BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan eksternal bagi perusahaan dan merupakan wahana investasi bagi investor dalam maupun luar negeri (Sartono, 2008). Para investor tidak begitu saja melakukan pembelian saham sebelum melakukan penilaian yang baik terhadap emiten. Pada umumnya, investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang dapat memberikan return yang tinggi, dimana hal ini hanya dapat dipenuhi oleh perusahaan yang memiliki kinerja baik. Salah satu faktor yang membuat investor ingin melakukan investasi yaitu dengan melihat laba yang dihasilkan oleh perusahaan (Wulianti, 2013). Menurut Syamni (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang dianggap prospektif adalah perusahaan yang memberikan profit atau laba di masa yang akan datang. FASB (2002) menyatakan bahwa informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba perusahaan untuk tahun yang akan datang dan menaksir resiko dalam meminjam atau dalam melakukan investasi. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan,
maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Pada dasarnya suatu perusahaan yang baik kinerjanya akan mempunyai laba yang tinggi. Di dalam dunia investasi, laba yang tinggi dapat dilihat dari kinerja perusahaannya, dimana semakin tinggi laba yang diharapkan maka semakin baik kinerjanya. Namun demikian, kenaikan atau penurunan laba dari tahun sebelumnya ke tahun selanjutnya merupakan perubahan laba dari perusahaan. Perubahan laba tentunya akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan, maupun para kreditur yang akan memberikan pinjaman ke dalam perusahaan (Widhi, 2011). Pada
umumnya
untuk
mengukur
keberhasilan
suatu
perusahaan
berdasarkan kinerjanya dapat dinilai melalui laporan keuangan yang disajikan secara teratur setiap periode (Juliana et al. 2003). Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen perusahaan atas kinerja yang telah dicapainya serta merupakan laporan akuntansi utama yang mengkomunikasikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat analisis ekonomi dan peramalan untuk masa yang akan datang ( Wijaya, 2011). Salah satu alternatif untuk mengetahui informasi keuangan yang bermanfaat untuk memprediksi perubahan laba, dan kondisi keuangan di masa depan adalah menganalisis rasio keuangan (Widhi, 2011). Menurut Meriewaty et al. (2005) menyatakan bahwa apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik. Analisis rasio keuangan dapat membantu
memprediksi perubahan laba di masa depan. Rasio keuangan sering digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan yang pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan internal perusahaan, melainkan juga bagi pihak eksternal. Selain itu, rasio keuangan dapat dipakai sebagai sistem peringatan awal terhadap kemunduran kondisi keuangan dari suatu perusahaan. Dengan rasio keuangan, investor dapat dibimbing untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang akan dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang akan dihadapi dimasa yang akan datang. Dengan memprediksi laba, maka dapat diketahui prospek perusahaan tersebut dan berguna untuk memprediksi deviden yang akan diterima di masa mendatang (Hartini, 2012). Rasio keuangan yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja keuangan adalah ROA ( Return on Asset ). ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
memanfaatkan
aset
yang
dimiliki.
