BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan suatu karya seni yang menggambarkan realita kehidupan secara nyata dengan dimensi waktu dan ruang yang tak terbatas. Film dapat membuat sebuah ‘kenyataan’ yang dipercaya benar adanya, meski mungkin hanya ilusi semata (Cleve, 2006, hlm. 1). Film Story of Unbounding Journey dibuat berdasarkan pengalaman penulis skenario. Penulis skenario menceritakan mengenai kehidupan masa kecilnya dan bagaimana orang tuanya mendidik, serta memberlakukan aturan dalam kehidupannya. Film pendek Story of Unbounding Journey mengangkat tema mengenai fantasi dan petualangan, dimana fantasi yang dibangun adalah sebuah mimpi dan petualangannya merupakan pengalaman di lokasi yang berbeda. Penulis ikut serta dalam pembuatan film pendek berjudul Story of Unbounding Journey karena penulis merasa jalan cerita pada film ini dekat dengan pengalaman masa kecilnya juga. Penulis ingin menunjukkan kepada penonton mengenai arti keluarga, dimana hubungan antar anggota itu sangat diperlukan. Dalam film ini hubungan keluarga dikemas dengan menggunakan tema petualangan dan fantasi anak kecil. Dalam produksi film pendek ini, penulis mengambil peran sebagai seorang production manager. Maka penulis harus mengetahui terlebih dahulu tugas seorang produser dalam memimpin sebuah produksi, kemudian hal apa saja yang berkaitan dengan production manager. Saroengallo (2011) berpendapat, seorang production 1
manager bertugas mengkoordinasi, dan mengawasi jalannya proses produksi dari proses pra-produksi sampai produksi (hlm. 96-97). Penulis akan menjelaskan mengenai persiapan dan hal apa saja yang dilakukan dalam produksi film pendek Story of Unbounding Journey. Oleh karena itu penulis sebagai Production manager dalam film pendek Story of Unbounding Journey tertarik untuk membahas topik mengenai production manager. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana peranan production manager dalam pengaturan pra-produksi dan produksi pada film Story of Unbounding Journey? 1.3. Batasan Masalah Peran production manager dalam film pendek berjudul Story of Unbounding Journey, yang fokus pada topic mengkoordinasi dan mengawasi keperluan logistik, safety, budgeting, jadwal dalam proses pra-produksi dan produksi. 1.4. Tujuan Tugas Akhir Tujuan Tugas Akhir ini adalah untuk menjelaskan mengenai peranan production manager dalam film Story of Unbounding Journey. 1.5. Manfaat Tugas Akhir 1. Penulis menulis laporan ini agar dapat mengetahui lebih lengkap mengenai peranan production manager dalam sebuah film pendek. 2. Bagi orang lain atau masyarakat dapat mengetahui pentingnya peran production manager dalam pembuatan film pendek. 2
3. Bagi UMN dapat menjadi bahan perimbangan dan pelajaran bagi mahasiswa lain yang ingin mengetahui peran production manager pada pembuatan film pendek.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produser Menurut Yager dan Yager (2009) produser memiliki peranan penting dalam terwujudnya sebuah film (hlm. 59). Worthington (2009) mengatakan produser adalah orang yang bertanggung jawab atas lahirnya sebuah film. Produser bertugas dari awal produksi dimulai sampai selesai dan ia yang memberikan keputusan akhir dalam proses produksi, karena itu produser harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai film yang akan dibuatnya (hlm. 11). Mamer (2009) mengemukakan hal yang sama bahwa produser bertugas dari awal sampai akhir produksi berlangsung, dimana tugasnya tergantung dari besar kecilnya produksi yang dikerjakan. Pada umumnya seorang produser tidak akan mengurusi urusan logistik saat produksi berlangsung, tetapi lebih mengawasi jalannya produksi (hlm.51). Menurut Rea dan Irving (2010) produser memiliki fokus tugasnya sendiri, seperti pada bagan dibawah ini (hlm.38):
4
Gambar 2.1. Tanggung Jawab Produser Pra-produksi (Rea dan Irving, 2010)
2.1.1. Perbedaan Job Desk Tabel 2.1. Perbedaan Jobdesk
Production Produser
Astrada manager
Bekerjasama Worthington (2000)
Bertanggung
Bekerjasama
dengan
jawab dalam
dengan sutradara
sutradara untuk
mengatur
dan produser
membuat
keuangan dan
agar produksi
5
terwujudnya
berurusan
berjalan sesuai
sebuah film.
