1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan dengan masa depan bangsa. Kemajuan yang dicapai suatu bangsa ditentukan oleh sistem pendidikannya yang berfungsi dengan baik. Sebaliknya keterbelakangan atau kemunduran suatu bangsa diakibatkan oleh sistem pendidikan yang tidak berjalan dengan baik atau tidak efektif. Karena pendidikan merupakan proses pembinaan potensi dan transformasi budaya dalam rangka eksistensi masa depan bangsa, maka pengelolaan seluruh aspeknya harus terarah, terencana dan terpadu secara sistemik. Pendidikan merupakan usaha suatu kelompok masyarakat atau bangsa untuk mengembangkan kemampuan generasi muda mengenali dan menghayati nilai- nilai kebaikan dan kemulian hidup melalui potensi dan transformasi budaya masyarakat. Oleh karena itu, Bloom sebagaimana dikutip oleh Syarafuddin dan Irwan Nasution dalam bukunya manajemen pembelajaran menjelaskan bahwa: ”Sekolah diciptakan untuk memberikan bagian penting pendidikan generasi muda. Di sekolah diberikan materi pembelajaran oleh guru kepada sekolompok pelajar”.1 Bagi sebuah lembaga pendidikan, manajemen merupakan kunci sukses, karena sangat menentukan kelancaran kinerja lembaga yang bersangkutaan. 2 Hal ini berarti manajemen yang baik akan menghasilkan tingginya kualitas lembaga pendidikan. Sebaliknya, jika manajemen tersebut tidak di implementasikan 1 Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 3. 2 Suharsimi Arikunto dan Lia Yu liana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta:Aditya Media, 2008), h. 2.
2
dengan baik dapat mengakibatkan rendahnya kualitas lembaga pendidikan itu sendiri. Manajemen merupakan salah satu proses untuk berupaya memajukan dan mengembangkan lembaga pendidikan, maka oleh sebab itu majunya sebuah lembaga pendidikan sangat tergantung pada pengelolaan dan penataan yang baik terhadap lembaga tersebut. Peranan manajemen dalam pendidikan sangat membantu dalam proses pelaksanaannya, oleh sebab itu manajemen prospeknya begitu penting sekali dalam membawa ke mana arah yang akan dituju oleh pendidikan tersebut. Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan abad ke-19, dewasa ini sangat populer, bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola sekolah atau lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan umum maupun lembaga pendidikan Islam. 3 Keberhasilan suatu lembaga pendidikan berhubungan dengan manajemen yang diterapkan, sebagai pemaknaan yang universal dari seni dan ilmu dalam melaksanakan fungsi perencanaan, pengendalian, pengawasan, personalia, dan profesionalitas. Dengan demikian, makan manajemen pendidikan adalah proses yang terus-menerus dilakukan oleh organisasi pendidikan melalui fungsionalisasi unsur-unsur manajemen tersebut, yang di dalamnya terdapat upaya saling mempengaruhi, saling mengarahkan, dan saling mengawasi sehingga seluruh aktivitas dan kinerja organisasi pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan. 4
3
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam-Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 2. 4 Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 19.
3
Dalam pandangan ajaran agama Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. 5 Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan rumah tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur sebuah negara semua memerlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manjemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Hal ini merupakan prinsif utama dalam ajaran Islam. Istilah manajemen dalam al-Qur’an mungkin tepat disebut sebagai “idarah”. Hal ini mengacu kepada firman Allah swt. Q.S. Al-Baqarah ayat 282 berikut.
5
Ibid., h. 1.
4
Ayat di atas sesungguhnya menerangkan tentang persoalan yang berhubungan dengan urusan sesama manusia, yakni persoalan jual-beli, transaksi atau persoalan kesekretariatan. Maka tidaklah heran apabila asal penemuan ilmu manajemen itu dari persoalan-persoalan yang berhubungan dengan usaha atau bisnis, perdagangan, perniagaan atau perindustrian, yang kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang mempelajari setiap usaha kelompok untuk lebih terarah serta mudah mendapat keberhasilan. 6 Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani. 7
)إِ َّن هللاَ يُ ِحبُّ اِ َذا َع ِم َل أَ َح ُد ُك ُم ْال َع َم َل فَ ْليُتَقِنَوُ ( رواه طبراني
Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-cara mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah swt. Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam. 8 Tak dapat disangkal lagi bahwa manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh, mempengaruhi dan bahkan
merasuki hampir seluruh aspek
kehidupan manusia layaknya darah dan raga.juga telah dimengerti bahwa dengan manajemen, manusia mampu mengenali kemampuannya berikut kelebihan dan kekurangannya sendiri. Manajemen menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan
6
Husnul Yaq in, Kapita Selekta Administrasi dan Manajemen Pendidikan, (Banjarmasin : Antasari Press, 2011), h. 3-4. 7 Marhum Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtar Ahaadits wa aal-hukmu alMuhammadiyyah, (Surabaya: Daar an-Nasyr-M isriyyah, tt), h. 34 8 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam-Konsep, Strategi dan Aplikasi, h. 1-2.
5
efesien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. 9 Dengan demikian, manajemen merupakan komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan, alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efesien. Konsep tersebut berlaku di sekolah yang memerlukan manajemen yang efektif dan efesien. 10 Dari kerangka inilah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan peningkatan kualitas manajemen pendidikan, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga- lembaga pendidikan. Tentunya model manajemen yang sentralistik harus diubah menjadi manajemen yang sesuai dengan semangat otonomi daerah. Jadi, peningkatan mutu sekolah sangat tergantung pada manajemen pendidikan di sekolah. Apabila manajemen pendidikan di sekolah bagus, maka hampir dipastikan mutu pendidikan di sekolah tersebut akan meningkat. Jadi, manajemen pembelajaran merupakan penerapan manajemen dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan manajemen sumber daya manusia dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, manajemen merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta bersungguh-sungguh, dan pembinaan secara kontinyu para pegawai sekolah, sehingga mereka dapat membantu atau menunjang kegiatan-kegiatan sekolah (khususnya PBM) secara efektif dan efesien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Para
9
Ibid, h. 7. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 20.
10
6
personel harus ditata atau dikelola dengan baik agar senantiasa efektif dan bergairah dalam menjalankan tugasnya sehari- hari. 11 Di lingkungan pendidikan formal tentunya yang dimaksud dengan personal adalah pegawai sekolah, yakni: kepala sekolah, guru, tata usaha dan pegawai lainnya yang tugasnya melaksanakan tugas sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. 12 Keberhasilan program pendidikan tidak hanya bergantung pada konsepkonsep program yang disusun dengan cermat dan teliti saja, akan tetapi juga pada personilnya yang mempunyai kesanggupan dan keingina n untuk berprestasi. Tanpa personil yang cakap program pendidikan yang bagaimanapun baiknya, tidak akan berhasil. Kesanggupan dan kegairahan personel dalam pelaksanaan program tergantung pada pembinaannya dan pengembangannya yang dimulai sejak seleksinya, dengan kata lain bergantung pada manajemen. 13 Menurut Patricia Cranton dalam Planning Instruction for Adult Leaners: “Learning the need to design, and the design itself is an educational technology ”. 14
Pembelajaran itu perlu desain, dan desain itu sendiri merupakan teknologi
pendidikan”. Artinya, merancang pembelajaran yang baik pada sebuah sekolah itu menjadikan sekolah tersebut
harus siap
dengan teknologi yang dapat
menggambarkan kualitas pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini, Abu Ahmadi
11
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Makro) , (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 21. 12 B. Suryosubroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 48. 13 M. Moh. Rifa’i, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Jemmar, 1987), h.22-23. 14 Cranton Patricia, Planning Instruction for Adult Leaners, (Canada: Webcom Limited, 1989), h. 2.
7
mengemukakan bahwa proses pembelajaran di sekolah dihadapkan
kepada
keadaan: “Cara penyajian guru; hubungan guru dan siswa; hubungan antara siswa; bahan pelajaran; fasilitas belajar dan mengajar, dan; waktu dalam belajar.” 15 Sistem
pengajaran
yang
baik
harus
dapat
membantu
siswa
mengembangkan diri secara optimal, karena pada hakikatnya siswalah yang belajar. Proses belajar-mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan disini harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna bagi siswa. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh adanya manajemen pembelajaran yang baik agar tujuan yang diharapakan dapat tercapai. Untuk mewujudkan keinginan tersebut bukan hal yang mudah, peran kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dan para guru sangat dituntut untuk mengembangkan potensi, kreatifitas dan inisiatif yang ada pada diri mererka untuk mengatasi dan menciptakan pendidikan bermutu dengan cara menerapkan manajemen pembelajaran
yang ada dengan pengelolaan pembelajaran untuk
memperkirakan tingkat pencapaian yang dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik. Melihat kenyataan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan manajemen pembelajaran yang baik terutama pada sekolah dasar yang cukup memiliki prestasi yang lebih di Kota Palangka Raya. Salah satu lembaga pendidikan yang terus berupaya menerapkan teori-teori manajemen pembelajaran yang baik adalah SDIT Al- Furqan dan SDN 4 Menteng 15
Abu Ahmadi, Psikologi Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 279-296.
8
Palangka Raya. Dipilihnya SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng ini karena keduanya merupakan sekolah dasar yang berprestasi di kota Palangka Raya, yang mana SDIT Al-Furqan ini berstatus swasta dan SDN 4 Menteng berstatus negeri, sehingga keduanya dapat dikatakan mewakili prestasi pendidikan yang ada di kota Palangka Raya untuk tingkat sekolah dasar baik swasta maupun negeri. SDIT Al-Furqan yang beralamatkan di Jl. Murai 1-B Palangka Raya. SDIT Al-Furqan ini merupakan sekolah dasar swasta yang memiliki karakter unik dan khas, karena sekolah ini berbeda dengan kebanyakan sekolah dasar umum lainnya yang hanya memberikan pendidikan formal saja tanpa diimbangi dengan pendidikan spiritual dan kerohanian. Padahal pendidikan spiritual sangat diperlukan pada saat ini agar generasi kita mampu menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini. Untuk itulah didirikan sekolah SDIT Al-Furqan dalam pelaksanakan pembelajarannya dengan berkonsep learning spiritual religius, yaitu sekolah dengan roh spiritual, baik spiritual secara etos kerja, etos mendidik serta etos mengajar. Sekolah SDIT Al-Furqan terdiri dari tenaga kerja pendidik yang profesional di bidangnya, serta memiliki wawasan luas tentang agama islam. Waktu pembelajaran SDIT Al-Furqan Palangka Raya relatif sama dengan sekolah umum lainnya dengan jumlah mata pelajaran yang lebih banyak mengingat ada dua kurikulum yang diajarkan yakni umum dan agama. Dengan kondisi ini, pembelajaran di SDIT Al-Furqan Palangka Raya tetap terlaksana, bahkan tidak sedikit
muridnya yang berprestasi di bidang akademik. Namun
demikian, tentu bukan hal yang mudah bagi guru-guru, wakasek kurikulum dan
9
kepala sekolah untuk melaksanakan pembelajaran yang baik dengan waktu yang terbatas, perlu adanya manajemen pembelajaran yang baik pula. Adapun Visi dari SDIT Al-Furqan Palangka Raya Kalimantan Tengah yaitu “Exellence school, mendidik anak menjadi cerdas dan berakhlak mulia ”. Sedangkan Misinya yaitu: (1) Memberikan pendidikan dan pembelajaran terstruktur, sistematis, dan terukur; (2) Mencontohkan dan membiasakan beribadah, berperilaku Islami, dan berakhlak mulia; (3) Melaksanakan bimbingan yang bermutu sesuai dengan potensinya. Adapun SDN 4 Menteng ini terletak di Jalan M.H. Thamrin No.19 Palangka Raya Kalimantan Tengah dan berada di daerah Perkotaan dan pemukiman penduduk, dengan peserta didik sebanyak 468 orang siswa, 32 orang tenaga pendidik dan memiliki 18 rombongan belajar. Menjadikan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang berkualitas, indah, sehat, aman, nyaman, rapi dan asri (BERSINAR) dan menuju Sekolah Adiwijaya merupakan impian dari SD Negeri 4 Menteng Palangka Raya. Harapan tersebut semakin kuat dengan terpilihnya SDN 4 Menteng sebagai salah satu calon Sekolah Adiwijaya Tahun 2013. Waktu pembelajaran SDN 4 Menteng Palangka Raya juga relatif sama dengan sekolah umum lainnya dengan jumlah mata pelajaran pokok terdiri dari 8 mata pelajaran dan ditambah dengan 3 muatan lokal dan pengembangan diri. Dengan kondisi pembelajaran tersebut, bahkan tidak sedikit muridnya yang berprestasi di bidang akademik. Namun demikian, tentu bukan hal yang mudah
10
untuk melaksanakan pembelajaran yang baik dengan waktu yang terbatas, perlu adanya manajemen pembelajaran yang baik pula. Adapun Visi SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah ini adalah unggul dalam prestasi berdasarkan iman taqwa, menguasai ilmu dan teknologi berbasis budaya ramah lingkungan. Sedangkan Misinya yaitu: (1) Menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui pengamalan ajaran agama; (2) Menanamkan sikap dan perilaku sopan santun, toleransi, d an saling menghormati seluruh warga sekolah sebagai cermin luhurnya budi pekerti dan akhlak mulia; (3) Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan dengan suasana kondusif, melalui pendekatan pembelajaran PAIKEM; (4) Menghasilakn peserta didik yang berprestasi bidang akademik dan non akademik di tingkat kota, provinsi dan nasional. Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Manajemen Pembelajaran di SDIT Al-Furqan Palangka Raya dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah (Studi Pada Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Matematika). B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi fokus penelitian adalah manajemen pembelajaran SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah, yang selanjutnya dirinci menjadi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah?
11
2. Bagaimana pengorganisasian pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah? 3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah? 4. Bagaimana evaluasi pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT AlFurqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah. 2. Untuk mendeskripsikan pengorganisasian pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah. 3. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah. 4. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah.
12
D. Definisi Operasional Untuk memperjelas maksud tujuan tesis
ini, maka ditegaskan sebagai
berikut: 1.
Manajemen Pembelajaran Manajemen
yang
dimaksud
disini
adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien. 16 Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa atau juga antara sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap serta memantapkan apa yang dipelajari itu. 17 Jadi, Manajemen pembelajaran yang dimaksud adalah sebagai proses pengelolaan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian da lam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam arti lain manajemen pembelajaran adalah aplikasi prinsif, konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 18 Dalam pengertian ini mengandung cara guru membelajarkan siswa dalam proses belajar guna memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap di lingkungan kelas. 16
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2004), h.
17
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Bandung: Bina Aksara, 1989), h. 102 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005),
188-189 18
h.18.
13
2.
SDIT Al-Furqan Palangka Raya SDIT Al-Furqan adalah salah satu Sekolah Dasar Islam Terpadu yang
dimiliki oleh Yayasan Al-Furqan Palangka Raya, dan merupakan seko lah dasar swasta yang berkarakter spiritual religius learning. 3.
SDN 4 Menteng Palangka Raya SDN 4 Menteng adalah Sekolah Dasar Negeri unggulan di kota Palangka
Raya dan menjadi salah satu favorit dengan terpilihnya SDN 4 Menteng sebagai salah satu calon Sekolah Adiwijaya Tahun 2013. Dari kedua sekolah ini yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Agama Islam dan guru mata pelajaran Matematika pada kelas VI, dan yang menjadi objek penelitian ini adalah manajemen pembelajaran di kedeua sekolah tersebut. Jadi manajemen pembelajaran yang dimaksud di sini adalah sebagai proses pengelolaan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya. Sehingga maksud dari judul penelitian ini adalah proses pengelolaan dalam kegiatan
belajar
mengajar
yang
dimulai
dari
proses
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dilaksanakan oleh para guru, terutama guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dan guru bidang studi Matematika yang mengajar pada kelas VI di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya.
14
E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teori maupun praktek. 1.
Secara Teori a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan kajian dalam upaya untuk mendalami manajemen pendidikan di suatu lembaga pendidikan tingkat dasar maupun menengah, khususnya SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya. b. Selanjutnya temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi terhadap rencana pengembangan sekolah (RPS) khususnya pengembangan manajemennya. c. Sebagai khazanah Pascasarjana
IAIN
keilmuan Antasari
sekaligus
referensi bagi
Banjarmasin
atau
siapa
mahasiswa saja
yang
berkepentingan. 2.
Secara Praktis a. Bagi SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas manajemen pembelajaran atau pendidikan. Sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui dengan jelas berhasil tidaknya dalam melaksanakan dan mengelola manajemen di sekolah. Di samping itu, hasil penelitian ini agar dapat dijadikan suatu perbaikan bila pelaksanaannya masih terdapat kekurangan.
15
b. Bagi kepala sekolah dan seluruh tenaga pendidik dan kependidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan berbagai kebijakan yang terkait dengan manajemen pembelajaran di sekolah. c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tambahan atau pembanding bagi peneliti lain yang masalah penelitiannya sejenis. F. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang terdahulu yang relevan untuk pembanding pe nelitian ini sebagai berikut: 1.
Zonnun Almikhri (2009) Penelitian yang dilakukan oleh Zonnun Almikhri, Peran kepemimpinan
kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan, studi kasus pada Madrasah Aliyah Negeri Selat tengah kabupaten kapuas, pada program pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin, 2009. Dalam penelitian ini mengungkap persoalan peran kepemimpinan kepala sekolah yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keberhasilan dan kemajuan pendidikan sangat dite ntukan dengan adanya peran kepemimpinan kepala sekolah, guru yang berprestasi dan terampil serta tenaga administrasi yang merupakan pelaksana utama dalam proses belajar mengajar. Usahanya dalam meningkatkan mutu pendidikan mencakup usaha di lingkungan sekolah dan di luar sekolah. Adapun hasil peningkatan mutu pendidikan adalah melalui tenaga pendidik yang professional dan mempunyai kreativitas sebagai pengajar, adanya tenaga administrasi yang professional,
16
peningkatan siswa berprestasi, sarana prasarana yang memadai, dan adanya saling kerjasama dengan pemerintah setempat. 2.
Norkansyah (2008) Penelitian yang dilakukan oleh Norkansyah, manajemen pembelajaran di
Madrasah Aliyah Normal Islam Putra Rasyidiah Khalidiyah (MA NIPA RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan, pada program pasca sarjana
IAIN Antasari
Banjarmasin, 2008. Dari
hasil
penelitian
ini
dapat
disimpulkan bahwa
manajemen
pembelajaran di MA NIPA RAKHA amuntai sudah menggunakan sistem pembelajaran modern, namun belum dilaksanakan secara optimal. Pengelolaan pembelajaran mengacu pada pola pesantren, yakni tetap memelihara tradisi yang ada dan selalu terbuka untuk menerima perubahan-perubahan kearah yang lebih baik. Pelaksanaan pembelajaran masih berorientasi pada guru, dalam arti guru lebih banyak menumpahkan pengetahuannya kepada siswa tanpa banyak melibatkan peran aktif siswa dalam menggali sumber belajar. 3.
H. Rustam Efendi (2009) Penelitian
yang dilakukan
olehH.
Rustam Efendi,
manajemen
pembelajaran guru pendidikan PAI pada SMP Islam Terpadu Qardhan Hasana kota Banjarbaru, pd program pasca sarjana IAIN Antasari Banjarmasin, 2009. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan Agama Islam Qardahan Hasana Banjarbaru telah membuat perencanaan pembelajaran yang terdiri dari pembuatan program tahunan, pembuatan
program
semester,
dan
penyusunan
silabus.
Dalam
hal
17
pengorganisasian pihak sekolah telah jadwal dan jam mengajar Guru Penddidikan Agama Islam. Demikian pula guru Pendidikan Agama telah teroganisir pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sedangkan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama berjalan efektif dan efisien karena telah memenuhi kriteria pelaksanaan pembelajaran seperti: pre test (tes yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran), proses pembelajaran ( kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran), dan post test (tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajran selesai). Dan juga para guru Pendidikan Agama Islam telah melaksanakan kegiatan pembelaja ran sesuai dengan silabus yang telah dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Sistem evaluasi yang digunakan oleh para guru Pendidikan Agama berbentuk tes formatif, subsumatif, dan sumatif dengan instrumen berbentuk tes obyektif, essay dan tes perbuatan, sedangkan aspek penilaian terhadap perilaku siswa meliputi: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 4.
M. Idris (2008) Penelitan M. Idris Syukur, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) pada sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Banjarmasin Pada Program Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin, 2008. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil temuan sebagai berikut: pertama, para guru Pendidikan Agama Islam SMPN 3 Banjarmasin telah membuat perencanaan pembelajaran terdiri dari pembuatan perencanaan pembelaja ran yang terdiri dari pembuatan program tahunan, pembuatan program semester, dan penyusunan silabus. Kedua, pengorganisasian pembelajaran Pendidikan Agama
18
Islam SMPN 3 Banjarmasin untuk menunjang
kelancaran dan ketertiban
pembelajaran telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan menempatkan guru Pendidikan Agama Islam pada masing- masing kelas yaitu kelas VII, VIII, dan IX, membuat jadwal dan jam mengajar guru Pendidikan Agama Islam, serta membagi kelas berdasarkan ranking
yang diperoleh siswa. Ketiga, pelaksananan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam SMPN 3 BJM berjalan efektif dan efisien karena telah memenuhi kriteri pelaksanaan pembelajaran
seperti:
pre test (tes yang dilakukan sebelim memulai
pembelajaran), proses pembelajran( kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran), dan post test (tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajran selesai). Keempat, Sistem evaluasi yang digunakan oleh para guru Pendidikan Agama berbentuk tes formatif, subsumatif, dan sumatif dengan instrumen berbentuk tes obyektif, esaydan tes perbuatan, sedangkan aspek penilaian terhadap perilaku siswa meliputi: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari beberapa penelitian yang ada, sebenarnya sudah ada yang melakukan penelitian tentang manajemen pembelajaran. Akan tetapi penelitian tersebut di khususkan pada 1 (satu) sekolah pada tingkat SMP hingga SMA dan yang sederajat, sedangkan penelitian ini akan memuat 2 (dua) sekolah pada tingkat dasar yakni sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri d i kota Palangka Raya yang berprestasi. Dalam konteks inilah, penulis tertarik melakukan penelitian dengan dasar yang sama, tetapi dengan lokasi penelitian yang berbeda serta penambahan 1 (satu) sekolah yang masing- masing mewakili sekolah swasta dan negeri.
19
G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika sekaligus struktur tesis ini tersusun sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian Secara Teoritis dan Praktis, Definisi
Operasional, Penelitian Terdahulu, dan Sistematika Penulisan. Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari Konsep Manajemen Pembelajaran, Fungsi Manajemen Pembelajaran, Ruang Lingkup Manajemen Pembelajaran, dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran. Bab III Metode Penelitian terdiri dari Jenis dan Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Data dan Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan Data. Bab IV Paparan Data Penelitian terdiri dari Gambaran Umun SDIT AlFurqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya, penyajian data tentang manajemen pembelajaran guru PAI dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Bab V Pembahasan terdiri dari analisis tentang penerapan manajemen pembelajaran yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran guru PAI dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah. Bab VI Penutup terdiri dari simpulan dan saran-saran/rekomendasi.
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Manajemen Pe mbelajaran 1. Pengertian Manajemen pembelajaran terdiri dari dua istilah, yaitu manajemen dan pembelajaran. Namun sebelum menegemukakan istila h tentang manajemen pembelajaran, terlebih dahulu dikemukakan mengenai istilah yang berkaitan langsung dengan manajemen pembelajaran, yakni manajemen pendidikan. Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat diterima semua orang. Salah satunya adalah menurut Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan bahwa manajemen adalah : “Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”19 Istilah manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efesien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain. Siagian menyebutkan
manajemen
adalah
kemampuan
dan
keterampilan
untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan– kegiatan orang lain. 20 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses kontinu yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khusus yang 19
Husnul Yaqin, Kapita Selekta Administrasi Dan Manajemen Pendidikan , h. 3. Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), h. 1. 20
21
dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegia tan baik secara perorangan maupun bersama orang lain dalam mengkoordinasi dan menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan organisasi secara produktif, e fektif, dan efesien. Selanjutnya definisi tentang pendidikan banyak dikemukakan oleh para ahli dalam rumusan yang beraneka ragam. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 21 Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 22 Dari pengertian manajemen dan pendidikan di atas, maka manajemen pendidikan bisa di artikan sebagai suatu proses yang mengandung fungsi- fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga pendidikan itu dapat berjalan secara efektif dan efesien menghasilkan peserta didik yang mempunyai pengetahuan, kepribadian dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. 23
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pemb inaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994, h. 232 22 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Penerbit Fo kusmedia, 2006) 23
Husnul Yaqin, Kapita Selekta Administrasi…, h. 5.
22
Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan. Manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien untuk mencapai tujuan secara efektif. Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 24 Setelah dikemukakanya tentang pengertian manajemen pendidikan, maka dapat dipahami bahwa manajemen pembelajaran merupakan satu kesatuan dari manajemen pendidikan. Para ahli mengemukakan pengertian yang beragam tentang manajemen pembelajaran. Pada dasarnya manajemen pembelajaran merupakan penggabungan dua kata istilah yaitu manajemen dan pembelajaran. Adapun pengertian manajemen sudah diterangkan sebelumnya, sedangkan istilah
pembelajaran
merupakan bentuk kata dari belajar. Diknas memberikan makna belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar. Dari konsep belajar muncul istilah pembelajaran. Degeng dalam Wena (2009) mengartikan pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa, kejadian, dan sebagainya) yang secara sengaja dirancang untuk
24
H. Engkoswara dan Aan Ko mariah, Ad ministrasi Pendidikan, h. 87-88.
23
mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah. 25 Adapun pembelajaran merupakan istilah baru yang muncul akhir-akhir ini. Sebelumnya orang mengenal dengan istilah kegiatan belajar mengajar dimana pengajaran lebih terpusat pada guru, sedangkan pembelajaran lebih terpusat kepada siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. 26 Dari pengertian ahli di atas dapat disimpulkan pengertian pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa-siswa belajar. Pembelajaran juga diartikan sebagai sebuah proses perubahan tingkah laku atau sikap yang disebabkan oleh pengalaman. Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai tujuan. Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran. Sedangkan pengertian manajemen pembelajaran menurut para ahli diantaranya menurut Syaiful Sagala manajemen pembelajaran diartikan sebagai usaha dan tindakan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional di sekolah dan 25
Permendiknas, No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 885. 26
24
usaha maupun tindakan guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dilaksanakan sedemikian rupa untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan program sekolah dan pembelajaran. 27 Artinya manajemen pembelajaran di sekolah merupakan pengelolaan pada beberapa unit pekerja oleh personel yang diberi wewenang
untuk
itu,
yang
muaranya pada suksesnya program
pembelajaran. Sementara menurut Arikunto manajemen pembelajaran adalah proses pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan/proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 28 Setelah mengetahui pengertian dari manajemen dan pembelajaran serta manajemen pembelajaran dari beberapa ahli, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran adalah keseluruhan kegiatan mengelola proses membelajarkan siswa sebagai pebelajar oleh guru melalui tahaptahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian dengan maksud mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan kata lain pengertian manajemen pembelajaran (instructional management) atau pengelolaan pembelajaran secara operasional adalah aplikasi
fungsi- fungsi
manajemen pada aspek-aspek
pembelajaran. 2. Tujuan Manaje men Pe mbelajaran Tujuan manajemen pembelajaran adalah untuk menciptakan proses belajar dengan mudah direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan
27 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta,2009), h. 140 28 Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta 1990), h.2
25
dengan baik. Dengan proses belajar- mengajar yang demikian itu maka pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan efisien. Efektif disini artinya dapat membelajarkan siswa sehingga dapat membentuk dan meletakkan keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesua ikan diri dengan lingkungannya. Guru, murid dan bahan ajar merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Ketiga unsur ini saling berkaitan, mempengaruhi serta saling tunjang-menunjang antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, maka unsur- unsur yang lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat bahwa guru berfungsi membuat keputusan yang ber hubungan dengan: 1) Perencanaan, 2) Implementasi dan 3) penilaian/evaluasi. 29 Oleh karena itu, dilakukan manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efesien. 3. Prinsip Manaje men Pe mbelajaran Prinsip manajemen pembelajaran adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir untuk sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan guna mencapai tujuan pembelajaran. 30
29
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h . 91 30
Ahmad Sholihin, Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan, (http://ahmadsholihin.blogspot.com/2013/10/prinsip-prinsip-manajemen-pendidikan.ht ml?m=1), Accessed 16 Oktober 2013.
26
Secara umum Douglas merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut: a. Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja. b. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab. c. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya. d. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia. e. Relativitas nilai- nilai. Prinsip di atas
memiliki esensi bahwa manajeme n dalam ilmu dan
praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilainilai. 31 Hal ini hampir selaras dengan apa yang dikemukakan Fattah yang dikutip oleh Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI yang mengklasifikasikan prinsip manajemen ke dalam tiga ranah yaitu: a. Prinsip manajemen berdasarkan sasaran: bahwa tujuan adalah sangat esensial bagi organisasi. b. Prinsip manajemen berdasarkan orang; adalah suatu aktivitas manajemen yang diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia. c. Prinsip manajemen berdasarkan informasi; adalah aktivitas manajemen yang membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap dan akurat. 32 Oleh karena itu, prinsip yang digunakan dalam dunia pendidikan sangatlah komplek dan begitu rumit. Tapi sebagai calon pengajar ya ng baik setidak-tidaknya 31
Ibid. Tim Dosen Administrasi Pendid ikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, h. 90-92. 32
27
harus mempunyai beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk proses belajar mengajar secara efektif dan efesien. Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 33 a. Perhatian Dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan. b. Motivasi Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. c. Keaktifan Siswa Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
33 Ahmad Sholihin, Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan, (http://ahmadsholihin.blogspot.com/2013/10/prinsip-prinsip-manajemen-pendidikan.ht ml?m=1), Accessed 16 Oktober 2013.
28
d. Keterlibatan Langsung Pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran. e. Pengulangan Belajar Penguasaan materi oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya materi yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar. f. Materi Pelajaran yang Merangsang dan Menantang Kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang seda ng diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikian rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya. g. Balikan atau Penguatan kepada Siswa Penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan. h. Aspek-aspek Psikologi lain Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu
29
memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran, dan lain- lain.
B. Fungsi Manajemen Pembelajaran Manajemen pembelajaran mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran. Dalam hubungan ini, menurut Oemar Hamalik terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan, sebagai berikut: 34 1. Fungsi perencanaan, mencakup berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan, dan lain- lain. 2. Fungsi organisasi, meliputi pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, distribusi tugas dan tanggung jawab, dalam pengelolaan secara intergral. 3. Fungsi koordinasi, yang berupaya menstabilisasi antara berbagai tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk menjamin pelaksanaan dan berhasil program pendidikan. 4. Fungsi motivasi (penggerakan), yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi proses dan keberhasilan program pelatihan. 5. Fungsi kontrol, yang berupaya melakukan pengawasan, penilaian, monitoring, perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan dalam sistem manajemen pendidikan tersebut.
34
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 81-82.
30
Menurut G.R. Terry, fungsi manajemen meliputi: 1. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah proses kegiatan rasional dan sistemik dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau langkah- langkah yang akan dilaksanakan dikemudian hari dalam rangka usaha mencapai tujuan secara efektif dan efesien. 35 2. Pengorganisasian (organizing) George R. Terry mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orangorang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”. 36 3. Pelaksanaan/Penggerakkan (actuating) Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, George R. Terry mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan
35 36
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan,..h. 25. Ibid, h. 27.
31
sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.37 Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapa t melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. 4. Pengawasan (controlling) Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Pengawasan
merupakan
suatu
kegiatan
yang
berusaha
untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan planning, organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating), reporting, controlling. Namun demikian dalam operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen pada tingkat/level makro/masso seperti departemen dan dinas dengan melakukan fungsi manajemen secara umum dan
37
Marno dan Triyo Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), h. 21.
32
pada level institusi pendidikan mikro yaitu sekolah yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating, innovating, controlling.38 Demikian juga yang terdapat dalam buku Kapita Selekta Administrasi Dan Manajemen Pendidikan oleh Husnul Yaqin disebutkan paling tidak ada lima unsur penting yang harus ada dalam manajemen pendidikan yang kita coba lihat isyaratisyaratnya dalam al-Qur’an yang meliputi: 39 1) Planning (perencanaan) 2) Organizing (pengorganisasian) 3) Actuating (penggerakan) 4) Communication (komunikasi) 5) Controlling (pengawasan)
Fungsi- fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen. Merujuk pada perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya
38 39
H. Engkoswara dan Aan Ko mariah, Ad ministrasi Pendidikan, h. 93. Husnul Yaqin, Kapita Selekta Administrasi…, h. 9.
33
organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya. Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan. Dari beberapa fungsi manajemen sebagaimana disebutkan terdahulu terdapat tiga hal yang amat mendasar untuk mendapat perhatian dalam mengelola pembelajaran. Ketiga hal tersebut adalah pada aspek perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Actuating), dan evaluasi (Controlling). a. Perencanaan Perencanaan dikenal dengan istilah “scheduling”. Guru dituntut untuk membuat rencana pembelajaran sebaik mungkin. Visi dan misi pendidikan harus jelas sesuai dengan pedoman UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dengan demikian, perencanaan berfungsi sebagai langkah awal dalam menetapkan garis besar pem,belajaran, serta menetapkan struktur organisasi yang akan dilakukan dalam proses pendidikan dengan pertimbangan-pertimbangan secara eklektis (pilihan yang terbaik). b. Pelaksanaan Dalam konteks pembelajaran di sekolah tugas menggerakkan dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional, sedangkan dalam konteks kelas penggerakkan dilakukan oleh guru sebagai penanggung jawab pembelajaran.
