya terdiri dari besaran turunan adalah ..... a. kuat arus, massa, gaya b. suhu, massa, volume c. waktu, momentum, percepatan d. usaha, momentum, percepatan e. kecepatan, suhu, jumlah zat 9. Satuan momentum adalah ..... a. kg/s
d. kg.m2/s
b. kg.m/s
e. kg.m2/s2
c. kg.m/s2 10. Dalam SI satuan kalor adalah ..... a. kalori
d. derajat
b. Joule
e. ohm
e. watt
133 11. Jika rumus kecepatan adalah jarak dibagi waktu (v = s/t) maka satuan kecepatan adalah ..... a. m/s2
d. Kg/s
b. m detik
e. m/s
e. watt 12. Seorang anak mengukur panjang meja dan diperoleh angka 0,650 meter. Jumlah angka penting pada hasil pengukuran tersebut adalah ..... a. 6
d. 3
b. 5
e. 2
c. 4 13. Sebuah kotak diukur dan diperoleh lebarnya 12,3 cm dan panjangnya 125,5 cm. Luas kotak mempunyai angka penting sebanyak ..... a. 6
d. 3
b. 5
e. 2
c. 4 14. Pengukuran alas dan tinggi sebuah penggaris berbentuk segitiga dengan mistar ingsut memberikan hasil pengukuran 12,55 dan 3,50 cm. Luas segitiga tersebut adalah a. 21,9 cm2
d. 21,9625 cm2
b. 21,96 cm2
e. 22 cm2
c. 21,963 cm2 15. Pengukuran sisi sebuah persegi adalah 17,6 cm. Luas persegi tersebut adalah a. 309,76 cm2
d. 310,10 cm2
b. 309,8 cm2
e. 311 cm2
c. 310 cm2 16. Sebuah kubus logarn mernpunyai massa 3710 g dan volumenya 440 cm3. Massa jenis logam tersebut adalah ..... a. 8,4318 g/cm3
d. 8,4 g/cm3
b. 8,432 g/cm3
e. 8,0 g/cm3
c. 8,43 g/cm3
134 17. Satu kilometer sama dengan . . a. 104 centimeter
d. 105 milimeter
b. 109 mikrometer
e. 104 meter
c. 10-1 dekameter 18. Massa jenis air raksa 13,6 gram/cm3 yang dalam SI sama dengan . . . a. 136.000 kg/m3
d. 136 kg/m3
b. 13.600 kg/m3
e. 13,6 kg/m3
c. 1.360 kg/m3 19. Pada pengukuran tinggi benda, diperoleh hasil pengukuran 0,08070 m. Banyaknya angka penting hasil pengukuran tersebut ialah ..... a. dua
d. lima
b. tiga
e. enam
c. empat 20. Dari pengukuran besaran-besaran fisika diperoleh hasil sebagai berikut: (1) 0,00350 m (2) 148 volt (3) 12,5 s (4) 1,00 x 10 kg Yang memiliki tiga angka penting adalah ..... a. (1) dan (2)
d. (4) saja
b. (2) dan (4)
e. semuanya
c. (1), (2) dan (4) 21.Dibawah ini yang merupakan besaran pokok dalam system SI adalah … a.Kologram dan watt
d. meter dan celcius
b.kilogram dan celcius
e. celcius dan watt
c.meter dan detik 22. Seorang anak mengukur panjang tali dan diperoleh angka 0,50300 m.Jumlah angka penting dari hasil pengukuran tersebut adalah … a.2
d. 5
b.3
e. 6
c.4
135 23. Tujuh kelereng yang sejenis massanya sama yaitu 8,35 gram. Maka jumlah massa seluruh kelereng adalah …gram a.58
d.58,45
b.58,4
e. 58,50
c.58,5 24.Alat ukur yang tepat kita gunakan ketika mengukur massa benda adalah … a. jangka sorong
d.mikrometer scrub
b. neraca ohous
e. gelas ukur
c. thermometer 25. Satuan tekanan dalam SI adalah … a. atmosfer
d.cmHg
b.pascal
e.mmHg
c.newton 26. Energi kinetic suatu benda yang dalam SI dinyatakan dalam Joule, adalah … a. kg m2 s-2
d.kg m-2 s
b. kg m s-2
e.kg-1 m2 s-2
c. kg m-1 s2 27. Besaran yang memiliki satuan m s-1 adalah … a. Kecepatan
d. percepatan
b. usaha
e. gaya
c.perpindahan 28. Hasil pembulatan dalam dua angka penting dari 0,03531 adalah … a. 0,3
d.0,0035
b. 0,03
e. 0,035
c. 0,036 29.Hasil perkalian antara 0,53 dengan 2,89 adalah … a. 1,5317
c. 1,5
b.1,53
d.1,531
e. 1,5
30. Banyaknya angka penting pada angka 2,3.10-7 adalah …angka penting a. tiga
c. dua
b. tujuh
d. satu
e. empat
136 KUNCI JAWABAN
1. B
16. C
2. E
17. B
3. A
18. B
4. B
19. C
5. D
20. E
6. C
21. C
7. D
22. D
8. D
23. B
9. B
24. B
10. B
25. B
11. E
26. B
12. D
27. A
13. D
28. A
14. A
29. E
15. C
30. C
137 Lampiran 11. VALIDITAS BUTIR SOAL 1.Validitas soal nomor 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
Koef.Korelasi r
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 21
2
Y 17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
X 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 21
0,44
Untuk menghitung validitas digunakan rumus :
r =
N XY ( X )( Y )
( N X 2 ( X ) 2 )( N Y 2 ( Y ) 2 )
2
Y 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 23 0 15 0 22 0 17 0 0 18 0 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 0 0 15 22 0 0 392
138
32.392 21.589 2
r=
