12
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan di zaman modern saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Perkembangan teknologi ini tentu sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik dalam hal kehidupan sehari-hari hingga pendidikan seperti penggunaan internet yang kini banyak diperbincangkan termasuk penggunaannya dibidang pendidikan. Sistem yang terdapat di internet berisi jaringan komputer yang terhubung di seluruh dunia, dan menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses oleh murid. Internet juga mengandung informasi yang lebih baru ketimbang buku teks (Santrock, 2007). Oleh sebab itu internet tidak hanya digunakan sebagai sumber informasi tetapi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dikenal dengan istilah e-learning. Berbicara
e-learning,
kebanyakan
orang
akan
berpikir
bahwa
pembelajaran ini adalah pembelajaran dengan menggunakan komputer, seperti menurut Clark dan Mayer (dalam Kose, 2010), e-learning adalah kegiatan belajar yang dilakukan dengan menggunakan internet atau hanya komputer. Model pembelajaran e-learning melibatkan semua aktivitas pembelajaran baik secara offline maupun online dan dapat dilakukan secara synchronous atau
13
asynchronous melalui jaringan ataupun komputer pribadi dan perangkat elektronik lainnya (Naidu, 2006). Teknologi online juga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mendapatkan tambahan informasi dalam rangka memenuhi tuntutan kompetensi dan juga pengayaan. Untuk itu, pendidik/pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumbersumber digital untuk membantu peserta didik agar mencapai standar akademik.
Awalnya,
pemanfaatan
e-learning
sangat
diunggulkan
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional secara tatap muka (Husamah, 2014). Hal ini karena dengan e-learning, pembelajaran dapat lebih terbuka, fleksibel dan dapat terjadi kapan saja, dan dengan siapa saja. Kendala terbesar e-learning adalah interaktivitas langsung antara peserta didik dengan instrukturnya. Peserta didik memerlukan umpan balik dari pengajar dan sebaliknya pengajar juga memerlukan umpan balik dari peserta didiknya. Oleh karena itu munculah model pendidikan yang baru yang disebut dengan blended learning, yang menggabungkan model pendidikan e-learning dan model pendidikan tatap muka. Blended learning adalah konsep yang relatif baru dalam pembelajaran, dimana pengajaran disampaikan melalui gabungan pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh instruktur atau pengajar (Bielawski dan Metcalf, dalam Husamah, 2014). Blended learning adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan pengajaran tatap muka dan kegiatan pembelajaran berbasis komputer dalam
14
sebuah
lingkungan
pedagogis.
Hal
ini
mengungkapkan
bagaimana
pendidik/pengajar menjadi seorang literat pendidikan (sains), menemukan cara memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan mempertimbangkan dan berusaha mengintegrasikan keterampilan abad 21, yaitu kemampuan berpikir kritis, menguasai teknologi informasi dan mampu bekerjasama ke dalam proses belajar mengajar yang tepat untuk peserta didiknya (Graham dalam Husamah, 2014). Menurut Husamah (2014), blended learning memiliki empat komponen yaitu pertama tatap muka (face-to-face), yang merupakan kegiatan pembelajaran berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik. Kedua, e-learning online yang merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi serta didukung berbagai bentuk layanan belajar lainnya. Ketiga, e-learning offline yang merupakan pembelajaran yang dilaksanakan melalui media e-learning yang bersifat offline dapat diwujudkan dalam bentuk CD atau DVD. Keempat, m-learning yang merupakan pembelajaran memanfaatkan mobilitas dari perangkat handled/mobile, seperti ponsel, laptop dan notebook untuk memberikan fungsi pembelajaran yang dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun. Menurut Faizal (dalam Husamah, 2014), manfaat blended learning antara lain proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka saja, tetapi ada penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online, mempermudah dan mempercepat komunikasi antara pengajar dan peserta
15
didik (mitra belajar), serta membantu memotivasi keaktifan peserta didik untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif (2012) mengenai pengaruh blended learning terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa SMK, menunjukkan bahwa motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat secara signifikan karena penerapan model pembelajaran blended learning. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Novitayati (2014) mengenai pengaruh metode blended learning dan self-regulated terhadap hasil belajar kognitif IPS, ditemukan bahwa metode blended learning dapat meningkatkan self-regulated siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Menurut Husamah (2014), blended learning ini sejalan dengan enam unsur pembelajaran abad 21 yaitu menekankan pada penerapan pelajaran utama (core subject knowledge), menekankan pada pengembangan keterampilan belajar, memanfaatkan alat belajar untuk mengembangkan keterampilan belajar abad 21 (penggunaan teknologi) untuk mengembangkan keterampilan belajar, memberikan pembelajaran kepada peserta didik dalam konteks abad 21 (penerapan dan pengalaman dunia nyata), memberikan pembelajaran konten abad 21 (pemahaman dalam bermasyarakat dan dunia kerja), dan menggunakan assesmen abad 21 yang mengukur keterampilan abad 21 (penggunaan teknologi dalam mengukur keterampilan siswa). Salah satu penerapannya seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2014) yang mengatakan bahwa penerapaan model pembelajaran blended learning terbukti efektif dilihat dari
