BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan bagi pembangunan bangsa disemua bidang kehidupan, dan salah satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan secara formal yang memegang peranan sangat penting, karena melalui pendidikan dasarlah anak pertama kali akan merasakan dan memperoleh pengalaman pendidikan secara penuh. Di sekolah anak akan banyak mengenal berbagai keterampilan seperti menulis, membaca, dan berhitung. Agar potensi yang ada dalam diri siswa terbentuk dan berkembang maka diperlukan bidang ilmu pengetahuan yang berada dan diberikan oleh sekolah. Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang berada di Sekolah Dasar adalah IPA. Tujuan Pendidikan IPA SD menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep–konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari–hari, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan
1
meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara dan melestarikan lingkungan alam sebagai salah satu ciptaan tuhan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Berdasarkan hasil observasi mutu pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar Negeri Sukobendu II, kecamatan Mantup, kabupaten Lamongan sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Nilai mata pelajaran IPA kelas IV pada materi energi panas dan bunyi banyak siswa yang mengalami kesulitan dan hasil belajarnya juga kurang memuaskan. Ini terbukti dari evaluasi 15 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan, nilainya mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM 65) hanya 25% (4 siswa), sedangkan 75% (11 siswa) nilainya belum mencapai KKM (masih di bawah 65). Hal demikian terjadi karena proses pembelajaran bersifat teacher centered, dan hanya menggunakan metode ceramah. Guru berperan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya. Selain itu, guru hanya memanfaatkan buku paket atau buku pedoman siswa. Siswa tidak dididik berfikir secara kritis, berlatih menemukan konsep ataupun untuk mengembangkan kreatifitasnya. Sehingga siswa menjadi bosan dalam pembelajaran, dan ada juga yang bermain sendiri. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan
2
guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan.Hal ini membuat pelajaran menjadi tidak efektif. Dari kendala yang muncul, peneliti melakukan upaya dalam meningkatkan hasil belajar pada pelajaran IPA materi energi panas dan bunyi adalah menggunakan metode Inquiri. Menurut Slamento (1993:116) Metode Inquiri adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis. Pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Metode inquiri berguna untuk memotivasi dan melatih siswa memiliki kemampuan berpikir untuk dapat menemukan dan mencari pengetahuan secara ilmiah dan mampu menyelesaikan tugas sendiri. Langkah kerja penggunaan metode inquiri dalam proses pembelajaran yaitu guru membentuk 3 kelompok yang masing-masing angotanya 5 anak. Guru mengajukan permasalahan kepada siswa dalam bentuk lembar kerja. Siswa melakukan diskusi dan percobaan dengan bimbingan guru. Keteranganketerangan yang terkumpul dari hasil percobaan diolah dan diklasifikasikan dalam sebuah laporan. Setiap kelompok ke depan
menyampaikan hasil diskusinya.
Kelompok lain memberi tanggapan. Dengan metode inquiri yang diterapkan di SDN Sukobendu II pada siswa kelas IV, dikatakan berhasil jika hasil belajarnya dapat mencapai KKM ( 65 )
3
sekitar 70%. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode inquiri yang bertujuan untuk membantu siswa agar tidak bosan dalam proses penbelajaran dan hasil belajarnya dapat meningkat. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul “ Penggunaan Metode Inquiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Energi Panas Dan Bunyi Pada Siswa Kelas IV SDN Sukobendu II Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. 1.2. Fokus Masalah Berdasarkan masalah di atas bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga penelitian ini difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktorfaktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Sukobendu II, Kecamatan mantup, Kabupaten Lamongan. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : a.
Bagaimana penggunaan metode inquiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi energi panas dan bunyi pada siswa kelas IV SDN Sukobendu II Mantup Lamongan?
b.
Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA materi energi panas dan bunyi pada siswa kelas IV SDN Sukobendu II Mantup Lamongan setelah menggunakan metode inquiri?
4
1.4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : a.
Mendiskripsikan penggunaan metode inquiri pada pelajaran IPA SD kelas IV materi energi panas.
b.
Untuk meningkatan hasil belajar pada pelajaran IPA materi energi panas melalui metode inquiri.
1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa : a. Dengan menggunakan metode inquiri siswa dapat menemukan permasalahan dan mencari jalan keluarnya. b. Mengetahui hasil belajar siswa pada materi energi panas dan bunyi melalui metode inquiri. 2. Guru : a. Dapat memberikan temuan-temuan dan inovasi baru dalam model dan strategi pembelajaran yang ada sehingga dapat menjadi lebih baik dan efektif. b. Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya. 1.6. Definisi Operasional a. Metode inquiri adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberi kesempatan
kepada
siswa
untuk
belajar
mengembangkan
potensi
intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan
5
yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis. (Slamento, 1993:116) b. Hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok (Syaiful Djamarah, 1994) c. Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja (Budi Wahyono, 2008) d. Sumber energi panas adalah matahari, api, dan alat pemanas listrik (Budi Wahyono, 2008) e. Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar (Budi Wahyono, 2008) f. Panas dapat berpindah secara konduksi, konveksi dan radiasi (Budi Wahyono, 2008) g. Bunyi dapat merambat melalui zat padat, cair dan gas (Budi Wahyono, 2008)
6