BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (Wild, 2004). Di Indonesia, diabetes melitus merupakan penyebab kematian keenam dengan proporsi kematian 5,7 persen (Riskesdas, 2008). Prevalensi diabetes melitus sebesar 2,1 persen, prevalensi ini meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Prevalensi diabetes mellitus cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan daripada pedesaan (Riskesdas,
2013).
Berdasarkan
data
Badan
Pusat
Statistik
Indonesia
diperkirakan tahun 2030 prevalensi diabetes melitus pada perkotaan sekitar 14,7% dan pedesaan 7,2% maka jumlah penderita diabetes sebanyak 12 juta di perkotaan dan 8,1 juta di pedesaan (Perkeni, 2011). Diabetes melitus didefinisikan sebagai adanya gangguan yang terjadi pada sistem metabolik dalam tubuh yang memiliki ciri kadar glukosa darah meningkat dalam jangka waktu lama yang disertai dengan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Gangguan metabolisme ini dapat berdampak pada terganggunya sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya (WHO, 1999). Diabetes melitus berdasarkan etiologinya diklasifikasikan kedalam 3 tipe yaitu diabetes melitus tipe 1 (adanya destruksi pada sel beta yang umumnya dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin secara absolute baik autoimun maupun idiopatik), diabetes tipe 2 (penyebabnya bervariasi, dapat disebabkan oleh resistensi insulin dan disertai adanya defisiensi insulin relatif) diabetes tipe lain (akibat defek genetik sel beta, defek genetik kerja insulin, 1
penyakit pankreas, endokrinopati, obat atau bahan kimia yang menginduksi diabetes, infeksi, sebab imunologi, sindroma genetik lainnya yang terkait dengan diabetes) (Arisman, 2013). Faktor resiko pada penderita diabetes melitus adalah perubahan gaya hidup yang cenderung kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat dan seimbang, konsumsi alkohol, merokok, hiperglikemia, hipertensi, obesitas dan dislipidemia. Dislipidemia yang terkait dengan diabetes melitus adalah kadar trigliserida yang tinggi dan penurunan konsentrasi kolesterol HDL (Anani, 2012; Rianita, 2008). Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 berkaitan dengan meningkatnya kadar asam lemak bebas pada plasma, trigliserida, kolesterol LDL dan penurunan pada kolesterol HDL (Chen, 2003). Kadar lipid yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan endothelial melalui respon peradangan lokal sehingga terjadi pelepasan sitokin dan faktor pertumbuhan serta meningkatkan oksidasi LDL (Rianita, 2008). Diabetes melitus memerlukan manajemen yang baik, salah satunya dengan melakukan manajemen pada asupan makanan. Prinsip yang dapat dilakukan
dalam
manajemen
asupan
makanan
yaitu
mencapai
dan
mempertahankan kadar glukosa darah dalam keadaan optimal; mengurangi faktor resiko penyakit kardiovaskular termasuk dislipidemia dan hipertensi; serta asupan nutrisi yang seimbang (IDF, 2005). Selain itu, penelitian klinis telah membuka pengetahuan baru mengenai peran stres oksidatif dalam komplikasi diabetes,
hal
ini
mendorong
pendekatan
inovatif
dan
berbeda
yang
memungkinkan penggunaan terapi antioksidan (Ceriello, 2003). Antioksidan ini dapat mengurangi stres oksidatif pada penderita diabetes melitus serta menangkap radikal bebas (Widowati, 2008). 2
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) kaya akan polifenol, antosianin dan flavonoid. Tanaman ini memiliki efek antioksidatif, antimutagenik, antikanker dan hipolipidemik. Selain itu, ekstrak bunga rosella dapat mencegah oksidasi LDL dan kematian makrofag (Ataei, 2013). Dalam sebuah penelitian, ekstrak alkohol kaliks rosella dengan dosis 500 mg/Kg/hari dapat meningkatkan kolesterol HDL pada tikus dalam sebulan (Ochani dan Priscilla, 2009). Pemberian bubuk rosella 2 gram setiap hari selama sebulan dapat menurunkan kadar LDL namun kadar HDL tidak berubah secara signifikan (Ataei, 2013). Senyawa fenolik dan flavonoid banyak ditemukan di buah-buahan, sayur dan tanaman obat. Peran fenolik ini sebagai agen pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas yang dapat berhubungan dengan peroksidasi lemak LDL dan aterosklerosis (Kolar, 2011). Buah kersen atau Muntingia calabura L. merupakan buah yang dapat tumbuh dengan mudah dan tersebar secara luas. Buah ini secara tradisional digunakan untuk melawan penyakit (Sani, 2012). Berdasarkan beberapa penelitian, kersen mengandung senyawa yang memberikan efek antioksidatif seperti polifenol, flavonoid, tannin, triterpen, saponin (Haki, 2009). Ekstrak buah kersen memiliki kadar senyawa fenolik dan total flavonoid yang tinggi (Kolar, 2011). Pemberian fraksi etil asetat daun kersen dosis 240 mg/Kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 69,52% pada mencit induksi aloksan. Flavonoid dalam fraksi etil asetat pada daun kersen ini diduga sebagai senyawa aktif yang memiliki aktivitas antidiabetes (Utama, 2011). Berdasarkan manfaat dari bunga rosella dan buah kersen, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut mengenai manfaatnya bila dikombinasikan menjadi jus kersela. Sejauh ini belum ada penelitian yang menggabungkan jus kersen dan 3
seduhan bunga rosella serta manfaatnya terhadap diabetes melitus tipe 2 dan dislipidemia
diabetik.