hasil belajar pada mata pelajaran KKPI
16
(Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi) dan peningkatan keaktifan serta motivasi belajar siswa. Namun, Noer (dalam Husamah, 2014) mengemukanan mengenai kekurangan blended learning salah satunya adalah kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik, dan orang tua) terhadap penggunaan teknologi. Pada SMK Tritech (Triadi Teknologi) informatika, model pembelajaran blended learning ini sudah diterapkan sejak berdirinya SMK tersebut pada tahun 2010. SMK Tritech ini adalah SMK berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memiliki tiga kompetensi keahlian yaitu Teknik Keterampilan Jaringan, Multimedia dan Rekayasa Perangkat Lunak. Penggunaan model pembelajaran blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan ini dapat dilihat dari terpenuhinya keempat komponen dari blended learning sendiri yaitu pertama, tatap muka (face-to-face) yang mana terjadi interaksi langsung antaara siswa dan guru di dalam kelas. Kedua, elearning online yang mana siswa menggunakan jaringan internet selama proses
belajar
mengajar
berlangsung
dan
siswa
mengakses
materi
pembelajaran salah satunya dari website sekolah atau ebook. Ketiga, elearning offlline yang mana terkadang guru menggunakan video/DVD dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Keempat, m-learning yaitu penggunan perangkat mobile seperti laptop atau notebook dalam menyampaikan materi atau mengakses materi ajar. Di SMK Tritech Informatika Medan, penyampaian materi pelajaran dilakukan oleh guru dengan menggunakan media laptop yang ditampilkan
17
pada TV LCD yang terdapat didalam kelas. Kemudian
siswa dapat
mengakses materi yang sedang diajarkan oleh guru melalui ebook, website sekolah ataupun melalui flashdisk. Selain penyampaian dan mengakses materi pembelajaran melalui website sekolah, penggunaan model pembelajaran blended learning juga digunakan ketika siswa mengikuti ujian, yang mana soal-soal ujiannya dapat diakses juga melalui website sekolah. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan wakil kepala sekolah SMK Tritech Informatika Medan “anak-anak disini diwajibkan satu orang satu membawa labtop, itu paling lama tiga bulan pertama masuk sekolah mereka harus sudah memiliki labtop masing-masing, karena guru akan menyampaikan materi belajar melalui TV LCD yang terdapat dimasing-masing ruangan kelas, dan anak-anak mengikuti proses belajar dengan membuka materi pembelajaran melalui labtop mereka masing-masing.Ujian kita juga udah pake sistem online, nanti semua soal mata pelajaran dimasukkan ke dalam website, jadi ketika ujian siswa langsung buka dari website itu soal-soalnya.” (komunikasi personal, November 2014) Selama
proses
belajar
berlangsung,
siswa
diperbolehkan
untuk
menggunakan laptopnya. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengakses hal-hal yang tidak sesuai dengan materi yang sedang diajarkan oleh gurunya. Selain itu, juga terdapat siswa yang sedang memainkan handphone mereka ketika proses belajar di dalam kelas sedang berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah SMK Tritech Informatika, beliau juga mengatakan bahwa kendala yang mereka hadapi adalah ketika siswa-siswanya diberi kesempatan untuk mengakses internet dan diberikan kebebasan untuk menggunakan jaringan internet yang disediakan oleh pihak sekolah. Sehingga ketika proses belajar
18
mengajar berlangsung, para siswa berkesempatan untuk mengakses hal-hal yang tidak sesuai dengan isi materi yang sedang diajarkan. Berikut kutipan wawancara yang kemukakan oleh wakil kepala sekolah dan guru SMK Tritech Informatika Medan, “ disini, kendala yang kami hadapi adalah kesempatan anak-anak mengakases internet sepuasnya, yang setiap pagi mereka diberi voucher Rp. 1000 untuk dipakai sepuasnya selama satu hari, terkadang kesempatan ini yang digunakan anak-anak ketika di dalam kelas, mereka membuka yang lain ketika guru sedang mengajar, makanya sekarang saya dan beberapa anggota saya berpatroli untuk memantau kegiatan belajar di kelas, jika ada yang ketahuan membuka yang lain, maka langsung kami tutup laptopnya dan kami sita”. (komunikasi personal, November 2014) “kendala yang kami hadapi di dalam kelas, kadang anak-anak ini suka membuka yang lain selain materi yang sedang kami ajarkan, karena itu tadi mereka bebas mengakses internet, terkadang mereka juga mengerjakan tugas dari mata pelajaran lain ketika guru sedang menerangkan”. (komunikasi personal, Januari 2015) Seorang guru yang memiliki perspektif mengajar adalah mereka yang berpengalaman dalam pengaturan sekolah dan memiliki struktur konseptual untuk memahami siswa di kelas. Guru seperti ini biasanya sudah berpengalaman dan mampu mengelaborasi secara baik materi pembelajaran. Mereka tahu cara “membaca” kelas, memahami detail materi pembelajaran, mampu melihat apa yang terjadi di kelas dan mengetahui apa yang harus dilakukan mengenai apa yang dilihat (Danim, 2010). Pada penerapaan blended learning di SMK Tritech Informatika Medan, ada guru yang menggunakan strategi, yang mana beliau tidak memperbolehkan siswanya membuka laptop sebelum beliau memerintahkannya. Namun ada juga yang langsung mengambil laptop siswanya, jika siswanya ketahuan membuka materi yang lain selain materi yang sedang diajarkan oleh gurunya di dalam kelas.
