BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115o45’-116o40’ BT dan 8o10’ - 9o10’ LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu diwaspadai bahwa pulau ini tergolong labil dan rentan terhadap bencana dan kerusakan lingkungan. Argumentasi yang mendasari hal tersebut antara lain karena : 1. Ruang yang relatif kecil atau terbatas untuk menampung jumlah penduduk yang semakin meningkat. 2. Ketersediaan sumberdaya air yang terbatas. 3. Tergolong daerah yang rawan terhadap bencana (gunung berapi, gempa, tsunami, banjir, kekeringan, dan tanah longsor). 4. Daya dukung sumberdaya alam yang terbatas. Saat ini Pulau Lombok dihadapkan pada semakin langka dan rusaknya sumberdaya hayati khususnya sumber daya hutan, keterbatasan sumberdaya air, erosi dan kerusakan tanah, pengendapan (sedimentasi), abrasi pantai dan kerusakan terumbu karang (WWF Indonesia Program Nusa Tenggara, 2008). Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani adalah satu-satunya kawasan yang masih relatif utuh untuk memikul beban fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan di Pulau Lombok. Pentingnya keberadaan kawasan Gunung Rinjani ditunjukkan dengan hampir sepertiga dari total luas pulau Lombok adalah kawasan Gunung Rinjani. Fungsi utama
1
kawasan ini adalah sebagai daerah tangkapan air bagi wilayah DAS yang ada di pulau Lombok.
Kawasan
Gunung
Rinjani
merupakan
kawasan
yang
memiliki
keanekaragaman fungsi hutan (Taman Nasional, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas dan Tahura). Bentang lahan kawasan Gunung Rinjani meliputi daerah dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian lebih 3.000 mdpl. Keanekaragaman hayati yang tercakup di dalamnya sangat tinggi, meliputi berbagai tipe vegetasi hutan, antara lain : vegetasi hutan savana, hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan. Keanekaragaman fungsi hutan dan keanekaragaman hayati ini semakin menunjukkan bahwa kawasan Gunung Rinjani merupakan salah satu dari beberapa lokasi di Nusa Tenggara yang mendukung ekosistem hutan hujan dan berfungsi sebagai daerah resapan air utama untuk Pulau Lombok (WWF Indonesia Program Nusa Tenggara, 2008). Semakin meningkatnya jumlah penduduk juga dapat memicu terjadinya kerusakan hutan. Hasil penelitian yang dilakukan WWF Program Nusa Tenggara pada tahun 2008 menyebutkan bahwa penduduk Pulau Lombok berjumlah 2.960.641 jiwa, dari jumlah tersebut hampir 50% (1,5 juta jiwa) mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber utama penghasilan dan penghidupannya. Idealnya daya tampung lahan pertanian di Pulau Lombok adalah untuk 1,2 juta jiwa dengan luas kepemilikan ratarata 0,3 ha per jiwa. Padatnya jumlah penduduk yang tidak sesuai dengan daya tampung inilah akan menjadi salah satu faktor utama penyebab kerusakan hutan di kawasan Gunung Rinjani. Salah satu bagian dari kawasan Gunung Rinjani adalah Taman Nasional Gunung Rinjani yang secara jelas detetapkan sebagai kawasan konservasi. Dengan
2
demikian Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai kawasan pelestarian alam harus mempunyai ekosistem asli sebagai aspek pengawetan dan perlindungan, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, dan kegiatan wisata terbatas. Gunung Rinjani ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 280/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 dengan luas 40.000 ha (atau 41.330 ha menurut tata batas). Instansi pengelolanya ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada tanggal 31 Maret 1997 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-VI/1997. (TNGR, 2010). Seperti yang sudah dijelaskan pada paragaraf sebelumnya bahwa kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani juga mempunyai peran sebagai pengendali erosi, namun sampai saat ini tingkat erosi yang terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani belum diketahui dan bagaimana peran keberadaan kawasan terhadap pengendalian erosi. Taman Nasional dikelola dengan sistem zonasi, namun dalam penetapan zonasi khususnya di Taman Nasional gunung Rinjani belum mempertimbangkan tingkat erosi yang terjadi. Pertimbangan ini dirasa perlu karena mengingat kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani adalah kawasan pegunungan yang mempunyai topografi yang cukup ekstrim dan merupakan daerah tangkapan air bagi pulau Lombok. Untuk mengetahui peran atau kontribusi kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai pengendali erosi perlu dilakukan kajian tentang “Peran Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani Sebagai Pengendali Erosi di Wilayah DAS Amor-Amor Kabupaten Lombok Utara”.
3
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dirumuskan permasalah dalam penelitian sebagai berikut : 1. Berapa besar erosi dan tingkat bahaya erosi yang terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani Wilayah DAS Amor-Amor ? 2. Bagaimana hubungan faktor-faktor penyebab erosi terhadap besarnya erosi yang terjadi ? 3. Bagaimana erosi yang terjadi jika kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani mengalami kerusakan ? 1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui besarnya erosi di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani wilayah DAS Amor-amor. 2. Menganalis pengaruh faktor-faktor penyebab erosi dengan tingkat erosi yang terjadi. 3. Memprediksi erosi yang terjadi sampai dengan 10 (sepuluh) tahun mendatang dengan menggunakan beberapa skenario pemodelan.
4
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Tersedianya data yang menyajikan informasi mengenai kondisi biofisik, hidrologi dan tutupan lahan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani wilayah DAS AmorAmor. 2. Menyediakan analisa hubungan kondisi erosi yang terjadi saat ini dan erosi dimasa mendatang dengan beberapa skenario. 3. Menjadi pertimbangan dan masukan dalam pengelolaan ekosistem kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dan sumberdaya air dimasa mendatang.
5