dengan jalannya
jadwal yang
Mengorganisasi
produksi sehari-
dibuat.
dan mengkoordinasi
hari. Mengorganisasi
Mengatur jalannya produksi
kan kebutuhan
dan
produksi
mengkoordinasik
(kreatif,
an kebutuhan
jawab terhadap
keuangan,
produksi.
jadwal syuting.
kontrak)
Mencari crew
Mencari tim
tambahan.
kreatif seperti
Selalu mengecek
sutradara, art
dan mengontrol
director dan
keuangan.
sehari-hari. Bertanggung
editor. Mengontrol dan memberi persetujuan terhadap keuangan dan jadwal produksi. Mamer
Mengatur dan
(2009)
mengawasi
Bertanggung jawab mengatur
6
Menjadi tangan kanan sutradara.
Penghubung
jalannya
dan mengontrol
produksi dari
keuangan dan
antara sutradara
awal sampai
logistik, serta
dengan crew
akhir.
aspek realis
lainnya.
selama produksi.
Memberitahukan
Bersama astrada
jadwal shot yang
mengontol dan
akan diambil
mengatur jadwal
berikutnya
sehari-hari
kepada crew.
produksi. Bertanggung
Bertugas dalam bidang
jawab atas manajerial. pelaksanaan Membentuk tim
Menguasai
harian sebuah adegan.
kreatif. proses syuting. Bertanggung Saroengallo
Mengatur
syuting.
jawab atas (2011)
Membuat jadwal
logistik. pembuatan film
Memantau
dari awal
Menjadi sumber informasi bagi
jadwal syuting. sampai akhir. Menyusun dan
crew lainnya. Bertanggung
mengawasi jawab penuh atas keuangan. jalannya proses
7
syuting sesuai jadwal.
Gambar 2.2. Jalur Komando Produksi (Cleve, 2006)
2.1.2. Production manager Menurut Worthington (2000) seorang production manager bertanggung jawab dalam mengontrol keuangan dan berurusan dengan jadwal syuting sehari-hari. (hlm.70). Mamer (2009) mengatakan seorang production manager bertanggung jawab dalam mengontrol keuangan dan pengaturan logistik. Beliau menambahkan seorang production manager bersama dengan astrada bertanggung jawab dalam mengatur dan mengontrol jadwal syuting produksi sehari-hari (hlm. 51). Cleve
8
(2006) menambahkan seorang production manager yang bertugas membantu produser memiliki kewajiban: 1. Mempersiapkan jadwal shooting. 2. Mempersiapkan budget. 3. Memperhatikan hal-hal yang diperlukan sebelum syuting, terutama survei lokasi. 4. Persiapan produksi. 5. Mencatat laporan atau hasil shooting selama produksi berlangsung. 6. Mempersiapkan kendaraan dan tempat tinggal untuk crew dan cast. 7. Memperhatikan keamanan selama produksi. 8. Menjaga hubungan baik dengan pihak yang berwenang terhadap lokasi yang digunakan (hlm.3). Menurut Saroengallo (2011) tanggung jawab seorang production manager adalah: 1. Mengkoordinasi, menyiapkan akomodasi, dan mengawasi jalannya produksi. 2. Membuat breakdown skenario dan jadwal syuting. 3. Membuat anggaran dasar. 4. Negosiasi fee/honor kepada crew dan cast. 5. Negosiasi harga sewa alat.