19
Menurut Undang-undang No 14. Tahun 2005, mengatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademis, kompetensi (kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, dan professional), sertifikat akademis, sehat jasmani dna rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selain itu, guru haruslah memiliki kemampuan atau keahlian sebagai seorang pengajar dalam hal menjalankan tugas mereka. Untuk itu seorang guru dituntut memiliki kemampuan pedagogis yang baik, yang mana guru bertanggungjawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa, agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kemajuan dibidang pedagogi sendiri (Danim, 2010). Salah satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi menurut Hallam dan Ireson (dalam Danim, 2010). Pertama, pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran. Kedua, pengetahuan tentang teori belajar. Ketiga, pengetahuan tentang konsep yang berbeda dari mengajar. Keempat, pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran serta interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran, dan jenis pembelajaran. Kelima, memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas. Keenam, pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di SMK Tritech Informatika Medan, mereka mengatakan bahwa mereka tidak
20
mengetahui atau tidak pernah mendengar istilah blended learning, padahal model pembelajaran blended learning ini sendiri sudah mereka jalankan atau mereka terapkan sejak awal sekolah tersebut didirikan. Berikut ini kutipan wawancaranya “apa itu blended learning?. Mata pelajaran saya pake sistem online, siswa-siswanya nanti ngambil materi yang udah dimasukkan di website sekolah, kadang nanti mereka saya suruh cari bahan di internet, terus mereka diskusi perkelompok, nanti baru mereka presentasikan hasil diskusinya di depan kelas.”(komunikasi personal, Januari 2015) “apa itu?. Kalau mata pelajaran saya materinya sudah ada di website sekolah, karena guru-guru wajib memasukkan materi ajarnya ke wbsite sekolah, jadi anak-anak bisa akses terus mereka bisa baca bahan dulu sebelum masuk kelas” (komunikasi personal, Januari 2015) “apa itu blended learning?, saya baru dengar. Mata pelajaran saya sudah ada di website sekolah, jadi anak-anak tinggal akses materi yang akan saya bawakan di dalam kelas, kadang mereka mencari informasi tambahan dari sumber-sumber lain di internet juga” (komunikasi personal, Januari 2016) Informasi ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak mengetahui model pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah tempat mereka mengajar. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana seorang guru mempersepsikan sesuatu yang berdasarkan dengan pengetahuan dan pengalaman mereka sebelumnya. Persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000) sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. Lahey (2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan interpretasi informasi yang kita dapatkan dari luar. Menurut Itelson (dalam Bell, 2001) persepsi memiliki empat aspek, yaitu kognitif, afektif, interpretatif dan evaluatif. Aspek kognitif meliputi bagaimana
21
individu berpikir, mengorgansasikan dan menyimpan informasi. Aspek afektif meliputi perasaan yang mempengaruhi bagaimana individu mempersepsi sesuatu. Aspek interpretatif meliputi sejaumana individu memaknai sesuatu. Terkahir aspek evaluatif, meliputi bagaimana individu menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan buruk. Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru SMK Tritech Informatika
Medan,
cenderung mendukung
penggunaan
dari
model
pembelajaran blended learning di sekolah mereka, seperti kemudahan yang mereka rasakan ketika mengajar di dalam kelas, guru melihat bahwa siswasisnya menjadi lebih mandiri, dan dapat memperoleh informasi tambahan melalui penggunaan jaringan internet, berikut kutipan wawancara “menurut saya bagus, karena anak-anak tidak hanya mendapatkan informasi dari guru, mereka dapat mencari informasi-informasi tambahan diinternet, dan model seperti ini juga tidak membuat anakanak bosan, karena mereka tidak hanya mendapatkan ceramah dari guru dan anak-anak menjadi aktif mencari informasi diinternet”. (komunikasi personal, Januari 2015) “menurut saya cukup bagus, karena anak-anak menjadi lebih mandiri ya, tidak banyak bergantung dengan yang lain. Istilahnya membuat anak-anak menjadi lebih aktif”. (komunikasi personal, Januari 2015) “kalau menurut saya bagus ya, karena ketika di dalam kelas anakanak dapat mencari apa yang saya suruh pada saat itu juga, misalnya saya suruh cari simufrasi, nah pada saat itu juga mereka bisa langsung cari apa itu simufrasi”. (komunikasi personal, Januari 2015) Pengetahuan atau pengalaman sebelumnya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang dalam mempersepsi sesuatu. Dalam hal ini adalah pengetahuan atau pengalaman guru-guru yang ada di SMK Tirtech informatika medan mengenai model pembelajaran blended learning yang merupakan model pembelajaran yang diterapkan di SMK tersebut.
22
Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Taiwo (2009) mengenai
persepsi guru terhadap peran media dalam mengajar di dalam kelas, mengatakan bahwa guru-guru memerlukan pelatihan dalam penggunaan media teknologi yang akan diterapkan di dalam kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan media teknologi di dalam kelas, guruguru masih memerlukan pelatihan dalam penerapan media teknologi di dalam kelas yang notabennya mereka memiliki latar belakang pendidikan guru. Sedangkan guru-guru yang ada di SMK Tritech Informatika Medan, sebagian mereka sudah memiliki kompetensi dalam hal penerapan media teknologi di dalam kelas, namun memiliki latar belakang pendidikan bukan guru, untuk itu mereka memerlukan adanya pembinaan dan pengembangan dalam kompetensi pedagogi. Hal ini sesuai dengan Undang-undang N0.14 Tahun 2005 pasal 32 yang berbunyi pembinaan dan pengembangan guru meliputi pengembangan profesi dan karier yaitu pengembangan dan pembinaan kompetensi pedagogi, kopetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Berdasarkan pengamatan peneliti, SMK Tritech Informatika Medan adalah SMK yang menggunakan model pembelajaran blended learning yaitu gabungan model pembelajaran tatap muka dan e-learning. Hal ini dilihat dari terpenuhinya keempat komponen blended learning itu sendiri yaitu face to face, e-learning online, e-learning offline, maupun m-learning. Model pembelajaran ini sudah diterapkan sejak awal berdirinya SMK Tritech Informatika Medan, yang mana guru-guru di SMK ini telah memiliki pengalaman dalam penerapan model pembelajaran blended learning hingga
23
saat ini. Namun, guru-guru yang ada di SMK Tritech ini tidak mengetahui istilah blended learning yang merupakan model pembelajaran yang diterapkan di SMK tersebut, dan model pembelajaran blended learning ini juga sudah mereka
gunakan
walaupun
masih
terdapat
kekurangan
dalam
pelaksanaanyanya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran persepsi para guru terhadap model pembelajaran blended learning yang ada di SMK Tritech Informatika Medan . B. Rumusan Masalah Dari pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan “bagaimana persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara
teoritis
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
untuk
pengembangan ilmu psikologi terutama dalam psikologi pendidikan dan juga untuk memperkaya wawasan ilmu pengetahuan mengenai blended learning.Selain itu penelitian ini diharapkan menambah kepustakaan dalam bidang psikologi pendidikan dan hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya.
24
2. Manfaat praktis a) Pada pihak sekolah Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai bagaimana persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika. Selain itu juga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam penerapan model pembelajaran blended learning di SMK Tritech Informatika Medan. Sehingga dapat dilakukan adanya peningkatan kualitas dalam penerapan model pembelajaran blended learning itu sendiri. b) Pada Guru Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada para guru/staf pangajar mengenai persepsi mereka dan untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai model pembelajaran blended learning dan mengoptimalkan proses belajar mengajar di dalam kelas yang sesuai dengan pedagogis. b) Pada penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai blended learning.
25
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah: BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab ini, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI Pada bab ini, berisi penguraian teori-teori yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti teori persepsidan teori belended learning.
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang penggunaan pendekatan kuantitatif, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan validas dan reliabilitas alat ukur.
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian baik gambaran umum maupun hasil utama dari penelitian. Pada Bab ini juga terdapat pembahasan mengenai hasil penelitian yang sudah didapatkan.
26
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil dari penelitian, juga saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.