BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebelum menetapkan untuk berinvestasi pada suatu aset, tentunya investor akan mencari informasi mengenai aset tersebut. Investor saham pada umumnya akan membaca koran pada bagian bisnis atau melihat kutipan online mengenai saham favorit mereka. Seperti pada Reuters dan media lainnya, informasi saham yang terdapat disana pada umumnya adalah informasi mengenai harga saham, kapitalisasi pasar, volume perdagangan, serta rasio-rasio keuangan seperti PER, ROA, dan ROE. Informasi-informasi tersebut disajikan tentunya untuk memberikan kemudahan kepada investor dalam melakukan penilaian terhadap suatu saham. Valuasi atau penilaian, memegang peranan penting dalam banyak bidang keuangan, seperti dalam keuangan perusahaan, merger dan akuisisi, juga dalam manajemen portofolio. Setiap aset, baik aset finansial maupun aset riil, pasti memiliki nilai. Kunci untuk sukses dalam berinvestasi dan mengelola aset tersebut terletak pada pengertian tidak hanya mengenai apa nilai itu sendiri, tetapi juga pada sumber-sumber yang menciptakan nilai itu (Damodaran, 2002). Investor yang baik tentunya melakukan berbagai pertimbangan sebelum melakukan investasi, seperti mempertimbangkan tujuan investasi, return, dan risiko. Tujuan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan.
Selain peningkatan kesejahteraan, tujuan investasi yang lebih luas yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa mendatang, mengurangi tekanan inflasi, dan dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2001). Meski begitu, sejatinya tujuan investasi masing-masing investor dapat berbeda, hal tersebut bisa terjadi karena masing-masing investor memiliki preferensi pribadi yang berbeda satu dengan yang lain. Tujuan investor yang berinvestasi pada saham adalah mendapatkan keuntungan berupa capital gain dan dividen sebanyak-banyaknya. Hal yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan sebelum melakukan investasi adalah return dan risiko. Return dan risiko bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Artinya dalam berinvestasi, disamping menghitung return yang diharapkan, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. William Sharpe dan John Lintner (1964) dalam Hanafi (2008), menghubungkan risiko dengan return portofolio dan keseimbangan pasar keuangan menggunakan sebuah model yang disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM menghitung besarnya premi risiko yang pantas diterima investor. Implikasi CAPM adalah semakin besar risiko sistematis pasar, semakin tinggi tingkat keuntungan sebuah aset dan hubungan risiko sistematis dengan return bersifat linear. Namun, teori ini menuai banyak kritik karena menggunakan asumsi-asumsi yang dinilai tidak realistis. Salah satu risiko dalam berinvestasi adalah risiko likuiditas. Peneliti yang pertama-tama mencetuskan teori likuiditas adalah Amihud dan Mendelson (1986). Amihud dan Mendelson memperkenalkan teori likuiditas, dimana saham dengan volume perdagangan rendah cenderung kurang likuid, sehingga investor
menginginkan return yang lebih tinggi. Investor terbukti mempertimbangkan risiko likuiditas dalam menilai suatu aset. Amihud (2002) menyatakan adanya hubungan negatif dan signifikan antara likuiditas dengan return saham, dimana semakin likuid suatu saham, return yang dihasilkan juga semakin kecil. Hal ini terjadi karena saham likuid dinilai memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan saham tidak likuid, sehingga return yang diberikan sebagai kompensasi atas risiko yang rela investor tanggung, juga lebih kecil. Chordia et al. (2001) menyatakan bahwa investor yang bersedia menanggung risiko likuiditas selayaknya diberi penghargaan lebih, yaitu dengan memberi return lebih tinggi. Pastor dan Stambaugh (2003) menyatakan bahwa harga