34
Pelaksanaan dalam proses pembelajaran dilak ukan oleh pendidik dengan suasana yangedukatif agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar dengan antusias, dan mengoptimalkan kemampuan belajarnya dengan baik. 40 c. Evaluasi Evaluasi juga identik dengan pengawasan. Ada dua macam pengawasan, yaitu pengawasan preventif dan pengawasan korektif. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang mengantisipasi terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam belajar- mengajar. Di lain pihak, pengawasan korektif merupakan tindakan nyata terhadap aktivitas-aktivitas yang telah berlangsung. 41 Dalam proses pengawasan ini akan dievaluasi kembali berbagai aspek dan tindakan yang telah dilakukan. Aspek tersebut mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, motivasi, menggerakkan, memberi perintah, pengkoordinasian, dan pengontrolan. Untuk keperluan pengawasan ini guru mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi kegiatan belajar serta memanfaatkannya untuk mengendalikan pembelajaran sehingga tercapai tujuan belajar. 42 C. Ruang Lingkup Manaje men Pembelajaran Ruang lingkup manajemen pembelajaran itu sendiri terdiri dan dibatasi pada: (1) Perencanaan Pembelajaran, (2) Pengorganisasian Pembelajaran, (3) Pelaksanaan Pembelajaran, dan (4) Evaluasi Pembelajaran.
40
Syaifu l Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 145. Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Rieka Cipta, 2000), h. 6 42 Syaifu l Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,… h. 146 41
35
1. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas professionalnya sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar para siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru sebelum masuk ke ruang kelas, sudah mempersiapkan sejumlah materi dan bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa, agar penyampaian materi tersebut sesuai dengan arah dan tujuan yang ditetapkan, maka lebih dulu disusun suatu perencanaan yang feasible dan matang. Dengan kesiapan perencanaan yang matang ini permasalahan teknis dapat diatasi, tinggal guru mengatur skenario pembelajaran yang efektif di kelas sesuai rencana tersebut. Jadi perencanaan pembelajaran adalah awal dari semua proses yang rasional sebaga i proses penetapan, penyusunan berabagai keputusan penyelenggaraan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pemanfaatan sumber-sumber daya pendidikan yang tersedia secara terpadu. Perencanaan pembelajaran pada prinsipnya meliputi: (a) menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam implementasi pembelajaran; (b) membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target pembelajaran; (c) mengembangkan alternatifalternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran; (d) mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran;
36
dan (e) mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusankeputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Jika prinsip-prinsip ini terpenuhi, secara teoritik perencanaan pembelajaran itu akan member penegasan untuk mencapai tujuan sesuai scenario yang disusun. 43 Adapun perencanaan proses pembelajaran ini meliputi Pembuatan Program Tahunan, Pembuatan Program Semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi
dasar
(KD), indikator
pencapaian
kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembela jaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. 44 a. Pembuatan Program Tahunan Program tahunan adalah rencana kegiatan yang akan dilakukan, disampaikan kepada siswa dan dikerjakan oleh guru dalam waktu satu tahun (satu tahun ajaran) yang di dalamnya harus memuat antara lain: Identitas Pelajaran, Kompetensi dasar, Materi dan Alokasi Waktu. 45 Pembuatan program tahunan merupakan rencana pembelajaran selama satu tahun yang disusun berdasarkan KTSP dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah serta disesuaikan
43
Syaifu l Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,… h. 142-143. Permendiknas, No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses 45 H. Mgs. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran (Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum , (Yogyakarta: Teras, 2007), h. 118. 44
37
dengan kalender pendidikan yang berlaku. Program tahunan dibuat berbentuk matrik didahului dengan identitas format sebagai berikut: (1) Nama satuan pendidikan; (2) mata pelajaran; (3) kelas/semester; (4) tahun ajaran. Adapun isi dari setiap kolom program terdiri dari: (1) nomor urut; (2) standar kompetensi; (3) kompetensi dasar; (4) materi pokok; (5) alokasi waktu. b. Pembuatan Program Semester Program semester adalah rencana kegiatan yang akan dilakukan, disampaikan kepada siswa dan dikerjakan oleh guru dalam jangka waktu satu semester dan merupakan penjabaran dari program tahunan yang telah dibuat sebelumnya. 46 Dengan kata lain, program semester adalah program yang berisi garis-garis besar dari rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan dan akan dicapai selama satu semester. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan yang di dalamnya harus memuat antara lain: Identitas Pelajaran, Kompetensi Dasar, Alokasi Waktu, Bulan dan Pekan Pelaksanaan. Dengan demikian, isi dari program semester ini tentang bulan, pokok bahasan yang akan disampaikan dan waktu yang direncanakan. Menurut Moh. Uzer usman dan Lilis Setiawati, tujuan pembuatan program semester ini agar tercapai: 1) efesiensi dan efektifitas proses pembelajaran berdasarkan tenaga, waktu, dan sarana ayng tersedia; 2) tujuan pembelajaran secara optimal,
46
Ibid., h. 123.
3)
terselesaikannya
kurikulum sehingga
mempermudah
38
tercapainya tujuan kurikulum, dan 4) sebagai pedoman kerja bagi guru dalam proses pembelajaran. 47 c. Pembuatan Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. 48 Silabus sebagai acuan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus ini diperlukan sebagai pertanggungjawaban professional pendidik terhadap lembaga. Sejawat, peserta didik dan masyarakat. 49 Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 50 . Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG) dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus 47
Moh. Uzer Us man dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosyda Karya, 1993), h. 34. 48 Suharsimi Arikunto dan Lia Yu liana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media bekerjasama dengan Faku ltas Ilmu Pendidikan Un iversitas Yogyakarta, 2008), h. 162. 49 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Gu ru,…h. 4. 50 KTSP adalah kurikulu m operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tu juan pendidikan, struktur dan muatan kurikulu m tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Lihat Suharsimi Arikunto dan Lia Yu liana, Manajemen Pendidikan,…h. 162.
39
disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.51 Pengembangan silabus harus dilakukan secara sistematis, dan mencakup komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. 52 Silabus memuat sekurang-kurangnya komponenkomponen, sebagai berikut 53 : (1) identitas silabus, (2) standar kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4) materi pokok/pembelajaran, (5) kegiatan pembelajaran, (6) Indikator, (7) penilaian, (8) alokasi waktu, dan (9) sumber belajar. d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
51
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,…h. 4-
5. 52
E. Mu lyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelakaran KBK, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2006), h. 39. 53 Muhaimin, et al, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 115-116. Lihat juga Permendiknas, No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
40
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangna fisik, serta psikologis peserta didik. 54 Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi: 1. Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2. Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang
menggambarkan
penguasaan
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. 3. Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4. Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan
penilaian
mata
pelajaran.
Indikator
pencapaian
kompetensidirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 5. Tujuan pembelajaran
54
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Gu ru,…h. 5
41
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan ha sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8. Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I. 9. Kegiatan pembelajaran a. Pendahuluan Pendahuluan pembelajaran
yang
merupakan kegiatan awal dalam suatu ditujukan
untuk
membangkitkan
pertemuan
motivasi
dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
42
b. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memberikan
memotivasi peserta didik ruang
yang
cukup
untukberpartisipasi aktif,
bagi
prakarsa,
kreativitas,
serta dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inidilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. 10. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 11. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 55 2. Pengorganisasian Pembelajaran Kegiatan pengorganisasian pembelajaran bagi tiap guru dalam institusi sekolah dimaksudkan untuk menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas 55
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,…h. 57. Lihat juga Permendiknas, No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
43
sesuai dengan prinsip pengorganisasian, dengan membagi tanggung jawa setiap personel sekolah dengan jelas sesuai bidang, wewenang, mata pelajaran, dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini Gorton sebagaimana dikutip Syaiful Sagala mengemukakan pengorganisasian adalah terbaginya tugas kedalam berbagai umur organisasi, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan tugas-tugas kedalam sub-sub atau komponen organisasi.56 Sedangkan Oteng Sutisna menyatakan bahwa pengorganisasian sebagai kegiatan menyusun struktur dan
membentuk
hubungan-hubungan
agar diperoleh
kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama. 57 Jika ditelusuri hubungan pengoraganisasian dengan pembelajaran, tampak pada adanya unsur-unsur yang mempersatukan yaitu tujuan bersama yang menjadi ikatan bersama antara guru sebagai pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran dan siswa sebagai peserta didik untuk mencapai tujuan belajar yang dilaksanakan bersama oleh pendidik dan peserta didik. Sedangkan unsur yang memisahkan adalah adanya kewenangan guru dalam menyampaikan pelajaran dilain pihak adanya kewajiban peserta didik untuk mematuhi aturan dalam mengikuti pelajaran.
Bagi guru dalam
merencanakan
program pembelajaran dan
melaksanakan tugas pembelajaran perlu menstrukturkan model dan perencanaan pembelajaran sesuai aturan atau kaidah pembelajaran, dan memenuhi aspek-aspek edukatif dengan memperhatikan unsur- unsur persatuan dan juga unsur-unsur yang memisahkan.
Berikan kesempatan kepada
murid- murid
untuk
mencoba
mempraktekkan prinsip-prinsip dan prosedur belajar. 56
Syaifu l Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,… h. 143. Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa, 1983), h. 174 57
44
Pengoragnisasian pembelajaran ini memberi gambaran bahwa kegiatan belajar dan mengajar mempunyai arah dan tanggung jawab yang jelas. Artinya dilihat dari komponen yang terkait dengan pembelajaran pada institusi sekolah memberikan gambaran bahwa jelas kedudukan kepala sekolah dalam memberikan fasilitas dan kelengkapan pembelajaran, jelas kedudukan guru untuk menentukan dan mendesain pembelajaran, dan mengorganisasikan alokasi waktu, desain kurikulum, media dan kelengkapan pembelajaran, dan lainnya yang berkaitan dengan suksesnya penyelenggaraan kegiatan belajar. Kemudian jelas kedudukan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar baik di kelas maupun di rumah, di bawah koordinasi guru dan juga orang tua siswa yang berkaitan dengan belajar. 58 Dalam
pengorganisasian
pembelajaran
kepala
sekolah
mengatur
pembagian tugas mengajar,penyusunan jadwal pelajaran dan pembagian kelas. 59 a. Pembagian tugas mengajar dan tugas-tugas lain perlu dilakukan secara merata sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru. Diupayakan setiap guru memperoleh jam tugas sesuai dengan beban tugas minimal.Pemerataan beban tugas akan menumbuhkan rasa kebersamaan pemberia n tugas sesuai dengan keahlian dan minat akan meningkatkan motivasi kerja guru memperoleh beban minimal akan membuat guru merasa aman dan dapat naik pangkat dengan tepat waktu. b. Penyusunan jadwal pelajaran diupayakan agar guru mengajar maksimal 5 hari perminggu sehingga ada 1 hari tidak mengajar untuk pertemuan KKG. Setiap
58
Syaifu l Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,… h. 143-144. Depdikbud, Pengelolaan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal, (Jakarta: Dit jen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Menengah Umu m, 1998), h. 60 59
45
hari sebaiknya guru tidak mengajar lebih dari 6 jam pelajaran, sehingga ada waktu istirahat. c. Pembagian kelas juga merupakan hal penting dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan kemampuan daya serap dan minat siswa dalam menerima bahan yang disampaikan oleh guru berbeda. Sedang bagi seorang guru menurut Davis dalam Syafaruddin dan Irwan Nasution proses pengorganisasian pembelajaran meliputi empat kegiatan, yaitu: 60 a. memilih alat taktik yang tepat b. memilih alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat c. memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat) d. memilih strategi yang tepat. Dengan demikian jelaslah, pengorganisasian pembelajaran meliputi aspek: (1) menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan untuk menyelesaikannya; (2) pengelompokkan komponen pembelajaran dalam struktur sekolah secara teratur; (3) membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordiansi pembelajaran; (4) merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur pembelajaran; dan (5) memilih, mengadakan latihan dan pendidikan dalam upaya pertumbuhan jabatan guru dilengkapi dengan sumber-sumber lain yang diperlukan. Pengorganisasian pembelajaran ini member gambaran apakah seorang guru mampu mengelola kelas dengan menggunakan teknik dan langkah tertentu 60
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), h. 110.
46
seperti yang tertuang dalam perencanaan pengajaran yang dibuatnya sendiri, sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan suasana yang harmonis, edukatif, meaning full, berkualitas, dan mengarah pada pencapaian tujuan yang lebih ditentukan. 61 3. Pelaksanaan Pe mbelajaran Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi dan bergantungan satu sama lain. Suyanto dan Hisyam 62 mengatakan bahwa dalam proses belajar yang pada hakikatnya merupakan proses edukatif, paling tidak meliputi: tujuan yang jelas yang akan dicapai, bahan yang menjadi interaksi, siswa yang aktif mengalami, guru yang melaksanakan,
metode yang digunakan untuk mencapai tujuan, situasi yang
memungkinkan proses interaksi berlangsung baik dan evaluasi atau penilaian terhadap hasil interaksi itu. Dalam kaitan ini, Kunandar mengatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga hal berikut: a. Pre test, yaitu tes yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar dimulai. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai materi yang akan dijelaskan; b. Proses, yaitu kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Proses pembelajaran perlu dilakukan secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengemas pembelajaran 61 62
Syaifu l Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,… h. 144-145. Surakh man, Pengantar Interkasi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1982), h. 45
47
tersebut. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat aktif, baik mental, fisik dan sosialnya. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian (75%) peserta didik terlibat secara efektif dalam proses pembelajaran dan siswa menunjukan gairah belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya d iri yang tinggi. Sedang dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik. c. Post test, adalah test yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Fungsi post test adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok; untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya; untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan pengayaan.63 Test yang diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya. Test awal (pre test) berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa menegnai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan test akhir (post test) berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. 64
63
Kunandar, Guru Pro fesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 329-330. 64 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,…h. 151
48
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan oleh seorang guru yaitu: kegaitan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah: a. Membangkitkan motivasi belajar murid, melalui absensi murid, member kesempatan bertanya kepada murid mengenai bahan pelajaran sebelumnya yang belum dipahami dan kegiatan lain yang membangkitkan semangat belajar murid; b. Menjelaskan TPK/kompetensi dasar yang harus dikuasai murid setelah menempuh proses belajar mengajar; c. Melakukan kegiatan apresiasi. 65 Bagian pendahuluan ini biasanya hanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit dari waktu pengajaran. Adapun menurut Rusman pada kegiatan pendahuluan seorang guru harus memperhatikan hal-hal berikut: 66 a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
65
Nana Sudjana dan Wari Suwariah, Model-Model Mengajar CBSA, (Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 18 66 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,…h. 10.
49
d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus. Pada kegiatan inti yang merupakan kegiatan interaksi komunikasi antara guru dan murid merupakan bagian terbesar dari alokasi waktu yang disediakan yaitu 80-90 % dari waktu kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan ini guru sebagai desainier pembelajaran sangat menentukan proses keberhasilan pembelajaran. Hasibuan dan Moedjiono menjelaskan bahwa sebagai key person guru harus melaksanakan perilaku-perilaku sebagai berikut: a. Kejelasan dalam menyampaikan informasi secara verbal maupun non verbal b. Kemampuan guru dalam membuat variasi tugas dan tingkah laku c. Sifat hangat dan keantusiasan guru dalam berkomunikasi d. Perilaku guru yang berorientasi pada tugasnya tanpa merancukan dengan halhal yang bukan merupakan tugas keguruannya e. Perilaku guru yang berkaitan dengan pemberian kesempatan kepada muridnya dalam mempelajari tugas yang ditentukan f. Kesalahan guru dalam menggunakan gagasan-gagasan yang dikemukakan murid dan pengarahan umum secara tidak langsung g. Perilaku guru dalam menghindari kritik yang bersifat negatif terhadap murid h. Perilaku guru dalam memberikan komentar-komentar yang terstruktur i. Perilaku guru dalam membuat variasi keterampilan bertanya j. Kemampuan guru dalam menentukan tingkat kesulitan pengajarannya
50
k. Kemampuan guru mengalokasikan waktu mengajarnya sesuai alokasi waktuwaktu dalam perencanaan satuan pelajaran. 67 Kegiatan menutup merupakan kegiatan akhir dari proses pelaksanaan pembelajaran. Alokasi waktu yang diperlukan pada kegiatan menutup sekitar 1020 menit atau 10-15 % dari waktu pengajaran. Menurut Atmawi Suparman pada tahapan penutup ini ada tiga kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang guru, yaitu: pelaksanaan tes hasil belajar untuk dijawab atau dikerjakan, umpan balik (feed back) yang berupa informasi atas hasil tes, dan tindak lanjut yang berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan atau dipelajari selanjutnya. 68 Sedangkan menurut Nana Sudjana dan Wari Suwariah, pada kegiatan akhir pembelajaran ada tiga bentuk tindak lanjut sebagai evaluasi yang dilakukan oleh guru, yaitu: pemberian tugas kepada murid agar membaca bahan ajar, pemberian soal-soal untuk dikerjakan di rumah, dan pembahasan kembali bahan pengajaran yang belum dikuasai murid. 69 Setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari proses perencanaan yang telah diuraikan di muka, tentunya sudah dalam bentuk wujud rencana atau program kegiatan. Dengan kata lain, pelaksanaan kegiatan ini merupakan implementasi rencana atau program yang telah dibuat dalam proses perencanaan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini secara sederhana paling tidak
67
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosyda Karya, 2006), h. 42. 68 Atmawi Suparman, Garis-garis besar Program Pengajaran dan Satuan Acara Pengajaran, (Jakarta: tp, 1994), cet. Ke-3, h. 15. 69 Nana Sudjana dan Wari Suwariah, Model-Model Mengajar CBSA,…, h. 22
51
mencakup pengembangan strategi pembelajaran, pemberian motivasi, dan pemantauan disiplin belajar. a. Pengembangan Strategi Pembelajaran Pengembangan
strategi
pembelajaran
menunjuk
upaya
men-
gimplementasikan suatu rencana yang telah disusun. Pengembangan strategi dimaksudkan untuk memberi "nyawa" terhadap interaksi seluruh komponen proses kegiatan dalam iklim pendidikan orang dewasa (andragogis). b. Pemberian Motivasi Belajar Motivasi sebagai suatu proses menyangkut kondisi psikologis warga belajar, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya ciri-ciri pribadi individu warga belajar, tingkat dan jenis tugas yang harus dikerjakan, dan lingkungan belajar. Dengan demikian, bagi tutor dalam memberikan motivasi belajar pada warga belajar, paling tidak ada tiga tindakan yang harus dilakukannya : 70 1) Memahami ciri-ciri pribadi individu warga belajar, 2) Membuat tingkat dan jenis tugas yang menarik minat warga belajar,dan 3) Menciptakan lingkungan belajar sesuai harapan dan kebutuhan warga belajar. c. Pemantauan Disiplin Belajar Konsepsi pemantauan secara umum menunjuk pada upaya mengamati dan pengendalian kegiatan agar sesuai dengan rencana. Konsepsi disiplin mengacu pada ketertiban pelaksanaan kegiatan yang berpedoman pada peraturan yang telah disepakati bersama dan telah ditentukan dalam perencanaan. 71
70
Syamsul Had i, Profesionalisme Guru Dalam Menghadapi Tuntutan Pembelajaran Demokratis, (Jakarta : Erlangga, 1987), h. 68. 71 Ratna Wilis Dahar, Teori teori Belajar, (Jakarta: Erlangga 1989 ), h. 52
52
Pemantauan yang dilakukan terhadap ketertiban situasi dan kondisi ini turut menentukan sejauhmana situasi dan kondisi itu menjadi lingkungan belajar. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang warga belajar untuk melakukan tugas-tugas belajar, memberikan rasa aman, yang pada ahirnya mencapai kepuasan dalam memperoleh tujuan belajar. 4. Evaluasi Pe mbelajaran Tahapan yang terakhir dari kegiatan pembelajaran adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan perlu adanya evaluasi. Dengan mengavaluasi akan diperoleh informasi- informasi keberhasilan pelaksanaan, halhal yang telah dicapai, kesesuaian dengan tujuan dan hambatan- hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan kata lain, rangkaian akhir dari sistem pembelajaran yang penting adalah penilaian (evaluas i) berhasil tidaknya suatu pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilakukan penilaian terhadap produk yang dihasilkan. Jika hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang telah diprogramkan maka usaha penilaian dikatakan berhasil, jika sebaliknya akan dinilai gagal. 72 Evaluasi pembelajaran bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses manajerial terakhir ini perlu dibandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang telah ditetapkan (kinerja standar). Guru sebagai manajer pembelajaran harus mengambil langkahlangkah atau tindakan perbaikan apabila terdapat perbedaan yang signifikan atau
72
Jalaluddin-Us man Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 60
53
adanya kesenjangan antara proses pembelajaran aktual di dalam kelas dengan yang telah direncanakan. 73 Menurut Kunandar dalam evaluasi ada empat unsur pokok yaitu: objek yang dinilai, kreteria sebagai tolak ukur, data tentang objek yang dinilai,dan pertimbangan
keputusan. 74
Dengan
demikian
proses
penilaian
meliputi
menentukan objek yang akan dinilai, membuat atau menentukan kreteria ukuran, mengumpulkan data baik melalui tes atau nontes, dan membuat keputusan. Adapun evaluasi tersebut dapat digolongkan dalam empat jenis yaitu :75 a. Evaluasi formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada suatu bidang studi tertentu. Evaluasi ini diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, yang diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan. 76 b. Evaluasi sumatif yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu semester atau akhir tahun. 77 Penilaian sumatif berguna untuk memperoleh informasi tentang
73
Mulyasa, PedomanManajemen Berbasis Madrasah,…, h. 28 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Rajagrasindo Persada, 2007), h. 361. 75 Abdul Rach man Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan Aksi (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2001), cet. Ke-2, h. 126-127. 76 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 47. 77 Abdul Rach man Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan Aksi ,…, h.126-127 74
54
keberhasilan belajar pada siswa, yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor akhir semester. 78 c. Evaluasi penempatan yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik. d. Evaluasi diagnostic adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan mengenal latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari peserta didik yang mengalami kesulitan atau hambatan dalam pembelajaran. Adapun jenis tes yang digunakan untuk evaluasi terdiri dari tes lisan, tes tertulis, dan tes perbuatan. Aspek-aspek kemampuan yang bersifat kognitif (pengetahuan) biasanya dinilai melalui tes lisan dan tes tertulis. Sedangkan tes perbuatan lazimnya digunakan untuk menilai aspek kemampuan bersifat motorik (keterampilan). Sedangkan aspek-aspek yang dinilai terdiri dari kognitif (pengetahuan), afektif (menerima, merespon, menilai, dan mengorganisasi), psikomotor (keterampilan). Penilaian yang dilakukan terhadap proses pembelajaran berfungsi sebagai berikut: a. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menjalani pendidikan selama jangka waktu tertentu. b. Untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Guru dapat mengetahui berhasil tidaknya ia dalam mengajar. Rendahnya hasil belajar siswa tidak semata- mata disebabkan kurang berhasilnya guru mengajar. 78
h. 53
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
55
Melalui penilaian, berarti menilai kemampuan guru itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki tindakan pembelajaran berikutnya. Dalam melakukan penilaian yang harus diperhatikan adalah: a. Sasaran penilaian Sasaran/obyek evaluasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang. Masingmasing bidang terdiri sejumlah aspek, dan aspek tersebut hendaknya dapat diungkapkan melalui penilaian. Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya dan mana yang belum, sebagai bahan perbaikan dan penyusunan program pembelajaran selanjutnya. b. Alat penilaian Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif, yang meliputi tes dan non tes, 79 sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang obyektif. Demikian pula bentuk tes tidak hanya obyektif tetapi juga tes essay. Sedangkan jenis non-tes digunakan untuk menilai aspek tingkah laku seperti aspek minat dan sikap. Alat evaluasi non-tes, antara lain: observasi, wawancara, studi kasus dan rating scale (skala penilaian). c. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan Program perbaikan dan pengayaan dalam pengajaran sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan pola belajar tuntas. Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan
79
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), cet. III, h. 23
56
pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok. Taraf penguasaan minimal tersebut mempunyai criteria sebagai berikut: 1) Mencapai 75% dari materi setiap satuan bahasan dengan melalui penilaian formatif. 2) Mencapai 60% dari nilai ideal (10) yang diperolehnya melului perhitungan hasil tes sub sumatif atau sumatif dan kokurikuler atau siswa mendapat nilai 6 pada rapor untuk mata pelajaran yang bersangkutan. 3) Mencapai taraf penguasaan minimal kelompok yang 80% dari jumlah siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah memenuhi kriteria ketuntasan. D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kegiatan pembelajaran memiliki beberapa prinsip yang terkait erat dengan segala komponen pembelajaran yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar interaksi edukatif dapat tercapai optimal. Di dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan implementasi Kurikulum 2013 sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan:80 1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; 2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; 3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; 80
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
57
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; 7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skills) dan keterampilan mental (soft skills); 9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10. pembelajaran yang menerapkan nilai- nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. 13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Sementara itu, Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke-21, yaitu: (1) instruction should be student-centered; (2) education should be collaborative; (3) learning should have context; dan (4) schools should be integrated with society.
58
4 Prinsip Pokok Pe mbelajaran Abad ke-21
Sumber: Dikembangkan dari: Jennifer Nichols (2013). 4 Essential of 21st Century Learning Keempat prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang digagas Jennifer Nichols tersebut dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini: 1. Instruction should be student-centered Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah- masalah nyata yang terjadi di masyarakat. Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sesuai
59
dengan cara dan gaya belajarnya masing- masing dan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang dilakukannya. 2. Education should be collaborative Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilainilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Begitu juga, sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi informasi dan penglaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang telah dikembangkannya. Kemudian,
mereka bersedia
melakukan perubahan metode pembelajarannya agar menjadi lebih baik. 3. Learning should have context Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
60
sehari- harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata. 4. Schools should be integrated with society Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya. Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga digital yang bertanggung jawab. 81
81
Akhmad Sudrajat, Prinsip Pembelajaran Abad (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/10/01/prinsip -pembelajaran-abad-ke-21/), 20 Januari 2014.
ke-21, accessed
61
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang (a) jenis dan pendekatan penelitian; (b) lokasi penelitian; (c) subjek dan objek penelitian; (d) data dan sumber data; (e) prosedur pengumpulan data; (f) analisis data; (g) pengecekan keabsahan data. A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti suatu sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 82 Penelitian deskriptif juga diartikan sebagai metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dari satu variabel. Penelitian deskriptif memiliki langkahlangkah sebagai berikut: perumusan masalah, menentukan jenis informasi yang diperlukan (apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif), menentukan prosedur
82
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h lm. 54.
62
pengumpulan data, menentukan prosedur pengolahan informasi atau data, dan terakhir menarik kesimpulan penelitian. 83 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informasi secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar ilmiah. Menurut Anselm Strauss dan Juliet Corbin penelitian kualitatif adalah, jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. 84 Adapun Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini, diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau oraganisasi ke dalam variabel atau hipotetis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. 85 Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan pemikirannya. Penelitian kualitatif mengasumsikan
83
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h lm. 197-198 84 Anselm St rauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007), h. 4. 85 Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatf: Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 4
63
realita sebagai sesuatu yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Interaksi dengan individu dan pengalaman berbagai peristiwa dipahami berdasarkan pemahaman subjektif. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif percaya bahwa realita adalah suatu bentuk sosial. Dengan kata lain, yang menjadi persepsi mereka adalah segala hal yang mereka sadari betul “nyata” hal yang membuat mereka melakukan sesuatu, berpikir, dan merasakan sesuatu. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang penting untuk memahami suatu fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Tujuan pokoknya adalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena itu. Pemahaman fenomena
ini
dapat
diperoleh
dengan
cara
mendeskripsikan
dan
mengeksplorasikannya dalam sebuah narasi. Dengan cara tersebut, peneliti harus dapat memperlihatkan hubungan antara peristiwa dan makna peristiwa. Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu situasi sosial tersebut. 86 Dalam penelitian kualitatif, peneliti dilibatkan dalam situasi, fenomena, yang sedang dipelajari. Dalam penelitian ini, peneliti juga mengasumsikan fungsi interaksi sosial dengan cara pendekatan interaktif netral-tradisional dan interaksi aktif. Dengan kata lain, dengan penelitian kualitatif ini, peneliti lebih mempersiapkan instrumen “orang” daripada intrumen lain. Di lapangan, peneliti berupaya menginterpretasikan fakta yang relevan secara menyeluruh. Dengan demikian, ia akan mengumpulkan data dengan 86
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 297-299.
64
lengkap dalam waktu yang lama karena data harus diperoleh dari perilaku manusia yang bersifat mudah dipengaruhi oleh berbagai hal yang terjadi di lingkungan tempat mereka tinggal. Tujuan penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah untuk menganalisis yang diteliti agar diperoleh informasi mengenai perilaku mereka, perasaannya, keyakinan ide, bentuk pemikiran, serta dapat menghasilkan sebuah teori. 87 Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah tentang manajemen pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palanga Raya Kalimantan Tengah (Studi Pada Guru PAI dan Guru Matematika) yang mencakup bagaimana perencanaan
pembelajaran,
pengorganisasian
pembelajaran,
pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang ada di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya. Proses penelitian bertolak pada teori penelitian untuk melihat dan memahami gejala-gejala yang ada baik sifatnya tersurat maupun tersirat. Gejalagejala tersebut meliputi pandangan, pikiran, sikap, perilaku, dan perasaan para informan, dan juga meliputi situasi dan kondisi yang diobservasi. Gejala tersebut merupakan satu kesatuan dan saling terkait serta saling mempengaruhi sehingga data yang diteliti bersifat holistik dan integralistik. Setelah itu data yang telah terkumpul, peneliti gambarkan dalam bentuk uraian/kata-kata yang disusun menurut sistematika penulisan ilmiah.
87
Syamsuddin dan Vis maia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h lm. 73-74
65
B. Lokasi Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
setelah
mendapatkan
surat
perintah
riset/penelitian dari Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin, Nomor: In.04/II/TL.00/309 b/2013/2013 tertanggal 01 Agustus 2013 perihal
riset/penelitian
dalam
rangka
penulisan
tesis
dengan
judul
“MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SDIT AL-FURQAN DAN SDN 4 MENTENG PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH (Studi Pada Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Matematika). Lokasi penelitian ini adalah di SDIT Al-Furqan yang beralamatkan Jl.Murai 1-B Palangka Raya dan SDN 4 Menteng yang beralamatkan di Jl.M.H.Thamrin No.19 Palangka Raya Kalimantan Tengah. C. Data dan Sumber Data Penelitian 1. Data Data yang ingin digali dalam penelitian ini adalah informasi atau keterangan yang berkaitan dengan tujuan/objek penelitian 88
yaitu manajemen
pembelajaran. Adapun data yang digali dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data pokok dan, data penunjang yaitu sebagai berikut: a. Data Pokok Data Pokok yaitu data tentang data yang berkenaan dengan pelaksanaan manajemen pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah yang diwakili oleh dua mata pelajaran yakni Pendidikan Agama Islam dan Matematika. Dipilihnya subjek guru mata pelajaran PAI dan 88
Abdul Muthalib, Metode Penelitian Pendidikan Islam (Ban jarmasin : Antasari Pres s, 2006), Cet. Ke-1, h. 6.
66
Matematika ini oleh penulis karena menurut peneliti bahwa dengan dilakukannya dua buah objek sekolah dalam penelitian yang menyangkut judul peneliti tersebut maka peneliti melihat akan terlalu banyaknya subyek yang akan d iwawancarai sehingga untuk memaksimalkan penelitian ini agar lebih fokus dan terarah, maka peneliti berupaya untuk menggunakan metode purposive sampling dengan memilih beberapa subyek yang akan diteliti menyangkut judul penelitian peneliti tersebut. Karena pemilihan Guru PAI dan Matematika ini hasilnya bisa mewakili judul yang akan diteliti, alasannya pembelajaran PAI diteliti menyangkut bidang akademik yang sedang peneliti jalani dan juga menyangkut nilai-nilai dan moral dari implimentasi ajaran Islam. Sedangkan alasan pembelajaran matematika dapat mewakili prestasi akademik siswa terhadap mata pelajaran umum yang akan dihasilkan dari pembelajaran tersebut. Sehingga dari kedua mata pelajaran tersebut bisa dijadikan sebuah output bagi tercapainya pembelajara n yang baik di sekolah tersebut. b. Data Penunjang Data penunjang disini yakni data tentang latar belakang lokasi penelitian yang meliputi sejarah singkat berdirinya, keadaan siswa, guru dan karyawan, sarana dan prasarana sekolah, dan data lainnya yang tentunya menunjang data pokok. 2. Sumber Data Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti melakukan penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Karena penggunaan metode purposive
67
sampling dapat memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan bagaimana proses manajemen pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng. Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manusia/orang dan bukan manusia. Sumber data manusia/orang berfungsi sebagai subjek atau informan kunci (key informant). Sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto, catatan atau tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Adapun sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data 89 dan sebagai sumber data adalah guru dan kepala sekolah, wakamad kurikulum. b. Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data 90 artinya data diperoleh dari orang atau benda yang dianggap bisa memberikan atau mendukung penjelasan sumber primer. Adapun sebagai sumber sekunder adalah tata usaha, siswa, dan orang lain ataupun berupa dokumen yang berkaitan dengan informasi tentang manajemen pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya. D. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur
pengumpulan
data
yaitu
cara
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data, yang merupakan langkah paling strategis dalam penelitian,
89
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,…, h. 62 90 Ibid., h. 62
68
karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. 91 Prosedur pengumpulan data, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: 1. Wawancara Mendalam Mengadakan wawancara dengan para informan untuk mendapatkan data pokok mengenai permasalahan yang akan di teliti, serta gambaran umum lokasi penelitian. Wawancara/interview adalah suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Instrumennya dinamakan pedoman wawancara. Dalam pelaksanaannya, interview dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interview seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul. Ada juga interview yang bersifat terpimpin, si pewawancara berpedoman pada pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah kuesioner. 92 Adapun wawancara yang digunakan peneliti di sini adalah kedua-duanya. Wawancara digunakan untuk pengumpulan data primer yaitu: (a) bagaimana perencanaan pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya, (b) bagaimana pengorganisasian pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya, (c) bagaimana pelaksanaan pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya, dan (d) bagaimana evaluasi
91 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. XI, h. 17. 92 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Tenaga Kependidikan, h. 266
69
pembelajaran guru PAI dan guru matematika di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya. 2. Observasi Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. 93 Teknik ini digunakan untuk memperkuat data yang telah digali dari teknik lain dengan cara mengamati secara langsung terhadap aktivitas guru di lokasi penelitian. Observasi difokuskan pada data tentang perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali data yang terkait dengan manajemen pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya. 3. Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan data tertulis yang berupa arsip-arsip, surat keputusan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Teknik ini untuk menggali data tentang visi, misi sekolah, profil sekolah, kurikulum pendidikan, manajemen pembelajaran, keadaan tenaga pendidik dan kependidikan, serta keadaan sarana parasarana SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah, yang mana dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi dan menguatkan hasil pengumpulan data dari wawancara dan observasi.