9
6. Memantau pengeluaran harian. 7. Melakukan pengawasan lokasi syuting. 8. Memperhatikan keputusan yang diambil selama produksi. 9. Persiapan untuk perubahan jadwal sewaktu waktu. 10. Mengurusi urusan logistik selama produksi. 11. Mengatur akomodasi. 12. Mengurus kebutuhan asuransi untuk crew. 13. Menjamin peralatan yang disewa. 14. Menguasai jalannya produksi dan siap dengan perubahan jadwal sewaktuwaktu. 15. Membuat laporan harian produksi (hlm. 97). 2.2. Pra-Produksi Menurut Worthington (2009) tahap pra-produksi adalah melakukan setiap perencanaan dan persiapan yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Dalam tahap ini, dilakukan juga perekrutan crew dan cast, serta persiapan lokasi shooting (hlm. 111). Stoller (2009) menegaskan bahwa perlu memperhatikan lokasi yang akan digunakan untuk pengambilan adegan. Menurut beliau, hal seperti perencanaan akomodasi harus dipersiapkan terutama jika syuting dilakukan di luar
10
kota, maka pastikan bahwa lokasi yang ingin digunakan sudah di-booking pada tanggal pengambilan adegan (hlm. 14). Menurut Cleve (2004) pada tahap ini, yang perlu dilakukan adalah penyusunan jadwal shooting, persiapan dan perijinan lokasi, perkiraan budget, perekrutan crew, persiapan alat dan perlengkapan syuting. Oleh karena itu kerjasama yang baik dalam tim sangat diperlukan agar semua persiapan berjalan dengan lancar (hlm. 12). Menurut Rea dan Irving (2010) dalam proses pra-produksi ada beberapa kunci penting yang perlu diperhatikan dan hampir sama dengan yang dikatakan oleh Soroengallo (2011), seperti: 1. Bila ada keraguan langsung dipertanyakan. 2. Jangan beramsusi apapun. 3. Melakukan pengecekan setiap saat. Namun Rea dan Irving menambahkan beberapa hal yaitu: 1. Berpikir positif dan menjaga sikap selama produksi berlangsung. 2. Menjaga kesehatan. 3. Mengatur jadwal agar waktu cukup untuk melakukan persiapan produksi. 4. Mengatur jadwal rapat antara crew inti dengan crew tambahan serta cast. 5. Mempersiapkan jadwal produksi. Selain itu, Stoller (2009) mengatakan bahwa sebelum melakukan proses syuting, penting untuk mengetahui sifat dan keadaan lokasi syuting, indoor atau outdoor, private atau publik, dan situasi serta keadaan lokasi seperti cuaca.
11
2.2.1. Budgeting Dalam memperhitungkan anggaran untuk produksi Saroenggallo (2011) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti (hlm. 77-81): 1. Film panjang / film pendek atau video biasa. 2. Jumlah hari syuting. 3. Jumlah lokasi syuting. 4. Lokasi syuting di dalam atau di luar kota. 5. Biaya-biaya tidak terduga. Worthington juga menambahkan adanya sumber pemborosan selama produksi yaitu: 1. Operasional (uang tol, bensin dan lain-lain) 2. Lokasi (pungutan liar dari satpam atau preman) 3. Artistik (kebutuhan art yang dibeli mendadak atau last minute). Dalam perhitungan budgeting sebuah produksi, seorang produser (dalam perannya sebagai production manager) maka perlu memperhatikan berapa lama syuting akan berlangsung dan ide kreatif apa saja yang ingin diwujudkan oleh sutradara dalam film (Worthington, 2009, hlm. 112). Cleve (2004) menambahkan bahwa seorang production manager harus mengawasi pengeluaran harian dari pra-produksi sampai produksi pembuatan sebuah film. Apabila terjadi over-budget pada salah satu departemen maka PM akan menekan di bagian departemen lain. Oleh karena itu setiap pengeluaran yang terjadi
12
selama proses pra-produksi dan produksi harus dicatat dan di-update setiap harinya (hlm. 141). 2.2.2. Pengaturan Jadwal Dalam menyusun jadwal shooting, Tomaric (2008) berpendapat bahwa setiap lokasi harus sudah dipastikan aman dan dapat digunakan pada hari yang ditentukan. Dengan begitu, jadwal dapat disusun dengan pasti, sehingga setiap crew dan cast yang terlibat dapat bekerja dengan baik dan maksimal sesuai jadwal (hlm.73). Dalam bukunya, Cleve (2004) mengungkapkan, dalam proses shooting, perlu dipastikan bahwa setiap rencana yang sudah disusun dalam jadwal berjalan dengan baik, agar tidak mengakibatkan biaya membengkak. Kemudian ia menambahkan, dalam menyusun jadwal shooting, ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan seperti: 1. Cuaca bersahabat, maka lakukan adegan di luar ruangan terlebih dahulu. 