BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1989). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di wilayah indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian (Husodo, 2004). Keanekaragaman sumber genetik buah-buahan tropik yang tumbuh tersebar di berbagai wilayah di Indonesia merupakan harta karun yang tak ternilai harganya. Namun harta itu masih belum banyak dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Beberapa jenis buah-buahan yang telah dimanfaatkan sebagai tambahan sumber penghasilan belum dapat memenuhi harapan. Komoditi ini masih kalah menghadapi tantangan pasar sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan pasar sesui dengan kebutuhan konsumen (Sunarjono, 2013). Sebagai negara dengan wilayah tropis dan dikaruniai limpahan kesuburan tanah, Indonesia berpotensi menjadi lumbung tanaman terutama buah-buahan. Akan tetapi keanekaragaman tanaman buah di Indonesia tidak didukung dengan produksi buah yang baik. Hal ini terutama untuk tanaman buah yang berumur
panjang atau tahunan. Namun hal ini dapat diatasi dengan membekali para petani tata laksana pemeliharaan yang benar sehingga bisa meningkatkan produksi tanaman buah dan kualitas produk buah (Budianto, 2014). Pada umumnya, isi kebun di Indonesia berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obatobatan, dan tanaman penghasil rempah. Sementara itu di negara-negara maju budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usahatani berpola komersial, yakni diusahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas, misalnya perkebunan apel, anggur, tomat, dan pear di Amerika, perkebunan mangga dan kelengkeng di Queensland Australia, serta perkebunan tomat hidroponik di New Zealand (Zulkarnain, 2010). Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), dan Medan (Sumatera Utara). Produktivitas tanaman jeruk pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas yang diusahakan oleh tanaman hortikultura lainnya seperti markisa, terung belanda, pisang, pepaya dan tanaman lainnya (Soerojo, 1991). Jeruk siam merupakan jenis jeruk yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Dominasi pertanaman jeruk siam adalah sekitar 85% dari seluruh pertanaman jeruk yang ada di Indonesia. Kemudian diikuti oleh jeruk keprok sebesar 8%, jeruk pamelo 4%, dan jenis jeruk lainnya sebesar 3%. Produksi jeruk siam Indonesia merupakan yang ke 3 terbesar di dunia setelah China dan Spanyol, sedangkan jeruk pamelo adalah urutan nomor 9 di dunia (Deptan, 2012).
Berikut data luas panen, produksi dan Produktivitas tanaman buah-buahan (Tabel 1.1) menurut jenis tanaman tahun 2010 di Sumatera Utara. Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Buah - Buahan Menurut Jenis Tanaman di Sumatera Utara Tahun 2010 No. Jenis Tanaman 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23
Alpukat Belembing Duku Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Siam Jeruk Besar Mangga Manggis Nangka Nenas Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Markisa Sirsak Sukun Melinjo Pete Jengkol Total
Tanaman Yang Menghasilkan (pohon) 38.147 41.650 99.399 340.130 238.071 62.592 4.392.880 37.793 126.034 60.669 86.023 19.994.255 279.694 5.205.646 360.639 15.261.310 36.343 144.808 16.840 8.765 74.012 84.906 22.653 47.013.259
Produksi (Ton) 7.644 4.732 13.258 66.488 35.261 6.535 781.512 7.235 28.131 7.750 15.054 102.437 29.040 403.390 43.777 328.877 6.710 5.032 1.163 1.124 5.717 6.935 2.106 1.909.908
Produktivitas (kg/Pohon) 200,37 113,62 133,38 195,48 148,11 104,41 177,90 191,44 223,20 127,74 174,99 5,12 103,83 77,49 121,39 21,55 184,64 34,75 69,07 128,24 77,25 81,67 92,96 2.789
Sumber : BPS sumut, 2011 Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa produksi jeruk siam Sumatera Utara pada tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan produksi tanaman lainnya. Produksi jeruk siam sebesar 781.512 ton dengan jumlah tanaman yang menghasilkan sebesar 3.505.309 pohon. Produksi jeruk siam mengalami peningkatan sebesar 7,82 persen bila dibandingkan produksi pada tahun 2009 sebesar 724.828 ton.