93
Ibid., h. 266-267
70
E. Analisis data Data yang dideskripsikan memerlukan interpretasi mendalam se hingga diketahui makna dari data. Ada tiga tahapan yang dikerjakan dalam analisis data, yaitu: data reduction, data display, dan data conclusion drawing/verification. Data yang diperoleh, dianalisis interaktif. 1. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. 94 2. Display Data (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
94
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 338
71
dengan teks yang bersifat naratif. 95 Hal ini dimaksudkan untuk menemukan polapola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan pengambilan tindakan. 3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion) Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan varifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data be rikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 96 Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif kulitatif, yaitu menggambarkan keadaan apa adanya mengenai data lapangan baik dalam bentuk tabel maupun uraian kalimat, sehingga dapat terlihat manajemen pembelajaran di SDIT Al-Furqan Palangka Raya dan SDN 4 Menteng Palangka Raya (Studi pada Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Matematika). Data yang terkumpul kemudian di analisis sehingga dapat diketahui bagaimana
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
dan
evaluasi
pembelajaran SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka analisis
95 96
Ibid, h. 341 Ibid, h. 345
72
data
tentang
perencanaan,
pengorgnisasian,
pelaksanaan,
dan
evaluasi
pembelajaran di deskripsikan secara holistik. Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan pe ndekatan deskriptif kualitatif. Guna memperkuat uraian data, maka dilengkapi dengan teori dari para ahli dan pendapat dari peneliti sendiri. Setelah data dianalisis, selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan cara induktif. Pendekatan
deskriptif
kualitatif
adalah
suatu
pendekatan
untuk
menggambarkan fakta/kejadian yang sebenarnya dalam bentuk uraian atau kalimat. Teknik penarikan kesimpulan dengan cara induktif adalah suatu teknik penarikan kesimpulan dengan cara mengumpulkan fakta- fakta khusus dari data yang diteliti, kemudian dari fakta- fakta tersebut ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dengan metode induktif yaitu mengambil kesimpulan berdasarkan faktor- faktor khusus yang ditemukan di lapangan. F. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan faktor dalam penelitian. Oleh karena itu perlu pemeriksaan data sebelum analisis dilakukan dengan teknik pemeriksaan yang didasarkan pada sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan untuk mengetahui keabsahan data yaitu derajat kepercayaan, uraian rinci, kebergantungan dan kepastian. 97 Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi 97
h. 6.
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
73
kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu hasil penelitian. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) sebagai pengukur keabsahan data dengan teknik perpanjangan pengamatan dan ketekunan pengamatan, dan triangulasi Dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa teknik pengujian data sebagai berikut; 1. Perpanjangan Keikutsertaan Dalam penelitian kulitatif, peneliti langsung terjun ke lapangan dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan subyek penelitian. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama dari sekedar untuk melihat dan mengetahui subyek penelitian. Dengan perpanjangan keikutsertaan ini berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai data yang dikumpulkan penuh. 98 Dengan demikian dapat diketahui bahwa perpanjangan keikutsertaan yang dimaksud adalah perpanjangan masa penelitian. Cara ini penulis lakukan agar dapat memperoleh cukup waktu untuk melaksanakan observasi dan pengamatan secara terus menerus terhadap subyek penelitian untuk mempertajam dan memperdalam pemahaman peneliti tentang data yang diperoleh melalui berbagai peristiwa yang terjadi. Cara sangat bermanfaat untuk memperoleh bukti yang lebih lengkap, terinci dan mendalam serta untuk memeriksa konsistensi dan tindakan atau motivasi para informen.
98
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatf: Edisi Revisi, h. 327
74
2. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan dimasudkan untuk menentukan data dan ifnormasi yang relevan dengan persoalan yang sedang dicari oleh peneliti, kemudian peneliti memusatkan diri pada hal- hal tersebut secara rinci. 3. Trianggulasi Trianggulasi dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang satu keinformasi lainnya. Misalnya dari guru yang satu ke guru ya ng lainnya, dari kepala sekolah ke wakil kepala sekolah dan lain sebagainya. Dalam pengecekan keabsahan data pada penelitian ini, penulis juga menggunakan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data tersebut. Untuk pengecekan data melalui perbandingan terhadap data dari sumber lainnya. 99 Triangulasi teknik adalah triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha membuktikan data hasil wawancara dengan observasi dan dokumentasi100 . Trianggulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kenbenaran data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu yang berlainan dan
99
Ibid, h. 330 Ibid, h. 178
100
75
menggunakan teknik yang lain. Trianggulasi dalam penelitian ini ada tiga cara yang dilakukan; yakni dengan data, sumber data, dan teknik pengumpulan data. Trianggulasi data, bukan hanya digunakan untuk menguji kebenaran data saja tetapi untuk melihat lebih tajam hubungan antara berbagai data untuk mengecek kesalahan dalam analisa data. Trianggulasi sumber data digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber. Jadi tidak semata- mata memberikan gambaran tentang masalah yang dihadapi. Hal ini dilakukan karena bila ditemukan perbedaan informasi justru akan merangsang pemikiran yang lebih mendalam dan memudahkan peneliti untuk mendapatkan keabsahan temuan. Sedangkan trianggulasi teknik atau metode digunakan jika informasi atau data yang berasal dari hasil wawancara perlu diuji dengan hasil observasi maupun teknik lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa trianggulasi digunakan karena keinginan peneliti untuk bersikap hati-hati terhadap data yang disampaikan informan, dengan jalan membuktiksn data hasil dengan observasi dan data dokumentasi, sehingga data yang diperoleh benar-benar valid dan reliabilitas.
76
BAB IV PAPARAN DATA PENELITIAN Pada bab IV ini paparan data penelitian terdiri dari gambaran umun SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya dan penyajian data tentang manajemen pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Kalimantan Tengah. A. Gambaran Lokasi Penelitian 1.
Gambaran Umum SDIT Al-Furqan Palangka Raya
a. Sejarah Singkat SDIT Al-Furqan Palangka Raya SDIT Al-Furqan berkonsep spiritual religius learning, yaitu sekolah dengan roh spiritual, baik spiritual secara etos kerja, etos mendidik serta etos mengajar. SDIT Al-Furqan terdiri dari tenaga kerja pendidik yang profesional di bidangnya, serta memiliki wawasan luas tentang agama Islam. Sejak awal di dirikan pada tahun 2006 dan mulai diresmikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Furqan Palangka Raya pada Tahun 2007 dengan Nomor Statistik/NPSN SDIT AL-Furqan 102146002037/30204398 perubahan yang terjadi sangat signifikan bagi masyarakat baik di wilayah sekitar sekolah maupun diluar dengan respon yang sangat baik. Dengan pimpinan yang sangat kreatif di bawah naungan Yayasan Al Furqan telah diangkat Kepala Sekolah yaitu ibu DR. Tutut Sholihah, M.Pd. Di bawah pimpinan beliau perkembangan SDIT semakin berkembang dari tahun ke tahun dengan murid hingga kelas VI mencapai 382 Siswa (tahun Ajaran 2013/2014). Sejak kepemimpinan beliau pula bantuan pemerintah terus mengalir
77
untuk pembangunan dan perkembangan gedung maupun sarana prasarana yang semula pinjam dari berbagai macam tempat. SDIT Al-Furqan Palangka Raya, adalah sebuah lembaga pendidikan formal untuk tingkat dasar yang berasaskan pembelajaran untuk pembentukan seorang individu yang berakhlakul karimah. SDIT Al-Furqan Palangka Raya telah banyak berprestasi di dalam ajang-ajang tingkat Provinsi dan Kotamadya di Kalimantan Tengah umumnya dan Palangka Raya khususnya. Motto "Mengajar dengan hati memberikan pembelajaran yang terbaik" merupakan sebuah tantangan bagi seluruh komponen penunjang SDIT AL-Furqan Palangka Raya untuk terus berusaha berbenah diri dalam memberikan pembelajaran yang terbaik bagi siswa-siswi yang di percayakan untuk dididik di SDIT AL-Furqan Palangka Raya. Prestasi-prestasi terus dibina dan ditampilkan, yang pada akhirnya mengantarkan SDIT AL-Furqan Palangka Raya sebagai sekolah dasar terbaik kedua di kota Palangka Raya. Hal ini sangat membanggakan bagi sekolah tersebut yang terus berjuang demi pendidikan yang terbaik. b. Sarana dan Prasarana SDIT AL-Furqan Palangka Raya Seperti telah dikemukakan SDIT Al-Furqan Palangka Raya terletak Jalan Murai No. 1– B Palangka Raya Kalimantan Tengah. Sekolah ini dibangun di atas sebidang tanah seluas ± 204 m² (17m x 12m) yang diperuntukan sebagai berikut: (a) untuk bangunan gedung sekolah seperti kantor, ruang belajar, laboratorium, perpustakaan; (b) untuk halaman sekolah serta lapangan olah raga dan juga untuk keprluan kantin sekolah atau dapur sekolah.
78
Gedung sekolah yang dibangun bertingkat tiga yang telah memiliki beberapa fasilitas diantaranya seperti ruangan yang ber-AC, fasilitas makan siang bagi siswa-siswi, ruang Lab Komputer, akses internet, beberapa buah kamar mandi/WC untuk setiap tingkat gedung sekolah, gudang dan berbagai macam fasilitas lainnya. Setelah
melakukan proses pembangunan yang cukup
lama dan
mengahabiskan biaya yang banyak, proses belajar mengajar SDIT Al-Furqan Palangka raya saat ini didukung oleh sarana yang cukup memadai. 101 c. Keadaan Tenaga Kependidikan SDIT Al-Furqan Palangka Raya Tenaga kependidikan pada sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya berjumlah 25 orang yang terdiri dari: Kepala sekolah, guru sebanyak 24 orang, Staf Tata Usaha sebanyak 5 orang, Pustakawan 1 orang, cleaning servis 3 orang, dan security 1 orang. 102 d. Keadaan Siswa Siswa SDIT Al-Furqan Palangka Raya sampai pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 383 orang siswa dari keseluruhan siswa kelas I sampai kelas VI dengan rincian siswa laki- laki sebanyak 220 orang dan siswa perempuan sebanyak 163 orang. 103
101 102
Data lengkap sarana dan prasarana berupa tabel penulis lampirkan pada lamp iran. Data lengkap keadaan tenaga kependidikan berupa tabel penulis lampirkan pada
lampiran. 103
Data lengkap keadaan siswa berupa tabel penulis lamp irkan pada lampiran
79
e. Struktur Organisasi Sekolah Struktur organisasi SDIT Al-Furqan Palangka Raya tahun pelajaran 20132014104 adalah sebagai berikut: Kepala D ikdispora Drs. Ikhwanuddin , M . Si
Kepala D inas Pendidikan Cab . Pah andut Drs. Sontoe, S.Pd . M .Si
Ketua Komite Drs. Surya Sukti, Ma
Kepala Sekolah Dr. Tu tut Sholih ah, M .Pd
Ketua Yayas an Al-Furq an Ir. Murdi H .A
Wakasek M. Syah rias yah , S.S
WAK A KUR IKULUM Af rah Murtaf aah, S.Hi.
Wali Kelas I Ibnu Sina Oktavia Hadiningsih, S.Hut
Eli Susian ti, S.Pd
WAK A K ESISWAAN Ahmad, S.Pd
Wali K elas II Al Ghazali Herliy anti, S.HI Hadi M, A.Md
Wali K elas III Ibnu Khaldun Ahmad, S.Pd Siti Nur Anafiah , S.Pd.I
Wali k el as II Ibnu Rusd Seyli ena, S.Pd.I Endah N, S.Pd
Wali K elas V Ibnu Qayyim Rizki Bayu A, S.Pd Latifah, S.Pd
Wali K elas VI Abu Daud Anggit . P, S.Pd.I Selpin a. O, S.Pd.I
WAK A K EAG AM AAN
Hadi Mulyanto, A. Md
M. Syahrians yah,S.S
Wali K elas I Al Kindi Epi Kart ini, A.Ma Laila H ayat i, S.Pd.I
Wali Kelas II Al Farab i Riqie Hendraw an, S.Pd Eli Susan a, S.Pd
Wali K elas IV Ibnu Katsi r Akhmad Sula, S.Pd.I Husaini M, S.Pd
SAR AN A DAN PR ASAR ANA
Wali Kelas IV Al Bukhari Fais al Akb ar, S.Pd .I Yuni. S, S.Pd
Wali Kelas V Abu Hanifah M. Syah rians yah ,S.S Aditya. A, S.Pd.I
Wali K elas VI Ibnu Majjah Hj. Norhalid ah, S.Pd.I Maria. G, S.Pd
104
Guru Mata Pelajaran
UKS
KEPALA TATA USAHA Noor Anna, A.M a
Guru Baca Tulis Al-Qur’an
Pustakawan M. Humaidi
Bina Bakat TIM
TU. Urs. Umum Herliyanti, S.HI BENDAHAR A RUTIN
TU. URS. Kearsipan Leni Puspitasari, S.Pd
Guru BK
PRAMUKA
Pengelola Lab . Komput er
FUTSAL TAEKWONDO
Pengelola Website M. Humaidi
DRUMBAND
SISWA
Data Stru ktur Organisasi SDIT A l-Fu rqan penulis lampirkan pada lampiran
Urs. Inven taris B aran g Lisa Noorhay ati, A.Ma
TU. Urs. K ebersihan M. Zuhri, A.M a
Cleanin g Servic e Suwarno Halimah Arina Yuli ana H.
TU. U rs. Keamanan M. Saleh, S.Pd .I
80
2.
Gambaran Umum SDN 4 Menteng Palangka Raya
a. Sekilas Sejarah Singkat SDN 4 Menteng Palangka Raya Sekolah ini didirikan dengan nama SD Inpres Tunjung Nyahu, yang terletak di Jl. M. Husni Thamrin Palangka Raya No. 19 dibangun pada tahun 1977 dan dibuka secara resmi pada tanggal 20 Maret 1978, dengan kondisi lingkungan yang masih memprihatinkan. Berawal dari 10 orang siswa yang dibawa dari SD Bukit Hindu II dan 3 orang guru, proses belajar mengajar dengan sarana dan prasarana apa adanya. Baru pada bulan Juli 1978 diangkat sebagai kepala sekolah yang pertama yaitu Bapak Drs. Andres Dehen dan dibentuklah Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP.3 yang sekarang diganti dengan sebutan Komite Sekolah) agar penyelenggaraan persekolahan terbantu. Dalam perkembangannya jumlah murid dan guru makin bertambah dan pada saat ada kelas VI untuk pertama kalinya SD ini telah mewakili propinsi Kalimantan Tengah dalam lomba mata pelajaran Matematika di Tingkat Nasional pada tahun pelajaran 1983/1984. Sekolah Dasar ini pertama kali meluluskan siswanya 100 % (28 orang siswa), kelulusan kedua 98,5 % karena ada satu orang yang tidak lulus. Selanjutnya dari tahun ke tahun selalu dikirim untuk mengikuti lomba mata pelajaran di tingkat nasional sebagai wakil dari Kalimantan Tengah (hampir 70 % dari kelulusan SD ini masuk ke sekolah negeri). Pada tahun pelajaran 1988/1989 nama SD Inpres Tunjung Nyahu diganti menjadi SDN Langkai 12. Sejak tahun pelajaran 1986/1987 pimpinan sekolah
81
dipegang/dipimpin oleh Ibu Core S. Andung, S.Pd sampa i dengan tanggal 13 September 1993. Sejak tanggal 13 dilanjutkan
oleh
September
1993
pimpinan
sekolah
Ibu Dra. Mahanani sampai dengan tanggal 17 Februari
1999. Pada masa kepemimpinan Ibu Dra. Mahanani SDN Langkai 12 diuji coba untuk kelas unggulan yang dimulai dari kelas IV s/d kelas VI. Sejak tanggal 17 Februari 1999 estafet kepemimpinan SDN Langkai 12 diserahterimakan kepada Ibu Dra. Djuariyah. SDN Langkai 12 dipimpin oleh Ibu Dra. Djuariyah sempat satu tahun yaitu sampai bulan Februari 2000, setelah itu SDN Langkai 12 dipimpin oleh Ibu Dinae A. Angin selaku pejabat sementara (Pjs selama satu tahun) sehingga akhirnya beliau diangkat menjadi kepala Sekolah secara resmi pada bulan Februari tahun 2002 sampai sekarang. Pada masa kepemimpinan Ibu Dinae A . Angin (Kepala SDN 4 Menteng sekarang) terjadi perubahan nama untuk yang kedua kalinya yaitu dari SD Negeri Langkai 12 menjadi SDN Menteng 6, karena disesuaikan dengan wilayah kelurahan tempat lokasi sekolah berada yang berlaku sesuai Surat Keputusan Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 421.2/1817/GB tanggal 1 Oktober 2000. Sekarang untuk ketiga kalinya SDN ini berubah namanya menjadi SD Negeri 4 Menteng, karena banyak SDN di kota Palangka Raya yang mengalami penggabungan (Regroping). Perubahan nama SDN ini berlaku sesuai SK Walikota Palangka Raya No.225 tahun 2005 tanggal 30 Nopember 2005 sehingga SDN Menteng 6 menjadi SD Negeri 4 Menteng. SD Negeri 4 (dikepalai) oleh
lima
Menteng
hingga sekarang sudah
orang. Untuk kedua kalinya
pernah dipimpin
Dinae A. Angin, S.Pd
82
memimpin sekolah ini yaitu untuk periode 2006–2011 yang dilantik pada tanggal 20 Maret 2006. Dengan kegigihan, ketekunan, kesabaran dan kedisiplinan yang telah diterapkan sehingga SD Negeri 4 Menteng sekarang dapat meraih beberapa prestasi melalui anak didik yang ikut lomba diberbagai bidang, baik dibidang intrakurikuler maupun dibidang ekstrakurikuler (baik di tingkat kecamatan, kota, propinsi bahkan ke tingkat nasional). Pada tahun 2000 SD Negeri 4 Menteng terpilih sebagai Sekolah Model Berbudaya Lingkungan di tingkat SD sekaligus mewakili propinsi Kalimantan Tengah, SDN 4 Menteng juga merupakan Sekolah Rujukan Nasional. Dengan terjadinya perubahan nama Sekolah Dasar yang ada d i kota Palangka Raya sehingga SD Negeri 4 Menteng sebagai SD Inti yang dulunya merupakan gugus II berubah menjadi gugus IV. SD Negeri 4 Menteng masih dipercayakan sebagai SD Inti Wilayah gugus IV yang mempunyai 6 sekolah imbas yaitu: 1) SDN 1 Menteng (Imbas) 2) SDN 2 Menteng (Imbas) 3) SDN 3 Menteng (Imbas) 4) SDN 6 Menteng (Imbas) 5) SDN 8 Menteng (Imbas) 6) SD 2 Kristen (Imbas) Ke 7 (tujuh) sekolah ini mempunyai kegiatan dan kerjasama yang saling melengkapi
satu sama lain, khususnya masalah di bidang pendidikan yang
83
terhimpun dalam Kegiatan Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan Kegiatan Kerja Guru (KKG). SD Negeri 4 Menteng tahun 2006 mendapat kepercayaan dari masyarakat dan mendapat penghargaan sebagai seko lah Favorit untuk tingkat SD seKalimantan Tengah. Kegiatan pemilihan tersebut diprakarsai oleh KALTENG POS. SDN 4 Menteng tepatnya 1 Pebruari 2011 baru pertama kali melaksanakan HUT ke-31 yang di Prakarsai oleh Alumni SD Inpres Tunjung Nyahu, SDN Langkai 12, SDN Menteng 6 yang sekarang SDN 4 Menteng, yaitu Angkatan tahun 1984 sampai tahun 2010. Pada tahun 2011 SDN 4 Menteng dipilih sebagai tempat melaksanakan Sekolah Rintisan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa atas penujukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga kota Palangka Raya. Kegiatan sekolah yang pertama kali dilaksanakan di tingkat sekolah dasar adalah Temu Alumni lulusan dari SDN 4 Menteng. Kepala Sekolah Ibu Dinae A.Angin, S.Pd memimpin SDN 4 Menteng selama 10 tahun (dua periode). Pada tanggal 22 Juni 2012 dilaksanakan serah terima jabatan kepala sekolah dari Ibu Dinae A. Angin, S.Pd kepada Ibu Ernawatie, M.MPd yang disaksikan oleh yang mewakili Kadisdikpora, Pengawas Wilayah Gugus IV, Komite dan guru- guru SDN 4 Menteng. b. Sarana dan Prasarana Seperti telah dikemukakan SDN 4 Menteng Palangka Raya yang terle takdi Jl. M. Husni Thamrin Palangka Raya No. 19 Kalimantan Tengah. Sekolah ini
84
dibangun di atas sebidang tanah seluas ± 4.080,70 m2 dengan luas bangunan seluas 631,47 m2 yang diperuntukan sebagai berikut: (a) untuk bangunan gedung sekolah seperti kantor, ruang belajar, laboratorium, perpustakaan; (b) untuk halaman sekolah serta lapangan olah raga dan juga untuk kep erluan kantin sekolah atau dapur sekolah. Gedung sekolah yang dibangun ini sudah beberapa kali mengalami renovasi hingga sampai saat ini sudah memiliki beberapa fasilitas diantaranya seperti mushola sekolah, pos satpam, ruang UKS, dan beberapa buah kamar mandi/WC. SDN 4 Menteng terdiri dari kelas I s/d kelas VI yang memiliki 18 lokal dan 18 rombongan belajar. Setelah melakukan proses pembangunan yang sudah permanen dan mengahabiskan biaya yang banyak, proses belajar SDN 4 Menteng Palangka raya saat ini pun sudah didukung oleh sarana yang cukup memadai. 105 c. Keadaan Tenaga Kependidikan SDN 4 Menteng Palangka Raya Jumlah Guru, pegawai/personil SDNegeri 4 Menteng ada 33 orang yang terdiri dari: Kepala sekolah, guru sebanyak 26 orang, Staf Tata Usaha 1 orang, pustakawan 1 orang, penjaga sekolah 1 orang, petugas kebersihan sebanyak 2 orang, dan satpam 1 orang.
106
d. Keadaan Siswa SDN 4 Menteng Palangka Raya Siswa SDN 4 Menteng Palangka Raya pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 468 orang siswa dari keseluruhan siswa kelas I sampai kelas VI dengan
105 106
Data lengkap sarana dan prasarana berupa tabel pada lamp iran Data lengkap keadaan tenaga kependidikan berupa tabel pada lamp iran
85
rincian siswa laki- laki sebanyak 251 orang dan siswa perempuan sebanyak 217 orang. e. Struktur Organisasi Kepala Sekolah Ernawatie, M.M.Pd.
Ketua Komite
Tata Usaha Edwin, S .Pd
Bambang S ugeng
Wakasek Kurikulum Yulitati, S .Pd
Wakasek Kesiswaan
Kelas I A Yulitati, S.Pd
Kelas IIC Damai, S.Pd
Kelas I B Rusiaty Itei, S.Pd
Kelas III A
Wakasek sarana & Prasarana Lagun, S.Pd
Tatie L. Tampei S.Pd
Wakasek Humas Sepiyatie, S.Pd
Kelas IVB Sulistyawati, S.Pd
Kelas VI A Andhi M. R., S.Pd
Neni Pahlawati, S.Pd
Kelas IVC Alviana, S.Pd.SD
Kelas VI B Nataline, S.Pd
Kelas I C Ginem, S.Pd
Kelas IIIB Ramie Y. T, M.MPd
Kelas V A Sepiyatie, S.Pd
Kelas VI C
Kelas II A Nuny, S.Pd
Kelas IIIC Rusain M. G, S.Pd
Kelas VB Eti Haryati, S.Pd
Agama Islam Nurrida Hayati, S.Ag
Kelas II B Diana Fortuna, S.Pd
Kelas IV A Christawany, S.Pd
Kelas VC Nopelita B., S.Pd
Agama Kristen Irusali Domoi, S.Pd.K
Tatie L. Tampei, S.Pd
Elok Faiqotul Himah, S.Pd.I
Tutilina Brita, S.PAK
Agama Hindu Sagung Rai P., S.Ag
PJOK Riantie, S.Pd Lagun, S.Pd
SISWA
Bahasa Inggris Elyaruli Octaviana,S.Pd.
86
B. Manaje men Pembelajaran Pada SDIT Al-Furqan Palangka Raya 1.
Perencanaan Pembelajaran di SDIT Al-Furqan Sebagaimana telah dijelaskan pada bab II bahwa yang dimaksud dengan
perencanaan pembelajaran di sini adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih. Karena perencanaan pembelajaran dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung, seorang guru sebelum masuk ke ruang kelas, sudah mempersiapkan sejumlah materi dan bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Agar penyampaian materi tersebut sesuai dengan arah dan tujuan yang ditetapkan, maka lebih dulu disusun suatu perencanaan ya ng feasible dan matang. Dengan kesiapan perencanaan yang matang ini permasalahan teknis dapat diatasai, tinggal guru mengatur skenario pembelajaran yang efektif di kelas sesuai rencana tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya Dr. Tutut Sholihah, M.Pd yang menceritakan bagaimana perencanaan pembelajaran yang berlangsung di sekolahnya, sebagai berikut: “Ada empat aspek yang dijalankan di sekolahnya pertama melakukan perencanaan pembelajaran, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Setiap guru diperintahkan untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran dengan membuat baik itu program tahunan, program semester, silabus, RPP dengan menggunakan standar Kurikulum KTSP dan Kurikulum Yayasan. 107 Kemudian masih terkait dengan perencanaan pembelajaran, wakamad kurikulum
Afrah Murtafa'ah, S.HI juga menjelaskan tentang perencanaan
pembelajaran, sebagai berikut: 107
Hasil wawancara dengan Ibu Tutut Sholihah, 28 Agustus 2013 d i SDIT Al-Furqan.
87
“Setiap guru di sekolah itu diwajibkan untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran dalam bentuk format yang sudah ada di buku pedoman kurikulum sekolah tersebut. Setiap guru diperintahkan membuat Program Tahunan, semester, silabus maupun RPP yang nantinya akan dikumpulkan kepada wakamad kurikulum sebagia arsip.” 108 Kemudian kepada kedua orang guru pengajar bidang studi PAI dan matematika dilakukan wawancara pada tanggal 17 September 2013 yang mengatakan bahwa setiap guru di sekolah tersebut telah membuat rencana pembelajaran. Oleh kepala sekolah mereka bahkan diwajibkan untuk selalu membuat perencanaan setiap kali pembelajaran dan menyerahkan laporan setiap pembelajaran mereka ke wakamad kurikulum. Sebagaimana hasil wawancara dengan Guru PAI Ibu Hj. Noor Halida Yanti,S.Pd.I dan guru Matematika Ibu Anggit Purnaningsih, S. Pd Kelas VI pada SDIT Al-Furqan mengenai hal tersebut: “Setiap guru di sekolah itu diwajibkan untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran terutama membuat Program Tahunan, program semester, silabus maupun RPP selain diwajibkan merupakan bentuk kesadaran pribadi sebagai seorang guru yang memiliki tanggung jawab profesi yang nantinya akan dijadikan sebagai panduan dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar di kelas, kemudian juga dikumpulkan kepada wakamad kurikulum sebagai arsip dan tanda bukti bahwa mereka sudah menjalankan kewajibannya sebagai pengajar di sekolah itu.”109 Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa mereka membuat rencana pembelajaran karena dimotivasi oleh adanya perintah kepala sekolah dan atas dasar kesadaran sendiri agar program yang disusun menjadi acuan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini kepala sekolah telah menyiapkan insentive kepada semua guru yang telah membuat perencanaan pembelajaran. 108
Hasil wawancara dengan Ibu Afrah Murtafa'ah, 28 Agustus 2013 di SDIT Al-Furqan. Hasil wawancara dengan Ibu Anggit Purnaningsih dan Hj. Noor Halida Yant i, 17 September 2013 d i SDIT Al-Furqan. 109
88
Adapun bentuk perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika berdasarkan data hasil wawancara terdiri dari Program Tahunan, Program Semester, dan penyusunan silabus serta pembuatan RPP. Menurut guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika yang mengajar di kelas VI dan dikuatkan oleh wakamad kurikulum dan pengajaran bahwa acuan untuk membuat rencana pembelajaran yaitu: (a) kalender pendidikan untuk menentukan jumlah minggu efektif setiap semester, (b) KTSP bidang studi yang bersangkutan, dan (c) buku paket/buku sumber lainnya yang relevan dengan bidang studi tersebut. Untuk memberikan gambaran secara lengkap terhadap bentuk perencanaan pembelajaran seperti tersebut di atas akan diuraikan satu persatu di bawah ini: a. Program Tahunan Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika SDIT Al-Furqan Palangka Raya diketahui bahwa penyusunan program tahunan dimaksudkan untuk memperinci standar kompetensi apa saja nanti yang harus dikuasai oleh siswa selama satu tahun ajaran dan berapa jumlah waktu yang diperlukan untuk mengajar seluruh materi yang ada. Berdasarkan data dari dokumen yang terdapat di sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya ditemukan jenis format penyusunan program tahunan yang digunakan yaitu format yang komponennya terdiri dari: identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas dan semester, tahun ajaran, seta matrik yang terdiri dari
89
nomor: nomor urut, standar kompetensi, kompetensi dasar, alokasi waktu, dan keterangan. Dalam menentukan banyaknya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan selama satu tahun ajaran, guru Pend idikan Agama Islam dan guru Matematika mengambilnya dalam silabus yang sudah disusun. Sedangkan untuk menentukan banyaknya alokasi waktu diperlukan standar kompetensi/pokok bahasan ditentukan oleh guru berdasarkan keluasan dan kedalaman materi yang akan diajarkan. Untuk jelasanya bentuk program tahunan yang telah disusun oleh guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika SDIT Al-Furqan Palangka Raya, dapat dilihat pada lampiran. b. Program Semester Menurut guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika SDIT AlFurqan Palangka Raya 110 , program semester dibuat untuk menjadi acuan dalam Rencana Pelaksanaan Pengajaran. Dengan program semester para guru dapat menentukan berapa jumlah alokasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran suatu kompetensi dan dapat diketahui kapan kompetensi itu harus diajarkan. Dengan program semester guru dapat mengetahui kapan minggu tidak efektif karena ada berbagai kegiatan sekolah atau karena sekolah diliburkan. dengan kesadaran seperti itu tidak mengherankan kalau guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika membuat program semester.
110
Wawancara bersama dengan Guru Matematika Ibu Anggit Purnaningsih, dan Guru PAI Ibu Hj. Noor Halida Yanti dan observasi lapangan, tanggal 17 September 2013 di SDIT A lFurqan.
90
Tidak terdapat perbedaan format dalam membuat program semester. Program semester dibuat dengan materi sebagai berikut: 1) Rekapitulasi Program Semester dibuat dengan format terdiri dari: Ide ntitas sekolah, mata pelajaran, kelas dan semester, standar kompetensi, alokasi waktu yang meliputi: jumlah minggu dalam semester, jumlah minggu yang tidak efektif, perhitungan jam efektif dan jumlah jam efektif. 2) Rincian Program Semester dibuat dengan format terdiri dari: Identitas sekolah, mata pelajaran, kelas, tahun pelajaran dan semester dan standar kompetensi. Kemudian matrik yang terdiri kolom kompetensi dasar, kolom indikator, kolom alokasi waktu, dan kolom bulan kegiatan. Pada program semester terdapat alokasi waktu, jumlah minggu dalam semester menurut guru yang dihitung berdasarkan jumlah minggu yang terdapat dalam kalender pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya selama satu semester. Banyaknya jumlah minggu dalam satu semester tergantung hari apa mata pelajaran tersebut diajarkan. oleh karena itu banyaknya jumlah minggu antara satu guru dengan yang lainnya tidak sama, demikan halnya dengan kedua guru matematika dan guru Pendidikan Agama Islam. Banyaknya minggu dalam satu semester sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah Minggu KBM Dalam Satu Semester No 1 2 3 4
Bulan Juli Agustus September Oktober
Banyaknya Minggu 3 5 4 4
91
5 Nopember 4 6 Desember 4 Sumber: Dokumentasi SDIT Al-Furqan Adapun banyaknya minggu KBM tidak efektif adalah jumlah minggu yang terpakai oleh kegiatan di luar proses pembelajaran karena ada kegiatan sekolah seperti libur semester, uji coba UAN/UAS, pengisian raport. (Lihat lampiran) c. Menyusun Silabus Adapun dua orang guru yang mengajar pada bidang studi Pendidikan Agama Islam dan Matematika pada kelas VI di SDIT Al-Furqan tersebut telah menyusun pengembangan silabus, silabus ini dilakukan pada awal semester berjalan. Penyusunan silabus ini dari hasil wawancara kepada kedua orang guru tersebut didasarkan
pada buku panduan kurikulum mata pelajaran yang
bersangkutan. Langkah- langkah yang dilakukan oleh kedua orang guru baik pengajar mata pelajaran PAI maupun matematika pada kelas VI di SDIT Al-Furqan Palangka Raya tersebut sebelum menyusun silabus yaitu melihat acuan dalam buku panduan kurikulum, mencocokan kompetensi dasar/indikator dengan buku pegangan, kemudian membuat sistem penilaian berdasarkan buku pegangan dan menentukan alokasi waktu yang tepat untuk setiap materi pelajaran yang telah disesuaikan dengan kalender pendidikan dari Diknas. Selanjutnya kedua guru yang bersangkutan merumuskan pengembangan silabus dalam format tertentu. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan format silabus yang dibuat oleh setiap para guru yang ada di SDIT Al-Furqan tersebut, karena memang sudah mendapat arahan dan petunjuk dari kepala sekolah maupun wakamad kurikulum.