((32)(21) (21) 2 )(32.11197 (589)
r ==
175 175 175 0,44 (231)(700) 161700 402
175 (231)(358304 357604)
139 2. Validitas soal nomor 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r =
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 21
0,547920436
Y 17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
2
X 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 21
2
Y 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 23 0 15 0 22 0 17 0 0 18 0 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 0 0 15 22 0 0 392
140
3. Validitas soal nomor 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
Koef. Korelasi r
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 12
Y 17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
2
X 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 12
0,408990017
2
Y 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 0 0 0 18 0 0 17 0 0 0 18 20 20 0 0 0 20 0 0 0 28 0 23 18 0 21 0 22 0 0 242
141
4. Validitas soal nomor 4 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 11
2
Y X 17 1 16 0 23 0 15 0 15 0 18 1 22 0 19 0 17 1 20 0 21 0 18 0 18 0 20 1 20 1 12 0 20 0 13 0 20 1 20 0 18 0 15 1 28 1 16 0 23 1 18 0 20 0 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 11 0,365696106
2
Y 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 0 0 0 18 0 0 17 0 0 0 0 20 20 0 0 0 20 0 0 15 28 0 23 0 0 21 0 22 0 0 221
142
5. Validitas soal nomor 5 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 11
2
Y X 17 1 16 0 23 0 15 0 15 0 18 1 22 0 19 0 17 1 20 0 21 0 18 0 18 1 20 1 20 1 12 0 20 0 13 0 20 1 20 0 18 0 15 0 28 1 16 0 23 1 18 0 20 0 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 11 0,424898173
2
Y 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 0 0 0 18 0 0 17 0 0 0 18 20 20 0 0 0 20 0 0 0 28 0 23 0 0 21 0 22 0 0 224
143
6. Validitas soal nomor 6 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 25
Y X^2 17 1 16 1 23 1 15 1 15 1 18 1 22 1 19 1 17 0 20 1 21 1 18 1 18 1 20 1 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 1 18 1 15 0 28 1 16 0 23 1 18 0 20 1 21 0 15 1 22 1 14 1 15 1 589 25 0,381892714
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 16 23 15 15 18 22 19 0 20 21 18 18 20 20 0 20 0 20 20 18 0 28 0 23 0 20 0 15 22 14 15 477
144 7. Validitas soal nomor 7 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r =
N X 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 32 12 0,505792388
Y 17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
X^2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 12
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 23 0 0 18 0 0 17 0 0 0 18 20 20 0 0 0 20 0 0 0 28 0 23 0 0 21 0 22 0 0 247
145 8. Validitas soal nomor 8
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r =
N X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 26 0,390643127
Y 17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
X^2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 16 23 15 0 18 22 0 17 0 21 18 0 20 20 12 20 0 20 20 18 0 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 489
146
9. Validitas soal nomor 9 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r =
N X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 32 25 0,381892714
Y 17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
X^2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 25
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 16 23 15 15 18 22 19 0 20 21 18 18 20 20 0 20 0 20 20 18 0 28 0 23 0 20 0 15 22 14 15 477
147 10. Validitas soal nomor 10 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r =
N X 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 32 20 0,545157
Y 17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
X^2 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 20
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 0 15 0 18 22 19 0 20 21 0 0 20 20 0 20 13 0 20 0 15 28 16 23 0 0 21 0 22 14 15 379
148 11. Validitas soal nomor 11 No No Responden N 1 1 1 2 2 1 3 3 1 4 4 1 5 5 1 6 6 1 7 7 1 8 8 1 9 9 1 10 10 1 11 11 1 12 12 1 13 13 1 14 14 1 15 15 1 16 16 1 17 17 1 18 18 1 19 19 1 20 20 1 21 21 1 22 22 1 23 23 1 24 24 1 25 25 1 26 26 1 27 27 1 28 28 1 29 29 1 30 30 1 31 31 1 32 32 1 Jumlah 32 Koef. Korelasi r 0,3642 82103