Tanaman ini memiliki rata-rata pertumbuhan produksi sebesar 5,96 persen per tahun selama tahun 2005 hingga tahun 2010. Dari tahun ke tahun peningkatan areal tanaman jeruk diikuti dengan peningkatan areal panen dan produksi, namun kualitas buah yang dihasilkan masih beragam, terutama bila dibandingkan dengan jeruk impor, sehingga hal ini mempengaruhi besarnya penawaran (Indiyawati, 1991). Jeruk memiliki prospek dan potensi pasar yang sangat baik di dalam maupun di luar negeri, maka pengusahaan komoditas tersebut memerlukan peningkatan pada tanaman baik kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas. Komoditi buah-buahan di Kabupaten Karo termasuk komoditi unggulan. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi komoditi jeruk. Varietas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah washington, sunkist, padang, siam madu, dan sebagainya. Selain jeruk, Kabupaten Karo juga menghasilkan buah-buahan lain seperti mangga, alpokat, pisang dan markisa (BPS Kabupaten Karo, 2011). Berikut data tanaman menghasilkan, luas panen, produktivitas, dan produksi jeruk siam (Tabel 1.2) menurut kabupaten/kota Tahun 2012 di Sumatera Utara : Tabel 1.2 Tanaman Menghasilkan, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jeruk Siam Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nias Madina Tap. Selatan Tap. Tengah Tap. Utara Toba Samosir
Tanaman Menghasilkan (Pohon) 3.162 63.600 25.401 16.418 95.715 5.508
Luas Produktivitas Produksi Panen (Kw/Ha) (Ton) (Ha) 7,9 152,44 120,5 159 550,43 8.751,90 63,5 1.021,25 6.485,20 41 100,55 412,7 239,3 573,67 13.727,30 13,8 379,67 522,8
7. 8. 9.
Lab.Batu Asahan Simalungun
10. 11. 12.
Dairi Karo D.Serdang
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Langkat Nias Selatan H. Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara Palutan Padang Lawas Nias Utara Nias Barat
24. 25.
Tj. Balai Tebing Tinggi
26. 27. 28. 29.
4.041 910 158.718
10,1 2,3 396,8
315,57 318,8 429,01 97,6 1.288,43 51.124,30
111.728 279,3 2.790.640 6.976,60 11.497 28,7
519,69 14.516,00 358,52 250.126,9 196,78 565,3
28 1.490 22.695 37.380 800 784 23 2.288 982 100 233
0,1 3,7 56,7 93,5 2 2 0,1 5,7 2,5 0,3 0,6
328,57 118,93 262,26 171,79 105 218,88 243,48 137,24 313,65 240 111,59
2,3 44,3 1.488,00 1.605,40 21 42,9 1,4 78,5 77 6 6,5
5 40
0 0,1
160 430
0,2 4,3
Medan 392 1 Binjai 206 0,5 P. Sidempuan 3.117 7,8 Gn. Sitoli 1.478 3,7 Jumlah 3.165.047 7.912,60 Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2013
115,31 11,3 165,05 8,5 124,99 97,4 241,41 89,2 442,78 350.353,5
Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa produksi jeruk siam di Kabupaten Karo pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan produksi jeruk siam di kabupaten lainnya. Produksi jeruk siam di Kabupaten Karo sebesar 250.126,9 ton dan produktivitas sebesar 358,52 kw/ha dengan tanaman menghasilkan 2.790.640 pohon. Daerah sentra produksi jeruk siam di Sumatra Utara berada di Kabupaten Karo. Kecamatan Tigapanah adalah salah satu sentra terbesar penghasil jeruk siam dari Kabupaten Karo dengan produksi sebesar 30,39 ton dan luas panen adalah 675 ha keempat terbesar dari kecamatan lain di Kabupaten Karo. (Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo, 2013).
Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, maka menjadi satu hal yang menarik untuk menganalisis usahatani jeruk siam di daerah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah penelitian ? 2. Bagaimana Perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ? 3. Bagaimana perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ? 4. Bagaimana perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama lama menghasilkan di daerah penelitian ? 5. Bagaimana perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ?
1.3 Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah Kecamatan Tigapanah.
2. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama lama menghasilkan di daerah penelitian . 5. Untuk menganalisis perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.
1.4 Kegunan Penelitian Ada pun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam melakukan usahatani jeruk. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk petani jeruk. 3. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan jeruk
1.5 Keaslian Penelitian 1. Model peneliian : dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan spesifikasi model ekonometrik, uji kesesuaian model (Test of Goodness of Fit) dan uji mann whitney dengan alat
bantu spss 16 dan analis usahatani serta kelayakan yaitu Net B/C, NPV, IRR. 2. Variabel penelitian : penelitian ini menggunakan satu varibabel terikat yaitu pendapatan dan 5 variabel bebas yaitu biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan. 3. Jumlah observasi/sampel : penelitian ini menggunakan sampel sebesar 60 petani, dan dibagi menjadi dua kriteria yaitu 30 orang untuk petani yang baru menghasilkan dengan umur tanaman < 14 tahun dan 30 orang untuk petani yang sudah lama menghasilkan dengan umur tanaman ≥ 14 tahun, dimana populasi adalah yang melakukan usahatani jeruk siam. 4. Waktu penelitian : penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Februari tahun 2015 5. Lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.