2. Komunikasi yang dibangun sebelum melakukan syuting sangat penting, terutama apabila belum pernah bekerja sama dalam sebuah tim. 3. Syuting dilakukan dengan kondisi waktu berurutan, dan lokasi yang berurutan. Apabila melakukan syuting dalam satu rumah, lakukan adegan di luar rumah terlebih dahulu baru di dalam. Akan tetapi apabila sudah melakukan set di dalam rumah maka lakukan yang di dalam rumah terlebih dahulu. 4. Saat menentukan jadwal syuting perlu memperhatikan jadwal cast juga. Cleve kemudian menambahkan, ketika seluruh kebutuhan produksi sudah dipersiapkan, dan jadwal shooting sudah ditetapkan, maka pastikan semua crew dan
13
cast yang terlibat siap tepat pada waktunya sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing (hlm. 50-52). Worthington (2009) berpendapat bahwa dalam merencanakan jadwal shooting, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan. Pertama, melakukan shooting di lokasi yang sama dalam urutan waktu yang beruntun. Dengan ini, waktu yang digunakan akan lebih efisien. Kemudian, rencanakan untuk melakukan pengambilan gambar dengan set di luar ruangan lebih dahulu, karena pengambilan gambar ini akan sangat bergantung terhadap cuaca. Perhatikan pula, adegan yang cukup rumit yang mungkin memakan waktu cukup lama (hlm. 118). 2.3. Produksi Tahap ini menurut Worthington (2009) merupakan bagian yang sangat penting dan melelahkan. Selama produksi berlangsung, akan ada sejumlah masalah yang harus diselesaikan, maka perlunya mempersiapkan back-up plans apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan 1. Cuaca Cuaca merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan terutama saat melakukan syuting di tempat terbuka. Perubahan cuaca yang mungkin saja tiba-tiba terjadi dapat mengubah seluruh susunan jadwal dan budget film. Oleh karena itu yang perlu dilakukan adalah melakukan adegan luar ruangan terlebih dahulu baru kemudian di dalam ruangan. 2. Logistik
14
Lakukanlah pengecekan kembali semua persiapan yang sudah disiapkan, pastikan lokasi, makanan, dan peralatan siap sebelum hari shooting dimulai (hlm. 121). 3. Lokasi Menurut Cleve (2004), penting dalam memastikan lokasi untuk dapat dipakai selama waktu yang dibutuhkan selama proses shooting, dan pastikan peralatan aman di malam hari untuk ditinggalkan. Ia melanjutkan, sebisa mungkin untuk menghemat waktu dan tenaga, usahakan agar peralatan dapat ditinggalkan di lokasi apabila akan menggunakannya lagi keesokan harinya (hlm. 57-58). Rea dan Irving (2010) menambahkan bahwa dalam proses produksi pastikan lokasi dapat dipakai sesuai jadwal syuting yang ditentukan, hal yang perlu diperhatikan: 1. Surat ijin lokasi 2. Biaya penggunaan lokasi 3. Ijin menggunakan lokasi pada wilayah tertentu. 4. Asuransi. 5. Komunikasi dengan pihak penanggung jawab lokasi, dan siapa yang bertanggung jawab pada lokasi yang digunakan. 6. Transportasi menuju lokasi. 7. Lahan parkir pada lokasi.
15
8. Konsumsi untuk crew dan cast (hlm. 143-144). 2.3.1. Logistik Menurut McCurdy (2011) dalam dunia perfilman, logistik merupakan segala bentuk persiapan secara detail mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses syuting. Logistik dapat berupa persiapan lokasi, persiapan crew, dan pengaturan seluruh alat kelengkapan yang diperlukan, setiap detail dalam perencanaan logistik akan sangat berpengaruh dalam proses syuting (hlm. 124). Lyons (2012) mengatakan perencanaan logistik berperan sangat besar dalam kesuksesan suatu film. Tanpa perencanaan logistik yang baik, kelangsungan suatu produksi film dapat terganggu dan tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, menurutnya, diperlukan suatu daftar secara detail mengenai hal-hal yang diperlukan. Agar tidak terjadi kesalahankesalahan yang tidak diinginkan karena kurangnya persiapan (hlm. 59). Mamer (2009) memberikan pendapat bahwa kerjasama crew dalam mempersiapkan kebutuhan sebelum, saat dan sesudah pengambilan film sangat diperlukan. Menurut beliau kerjasama yang baik, kekompakan, tanpa rasa individualistis dan ego dalam setiap anggota kelompok dapat memperlancar jalannya proses pembuatan sebuah film. Setiap crew dengan tanggung jawab masing-masing namun tetap bekerja bersama dan maju sebagai sebuah tim (hlm. 66). Menurut Rahmel (2004) sejumlah keperluan dalam shooting perlu diperhatikan dengan seksama, contohnya seperti lokasi shooting. Shooting dapat dilakukan di daerah berpenduduk padat hingga daerah yang tidak dihuni. Namun, setiap pemilihan lokasi harus disertai dengan pertimbangan yang tepat, baik dari