X
Y 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
X^2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 16 23 0 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 0 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 542
149
12. Validitas soal nomor 12 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 21
Y X^2 17 1 16 0 23 1 15 0 15 0 18 1 22 0 19 1 17 1 20 0 21 0 18 1 18 0 20 1 20 1 12 1 20 1 13 1 20 1 20 0 18 1 15 0 28 1 16 1 23 1 18 1 20 0 21 1 15 1 22 1 14 1 15 0 589 21 0,404920436
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 23 0 0 18 0 19 17 0 0 18 0 20 20 12 20 13 20 0 18 0 28 16 23 18 0 21 15 22 14 0 392
150
13. Validitas soal nomor 13
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 11
Y X^2 17 1 16 0 23 0 15 0 15 0 18 1 22 0 19 0 17 1 20 0 21 0 18 0 18 1 20 1 20 1 12 0 20 0 13 0 20 1 20 0 18 0 15 0 28 1 16 0 23 1 18 0 20 0 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 11 0,424898173
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 0 0 0 18 0 0 17 0 0 0 18 20 20 0 0 0 20 0 0 0 28 0 23 0 0 21 0 22 0 0 224
151 14. Validitas soal nomor 14
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 23
Y X^2 17 1 16 0 23 1 15 0 15 1 18 0 22 1 19 1 17 0 20 1 21 0 18 1 18 0 20 1 20 1 12 1 20 1 13 1 20 1 20 1 18 1 15 1 28 1 16 0 23 1 18 0 20 1 21 1 15 0 22 1 14 1 15 1 589 23 0,32993855
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 23 0 15 0 22 19 0 20 0 18 0 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 0 23 0 20 21 0 22 14 15 435
152
15. Validitas soal nomor 15 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 19
Y X^2 17 1 16 1 23 1 15 0 15 1 18 0 22 1 19 1 17 0 20 1 21 1 18 0 18 0 20 0 20 0 12 0 20 1 13 0 20 1 20 1 18 1 15 0 28 1 16 1 23 1 18 0 20 1 21 0 15 0 22 1 14 1 15 1 589 19 0,367966532
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 16 23 0 15 0 22 19 0 20 21 0 0 0 0 0 20 0 20 20 18 0 28 16 23 0 20 0 0 22 14 15 369
153
16. Validitas soal nomor 16 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 22
Y X^2 17 0 16 1 23 1 15 1 15 1 18 0 22 1 19 1 17 0 20 1 21 1 18 1 18 0 20 1 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 1 18 1 15 0 28 1 16 1 23 1 18 0 20 1 21 1 15 1 22 1 14 0 15 0 589 22 0,54724044
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 16 23 15 15 0 22 19 0 20 21 18 0 20 20 0 20 0 20 20 18 0 28 16 23 0 20 21 15 22 0 0 432
154
17. Validitas soal nomor 17 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 22
Y X^2 17 1 16 1 23 1 15 0 15 1 18 1 22 0 19 1 17 1 20 1 21 0 18 1 18 1 20 1 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 1 18 1 15 0 28 1 16 0 23 1 18 1 20 1 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 22 0,527019085
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 16 23 0 15 18 0 19 17 20 0 18 18 20 20 0 20 0 20 20 18 0 28 0 23 18 20 21 0 22 0 0 431
155 18. Validitas soal nomor 18 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 12
Y X^2 17 1 16 0 23 0 15 0 15 0 18 1 22 0 19 0 17 1 20 0 21 0 18 0 18 1 20 1 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 0 18 0 15 0 28 1 16 0 23 1 18 0 20 0 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 12 0,447710965
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 0 0 0 18 0 0 17 0 0 0 18 20 20 0 20 0 20 0 0 0 28 0 23 0 0 21 0 22 0 0 244
156 19. Validitas soal nomor 19 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 18
Y X^2 17 0 16 1 23 1 15 1 15 0 18 1 22 1 19 0 17 1 20 1 21 1 18 0 18 1 20 1 20 0 12 0 20 0 13 1 20 0 20 1 18 1 15 0 28 1 16 1 23 0 18 0 20 1 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 18 0,315291758
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 16 23 15 0 18 22 0 17 20 21 0 18 20 0 0 0 13 0 20 18 0 28 16 0 0 20 21 0 22 0 0 348
157
20. Validitas soal nomr 20 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 11
Y X^2 17 0 16 1 23 0 15 0 15 0 18 0 22 1 19 0 17 1 20 0 21 1 18 0 18 0 20 0 20 0 12 0 20 0 13 0 20 1 20 0 18 1 15 0 28 1 16 0 23 1 18 0 20 1 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 11 0,503834264