92
Format silabus 111 pada mata pelajaran terdiri dari: nama sekolah, kelas, mata pelajaran, semester dan standar kompetensi. Sedangkan pada matrik pengembangan silabus terdiri dari: kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. d. Pembuatan RPP Pembuatan RPP merupakan salah satu bentuk dari tugas seorang guru dalam setiap kali pertemuan pembelajaran yang sudah menjadi kewajiban sebagai seorang guru dalam menjalankan tugas profesinya. Dari hasil wawancara dan data yang peneliti dapatkan dari kedua orang guru yang mengajar bidang studi PAI dan Matematika di kelas VI pada SDIT Al-Furqan tersebut telah membuat RPP setiap kali sebelum melaksanakan pembelajaran. RPP tersebut mereka buat berdasarkan pedoman silabus yang telah mereka buat sebelumnya. Adapun bentuk format RPP112 yang di dapatkan dari data kedua orang guru tersebut yakni terdiri: identitas mata pelajaran, kelas/semester, satuan pendidikan, materi pokok, submateri pokok, alokasi waktu, pertemuan, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber bahan, kegiatan pembelajaran dan penilaian akhir belajar. 2.
Pengorganisasian Pembelajaran pada SDIT Al-Furqan Palangka Raya Pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah SDIT
Al-Furqan Palangka Raya meliputi penempatan guru-guru pada setiap bidangnya, pembagian jadwal dan jam mengajar, serta pembagian kelas siswa. Khususnya dalam hal ini penempatan kedua orang guru yang mengajar pada bidang studi PAI 111 112
lihat lamp iran lihat lamp iran
93
dan Matematika. Dalam hal ini kedua orang guru tersebut yakni Guru PAI Ibu Hj. Noor Halida Yanti,S.PdI dan guru Matematika Ibu Anggit Purnaningsih, S. Pd yang ditempatkan untuk mengajar di kelas VI. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya Dr. Tutut Sholihah, M.Pd yang menjelaskan bagaimana pengorganisasian pembelajaran yang berlangsung di seko lahnya, sebagai berikut: “Penempatan guru yang mengajar pada setiap bidang studi untuk kelas I sampai kelas VI di sekolah tersebut, terutama untuk kedua orang guru yang mengajar bidang studi PAI dan Matematika berdasarkan musyawarah guru dalam rapat yang dipimpin oleh kepala sekolah pada menjelang awal tahun ajaran baru. Bahkan untuk penempatan guru tersebut biasanya untuk tiap tahun selalu diadakan rolling agar menambah pengalaman guru bersangkutan. Hasil rapat ditindak lanjuti oleh wakamad urusan kurikulum dengan surat keputusan yang ditanda tangani oleh kepala sekolah. Dalam pengelolaan pembelajaran menerapkan sistem satu kelas ditetapkan 2 orang wali kelas, dan ketika guru bidang studi masuk untuk mengajar maka akan menjadi 3 orang guru dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Hal ini untuk memudahkan pengawasan langsung kepada siswa untuk keberlangsungan proses pembelajaran agar lebih efektif dan efesien.”113 a. Penempatan Guru PAI dan Guru Matematika di Kelas VI Berdasarkan data yang diperoleh pada bagian Tata Usaha (TU) SDIT AlFurqan Palangka Raya disebutkan jumlah guru PAI dan Matematika yang mengajar di SDIT Al-Furqan Palangka Raya sebanyak 3 orang untuk pengajar PAI dan 4 orang yang mengajar matematika. Adapun yang ditugaskan untuk mengajar untuk kelas VI (enam) pada bidang studi PAI dan Matematika yakni Ibu Hj. Noor Halida Yanti,S.Pd.I
sebagai pengajar PAI dan Ibu Anggit
Purnaningsih,S. Pd sebagai pengajar matematika di kelas VI.
113
Hasil wawancara dengan IbuTutut Sholihah, 28 Agustus 2013 di SDIT Al-Furqan.
94
Kedua orang guru tersebut di atas telah memenuhi kualifikasi pendidikan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2003 tentang standar pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa guru pendidikan dasar dan menengah harus berpendidikan minimal strata 1 atau D4. Berdasarkan data yang diperoleh: (1) Ibu Hj. Noor Halida Yanti,S.Pd.I tingkat pendidikan formal adalah Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI Darussalam Martapura tahun 2007. Pengalaman mengajar sebagai guru PAI sejak tahun 2006 ketika berada di Banjarmasin. Kemudian pindah ke SDIT Al-Furqan sejak 5 september 2012. Pendidikan dan Diklat yang pernah diikuti antara lain Diklat DJJ di Banjarbaru dan Diklat IQRA di Martapura. Adapun jabatan yang dipegang sekarang selain sebagai pengajar juga menjadi wali kelas pada kelas VI. (2) Ibu Anggit Purnaningsih, S. Pd, tingkat pendidikan formal yang dimiliki Strata 1 Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas FKIP UNPAR Palangka Raya tahun 2010. Pengalaman mengajar sebagai guru Matematika sejak tahun 2010. Riwayat Jabatan yang dimiliki pernah sebagai Asisten Laboratorium Fisika di UNPAR tahun 2007-2010, menjadi Tentor Matematika dan Fisika di Primagama Palangka Raya sejak tahun 2010 hingga sampai sekarang dan menjadi wali kelas VI. Adapun mengajar dan menjadi guru matematika dan SAINS di SDIT Al-Furqan Palangka Raya sejak tahun 2011 sampai sekarang. Pendidikan dan Diklat yang pernah diikuti antara lain Diklat Tentor SMART se-Kal-Teng tahun 2010 dan terakhir mengikuti Diklat Tentor SMART tahun 2011. Adapun penempatan mengajar guru Pendidikan Agama Islam dan Matematika pada kelas VI adalah Ibu Hj. Noor Halida Yanti, S.Pd.I yang
95
mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam dan Ibu Anggit Purnaningsih, S.Pd. yang mengajar bidang studi matematika. Dari hasil wawancara dengan guru PAI kelas VI Ibu Hj. Noor Halida Yanti, S.Pd.I pada tanggal 17 september 2013 beliau mengaku telah mengajar pada kelas VI tersebut baru 1 tahun di SDIT Al-Furqan Palangka Raya. Untuk lebih jelasnya dikemukakan hasil petikan wawancara, seperti tersebut di bawah ini: “Sejak saya bertugas di SDIT Al-Furqan Palangka Raya ini, saya langsung ditempatkan oleh kepala sekolah untuk mengajar bidang studi PAI untuk kelas VI. Sesuai dengan hasil rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah pada awal tahun ajaran. Di mana para guru dimintai pendapatnya dan kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran. Untuk tahun ini saya diminta kembali untuk mengajar di kelas VI dan saya pun bersedia kembali untuk mengajar ditempat yang sama. Dengan demikian sejak saya pertama kali mengajar di sekolah ini pada tahun 2012 saya telah mengajar PAI selama 1 tahun lebih hingga sekarang.” 114 Kemudian dari hasil wawancara dengan guru Matematika kelas VI Ibu Anggit Purnaningsih, S. Pd pada tanggal 17 september 2013 beliau mengaku telah mengajar pada kelas VI tersebut sudah 3 tahun di SDIT Al-Furqan Palangka Raya. Untuk lebih jelasnya dikemukakan hasil petikan wawancara, seperti tersebut di bawah ini: “Sejak saya bertugas di SDIT Al-Furqan Palangka Raya ini pada tahun 2010, pertama saya ditempatkan oleh kepala sekolah untuk mengajar bidang studi Matematika untuk kelas V. Kemudian sesuai dengan hasil rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah pada awal tahun ajaran tahun 2013 , di mana para guru dimintai pendapatnya dan kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran. Untuk tahun ini saya diminta untuk mengajar di kelas VI dan saya pun bersedia untuk mengajar di kelas tersebut. Dengan demikian sejak saya pertama kali mengajar di sekolah
114
Furqan.
Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Noor Halida Yanti, 17 September 2013 d i SDIT Al-
96
ini pada tahun 2010 saya telah mengajar Matematika selama 3 tahun lebih hingga sekarang.”115 b. Pembagian Jadwal dan Jam Mengajar Guru PAI dan Matematika pada Kelas VI. Untuk menunjang kelancaran dan ketertiban pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI dan Matematika pada sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya khusunya untuk kelas VI, pihak sekolah telah membuat jadwal dan jam mengajar guru yang bersangkutan pada bidang studinya. Bagi pihak sekolah ini sangat penting agar guru memiliki istirahat yang cukup untuk memelihara kesehatan dan kebugaran yang pada gilirannya berdampak pada daya nalar guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan pembagian jadwal dan jam mengajar ini, menurut kepala sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya diharapkan guru dating ke sekolah dan mengajar sesuai jadwal dan jam yang telah ditetapkan. Adapun pembagian jadwal dan jam mengajar guru PAI dan Matematika pada kelas VI dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2 Jadwal Dan Jam Mengajar Guru PAI dan Matematika kelas VI
No 1 2
Guru
Kelas
Hj. Noor Halida Yanti, VI Abu Daud S.Pd.I VI Ibnu Majah Anggit Purnaningsih, S.Pd VI Abu Daud VI Ibnu Majah
Hari
Waktu
Senin Rabu Senin Rabu
09.55-11.30 09.55-11.30 07.10-08.20 07.10-08.20
Jam 5/7 5/7 ½ ½
Mata Pelajaran PAI PAI Matematika Matematika
Sumber: Dokumentasi SDIT Al-Furqan Palangka Raya
115
Furqan.
Hasil wawancara dengan Ibu Anggit Purnaningsih, 17 September 2013 d i SDIT Al-
97
Dari tabel di atas diketahui bahwa kedua guru tersebut yakni Ibu Hj.Noor Halida yanti, S.Pd.I yang mengajar PAI dan Ibu Anggit Purnaningsih, S.Pd yang mengajar matematika pada kelas VI masing- masing memiliki 2 hari yang sama mendapatkan jadwal mengajar di kelas tersebut yakni pada hari senin dan hari rabu dan untuk jam mengajar mata pelajaran matematika pada jam ke ½ dan untuk yang mengajar PAI pada jam ke 5/7. c. Pembagian kelas siswa Siswa
merupakan
salah
satu
komponen
penting
dalam proses
pembelajaran, sebab tanpa siswa proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung. Seperti telah dipaparkan pada bagian terdahulu bahwa jumlah siswa sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya pada tahun ajaran 2013/2014 ini sebanyak 382 orang yang terbagi dalam 12 lokal dan masing- masing lokal telah diberi label nama khusus tokoh cendekiawan Islam Dunia, dan pada tiap tingkatan kelas dibagi menjadi dua lokal, baik itu kelas I maupun kelas VI mendapatkan masing- masing dua kelas/lokal. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya dijelaskan bahwa pembagian kelas siswa baik kelas I sampai kelas VI di dasarkan pada waktu ujian pertama kali penerimaan siswa baru, yang mana setelah melalui seleksi masuk guna menyaring calon siswa maka ditetapkanlah jumlah kuota siswa yang diterima sesuai dengan kemampuan sekolah dalam hal menampung jumlah siswa yang diterima dan disepakati bersama dengan pengurus Yayasan Al-Furqan. Dan juga didasarkan pada tingkat prestasi/rangking yang diperoleh siswa. Sehingga setiap awal tahun ajaran tidak jarang terjadi perubahan kondisi murid dalam satu ruang belajar.
98
Manfaatnya di samping untuk memacu prestasi belajar murid juga memberikan pendidikan pada murid dalam bersosialisasi. Dengan adanya penempatan guru, pembagian jadwal dan jam mengajar serta pembagian kelas siswa ini selanjutnya kedua orang guru yang mengajar pada bidang stuid PAI dan Matematika di kelas VI mulai mengatur proses pembelajaran di kelas. Dari hasil wawancara dengan kedua orang guru yang mengajar PAI dan Matematika pada kelas VI tersebut diketahui bahwa kedua orang guru yang mengajar PAI dan Matematika pada kelas VI di SDIT Al-Furqan Palangka Raya tersebut telah melakukan persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran dengan membuat prosedur dan tahapan pembelajaran yang dituangkan dalam Renca na Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dari hasil wawancara dengan guru PAI kelas VI Ibu Hj. Noor Halida Yanti, S.Pd.I116 dijelaskan bahwa setelah rencana pembelajaran dibuat kemudian mengecek jumlahsiswa selanjutnya mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti buku pegangan, al-Qur’an, LCD, dan Laptop. Kemudian juga dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VI Ibu Anggit Purnaningsih, S.Pd 117 dijelaskan bahwa persiapan yang dilakukan tidak lepas dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat karena merupakan tahapan yang harus dilalui bagi guru, beliau juga mengatakan dalam hal persiapan mengajar, terutama pelajaran matematika selama satu semester seperti durasi waktu yang diperlukan untuk satu materi pelajara n, tujuan pembelajaran, materi 116 117
Hasil wawancara tanggal 17 september 2013 Hasil wawancara tanggal 17 september 2013
99
pembelajaran, metode, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran, sumbersumber dan media pembelajaran yang diperlukan untuk materi yang akan dipelajari termasuk juga penilaiannya. Adapun format yang digunakan oleh kedua orang guru itu, baik yang mengajar PAI maupun matematika di kelas VI tersebut terdiri dari: 1) Identitas pembelajaran yang meliputi: nama sekolah,
mata pelajaran,
kelas/semester 2) Standar kompetensi 3) Kompetensi dasar 4) Indikator 5) Alokasi waktu 6) Tujuan pembelajaran 7) Materi pembelajaran 8) Metode pembelajaran 9) Model pembelajaran 10) Langkah- langkah kegiatan pembelajaran 11) Sumber dan media pembelajaran 12) Penilaian Menurut kedua orang guru yang mengajar PAI dan matematika pada kelas VI seluruh komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) dikembangkan berdasarkan desain pengembangan silabus. Standar kompetensi diambil dari kurikulum. Sedangkan kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran,
100
langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran serta penilaian diambil dari silabus. Berikut ini dikemukakan hasil wawancara dengan kedua orang guru yang mengajar di kelas VI SDIT Al-Furqan Palngka Raya, yaitu guru yang mengajar bidang studi PAI dan guru yang mengajar bidang studi matematika:118 “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang saya buat sebagai langkah persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada silabus.” 119 “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat dengan berdasarkan silabus yang telah disusun dengan mengacu pada standar proses Permendiknas No 41 tahun 2007.”120 Menurut kedua orang guru yang mengajar pada SDIT Al-Furqan Palangka Raya tersebut pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah acuan wajib yang dibuat oleh semua guru untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efesien. Sedangkan format baku terhadap bentuk dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut menurut mereka tidak ada, akan tetapi menyesuaikan dengan acuan standar proses dari Permendiknas No 41 tahun 2007 dan selama ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat dalam bentuk vertikal. “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran inilah nanti yang menjadi pedoman semua guru dalam melaksanakan pembelajaran. Format baku Rencana Pelaksanaan Pembelajaran itu sendiri tidak ada, namun oleh kepala sekolah diberi arahan untuk menyesuaikan dengan acuan standar proses dari Permendiknas No 41 tahun 2007 dan saya membuatnya seperti yang saudara fotocopy.”121 118
Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran. 119
Hasil wawancara tanggal 17 September 2013 di SDIT Al-Furqan Hasil wawancara tanggal 17 September 2013 di SDIT Al-Furqan 121 Hasil wawancara tanggal 17 September 2013 di SDIT Al-Furqan 120
101
Ibu Anggit Purnaningsih, S.Pd guru matematika kelas VI menjelaskan bahwa “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran inilah nantinya yang akan menjadi pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat menjadi panduan pada saat melaksanakan pembelajaran.”122 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat selanjutnya dimasukkan dalam satu map program rencana pembelajaran dan diserahkan kepada wakamad kurikulum. Seterusnya disampaikan kepada kepala sekolah untuk diperiksa dan ditanda tangani sebagai bahan bila ada pemeriksaan dan pengawas sekolah. Seperti diketahui bahwa tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah untuk menjadi pegangan bagi guru pada saat pembelajaran, Dilihat dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan wakamad kurikulum beserta guru yang bersangkutan diketahui bahwa di sekolah SDIT Al-Furqan Palangka Raya itu ternyata semua guru melaksanakan dan menerapkan semua program yang telah dibuat, baik itu program tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tanpa terkecuali dengan guru yang bersangkutan. Hal ini telah dibuktikan sendiri oleh peneliti ketika melihat langsung kegiatan pembelajaran pada sekolah tersebut, demikian juga dengan data-data yang diperoleh dari kepala sekolah dan wakamad kurikulum menunjukkan bahwa semua guru sudah melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar yang professional di sekolah tersebut. Dalam hal ini, sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut yang mempunyai cita-cita untuk menjadi unggul dalam hal
122
Hasil wawancara tanggal 17 September 2013 di SDIT Al-Furqan
102
prestasi maupun budaya islami yang religius yang diterapkan pada sekolah tersebut. Maka dari itu oleh kepala sekolah semua guru dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalisme jabatannya sebagai pendidik, tanpa terkecuali dengan kedua guru matematika dan PAI yang mengajar di kelas VI tersebut. Namun menurut Guru PAI kelas VI 123 dalam pelaksanaan rancangan pembelajaran tersebut juga tidak sepenuhnya dapat terlaksana dengan maksimal, karena pertama ada materi yang tentunya sulit untuk dipahami oleh s iswa sehingga memerlukan waktu yang lama untuk menjelaskannya mengingat tingkat kecerdasan setiap siswa yang berbeda-beda dan pemahaman yang masih belum seutuhnya mengingat mereka berada pada umur yang relevan masih terlalu dini di tingkat dasar untuk menyerap semua pembelajaran yang ada. Kedua adanya kegiatan yang diluar program sekolah, seperti rapat mendadak. Adapun menurut guru matematika kelas VI 124 pelaksanaan rancangan pembelajaran juga tidak sepenuhnya mampu terlaksana dengan maksimal, karena kalau mengikuti program yang disusun maka pembelajaran terasa kaku sehingga mengajar kurang nyaman, dan beliau biasanya mengikuti susunan materi yang ada sudah ada pada buku paket. Disamping itu juga yang sulit diperhitungkan adalah adanya kegiatan mendadak seperti rapat atau ada rekan atau orang tua guru yang meninggal dunia, sehingga kegiatan pembelajaran terkadang dihentikan sementara waktu.
123
Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Noor Halida Yanti, 17 September 2013 d i SDIT Al-
124
Hasil wawancara dengan Ibu Anggit Purnaningsih, 17 September 2013 d i SDIT Al-
Furqan Furqan.
103
Dengan demikian ada beberapa alasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tidak terlaksana secara maksimal: 1) Adanya materi yang sulit dan sebagian siswa ada yang kurang memahami materi, maka diperlukan alokasi waktu yang banyak untuk menjelaskannya mengingat umur mereka masih tergolong anak-anak sehingga daya serap pada mereka masih belum maksimal, oleh karena itulah dibutuhkan perhatian yang ekstra keras lagi untuk membimbing mereka. Hal ini mengakibatkan rencana pembelajaran yang dibuat tidak dapat ditepati
sesuai waktu yang sudah
ditentukan. 2) Adanya kegiatan yang di luar program sekolah, seperti rapat sekolah. 3) Kalau terlalu mengikuti program yang disusun maka pembelajaran akan terasa kaku sehingga mengajar kurang nyaman. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dijelaskan bahwa semua guru di sekolah SDIT Al-Furqan diwajibkan untuk menyerahkan program pembelajaran seperti disebutkan di atas. 3.
Pelaksanaan Pe mbelajaran Pada SDIT Al-Furqan Palangka Raya Kedua orang guru yang mengajar di kelas VI pada sekolah SDIT Al-
Furqan Palangka Raya yakni guru PAI dan guru matematika dalam hal melaksanakan pembelajaran sesuai dengan silabus yang telah dibuat dan dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Berikut ini dikemukakan data observasi dan wawancara yang dilakukan:
104
Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas VI yang dilaksanakan oleh Ibu Hj. Noor Halida Yanti, S.Pd.I, sebagai berikut: 125 a. Kegiatan pendahuluan Pada bagian ini guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam yang dijawab oleh semua siswa kelas VI, selanjutnya guru mengajak semua murid untuk berdoa bersama dengan menunjuk seorang siswa memimpin doa di kelas sebelum memulai pelajaran. Selesai berdoa dilanjutkan membaca surah pendek secara bersama-sama. Selanjutnya untuk menimbulkan minat siswa dan menarik perhatian siswa guru memberikan pre test dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa terhadap pelajaran minggu lalu dengan menunjuk satu arau dua orang siswa untuk menjawab pertanyaan, menyampaikan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, menyampaikan manfaat atau kegunaan materi pembelajaran, kemudian guru menyampaikan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran meyakini adanya hari akhir. b. Kegiatan inti Pada kegiatan inti berisi penjelasan materi baru merupakan kegiatan pendalaman materi pembelajaran meyakini adanya hari akhir. Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat oleh guru PAI, materi ini membutuhkan durasi waktu 210 menit atau 2 kali pertemuan (3 x 35 menit setiap 1x pertemuan atau 3 jam pelajaran) . Kompetensi dasar yang diharapkan dari pembelajaran ini adalah siswa dapat menjelaskan hari akhir dan dapat menyebutkan nama-nama hari akhir. 125
Observasi lapangan saat pembelajaran PAI kelas VI d i SDIT A l-Furqan, tanggal 25 September 2013
105
Berdasarkan pengamatan peneliti dalam kegiatan inti, guru membagi materi pembelajaran kepada beberapa pokok masalah yaitu (1) menjelaskan pengertian hari akhir, (2) menyebutkan nama- nama hari akhir, (3) menjelaskan tanda-tanda hari akhir, dan (4) menyebutkan contoh kejadian hari akhir. Penyampaian materi ini dilakukan guru dengan dua cara yaitu diskusi dan berlatih/latihan. Pada kegiatan inti ini, dalam kegiatan eksplorasi guru menyuruh siswa untuk mendengarkan dan menyimak penjelasan tentang hari akhir, kemudian mengemukakan pendapat tentang definisi hari akhir menurut apa yang mereka tangkap dari penjelasan guru. Dalam kegiatan ini waktu yang diberikan guru kurang lebih selama 60 menit. Adapun semua siswa memiliki buku paket Pendidikan Agama Islam kelas VI SD dan dalam alokasi yang telah disediakan tersebut semua siswa aktif untuk menyimak penjelasan guru dan aktif untuk mengemukakan pendapatnya tentang definisi hari akhir tersebut. Pada kegiatan ini guru sesekali mendekati siswa dan memperhatikan gerak-gerik siswa. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendiskusikan materi yang telah dipelajari tersebut. Selanjutnya dalam kegiatan elaborasi, guru memperkenalkan kepada siswa tentang materi nama- nama hari akhir. Dalam kegiatan ini siswa disuruh untuk menyebutkan nama-nama hari akhir baik secara klasikal, kelompok, maupun individu. Kemudian semua siswa disuruh untuk menghapalkan namanama hari akhir tersebut. Setelah siswa sudah dirasa cukup waktu untuk menghapalkannya, dilanjutkan lagi pada kegiatan konfirmasi, dimana guru membimbing siswa untuk mendiskusikan materi yang telah dipelajari. Diskusi berlangsung di awali oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan
106
melontarkan beberapa pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan hari akhir dan apa saja nama- nama hari akhir. Selanjutnya siswa memberikan tanggapan terhadap pertanyaan tersebut, baik secara klasikal, kelompok, dan individu. Guru tidak membedakan antara siswa laki- laki dan perempuan, semua siswa diberikan kesempatan yang sama untuk memberikan tanggapan. Dalam kegiatan ini guru sering mengeluarkan kata-kata bagus atau benar atau mengacungkan jempol kepada siswa yang memberikan tanggapan atau jawaban. Pada tahapan selanjutnya guru bertanya tentang hal- hal yang belum diketahui siswa terutama menyangkut materi yang sudah diberikan kepada siswa. Kemudian lagi guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman siswa, memberikn penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi yang sudah berlangsung mengenai materi yang dipelajari. Lancarnya komunikasi dengan siswa karena bahasa yang dipergunakan guru mudah dipahami dan diserap siswa. Intonasi suara guru yang bervariasa tidak terlalu nyaring dan juga tidak terlalu pelan, pengucapan kata perkata tidak cepat dan tidak lambat sehingga dapat didengar dan diterima oleh siswa. Pada saat memberikan penjelasan pun tatapan guru selalu tertuju kepada semua siswa dan selalu memperhatikan gerak-gerik dan mimik siswa dengan sesekali meminta siswa mengulang kembali apa yang sudah dijelaskan, sehingga membuat siswa tidak berani untuk mebuat keributan. Ketika menjelaskan materi tentang hari akhir guru menulis kembali dipapan tulis mengenai pengertian hari akhir dan nama-nama hari akhir, meskipun sudah materi yang bersangkutan sudah dipaparkan melalui LCD di depan kelas. Dalam
107
penjelasan
tersebut
semua
siswa
sangat
antusias
memperhatikan
dan
medengarkannya. Dalam proses kegiatan pembelajaran memahami materi tentang hari akhir ini, buku yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku paket Pendidikan Agama Islam Kelas VI, Al-Qur’an, juga kaset/CD tentang hari akhir. Yang menarik dalam pembelajaran ini adalah adanya penggunakan audio visual yakni LCD dan DVD, yang mana ketika meberikan materi tentang hari akhir ini, guru juga memberikan contoh-contoh apa saja kejadian hari akhir dengan menayangkan gambarnya dalam bentuk video berupa contoh-contoh kejadian hari akhir. Sehingga dengan penambahan media pembelajaran yang berupa audio visual ini membuat proses pembelajaran semakin menarik dan tidak membosankan. Ketika ditanyakan pada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI proses kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran dijelaskan bahwa dalam kegiatan inti dilaksanakan dua cara: (1) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang dipelajari, disertai demontrasi jika diperlukan, kemudian siswa disuruh menelaah dan memahami materi pembelajaran, selanjutnya dilaksanakan diskusi, dan (2) Siswa disuruh menelaah dan memahami materi pembelajaran, kemudian didiskusikan dalam bentuk tanya jawab baru kemudian guru memberikan penjelasan. c. Kegiatan penutup Pada bagian akhir pembelajaran atau kegiatan penutup guru Pendidikan Agama Islam menyimpulkan materi pembelajaran tentang hari akhir. Guru juga memberikan nasihat kepada siswa, kemudian memberikan tugas kepada siswa
108
untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru sebanyak 4 pertanyaan dengan jawaban tertulis. Selanjutnya menutup pelajaran dengan salam. Menurut Ibu Hj. Noor Halida Yanti, S.Pd.I pada kegiatan penutup ini siswa juga diberi tugas untuk menjawab lembar kerja siswa sebagai bahan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa memahami materi. Rangkaian kegiatan pembelajaran PAI pada kelas VI meliputi: a. Kegiatan pendahuluan berlangsung 15 menit, meliputi: 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian dijawab oleh murid dan berdoa bersama sebelum memulai pelajaran. 2) Membaca ayat al-Qur’an 3) Guru mengadakn pre test pelajaran minggu lalu 4) Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan dan kompetensi dasar yang dicapai. b. Kegiatan inti berlangsung selama 60 menit, meliputi: 1) Guru menyuruh siswa mendengarkan dan menyimak penjelasan materi tentang hari akhir. 2) Guru menyuruh siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang definisi hari akhir. 3) Guru memperkenalkan tentang materi nama-nama hari akhir. 4) Guru membimbing siswa untuk mendiskusikan tentang materi hari akhir. c. Kegiatan penutup berlangsung selama 30 menit, meliputi: 1) Guru mengadakan Tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan.
109
2) Guru membacakan kesimpulan ringkas dari materi yang disampaikan. 3) Guru memberikan nasehat berupa motivasi untuk belajar. 4) Guru memberikan tugas kepada siswa. 5) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa. Berikut ini dikemukakan pula tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa yang merupakan bahan penilaian: 1. Jelaskan pengertian hari akhir ! 2. Sebutkan nama- nama hari akhir ! 3. Jelaskan apa saja tanda-tanda hari akhir ! 4. Sebutkan contoh kejadian hari akhir ! Kegiatan pembelajaran Matematika pada kelas VI yang dilaksanakan oleh Ibu Anggit Purnaningsih, S.Pd sebagai berikut: 126 a. Kegiatan pendahuluan Kegiatan pembelajaran matematika ini diawali dengan pendahuluan, guru mengucap salam dan dijawab oleh siswa kelas VI dan guru bersama-sama siswa memulai pelajaran dengan membaca basmallah. Untuk membangkitkan minat siswa guru mengecek kehadiran siswa satu persatu, kemudian guru mengadakan pre test pelajaran minggu yang lalu tentang operasi hitungan bilangan dengan submateri pokok sifat-sifat penjumlahan bilangan dengan meminta siswa menjawab pertanyaan secara lisan. Ada 3 pertanyaan yang diajukan oleh guru
126
Hasil Observasi lapangan saat pembelajaran ,atematika d i kelas VI SDIT A l-Furqan, tanggal 25 september 2013
110
matematika kelas VI dengan menunjuk secara acak. Kegiatan ini berlangsung 10 menit. b. Kegiatan inti Pada kegiatan ini berisi submateri pokok baru tentang sifat-sifat perkalian bilangan. Tahapan yang dilakukan oleh guru matematika kelas VI yaitu: (1) Menyajikan informasi kepada siswa tentang sifat-sifat yang berlaku pada perkalian bilangan bulat yaitu sifat komutatif dan asosiatif dan distributif. (2) Mendemonstrasikan kepada siswa bagaimana cara menerapkan sifat-sifat pada operasi perkalian bilangan bulat dalam menyelesaikan soal-soal hitungan. (3) Guru meminta beberapa anak maju ke depan untuk menyelesaikan soal-soal latihan. Pada materi ini guru memberikan contoh beberapa soal perkalian bilangan bulat yang ada dibuku paket untuk dijawab bersama-sama dengan siswa agar mudah untuk dipahami. Ketika guru memberikan penjelasan para siswa dengan hening menyimak dan memperhatikannya. Untuk memudahkan siswa memahami contoh-contoh soal pada materi perkalian bilangan bulat tersebut, guru me nulis kembali contoh-contoh soal tersebut ke papan tulis seperti: (1) Sifat Kumulatif Penjumlahan
(2) Sifat Komutatif Perkalian
Contoh:
Contoh:
(-18) + 9 = 9 + (-18) -9 = -9 a+b = b+a
-8 x 9 = 9 x (-8) -72 = - 72 axb = bxa
111
(3) Sifat Asosiatif Penjumlahan Contoh: (8+15) + 5 23 + 5 28 (a + b) + c
(4) Sifat Asosiatif Perkalian Contoh:
= = = =
8 + (15+5) 8 + 20 28 a + (b+c)
(4x5) x 3 20 x 3 60 (axb) x c
= = = =
4 x (5x3) 4 x 15 60 a x (bx c)
(5) Sifat Distributif Perkalian terhadap penjumlahan
Perkalian terhadap pengurangan
Contoh:
Contoh:
4 x (5+2) = (4 x 5) + (4 x 2) 4 x 7 = 20 + 8 28 = 28 a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
8 x (6-3) = (8 x 6) – (8 x 3) 8 x3 = 48 - 24 24 = 24 a x (b – c) = (a x b) – (a x c)
Selanjutnya guru meminta siswa mendemonstrasikan secara bergiliran dengan mendekati setiap siswa untuk menyelesaikan soal-soal hitungan yang baru dengan berpedoman pada contoh yang sudah diterangkan oleh guru pada papan tulis, dengan menyuruh siswa untuk menuliskan jawabannya ke papan tulis. Terhadap siswa yang benar menjawabnya guru mengucapkan kata bagus atau benar dan meminta siswa untuk bertepuk tangan. (4) Guru menanyakan kepada siswa bagian mana yang kurang dimengerti. Dalam hal ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya atau menanyakan materi yang belum dipahami. (5) Selanjutnya guru memberikan latihan soal lanjutan. Pada materi latihan ini guru mengingatkan kepada siswa untuk selalu memperhatikan contoh-contoh yang sudah diterangkan sebelumnya dalam menjawab setiap soal yang telah diberikan tersebut.
112
c. Kegiatan penutup Pada bagian akhir pembelajaran guru matematika kelas VI menyimpulkan dan membimbing siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah disampaikan, kemudian mengevaluasi siswa dengan memberikan pertanyaan seputar
indikator
pembelajaran
dengan
bentuk
tertulis.
Kemudian
menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan mempelajari OPERASI HITUNG CAMPURAN. Setelah guru memberikan nasihat kepada siswa, pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam. Dalam proses kegiatan pembelajaran memahami materi perkalian bilangan bulat ini, guru matematika menggunakan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, tanya jawab, dan latihan. Sedangkan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku paket Cerdas matematika Ganeca exact, Cermat Matematika 6A Depdiknas Esis, Gemar Matematika 6 Depdiknas, dan Mahir Matematika 6A Putra Nugraha. Rangkaian kegiatan pembelajaran matematika pada kelas VI pertemuan kedua meliputi: 1) Kegiatan pendahuluan berlangsung 10 menit, meliputi: a) Salam pembuka b) Apersepsi dengan menanyakan kembali sifat-sifat pada penjumlahan bilangan bulat dan apakah sifat tersebut juga berlaku pada perkalian bilangan bulat? c) Menuliskan kata “PERKALIAN BILANGAN BULAT” di papan tulis d) Menyampaikan TPK
113
2) Kegiatan Inti berlangsung 40 menit, meliputi: a) Menyajikan informasi kepada siswa tentang sifat-sifat yang berlaku pada perkalian bilangan bulat yaitu sifat komutatif dan asosiatif dan distributif. b) Mendemonstrasikan kepada siswa bagaimana cara menerapkan sifat-sifat pada operasi perkalian bilangan bulat dalam menyelesaikan soal-soal hitungan. c) Meminta beberapa anak maju ke depan untuk menyelesaikan soal-soal latihan. d) Menanyakan kepada siswa bagian mana yang kurang dimengerti e) Memberikan soal latihan lanjutan. 3) Kegiatan penutup berlangsung sekitar 10 menit, meliputi: a) Membimbing siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah disampaikan. b) Mengevaluasi siswa dengan memberikan pertanyaan seputar indikator pembelajaran. c) Menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan mempelajari OPERASI HITUNG CAMPURAN. d) Salam penutup Berikut ini dikemukakan pula tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa yang merupakan bahan penilaian: 1. Dengan menggunakan sifat-sifat penjumlahan dan perkalian bilangan bulat, isilah titik-titik di bawah ini! a. 75 + . . . . = 120 + 75 c. 21 + 13 = 13 + . . . . e. 7 x . . . . = 12 x 7
b. . . . . + (3 + 6) = (9 + 3) + 6 d. (51 + 29) + 5 = 51 + (29 + . . . .) f. 10 x ( 23 + 14) = ( . . x. . ) + (. .x. .)