16
ketersediaan parkir, ijin dari pihak yang berwenang, keamanan lokasi, dan lain sebagainya. Ia menambahkan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses shooting, yaitu (hal. 34): 1. Toilet, perlunya ketersediaan sejumlah kamar mandi dengan jarak berdekatan dengan lokasi shooting. Kamar mandi yang cukup bersih dan nyaman digunakan untuk crew dan cast. 2. Lahan parkir, pastikan tersedianya cukup tempat parkir untuk kendaraan yang digunakan oleh cast dan crew. Pastikan lokasi dimana parkir diperbolehkan, dan tidak mengganggu keadaan sekitar. 3. Perlengkapan dan peralatan, merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk persiapan shooting, baik itu kamera, lighting maupun perlengkapan lainnya. Selain itu, pastikan kebutuhan tersebut dapat dengan mudah dipindahkan ke berbagai tempat meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama baik saat pemuatan alat shooting maupun pemindahan lokasi shooting. 4. Make-up location, tidak semua cast dapat mempersiapkan dirinya dengan baik sebelum sampai di lokasi shooting. Oleh karena itu, penting bagi crew untuk mempersiapkan tempat yang nyaman bagi mereka untuk make-up dan sekaligus menunggu persiapan set lokasi. 5. Generator Location, lokasi generator listrik dalam proses pengambilan gambar harus diperhatikan. Apabila generator listrik terlalu dekat dengan set pengambilan gambar, maka akan mengganggu hasil pengambilan sound.
17
6. Akomodasi, lokasi untuk beristirahat dan makan sebaiknya mudah diakses dari lokasi syuting. Biasanya merupakan tempat para crew dan cast untuk beristirahat dan berbincang-bincang, sehingga perlu dipersiapkan lokasi yang tidak mengganggu jalannya shooting. 2.3.2. Safety Rea dan Irving (2010) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi resiko kehilangan atau kecelakaan selama produksi (hlm. 226-227): 1. Mengenakan sarung tangan dan sepatu boots jika diperlukan di lokasi. 2. Perlengkapan shooting dan barang berharga tidak boleh ditinggalkan dilokasi atau di kendaraan yang tidak dijaga. 3. Perlatan lampu tidak boleh diletakkan di dekat barang-barang yang sensitif terhadap panas. Lampu shooting memiliki suhu yang tinggi sehingga dapat memercikkan api sehingga berbahaya jika diletakkan dekat dengan barang yang sensitif terhadap panas. 4. Lampu shooting yang menggunakan stand harus aman dan dibebankan dengan sandbags. 5. Kabel–kabel atau barang elektronik harus dijauhkan dari air. Menurut Rahmel (2000) berikut adalah beberapa peraturan safety dasar yang perlu diperhatikan dalam proses produksi (hlm. 1-2):
18
1. Mencari seseorang dalam lingkup lokasi syuting yang sudah cukup berpengalaman untuk membantu mengetahui hal-hal dasar yang harus diperhatikan di lokasi. 2. Perhatikan instruksi dasar pada lokasi yang digunakan. 3. Perhatikan bahaya pada lokasi yang akan digunakan. 4. Bekerja dengan seorang teman yang dapat membantu terwujudnya film yang akan dibuat. 5. Jangan terburu buru dalam mengambil keputusan. 6. Bekerja di tempat dengan ventilasi udara yang baik. Keamanan selama proses syuting perlu diperhatikan terutama di lokasi yang mempunyai banyak komponen mudah terbakar. Hal yang perlu diperhatikan seperti (Mamer, 2009, hlm. 335-337): 1. Berhati-hati dengan pancaran panas yang dapat membakar (contoh: saat menyalakan lighting). 2. Berhati-hati dengan listrik yang mudah terjadi hubungan arus pendek atau dapat meledak sewaktu-waktu. (contoh: sambungan kabel) 3. Perhatikan peralatan dan perlengkapan syuting yang berat dan berada atau dibuat pada posisi tinggi seperti stand lighting. 4. Perhatikan juga keselamatan crew dan cast yang berada pada posisi tinggi seperti berdiri diatas batu yang tinggi.
19