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 16 0 0 0 0 22 0 17 0 21 0 0 0 0 0 0 0 20 0 18 0 28 0 23 0 20 21 0 22 0 0 228
158 21. Validitas soal nomor 21 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 11
Y X^2 17 1 16 0 23 0 15 0 15 0 18 1 22 0 19 0 17 1 20 0 21 0 18 0 18 1 20 1 20 1 12 0 20 0 13 0 20 1 20 0 18 0 15 0 28 1 16 0 23 1 18 0 20 0 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 11 0,424898173
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 0 0 0 18 0 0 17 0 0 0 18 20 20 0 0 0 20 0 0 0 28 0 23 0 0 21 0 22 0 0 224
159
22. Validitas soal nomor 22 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 13
Y X^2 17 0 16 0 23 0 15 0 15 1 18 1 22 1 19 1 17 1 20 1 21 0 18 0 18 0 20 0 20 0 12 1 20 0 13 0 20 1 20 0 18 0 15 0 28 1 16 0 23 1 18 0 20 1 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 13 0,338147526
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 0 0 0 15 18 22 19 17 20 0 0 0 0 0 12 0 0 20 0 0 0 28 0 23 0 20 21 0 22 0 0 257
160
23. Validitas soal nomor 23 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 19
Y X^2 17 1 16 0 23 1 15 0 15 1 18 0 22 1 19 0 17 1 20 1 21 1 18 0 18 0 20 1 20 1 12 0 20 1 13 0 20 0 20 1 18 1 15 0 28 1 16 1 23 0 18 1 20 1 21 1 15 1 22 0 14 0 15 1 589 19 0,310714041
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 23 0 15 0 22 0 17 20 21 0 0 20 20 0 20 0 0 20 18 0 28 16 0 18 20 21 15 0 0 15 366
161
24. Validitas soal nomor 24 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 18
Y X^2 17 0 16 0 23 1 15 0 15 0 18 1 22 1 19 0 17 1 20 1 21 0 18 1 18 0 20 0 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 1 18 0 15 1 28 1 16 1 23 0 18 1 20 1 21 1 15 0 22 1 14 1 15 0 589 18 0,390867311
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 0 23 0 0 18 22 0 17 20 0 18 0 0 20 0 20 0 20 20 0 15 28 16 0 18 20 21 0 22 14 0 352
162 25. Validitas soal nomor 25 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 15
Y X^2 17 0 16 1 23 0 15 1 15 0 18 0 22 1 19 1 17 0 20 1 21 1 18 0 18 0 20 0 20 1 12 0 20 0 13 0 20 0 20 0 18 0 15 1 28 1 16 0 23 1 18 1 20 1 21 0 15 1 22 1 14 0 15 1 589 15 0,242410593
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 16 0 15 0 0 22 19 0 20 21 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 15 28 0 23 18 20 0 15 22 0 15 289
163 26. Validitas soal no,or 26 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 22
Y X^2 17 0 16 1 23 1 15 1 15 1 18 0 22 1 19 1 17 0 20 1 21 1 18 1 18 0 20 1 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 1 18 1 15 0 28 1 16 1 23 1 18 0 20 1 21 1 15 1 22 1 14 0 15 0 589 22 0,54724044
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 16 23 15 15 0 22 19 0 20 21 18 0 20 20 0 20 0 20 20 18 0 28 16 23 0 20 21 15 22 0 0 432
164 27. Validitas soal nomor 27. No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 13
Y X^2 17 1 16 0 23 1 15 0 15 0 18 1 22 0 19 0 17 1 20 0 21 0 18 0 18 1 20 1 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 0 18 0 15 0 28 1 16 0 23 1 18 0 20 0 21 1 15 0 22 1 14 0 15 0 589 13 0,528989163
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 17 0 23 0 0 18 0 0 17 0 0 0 18 20 20 0 20 0 20 0 0 0 28 0 23 0 0 21 0 22 0 0 267
165 28. Validitas soal nomor 28 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 18
Y X^2 17 0 16 0 23 1 15 0 15 0 18 1 22 1 19 0 17 1 20 1 21 0 18 1 18 0 20 0 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 1 18 0 15 1 28 1 16 1 23 0 18 1 20 1 21 1 15 0 22 1 14 1 15 0 589 18 0,390867311
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 0 23 0 0 18 22 0 17 20 0 18 0 0 20 0 20 0 20 20 0 15 28 16 0 18 20 21 0 22 14 0 352
166 29. Validitas soal nomor 29
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah Koef. Korelasi r No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
X 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 18
Y X^2 17 0 16 0 23 1 15 0 15 0 18 1 22 1 19 0 17 1 20 1 21 0 18 1 18 0 20 0 20 1 12 0 20 1 13 0 20 1 20 1 18 0 15 1 28 1 16 1 23 0 18 0 20 1 21 1 15 0 22 1 14 1 15 0 589 18 0,320867311
Y^2 289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
XY 0 0 23 0 0 18 22 0 17 20 0 18 0 0 20 0 20 0 20 20 0 15 28 16 0 18 20 21 0 22 14 0 352
