BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pasar saham merupakan salah satu tujuan utama para investor untuk menginvestasikan dana mereka yang menganggur. Pasar saham juga berperan sebagai
alternatif
sumber
pendanaan
bagi
perusahaan-perusahaan
yang
menginginkan tambahan sumber pendanaan untuk melaksanakan strategi bisnis mereka. Dana yang dihimpun dari masyarakat atau investor-investor akan disalurkan ke perusahaan-perusahaan yang memerlukan pendanaan bagi kegiatan operasional perusahaan. Pengertian pasar saham sendiri, berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar saham, adalah bahwa Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut undang-undang tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim dikenal sebagai efek. Husnan (2005) dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, mendefinisikan bahwa pasar saham dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka 1
panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Berdasarkan dua definisi pasar saham di atas, dapat disimpulkan bahwa di pasar saham diperdagangkan berbagai instrumen-instrumen keuangan yang berfungsi sebagai sumber modal bagi perusahaan. Sumber modal ini dapat berupa hutang ataupun modal sendiri. Sumber modal hutang dapat berupa obligasi sedangkan sumber modal sendiri adalah berupa saham, waran, dan right. Dalam suatu pasar saham yang kompetitif, yaitu dimana dalam pasar saham tersebut terdapat banyak penjual dan pembeli, harga akan terbentuk berdasarkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Harga keseimbangan yang terbentuk tersebut merupakan pencerminan terhadap informasi yang tersedia di dalam pasar. Jika suatu informasi baru yang relevan masuk ke dalam pasar, dimana informasi tersebut berkaitan dengan aktiva tertentu, informasi tersebut akan menjadi instrumen analisis yang akan mempengaruhi nilai/ harga aktiva bersangkutan. Informasi tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran aktiva yang bersangkutan di pasar. Akibatnya, dengan adanya informasi baru tersebut harga keseimbangan akan bergerak menuju ke titik keseimbangan yang baru. Reaksi pasar terhadap munculnya suatu informasi yang mempengaruhi harga keseimbangan yang baru memerlukan suatu perhatian tersendiri. Kecepatan pasar dalam memberikan reaksi terhadap informasi untuk mencapai harga
2
keseimbangan yang baru dapat menjadi penanda apakah pasar dalam keadaan efisien atau tidak. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien. Menurut teori pasar efisien, harga saham di masa yang lalu seharusnya tidak memiliki predictive power terhadap harga di masa yang akan datang. Harga saham seharusnya bergerak secara acak (random). Akan tetapi muncul penyimpangan-penyimpangan yang secara terus menerus hadir dan memberikan dampak yang cukup besar yang disebut sebagai anomali pasar (market anomalies). Anomali adalah hasil empiris yang tidak dapat dijelaskan oleh teori. Fenomena anomali ini mengindikasikan bentuk pasar yang tidak efisien. Adanya kecenderungan-kecenderungan yang terjadi di pasar disebabkan oleh berbagai informasi yang diserap oleh pelaku pasar dan psikologi dari waktu perdagangan satu ke perdagangan lainnya (Setyawerdana, 2005). Anomali pasar didefinisikan oleh Jones (1996) sebagai teknik atau strategi yang tampaknya bertentangan dengan pasar efisien. Beberapa anomali yang banyak mendapat perhatian adalah anomali karena strategi PER rendah (low P/E ratios) dan anomali efek ukuran perusahaan (size effect). Ziemba dan Hensel (1994) membagi anomali pasar modal menjadi dua jenis yaitu fundamental anomalies dan seasonal anomalies. Jenis-jenis seasonal anomalies antara lain January effect, monthly effect, turn of the month effect, time of the month effect, holiday effect, Monday effect, dan day of the week effect. Sedangkan yang termasuk dalam fundamental anomalies antara lain price to earnings effect, price 3
to book effect, market capitalization effect, dividend yield effect, earnings trends and surprises dan mean reversion effect. Monthly effect adalah anomali musiman dan merupakan salah satu bentuk penyimpangan dari hipotesis pasar efisien bentuk lemah. Anomali ini dapat diketahui dari adanya fenomena return saham pada awal bulan lebih tinggi dibandingkan return saham pada hari perdagangan lainnya. Anomali pasar yang terjadi membuktikan bahwa terdapat penyimpangan terhadap hipotesis pasar efisien. Adanya anomali pasar dalam suatu pasar saham menunjukan bahwa kondisi pasar saham tidak sedang berada pada kondisi efisien secara penuh. Telah banyak penelitian-penelitian yang mencoba membuktikan bahwa inefisiensi pasar dan bentuk anomali pergerakan harga tersebut benar-benar ada. Beberapa anomali pasar yang telah diketahui dan diteliti adalah holiday effect, weekend effect, the day-of-the-week, dan month-of-the-year effect. Dalam hal ini, the month of the year akan muncul ketika return pada bulan tertentu lebih tinggi dibandingkan dengan return bulan-bulan lainnya. Hal ini menegasikan dugaan adanya efisiensi dalam pasar. Para trader akan dapat memperoleh keuntungan abnormal hanya dengan mengikuti pola return pasar bulanan yang terjadi. Pada dasarnya diperlukan kondisi pasar yang inefisien dimana return tidak sebanding dengan resiko (Agathee, 2008). Banyak penelitian yang mengungkapkan terjadinya month-of-the-year effect di pasar saham berbagai negara. Salah satu penelitian yang mengungkapkan terjadinya month-of-the-year effect adalah penelitian yang dilakukan oleh Agathee