ROA
lebih
menyeluruh
menggambarkan kinerja dari suatu perusahaan karena asset dibiayai dari sumber pinjaman jangka panjang, ekuitas, dan kewajiban jangka pendek. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efesien penggunaan asetnya, sehingga akan memperbesar laba perusahaan (Hanafi et. al, 2009). Price Earnings Ratio adalah rasio harga saham terhadap laba per saham, pada umumnya perusahaan yang lebih cepat mempunyai resiko yang lebih kecil dan memiliki rasio harga laba yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang pertumbuhannya lambat atau perusahaan dengan resiko yang lebih besar. Dengan
melihat pengertian tersebut, jika harga saham naik sementara laba per saham tetap maka price earning ratio akan mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika laba per saham naik dan harga per saham tetap, maka rasio price earning ratio nya mengalami penurunan. PER yang tinggi menunjukkan investor bersedia untuk membayar dengan harga premium untuk saham perusahaan dan investor mengharapkan perusahaan dapat menghasilkan pertumbuhan laba yang lebih tinggi. PER seharusnya sama dengan persentase laju pertumbuhan laba perusahaan. Apabila PER nya lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan labanya, saham tersebut adalah prospek yang menarik. Sebaliknya apabila PER saham nya lebih tinggi dari laju pertumbuhan laba, maka saham tersebut adalah prospek yang jelek. Menurut Hanafi et al. (2009) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba adalah faktor ukuran perusahaan (size), sehingga variabel size dipilih di dalam penelitian ini. Size yang dimaksud adalah total aset yang dimiliki oleh perusahaan, dimana total aset ini dapat dilihat pada total aset yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan tersebut pada bagian neraca. Size diduga mempunyai pengaruh terhadap laba yang diperoleh pada suatu perusahaan, dimana semakin besar size dari suatu perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Besar kecilnya size suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasinya. Sehingga semakin besar size perusahaan, maka pertumbuhan laba akan semakin tinggi pula.
Pertumbuhan laba perusahaan bukan hanya menjadi tujuan manajer perusahaan tetapi juga pemilik perusahaan maupun pihak-pihak lain, seperti karyawan, pemerintah, maupun kreditor. Laba yang diperoleh oleh perusahaan untuk tahun yang akan datang tidak dapat dipastikan, kadang naik tahun ini, tapi bisa juga turun untuk tahun berikutnya. Karena pertumbuhan laba yang tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya suatu prediksi pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan, maupun untuk para kreditur yang akan memberikan pinjaman kepada perusahaan (Wulianti, 2013). Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Fenomena yang berkaitan dengan pertumbuhan laba yaitu yang terjadi pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Emiten makanan dan minuman anak usaha PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang terus melambat hingga sembilan bulan di tahun 2012 dibandingkan pertumbuhan sejak 2008. Menurut Departemen Riset IFT, pertumbuhan laba bersih Indofood CBP di 2008 tercatat 508,6% kemudian menurun menjadi 217,9% di 2009, dan turun lagi menjadi 59% di 2010. Pada 2011, pertumbuhan laba bersih Indofood CBP terus melambat menjadi 15,9%. Sementara di periode Januari-September 2012, laba bersih Indofood CBP tumbuh
8,4%. Departemen Riset IFT menilai langkah ekspansi yang sedang dilakukan perusahaan akan menyediakan peluang pertumbuhan dari sisi volume bagi Indofood CBP. Namun, persaingan yang ketat akan menjadi tekanan dari sisi harga jual produk, sehingga kenaikan pendapatan Indofood CBP ke depan dapat disertai dengan risiko pertumbuhan tipis pada sisi laba( Wulianti, 2013 ). Berdasarkan laporan keuangan
yang dipublikasikan di BEI, maka
pertumbuhan laba PT. Semen Indonesia Tbk berfluktuasi. Pada tahun 2011, pertumbuhan laba PT. Semen Indonesia Tbk mengalami penurunan menjadi 8,09% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pada
tahun 2012,
pertumbuhan laba PT. Semen Indonesia Tbk mengalami kenaikan menjadi 24,56%. Namun pada tahun 2013, pertumbuhan laba PT. Semen Indonesia Tbk kembali mengalami penurunan menjadi 8,68%. Berdasarkan publikasi laporan keuangan, dapat diketahui pula fluktuasi nilai PER PT. Semen Indonesia Tbk, yaitu pada tahun 2011 sebesar 17,15 kali, kemudian naik menjadi 19,09 kali pada tahun 2012, dan kembali menurun pada tahun 2013 menjadi 16,11 kali. Sedangkan besarnya ROA PT. Semen Indonesia Tbk justru mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai dengan 2013, yaitu pada tahun 2011 sebesar 20,12%, dan kembali menurun menjadi 18,54% pada tahun 2012. Pada tahun 2013, ROA kembali mengalami penurunan menjadi 17,39%. Nilai ROA dan PER yang mengalami fluktuasi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan tersebut ( Data diolah penulis, 2014 ). Sesuai dengan laporan keuangan yang dipublikasikan di BEI, maka pertumbuhan laba PT. Unilever Indonesia Tbk ( UNVR ) juga mengalami
