BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Relevansi Program AIESEC UGM Terhadap Kebutuhan Masyarakat Sasaran B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL 1. Orisinalitas Beberapa penelitian evaluasi mengenai program pemberdayaan masyarakat telah banyak diangkat khususnya yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat maupun perusahaan, namun untuk program yang dilaksanakan oleh organisasi pemuda, sejauh ini masih jarang ditemukan. Penelitian tentang organisasi AIESEC sudah pernah beberapa kali dilakukan, akan tetapi dengan tema yang berbeda-beda misalnya tentang sistem audit yang dilakukan oleh AIESEC Indonesia, kepuasan mahasiswa bekerja di AIESEC Bandung, sistem pemilihan lokasi konferensi AIESEC, AIESEC sebagai organisasi internasional, dan sebagainya, namun belum ada yang meneliti program pemberdayaan AIESEC di UGM, khususnya program Global Community Development Program. Penelitian ini termasuk tantangan baru dengan semakin kompleksnya bentuk organisasi di masyarakat dan berbagai pergeseran pengertian pembangunan
di
masyarakat
itu
sendiri
dalam
mencapai
kesejahteraan.
1
2. Relevansi
dengan
Jurusan
Pembangunan
Sosial
dan
Kesejahteraan Program pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan oleh siapa saja, mulai dari pemerintah, swasta, lembaga maupun masyarakat itu sendiri, dimana masyarakat membentuk kelompokkelompok ataupun komunitas-komunitas sesuai dengan minat dan tujuannya dan mengembangkan diri mereka sesuai dengan minat tersebut. Proses tersebut juga termasuk dalam pembangunan sosial yang juga merupakan salah satu gejala kesejahteraan. Sebagai organisasi internasional yang berminat terhadap kepemimpinan pemuda, AIESEC percaya bahwa pemuda memiliki peran penting di masyarakat maka mereka harus dapat memberikan dampak positif ke masyarakat, salah satu caranya adalah melalui program Global Community Development Program. Program ini adalah program pembangunan masyarakat yang dirancang oleh pemuda yang tergabung di dalam organisasi AIESEC sesuai dengan kebutuhan masyarakat di sekitar Local Committee. Tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar, akan tetapi juga para pemuda lain dari seluruh dunia. Dimana hasil akhir dari program ini diharapkan dapat membawa perubahan maupun dampak positif di masyarakat. 3. Aktualitas Seiring perkembangan masyarakat dari berbagai sisi dalam kehidupan, membawa masyarakat maupun pemerintah pada titik mereka harus bersaing secara global. Banyak tantangan yang harus
2
dihadapi dan diselesaikan menghadapinya, salah satunya yang paling aktual adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN dimana ketika waktunya tiba, bukan hanya secara perdagangan saja yang akan terpengaruh, namun juga budaya, perilaku, hingga ketenagakerjaan. Melihat hal tersebut, AIESEC sebagai organisasi internasional yang sudah berada di 128 negara, berupaya berkontribusi ke masyarakat melalui
program-program
yang
mereka
miliki,
melibatkan
masyarakat di dalamnya. Sehingga masyarakat tidak lagi asing dengan perubahan. C.
Latar Belakang AIESEC adalah organisasi internasional yang sudah berdiri di dunia
sejak tahun 1948. Organisasi ini berdiri setelah perang dunia kedua, dengan kepanjangan Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales yang diambil dari bahasa Prancis, apabila diartikan secara harfiah ke Bahasa Indonesia maka berati menjadi Asosiasi Pemuda Internasional yang bergerak di Ilmu Ekonomi dan Perdagangan. Definisi AIESEC sendiri adalah organisasi non-politis, independen, not-forprofit yang dijalankan oleh para mahasiswa dan recent graduates dari berbagai institusi perguruan tinggi (aiesec.org, 2014). Pemuda-pemuda dunia, khususnya di Eropa pada saat itu menyadari bahwa perdamaian di dunia dapat diwujudkan apabila satu negara dengan yang lain saling membantu bahu membahu untuk membangun dunia. Hal inilah yang mendasari visi AIESEC, yaitu Peace and fulfillment of humankind’s potential – Perdamaian dan pemenuhan potensi manusia. Dalam rangka
3
mewujudkan perdamaian tersebut, para pemuda melakukan kerja sosial (volunteering) dimana mereka saling membantu dalam hal pembangunan infrastruktur, tenaga medis maupun kebutuhan lainnya. Melalui kegiatan tersebut,
para
pemuda
melalui
AIESEC
berupaya
menyampaikan
pemahaman nilai maupun budaya dan saling bertukar pandangan, sehingga masyarakat pada umumnya memahami bahwa perdamaian di dunia haruslah ditegakkan dan sebagai warga negara dunia sudah selayaknya kita saling membantu dan menguatkan satu sama lain. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan global, dan meredanya perang, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh AIESEC pun semakin berkembang dan tidak hanya pada kerja sosial saja, akan tetapi menyesuaikan dengan kebutuhan dan isu di dunia yang dimana kegiatan tersebut mereka percaya dapat menyelesaikan berbagai isu di dunia dan mempertahankan perdamaian, dengan bertukar pemahaman ataupun nilai-nilai melalui pertukaran pelajar. Pada tahun 1984, AIESEC berdiri di Indonesia diawali di Universitas Indonesia dan Universitas Brawijaya. Dari tahun ke tahun terus berkembang hingga kini AIESEC telah berdiri di 27 Universitas, 12 kota dan 4 pulau di Indonesia, antara lain (1) AIESEC Universitas Indonesia, (2) AIESEC Universitas Andalas, (3) AIESEC Prasetiya Mulya, (4) AIESEC Bina Nusantara, AIESEC Bandung (termasuk (5) Universitas Padjajaran, (6) Institut Teknologi Bandung, (7) Universitas Katolik Parahyangan, (8) Universitas Pendidikan Indonesia, (9) Universitas Kristen Maranatha, (10) Institut Teknologi Tinggi Telkom), (11) AIESEC Universitas Diponegoro, (12) AIESEC Universitas Pembangunan Negara Veteran, (13) AIESEC
4
Unversitas Gadjah Mada, (14) AIESEC Universitas Brawijaya, (15) AIESEC Universitas Negeri Sebelas Maret, (16) AIESEC President University, (17) AIESEC Unversitas Muhammadiyah Malang, (18) AIESEC Universitas Hasanuddin, (19) AIESEC Universitas Sriwijaya, AIESEC Surabaya (termasuk
(20) Universitas Airlangga, (21) Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, (22) Universitas Surabaya, (23) Universitas Pembangunan Nasional, (24) Universitas Negeri Surabaya, (25) Universitas Pelita Harapan, (26) Universitas Ciputra) dan (27) AIESEC Universitas Lampung. (http://indonesiacalling.com/aiesec-in-indonesia/, 2014). AIESEC Universitas Gadjah Mada berdiri pada tahun 2010, sebelumnya masih dibawah kepengurusan AIESEC Universitas Diponegoro dan pada bulan Januari 2013 AIESEC UGM resmi berdiri dengan kepengurusan sendiri. Sejak saat itu, AIESEC UGM banyak berkontribusi mengirim mahasiswa di Yogyakarta untuk melakukan pertukaran pelajar dan membuat proyek untuk memberikan dampak baik pada masyarakat. Dalam satu tahun terakhir AIESEC UGM berhasil masuk 5 besar di AIESEC
se-Indonesia,
sebagai
kontributor
terbanyak
ke-4
dalam
mengirimkan putra-putri bangsa untuk pertukaran pelajar dalam program Global Youth Ambassador Program. Pada program GCDP (Global Community Development Program), AIESEC UGM juga berhasil membuat satu proyek kebudayaan yang dihadiri ratusan warga Yogyakarta yang menampilkan budaya Indonesia dari berbagai daerah dan memperkenalkan budaya tersebut kepada pemuda dari berbagai negara, serta melibatkan
5
pemuda-pemuda tersebut dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Sebagai salah satu kampus yang berada di Yogyakarta, AIESEC UGM melalui program GCDP memiliki tantangan besar untuk lebih peka dan kritis terhadap isu yang ada di sekitarnya. Dengan pendekatannya yang unik, AIESEC UGM dapat memberikan kontribusi dalam bidang pemberdayaan dan pembangunan Indonesia. Selain memperkenalkan Indonesia kepada dunia, AIESEC UGM juga perlu jeli dalam membuat program tersebut, untuk memastikan bahwa program tersebut dapat member manfaat tidak hanya bagi peserta saja, namun juga bagi masyarakat sekitar yang menerima program tersebut. Sebagai organisasi yang peduli terhadap isu global, AIESEC percaya bahwa segala permasalahan di dunia disebabkan kurangnya jiwa kepemimpinan pada pemuda sebagai masa depan bangsa. Oleh sebab itu, secara dinamis organisasi ini terus mengembangkan diri dan bekerja sama dengan berbagai macam pihak seperti Global Economic Forum maupun UNICEF, untuk terus mengembangkan sistem dan model untuk membentuk karakter-karakter pemuda yang siap untuk menghadapi dunia dan memimpin. Salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan kesadaran akan isu-isu yang ada di dunia melalui program GCDP, program ini adalah singkatan dari Global Community Development Program. Sesuai dengan akronimnya, program ini adalah program pembangunan komunitas/ masyarakat global. Isu yang diangkat dalam program ini pun disesuaikan dengan isu global, seperti poverty reduction (pengentasan kemiskinan), 6
security and human trafficking (keamanan dan perdagangan manusia), population dynamics (pertumbuhan penduduk), career development (pengembangan
karir),
economic
growth
(peningkatan
ekonomi),
governance (tata kelola), health and lifestyle (kesehatan dan gaya hidup), human rights (Hak Asasi Manusia), literacy (buta huruf), cultural understanding (budaya). Isu-isu tersebut menjadi dasar penerapan program GCDP di setiap Local Committee (LC) atau entitas AIESEC (yang pada umumnya
berbasis
pada
Universitas).
Dimana
setiap
LC,
bebas
berkreatifitas dan mengembangkan ide mereka dalam merespon isu-isu tersebut berdasarkan realitas yang terjadi di sekitar mereka. Desentralisasi program ini dapat memberikan hasil yang bervariasi dalam penerapan program di setiap LC, mengingat kapasitas anggota di setiap LC berbeda-beda, begitupun dengan isu-isu yang mereka hadapi di lapangan. Meskipun sudah ada standar yang diberikan oleh AIESEC Internasional kepada seluruh anggota AIESEC di seluruh dunia, namun tidak ada hal yang mendetail menerangkan tentang bagaimana sebaiknya program tersebut diterapkan. Sehingga batasan-batasan pelaksanaan program hanya berbatas pada tujuan AIESEC secara umum dan menantnang para anggota AIESEC sendiri untuk berkreatifitas dan berinovasi dalam meningkatkan kesadaran menghadapi isu tersebut. Sedangkan apabila kita berbicara tentang program pemberdayaan masyarakat sudah tentu masyarakat yang menjadi obyek sekaligus subyek dari program itu sendiri, sehingga dapat memperoleh dampak yang signifikan dalam peningkatan kemampuan masyarakat rentan dalam mencapai kebutuhannya dan
7
mempertahankan ataupun mengembangkan kemampuan tersebut secara berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Relevansi Program GCDP AIESEC UGM Terhadap Kebutuhan Masyarakat Sasaran” karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana program ini relevan dan memberikan dampak kepada masyarakat dalam mencapai kesejahteraan ataupun sekedar meningkatkan kapasitasnya dalam mencapai konsep kesejahteraan itu sendiri, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta dimana menjadi wilayah berdirinya AIESEC Universitas Gadjah Mada. D. Rumusan Masalah Berdasarkan isu yang disebutkan diatas, maka rumusan masalah yang diteliti dalam adalah “Bagaimana proses program-program incoming GCDP AIESEC UGM ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat?” Dan rumusan masalah secara khusus antara lain: 1. Bagaimana proses/ dinamika munculnya ide penerapan program incoming GCDP di AIESEC UGM? 2. Bagaimana proses penyusunan program incoming GCDP dirancang dan seberapa jauh masyarakat dilibatkan dalam perancangan program tersebut? 3. Bagaimana proses program incoming GCDP diimplementasikan di masyarakat? 4. Bagaimana proses program incoming GCDP dievaluasi?
8
E.
TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relevansi program incoming GCDP yang diterapkan di AIESEC UGM terhadap kebutuhan masyarakat yang menjadi sasarannya. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendeskripsikan proses tentang: munculnya ide program, penyusunan program, implementasi program dan evaluasi program. F. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian tentang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pembangunan sosial dan kesejahteraan, maupun ilmu yang sejenis. b. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan, data dan informasi bagi berbagai pihak dalam membuat program pemberdayaan masyarakat secara umum, maupun program yang dibuat oleh organisasi pemuda, lembaga maupun institusi tertentu, sehingga dapat menghasilkan program yang efektif dan berkelanjutan. G. KERANGKA DASAR TEORITIS 1. Pengertian Perencanaan Tidak banyak definisi yang menjelaskan tentang perencanaan secara spesifik, mengingat kata perencanaan sendiri selalu diikuti oleh kata lain untuk menyesuaian konteksnya. Adapun beberapa
9
definisi dari perencanaan dari beberapa tokoh adalah sebagai berikut: Menurut Winardi (1989: 161), Perencanaan adalah karya mental serta intelektual yang diperlukan sebelum upaya dan aktivitas fisikal dilaksanakan. Perencanaan memungkinkan manajer mempersatukan sumber-sumber daya secara efektif dalam rangka usaha mencapai sasaran-sasaran. Menurut Lembaga Pendidikan/ Pembinaan Managemen dalam Aji dan Sirait (1984: 13), perencanaan adalah perumusan tujuan usaha: prosedur, metode, dan jadwal pelaksanaannya; di dalamnya termasuk ramalan tentang kondisi di masa mendatang dan perkiraan akibat dari rencana terhadap kondisi tersebut. Menurut
Horngren
(1994:
8),
perencanaan
meliputi
pemilihan tujuan, memperkirakan hasil dari berbagai langkah alternatif dan kemudian memutuskan bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan Berdasarkan definisi-definisi diatas ada terdapat beberapa elemen dalam perencanaan 1) tujuan/ sasaran, 2) meramalkan/ memperkirakan masa depan 3) prosedur atau cara dalam mencapai tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam membuat perencanaan dalam program GCDP yang dilakukan oleh AIESEC UGM, harus melakukan menentukan tujuan dan sasaran program, kemudian melakukan analisis untuk meremalkan/ memperkirakan
10
hasil di masa datang, kemudian menentukan tata cara atau prosedur untuk mencapai hasil atau tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Menurut Harold Koontz dan Robert M. Fulmer (Winardi 1989: v), “…Fail to plan is planning to fail” hal ini menunjukan bahwa perencanaan merupakan hal yang krusial sebelum melakukan kegiatan, Winardi menafsirkan ungkapan tersebut bahwa barang siapa tidak melakukan perencanaan, justru menyusun rencananya sendiri untuk mengalami kegagalan. Ada sebuah ungkapan lain yang menyatakan bahwa “A good plan, brings you half way to success” yang bermakna dalam mencapai sebuah kesuksesan salah satunya adalah dengan membuat perencanaan yang baik. 1. a. Elemen-elemen Perencanaan Menurut Winardi (1989: 168), proses perencanaan mencakup empat elemen esensial. Dimana elemen-elemen tersebut sebenarnya tidak terlalu jelas batasan-batasannya dalam praktik perencanaan. Elemenelemen tersebut antara lain:
Menentukan sasaran-sasaran Sasaran-sasaran merupakan landasan untuk perencanaan dan di samping itu ia merupakan titik pusat untuk semua fungsi manajemen
lain.
pengembangan
Mereka
merupakan
tindakan-tindakan
pada
pedoman masa
bagi
mendatang
(Winardi 1989: 163-164). Melanjutkan dari apa yang ditulis Winardi, semua perenacnaan berpusat sekitar sasaran-sasaran yang akan dicapai dan sasaran-sasaran demikian merupakan 11
hasil dari porsws perencanaan, maka, secara konsekuen adanya kebutuhan untuk menetapkan prioritas-prioritas antara mereka di dalam sesuatu organisasi, menyebabkan perlunya dilaksanakan perencanaan. Dengan jalan memusatkan perencanaan sekitar sasaran-sasaran, maka diberikanlah arah kepada proses perencanaan. Sasaransasaran organisatoris menspesifikasi:
-
Pertumbuhan jangka panjang
-
Produk-produk serta pasar-pasar yang perlu ditekankan
-
Hasil laba
Meramalkan masa depan Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peluang-peluang serta kendala-kendala di masa depan. Dalam peramalan, dimanfaatkan informasi
yang
tepat
untuk
merumuskan
asumsi-asumsi
eksternal dan internal tentang apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Asumsi-asumsi merupakan landasan bagi perencanaan dan validitas mereka tergantung pada ketepatan-ketepatan ramalanramalan yang dibuat. Hal yang perlu dilihat dalam elemen ini meliputi: pertimbangan-pertimbangan lingkungan, respon atau penerimaan masyarakat, sumberdaya yang diperlukan untuk pengoperasian organisasi yang bersangkutan, dsb. Mengingat masa depan kian tidak pasti, rencana yang baik harus mencakup
12
alternative-alternatif sehingga dalam penerapannya terdapat adanya unsur fleksibilitas.