suatu aset harus mencerminkan premium atas sensitifitas suatu saham terhadap likuiditas pasar, yaitu saham yang memiliki tingkat paparan terhadap gejolak likuiditas pasar (risiko sistematis) yang lebih tinggi, seharusnya mendapatkan return yang lebih tinggi pula. Menurut Reilly dan Rotkowski (2007) likuiditas adalah kemampuan (ketidakmampuan) pemilik untuk menjual sekuritas baik secara individu maupun kelompok dengan cepat dan dalam jumlah besar. Sekuritas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saham, sehingga saham yang likuid adalah saham yang secara aktif diperdagangkan atau saham dengan aktivitas transaksi yang tinggi di bursa efek, sedangkan saham yang tidak likuid adalah saham yang pasif diperdagangkan
atau saham dengan aktivitas transaksi yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan volume perdagangan yang tinggi (rendah). Menurut Bogdan, Baresa dan Ivanovic (2012), sumber ketidaklikuidan (kecuali makro ekonomi) adalah (1) biaya transaksi, (2) kesulitan menemukan mitra yang ingin dan mampu untuk melakukan transaksi dengan harga dan kuantitas yang disetujui, (3) jika investor terjebak dalam memegang saham tertentu, dan (4) spread yang tinggi antara harga bid-ask. Semakin tidak likuid suatu saham, maka investor akan meminta imbalan yang lebih tinggi atas risiko yang harus ditanggungya, sehingga hubungan likuiditas dangan return saham adalah negatif. Return saham tidak hanya dipengaruhi oleh likuiditas, karakteristik perusahaan juga memegang peranan penting dalam pembentukan return. Menurut Hanafi (2008) dan Tandelilin (2010) setidaknya ada tiga karakteristik perusahaan (model empiris) yang pada umumnya mempengaruhi return saham, yaitu ukuran perusahaan (size), nilai pasar per nilai buku (market-to-book value), dan dividen per harga saham (earing price). Banz (1981) menemukan adanya size effect, dimana saham perusahaan kecil mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan return yang lebih besar. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Reinganum (1981) dalam Tandelilin (2010) yang menemukan adanya return tak normal pada saham perusahaan kecil. Hal ini terkait risiko, dimana perusahaan kecil mempunyai probabilitas kegagalan yang lebih besar dibandingkan perusahaan besar, sehingga return yang diberikan kepada investor juga harus lebih besar untuk kesediaan investor mengkompensasi risiko. Chan, Chen, dan Hsieh (1985) menyatakan bahwa
ada perbedaan return sebesar 1,5% per tahun antara portofolio perusahaan kecil dibandingkan dengan portofolio perusahaan besar. Nilai pasar per nilai buku juga terbukti memiliki hubungan dengan return. Dalam penelitian Fama dan French (1992) market-to-book bersama-sama dengan size dapat mempengaruhi return saham. Chan, Hamao, dan Lakonishok (1991) menemukan adanya perbedaan return saham antara perusahaan yang memiliki market-to-book tinggi dengan perusahaan yang memiliki market-to-book rendah. Sedangkan Lakonishok, Shleifer, dan Vishny (1994) dalam Tandelilin (2010) menemukan perbedaan return antara perusahaan dengan market-to-book tinggi dengan perusahaan dengan market-to-book rendah sebesar 7.8% per tahun. Karakteristik perusahaan yang lain adalah earning price (E/P) atau kita sering menyebutnya price-to-earning ratio (PER). Basu (1977) menemukan adanya hubungan negatif antara PER dengan return saham, dimana return cenderung menjadi lebih besar jika bergerak dari portofolio dengan PER tinggi ke portofolio dengan PER rendah. Sedangkan, Fama dan French (1992) menemukan keterkaitan PER dengan karakteristik perusahaan lainnya, seperti size dan market-to-book, dimana PER berkorelasi positif dengan market-to-book dan size, serta berkorelasi negatif dengan return. Penelitian mengenai likuiditas dan hubungannya dengan return saham sudah
banyak
dilakukan
di
Indonesia.