fluktuasi. Meskipun total pendapatan perusahaan ini dari tahun 2011 sampai tahun 2013 terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan laba perusahaan tersebut juga mengalami kenaikan pada tahun 2010, meskipun kemudian menurun pada tahun 2012, dan 2013. Pertumbuhan laba PT. Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2011 sebesar 23,04%, lalu menurun pada tahun 2012 menjadi 16,21%, dan kembali menurun pada tahun 2013 menjadi 10,61%. Sedangkan nilai ROA justru mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai 2013, yaitu sebesar
39,37%,
40,38%, dan 71,51%. Nilai PER juga mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, yaitu sebesar 32,87 kali, 36,37 kali, dan 39,94 kali ( Data diolah penulis, 2014 ). Fenomena di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan laba pada perusahaan sangatlah diperlukan sebagai salah satu cara untuk menarik minat para investor dalam berinvestasi. Oleh karena itu investor memerlukan informasi ini untuk melakukan penilaian dan analisis terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh emiten. Penelitian
ini
menggunakan
objek
perusahaan
manufaktur
yang
menerapkan green business, karena kinerja perusahaan tersebut lebih baik dibandingkan kinerja perusahaan yang non green business. Perusahaan green business adalah perusahaan yang telah melakukan program pengelolaan lingkungan hidup yang diwajibkan oleh pemerintah melalui program PROPER. Dimana dengan menerapkan green business ini perusahaan dapat beroperasi lebih efektif dan efisien, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik yang akan menyebabkan laba perusahaan menjadi lebih tinggi. Kondisi ini akan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan laba perusahaan tersebut menjadi lebih baik karena adanya perubahan laba yang lebih tinggi. Selain itu, isu green business menjadi topik yang hangat dibicarakan publik, dimana tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan menjadi hal yang sangat penting. Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan topik ini, diantaranya penelitian yang dilakukan Wijaya (2011) menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. ROA menunjukkan tingkat efisiensi atas pengelolaan aset perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin efisien pengelolaan aset suatu perusahaan, itu berarti bahwa sumber daya yang sedikit mampu dikelola dengan baik sehingga mampu menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya. Hal ini secara otomatis akan mengurangimodal perusahaan namun meningkatkan laba yang disebabkan karena perusahaan mampu mengelola asetnya secara efisien. Namun penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu penelitian Warthy (2012) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Wulianti (2013) meneliti tentang pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Semakin tinggi rasio PER sebuah perusahaan, maka pertumbuhan laba perusahaan tersebut juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Namun hasil ini bertentangan dengan penelitian Perdana (2004) yang menyatakan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian Wulianti (2013). Di dalam penelitiannya, Wulianti meneliti pengaruh price earnings ratio dan market to book ratio terhadap earnings growth pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI. Perbedaan penelitian sekarang dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang sekarang melakukan pengembangan dengan menambah variabel independennya yaitu ROA (kinerja keuangan) dan ukuran perusahaan (size). Disamping itu, di dalam penelitian ini untuk sampelnya diperluas pada perusahaan manufaktur dengan persyaratan khusus yaitu perusahaan yang menerapkan green business. PROPER
yang digunakanpun
hanya perusahaan green businessyangmemperoleh peringkat yang baik saja, yaitu peringkat warna biru, hijau, dan emas agar didapat hasil yang lebih baik. Dengan peringkat yang baik, akan memiliki kinerja yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang di atas dan beberapa hasil studi tidak konsisten satu sama lain, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “ ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN, KINERJA
PASAR,
DAN
UKURAN
PERUSAHAAN
TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Menerapkan Green Business 2012-2013).” 1.2. Rumusan Masalah Menurut Hanafi (2009) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba adalah ukuran perusahaan, semakin besar suatu
perusahaan, maka pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. Namun kenyataan di lapangan tidak sesuai, salah satu contohnya terdapat : 1.