114
g. (8 x 11) x 2 = . . . .x (11 x 2)
h. (2x4) + (2x9) = . . x ( . . . + . . .)
2. Dengan menggunakan sifat penjumlahan dan perkalian bilangan bulat, selesaikan soal berikut! a. b. c. d.
210 + 56 + 78 = … 6 x ( 17 + 29) = . . . 47 x 5689 = . . . 32 x 1456 = …
Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam maupun pembelajaran matematika oleh guru VI ada beberapa cara guru untuk mendapatkan feedback dari siswa, seperti: (1) mengamati sikap dan wajah siswa, (2) saling kontak pandang antara guru dan siswa, (3) memperhatikan sikap anak pada saat pembelajaran, (4) memberikan pertanyaan kepada siswa secara teratur, (5) menyediakan waktu untuk siswa bertanya atau mengemukakan pendapat, dan (6) menanggapi atau menjawab pertanyaan siswa dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Demikian pula hasil wawancara yang dilakukan dengan kedua ora ng guru yakni guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI diungkapkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran pendekatan dan metode diterapkan secara bervariasi tergantung kepada: (1) materi pembelajaran, (2) tujuan pembelajaran, (3) alokasi waktu, (4) kemampuan siswa, (5) kemampuan guru, dan (6) sarana dan prasarana. Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI dijelaskan pula upaya mensiasati jam belajar Pendidikan Agama Islam agar dapat menyelesaikan materi pembelajaran dan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan cara: (1) memberikan tugas tambahan pada murid
115
untuk dipelajari di rumah, (2) menyisipkan materi baca tulis al Qur’an (BTA) pada kurikulum muatan lokal untuk kelas VI pada 1 jam pelajaran. Di samping itu juga dilaksanakan shalat zuhur berjama’ah di mesjid sekolah secara berjama’ah dan ceramah agama setiap habis selesai sholat zuhur berjama’ah. (3) dalam kehidupan sehari- hari di lingkungan sekolah para guru terutama guru Pend idikan Agama Islam (PAI) mengaktualisasikan pengamalan agama dengan membiasakan mengucapkan salam ketika masuk dan keluar kelas, ketika bertemu dengan sesama guru, berpakaian rapi dan sopan, serta datang ke sekolah tepat waktu. Demikian juga, dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VI dijelaskan pula dalam hal mensiasati jam pelajaran matematika menyelesaikan
agar dapat
materi yang kurang maksimal dan agar tujuan pembelajaran
matematika yang diinginkan dapat tercapai, maka dengan cara: (1) memberikan tugas tambahan di rumah, (2) memperbanyak latihan-latihan soal baik yang ada di buku paket maupun yang ada di LKS, (3) memberikan les tambahan kepada siswa kelas VI pada jam kegiatan ekstra kulikuler dengan persetujuan orang tua siswa. Berikut dikemukakan petikan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI dan Kepala Sekolah SDIT Al-Furqan palangka Raya: “Untuk mensiasati minimnya jam pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan memberikan tugas tambahan kepada siswa terhadap materi yang tidak mencukupi waktunya. Termasuk juga penyisipan materi baca tulis al Qur’an (BTA) 1 jam pelajaran.”127
127
Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Noor Halida Yant i, S.Pd.I, tanggal 17 September 2013 di SDIT Al-Furqan
116
“Untuk mensiasati minimnya jam pelajaran matematika terutama materi yang dirasa belum maksimal diterima dan dipahami oleh siswa serta tidak mencukupi waktunya, saya selaku guru memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Kemudian juga memberikan banyak latihan soal-soal yang ada di buku paket maupun yang ada di LKS untuk dikerjakan oleh siswa kemudian membahasnya di lain waktu.”128 “Untuk pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah SDIT Al-Furqan Palangka raya terutama yang menyangkut pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) semua siswa diwajibkan untuk melaksanakan shalat zuhur berjama’ah di mesjid yang berada di lingkungan sekolah. Dan setiap pagi sebelum pembelajaran pertama dimulai setiap kelas di sekolah SDIT Al-Furqan ini selalu diadakan pembacaan tadarus al Qur’an selama 15 menit. Kemudian setiap habis shalat zuhur diadakan pelatihan baca tulis al Qur’an yang bertempat di mesjid dengan dibimbing oleh beberapa orang ustaz dan ustazah. Demikian juga menyangkut pembelajaran matematika terutama pada kelas VI, untuk pencapaian pembelajaran matematika khususnya untuk anak kelas VI yang tidak lama lagi akan berjuang menghadapi ujian UAN nya untuk mencapai target itu maka saya memerintahkan kepada guru matematika kelas VI untuk semaksimal mungkin mensiasati waktu pembelajaran yang dirasa kurang dengan memberikan banyak latihan soal-soal dan kalau dirasa perlu memberikan les tambahan kepada siswa pada jam yang akan ditentukan dikemudian hari dengan meminta persetujuan orang tua siswa tentunya. Harapan saya setelah siswa selesai belajar, terutama pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan matematika sesuai dengan visi sekolah menuju “Excellence School”, mendidik anak menjadi cerdas dan berakhalak mulia, para siswa diharapkan nantinya menjadi pribadi yang berprestasi baik dalam hal IPTEK maupun berkualitas dalam hal IMTAQ.”129 4.
Evaluasi Pe mbelajaran di SDIT Al-Furqan Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan Palangka Raya sebagai berikut:
128 Hasil wawancara dengan Ibu Anggit Purnaningsih, S.Pd, tanggal 17 September 2013 di SDIT Al-Furqan 129 Hasil wawancara dengan Kepsek SDIT Al-Furqan Ibu Dr. Tutut Sholihah, M.Pd, tanggal 17 September 2013 di SDIT A l-Furqan.
117
a. Jenis Evaluatif 1) Tes Formatif Tes ini dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI pada setiap akhir satuan pelajaran dengan tujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dan juga perbaikan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. 2) Tes Subsumatif Tes subsumatif atau ulangan harian ini dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI setelah selesai materi pelajaran satu atau lebih bab/poko bahasan. Dari hasi wawancara disebutkan bahwa ulangan harian dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam satu semester. Rumusnya : NH = 3 A+B 4 NH = Nilai Ulangan harian A = Nilai rata-rata ulangan harian B = Nilai rata-rata tugas 3) Tes Sumatif Tes sumatif atau ulangan umum dilaksanakan pada setiap akhir semester yaitu; semester I bahan pelajaran pada semester I, dan semester II bahan pelajaran terdiri dari semester I (30%) dan semester II (70%) Nilai ketuntasan belajar Pendidikan Agama Islam adalah 7 sedangkan nilai ketuntasan belajar matematika adalah 7. Dan untuk mendapatkan nilai raport dengan menggunakan rumus: NH + KK + 2 NU = NR 4
118
NH = Nilai Ulangan harian KK = Kokurikuler NU = nilai Ulangan Umum b. Instrument Evaluasi Instrumen evaluasi yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI adalah teknik tes dengan alat penilaiannya berbentuk tes objektif, esay dan tes perbuatan. Penggunaan ketiga instrumen ini menurut kedua guru tersebut adalah sebagai berikut: 1) Esay digunakan pada ulangan harian sebanyak 5 atau lebih pertanyaan disampaikan secara tertulis dilaksanakan pada kelas VI. 2) Tes objektif dan esay digunakan pada ulangan umum akhir semester I dan II. Dilaksanakan pada kelas VI sebanyak 25 soal pilihan dan 10 soal esay. 3) Tes perbuatan dilaksanakan dalam bentuk latihan dan penugasan. 4) Ketiga bentuk
instrumen evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) dan Matematika kelas VI tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. c. Aspek evaluasi Dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI SDIT Al-Furqan Palangka Raya dan pengamatan lapangan dikatakan ada 3 aspek penilaian perilaku siswa yaitu: (1) aspek kognitif, (2) aspek afektif, (3) psikomotorik. Evaluasi aspek kognitif digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dengan mengadakan bentuk tes tertulis atau lisan.
119
Evaluasi aspek afektif dilakukan dengan masa yang panjang dari proses pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam seperti pada akhir semester untuk mengetahui perubahan-perubahan/perkembangan perilaku anak, sikap dan nilai- nilai agama. Sedangkan aspek afektif pada bidang studi matematika juga melalui proses yang panjang, terutama di akhir semester untuk mengetahui tingkat kecerdasan mereka terhadap pembelajaran matematika. Evaluasi aspek psikomotorik adalah untuk mengetahui keterampilan siswa dalam mempraktikan/melaksanakan setiap selesai suatu materi pembelajaran. Pada bidang pembelajaran Pendidikan Agama Islam aspek psikomotorik yang dapat dilihat terutama untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu dalam mempraktikan atau melaksanakan shalat wajib, puasa, baca tulis al-Qur’an dan berakhlak mulia. Sedangkan pada bidang studi matematika untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa dalam mempraktikan kemampuan berhitung matematika mereka dalam setiap pencapaian pembelajaran yang harapkan. Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dinyatakan bahwa aspek evaluasi yang paling penting adalah aspek psikomotorik selain untuk mengetahui peningkatan pemahaman keagamaan juga untuk mengetahui kemampuan
siswa melaksanakan ibadah dengan benar serta
perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik. Sedangkan menurut guru matematika dinyatakan bahwa dalam aspek evaluasi ini yang paling menonjol dalam setiap pembelajaran adalah aspek kognitifnya, karena menurut beliau untuk anak usia tingkat dasar ini pemahamannya dalam pembelajaran matematika itu cenderung agak sulit sehingga diperlukan perhatian yang ekstra untuk
120
memberikan pemahaman pada setiap materi yang ada, oleh karena itu yang paling ditekankan pada pembelajaran matematika itu pada aspek kognitifnya. Akan tetapi unsur yang lainnya seperti aspek afektif dan psikomotornya juga tetap digunakan dalam penilaian, karena menurut beliau ketiga aspek ini diperlukan dalam setiap pelaksanaan evaluasi. Pencapaian hasil evaluasi terhadap ketiga aspek adalah sebagai berikut: 1) Kognitif Dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru Pendidikan Agama Islam (PAI), secara data dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pendidikan agama Islam pada setiap anak di kelas VI memiliki nilai rata-rata 8. Sedangkan dari wawancara guru matematika juga didapat bahwa nilai ratarata yang diperoleh anak kelas VI adalah dari nilai rata-rata 7–8. 2) Afektif Dari hasil wawancara dengan guru PAI kelas VI, keberhasilan aspek ini dapat dilihat seluruh siswa yang beragama Islam dapat membaca al Qur’an. Dari pengamatan yang dilakukan sebelum pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai, diawali lebih dahulu dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an. Sedangkan hasil wawancara dengan guru matematika, keberhasilan aspek ini dapat dilihat dari kemampuan siswa yang cepat dan tanggap dalam merespon bentuk pertanyaan yang guru ajukan di depan kelas dalam setiap materi pembelajaran matematika. Hal ini dilihat dari pengamatan yang dilakukan sebelum dimulainya materi pembelajaran baru, ketika guru mengulang pembelajaran sebelumnya dalam bentuk pre test.
121
3) Psikomotorik Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam kelas VI, keberhasilan pada aspek ini dapat dilihat seluruh siswa melaksanakan shalat zuhur berjama’ah di mesjid lingkungan sekolah. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap siswa, dapat dilihat bahwa semua siswa terutama pada siswa kelas VI ketika jam istirahat terakhir yang bertepatan dengan pelasanaan waktu salat zuhur, maka oleh guru semua siswa diperintahkan untuk melaksanakan salat zuhur berjama’ah. Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru matematika, bahwa keberhasilan pada aspek ini dapat dilihat ketika semua siswa sudah mampu berhitung dan menyelesaikan sendiri soal-soal yang diberikan oleh guru. Di dasarkan dari pengamatan langsung, dapat dilihat ketika siswa berani untuk maju ke depan kelas menjawab soal-soal yang diberikan guru tanpa perlu diperintahkan langsung atau ditunjuk.
C. Manaje men Pembelajaran Pada SDN 4 Menteng Palangka Raya 1.
Perencanaan Pembelajaran di SDN 4 Menteng Palangka Raya Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bab II bahwa perencanaan
pembelajaran di sini adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih. Karena perencanaan pembelajaran dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung, seorang guru sebelum masuk ke ruang kelas, sudah mempersiapkan sejumlah materi dan bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Agar setiap penyampaian materi tersebut sesuai
122
dengan arah dan tujuan yang ditetapkan, maka lebih dulu disusun suatu perencanaan yang feasible dan matang. Dengan kesiapan perencanaan yang matang ini permasalahan teknis dapat diatasai, tinggal guru mengatur skenario pembelajaran yang efektif di kelas sesuai rencana tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya Ernawatie, S.Pd, M. M.Pd yang menceritakan bagaimana perencanaan pembelajaran yang berlangsung di sekolahnya, sebagai berikut: “Dalam hal manajemen pembelajaran ada empat aspek yang dijalankan di sekolahnya pertama melakukan perencanaan pembelajaran, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Setiap guru diberi instruksi untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran sesuai dengan petunjuk dan pedoman dari dinas pendidikan, dengan membuat baik itu program tahunan, program semester, silabus, RPP dengan menggunakan standar Kurikulum KTSP dan penggunaan Kurikulum 2013 pada kelas-kelas tertentu.”130 Kemudian masih terkait dengan perencanaan pembelajaran, wakamad kurikulum Yulitati, S.Pd menjelaskan tentang perencanaan pembelajaran, sebagai berikut: “Setiap guru di sekolah itu diwajibkan untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran dalam bentuk format yang sudah ada di buku pedoman kurikulum sekolah tersebut. Bahkan guru diharuskan untuk membuat Program Tahunan, semester, silabus maupun RPP yang nantinya akan dikumpulkan kepada wakamad kurikulum sebagai arsip dan di serahkan dengan kepala sekolah untuk disetujui.”131 Kemudian kepada kedua orang guru pengajar bidang studi PAI dan matematika dilakukan wawancara pada tanggal 18 September 2013 yang mengatakan bahwa setiap guru di sekolah tersebut telah membuat rencana
130 131
Hasil wawancara dengan Ibu Ernawatie, 5 September 2013 d i SDN 4 Menteng Hasil wawancara dengan Ibu Yu litati, 5 September 2013 di SDN 4 Menteng
123
pembelajaran sesuai dengan kewajiban mereka. Oleh kepala sekolah mereka bahkan diharuskan untuk selalu membuat perencanaan setiap kali pembelajaran dan menyerahkan laporan setiap pembelajaran mereka ke wakamad kurikulum. Sebagaimana hasil wawancara dengan Guru PAI Ibu Nurridla Hayati,S.Ag dan guru Matematika Ibu Andhi Marwati Rahayu, S. Pd Kelas VI pada SDN 4 Menteng Palangka Raya mengenai hal tersebut: “Setiap guru di sekolah itu diwajibkan untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran seperti membuat Program Tahunan, program semester, silabus maupun RPP selain diwajibkan juga merupakan bentuk kesadaran pribadi sebagai seorang guru yang memiliki tanggung jawab profesi yang nantinya akan dijadikan sebagai panduan dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar di kelas, kemudian juga dikumpulkan kepada wakamad kurikulum sebagia arsip dan tanda bukti bahwa mereka sudah menjalankan kewajibannya sebagai pengajar di sekolah itu..”.132 Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa mereka membuat rencana pembelajaran karena merupakan bentuk tanggung jawab sebagai seorang pengajar yang professional meskipun juga di dorong adanya perintah dari kepala sekolah atas dasar kesadaran sendiri agar program yang disusun menjadi acuan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun bentuk perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika berdasarkan data hasil wawancara terdiri dari Program Tahunan, Program Semester, dan penyusunan silabus serta pembuatan RPP. Menurut guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika yang mengajar di kelas VI dan dikuatkan oleh wakamad kurikulum dan pengajaran 132
Hasil wawancara dengan Ibu Andhi Marwati Rahayu, dan Nurridla Hayati, 18 September 2013 d i SDN 4 Menteng
124
bahwa acuan untuk membuat rencana pembelajaran yaitu: (a) kalender pendidikan untuk menentukan jumlah minggu efektif setiap semester, (b) KTSP bidang studi yang bersangkutan, dan (c) buku paket/buku sumber lainnya yang relevan dengan bidang studi tersebut. Untuk memberikan gambaran secara lengkap terhadap bentuk perencanaan pembelajaran seperti tersebut di atas akan diuraikan satu persatu d i bawah ini: a. Program Tahunan Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika SDN 4 Menteng Palangka Raya diketahui bahwa penyusunan program tahunan dimaksudkan untuk memperinci standar kompetensi apa saja nanti yang harus dikuasai oleh siswa selama satu tahun ajaran dan berapa jumlah waktu yang diperlukan untuk mengajar seluruh materi yang ada. Berdasarkan data dari dokumen yang terdapat di sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya ditemukan jenis format penyusunan program tahunan yang digunakan yaitu format yang komponennya terdiri dari: identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas dan semester, tahun ajaran, serta matrik yang terdiri dari nomor: nomor urut, standar kompetensi, kompetensi dasar, alokasi waktu, dan keterangan. Dalam menentukan banyaknya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan selama satu tahun ajaran, guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika mengambilnya dalam silabus yang sudah disusun. Sedangkan untuk menentukan banyaknya alokasi waktu diperlukan standar kompetensi/pokok
125
bahasan ditentukan oleh guru berdasarkan keluasan dan kedalaman materi yang akan diajarkan. Untuk jelasnya bentuk program tahunan yang telah disusun oleh guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika SDN 4 Menteng Palangka Raya, dapat dilihat pada lampiran. b. Program Semester Menurut guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika SDN 4 Menteng Palngka Raya, program semester dibuat untuk menjadi acuan dalam Rencana Pelaksanaan Pengajaran. Dengan program semester para guru dapat menentukan berapa jumlah alokasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran suatu kompetensi dan dapat diketahui kapan kompetensi itu harus diajarkan. Dengan program semester guru dapat mengetahui kapan minggu tidak efektif karena ada berbagai kegiatan sekolah atau karena sekolah diliburkan. dengan kesadaran seperti itu tidak mengherankan kalau guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika membuat program semester. Tidak terdapat perbedaan format dalam membuat program semester. Program semester dibuat dengan materi sebagai berikut: 1) Rekapitulasi Program Semester dibuat dengan format terdiri dari: Identitas sekolah, mata pelajaran, kelas dan semester, standar kompetensi, alokasi waktu yang meliputi: jumlah minggu dalam semester, jumlah minggu yang tidak efektif, perhitungan jam efektif dan jumlah jam efektif. 2) Rincian Program Semester dibuat dengan format terdiri dari: Identitas sekolah, mata pelajaran, kelas, tahun pelajaran dan semester dan standar kompetensi.
126
Kemudian matrik yang terdiri kolom kompetensi dasar, kolom indikator, kolom alokasi waktu, dan kolom bulan kegiatan. Pada program semester terdapat alokasi waktu, jumlah minggu dalam semester menurut guru yang dihitung berdasarkan jumlah minggu yang terdapat dalam kalender pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya selama satu semester. Banyaknya jumlah minggu dalam satu semester tergantung hari apa mata pelajaran tersebut diajarkan. oleh karena itu banyaknya jumlah minggu antara satu guru dengan yang lainnya tidak sama, demikan halnya dengan kedua guru matematika dan guru Pendidikan Agama Islam. Banyaknya minggu dalam satu semester sebagai berikut: Tabel 3 Jumlah Minggu KBM Dalam Satu Semester No
Bulan
1 2 3 4 5 6
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Banyaknya Minggu 2 3 4 5 4 2
Sumber: Dokumentasi SDN 4 Menteng Adapun banyaknya minggu KBM tidak efektif adalah jumlah minggu yang terpakai oleh kegiatan di luar proses pembelajaran karena ada kegiatan sekolah seperti libur semester, uji coba UAN/UAS, pengisian raport. 133
133
Lihat lampiran
127
c. Menyusun Silabus Adapun dua orang guru yang mengajar pada bidang studi Pendidikan Agama Islam dan Matematika pada kelas VI di SDN 4 Menteng Palangka Raya tersebut telah menyusun pengembangan silabus, silabus ini dilakukan pada awal semester berjalan. Penyusunan silabus ini dari hasil wawancara kepada kedua orang guru tersebut didasarkan pada buku panduan kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan. Langkah- langkah yang dilakukan oleh kedua orang guru baik pengajar mata pelajaran PAI maupun matematika pada kelas VI di SDN 4 Menteng Palangka Raya tersebut sebelum menyusun silabus yaitu melihat acuan dalam buku panduan kurikulum, mencocokan kompetensi dasar/indikator dengan buku pegangan, kemudian membuat sistem penilaian berdasarkan buku pegangan dan menentukan alokasi waktu yang tepat untuk setiap materi pelajaran yang telah disesuaikan dengan kalender pendidikan dari Diknas. Selanjutnya kedua guru yang bersangkutan merumuskan pengembangan silabus dalam format tertentu. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan format silabus yang dibuat oleh setiap para guru yang ada di SDIT Al-Furqan tersebut, karena memang sudah mendapat arahan dan petunjuk dari kepala sekolah maupun wakamad kurikulum. Format silabus 134 pada mata pelajaran terdiri dari: nama sekolah, kelas, mata pelajaran, semester dan standar kompetensi. Sedangkan pada matrik pengembangan silabus terdiri dari: kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
134
Lihat Lamp iran
128
d. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembuatan RPP merupakan salah satu bentuk dari tugas seorang guru dalam setiap kali pertemuan pembelajaran yang sudah menjadi kewajiban sebagai seorang guru dalam menjalankan tugas profesinya. Dari hasil wawancara dan data yang peneliti dapatkan dari kedua orang guru yang mengajar bidang studi PAI dan Matematika di kelas VI pada SDN 4 Menteng Palangka Raya tersebut telah membuat RPP setiap kali sebelum melaksanakan pembelajaran. RPP tersebut mereka buat berdasarkan pedoman silabus yang telah mereka buat sebelumnya. Adapun bentuk format RPP135 yang di dapatkan dari data kedua orang guru tersebut yakni terdiri: identitas mata pelajaran, kelas/semester, satuan pendidikan, materi pokok, submateri pokok, alokasi waktu, pertemuan, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber bahan, kegiatan pembelajaran dan penilaian akhir belajar. (lihat lampiran) 2. Pengorganisasian Pembelajaran Pada SDN 4 Menteng Palangka Raya Pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya meliputi penempatan guru-guru wali kelas dan guru bidang studi pada setiap bidangnya, pembagian jadwal dan jam mengajar, serta pembagian kelas siswa. Khususnya dalam hal ini penempatan kedua orang guru yang mengajar pada bidang studi PAI dan Matematika. Dalam hal ini kedua orang
135
Lihat Lamp iran
129
guru tersebut yakni Guru PAI Nurridla Hayati, S.Ag dan guru Matematika Ibu Andhi Marwati Rahayu136 yang ditempatkan untuk mengajar di kelas VI. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SDN 4 Menteng Palangka
Raya
Ernawatie,
M.
M.Pd
yang
menjelaskan
bagaimana
pengorganisasian pembelajaran yang berlangsung di sekolahnya, sebagai berikut: “Penempatan guru yang mengajar pada setiap kelas maupun bidang studi baik untuk kelas I sampai kelas VI di sekolah tersebut, terutama untuk kedua orang guru yang mengajar bidang studi PAI dan Matematika berdasarkan musyawarah guru dalam rapat yang dipimpin oleh kepala sekolah pada menjelang awal tahun ajaran baru. Bahkan untuk penempatan semua guru biasanya untuk tiap tahun selalu diadakan rolling agar menambah pengalaman guru bersangkutan. Hasil rapat ditindak lanjuti oleh wakamad urusan kurikulum dengan surat keputusan yang ditanda tangani oleh kepala sekolah.”137 a. Penempatan Guru PAI dan Guru Matematika di Kelas VI Berdasarkan data yang diperoleh pada bagian Tata Usaha (TU) SDN 4 Menteng Palangka Raya disebutkan jumlah guru PAI yang mengajar di SDN 4 Menteng Palangka Raya sebanyak 2 orang. Adapun yang ditugaskan untuk mengajar untuk kelas VI (enam) pada bidang studi PAI yakni Ibu Nurridla Hayati, S.Ag sebagai pengajar PAI Sedangkan untuk pengajar matematika di sekolah tersebut diserahkan kepada wali kelas masing- masing. Akan tetapi di sekolah tersebut ada 2 (dua) orang yang benar-benar memiliki spesialisasi pengajar bidang studi matematika, salah satunya yakni Ibu Andhi Marwati Rahayu, S.Pd yang mengajar untuk kelas VI.
136 Ibu Andhi Marwati Rahayu ini selain pengajar untuk bidang studi matematika juga men jadi wali kelas VIa 137 Hasil wawancara dengan Kepsek SDN 4 Menteng Ibu Ernawatie, M.M.Pd, 28 Agustus 2013 di SDN 4 Menteng.
130
Kedua orang guru tersebut di atas telah memenuhi kualifikasi pendidikan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2003 tentang standar pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa guru pendidikan dasar dan menengah harus berpendidikan minimal strata 1 atau D4. Berdasarkan data yang diperoleh: (1) Ibu Nurridla Hayati, S.Ag tingkat pendidikan formal adalah Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Palangka Raya tahun 1997. Pengalaman mengajar sebagai guru PAI sejak tahun 2000 di SDN Tangkiling. Kemudian pindah ke SDN 4 Menteng tahun 2002. Pendidikan dan Diklat yang pernah diikuti antara lain Diklat Pelatihan Guru PAI yang diadakan oleh Diknas Pendidikan Kota Palangka Raya kerjasama dengan Depag tahun 2005 dan Penataran Guru PAI Tahun 2006 serta juga pernah ikut Orientasi Guru PAI tahun 2003 . Adapun jabatan yang dipegang sekarang adalah sebagai pengajar PAI pada kelas I sampai kelas VI. (2) Ibu Andhi Marwati Rahayu, S. Pd, tingkat pendidikan formal yang dimiliki Strata 1 Fakultas FKIP UNPAR Palangka Raya tahun 2008. Pengalaman mengajar sebagai guru Matematika selama kurang lebih 24 tahun sejak tahun 1989. Riwayat Jabatan yang dimiliki sebagai guru kelas dan pernah menjabat sebagai wakil kelapa sekolah. Adapun mengajar dan menjadi guru matematika di SDN 4 Menteng Palangka Raya sejak tahun 2011 sampai sekarang. Pendidikan dan Diklat yang pernah diikuti antara lain Diklat Pendidikan dan Latihan Peningkatan Guru (PLPG) di UNPAR Palangka Raya tahun 2008, diklat pelatihan penerapan
131
kurikulum 2013 di balai diklat Palangka Raya tahun 2013, seminar pendidikan guru di STAIN Palangka Raya tahun 2011. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya yang dilakukan pada tanggal 18 September 2013 dikatakan bahwa penempatan guru yang mengajar untuk kelas I sampai kelas VI di sekolah tersebut, terutama untuk kedua orang guru yang mengajar bidang studi PAI dan Matematika tersebut di atas berdasarkan musyawarah guru dalam rapat yang dipimpin oleh kepala sekolah pada menjelang awal tahun ajaran baru. Bahkan untuk penempatan guru tersebut biasanya untuk tiap tahun selalu diadakan rolling agar menambah pengalaman guru bersangkutan. Hasil rapat ditindak lanjuti oleh wakamad urusan kurikulum dengan surat keputusan yang ditanda tangani oleh kepala sekolah. Adapun penempatan mengajar pada SDN 4 Menteng Palangka Raya untuk guru Pendidikan Agama Islam adalah Ibu Nurridla Hayati, S.Ag untuk kelas I sampai kelas VI pada kelompok kelas A dan guru matematika adalah Ibu Andhi Marwati Rahayu, S.Pd untuk kelas VI pada kelompok A. Dari hasil wawancara dengan guru PAI kelas VI Ibu Nurridla Hayati, S.Ag pada tanggal 18 september 2013 beliau mengaku telah mengajar pada kelas VI tersebut sejak tahun 2002di SDN 4 Menteng Palangka Raya. Untuk lebih jelasnya dikemukakan hasil petikan wawancara, seperti tersebut di bawah ini: “Sejak saya bertugas di SDN 4 Menteng Palangka Raya ini, saya langsung ditempatkan oleh kepala sekolah untuk mengajar bidang studi PAI dari kelas I sampai kelas VI. Sesuai dengan hasil rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah pada awal tahun ajaran. Di mana para guru dimintai pendapatnya dan kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran. Untuk tahun ini saya tetap mengajar di kelas I sampai kelas VI. Dengan
132
demikian sejak saya pertama kali mengajar di sekolah ini pada tahun 2002 saya telah mengajar PAI selama 11 tahun lebih hingga sekarang.” 138 Kemudian dari hasil wawancara dengan guru Matematika kelas VI Ibu Andhi Marwati Rahayu, S. Pd pada tanggal 18 september 2013 beliau mengaku telah mengajar pada kelas VI tersebut sudah 2 tahun lebih di SDN 4 Menteng Palangka Raya. Untuk lebih jelasnya dikemukakan hasil petikan wawancara, seperti tersebut dui bawah ini: “Sejak saya bertugas di SDN 4 Menteng Palangka Raya ini pada tahun 2011, pertama saya ditempatkan oleh kepala sekolah untuk mengajar bidang studi Matematika untuk kelas VI sekaligus menjadi wali kelas VIa. Kemudian sesuai dengan hasil rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah pada awal tahun ajaran tahun 2013 , di mana para guru dimintai pendapatnya dan kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran. Untuk tahun ini saya diminta untuk kembali mengajar di kelas VIa dan saya pun bersedia untuk mengajar di kelas tersebut. Dengan demikian sejak saya pertama kali mengajar di sekolah ini pada tahun 2011 saya telah mengajar Matematika selama 2 tahun lebih hingga sekarang.”139 b. Pembagian Jadwal dan Jam Mengajar Guru PAI dan Matematika pada Kelas VI. Untuk menunjang kelancaran dan ketertiban pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Matematika pada sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya khusunya untuk kelas VI, pihak sekolah telah membuat jadwal dan jam mengajar guru yang bersangkutan pada bidang studinya. Bagi pihak sekolah ini sangat penting agar guru memiliki istirahat yang cukup untuk memelihara kesehatan dan kebugaran yang pada gilirannya berdampak pada daya nalar guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan pembagian jadwal dan jam mengajar 138 139
Menteng
Hasil wawancara dengan Ibu Nurridla Hayati, 18 September 2013 di SDN 4 Menteng Hasil wawancara dengan Ibu Andhi Marwati Rahayu, 18 September 2013 di SDN 4
133
ini, menurut kepala sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya diharapkan guru datang ke sekolah dan mengajar sesuai jadwal dan jam yang telah ditetapkan. Adapun pembagian jadwal dan jam mengajar guru PAI dan Matematika pada kelas VI dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Jadwal Dan Jam Mengajar Guru PAI dan Matematika kelas VI
No
Guru
Kelas
Hari
Waktu
Jam
10.1012.10 07.0008.45 07.0008.45
8/11
Mata Pelajaran PAI
2/4
Matematika
2/4
Matematika
1
Nurridla Hayati, S.Ag
VI a
Rabu
2
Andhi Marwati Rahayu, S. VI a Pd
Senin Rabu
Sumber: Dokumntasi SDN 4 Menteng
Dari tabel di atas diketahui bahwa kedua guru tersebut yakni Ibu Nurridla Hayati, S.Ag yang mengajar PAI mendapatkan jadwal untuk mengajar di kelas tersebut pada hari rabu pada jam ke 8/11 dan Ibu Andhi Marwati Rahayu, S. Pd yang mengajar matematika pada kelas VI mendapatkan jadwal mengajar di kelas tersebut yakni pada hari senin dan rabu pada jam ke 2/4. c. Pembagian kelas siswa Siswa
merupakan
salah
satu
komponen
penting
dalam proses
pembelajaran, tanpa siswa proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung. Seperti telah dipaparkan pada bagian terdahulu bahwa jumlah siswa sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya pada tahun ajaran 2013/2014 ini sebanyak 468 orang yang terbagi dalam 18 lokal dan masing- masing lokal telah diberi label nama
134
sesuai tingkatan kelasnya dan pada tiap tingkatan kelas dibagi menjadi tiga lokal, baik itu kelas I maupun kelas VI mendapatkan masing- masing tiga kelas/lokal. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SDN 4 Menteng Palangka Raya dijelaskan bahwa pembagian kelas siswa baik kelas I sampai kelas VI di dasarkan pada waktu ujian pertama kali penerimaan siswa baru, yang mana setelah melalui seleksi masuk guna menyaring calon siswa maka ditetapkanlah jumlah kuota siswa yang diterima sesuai dengan kemampuan sekolah dalam hal menampung jumlah siswa yang diterima dan disepakati bersama dengan Kepala Dinas Pendidikan. Dengan adanya penempatan guru, pembagian jadwal dan jam mengajar serta pembagian kelas siswa ini selanjutnya kedua orang guru yang mengajar pada bidang studi PAI dan Matematika di kelas VI mulai mengatur proses pembelajaran di kelas. Dari hasil wawancara dengan kedua ora ng guru yang mengajar PAI dan Matematika pada kelas VI tersebut diketahui bahwa kedua orang guru yang mengajar PAI dan Matematika pada kelas VI di SDN 4 Menteng Palangka Raya tersebut telah melakukan persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran dengan membuat prosedur dan tahapan pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dari hasil wawancara dengan guru PAI kelas VI Ibu Nurridla Hayati140 , S.Ag dijelaskan bahwa setelah rencana pembelajaran dibuat selanjutnya mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti buku pegangan, al-Qur’an, LCD, dan Laptop. 140
Hasil wawancara tanggal 18 september 2013
135
Kemudian juga dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VI Ibu Andhi Marwati Rahayu, S.Pd 141
dijelaskan bahwa persiapan yang dilakukan
sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat karena merupakan tahapan yang harus dilalui bagi guru, beliau juga mengatakan dalam hal persiapan mengajar, terutama pelajaran matematika selama satu semester seperti durasi waktu yang diperlukan untuk satu materi pelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran, sumbersumber dan media pembelajaran yang diperlukan untuk materi yang akan dipelajari termasuk juga penilaiannya.Adapun format yang digunakan oleh kedua orang guru itu, baik yang mengajar PAI maupun matematika di kelas VI tersebut terdiri dari: 1) Identitas pembelajaran yang meliputi: nama sekolah, kelas/semester 2) Standar kompetensi 3) Kompetensi dasar 4) Indikator 5) Alokasi waktu 6) Tujuan pembelajaran 7) Materi pembelajaran 8) Metode pembelajaran 9) Model pembelajaran 10) Langkah- langkah kegiatan pembelajaran 141
Hasil wawancara tanggal 18 september 2013
mata pelajaran,
136
11) Sumber dan media pembelajaran 12) Penilaian Menurut kedua orang guru yang mengajar PAI dan matematika pada kelas VI seluruh komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan berdasarkan desain pengembangan silabus yang berpedoman pada KTSP. Standar kompetensi diambil dari kurikulum. Sedangkan kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajar an, model pembelajaran,
langkah- langkah pembelajaran,
sumber dan
media
pembelajaran serta penilaian diambil dari silabus. Berikut ini dikemukakan hasil wawancara dengan kedua orang guru yang mengajar di kelas VI SDN 4 Menteng Palangka Raya, yaitu guru yang mengajar bidang studi PAI dan guru yang mengajar bidang studi matematika:142 “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang saya buat sebelum melaksanakan pembelajaran tersebut selalu mengacu pada silabus yang telah disusun sebelumnya.”143 “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat berdasarkan silabus yang telah disusun pada awal tahun pembelajaran.”144 Menurut kedua orang guru yang mengajar pada SDN 4 Menteng Palangka Raya tersebut pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebuah komponen yang menjadi acuan wajib yang dibuat oleh semua guru untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efesien. Sedangkan format baku terhadap 142
Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini untuk leb ih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran. 143 Hasil wawancara dengan Guru PAI Ibu Nurridla Hayati, S.Ag pada tanggal 18 september 2013 144 Hasil wawancara dengan Guru Matematika Ibu Andhi Marwati Rahayu, S.Pd tanggal 18 september 2013
137
bentuk dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut menurut mereka menyesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan dalam buku panduan KTSP maupun panduan yang di berikan oleh Diknas, dalam hal ini bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat dalam bentuk vertikal. “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran inilah yang menjadi pedoman semua guru dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran itu sendiri oleh kepala sekolah diberi arahan untuk menyesuaikan dengan contoh format yang sudah ada dalam pedoman KTSP yang berlaku.”145 “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat ini nantinya yang akan menjadi pedoman guru dalam setiap proses pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat menjadi panduan pada saat pelaksanakan pembelajaran.”146 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat selanjutnya dimasukkan dalam satu map program rencana pembelajaran dan diserahkan kepada wakamad kurikulum. Seterusnya disampaikan kepada kepala sekolah untuk diperiksa dan ditanda tangani sebagai bahan bila ada pemeriksaan da n pengawas sekolah. Seperti diketahui bahwa tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah untuk menjadi pegangan bagi guru pada saat pembelajaran, Dilihat dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan wakamad kurikulum beserta guru yang bersangkutan diketahui bahwa di sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya itu ternyata semua guru melaksanakan dan menerapkan semua program yang telah dibuat, baik itu program tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tanpa terkecuali dengan guru ya ng bersangkutan. Hal 145
Hasil wawancara dengan Guru PAI Ibu Nurrid la Hayati, S.Ag tanggal 18 september
2013. 146
Hasil wawancara dengan Guru Matematika Ibu Andhi Marwati Rahayu, S.Pd tanggal 18 september 2013.