4
(2008) tentang month-of-the-year effect terhadap pasar saham negara berkembang, yang dalam hal ini adalah Stock Exchange of Mauritius (SEM). Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa dalam satu tahun bulan yang memiliki return saham paling rendah rata-rata terjadi pada bulan Maret, sedangkan return saham yang paling tinggi rata-rata terjadi pada bulan Juni. Akan tetapi uji persamaan rata-rata return secara satistik menunjukan bahwa return saham sama untuk semua bulan dalam satu tahun. Penelitian terhadap bursa saham negara maju pernah dilakukan oleh George Marrett dan Andrew Worthington (2013). Mereka menemukan bahwa pada pasar saham Australia return saham memiliki kecenderungan maksimal pada bulan April, Juli dan Desember untuk saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar. Untuk kelompok saham dengan nilai kapitalisasi pasar kecil akan memiliki return maksimal pada bulan Januari, Agustus dan Desember. Untuk penelitian pengaruh bulan perdagangan terhadap return saham di pasar saham Indonesia pernah dilakukan oleh Siswanto (2001) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh bulan perdagangan terhadap return saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dimana ditemukan bahwa bulan Januari dan November memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kemudian, ditemukan juga bahwa tiap-tiap bulan perdagangan memberikan return saham yang berbeda. Penelitian-penelitian terdahulu memiliki rentang waktu yang masih kecil dan dilakukan ketika pasar saham Indonesia masih pada masa sebelum krisis
5
keuangan tahun 1998. Dalam penelitian ini peneliti ingin mencari tahu apakah bulan perdagangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004 hingga tahun 2013, seperti yang terjadi pada bursa-bursa di negara-negara maju. Penelitian ini juga ingin mencari tahu apakah terdapat bulan-bulan dalam satu tahun dimana return saham maksimal dan sebaliknya apakah terdapat bulan-bulan dalam satu tahun dimana return saham minimal.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang ingin diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah bulan perdagangan berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia? a. Apakah April Effect terjadi di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah pengaruh bulan perdagangan terhadap return saham berbeda untuk masing-masing kelompok industri di Bursa Efek Indonesia?
6
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguji pengaruh bulan perdagangan terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia, a. Menguji apakah April Effect terjadi di Bursa Efek Indonesia, 2. Menguji perbedaan pengaruh bulan perdagangan terhadap return saham pada masing-masing kelompok industri di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan di bidang pasar saham dan bermanfaat bagi berbagai pihak seperti investor, akademisi, dan peneliti. 1. Bagi investor, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai gambaran pola return saham bulanan yang terdapat pada pasar saham Indonesia, sehingga dapat membantu investor dalam mempertimbangkan keputusan investasi yang akan diambil. 2. Bagi fund manager, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi untuk menentukan waktu investasi yang tepat.
7
3. Bagi perusahaan atau emiten, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi atau acuan dalam menentukan kebijakan perusahaan seperti pembagian deviden dan stock split.
1.5. Batasan Penelitian Penelitian ini menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara bulan perdagangan terhadap return saham di pasar saham Indonesia (Bursa Efek Indonesia). Data yang digunakan terbatas dalam kurun waktu 2004 hingga 2013. Peneliti menganggap peristiwa-peristiwa lainnya tetap dan tidak mempengaruhi reaksi pasar saham Indonesia. Peneliti menggunakan data Indeks Harga Saham Gabungan sebagai indikator pasar saham Indonesia secara keseluruhan dan data Indeks Harga Saham Sektoral untuk mengetahui perbedaan pengaruh bulan perdagangan terhadap masing-masing kelompok industri di Bursa Efek Indonesia.
1.6 Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
8
BAB II: Tinjauan Pustaka Bab ini membahas teori-teori tentang month-of-the-year effect, January effect, dan April effect. Dalam bab ini dibahas pula berbagai penelitian terdahulu tentang pengaruh bulan perdagangan terhadap return saham di pasar saham Indonesia, dan hipotesis-hipotesis yang ingin dilakukan pengujian. BAB III: Metode Penelitian Bab ini membahas tentang jenis dan sumber data, periode penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variable, dan teknik analisis. Bab IV: Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas tentang analisis data dan pengujian hipotesis tentang adanya pengaruh bulan perdagangan terhadap return saham pasar saham Indonesia tahun perdagangan 2004 hingga 2013. Selain itu terdapat pula pembahasan dari hasil penelitian yang diperoleh. Bab V: Penutup Bab ini membahas tentang kesimpulan, keterbatasa, saran-saran dan implikasi penelitian terkait pengaruh bulan perdagangan terhadap return saham di pasar saham Indonesia tahun perdagangan 2004 hingga 2013.
9