Kambuaya
(2008)
mencoba
mengimplementasikan asset pricing theory pada return saham menggunakan beberapa proksi likuiditas, seperti volume perdagangan, size, dll. Hasil
menunjukkan bahwa proksi yang paling dominan menjelaskan illikuiditas terhadap return saham adalah volume perdagangan. Silistyowati (2011) membandingkan dua pengukuran likuditas, yaitu order based measures dan trade based measures dan membagi saham ke dalam empat kelompok berdasarkan tingkat likuiditasnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif pada kelompok saham paling likuid dan berpengaruh negatif pada kelompok saham paling tidak likuid. Rosalina (2013) menganalisis pengaruh likuiditas saham terhadap return saham dengan menggunakan bid-ask spread, turnover, dan volume perdagangan sebagai proksi likuiditas. Hasil menunjukkan bahwa likuiditas saham berpengaruh terhadap return saham. Proksi likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap return saham. Penelitian yang membahas mengenai likuiditas dengan menyertakan karakteristik perusahaan guna mengetahui pengaruhnya pada return saham belum banyak dilakukan di Indonesia. Sebagian besar hanya memfokuskan pada salah satu topik tersebut. Pasar modal Indonesia juga berkembang pesat sejak tahun 1977. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatknya nilai kapitalisasi di pasar modal Indonesia (Tandelilin, 2010). Alasan tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian guna mengetahui pengaruh likuiditas beserta karakteristik perusahaan pada return saham di Bursa Efek Indonesia menggunakan trade based measures, yaitu volume perdagangan, turnover, dan trading value.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah likuiditas memiliki berpengaruh pada return saham? 2. Proksi likuiditas manakah yang paling baik berpengaruh pada return saham? 3. Apakah karakteristik perusahaan berpengaruh pada return saham?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memberi bukti empiris ada atau tidak adanya hubungan likuiditas dengan return saham, menggunakan volume perdagangan, turnover, dan trading value sebagai proksi likuiditas, mengetahui proksi likuiditas mana yang paling dominan, dan apakah karakteristik perusahaan mempunyai pengaruh pada return saham.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi dan akademisi: 1. Bagi praktisi Dengan mengetahui tentang hubungan likuiditas dengan return saham, maka: (a) Manajemen perusahaan dapat membuat keputusan yang tepat dalam mengeluarkan jumlah saham beredar di bursa efek dan pemberian return guna menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan, (b) Investor bisa menjadikan penelitian ini sebagai bahan
referensi untuk melakukan analisis sebelum mengambil keputusan investasi. 2. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan empiris yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya tentang pengaruh likuiditas dan karakteristik perusahaan terhadap return saham. Hasil penelitian diharapkan juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya bagi akademisi, khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara pengaruh likuiditas pada return saham.
1.5 Sistematika Penelitian Sistematika terdiri dari lima bab yang tersusun sebagai berikut: BAB 1: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan dalam penelitian dengan judul Pengaruh Likuiditas pada Return Saham (Studi Empiris pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013) ini.
BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini membahas mengenai berbagai hal yang berkaitan dan menjadi landasan pemilihan variabel-variabel dalam penelitian ini. Berbagai hal tersebut diantaranya adalah landasan teori, seperti teori pasar modal, return saham (termasuk
jenis dan hubungannya dengan variabel lain), risiko investasi (termasuk sumber dan tipe risiko), likuiditas (termasuk berbagai proksi likuiditas yang digunakan), teori portofolio, penelitian-penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis penelitian.
BAB III: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai populasi dan sampel data yang digunakan, jenis dan sumber data, definisi variabel-variabel operasional (variabel dependen, variabel independen, dan variabel kontrol), metodologi analisis data, serta pengujian hipotesis dalam penelitian ini.
BAB VI: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi deskripsi sampel penelitian, analisis statistik deskriptif, pemilihan terbaik model regresi data panel, seperti Pooled Least Squares, Fixed Effect Model, serta Random Effect Model, pemaparan hasil regresi, dan uji hipotesis mengenai temuan empiris yang diperoleh menggunakan uji F dan uji t, pembahasan, serta implikasi penelitian.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian terakhir dari penelitian ini yang menguraikan hasil pembahasan dari bab-bab sebelumnya, yaitu berupa kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan hasil penelitian.