Diharapkan
kombinasi
pada
jus
kersela
dapat
meningkatkan manfaat antioksidan terhadap penurunan kadar glukosa darah, peningkatan kadar HDL serta penurunan kadar LDL pada tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin dan nikotinamide (STZ-NA). B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu 1. Bagaimana pengaruh pemberian jus kersela (campuran jus kersen dengan seduhan bunga rosella) terhadap kadar glukosa darah pada tikus Wistar yang diinduksi dengan streptozotocin dan nikotinamide ? 2. Bagaimana pengaruh pemberian jus kersela (campuran jus kersen dengan seduhan bunga rosella) terhadap kadar HDL pada tikus Wistar yang diinduksi dengan streptozotocin dan nikotinamide ? 3. Bagaimana pengaruh pemberian jus kersela (campuran jus kersen dengan seduhan bunga rosella) terhadap kadar LDL pada tikus Wistar yang diinduksi dengan streptozotocin dan nikotinamide ? 4. Bagaimana pengaruh pemberian jus kersela dibandingkan jus kersen dan seduhan bunga rosella dalam menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan HDL dan menurunkan LDL pada tikus Wistar yang diinduksi dengan streptozotocin dan nikotinamide ?
4
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui kadar glukosa darah, HDL dan LDL pada tikus Wistar yang diinduksi
streptozotocin
dan
nikotinamide
sebelum
dan
sesudah
pemberian jus kersela. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh jus kersela dalam menurunkan glukosa darah pada tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin dan nikotinamide b. Mengetahui pengaruh jus kersela dalam meningkatkan kadar HDL pada tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin dan nikotinamide c. Mengetahui pengaruh jus kersela dalam menurunkan kadar LDL pada tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin dan nikotinamide d. Mengetahui efek pada pemberian jus kersela dibandingkan dengan jus kersen dan seduhan bunga rosella terhadap kadar glukosa darah, HDL dan LDL tikus Wistar yang diinduksi dengan streptozotocin dan nikotinamide. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Bagi Peneliti Menambah pengetahuan, informasi dan wawasan mengenai manfaat kandungan antioksidan dalam jus kersela terhadap penurunan kadar glukosa darah dan kadar LDL serta peningkatan kadar HDL pada tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin dan nikotinamide. 2. Manfaat Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat jus kersela sebagai pangan alternatif untuk penanganan diabetes melitus. 5
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pemberian terapi diet bagi penderita diabetes melitus untuk menurunkan glukosa darah dan mencegah timbulnya dislipidemia, khususnya peningkatan LDL dan penurunan HDL. E. Keaslian penelitian 1. Penelitian Nofyanto (2010) yaitu pengaruh pemberian seduhan kelopak kering bunga rosella (hibiscus sabdariffa) terhadap kadar kolesterol LDL serum tikus Sprague dawley hiperkolesterolemik. Dosis yang diberikan 125 mg/Kg BB/hari, 250 mg/Kg BB/hari, 500 mg/Kg BB/hari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pemberian ketiga dosis tersebut dapat menurunkan kadar kolesterol LDL secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penurunan kolesterol LDL semakin meningkat dengan peningkatan dosis yang diberikan. Dosis optimal dalam menurunkan kadar kolesterol LDL diperoleh pada dosis 500 mg/kg BB/hari. 2. Penelitian Ulfah et al. (2010) yaitu pengaruh pemberian ekstrak etanolik kelopak bunga rosella (hibiscus sabdariffa linn.) terhadap kadar high density
lipoprotein
(HDL)
pada
tikus
putih jantan
galur Wistar
hiperlipidemia. Tiga kelompok perlakuan diberikan ekstrak etanolik kelopak bunga rosella secara peroral dengan dosis 18,9 mg/Kg BB, 37,8 mg/Kg BB dan 75,6 mg/Kg BB selama 14 hari. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian ekstrak etanolik kelopak bunga rosella pada ketiga dosis tersebut dapat meningkatkan kadar HDL tikus Wistar hiperlipidemia secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. 6
Dosis optimal yang dapat meningkatkan kadar HDL diperoleh pada dosis 75,6 mg/Kg BB dengan presentase peningkatan kadar HDL sebesar 29,87 %. 3. Penelitian Hasnawati (2013) yaitu pengaruh pemberian jus buah kersen (Muntingia calabura) terhadap kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) tikus Sprague dawley yang diberi diet tinggi lemak. Pemberian jus buah kersen dilakukan selama 2 minggu dengan dosis 0,9 mL/200 g BB; 1,8 mL/200 g/BB; 3,6 mL/200 g BB. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian jus buah kersen pada ketiga dosis ini tidak memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan kadar LDL dan menaikkan kadar HDL pada tikus Sprague dawley yang diberi diet tinggi lemak. Sejauh ini, penelitian mengenai kombinasi antara jus kersen dan seduhan bunga rosella (Jus Kersela) belum pernah diteliti dan dipublikasikan. Berdasarkan beberapa penelitian diatas maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian jus kersela (jus buah kersen dan seduhan bunga rosella) terhadap kadar glukosa darah, HDL dan LDL tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin dan nikotinamide (STZ-NA).
7