167
30. Validitas soal nomor 30 No
No Responden
N
X
Y
X^2
Y^2
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 11
17 16 23 15 15 18 22 19 17 20 21 18 18 20 20 12 20 13 20 20 18 15 28 16 23 18 20 21 15 22 14 15 589
0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 11
289 256 529 225 225 324 484 361 289 400 441 324 324 400 400 144 400 169 400 400 324 225 784 256 529 324 400 441 225 484 196 225 11197
0 16 0 0 0 0 22 0 17 0 21 0 0 0 0 0 0 0 20 0 18 0 28 0 23 0 20 21 0 22 0 0 228
N XY ( X )( Y )
r =
( N X 2 ( X ) 2 )( N Y 2 ( Y ) 2 )
32.228 (11)(589) (32.11 11 )(32.11197) (589) 2
=
r
=
817 (231)(11383
2
7296 6479 (352 121)(358304 346921)
817 817 0,504 2629473 1621
168
REKAPITULASI HASIL ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL No soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
r hitung 0,44 0,55 0,41 0,37 0,42 0,38 0,51 0,39 0,38 0,54 0,36 0,40 0,42 0,33 0,37 0,55 0,53 0,45 0,32 0,50 0,42 0,34 0,31 0,39 0,24 0,55 0,53 0,39 0,32 0,50
r tabel 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31
Keterangan Valid Valid Valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
169 Lampiran 12: RELIABILITAS TES Metode Belah Dua No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
Jumlah jawaban ganjil ( x) 7 9 11 7 9 10 10 10 9 10 11 8 10 12 11 5 9 7 10 10 9 5 14 8 11 9 10 10 7 9 5 7
Jumlah jawaban genap (y) 10 7 12 8 6 8 12 9 8 10 10 10 3 8 9 7 11 6 10 10 9 10 14 8 12 9 10 11 8 13 9 8
X 49 81 121 49 81 100 100 100 81 100 121 64 100 144 121 25 81 49 100 100 81 25 196 64 121 81 100 100 49 81 25 49
Y 100 49 144 64 36 64 144 81 64 100 100 100 9 64 81 49 121 36 100 100 81 100 196 64 144 81 100 121 64 169 81 64
XY 70 63 132 56 54 80 120 90 72 100 110 80 30 96 99 35 99 42 100 100 81 50 196 64 132 81 100 110 56 117 45 56
289
295
2739
2871
2716
2
2
170 Pembahasan :
r
r
Maka
N XY ( X )( Y )
=
=
r
=
r
=
( N X 2 ( X ) 2 )( N Y 2 ( Y 2 )
32.2716 289.295 ((32)(2739) (289) 2 )(32(2871) (295) 2 ) 86912 85255 ((87648) (83521))((91872) (87025)) 1657 (4127)(4847)
rxy =
1657 1657 0,37 20003569 4472,5
2.korelasi1 / 2tes 2.0,37 0,74 0,54 1 korelasi1 / 2tes 1 0,37 1,37
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
didapatkan
rxy = 0,54. Bila skor ini
dibandingkan dengan skor koefisien korelasi tabel 0,311 maka, maka rxy > 0,311 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen memiliki reliabilitas tinggi.
171 Lampiran 14: Pengujian Normalitas Untuk pembelajaran Individual 1. Uji normalitas data untuk remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual. Tabel distribusi frekuensi interval
Frekuensi
65 -69
2
70 -74
4
75 -79
5
80 84
5
85 -89
2
90 - 94
2
Tabel perhitungan Chi kuadarat interval
f0
fh
(f0 –fh)
(f0 –fh)2
( f0 fh )2 fh
63 - 66
2
0,5
1,5
2,25
4,50
67-70
4
2,7
1,3
1,69
0,63
71-74
5
6,8
-1,8
3,24
0,48
75-78
5
6,8
-1,8
3,24
0,48
79-80
2
2,7
-0,7
0,49
0,18
83-86
2
0,5
1,5
2,25
4,50
jumlah
20
0
13,16
10,77
Harga fh = 2,7% x 20 = 0,5; 13,34% x 20 = 2,7; 33,96% x 20 = 6,8
172 Dari tabel tersebut didapat Chi Kuadrat hitung = 10,77.Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga chi kuadrat tabel dengan dk =6-1 = 5dan taraf kesalahan 5% adalah 11,07 maka Chi kuadrat hitung < dari Chi Kuadart tabel (10,77 < 11,07) maka distribusi data adalah normal.
173 Lampiran 15: Pengujian Normalitas Untuk pembelajaran Kelompok 1. Uji normalitas data untuk remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan kelompok. Tabel distribusi frekuensi interval
Frekuensi
63 - 66
2
67-70
6
71-74
5
75-78
4
79-80
2
83-86
1
Tabel perhitungan Chi kuadrat Interval
f0
fh
(f0 –fh)
(f0 –fh)2
( f0 fh )2 fh
63 - 66
2
0,5
1,5
2,25
4,50
67-70
6
2,7
3,3
10,89
4,03
71-74
5
6,8
-1,8
3,24
0,48
75-78
4
6,8
-2,8
7,84
1,15
79-80
2
2,7
-0,7
0,49
0,18
83-86
1
0,5
0,5
0,25
0,5
jumlah
20
0
45
10,84
Harga fh = 2,7% x 20 = 0,5; 13,34% x 20 = 2,7; 33,96% x 20 = 6,8
174 Dari tabel tersebut didapat Chi Kuadrat hitung = 10,84.Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga chi kuadrat tabel dengan dk =6-1 = 5dan taraf kesalahan 5% adalah 11,07 maka Chi kuadrat hitung < dari Chi Kuadart tabel (10,84 < 11,07) maka distribusi data adalah normal.