138
ini telah dibuktikan sendiri oleh peneliti ketika melihat langsung kegiatan pembelajaran pada sekolah tersebut 147 , demikian juga dengan data-data yang diperoleh dari kepala sekolah dan wakamad kurikulum menunjukkan bahwa semua guru sudah melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar yang professional di sekolah tersebut. Dalam hal ini, sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut yang mempunyai cita-cita untuk menjadi unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa, menguasai ilmu dan teknologi berbasis budaya ramah lingkungan. Maka dari itu oleh kepala sekolah semua guru dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalisme jabatannya sebagai pendidik, tanpa terkecuali dengan kedua guru matematika dan PAI yang mengajar di kelas VI tersebut. Menurut Guru PAI kelas VI bahwa dalam pelaksanaan rancangan pembelajaran tersebut tidak sepenuhnya dapat terlaksana dengan maksimal, karena pertama ada materi yang tentunya sulit untuk dipahami dan dimengerti oleh siswa sehingga memerlukan waktu yang lama untuk menjelaskannya mengingat tingkat kecerdasan setiap siswa yang berbeda-beda dan pemahaman yang masih belum seutuhnya mengingat mereka berada pada umur yang relevan masih terlalu dini di tingkat dasar untuk menyerap semua pembelajaran yang ada. Kedua adanya kegiatan yang diluar program sekolah, seperti rapat mendadak. ”148 Adapun menurut guru matematika kelas VI bahwa dalam pelaksanaan rancangan pembelajaran juga tidak sepenuhnya mampu terlaksana dengan 147
Observasi lapangan pada tanggal 2 Oktober 2013 di SDN 4 Menteng pada kegiatan belajar mengajar di kelas VI oleh guru matematika dan guru PAI di SDN 4 Menteng Palangka Raya. 148 Hasil wawancara tanggal 18 september 2013
139
maksimal, karena kalau mengikuti program yang disusun maka pembelajaran terasa kaku dan membuat anak didik menjadi bosan sehingga mengajar kurang nyaman, dan beliau biasanya mengikuti susunan materi yang sudah ada pada buku paket. Disamping itu juga yang sulit diperhitungkan adalah adanya kegiatan mendadak seperti rapat atau ada kegiatan lainnya di luar sekolah, sehingga kegiatan pembelajaran terkadang dihentikan sementara waktu. ”149 Dengan demikian ada beberapa alasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tidak terlaksana secara maksimal: 1) Adanya materi yang sulit dan sebagian siswa ada yang kurang memahami materi, maka diperlukan alokasi waktu yang banyak untuk menjelaskannya mengingat umur mereka masih tergolong anak-anak sehingga daya serap pada mereka masih belum maksimal, oleh karena itulah dibutuhkan perhatian yang ekstra keras lagi untuk membimbing mereka. Hal ini mengakibatkan rencana pembelajaran yang dibuat tidak dapat ditepati
sesuai waktu yang sudah
ditentukan. 2) Adanya kegiatan yang di luar program sekolah, seperti rapat sekolah. 3) Kalau terlalu mengikuti program yang disusun maka pembelajaran akan terasa kaku sehingga mengajar kurang nyaman. 4) Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dijelaskan bahwa semua guru di sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya diwajibkan untuk menyerahkan program pembelajaran seperti disebutkan di atas.
149
Menteng
Hasil wawancara dengan Ibu Andhi Marwati Rahayu, 18 september 2013 di SDN 4
140
3. Pelaksanaan Pe mbelajaran Pada SDN 4 Menteng Palangka Raya Kedua orang guru yang mengajar di kelas VI pada sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya yakni guru PAI dan guru matematika dalam hal pelaksanakan pembelajaran sesuai dengan silabus yang telah dibuat dan dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Berikut ini dikemukakan data observasi dan wawancara yang dilakukan: Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas VI yang dilaksanakan oleh Ibu Nurridla Hayati, S.Ag, sebagai berikut: 150 a. Kegiatan pendahuluan Pada kegiatan ini guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam yang dijawab oleh semua siswa kelas VI, selanjutnya guru mengajak semua murid untuk berdoa bersama di kelas sebelum memulai pelajaran. Selesai berdoa dilanjutkan membaca surah-surah pendek secara bersama-sama. Kemudian untuk menarik perhatian siswa guru memberikan pre test dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa terhadap pelajaran minggu lalu dengan menunjuk satu atau dua orang lebih siswa untuk menjawab pertanyaan, menyampaikan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, menyampaikan manfaat atau kegunaan materi pembelajaran, kemudian guru menyampaikan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran meyakini adanya hari akhir. b. Kegiatan inti Pada kegiatan inti berisi penjelasan materi baru merupakan kegiatan pendalaman materi pembelajaran meyakini adanya hari akhir. Dalam Rencana 150
Observasi lapangan pada tanggal 2 Oktober 2013 di SDN 4 Menteng pada kegiatan belajar mengajar di kelas VI o leh guru PAI SDN 4 Menteng Palangka Raya.
141
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat oleh guru PAI, materi ini membutuhkan durasi waktu 210 menit atau 2 kali pertemuan (3 x 35 menit setiap 1x pertemuan atau 3 jam pelajaran). Kompetensi dasar yang diharapkan dari pembelajaran ini adalah siswa dapat menjelaskan pengertian hari akhir dan dapat menyebutkan nama- nama hari akhir. Berdasarkan pengamatan peneliti dalam kegiatan inti, guru membagi materi pembelajaran kepada beberapa pokok masalah yaitu (1) menjelaskan pengertian hari akhir, (2) menyebutkan nama- nama hari akhir, (3) menjelaskan tanda-tanda hari akhir, dan (4) menyebutkan contoh kejadian hari akhir. Penyampaian materi ini dilakukan guru dengan dua cara yaitu diskusi dan berlatih/latihan. Pada kegiatan inti ini, dalam kegiatan eksplorasi guru menyuruh siswa untuk mendengarkan dan menyimak penjelasan tentang hari akhir, kemudian mengemukakan pendapat tentang definisi hari akhir menurut apa yang mereka tangkap dari penjelasan guru. Dalam kegiatan ini waktu yang diberikan guru kurang lebih selama 50 menit. Adapun semua siswa memiliki buku paket Pendidikan Agama Islam kelas VI SD dan dalam alokasi yang telah dised iakan tersebut semua siswa berperan aktif untuk menyimak penjelasan guru dan aktif untuk mengemukakan pendapatnya tentang definisi hari akhir tersebut. Pada kegiatan ini guru sesekali mendekati siswa dan memperhatikan gerak- gerik siswa. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendiskusikan materi yang telah dipelajari tersebut. Selanjutnya dalam kegiatan elaborasi, guru memperkenalkan kepada siswa tentang materi nama-nama hari akhir. Dalam kegiatan ini siswa disuruh untuk menyebutkan nama-nama hari akhir baik secara klasikal, kelompok,
142
maupun individu. Kemudian semua siswa disuruh untuk menghapalkan namanama hari akhir tersebut. Setelah siswa sudah dirasa cukup waktu untuk menghapalkannya, dilanjutkan lagi pada kegiatan konfirmasi, dimana guru membimbing siswa untuk mendiskusikan materi yang telah dipelajari. Diskusi berlangsung di awali oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan melontarkan beberapa pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan hari akhir dan apa saja nama-nama hari akhir . Selanjutnya siswa memberikan tanggapan terhadap pertanyaan tersebut, baik secara klasikal, kelompok, dan individu. Guru tidak membedakan antara siswa laki- laki dan perempuan, semua siswa diberikan kesempatan yang sama untuk memberikan tanggapan. Dalam kegiatan ini guru sering mengeluarkan kata-kata bagus atau benar atau mengacungkan jempol kepada siswa yang memberikan
tanggapan atau
jawaban. Pada tahapan selanjutnya guru bertanya tentang hal- hal yang belum diketahui siswa terutama menyangkut materi yang sudah diberikan kepada siswa. Kemudian lagi guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman siswa, memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi yang sudah berlangsung mengenai materi yang dipelajari. Lancarnya komunikasi dengan siswa karena bahasa yang dipergunakan guru mudah dipahami dan diserap siswa. Intonasi suara guru yang bervariasi tidak terlalu nyaring dan juga tidak terlalu pelan, pengucapan kata perkata tidak cepat dan tidak lambat sehingga dapat didengar dan diterima oleh siswa. Pada saat memberikan penjelasan pun tatapan guru selalu tertuju kepada semua siswa dan selalu memperhatikan gerak-gerik dan mimik siswa dengan sesekali meminta siswa mengulang kembali apa yang sudah
143
dijelaskan, sehingga membuat siswa tidak berani untuk mebuat keributa n. Ketika menjelaskan materi tentang hari akhir guru menulis kembali dipapan tulis mengenai pengertian hari akhir dan nama-nama hari akhir, meskipun materi yang bersangkutan sudah dipaparkan di depan kelas. Dalam penjelasan tersebut semua siswa sangat antusias memperhatikan dan medengarkannya. Dalam proses kegiatan pembelajaran memahami materi tentang hari akhir ini, buku yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku paket Pendidikan Agama Islam Kelas VI, Al-Qur’an. Yang menarik dalam pembelajaran ini adalah guru PAI melakukan kegiatan berupa cerdas cermat kepada siswa yang di bagi dalam beberapa kelompok. Sehingga dengan strategi pembelajaran yang berupa cerdas cermat tersebut membuat proses pembelajaran semakin menarik dan tidak membosankan. Ketika ditanyakan pada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI proses kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran dijelaskan bahwa dalam kegiatan inti dilaksanakan dua cara: (1) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang dipelajari, disertai demontrasi jika diperlukan, kemudian siswa disuruh menelaah dan memahami materi pembelajaran, selanjutnya dilaksanakan diskusi, dan (2) Siswa disuruh menelaah dan memahami materi pembelajaran, kemudian didiskusikan dalam bentuk tanya jawab baru kemudian guru memberikan penjelasan dan bisa juga menerapkan permainan dalam setiap pembelajaran seperti cerdas cermat maupun jenis permainan lainnya. c. Kegiatan penutup Pada bagian akhir pembelajaran atau kegiatan penutup guru Pendidikan Agama Islam menyimpulkan materi pembelajaran tentang hari akhir. Guru juga
144
memberikan nasihat kepada siswa, kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru sebanyak 4 pertanyaan dengan jawaban tertulis. Selanjutnya menutup pelajaran dengan salam. Menurut Ibu Nurridla Hayati, S.Ag pada kegiatan penutup ini siswa juga diberi tugas untuk menjawab lembar kerja siswa sebagai bahan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa memahami materi. Rangkaian kegiatan pembelajaran PAI pada kelas VI meliputi: 1) Kegiatan pendahuluan berlangsung 15 menit, meliputi: a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian dijawab oleh murid dan berdoa bersama sebelum memulai pelajaran. b) Membaca ayat al-Qur’an. c) Guru mengadakn pre test pelajaran minggu lalu. d) Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan dan kompetensi dasar yang dicapai. 2) Kegiatan inti berlangsung selama 50 menit, meliputi: a) Guru menyuruh siswa mendengarkan dan menyimak penjelasan materi tentang hari akhir. b) Guru menyuruh siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang definisi hari akhir. c) Guru memperkenalkan tentang materi nama-nama hari akhir. d) Guru membimbing siswa untuk mendiskusikan tentang materi hari akhir. 3) Kegiatan penutup berlangsung selama 30 menit, meliputi:
145
a) Guru mengadakan Tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan. b) Guru membacakan kesimpulan ringkas dari materi yang disampaikan. c) Guru memberikan nasehat berupa motivasi untuk belajar. d) Guru memberikan tugas kepada siswa. e) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan dijawab ole h siswa. Berikut ini dikemukakan pula tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa yang merupakan bahan penilaian: 1. Jelaskan mengapa disebut hari akhir ! 2. Sebutkan nama- nama hari akhir ! 3. Jelaskan apa saja tanda-tanda hari akhir ! 4. Sebutkan contoh kejadian hari akhir ! Kegiatan pembelajaran Matematika pada kelas VI yang dilaksanakan oleh Ibu Andhi Marwati Rahayu, S.Pd sebagai berikut:151 1. Kegiatan pendahuluan Kegiatan pembelajaran matematika ini diawali dengan pendahuluan, guru mengucap salam dan dijawab oleh siswa kelas VI dan guru bersama-sama siswa memulai pelajaran dengan berdoa. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa satu persatu, kemudian guru mengadakan pre test pelajaran minggu yang lalu tentang hitungan bilangan dengan submateri pokok sifat-sifat penjumlahan bilangan dengan meminta siswa menjawab pertanyaan secara lisan. Ada beberapa 151
Observasi lapangan pada tanggal 2 Oktober 2013 di SDN 4 Menteng pada kegiatan belajar mengajar di kelas VI o leh guru matematika SDN 4 Menteng Palangka Raya.
146
pertanyaan yang diajukan oleh guru matematika kelas VI dengan menunjuk secara acak kepada siswanya. Kegiatan ini berlangsung 10 menit. 2. Kegiatan inti Pada kegiatan ini berisi submateri pokok baru tentang operasi hitung, operasi hitung campuran, dan faktorisasi prima menentukan FPB dan KPK. Tahapan yang dilakukan oleh guru matematika kelas VI yaitu: (1) Mengingatkan kembali proses hitung bilangan, dan menjelaskan sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB, dan KPK. (2) Mendemonstrasikan kepada siswa bagaimana cara menerapkan sifat-sifat pada operasi hitung baik campuran, FPB maupun KPK dalam menyelesaikan soal-soal hitungan dan membimbing siswa melakukan diskusi tentang kegunaan FPB dan KPK. (3) Guru meminta beberapa anak maju ke depan untuk menyelesaikan soal-soal latihan. Pada materi ini guru memberikan contoh beberapa soal pengerjaan materi operasi hitung campuran, FPB, dan FPK yang ada dibuku paket untuk dijawab bersama-sama dengan siswa agar mudah untuk dipahami. Ketika guru memberikan
penjelasan
para
siswa
dengan
hening
menyimak
dan
memperhatikannya. Untuk memudahkan siswa memahami contoh-contoh soal pada materi perkalian bilangan bulat tersebut, guru menulis kembali contohcontoh soal tersebut ke papan tulis seperti: (1) Operasi hitung campuran
(2) FPB dan KPK
Contoh:
Contoh:
(2.023 – 1.974) x 3 – 59 =…
- FPB dari 48 dan 72 adalah …
5.326 – 29 X 112 + 237 = …
- KPK dari 18, 30, dan 45 adalah …
147
Selanjutnya guru meminta siswa mendemonstrasikan secara bergiliran dengan mendekati setiap siswa untuk menyelesaikan soal-soal hitungan yang baru dengan berpedoman pada contoh yang sudah diterangkan oleh guru pada papan tulis, dengan menyuruh siswa untuk menuliskan jawabannya ke papan tulis. Terhadap siswa yang benar menjawabnya guru mengucapkan kata bagus atau benar dan meminta siswa untuk bertepuk tangan. (4) Guru bertanya jawab tentang hal- hal yang belum diketahui oleh siswa dan menanyakan kepada siswa bagian mana yang kurang dimengerti. Dalam hal ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya atau menanyakan materi yang belum dipahami. (5) Selanjutnya guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan menyimpulkan. Pada bagian ini guru mengingatkan dan meluruskan kembali kesalahan pemahaman yang dilakukan siswa yang masih belum mengerti tentang materi yang sudah diajarkan tersebut, selanjutnya memberikan penguatan terhadap materi yang telah dijelaskan tersebut kepada siswa untuk selalu memperhatikan contohcontoh yang sudah diterangkan sebelumnya lalu menyimpulkannya. 3. Kegiatan penutup Pada bagian akhir pembelajaran guru matematika kelas VI setelah menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan, kemudian mengevaluasi siswa dengan memberikan tugas dengan bentuk tertulis. Kemudian memberikan pekerjaan rumah kepada semua siswa. Setelah itu menutup pelajaran dengan berdoa.
148
Dalam proses kegiatan pembelajaran memahami materi operasi hitung bilangan bulat ini, guru matematika menggunakan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, tanya jawab, dan latihan. Sedangkan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku paket Cerdas matematika Ganeca exact, Gemar Matematika 6 Depdiknas, Buku Zambrut SD dan Mahir Matematika 6A Putra Nugraha. Rangkaian kegiatan pembelajaran matematika pada kelas VI pertemuan kedua meliputi: 1. Kegiatan pendahuluan berlangsung 10 menit, meliputi: a) Salam pembuka b) Apersepsi dengan menanyakan kembali sifat-sifat pada penjumlahan bilangan bulat dan apakah sifat tersebut juga berlaku pada perkalian bilangan bulat? c) Menyampaikan TPK 2. Kegiatan Inti berlangsung 45 menit, meliputi: a) Mengingatkan kembali proses hitung bilangan,
dan menjelaskan sifat
operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB, dan KPK. b) Mendemonstrasikan kepada siswa bagaimana cara menerapkan sifat-sifat pada operasi hitung termasuk operasi hitung campuran, FPB, dan KPK. c) Meminta beberapa anak maju ke depan untuk menyelesaikan soal-soal latihan. d) Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui oleh siswa dan menanyakan kepada siswa bagian mana yang kurang dimengerti.
149
e) Bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan. 3. Kegiatan penutup berlangsung sekitar 10 menit, meliputi: a) Memberikan tugas b) Memberikan pekerjaan rumah c) Menutup pelajaran dengan berdoa. Berikut ini dikemukakan pula tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa yang merupakan bahan penilaian: 1. Dengan menggunakan sifat-sifat operasi hitung campuran, isilah titik-titik di bawah ini! a. Hasil dari 24 + 30 x (- 50) adalah …. b. Hasil dari15 – (- 30) + 50 adalah …. c. Hasildari - 30 x (- 60) adalah …. 2. Dengan menggunakan sifat FPB dan KPK, selesaikan soal berikut! a. A = 23 x 3, B = 2 x 32 x 52 , FPB dari A dan B adalah …. b. KPK dari 20 dan 32 adalah …. Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam maupun pembelajaran matematika oleh guru VI ada beberapa cara guru untuk mendapatkan feedback dari siswa, seperti: (1) mengamati sikap dan wajah siswa, (2) saling kontak pandang antara guru dan siswa, (3) memperhatikan sikap anak pada saat pembelajaran, (4) memberikan pertanyaan kepada siswa secara teratur, (5) menyediakan waktu untuk siswa bertanya atau mengemukakan pendapat, dan (6) menanggapi atau menjawab pertanyaan siswa dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
150
Demikian pula hasil wawancara yang dilakukan dengan kedua orang guru yakni guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI diungkapkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran pendekatan dan metode diterapkan secara bervariasi tergantung kepada: (1) materi pembelajaran, (2) tujuan pembelajaran, (3) alokasi waktu, (4) kemampuan siswa, (5) kemampuan guru, dan (6) sarana dan prasarana. Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI dijelaskan pula upaya mensiasati jam belajar Pendidikan Agama Islam agar dapat menyelesaikan materi pembelajaran dan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan cara: (1) memberikan tugas tambahan pada murid untuk dipelajari di rumah, (2) menyisipkan materi baca tulis al Qur’an (BTA) pada kurikulum muatan lokal untuk kelas VI pada 1 jam pelajaran. Di samping itu juga dilaksanakan shalat zuhur berjama’ah di mushola sekolah secara berjama’ah. (3) dalam kehidupan sehari- hari di lingkungan sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam (PAI) mengaktualisasikan pengamalan agama dengan membiasakan mengucapkan salam ketika masuk dan keluar kelas, berpakaian rapi dan sopan, serta datang ke sekolah tepat waktu. Demikian juga, dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VI dijelaskan pula dalam hal mensiasati jam pelajaran matematika menyelesaikan
agar dapat
materi yang kurang maksimal dan agar tujuan pembelajaran
matematika yang diinginkan dapat tercapai, maka dengan cara: (1) memberikan tugas tambahan di rumah, (2) memperbanyak latihan-latihan soal baik yang ada di
151
buku paket maupun yang ada di LKS, (3) memberikan les tambahan kepada siswa kelas VI pada jam kegiatan ekstra kulikuler dengan persetujuan orang tua siswa. Berikut dikemukakan petikan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI dan Kepala Sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya: “Untuk mensiasati minimnya jam pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan memberikan tugas tambahan kepada siswa terhadap materi yang tidak mencukupi waktunya. Termasuk juga penyisipan materi baca tulis al Qur’an (BTA) setiap pelajaran.” 152 “Untuk mensiasati minimnya jam pelajaran matematika terutama materi yang dirasa belum maksimal diterima dan dipahami oleh siswa, saya selaku guru memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Kemudian juga memberikan banyak latihan soal-soal yang ada di buku paket maupun yang ada di LKS untuk dikerjakan oleh siswa kemudian membahasnya di lain waktu.”153 “Untuk pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya terutama yang menyangkut pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terlebih khusus pada kelas VI diharuskan untuk melaksanakan shalat zuhur berjama’ah di mushola yang berada di lingkungan sekolah. Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan seperti pelatihan rebana dan syair-syair maulid. Demikian juga menyangkut pembelajaran matematika terutama pada kelas VI, untuk pencapaian pembelajaran matematika khususnya untuk anak kelas VI yang tidak lama lagi akan berjuang menghadapi ujian UAN nya untuk mencapai target itu maka saya memerintahkan kepada guru matematika kelas VI untuk semaksimal mungkin mensiasati waktu pembelajaran yang dirasa kurang dengan memberikan banyak latihan soal-soal dan kalau dirasa perlu memberikan les tambahan kepada siswa pada jam yang akan ditentukan dikemudian hari dengan meminta persetujuan orang tua siswa tentunya. Harapan saya setelah siswa selesai belajar, terutama pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan matematika sesuai dengan visi dan misi sekolah yang mempunyai cita-cita untuk menjadi unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa, menguasai ilmu dan teknologi berbasis budaya ramah lingkungan.”154 152
Hasil Wawancara dengan Ibu Nurridla Hayati, S.Ag tanggal 18 september 2013. Hasil Wawancara dengan Ibu Andhi Marwati Rahayu, S.Pd tanggal 18 september 2013 154 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya Ibu Ernawatie, S.Pd, M. M.Pd tanggal 18 september 2013. 153
152
4. Evaluasi Pe mbelajaran di SDN 4 Menteng Palangka Raya Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI di SDN 4 Menteng Palangka Raya sebagai berikut: a. Jenis Evaluatif 1) Tes Formatif Tes ini dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI pada setiap akhir satuan pelajaran dengan tujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dan juga perbaikan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. 2) Tes Subsumatif Tes subsumatif atau ulangan harian ini dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI setelah selesai materi pelajaran satu atau lebih bab/pokok bahasan. Dari hasi wawancara disebutkan bahwa ulangan harian dilaksanakan minimal 3 (tiga) kali dalam satu semester . Rumusnya : NH = x A+B 4 NH = Nilai Ulangan harian x = jumlah pelaksanaan ulangan harian A = Nilai rata-rata ulangan harian B = Nilai rata-rata tugas 3) Tes Sumatif Tes sumatif atau ulangan umum dilaksanakan pada setiap akhir semester yaitu; semester I bahan pelajaran pada semester I, dan semester II bahan pelajaran terdiri dari semester I (30%) dan semester II (70%).
153
Nilai ketuntasan belajar Pendidikan Agama Islam adalah 7 sedangkan nilai ketuntasan belajar matematika adalah 7. Dan untuk mendapatkan nilai raport dengan menggunakan rumus: NH + KK + 2 NU = NR 4 NH = Nilai Ulangan harian KK = Kokurikuler NU = nilai Ulangan Umum b. Instrument Evaluasi Instrumen evaluasi yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI adalah teknik tes dengan alat penilaiannya berbentuk tes objektif, esay dan tes perbuatan. Penggunaan ketiga instrumen ini menurut kedua guru tersebut adalah sebagai berikut: 155 1) Esay digunakan pada ulangan harian sebanyak 5 atau lebih pertanyaan disampaikan secara tertulis dilaksanakan pada kelas VI. 2) Tes objektif dan esay digunakan pada ulangan umum akhir semester I dan II. Dilaksanakan pada kelas VI sebanyak 25 soal pilihan dan 15 soal esay. 3) Tes perbuatan dilaksanakan dalam bentuk latihan dan penugasan. c. Aspek Evaluasi Dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI SDN 4 Menteng Palangka Raya dan
155
Ketiga bentuk instrumen evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Matematika kelas VI tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
154
pengamatan lapangan dikatakan ada 3 aspek penilaian perilaku siswa yaitu: (1) aspek kognitif, (2) aspek afektif, (3) psikomotorik. Evaluasi aspek kognitif digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap suatu pokok bahasan atau sub pokok ba hasan dengan mengadakan bentuk tes tertulis atau lisan. Evaluasi aspek afektif dilakukan dengan masa yang panjang dari proses pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam seperti pada akhir semester untuk mengetahui perubahan-perubahan/perkembangan perilaku anak, sikap dan nilai- nilai agama. Sedangkan aspek afektif pada bidang studi matematika juga melalui proses yang panjang, terutama di akhir semester untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kecerdasan mereka terhadap pembelajaran matematika. Evaluasi aspek psikomotorik adalah untuk mengetahui keterampilan siswa dalam mempraktikan/melaksanakan setiap selesai suatu materi pembelajaran. Pada bidang pembelajaran Pendidikan Agama Islam aspek psikomotorik yang dapat dilihat terutama untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu dalam mempraktikan atau melaksanakan shalat wajib, puasa, baca tulis al-Qur’an dan berakhlak mulia. Sedangkan pada bidang studi matematika untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa dalam mempraktikan kemampuan berhitung matematika mereka dalam setiap pencapaian pembelajaran yang harapkan. Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Ibu Nurridha Hayati, S.Ag dinyatakan bahwa aspek evaluasi yang paling penting
155
dalam tercapainya pembelajaran PAI adalah aspek psikomotorik selain untuk mengetahui peningkatan pemahaman keagamaan juga untuk
mengetahui
kemampuan siswa dalam melaksanakan ibadah dengan benar serta perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik. Sedangkan menurut guru matematika Ibu Andhi Marwati Rahayu, S.Pd menyatakan bahwa dalam aspek evaluasi ini yang paling menonjol dalam setiap pembelajaran adalah aspek kognitifnya meskipun aspek afektif dan psikomotor juga mendapat perhatian khusus, karena menurut beliau pada anak usia tingkat dasar ini pemahamannya dalam pembelajaran matematika itu cenderung agak sulit sehingga diperlukan perhatian yang ekstra untuk memberikan pemahaman pada setiap materi yang ada, oleh karena itu yang paling ditekankan pada pembelajaran matematika itu pada dasarnya lebih mengedepankan aspek kognitifnya. Akan tetapi unsur yang lainnya seperti aspek afektif dan psikomotornya juga tetap digunakan dalam penilaian, karena menurut beliau ketiga aspek ini diperlukan dalam setiap pelaksanaan evaluasi. Pencapaian hasil evaluasi terhadap ketiga aspek adalah sebagai berikut: 1) Kognitif Dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru Pendidikan Agama Islam (PAI), secara data dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pendidikan agama Islam pada setiap anak di kelas VI memiliki nilai rata-rata 8. Sedangkan dari wawancara guru matematika juga didapat bahwa nilai ratarata yang diperoleh anak kelas VI adalah dari nilai rata-rata 7 – 8.
156
2) Afektif Dari hasil wawancara dengan guru PAI kelas VI, keberhasilan aspek ini dapat dilihat seluruh siswa yang beragama Islam dapat membaca al Qur’an. Dari pengamatan yang dilakukan sebelum pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai, diawali lebih dahulu dengan membaca ayat-ayat pendek dalam al-Qur’an. Sedangkan hasil wawancara dengan guru matematika, keberhasilan aspek ini dapat dilihat dari kemampuan siswa yang cepat dan tanggap dalam merespon bentuk pertanyaan yang guru ajukan di depan kelas dalam setiap materi pembelajaran matematika. Hal ini dilihat dari pengamatan yang dilakukan sebelum dimulainya materi pembelajaran baru, ketika guru mengulang pembelajaran sebelumnya dalam bentuk pre test. 3) Psikomotorik Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam kelas VI, keberhasilan pada aspek ini dapat dilihat seluruh siswa melaksanakan shalat zuhur berjama’ah di mushola lingkungan sekolah. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap siswa, dapat dilihat bahwa pada siswa kelas VI ketika jam istirahat terakhir yang bertepatan dengan pelasanaan waktu salat zuhur, maka oleh guru semua siswa diperintahkan untuk melaksanakan salat zuhur b erjama’ah. Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru matematika, bahwa keberhasilan pada aspek ini dapat dilihat ketika semua siswa sudah mampu berhitung dan menyelesaikan sendiri soal-soal yang diberikan oleh guru. Di dasarkan dari pengamatan langsung, dapat dilihat ketika siswa berani tampil untuk
157
maju ke depan kelas menjawab soal-soal yang diberikan guru tersebut tanpa harus diperintahkan langsung atau ditunjuk.
158
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian baik yang diperoleh melalui wawancara, observasi maupun studi dokumen selanjutnya dilakukan pemaparan dan pembahasan hasil penelitian sehingga dapat dijembatani antara teori dengan kondisi nyata dilapangan mengenai Manajemen Pembelajaran pada SDIT AlFurqan Palangka Raya dan SDN 4 Menteng Palangka Raya. A. Perencanaan Pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Pada dasarnya segala kegiatan apapun bentuknya baik kegiatan yang bersifat mikro maupun makro tidak terlepas dari perencanaan. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal fungsi awal aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Seperti dikemukakan oleh Anderson bahwa perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengerahkan tindakan seseorang dimasa depan. 156 Dalam lembaga pendidikan khususnya dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan pembelajaran matematika haruslah tersusun dalam rencana yang matang agar tercapai tujuan dari pembelajaran. Berdasarkan hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data terhadap kepala sekolah SDIT Al-Furqan dijelaskan bahwa semua guru, terutama guru PAI dan guru matematika pada kelas VI telah membuat perencanaan pembelajaran dengan pendoman dasar adalah KTSP yang berorientasi pada
156
1989), h. 47
Lorin. W. Anderson, The Effective Teacher (A merika: Mc Graw Hill International,
159
penggunaan standar kurikulum, oleh karenanya di dalam pengembangan kurikulum mengacu pada standar kurikulum (standar kompetensi lulusan dan standar isi). Demikian juga hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data terhadap kepala sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya menjelaskan bahwa semua guru di sekolah tersebut selalu membuat perencanaan dalam setiap pembelajaran di kelas, terutama guru PAI dan guru matematika pada kelas VI telah membuat perencanaan pembelajaran yang berpedoman pada standar kurikulum KTSP. Menurut Ibrahim 157 bahwa standar kurikulum dapat diartikan sebagai perangkat rumusan tentang apa yang harus dipelajari dan dikuasai siswa oleh peserta didik maupun kadar/tingkat penguasaan yang diharapkan dari peserta didik, dalam setiap bidang/mata pelajaran pada masing- masing satuan pendidikan. Pernyataan Ibrahim tersebut sejalan dengan penerapan KTSP saat ini yang berorientasi pada penggunaan standar yang dikeluarkan oleh BNSP, khususnya untuk standar isi yang mencerminkan apa yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik dan standar kompetensi kelulusan yang memperlihatkan standar perilaku atau kinerja (performance standards), yang tercermin dalam pernyataan kadar /tingkat penguasaan yang diharapkan dari peserta didik. Selain dari dimensi standar apa yang harus dikuasai dan kadar penguasaan yang diharapkan, terdapat pula dimensi waktu (when), yaitu kapan standar isi dan standar kelulusan tersebut
157
Ibrahim, Standar Kurikulum Satuan Pendidikan dan Implikasi bagi Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi, Mimbar Pendidikan. Jurnal Pendidikan No.1 Tahun XXI tahun 2002. (Bandung: Un iversity Press UPI, 2002). h. 22.