Pada PT. Semen Indonesia Tbk, besarnya ukuran perusahaan meningkat dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu sebesar Rp 26.579 milyar menjadi Rp30.793 milyar, tetapi pertumbuhan labanya justru menurun dari tahun 2012 sampai 2013yaitu dari 0.2456 menjadi 0.0868.
2.
Pada PT. Sat Nusapersada Tbk, besarnya ukuran perusahaan menurun dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu sebesar Rp 892 juta menjadi Rp 790 juta, tetapi pertumbuhan labanya justru meningkat dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu dari -2.2846 menjadi 0.5038 . Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin
efesien penggunaan asetnya, sehingga akan memperbesar laba perusahaan, sehingga pertumbuhan laba meningkat (Hanafi et al. 2009). Fakta yang ada di lapangan dapat diambil contoh : 1.
Pada PT. Unilever Indonesia Tbk, besarnya ROA perusahaan naik dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu sebesar 40.38 menjadi 71.51, tetapi pertumbuhan labanya justru menurun dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu dari 0.1621 menjadi 0.1061.
2.
Pada PT. Gudang Garam Tbk, besarnya ROA perusahaan menurun dari tahun2012 sampai 2013 yaitu sebesar 9.80 menjadi 8.64, tetapi pertumbuhan labanya justru meningkat dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu dari -0.1794 menjadi 0.0775.
Perusahaan yang memiliki price earning ratio yang tinggi, menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi yang berarti pasar mengharapkan pertumbuhan laba dimasa mendatang (Penman, 1996). Fakta yang ditemukan di lapangan : 1. Pada PT. Unilever Indonesia Tbk, besarnya PER perusahaan meningkat dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu sebesar 32.87 menjadi 36.37, tetapi pertumbuhan labanya justru menurun dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu dari 0.1621 menjadi 0.1061 . 2. Pada PT. Indah Kiat Pulp anda Paper Tbk, besarnya PER perusahaan menurun dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu sebesar 7.74 menjadi 3.42, tetapi pertumbuhanlabanya justru meningkat dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu dari 18.0947 menjadi 3.6033. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan penjelasan di atas, maka rumusan masalah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Apakah
kinerja
keuangan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pertumbuhan laba? 2.
Apakah kinerja pasar berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba?
3.
Apakah
ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan
pertumbuhan laba?
1.3
Tujuan dan Manfaat
terhadap
a.
Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah 1. Untuk membuktikan secara empiris dan menganalisis kinerja keuangan terhadap pertumbuhan laba. 2. Untuk membuktikan secara empiris dan menganalisis kinerja pasar terhadap pertumbuhan laba. 3. Untuk membuktikan secara empiris dan menganalisis ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba.
b.
Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, yaitu: 1) Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui pengaruh kinerja keuangan, kinerja pasar, dan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan yang menerapkan green business. 2) Manfaat Praktis Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: a) Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengenalan penulis terhadap permasalahan pengaruh kinerja keuangan, kinerja pasar, dan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan yang menerapkan green business, sehingga penulis bisa menerapkan teori yang selama ini diperoleh selama masa perkuliahan dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan. b) Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang terkait
program untuk mendorong dan
memajukan investasi di pasar modal.
c) Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan perusahaan untuk memperhatikan kinerja keuangan (ROA), kinerja pasar (PER), dan size yang akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan. d) Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan referensi bagi pembaca yang terkait tentangkinerja keuangan (ROA), kinerja pasar (PER), size, dan pertumbuhan laba perusahaan.
3) Manfaat Empiris Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan akuntansi, khususnya yang terkait dengan pengaruh kinerja keuangan, kinerja pasar, dan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba.