1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya manusia yang potensial perlu diciptakan dengan baik secara fisik, mental maupun psikososial dan penanganan secara integrative (Depag, 2001). Dewasa ini, pergaulan antara remaja putri dan putra telah mengalami pergeseran nilai, diantaranya yang akhir-akhir ini banyak terjadi adalah maraknya pergaulan bebas para remaja yang menjurus pada kebebasan dalam berhubungan dengan lawan jenisnya yang tentu saja tidak dalam ikatan perkawinan yang sah. Sukar untuk dibuktikan dengan pasti, apakah gejala tersebut merupakan salah satu unsur dari pada modernisasi ataupun gejala dari masyarakat yang modern. Kenyataan yang ada bahwa para remaja telah bergaul lebih bebas bila dibandingkan dengan masa lampau. (Noviana, 2004). Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya pelayanan kesehatan bagi remaja, misalnya saja bimbingan dan konseling tentang alat reproduksi remaja yang mulai mengalami perubahan. Konseling dalam pelayanan kesehatan bisa diberikan oleh Konselor Perkawinan, Konselor AIDS, Konselor Reproduksi Sehat, Konselor Keluarga, Konselor Ketergantungan Obat, dsb. Ketrampilan konselor ini diperoleh melalui semacam pelatihan, kursus atau model pengayaan lain yang sifatnya pendidikan jangka pendek (Depag, 2001). Remaja merupakan generasi harapan bangsa namun disisi lain mereka menghadapi
banyak
permasalahan
yang
mungkin
akan
mengganggu
perkembangan fisik maupun psikologis mereka selanjutnya. Permasalahan yang
2
banyak dihadapi oleh para remaja diantaranya adalah hubungan seksual pranikah dan kesehatan reproduksi. (Iskodariyah, 2005) Kesehatan reproduksi remaja sudah menjadi isu global dengan berbagai alasan, misal jumlah remaja yang begitu besar, penyiapan sumber daya manusia untuk mewujudkan keluarga berkualitas dimasa mendatang, perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja yang berkualitas, dan pengetahuan remaja mengenai masalah kesehatan reproduksi masih relatif rendah. Namun disisi lain, para remaja saat ini baik didaerah pedesaan maupun perkotaan cenderung menyetujui hubungan seksual sebelum menikah. (Anonim, 2005) Perilaku hubungan seksual sebelum menikah makin sering dipraktekkan oleh para remaja. Hasil Baselin Survai Lentera Sahaja PKBI Jogjakarta tahun 2002 memperlihatkan bahwa perilaku seksual remaja mencakup kegiatan mulai dari berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, necking, petting, hubungan seksual, sampai dengan hubungan seksual dengan banyak orang. Penelitian Sahabat Remaja tahun 2002 tentang perilaku seksual di empat kota menunjukkan bahwa 3,6% remaja dikota Medan, 8,5% remaja dikota Jogjakarta dan 3,4% remaja dikota Surabaya serta 31,1% remaja dikota Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif (Tito, 2005) Penelitian Djaelani yang dikutip Saifuddin pada tahun 1999, menyatakan bahwa 90% remaja menyatakan membutuhkan nasehat mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Namun sebagian besar dari remaja justru tidak dapat mengakses sumber informasi melalui jalur formal, terutama dari lingkungan sekolah dan petugas kesehatan. Maka dari itu, kecenderungan yang muncul
3
adalah coba-coba sendiri mencari sumber informal. Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B. Hurlock (1994) informasi mereka coba penuhi dengan cara membahas bersama teman-teman, buku-buku tentang seks atau mengadakan percobaan
dengan
jalan
masturbasi,
bercumbu
atau
berhubungan
seksual.(Anonim, 2005) Masyarakat Indonesia umumnya menganggap bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi dinilai masih tabu untuk dibicarakan dengan remaja. Ada asumsi untuk membicarakan persoalan seksualitas kepada remaja, sama halnya memancing remaja untuk melakukan tindakan coba-coba.(Anonim, 2005) Data yang diperoleh dari Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah, dari Januari 2002 hingga April 2004 telah tercatat sebanyak 341 remaja yang melakukan hubungan seks pranikah, 101 remaja putri yang mengalami hamil pranikah, 66 remaja yang mengalami IMS, 63 remaja yang mengalami kelainan fungsi seksual, dan 56 remaja putri yang melakukan aborsi. Remaja SLTA yang melakukan konsultasi melalui telepon, surat dan tatap muka tercatat 1871. Jumlah ini menduduki peringkat kedua terbesar dari remaja yang melakukan konsultasi dari berbagai tingkat pendidikan.(Anonim, 2002 – 2004) Tingginya prevalensi hubungan seksual pranikah disebabkan karena kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sehingga mereka mengalami kasus kekerasan seksual yang tidak diinginkan.(Anonim, 2005) Remaja merupakan kelompok usia yang labil dan sedang mencari identitas diri, sangat memungkinkan untuk terpengaruh berbagai macam budaya dan gaya hidup. Remaja dijadikan segmen pasar yang sangat menguntungkan kaum
4
kapitalis. Mereka bersaing memberikan penawaran untuk memenuhi kebutuhan remaja. Kalau remaja membutuhkan identitas, maka dunia bisnis bisa menawarkan dan menjual berbagai macam identitas bagi para remaja ini.(Iskodariyah, 2004) Kasus remaja mengenai hubungan seksual pranikah juga menjadi perhatian bagi perawat untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kesehatan reproduksi dan hubungan seksual pranikah serta menjadi role model. Oleh karena itu, perawat harus memahami dengan benar pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksualitas. Siswa SMA merupakan salah satu kelompok remaja yang terlibat pada kasus hubungan seksual pranikah. Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Kurikulum SMA Kesatrian 2 Semarang, belum pernah dilakukan penelitian tentang pengetahuan kesehatan reproduksi dan hubungan seksual pranikah pada SMA tersebut. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Remaja tentang Hubungan Seksual Pranikah di SMA Kesatrian 2 Semarang”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian : Adakah Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Remaja tentang Hubungan Seksual Pranikah di SMA Kesatrian 2 Semarang.
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Peneliti ini bertujuan untuk menganalisa
hubungan pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah di SMA Kesatrian 2 Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasikan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Kesatrian 2 Semarang. b. Mengetahui sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah di SMA Kesatrian 2 Semarang c. Menganalisa hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah di SMA Kesatrian 2 Semarang
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah serta mengaplikasikan ilmu keperawatan maternitas dan komunitas. 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya remaja tentang manfaat kesehatan reproduksi dan dampak hubungan seksual pranikah. 3. Bagi Keperawatan
6
Mengharapkan perawat untuk berpartisipasi dalam memberikan informasi yang luas kepada masyarakat, khususnya remaja dan orang tua tentang kesehatan reproduksi dan pendidikan seks serta menjadi role model. 4. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan pendidikan seks pada remaja dan mengambil kebijakan yang ketat.