Mengambil (membuat) keputusan-keputusan Pengambilan keputusan dalam hal ini termasuk memilih sasaransasaran yang akan diusahakan pencapaiannya, memilih asumsiasumsi
tentang
kondisi-kondisi
mendatang
yang
akan
dimanfaatkan dalam rangka usaha mengimplementasi tujuantujuan, mendeterminasi kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang diperlukan untuk pencapaian sasaran.
Menggunakan pendekatan yang tepat Banyak
kegagalan-kegagalan
perencanaan
terjadi
karena
pendekatan yang digunakan dalam perencanaan daripada disebabkan oleh kurangnya informasi. Informasi dapat dicapai dari sumber-sumber internal maupun sumber-sumber eksternal. Secara umum yang dapat dilakukan pada tahapan ini adalah melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dimana dalam analisis ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan
(strength)
dari
sasaran
dan
juga
kesempatan
(opportunity) yang dapat dimabil dari kekuatan tersebut, kekurangan (weakness) dan ancaman (threat) yang mungkin muncul dari kekurangan yang dimiliki. 1. b. Tahapan-tahapan dalam perencanaan Menurut Aji dan Sirait (1989: 11) ada delapan tahapan dalam perencanaan proyek, antara lain:
13
a. Identifikasi dan batasan proyek b. Perumusan, persiapan dan analisa c. Perancangan atau disain (desaign) d. Penganggaran (menghitung jumlah anggaran) e. Penggiatan dan pengorganisasian f. Pelaksanaan g. Pengawasan dan pencatatan h. Evaluasi dan tindakan-tindakan lanjutan
2. Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Menurut Adi (2006), terdapat tahapan program/ kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan dalam usaha pemberdayaan masyarakat. Persiapan (Engagement) Pengkajian (Assessment) Perencanaan program (Designing) Implementasi Evaluasi Terminasi (Disengagement)
Gambar E. 2. 1. Urutan langkah kegiatan pemberdayaan 1. Persiapan (Engagement) a. Penyiapan Petugas :
14
Menyamakan persepsi anggota tim b. Penyiapan Lapangan : 1) Studi kelayakan daerah sasaran 2) Mengurus perijinan 3) Menjalin kontak dengan tokoh informal 4) Menjalin kontak dengan masyarakat 2. Pengkajian (Assessment) a. Mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) b. Mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki c. Masyarakat sudah dilibatkan dalam tahap penilaian d. Kadang
ditemukan
„kebutuhan
normatif‟
yang
tidak
dirasakan masyarakat 3. Perencanaan program (Designing) a. Formulasikan tujuan yang ingin dicapai b. Buat urutan pelaksanaan kegiatan (isi kegiatan) c. Pilih pendekatan dan metode yang akan digunakan, Bisa juga metode dirinci masing-masing kegiatan d. Tentukan personalia yang bertanggung jawab pada tiap kegiatan e. Susun waktu pelaksanaannya f. Buat rencana evaluasinya sesuai indikator g. Tentukan anggaran kegiatannya Di dalam proses perencanaan juga terdapat proses penentuan tujuan dari diadaknnya program pemberdayaan
15
tersebut. Maksud utama penentuan tujuan adalah untuk membimbing program ke arah pemecahan masalah . Tingkatan tujuan ada dua : tujuan umum dan tujuan khusus. Perumusan tujuan mengikuti kaidah SMART (Specific, Measurable, Achievable/Appropriate, Realistic and Time Bound) 4. Implementasi a. Melaksanakan kegiatan sesuai rencana b. Rinci prosedur operasional untuk melaksanakan program c. Perlu kerjasama yang baik antara petugas dan masyarakat d. Meningkatkan peran masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan 5. Evaluasi Program a. Tentukan metode evaluasi b. Lakukan evaluasi bersama masyarakat c. Pilih jenis evaluasi (Formative atau Summative) d. Evaluasi pada komponen proses atau output e. Menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Apakah rencana sudah dilaksanakan 2) Apakah tujuan sudah tercapai 3) Apakah program sudah berjalan efektif 4) Apakah program sudah berjalan efisien Untuk dapat mengetahui keberhasilan suatu program yang telah dilaksanakan, terdapat indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur, yaitu disebut sebagai indikator keberhasilan.