175 Tabel 4.10 Analisis interaksi antara pendekatan pembelajaran individual dan kelompok Dengan pengetahuan prasyarat : NO INDIVIDUAL Prasyrt tinggi 2 X1 X1 1 74 5476 2 74 5476 3 74 5476 4 76 5776 5 80 6400 6 82 6724 7 85 7225 8 85 7225 9 90 8100 10 90 8100 11 12 13 Jml 810 65978 jml n1 = 10 n
KELOMPOK Prasyrt tinggi 2 X3 X3 67 4489 67 4489 70 4900 72 5184 72 5184 76 5776 85 7225
Jumlah total Prasyrt rendah 2 2 X4 X4 X X 80 6400 286 20590 72 5184 278 19374 80 6400 291 21265 74 5476 289 20925 70 4900 292 21384 70 4900 298 22300 80 6400 320 25750 70 4900 229 17601 65 4225 220 16550 65 4225 229 17801 63 3969 63 3969 64 4096 64 4096 63 3969 63 3969 687 47305 509 37247 916 65044 2922 215574 n2 = 10 n3 = 7 n4 = ∑n = 40 13
Prasyrt rendah 2 X2 X2 65 4225 65 4225 67 4489 67 4489 70 4900 70 4900 70 4900 74 5476 65 4225 74 5476
7) JK tot = ∑X2tot -
( Xtot) 2 N
= 215574 -
(2922) 2 = 215574 – 21 3452,2 40
= 2121,9 8) Jk ant =
=
( X 1 ) 2 n1
( X 2 ) 2 n2
+
( X 3 ) 2 n3
+
( X 4 ) 2 n4
-
( Xtot) 2 N
(810) 2 (687) 2 (509) 2 (916) 2 (2922) 2 65610 47196,9 37011,57 10 10 7 13 40 64542,77-213452,1 = 214361,24- 213452,1 = 909,14
9) JK dal = Jktot – Jkant = 2121,9 – 909,14 = 1212,76 10) Mk ant =
Jkant 909,14 909,14 303,05 m 1 4 1 3
176
11) Mk dal =
12) Fhit =
Jkdal 1212,76 1212,76 32,78 N m 40 3 37
Mkant 303,05 9,25 Mkdal 32,78
Tabel ringkasan anova hasil perhitungan: Sumber Variasi
dk
Jumlah kuadrat
Mk
Total
40-3 =37
2121,9
-
4-1 = 3
909,14
40-3 = 47
1212,76
Antar kelompok
Dalam kelompok
303, 05
Fhit
Ftabel
9,25
5%= 2,85 1%= 4,34
Keputus an Fhit > Ftabel Hipotesa diterima
Harga Fhit = 9,25. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang m-1 dan penyebut N-m didapatkan dk pembilang = 4-1=3 dan penyebut 40-4= 36. berdasar dk tersebut diketahui Ftabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,85 dan 1% = 4,34 dan ternyata Fhit > Ftabel. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan terdapat interaksi antara pemdekatan pembelajaran dengan pengetahuan prasyarat siswa terbukti.
177 Lampiran 16: Analisis variansi dan t-test nilai remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok untuk 40 siswa. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah rataan S S2
X12 4225 4225 6400 6561 6724 4900 4900 5184 5476 5625 5625 5625 5625 5776 6400 6724 7225 7225 8100 810 120645
X1 65 65 80 81 82 70 70 72 74 75 75 75 75 76 80 82 85 85 90 90 1547 77,35 7,20 51,82
X22 3969 4096 3969 4489 4489 4489 4489 4900 4900 4489 4489 4489 5184 5184 5184 5476 5476 5776 6400 7225 102570
X2 63 64 64 67 67 67 67 70 70 75 75 75 72 72 72 74 74 76 80 85 1428 71,4 5,67 32,15
Untuk menghitung S ( simpangan baku ) dan S2 (variansi) digunakan rumus:
x 2
Sind =
Sind
( x) 2
n 1
=
n
984,55 = 19
S2ind = 51,82
(15470) 2 20 = 20 1
120645 =
51,818 = 7,198 = 7,20
120645 119660,45 19
178
Sklp =
=
x2
( x) 2
n 1
610,8 = 19
n
(1428) 2 20 = 20 1
102570 =
102570 101959,2 19
32,15 = 5,67
S2klp = 32,15 Untuk menentukan homogenitas data digunakan rumus: Fhit =
var isnbesar 51,82 = = 1,61 var iankecil 32,15
Fhit ini kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel dengan dk = n-1 = 20-1=19 untuk taraf signifikan 5% adalah 2,093 dan taraf signifikan 1% adalah 2,061 dengan demikian Fhit < Ftabel dengan demikian varian homogen.