160
harus dikuasai peserta didik, atau dengan kata lain pada tingkat/kelas/semester berapa penguasaan suatu kemampuan tersebut diharapkan dapa t dikuasai. Pola pembelajaran berbasis kompetensi ini juga dilakukan oleh para guru SDIT Al-Furqan khususnya guru PAI dan guru matematika kelas VI. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data dengan guru PAI SDIT AlFurqan bahwa telah melakukan langkah mengidentifikasi SKL yang telah ditetapkan oleh BNSP, kemudian mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengacu pada standar isi yang telah ditetapkan oleh BNSP, kemudian bersama-sama pihak terkait merumuskan indikator pancapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, menetapkan alat evaluasi (uji kompetensi), merumuskan materi/bahan ajar, metode, media dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan. Demikian juga dengan guru matematika SDIT Al-Furqan kelas VI juga telah melakukan langkah identifikasi SKL, standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan BNSP, kemudian ikut bersama pihak-pihak terkait dalam merumuskan indikator pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, serta menetapkan alat evaluasinya serta merumuskan materi, metode, media dan sumber-sumber belajar lainya yang dibutuhkan. Demikian juga halnya dalam pembuatan rencana pembelajaran yang terdiri dari: Program Tahunan, Program Semester, penyusunan silabus dan pembuatan RPP. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data terhadap guru PAI dan guru matematika SDIT Al-Furqan diketahui bahwa mereka dalam membuat rencana pembelajaran tersebut terdiri dari Program Tahunan, program Semester, dan penyusunan silabus serta RPP. Pembuatan rencana
161
pembelajaran ini didasari atas perintah kepala sekolah dan disertai kesadaran sendiri akan pentingnya perangkat pembelajaran dalam rangka menciptakan proses kegiatan belajar mengajar yang berkualitas. Dalam hal pembuatan rencana pembelajaran ini, baik guru PAI dan guru matematika SDIT Al-Furqan telah mampu menyusun dan melaksanakannya dengan baik. Demikan juga halnya dalam pola pembelajaran berbasis kompetensi ini juga dilakukan oleh para guru SDN 4 Menteng khususnya guru PAI dan guru matematika kelas VI. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data terhadap guru PAI SDN 4 Menteng juga telah melakukan langkah mengidentifikasi SKL yang telah ditetapkan oleh BNSP, kemudian juga mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengacu pada standar isi yang telah ditetapkan oleh BNSP, kemudian juga merumuskan indikator pancapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, menetapkan alat evaluasi (uji kompetensi), merumuskan materi/bahan ajar, metode, media dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan. Hal yang sama juga dengan guru matematika SDIT Al-Furqan kelas VI telah melakukan langkah identifikasi SKL, standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan BNSP yang ada, kemudian merumuskan indikator pencapaian standar kompetensi, ko mpetensi dasar, serta menetapkan alat evaluasinya serta merumuskan materi, metode, media dan sumber-sumber belajar lainya yang dibutuhkan. Demikian juga dalam pembuatan rencana pembelajaran yang terdiri dari: Program Tahunan, Program Semester, penyusunan silabus dan pembuatan RPP. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data terhadap guru PAI
162
dan guru matematika SDN 4 Menteng Palangka Raya diketahui bahwa mereka telah mampu membuat rencana pembelajaran tersebut dengan baik yang terdiri dari pembuatan Program Tahunan, program Semester, dan penyusunan silabus serta RPP. Pembuatan rencana pembelajaran ini didasari atas perintah kepala sekolah dan disertai kesadaran sendiri akan pentingnya perangkat pembelajaran dalam rangka menciptakan proses kegiatan belajar mengajar yang berkualitas. Ini sangat penting karena bagi guru yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang fungsi dari pembuatan perangkat pembelajaran dapat saja berdalih bahwa mengajar adalah kegiatan improvisasi saja yang dapat dilakukan tanpa harus membuat program perencanaan pembelajaran. Apalagi bagi guru yang memiliki pengalaman mengajar yang sangat lama dimana materi yang diajarkan tidak banyak mengalami perubahan dapat saja beralasan bahwa materi pelajaran yang disampaikan sangat dikuasai. Padahal perencanaan pembelajaran tidak hanya sekedar untuk mendapatkan penguasaan materi, tetapi lebih dari itu perencanaan pembelajaran menjadikan pembelajaran bisa berjalan efektif dan efesien. Dalam hal pembuatan rencana pembelajaran ini, baik guru PAI dan guru matematika SDN 4 Menteng telah mampu menyusun dan melaksanakannya dengan baik. Perencanaan program semester yang dibuat oleh guru memiliki manfaat yang sangat banyak baik bagi guru maupun peserta didik. Menurut Udin Sarifuddin Winataputra dan Rustana Ardiwinata, penyusunan program semester bertujuan agar: 1. Guru dapat mempersiapkan diri secara terencana sehingga dapat menyelesaikan program pengajaran yang akan disampaikan dengan tepat waktu.
163
2. Guru dapat mengontrol dan mendeteksi penyelesaia n seluruh program bahan pengajaran yang harus diajarkan dalam semester yang bersangkutan. 3. Guru dapat menghindari diri dari kelupaan dan pelanturan waktu sehingga terpelihara baik keseimbangan bahan maupun waktu yang disediakan. 4. Murid dapat mempersiapkan diri untuk aktif menjalani pengalamanpengalaman belajar yang akan ditempuhnya sesuai waktu yang direncanakan dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan belajar yang diharapkannya. 5. Murid dapat merencanakan aktivitas-aktivitasnya yang relevan dengan bahan yang akan dipelajarinya agar dapat dicapai hasil dan proses belajar secara efektif dan efesien. 6. Guru dan murid menyadari dan menyiagakan diri dengan berbagai sarana dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar mendatang pada semester yang bersangkutan. 158 Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data dengan guru PAI dan guru matematika SDIT Al-Furqan dalam pembuatan program semester ini dapat dikatakan telah mampu membuatnya dengan baik. Meskipun guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan telah membuat program semester, tetapi mereka dalam membuat banyaknya minggu KBM tidak efektif dalam semester tidak memasukkan kegiatan-kegiatan sekolah yang dapat dijadwalkan seperti pembinaan guru atau perte muan dengan
158 Udin Saripuddin Winataputra dan Rustana Ardiwinata, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1991), Modul 16, h. 253.
164
orang tua murid yang dapat berakibat tujuan pembuatan program semester tidak tercapai. Demikan juga dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data, dapat diketahui bahwa baik guru PAI dan guru matematika SDN 4 Menteng kelas VI dalam pembuatan program semester dapat dikatakan sangat baik dalam membuatnya dan sudah sesuai dengan pedoman KTSP. Meskipun demikian baik guru PAI dan guru matematika kelas VI dalam membuat program semester, mereka dalam membuat banyaknya minggu KBM tidak efektif dalam semester tidak memasukkan kegiatan-kegiatan sekolah yang dapat dijadwalkan seperti pembinaan guru atau pertemuan dengan orang tua murid yang dapat berakibat tujuan pembuatan program semester tidak tercapai. Hal ini disebabkan karena belum adanya kesepakatan jadwal tetap untuk setiap kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah baik di dalam maupun di luar sekolah. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data dalam hal penyusunan silabus, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI SDIT AlFurqan telah mampu membuat dan menyusun silabus dengan baik sesuai dengan pedoman yang ada. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI SDIT AlFurqan juga telah membuat silabus dengan baik. Demikian juga dari hasil data yang telah digambarka n dalam penyajian data dalam penyusunan silabus, guru PAI kelas VI di SDN 4 Menteng juga telah membuat silabus dengan baik sesuai dengan pedoman kurikulum KTSP. Hal yang sama juga dengan guru matematika kelas VI SDN 4 Menteng telah membuat silabus dengan baik sesuai pedoman yang ada. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh
165
Tyler seperti dikutip oleh Udin Sarifuddin Winataputra dan Rustana Ardiwinata, bahwa dalam pengembangan silabus, minimal harus ada 4 komponen dasar yaitu:159 1. Harus ada tujuan yang ingin dicapai 2. Ada pengalaman belajar yang akan diberikan kepada murid untuk mencapai tujuan . 3. Ada pengorganisasian pengalaman belajar (proses pembelajaran). 4. Ada alat agar kita dapat menentukan tujuan yang telah digariskan tercapai (penilaian hasil belajar). Ketiga komponen tersebut apabila dicermati dalam format penyusunan silabus yang dibuat para guru terutama guru PAI dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng memiliki kesamaan format penyusunan, dan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: kompe tensi dasar dan indikator sama dengan tujuan yang ingin dicapai, materi pokok sama dengan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada murid, kegiatan pembelajaran dan sumber belajar sama dengan pengorganisasian pengalaman belajar, penilaian sama dengan alat untuk mencapai tujuan yang digariskan tercapai. Adapun dalam pembuatan RPP, dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data, guru PAI kelas VI SDIT Al-Furqan telah membuat RPP dengan baik dan sesuai dengan pedoman silabus yang ada. Demikian guru matematika kelas VI SDIT Al-Furqan juga telah mampu membuat RPP dengan baik.
159
Ibid, h. 44
166
Demikian juga halnya dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data terhadap guru PAI kelas VI maupun guru matematika di SDN 4 Menteng dalam hal pembuatan RPP tidaklah jauh berbeda formatnya, baik untuk guru kelas VI yang mengajar Agama Islam dan Matematika juga telah mampu membuat RPP dengan baik dengan berpedoman pada silabus sebagai dasar pembuatannya. Pembuatan RPP ini merupakan persiapan mengajar yang dibuat oleh guru untuk tiap pertemuan dan berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar dapat berjalan dengan lancar. Hal ini sesuai dengan kondisi perencanaan pembelajaran yang dikemukakan oleh Sadirman bahwa: “Perencanaan atau program belajar mengajar tidak lain adalah suatu proyeksi atau perkiraan guru mengenai kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung”. 160 Dengan kata lain, baik itu yang terdapat pada SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng Palangka Raya dalam setiap perencanaan pembelajaran guru memang selalu dituntut untuk membuat perangkat pembelajaran (prota, promes, silabus, RPP) sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dalam penyusunannya juga telah disesuaikan dengan kalender akademik yang disediakan bagi siswa.
160
h.20
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rajawali Press, 2003),
167
B. Pengorganisasian Pe mbelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data mengenai pengorganisasian pembelajaran yang terdapat di SDIT Al-Furqan oleh guru PAI kelas VI maupun guru matematika kelas VI itu dilaksanakan oleh kepala sekolah meliputi penempatan guru mengajar di kelas, pembagian jadwal dan jam mengajar guru, serta pembagian kelas. Demikian juga dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data mengenai pengorganisasian di SDN 4 Menteng Palangka Raya oleh guru mata pelajaran PAI dan Matematika kelas VI itu telah dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan baik yang meliputi penempatan guru mengajar di kelas, pembagian jadwal dan jam mengajar guru, serta pembagian kelas. Dengan demikian, hal ini tidaklah jauh berbeda dalam penerapan fungsi manajemen dalam hal pengorganisasian ini, baik SDIT Al-Furqan yang berstatus swasta maupun SDN 4 Menteng Palangka Raya yang berstatus negeri, maka kedua sekolah ini telah melaksanakan fungsi manajemen dengan baik. Hal demikian dikarenakan kedua sekolah itu merupakan sekolah unggulan yang tentunya tidak terlepas dari kepemimpinan dari seorang kepala sekolah yang memiliki prestasi dan dedikasi yang tinggi untuk memajukan sekolahnya. Apa yang dilakukan oleh kepala sekolah SDIT Al-Furqan maupun kepala sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya merupakan upaya untuk menghimpun dan mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah sebab keberhasilan sekolah sangat
168
bergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai tujuan. 161 Penempatan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Matematika yang mengajar pada kelas VI pada SDIT Al-Furqan maupun di SDN 4 Menteng Palangka Raya merupakan komponen penting dalam pembelajaran karena guru disamping sebagai penyampai bahan pelajaran, guru juga sebagai pemimpin di kelas yang bertugas mengarahkan siswa sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data, telah dikemukakan bahwa guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika SDIT AL-Furqan tersebut telah ditetapkan oleh kepala sekolah dan telah disepakati bersama dalam rapat dewan guru. Demikian juga dari hasil data yang digambarkan dalam penyajian data, telah dikemukakan bahwa guru PAI dan guru matematika di SDN 4 Menteng yang mengajar pada kelas VI di sekolah tersebut telah ditetapkan oleh kepala sekolah dan telah disepakati bersama dalam rapat dewan guru untuk bertugas memenuhi kewajibannya sebagai seorang pendidik pada kelas yang telah ditentukan, yakni di kelas VI. Dalam buku “Pengelolaan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal” yang diterbitkan oleh Depdikbud disebutkan bahwa pembagian tugas mengajar dan tugas-tugas lain perlu dilakukan secara merata sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru. 162 Dalam hal ini penempatan guru-guru yang mengajar pada tiap-tiap
161 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), cet. Ke-4, h. 94. 162 Depdikbud, Pengelolaan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal, (Jakarta: Ditjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Menengah Umu m, 1998), h. 60.
169
kelas terutama pada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika pada kelas VI dilakukan dalam rapat sekolah pada awal tahun ajaran yang dilaksanakan secara musyawarah dengan mendengari pendapat dan keinginan yang disampaikan oleh guru selanjutnya diputuskan dan ditetapkan dalam surat keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Sekolah. Namun
demikian,
dari
kedua
Sekolah
Dasar
ini
dalam
hal
pengorganisasian pembelajaran di kelas ada terdapat perbedaan dalam hal pengelolaan pembelajaran di kelas, yakni di SDIT Al-Furqan ini setiap kali pembelajaran menerapkan sistem satu kelas ditetapkan 2 (dua) orang wali kelas, dan ketika guru bidang studi masuk untuk mengajar maka akan menjadi 3 (tiga) orang guru dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Hal inilah yang menjadi keunggulan di sekolah tersebut, karena akan memudahkan pengawasan langsung kepada siswa untuk keberlangsungan proses pembelajaran agar lebih efektif dan efesien. Sedangkan di SDN 4 Menteng Palangka Raya dalam pengelolaan pembelajaran di kelas hanya menerapkan sistem satu kelas untuk 1 (satu) orang wali kelas saja. Sehingga disini terlihat perbedaan yang mencolok antara sekolah negeri dengan sekolah swasta dari segi pengelolaan pembelajaran di kelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwasanya
sekolah swasta yang di dukung dengan
infrastruktur serta pendanaan yang lebih dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri memang terlihat lebih maju dan unggul dalam segala hal daripada sekolah-sekolah yang pengelolaannya di bawah naungan pemerintah. Sehingga dapat dengan mudah melakukan pengelolaan pembelajaran dengan memunculkan
170
ide-ide dan inovasi- inovasi yang kreatif untuk diterapkan dalam setiap pelaksanaannya. Selanjutnya untuk menunjang kelancaran dan ketertiban pembelajaran dilakukan pembagian jadwal dan jam mengajar guru. Ini juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah tidak boleh menerima jam belajar terlalu banyak sehingga tidak memiliki kesempatan untuk istirahat, jika seorang guru menerima jadwal dan jam mengajar yang padat sangat mungkin akan menggangu kesehatan yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada daya nalar dan kreativitas guru serta dapat menggangu konsentrasi mengajar akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai. Di samping itu jam mengajar guru harus disama ratakan untuk menjaga ketertiban dan menghindari kecemburuan yang akan muncul dikalangan guru karena imbasnya akan berdampak pada kegiatan pembelajaran. Dalam buku “Pengelolaan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal” yang diterbitkan oleh Depdikbud disebutkan sebagai berikut:163 1. Pembagian tugas mengajar dan tugas-tugas lain perlu dilakukan secara merata sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru. Diupayakan setiap guru memperoleh jam tugas sesuai dengan beban tugas minimal. Pemerataan beban tugas akan menumbuhkan rasa kebersamaan, pemberian tugas yang sesuai dengan keahlian dan minat akan meningkatkan motivasi kerja guru.
163
Ibid.,
171
2. Penyusunan jadwal pelajaran diupayakan agar mengajar maksimal 5 hari perminggu sehingga ada satu hari tidak
mengajar untuk pertemuan
KKG/MGMP. Setiap hari sebaiknya guru tidak mengajar lebih dari 6 jam pelajaran, sehingga ada waktu istirahat. Dalam hal ini, dari hasil penyajian data bahwa kepala sekolah SDIT Al Furqan telah melaksanakan dengan baik dalam hal pembagian jadwal dan jam mengajar guru, terutama pada guru PAI dan guru matematika kelas VI secara merata, sesuai kompetensi, minat dan jam mengajar yang ditentukan. Demikan pula dari hasil penyajian data bahwa kepala sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya juga telah mampu melaksanakan pembagian jadwal dan mengajar guru dengan baik, terutama pada guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika yang mengajar di kelas VI secara merata, sesuai minat dan jumlah jam mengajar yang ditentukan. Seperti telah dikemukakan bahwa guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam dan Matematika pada kelas VI di SDIT Al-Furqan masing- masing satu orang guru, baik yang mengajar materi Pendidikan Agama Islam sebanyak 3 jam pelajaran maupun yang mengajar matematika sebanyak 2 jam pelajaran pada dua kelas VI yang berbeda, yakni di kelas VI Ibnu Majah dan kelas VI Abu Daud, sehingga masing- masing guru tersebut mengajar 6 jam pelajaran dalam satu minggu untuk guru Pendidikan Agama Islam dan 4 jam pelajaran dalam satu minggu untuk guru matematika. Demikian pula jadwal hari mengajar guru tidak melebihi dari hari maksimal yang ditentukan. Masing- masing guru mengajar dalam satu minggu antara 3-4 hari sehingga banyak kesempatan guru istirahat dan
172
mengembangkan pengetahuan. Adapun guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam dan Matematika pada kelas VI di SDN 4 Menteng masing- masing satu orang guru, baik yang mengajar materi Pendidikan Agama Islam sebanyak 3 jam pelajaran maupun yang mengajar matematika sebanyak 2 jam pelajaran di kelas VI, sehingga masing- masing guru tersebut mengajar 3 jam pelajaran dalam satu minggu untuk guru Pendidikan Agama Islam pada kelas VI dan 4 jam pelajaran dalam satu minggu untuk guru matematika kelas VI. Selanjutnya pembagian kelas siswa, komponen ini sangat penting dalam proses pembelajaran, tanpa siswa proses pembelajaran tidak dapa t berlangsung. Dalam buku “Pengelolaan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal” yang dikeluarkan oleh Depdikbud disebutkan pembagian kelas merupakan hal penting dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan kemampuan daya serap dan minat siswa dalam menerima bahan yang disampaikan oleh guru berbeda. 164 Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data pada SDIT Al-Furqan, kepala sekolah telah melaksanakan pembagian kelas siswa dari jumlah siswa SDIT AlFurqan Palangka Raya sebanyak 382 orang yang terbagi dalam 12 lokal dan masing- masing lokal telah diberi label nama khusus tokoh cendekiawan Islam Dunia, dan pada tiap tingkatan kelas dibagi menjadi dua lokal, baik itu kelas I maupun kelas VI mendapatkan masing- masing dua kelas/lokal. Dengan didasarkan pada prestasi/rangking yang diperoleh oleh seorang siswa. Sehingga setiap awal tahun ajaran tidak jarang terjadi perubahan kondisi murid dalam satu ruang belajar. Manfaatnya disamping untuk memacu prestasi belajar murid juga
164
Ibid.,
173
memberikan pendidikan pada murid dalam bersosialisasi. Selanjutnya dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data pada SDN 4 Menteng juga kepala sekolah telah melaksanakan pembagian jumlah siswa di sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya pada tahun ajaran 2013/2014 ini sebanyak 468 orang yang terbagi dalam 18 lokal dan masing- masing lokal telah diberi label nama seseuai tingkatan kelasnya dan pada tiap tingkatan kelas dibagi menjadi tiga lokal, baik
itu kelas I
maupun kelas VI mendapatkan masing- masing tiga
kelas/lokal.Dalam hal pembagian kelas siswa tersebut, baik kelas I sampai kelas VI di dasarkan pada waktu ujian pertama kali penerimaan siswa baru, yang mana setelah melalui seleksi masuk guna menyaring calon siswa maka ditetapkanlah jumlah kuota siswa yang diterima sesuai dengan kemampuan sekolah dalam hal menampung jumlah siswa yang diterima dan disepakati bersama dengan Kepala Dinas Pendidikan. Sedangkan dari hasil penyajian data tentang persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk rencana pelaksana an pembelajaran di SDIT Al-Furqan dapat diketahui bahwa guru PAI kelas VI telah mampu membuat persiapan rencana pembelajaran dengan baik. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI juga telah membuat dengan baik persiapan rencana pembelajaran. Demikian juga dari hasil data yang tergambar dalam penyajian data tentang persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran di SDN 4 Menteng diketahui bahwa guru PAI kelas VI telah mampu membuat renca na persiapan pelaksanaan
174
pembelajaran dengan baik sesuai dengan pedoman yang ada. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI telah membuat dengan sangat baik rencana persiapan. Dalam pembuatan rencana persiapan pelaksanaan pembelajaran di kelas baik yang dibuat oleh para guru baik di SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng, terutama guru Pendidikan Agama Islam dan guru Matematika yang mengajar di kelas VI dalam pembuatannya ternyata memiliki kesamaan dan tidak jauh berbeda bentuk format RPP tersebut, hal ini pembuatan bentuk formatnya didasarkankan pada buku pedoman yang sudah ada yang mana kedua sekolah ini sama-sama berada di bawah naungan Diknas Kota Palangka Raya, sehingga tidak jauh berbeda bentuknya yakni dalam bentuk vertikal. Format ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Ary H. Gunawan yang menyatakan bahwa format atau bentuk dari perencanaan pengajaran yang dituangkan dalam program satuan pelajaran di sekolah dan satuan acara pembelajaran (SAP) pada perguruan tinggi dalam format vertikal atau horizontal (matriks). 165 Seperti yang telah dikemukakan dari hasil penyajian data dari guru PAI kelas VI di SDIT Al-Furqan dikatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran tidak sepenuhnya dapat diterapkan secara optimal dengan tiga alasan yaitu sulitnya materi pembelajaran, kegiatan di luar program sekolah dan kalau terlalu mengikuti program pembelajaran akan terikat dan kaku. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI dikatakan bahwa dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tidak semuanya bisa diterapkan dengan optimal dengan alasan 165
h. 85
Ary H. Gunawan, Ad ministrasi Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. Ke-1,
175
bahwa kesulitan dalam mengoptimalkan waktu dalam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa karena terlalu banyaknya materi, kegiatan di luar program sekolah, dan tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda. Demikan juga dari hasil penyajian data dari guru PAI kelas VI di SDN 4 Menteng dikatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran tidak se muanya dapat diterapkan secara maksimal dengan alasan yaitu sulitnya menyederhanakan materi pembelajaran yang dirasa kurang bisa dipahami oleh siswa, kegiatan di luar program sekolah dan kalau terlalu mengikuti program pembelajaran akan terikat dan kaku. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI dikatakan bahwa dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tidak sepenuhnya bisa diterapkan dengan optimal dengan alasan bahwa kesulitan dalam menyederhanakan materi pembelajaran kepada siswa karena terlalu banyaknya materi sehingga waktu tidak optimal, kegiatan di luar program sekolah, dan tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda. Terhadap alasan adanya materi yang sulit sehingga dibutuhkan waktu yang banyak
untuk mengajarkan materi tersebut dapat diatasi dengan jalan sejak
menetapkan alokasi waktu guru sudah melakukan analisis materi, sehingga dapat diketahui kesulitan materi. Bila disadari materi yang akan diajarkan sulit seharusnya guru menetapkan alokasi waktu yang sesuai dengan kebutuhan materi itu. Analisis materi adalah hasil dari kegiatan yang berlangsung sejak seorang
176
guru meneliti isi KTSP kemudian mengkaji materi tersebut dan menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya. 166 Terhadap alasan kegiatan di luar sekolah ini berarti kesalahan manajemen sekolah. Seharusnya seluruh kegiatan sekolah sudah direncanakan secara matang, sehingga dengan demikian guru dapat mengakomudasikannya pada saat menyusun program semester. Terutama untuk kegiatan sekolah yang dapat dijadwalkan seperti rapat pembinaan guru dan pertemuan dengan orang tua murid. Terhadap alasan kalau terlalu mengikuti program pembelajaran akan terikat dan kaku serta tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda, hal ini mungkin ada benarnya, tetapi tidak bisa menjadi suatu pembenaran karena program pembelajaran merupakan perencanaan yang menjadi pedoman guru mencapai tujuan pembelajaran. Mengajar adalah proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. 167 Oleh karena itu, apapun yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas harus berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. C. Pelaksanaan Pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya Proses pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal dengan istilah kegiatan pembelajaran merupakan komponen yang paling penting dalam manajemen pembelajaran. Setelah guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam dan guru matematika pada kelas VI selesai menyiapkan rencana pembelajaran kemudian
166
Moh. Uzer Us man, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
167
Udin Saripuddin Winataputra dan Rustana Ardiwinata, Perencanaan Pengajaran,…
h. 52 h.2
177
guru menyediakan alat bantu dan sumber belajar selanjutnya melaksanakan pembelajaran Agama Islam dan matematika di kelas. Secara umum pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan matematika oleh guru
bersangkutan baik di SDIT Al-Furqan maupun di SDN 4 Menteng Palangka Raya hampir sama dengan mata pelajaran yang lainnya di mulai dengan member i salam/tegur sapa, mengabsensi dengan menunjukkan kepedulian atas kehadiran seluruh siswa, menarik perhatian siswa, mengarahkan perhatian siswa kepada kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan melalui alat bantu yang sesuai dengan materi pelajaran, menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaanpertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari dengan melibatkan seluruh siswa, mengaktifkan pikiran siswa menuju tema yang akan dipelajari melalui penjelasan dan memakai alat bantu pengajaran seperti papan tulis, spidol, gambar, LCD, dan laptop, berdiskusi dengan melibatkan seluruh siswa, membantu dan membimbing siswa dalam memahami materi pelajaran, menggunakan waktu pembelajaran secara efesien, menggunakan metode dan alat bantu sesuai dengan tujuan pembelajaran, memelihara ketertiban siswa, menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan badan, menunjukkan sikap ramah, terbuka, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa, membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangan masing- masing, menjalin hubungan yang akrab dengan siswa, membangun partisipasi aktif siswa, mengarahkan siswa untuk dapat bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok, memberikan motivasi kepada siswa dalam bentuk penugasan yang mudah dan sederhana, penghargaan dalam bentuk hadiah, pujian
178
dan sanjungan, dan cerita, menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan, memberi tugas dan memberi salam kepada siswa. Menurut Sue dan Glover sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin dan Iwan Nasution dalam bukunya Manajemen Pembelajaran dalam konteks pembelajaran peran guru adalah menolong murid
untuk
mengembangkan kapasitas
pembelajaran. 168 Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran guru berperan untuk mempengaruhi murid agar mau belajar dengan sukarela dan senang memungkinkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Semakin senang perasaan (enjoyable) anak dalam mengikuti pembelajaran, diharapk an tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan matematika pada kelas VI di SDIT AL-Furqan maupaun di SDN 4 Menteng Palangka Raya, dikemukakan sebagai berikut: 1. Penguasaan Materi Berdasarkan hasil data yang telah digambarkan pada penyajian data terhadap pelaksanaan pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam kelas VI di SDIT Al-Furqan telah menguasai materi pembelajaran dengan baik. Demikian juga dengan guru Matematika pada kelas VI di SDIT Al-Furqan juga telah menguasai materi pembelajaran dengan sangat baik. Ini sangat dimungkinkan karena dari segi kompetensi kedua guru tersebut berlatar belakang pendidikan strata 1 jurusan Pendidikan Agama Islam dan jurusan Fisika.
168
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarata: Ciputat Press, 2005), h. 122
179
Demikian juga
dari hasil penelitian di SDN 4 Menteng mengenai
pelaksanaan pembelajaran oleh guru Pendidikan Agama Islam kelas VI dapat dikatakan telah menguasai dengan sangat baik
materi pelajaran yang
bersangkutan, hal ini karena beliau memiliki pengalaman yang cukup lama sebagai pengajar PAI dan berlatar belakang pendidikan strata 1 jurusan Pendidikan Agama Islam. Demikian juga dengan guru Matematika pada kelas VI beliau juga telah menguasai materi pembelajaran dengan sangat baik. Karena memang dari segi kompetensi guru matematika kelas VI di SDN 4 Menteng itu berlatar belakang pendidikan S-1 jurusan PGSD serta juga telah memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama pada bidangnya masing- masing, sehingga tidak begitu sulit untuk menguasai materi pembelajaran di kelas. Hal ini telah sesuai dengan standar pendidikan nasional yang diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 pasal 29 ayat (3) yang berbunyi: 169 Pendidik pada SD/MI, SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); b) Latarbelakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan c) Sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs Berdasarkan dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data dijelaskan pula bahwa guru Pendidikan Agama Islam kelas VI telah mengajar dan menggeluti pada bidangnya kurang lebih 6 tahun lamanya. Sedangkan guru 169
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2006), h. 169170
180
matematika yang mengajar di kelas VI pada SDIT Al-Furqan telah menggeluti materi pembelajaran kurang lebih 3 tahun lamanya pada bidang yang sama. Demikian pula dari hasil observasi lapangan yang dilaksanakan pada kelas VI kepada guru PAI pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dikatakan telah mampu dan sangat baik serta dalam lugas memberikan penjelasan dan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dikatakan telah sangat baik dan mampu menguasai pembelajaran serta lugas dalam memberikan penjelasan materi kepada siswanya. Kemudian dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data dengan guru Pendidikan Agama Islam dijelaskan bahwa telah menggeluti bidang yang diajarkan tersebut sudah lebih dari 13 tahun lamanya. Sedangakan guru matematika yang mengajar di kelas VI pada SDN 4 Menteng dijelaskan pula bahwa telah menggeluti bidang yang sama dalam waktu yang cukup lama, yakni telah mengajar 24 tahun lebih pada bidangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua orang guru tersebut dalam penguasaan materi sangat baik karena telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dengan tugasnya sebagai seorang guru. Oleh karena itu, penguasaan terhadap materi pelajaran merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi oleh seorang guru. Seperti yang dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman bahwa sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan ke mampuannya dalam
181
hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. 170 Oleh karena itu, salah satu yang harus diperhatikan dan disadari oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti guru harus belajar terus menerus meningkatkan kemampuannya sebagai seorang pengajar. Dengan cara demikian guru akan memperkaya dirinya dengan berbagai pengetahuan sebagai bekal untuk menopang dirinya melaksanakan tugas sebagai seorang pengajar, pembimbing, demonstrator, motivator, mediator, fasilitator, dan evaluator. 2. Strategi Pembelajaran Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data tentang guru Pendidikan agama Islam (PAI) maupun guru matematika yang mengajar di kelas VI yang mengajar di SDIT Al-Furqan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran dengan penekanan pada pemahaman materi. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas VI, setelah guru membuka pelajaran, membaca surah-surah pendek dalam al-Qur’an, pre test dan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran meyakini adanya hari akhir
dengan
penggunaan media pembelajaran yang menarik seperti LCD dan multi media audio visual, selanjutnya guru menyuruh siswa membaca, mempelajari dan memahami materi. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendiskusikan materi yang telah mereka pelajari dengan menunjuk salah seorang siswa untuk mengemukakan pendapatnya diteruskan dengan pertanyaan oleh siswa yang kurang memahami materi. Guru berperan untuk mengarahkan dan memberikan
170
Moh. Uzer Us man, Menjadi Guru Profesional, …, h. 9
182
penjelasan terhadap materi yang dianggap sulit oleh siswa. Selanjutnya guru meminta siswa menyebutkan apa saja nama- nama hari akhir yang sudah diketahui tanpa lagi melihat isi buku dengan sesekali melakukan pembetulan langsung terhadap kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Pada bagian akhir pembelajaran kembali
guru
memberikan
kesempatan
siswa
untuk
bertanya sebelum
menyimpulkan materi yang dipelajari. Dari hasil penyajian data ini tentang pelaksanaan strategi pembelajarannya di kelas oleh guru PAI dapat dikatakan sangat baik dan memuaskan. Adapun pada pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VI SDIT AlFurqan, pembelajaran sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh guru PAI pada kelas VI tersebut, karena pada materi pembelajaran matematika jelas berbeda dengan materi pembelajaran PAI, karena dalam pembelajaran matematika ini guru dituntut untuk berusaha sedemikian rupa agar materi yang disampaikan dapat dipahami sepenuhnya oleh semua siswa, sehingga dibutuhkan kesabaran yang ekstra dalam menghadapi anak didiknya. Kegiatan pembelajaran matematika ini diawali dengan pendahuluan, guru mengucap salam dan guru bersama-sama siswa memulai pelajaran dengan membaca basmallah. Untuk membangkitkan minat siswa guru mengecek kehadiran siswa satu persatu, kemudian guru mengadakan pre test pelajaran minggu yang lalu tentang operasi hitungan bilangan dengan submateri pokok sifat-sifat penjumlahan bilangan dengan meminta siswa menjawab pertanyaan secara lisan. Ada 3 pertanyaan yang diajukan oleh guru matematika kelas VI dengan menunjuk secara acak. Kegiatan ini berlangsung 10 menit. Kemudian guru
183
menjelaskan
submateri
pokok
baru
tentang
sifat-sifat
perkalian
bilangan.Selanjutnya pada materi ini guru memberikan contoh beberapa soal perkalian bilangan bulat yang ada dibuku pake t untuk dijawab bersama-sama dengan siswa agar mudah untuk dipahami. Untuk memudahkan siswa memahami contoh-contoh soal pada materi perkalian bilangan bulat tersebut, guru menulis kembali contoh-contoh soal tersebut ke papan tulis. Setelah itu guru menyuruh siswa mempelajari dan memahami materi yang sudah dijelaskan tersebut. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendiskusikan materi yang telah mereka pelajari dengan menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah dibuat oleh guru di papan tulis. Apabila ada siswa yang kurang memahami materi guru berperan untuk mengarahkan dan memberikan penjelasan terhadap materi yang dianggap sulit oleh siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku pelajaran yang kemudian untuk dijawab bersama-sama. Pada bagian akhir pembelajaran kembali guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya sebelum menyimpulkan materi yang dipelajari. Dari hasil penyajian data tersebut tentang pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas dapat dikatakan sangat baik dan menarik dalam pelaksanaan materi pelajaran yang diajarkan tersebut. Selanjutnya dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data terhadap guru Pendidikan agama Islam (PAI) dan guru matematika yang mengajar pada kelas VI di SDN 4 Menteng Palangka Raya bahwa guru dalam setiap pelaksanakan pembelajarannya di kelas juga berusaha untuk menekanan pada pemahaman materi dan pengamalan terhadap materi yang diberikan.