179 Lampiran 17: Analisis t-test untuk remedial secara individual dan kelompok. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah rataan S S2
X12 4225 4225 6400 6561 6724 4900 4900 5184 5476 5625 5625 5625 5625 5776 6400 6724 7225 7225 8100 810 120645
X1 65 65 80 81 82 70 70 72 74 75 75 75 75 76 80 82 85 85 90 90 1547 77,35
X22 3969 4096 3969 4489 4489 4489 4489 4900 4900 4489 4489 4489 5184 5184 5184 5476 5476 5776 6400 7225 102570
X2 63 64 64 67 67 67 67 70 70 75 75 75 72 72 72 74 74 76 80 85 1428 71,4
7,20 51,82
5,67 32,15
Kerena n1 = n2 dan varian homogen dengan dk= n1+n2-2 = 20 + 20 – 2 = 38 maka menurut rumus t-test yang digunakan adalah :
X 1 X 2
thit =
2
2
(Sugiono: 273)
s1 s 2 n1 n2 thit =
X 1 X 2 2
2
s1 s 2 n1 n2 = 2,902
=
77,35 71,40 = 51,82 32,15 20 20
5,95 = 2,591 1,6075
5,95 4,1985
=
5,95 2,05
180 Langkah berikutnya dikonsultasikan dengan ttabel untuk dk 38 adalah 2,021 untuk taraf signifikansi 5% dan 2,704 untuk taraf 1%. Dengan demikian thit > ttabel dan hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan ( yang signifikan) antara remedial melalui pembelajarn dengan pendekatan individual dan kelompok diterima.
181 Lampiran 18: Analisis variansi dan t-test nilai remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok untuk siswa yang tuntas sebanyak 37 siswa: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah rataan S S2
x 2
Sind =
Sind
( x) 2
n 1
=
n
984,55 = 19
S2ind = 51,82
X12 4225 4225 6400 6561 6724 4900 4900 5184 5476 5625 5625 5625 5625 5776 6400 6724 7225 7225 8100 810 120645
X1 65 65 80 81 82 70 70 72 74 75 75 75 75 76 80 82 85 85 90 90 1547 77,35 7,20 51,82
(1547) 2 20 = 20 1
120645 =
51,818 = 7,198 = 7,20
X2 67 67 67 67 70 70 75 75 75 72 72 72 74 74 76 80 85
X22 4489 4489 4489 4489 4900 4900 5625 5625 5625 5184 5184 5184 5476 5476 5776 6400 7225
1238 72,82 4,88 23,78
90536
120645 119660,45 19
182
Sklp =
=
S2klp
x
2
( x) 2
n 1
380,47 = 16
n
=
(1238) 2 90536 17 = 17 1
90536 90155,53 16
23,78 = 4,88
= 23,78
Untuk menentukan homogenitas data digunakan rumus: Fhit =
var isnbesar 51,82 = = = 2,18 var iankecil 23,78
Fhit ini kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel dengan dk pembilang = n-1= 19 adalah 2,093 dan dk penyebut n-1 = 17-1 adalah 2,120 maka selisih Ftabel 2,120 2,093 = 0,0135 2
Ftabel yang dipakai adalah Ftabel yang kecil + selisih Ftabel = 2m093 + 0,0135 = 2,1065 Dengan demikian Fhit > Ttabel maka data adalah homgen.
183 Lampiran 19: Analisis t-test untuk remedial secara individual dan kelompok. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah rataan S S2
X12 4225 4225 6400 6561 6724 4900 4900 5184 5476 5625 5625 5625 5625 5776 6400 6724 7225 7225 8100 810 120645
X1 65 65 80 81 82 70 70 72 74 75 75 75 75 76 80 82 85 85 90 90 1547 77,35 7,20 51,82
X2 67 67 67 67 70 70 75 75 75 72 72 72 74 74 76 80 85
X22 4489 4489 4489 4489 4900 4900 5625 5625 5625 5184 5184 5184 5476 5476 5776 6400 7225
1238 72,82 4,88 23,78
90536
Untuk menentuka t-test karena n1 ‡ n2 dan varian tak homogen, digunakan rumus: thit =
X 1 X 2 (n1 1) s (n2 1) s2 2 1
n1 n2 2
thit =
2
(
1 1 ) n1 n2
77,35 72,82 (20 1)51,82 (17 1)23,78 1 1 ( ) 20 17 2 20 17
184
thit =
=
4,53 = 984,58 380,48 (0,05 0,059) 35
4,53 1365,06 (0,109) 35
4,53 4,53 4,53 = = = 2,19 = 2,2 2,06 39,0(0,109) 4,25
Jika dk= n1+n2-2=35 ternyata ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,04sehingga thit > tabel. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan terdapat perbedaan antara remedial melalui pembelajaran individual dan kelompok dapat diterima.
185 Lampiran 20: Analisis variansi dan homogenitas nilai remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rataan S S2
Sind =
Sind
x2
n 1
=
6,39 40,89
( x) 2 n
X12 5476 5476 5476 5776 6400 6724 7225 7225 8100 8100 65978 6597,8
X1 74 74 74 76 80 82 85 85 90 90 810 81
(810) 2 10 = 10 1
65978 =
368 = 9
X2 67 67 70 72 72 76 85
X22
509 72,7
37247 5321 6,26 39,24
65978 65610 9
40,89 = 6,394
S2ind = 40,89
x 2
Sklp =
( x) 2
n 1
=
235,43 = 6
S2klp
= 39,238
n
(509) 2 7 = 7 1
37247 =
39,238 = 6,264
37247 73011,57 6
186 Untuk menentukan homogenitas data digunakan rumus: Fhit =
var isnbesar 40,89 = = = 1,0421 var iankecil 39,238
Fhit ini kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel dengan dk pembilang = n-1=10-1= 9 adalah 2,262 dan dk penyebut n-1 = 7-1=6 adalah 2,447 maka selisih Ftabel 2,262 2,447 = 0,0925 2
Ftabel yang dipakai adalah Ftabel yang kecil + selisih Ftabel = 2,262 + 0,0925 = 2,35 Dengan demikian Fhit < Ttabel maka varian homgen.
187 Lampir 21: Analisis t-test untuk remedial secara individual dan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rataan S S2
X12 5476 5476 5476 5776 6400 6724 7225 7225 8100 8100 65978 6597,8
X1 74 74 74 76 80 82 85 85 90 90 810 81
X2 67 67 70 72 72 76 85
X22
509 72,7
37247 5321
6,39 40,89
6,26 39,24
Untuk menentukan t-test karena n1 ‡ n2 dan varian homogen, digunakan rumus: thit =
X 1 X 2 (n1 1) s (n2 1) s2 2 1
n1 n2 2
thit =
thit =
=
2
(
1 1 ) n1 n2
81 72,2 (10 1)40,89 (7 1)39,24 1 1 ( ) 10 7 2 10 7
8,3 = 368,01 235,44 (0,243) 15
8,3 8,3 = = 2,66 3,126 9,770
8,3 603,45 (0,243) 15
188 Jika dk= n1+n2-2=10+7-2=15, ternyata ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,131 sehingga thit > tabel, Dengan demikian hipotesis diterima.
189 Lampiran 22: Analisis variansi homogenitas nilai remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 jumlah Rataan S S2
Sind =
Sind
x2
n 1 =
X12 4225 4225 4489 4489 4900 4900 4900 5476 4225 5476
687 68,7
47305 4730,5 3,465 12,1
( x) 2 n
X1 65 65 67 67 70 70 70 74 65 74
(687) 2 10 = 10 1
47305 =
108,1 = 9
X2 80 72 80 74 70 70 80 70 65 65 63 64 63 912 70,2
X22 6400 5184 6400 5476 4900 4900 6400 4900 4225 4225 3969 4096 3969 65044 5003,385 9,415 88,641
47305 47196,9 9
12,01 = 3,465
S2ind = 12,01
x 2
Sklp =
=
S2klp
( x) 2
n 1
n
1063,69 12
= 88,641
(912) 2 13 = 13 1
65044 =
88,641 = 9,415
65044 63980,31 12
190 Untuk menentukan homogenitas data digunakan rumus: Fhit =
var isnbesar 88,641 = = = 7,38 var iankecil 12,01
Fhit ini kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel dengan dk pembilang = n-1=10-1= 9 adalah 2,262 dan dk penyebut n-1 = 13-1= 12 adalah 2,179 maka selisih Ftabel 2,262 2,179 = 0,0415 2
Ftabel yang dipakai adalah Ftabel yang kecil + selisih Ftabel = 2,179 + 0,0415 = 2,2205 Dengan demikian Fhit > Ttabel maka varian tidak homgen.
191 Lampiran 23: Analisis t-test nilai remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 jumlah Rataan S S2
X1 65 65 67 67 70 70 70 74 65 74
X12 4225 4225 4489 4489 4900 4900 4900 5476 4225 5476
687 68,7
47305 4730,5
X2 80 72 80 74 70 70 80 70 65 65 63 64 63 912 70,2
3,465 12,1
X22 6400 5184 6400 5476 4900 4900 6400 4900 4225 4225 3969 4096 3969 65044 5003,385 9,415 88,641
Untuk menentukan t-test karena n1 ‡ n2 dan varian homogen, digunakan rumus: thit =
X 1 X 2 (n1 1) s (n2 1) s2 2 1
n1 n2 2
thit =
thit =
2
(
1 1 ) n1 n2
68,7 70,2 (10 1)12,01 (13 1)88,641 1 1 ( ) 10 13 2 10 13
1,5 = 108,09 1152,33 (0,1 0,769) 21
1,5 60,02 (0,869)
192
=
1,5 1,5 = = -0,208 7, 22 52,157
Jika dk= n1+n2-2=10+13-2=22, ternyata ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,074 sehingga thit < ttabel, dengan demikian hipotesis diterima.