184
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pelaksanaan pembe lajaran PAI di kelas VI, juga tidak terlalu berbeda dengan apa yang dilaksanakan oleh guru PAI di SDIT Al-Furqan seperti guru membuka pelajaran, membaca surah-surah pendek dalam al-Qur’an, pre test dan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran meyakini adanya hari akhir selanjutnya guru menyuruh siswa membaca, mempelajari dan memahami materi. Hal ini dikarenakan bahwa baik silabus maupun RPP pembelajaran PAI di SDN 4 Menteng itu tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran di SDIT Al-Furqan yang memang masih di bawah naungan Diknas Palangka Raya, sehingga materi yang diajarkan pun sama. Namun dalam hal penggunaan media pembelajaran memang guru PAI di SDN Menteng sangat terbatas karena masih terkendala dengan fasilitas yang kurang memadai. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendiskusikan materi yang telah mereka pelajari. Selanjutnya untuk memaksimalkan pemahaman materi pembelajaran guru dengan menunjuk salah seorang siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pemahamannya terhadap materi yang diajarkan tersebut lalu diteruskan dengan memberi kesempatan kepada siswa yang kurang memahami materi untuk bertanya. Kemudian guru berperan aktif untuk mengarahkan dan memberikan penjelasan terhadap materi yang dianggap sulit oleh siswa. Selanjutnya guru meminta siswa menyebutkan apa saja nama- nama hari akhir yang sudah diketahui sesekali melakukan pembetulan langsung terhadap kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
185
Pada bagian akhir pembelajaran kembali guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya sebelum menyimpulkan materi yang dipelajari. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan latihan sebagai bentuk evaluasi pembelajaran yang telah berlangsung. Dari hasil penyajian data tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAI di SDN 4 Menteng telah mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik meski terkendala dengan fasilitas yang kurang memadai. Adapun pada pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VI pada SDN 4 Menteng juga tidak ada perbedaan baik materi maupun pelaksanaan pembelajarannya dengan SDIT Al-Furqan Palangka, karena pada materi pembelajaran matematika yang diajarkan pada semester tersebut untuk sekolahsekolah tingkat dasar yang ada di bawah naungan Diknas Palangka Raya semuanya sama sesuai dengan Program Tahunan yang sudah disepakati bersama oleh Diknas. Kegiatan pembelajaran matematika ini juga diawali dengan pendahuluan, guru mengucap salam. Setelah itu guru mengecek kehadiran siswa satu persatu, kemudian guru mengadakan pre test pelajaran minggu yang lalu tentang hitungan bilangan dengan meminta siswa menjawab pertanyaan secara lisan dan maju ke depan kelas untuk memberikan jawabannya. Kegiatan ini berlangsung 10 menit. Kemudian guru menjelaskan submateri pokok baru tentang operasi hitung, operasi hitung campuran, dan faktorisasi prima menentukan FPB dan KPK.Selanjutnya pada materi ini guru memberikan beberapa contoh soal perkalian bilangan bulat yang ada dibuku paket untuk dijawab bersama-sama dengan siswa agar mudah untuk dipahami. Untuk memudahkan siswa memahami materi perkalian bilangan
186
bulat tersebut, guru menuliskan contoh-contoh soal tersebut ke papan tulis beserta bagaimana cara penyelesaiannya. Setelah itu guru menyuruh siswa mempelajari dan memahami materi yang sudah dijelaskan tersebut. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendiskusikan materi yang telah mereka pelajari dengan menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah dibuat oleh guru di papan tulis. Apabila ada siswa yang kurang memahami materi guru berperan untuk mengarahkan dan memberikan penjelasan terhadap materi yang dianggap sulit oleh siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku pelajaran yang kemudian untuk dijawab bersama-sama. Pada bagian akhir pembelajaran kembali guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya sebelum menyimpulkan materi yang dipelajari. Dari kegiatan ini memang terlihat tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan pembelajaran pada SDIT Al-Furqan, karena pada dasarnya materi yang disampaikan juga sama. Namun yang membedakannya adalah bagaimana cara penyampaian materi oleh guru tersebut dalam memberikan pemahaman dan penguasaan materi kepada anak didiknya terlihat begitu lugas dan cerdas. Sehingga apa yang disampaikannya jelas lebih mudah untuk dimengerti oleh anak didiknya. Hal ini tidak terlepas dari pengalaman beliau yang cukup lama sebagai seorang guru, sehingga dari hasil penyajian data tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan sangat baik baik. Dari hasil wawancara yang dilakukan dan observasi lapangan terhadap pelaksanaan pembelajaran di SDIT Al-Furqan maapun di SDN 4 Menteng tersebut
187
ada dua jenis strategi yang digunakan oleh kedua orang guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan matematika pada kelas VI di SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng Palangka Raya yaitu strategi ekspositori/ekspositif dan strategi heuristic. Menurut H. Wina Sanjaya strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. 171 Menurut Oemar Hamalik strategi ekspositori/ekspositif memiliki prosedur sebagai berikut: 172 a) Penyampaian informasi yang diberikan dalam bentuk penjelasan simbolik atau demonstrasi praktis. b) Tes terhadap resepsi, ungkapan, dan pemahaman. Ulangi pesan/informasi bila diperlukan. c) Menyajikan kesempatan-kesempatan untuk menerapkan prinsip umum sebagai latihan dengan suatu contoh tertentu. Tes penerapannya apakah sudah betul atau belum. Adakan perbaikan contoh, bila perlu sampai tercapai perilaku yang betul. d) Menyajikan kesempatan-kesempatan untuk penerapan ke dalam situasi senyatanya informasi yang baru saja dipelajari. Strategi
pembelajaran
Inkuiri
(SPI)
adalah
rangkaian
kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
171 H. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 189 172 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bu mi A ksara, 2006), h. 185
188
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.173 Strategi heuristic ini menurut Gulo adalah strategi dimana para peserta didik dituntut untuk mengolah sendiri materi pembelajaran dengan pengarahan dari guru. 3. Penggunaan Metode dan Pendekatan Pembelajaran Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan untuk menyajikan materi pelajaran dan penggunaan media yang diperlukan sangat menentukan bagi keberhasilan pembelajaran, karena bila pemilihan metode tidak tepat serta tidak didukung dengan media yang dibutuhkan berakibat motivasi belajar siswa tidak muncul, siswa menjadi jenuh, kurang perhatian, kurang minat dalam menerima pelajaran. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data tentang metode pembelajaran yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam melaksanakan pembelajaran sangat bervariasi antara lain menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, latihan, dan demosntrasi. Demikian juga dengan guru Matematika pada kelas VI di SDIT Al-Furqan dalam pelaksanan pembelajarannya juga menggunakan berbagai macam variasi seperti ceramah, tanya jawab, latihan, diskusi, kerja kelompok, ddan pemberian tugas.
173
H. Wina San jaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,…, h. 191
189
Demikian juga dari hasil penyajian data terhadap guru PAI kelas VI SDN 4 Menteng Palangka Raya dalam melaksanakan pembelajaran juga tidak jauh berbeda dengan guru PAI di SDIT Al-Furqan sangat bervariasi yaitu ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan, pemberian tugas, dan demo nstrasi. Demikian juga dengan guru matematika di sekolah tersebut juga menggunakan berbagai variasi dalam pembelajarannya di kelas seprti metode ceramah, latihan, kerja kelompok, tanya jawab, dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, penggunaan metode ini disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada materi pembelajaran yang telah dikemukakan sebelumnya, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI di SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng Palangka Raya dalam hal ini sama menggunakan metode ceramah, dialog atau tanya jawab, diskusi, praktik dan latihan. Sedangkan pendekatan yang digunakan oleh guru PAI SDIT Al-Furqan adalah pendekatan rasional dan pendekatan fungsional. Demikian juga pendekatan yang dilakukan guru PAI kelas VI SDN 4 Menteng juga sama yakni pendekatan rasional dan fungsional. Hal ini dikarenakan materi yang diajarkan pada kedua sekolah ini adalah sama, sehingga esensi dari kedua pendekatan ini adalah upaya untuk memberikan peranan pad a rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan prilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi (pendekatan rasional) dan menyajikan bentuk semua standar materi dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam
190
kehidupan sehari- hari dalam arti luas sesuai dengan tingkat perkembangannya (pendekatan fungsional). Dari hasil penyajian data tersebut mengenai penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran dalam pelaksanaan kegiatan belajar di kelas dapat dikatakan bahwa guru PAI kelas VI SDIT Al-Furqan telah mampu menggunakan strategi pembelajaran dengan baik. Demikian juga dengan guru PAI kelas VI SDN 4 Menteng juga dapat dikatakan sangat baik dan mampu menjalankannya sesuai dengan materi yang diajarkan. Adapun guru yang mengajar Matematika di kelas VI pada SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya tersebut juga sama-sama menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, latihan (drill), praktik, dan demonstrasi. Penggunaan metode ini digunakan pada materi pelajaran memahami tentang sifatsifat perkalian bilangan bulat. Agar siswa tidak mengalami kesalahan pemahaman tentang sifat-sfat perkalian bulat, guru dituntut untuk memberikan penjelasan yang lebih mudah dipahami dan tidak terlalu rumit dan mendemonstrasikan contoh-contoh latihan penyelesaian soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Untuk mendalami pemahaman siswa dibantu dengan tanya jawab, dan latihan-latihan soal. Dilihat dari pendekatan yang digunakan oleh guru ma tematika kelas VI baik yang di SDIT AL-Furqan maupun di SDN 4 Menteng ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan ekspositori dan pendekatan kecerdasan. Pendekatan ekspositori akan sangat bermanfaat bagi siswa karena dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang
191
telah diberikan guru, serta mengungkapkan kembali apa yang dimilikinya melalui respons yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru. Dengan demikian dari hasil penyajian data tersebut tentang penggunaan strategi pembelajaran oleh guru matematika kelas VI SDIT Al-Furqan dapat dikatakan sudah baik dan mampu melaksanakannya sesuai materi yang ada. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI SDN 4 Menteng dikatakan telah mampu menggunakan strategi pembelajaran
dapat
tersebut dengan
sangat baik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Syamsuddin Makmun yang dikutip oleh Syaiful Sagala bahwa dalam pendekatan ekspositori guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. 174 Pendekatan yang lain adalah pendekatan kecerdasan karena esensi dari pendekatan ini adalah guru perlu mengetahui kecerdasan siswanya agar dapat menolong kesulitan belajarnya. Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah, peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf yang kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah. Seperti telah dikemukakan bahwa guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan maupun di SDN 4 Menteng Palangka Raya menggunakan metode dan pendekatan bervariasi sesuai dengan 174
Syaifu l Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,…, h. 79
192
materi pembelajaran. Apa yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika tersebut sesuai dengan pernyataan Tayar dan Syaiful Anwar 175 yang mengatakan bahwa da beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran yaitu: (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) kemampuan guru, (3) anak didik, (4) situasi dan kondisi pengajaran dimana berlangsung, (5) fasilitas yang tersedia, (6) waktu yang tersedia, dan (7) kebaikan dan kekurangan sebuah metode. 4. Pengelolaan Kelas Guru adalah penanggung jawab pembelajaran di dalam kelas. Sejumlah siswa yang mengikuti mata pelajaran baik yang di asuh oleh guru mata pelajaran Agama Islam maupun guru yang mengajar mata pelajaran matematika di kelas VI untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu diatur, diarahkan dan dipengaruhi dalam satu interaksi belajar mengajar. Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru dalam membantu siswa sehingga dicapai kondisi optimal pelasanaan pembelajaran seperti yang diharapkan. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data terhadap guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI di SDIT Al-Furqan Palangka Raya dikemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran guru meliputi (1) membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan tugas, (2) membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan diskusi kelas, (3) mengadakan tanya jawab dengan siswa, (4) melakukan peragaan (demonstrasi), dan (5) meminta 175
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-1, h. 7-10.
193
siswa mempraktikan materi yang telah dipelajari. Dengan demikian semua siswa aktif terhadap setiap materi yang dilaksanakan dan pelaksanaan pembelajaran berjalan tertib. Demikian juga guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan Palangka Raya dikemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran meliputi (1) membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan tugas, (2) mengadakan tanya jawab dengan siswa, (3) melakukan demonstrasi di muka kelas untuk menjawab latihan yang diberikan. Demikian pula guru PAI kelas VI di SDN 4 Menteng Palangka Raya juga dikemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran guru meliputi (1) membagi siswa ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi kelas, (2) membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan tugas kelas, (3) mengadaka n tanya jawab dengan siswa, (4) melakukan peragaan (demonstrasi), dan (5) meminta siswa mempraktikan materi yang telah dipelajari. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajarannya meliputi, (1) membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil untuk melaksanakan tugas, (2) mengadakan tanya jawab dengan siswa, (3) meminta kepada siswa untuk menjawab beberapa soal yang sudah diajarkan ke depan kelas. Dengan demikian semua siswa aktif terhadap setiap materi yang dilaksanakan dan pelaksanaan pembelajaran berjalan tertib. Kondisi seperti ini dapat tercapai jika guru mampu mengatur peserta didik serta mengendalikannya dalam nuansa menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
194
Kondisi seperti ini dapat tercapai jika guru mampu mengatur peserta didik serta mengendalikannya dalam nuansa menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengelolaan kelas ini kalau dicermati terdapat perbedaan sikap mengajar antara guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI baik di SDIT Al-Furqan maupun di SDN 4 Menteng. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI di SDIT Al-Furqan dalam pelaksanaan pembelajaran mengontrol tugas yang telah diberikan kepada siswa dengan memperhatikan siswa dan bergerak memutari siswa yang telah dibagi dalam beberapa kelompok dan dalam memberi tugas di kelas kepada siswa dengan batasan waktu yang ditentukan. Sedangkan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan dalam pelaksanaan pembelajarannya pada ketika memberikan tugas kepada siswa guru hanya sesekali memberikan pengawasan terhadap apa yang dilakukan oleh siswa. Akan tetapi, pada saat menjelaskan materi pelajaran guru sering meminta siswa untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan dengan menunjuk salah seorang siswa. Demikian juga dalam memberikan tugas di kelas guru juga telah menentukan batas waktu akan tetapi masih memberikan toleransi sampai siswa selesai mengerjakannya. Dari hasil penyajian data tentang pengelolaan kelas tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAI kelas VI SDIT Al-Furqan telah mampu mengelola kelas dengan sangat baik. Demikian juga dengan guru matematika telah mampu mengelola pembelajaran sesuai dengan kompetensinya.
195
Adapun pengelolaan kelas yang dilaksanakan oleh Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI di SDN 4 Menteng dalam pelaksanaan pembelajaran mengerahkan dan mengatur suasana diskusi siswa di kelas, kemudian mengontrol tugas yang telah diberikan kepada siswa dengan selalu memperhatikan tingkah laku siswa di kelas sehingga nampak berjalan dengan tenang dan dalam pemberian tugas ditetapkan batasan waktu. Sedangkan guru matematika kelas VI di SDN 4 Menteng dalam pelaksanaan pembelajarannya memaksimalkan proses interaksi yang baik antara guru dan siswa, kemudian menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi. Selanjutnya ketika memberikan tugas kepada siswa guru terlihat hanya sesekali memberikan pengawasan terhadap apa yang dilakukan oleh siswa. Namun, pada saat menjelaskan materi pelajaran guru sering meminta siswa untuk mengulang kembali materi pelajaran yang telah dijelaskan dengan menunjuk beberapa orang siswa. Demikian juga dalam memberikan tugas atau latihan di kelas
guru juga memberikan batasan waktu agar siswa benar-benar serius
mengerjakannya. Dari hasil penyajian data tentang pengelolaan kelas tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAI kelas VI SDN 4 Menteng telah mampu mengelola kelas dengan sangat baik. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI SDN 4 Menteng telah mampu mengelola pembelajaran dengan sangat baik. Meskipun demikian, dari apa yang telah dilakukan oleh guru Pendididikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI baik di SDIT Al-Furqan maupun di SDN 4 Menteng Palangka Raya tersebut menunjukan bahwa guru telah
196
mampu mengelola kelas dengan efektif dan efesien karena pembelajaran berjalan dengan tertib. Menurut Arikunto 176 indikator sebuah kelas yang tertib adalah apabila (1) setiap anak terus bekerja dalam arti tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya, (2) setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. 5. Penguatan Motivasi Dalam kegiatan pembelajaran pasti ditemukan peserta didik yang malas berpartisipasi dalam kegitan belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan, seorang atau dua orang anak didik duduk dengan santai di kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh menerawang entah kemana. Sedikitpun tidak tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangka l penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak bisa ditunda-tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik. Sehingga dengan itu anak didik dapat keluardari kesulitan belajar.
176
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: Rajawali Press, 1988), cet. Ke -3, h. 68
197
Kalau memperhatikan jadwal dan jam belajar guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya, maka dapat dilihat bahwasanya jadwal jam Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI di SDIT Al-Furqan berada pada jam 5/7 antara pukul 09.55 – 11.30. Demikian pula jadwal jam Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 4 Menteng berada pada jam 8/11. Artinya pada jadwal jam pelajaran tersebut merupakan jadwal yang riskan bagi peserta didik, karena biasanya peserta didik mulai kelelahan, jenuh dan kurang konsentrasi terlebih materi yang dihadapi adalah pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Oleh karena itu, upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI baik di SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng haruslah berusaha menumbuhkan kembali semangat belajar siswa dengan cara (1) menumbuhkan kesadaran siswa tentang pentingnya belajar agama, (2) memberikan pujian pada anak yang telah menyelesaikan tugas, (3) memberikan pertanyaan, (4) memberi tugas, dan (5) melaksanakan ulangan dan memberitahukan hasil yang diperoleh anak. Sedangkan jadwal jam matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan berada pada jam ½ antara pukul 07.10 – 08.20. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajian data tentang pemberian motivasi dalam setiap pembelajaran di kelas oleh guru PAI kelas VI SDIT Al-Furqan dapat dikatakan telah mampu dan sangat baik dalam hal pemberian motivasi kepada anak didiknya. Demikian juga dengan guru PAI kelas VI SDN 4 Menteng dalam pemberian motivasi dapat dikatakan juga sangat baik dan telah maksimal.
198
Demikian juga jadwal jam pelajaran matematika di SDN 4 Me nteng Palangka Raya berada pada jam 2/4 hari senin dan rabu. Jadwal pelajaran tersebut sudah tepat dilaksanakan pada jam pertama, karena memang untuk pelajaran matematika itu disepakati oleh sekolah untuk dilaksanakan pada jam pagi menyesuaikan dengan kondisi berpikir anak. Hal ini dilakukan untuk membuat jam pelajaran matematika yang dilaksanakan itu berjalan efektif dan efesien karena para peserta didik masih dalam kondisi yang prima untuk belajar matematika yang membutuhkan ekstra lebih dalam berpikir. Akan tetapi, meskipun jam pelajaran matematika dilaksanakan pada jam pertama baik yang di SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng, namun ada juga sebagian dari peserta didik yang tidak begitu respek terhadap pelajaran matematika, dikarenakan kurang bisa memahami pelajaran tersebut dengan baik dan merasa bosan dengan soal hitungan yang ada pada pelajaran matematika tersebut. Oleh karena itu, guru matematika perlu menumbuhkan kembali semangat belajar peserta didik dengan cara memberikan motivasi belajar kepada siswa tentang betapa pentingnya belajar matematika sejak dini bagi mereka karena akan bermanfaat pada masa yang akan datang, memberikan reward kepada anak yang telah menyelesaikan tugas, memberikan arahan dan bimbingan yang lebih lagi kepada setiap siswa dalam memberikan pemahaman terhadap pelajaran matematika, dan tidak lupa juga memberikan pujian kepada anak yang mampu menyelesaikan tugas dengan baik, ketika melaksanakan latihan- latihan maupun ulangan. Dari hasil data yang telah digambarkan dalam penyajia n data tentang
199
pemberian motivasi dalam setiap pembelajaran di kelas oleh guru matematika kelas VI SDIT Al-Furqan dapat dikatakan telah mampu dan sangat baik dalam hal pemberian motivasi kepada anak didiknya di kelas. Demikian juga dengan guru matematika kelas VI SDN 4 Menteng dalam pemberian motivasi dapat dikatakan juga sangat baik dan telah maksimal. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Blumenfeld yang dikutip oleh Esa Nur Wahyuni 177 dalam bukunya “Motivasi dalam Pembelajaran” mengungkapkan ada tiga tugas penting untuk guru berkaitan dengan memotivasi siswa, yaitu 1) mengajak siswa untuk secara produktif berpartisipasi dalam proses belajar di kelas, atau dengan kata lain guru menciptakan kondisi motivasi belajar, 2) merancang tujuan jangka panjang untuk mengembangkan kepribadian siswa yang termotivasi untuk belajar sehingga mereka akan mampu untuk mendidik diri mereka sendiri sepanjang hidupnya, 3) mengajak siswa untuk dapat memiliki kemampuan berpikir secara mendalam terhadap apa yang mereka pelajari. Syaiful Bahri Djamarah menyebutkan ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar peserta didik di kelas, yaitu:
178
(1) memberi angka atau nilai dari hasil aktivitas belajar peserta didik,
(2) memberikan hadiah sebagai penghargaan atas proses belajar peserta didik, (3) kompetisi (persaingan) untuk mendorong gairah belajar peserta didik, (4) egoinvolvement yaitu menumbuhkan kesadaran pada peserta didik agar merasakan pentingnya
177
tugas
dan
menerimanya
sebagai
suatu
tantangan
dengan
Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam Pembelajaran, (Malang: UIN-Maliki Press, 2009),
h. 39-40. 178
Syaifu l Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 125-133
200
mempertaruhkan harga diri, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui hasil belajar, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, dan (10) minat. D. Evaluasi Pembelajaran di SDIT Al-Furqan dan di SDN 4 Menteng Palangka Raya Evaluasi merupakan acuan untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran. Evaluasi pada umumnya berkaitan dengan upaya pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data atau informasi sebagai masukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Berdasarkan data hasil penelitian evaluasi yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan dan di SDN 4 Menteng Palangka Raya selama proses pembelajaran baik secara lisan, tertulis maupun pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung melaksanakan penilaian terhadap penampilan siswa, penilaian pada akhir pembelajaran berbentuk tes formatif, subsumatif, dan sumatif dengan instrumen berbentuk tes objektif, esay dan tes perbuatan. Sedangkan aspek penilaian terhadap perilaku siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari hasil penelitian di SDIT Al-Furqan menunjukan bahwa dari aspek kognitif keberhasilan dapat di lihat dari nilai rata-rata Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI adalah 8 dan nilai rata-rata matematika di kelas VI 7-8. Dari aspek afektif keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dilihat seluruh siswa yang beraga Islam dapat membaca al Qur’an. Sedang aspek psikomotorik keberhasilan dapat dilihat seluruh siswa yang beragama Islam melaksanakan shalat zuhur berjama’ah di mushala sekolah. Adapun keberhasilan
201
pembelajaran matematikadari aspek afektif ini dapat dilihat dari kemampuan siswa yang cepat dan tanggap dalam merespon bentuk pertanyaan yang guru ajukan di depan kelas dalam setiap materi pembelajaran matematika.Sedang dari aspek psikomotorik bahwa keberhasilan pada pembelajaran matematika ini dapat dilihat ketika semua siswa sudah mampu berhitung dan menyelesaikan sendiri soal-soal yang diberikan oleh guru. Adapun dari hasil penelitian di SDN 4 Menteng menunjukan bahwa dari aspek kognitif keberhasilan dapat di lihat dari nilai rata-rata Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VI adalah 80 dan nilai rata-rata matematika di kelas VI antara 78. Dari aspek afektif keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dilihat seluruh siswa yang beragama Islam sudah mampu membaca al Qur’an dengan baik dan telah mampu menghapal surah-surah pendek. Adapun keberhasilan pembelajaran matematikadari aspek afektif ini terlihat dari kemampuan siswa yang dengan cepat dan tanggap dalam merespon setiap materi maupun bentuk pertanyaan yang guru ajukan di depan kelas dalam setiap materi pembelajaran matematika.Sedang aspek psikomotorik keberhasilan dapat dilihat seluruh siswa yang beragama Islam melaksanakan shalat zuhur berjama’ah dengan baik dan tertib di mushala sekolah. Sedang dari aspek psikomotorik bahwa keberhasilan pada pembelajaran matematika ini terlihat ketika semua siswa sudah mampu mempraktikan berhitung dan menyelesaikan sendiri soal-soal yang diberikan oleh guru. Dari hasil data ketiga aspek penilaian yang telah diuraikan tersebut, menurut Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah dalam bukunya
202
“Perencanaan Pembelajaran” bahwa proses penilaian hasil belajar sangat dipengaruhi oleh jenis kompetensi yang diukur. Seringkali proses pengukuran yang salah akan mendapatkan data yang salah. Data yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Melakukan pengukuran terhadap aspek kognitif akan sangat berbeda dengan melakukan pengukuran pada aspek psikomotor, dan juga akan sangat berbeda jika melakukan pengukuran pada aspek afektif. Pengukuran pada aspek kognitif dan aspek psikomotor dapat dilakukan dengan jadwal yang jelas, tetapi pengukuran pada aspek afektif tentu dapat berakibat fatal jika dilakukan dengan jadwal yang jelas. Hal ini disebabkan karena mengukur aspek afektif adalah mengukur “kealamiahan” yang dilakukan oleh seseorang, sehingga membutuhkan suasana keseharian, yang mana suasana tersebut merupakan kegiatan sehari- hari. 179
179
Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h. 61-62
203
BAB VI PENUTUP
Pada bab VI ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian terhadap manajemen pembelajaran pada SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya (Studi Pada Guru PAI dan Matematika Kelas VI). A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian serta pembahasan sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya, terhadap manajemen pembelajaran pada SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya (Studi Pada Guru PAI dan Matematika Kelas VI) dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan guru matematika kelas VI di SDIT AL-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya meliputi: pembuatan program tahunan, pembuatan program semester, penyusunan silabus dan RPP. Acuan para guru PAI dan guru Matematika dalam membuat rencana pembelajaran adalah: kalender pendidikan yang diterbitkan oleh Diknas Kota Palangka Raya, KTSP yang dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang telah disusun oleh BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan buku paket/buku sumber yang relevan. Dalam hal perencanaan ini bahwasanya guru PAI kelas VI SDIT Al-Furqan dapat dikatakan telah mampu melaksanakan perencanan pembelajaran dengan sangat baik, demikian juga
204
dengan guru matematika kelas VI telah mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan sangat baik. Demikian pula dengan guru PAI dan guru matematika kelas VI SDN 4 Menteng dapat dikatakan telah mampu dengan baik membuat perencanaan pembelajaran. 2.
Pengorganisasian pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan matematika khususnya pada kelas VI di SDIT AL-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya di SDIT AL-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya untuk menunjang kelancaran dan ketertiban pembelajaran telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan menempatkan setiap guru sesuai dengan keahlian dan tugasnya pada masing- masing kelas terutama untuk guru Pendidikan Agama Islam dan guru matematika yang mengajar di kelas VI baik di SDIT AlFurqan dan SDN 4 Menteng dengan membuat jadwal dan jam mengajar semua guru, terutama untuk guru Pendidikan Agama Islam dan guru matematika yang mengajar di kelas VI, serta membagi kelas berdasarkan rangking/prestasi yang diperoleh siswa. Akan tetapi ada sedikit perbedaan antara SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng dalam penempatan guru di kelas oleh pihak SDIT Al-Furqan setiap kelas di tempatkan dua orang guru yang bertugas menjadi wali kelas di setiap masing- masing kelas yang ada di sekolah tersebut, sementara di SDN 4 Menteng hanya menempatkan satu orang wali kelas saja. Sedangkan bagi guru, terutama guru Pendidikan Agama Islam dan guru matematika kelas VI mengorganisir/mengatur pembelajaran telah dilaksanakan dengan menggunakan sumber belajar untuk mencapai
205
tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan guru matematika kelas VI di SDIT AL-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya berjalan efektif dan efisien karena telah memenuhi kriteria pelaksanaan pembelajaran seperti pre test (tes yang dilakukan sebelum memulai pelajaran), proses pembelajaran (kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran), dan post test (tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai). Juga para guru Pendidikan Agama Islam dan guru matematika kelas VI telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan silabus yang telah dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Aspek-aspek
yang terkait dengan proses pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan matematika di kelas VI adalah bahwa guru telah menguasai materi pembelajaran, strategi pembelajaran ya ng digunakan adalah strategi ekspositorik dan heuristik dengan metode dan pendekatan yang bervariasi sesuai dengan materi yang dipelajari seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, demonstrasi, dan praktik dengan pendekatan fungsional dan rasional pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan pendekatan ekspositori dan pendekatan kecerdasan pada pembelajaran matematika. Pengelolaan kelas telah mampu dilaksanakan dengan efektif dan efisien, serta penguatan motivasi terhadap siswa telah dilaksanakan oleh guru dengan cara menambahkan kesadaran pentingnya belajar Agama dan berhitung yang akan memberikan manfaat yang besar
206
dalam kehidupan sehari-hari, memberikan pujian dan reward, memberikan pertanyaan, memberi tugas, melaksanakan ulangan dan memberitahukan hasilnya kepada siswa. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas terdapat sedikit perbedaan antara SDIT Al-Furqan dan SDN 4 menteng dalam hal penggunaan media pembelajaran. Dari hasil penyajian data dapat dikemukakan bahwasanya baik guru PAI dan guru matematika di SDIT AlFurqan dalam pelaksanaan pembelajarannya selalu menggunakan media pembelajaran untuk penunjang aktivitas belajar di kelas seperti penggunaan, laptop, LCD dan multimedia audio visual. Hal ini memang karena sekolah SDIT merupakan sekolah yang memiliki keunggulan baik dalam hal pendanaan maupun fasilitas yang ada. Sedangkan guru PAI dan guru matematika kelas VI di SDN 4 Menteng dalam penggunaan media pembelajaran masih menggunakan alat yang sederhana seperti papan tulis maupun buku, hal ini karena ketersediaan alat media yang terbatas dan belum memadai. 4.
Sistem evaluasi yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya berbentuk tes formatif, subsumatif, dan sumatif dengan instrument berbentuk tes objektif, esay dan tes perbuatan. Sedangkan evaluasi yang digunakan oleh guru matematika baik yang di SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng berbentuk tes formatif, subsumatif, dan sumatif dengan instrument berbentuk tes objektif dan esay. Sedangkan aspek penilaian terhadap perilaku siswa meliputi: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
207
Secara keseluruhan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan pembelajaran matematika pada kelas VI di SDIT Al-Furqan dan SDN 4 Menteng Palangka Raya telah menerapkan proses manajemen modern yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelasanaan, dan evaluasi yang merupakan kekuatan dalam organisasi. Meskipun kedua-duanya ada yang masih belum sepenuhnya melaksanakan perencanaan yang telah dibuat secara optimal, namun hal demikian tidak mengurangi jalannya proses pembelajaran di kelas. Pengelolaan pembelajaran mengacu pada instruksi yang diberikan oleh kepala sekolah sehingga tidak terdapat kendala yang berarti dalam proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan pembelajaran masih berorientasi pada guru, dalam arti guru lebih banyak menumpahkan pengetahuannya kepada siswa dan menggerakkan aktivitas siswa agar lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. B. Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam kesimpulan di atas, di bawah ini diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Kepada Kementerian Pendidikan Nasional, agar lebih sering mengadakan pendidikan dan pelatihan maupun penataran yang berhubungan dengan pelaksanaan
pembelajaran
serta
memberikan
berbagai
perangkat
pembelajaran seperti audio visual, alat peraga, media pembelajaran serta memperbanyak
buku-buku pelajaran yang terkait untuk
kemudahan
pencapaian tujuan pembelajaran dan kemajuan dunia pendidikan. 2.
Kepala Sekolah SDIT Al-Furqan dan Kepalda Sekolah SDN 4 Menteng Palangka Raya sebagai pemimpin sekolah agar memberikn kesempatan
208
seluas- luasnya kepada setiap
guru untuk
mengikuti kegiatan
yang
berhubungan langsung dengan tugas guru untuk pengembangan wawasan dan selalu
mengevaluasi
terhadap
perkembangan
pelaksanaan
kegiatan
pendidikan Agama Islam dan matematika terutama pada kelas VI di SDIT AlFurqan maupun SDN 4 Menteng Palangka Raya yang akan menghadapi UN. 3.
Kepada para guru, terutama guru Pendidikan Agama Islam dan guru matematika kelas VI di SDIT Al-Furqan maupun SDN 4 Menteng Palangka Raya sebagai ujung tombak keberhasilan pelaksanaan pendidikan sebaiknya dapat memilih media yang tepat dan lebih kreatif lagi sesuai dengan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan tujuan pembelajaran matematika.