16
Input
Proses
1) SDM (pemimpin, tokoh, kader)
Output
1) Jenis dan jumlah KIE
1) Jumlah pemimpin, tokoh
2) Jumlah pelatihan dan
masyarakat, tokoh agama
2) Jumlah dana yang
fasilitasi
digunakan
dan kader yang diintervensi
3) Tingkat tumbuh kembang
3) Barang, alat, obat dan
2) Jumlah UKBM (Polindes,
UKBM
material lain yang
Posyandu, kelompok donor
4) Adanya siklus pengambilan
digunakan
keputusan masyarakat
darah, ambulans desa dsb) 3) Jumlah dana masyarakat yang terorganisir (JPKM, Dana sehat, Tabulin, dsb) 4) Jumlah material masyarakat yang disumbangkan
Gambar 2. Indikator Keberhasilan Selain indikator keberhasilan, terdapat juga indikator keberdayaan, yaitu: a. Meningkatkan kesadaran dan keinginan untuk berubah: 1) Berapa banyak sasaran yang memahami program 2) Berapa banyak sasaran yang dapat merasakan pentingnya program b. Meningkatkan
kemampuan
individu
untuk
berubah,
meningkatkan kesempatan untuk memperoleh akses: 1) Berapa banyak sasaran yang telah melakukan kegiatan seperti program
17
2) Berapa banyak sasaran yang ingin melanjutkan kegiatan seperti program 3) Berapa banyak sasaran yang ingin memperoleh kesempatan lebih baik c. Tindakan individu untuk menghadapi hambatan: 1) Berapa banyak sasaran tetap melakukan kegiatan walau ada hambatan 2) Hambatan apa saja yang muncul berkaitan pengembangan diri dan masyarakat d. Meningkatkan solidaritas atau tindakan bersama orang lain: 1) Tindakan bersama untuk memperbaiki keadaan wilayahnya 2) Upaya mempertahankan dan meningkatkan kondisi yang telah baik 6. Tahap Terminasi a. Dilakukan saat mengakhiri „hubungan‟ secara formal dengan sasaran b. Perlu dilakukan secara bertahap. c. Perlu menjaga hubungan/kontak hingga setelah program selesai dilaksanakan. 3. People Centered Development People
centered
development
atau
yang
disebut
sebagai
pembangunan yang berpusat pada masyarakat, merupakan pendekatan yang melihat inisiatif kreatif dari seseorang sebagai sumberdaya pembangunan utama dan kelayakan atau kondisi well-being dari materi
18
dan spiritual merupakan titik akhir dari proses pembagunan yang diberikan (Korten and Carner, 1984: 201). Kegagalan terbesar dalam model pembangunan konvensional, baik sosialis maupun kapitalis adalah kedua pendekatan tersebut menjadi berpusat pada produksi, dimana mereka mengasumsikan bahwa produksi yang dilakukan merupakan sebuah kebutuhan yang ada di masyarakat. Dalam pembangunan berbasis masyarakat ini, melihat potensi yang dimiliki masyarakat merupakan hal penting mengingat masyarakat merupakan kumpulan individu-individu
yang berbeda-beda dan
pendekatan yang diberikan terhadap setiap individu tidak dapat disamaratakan. Inti dari pembangunan pada dasarnya merupakan proses pembelajaran, satu orang tidak dapat mengembangkan orang lain. Ia tidak dapat belajar untuk orang lain, akan tetapi ia dapat membantu orang lain untuk belajar untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian ini, proses merupakan hal terpenting dalam perencanaan (Ackoff, dalam Korten, 1984: 195). Dalam proses tersebut partisipasi masyarakat sangatlah penting, sebagaimana disebutkan oleh Ackoff, karena pada akhirnya dalam mengembangkan suatu masyarakat diperlukan motivasi dan ketertarikan terhadap isu tersebut. “People choose to participate if they see themselves affected by an issue because of a possible threat or benefit of a proposed facility…” (Sanoff 2000: 17). Singkatnya dapat dikatakan bahwa, sebuah pembangunan tidak dapat terjadi apabila tidak ada niatan maupun potensi di dalam diri individu maupun masyarakat untuk mengubah apa yang ada di dalam
19
dirinya menjadi kondisi yang sejahtera atau well-being. Kesejahteraan pada akhirnya bersifat relatif, dan mengkategorikan seseorang yang tidak memiliki materi sebagai tidak sejahtera, cenderung subjektif. Dalam pendekatan ini yang menjadi sorotan adalah bagaimana sebuah pembangunan dapat memberdayakan seseorang ataupun masyarakat untuk mencapai potensi yang ada di dalam dirinya maupun sekitarnya. 4. Pengertian Pemuda dan Organisasi Pemuda ILO (International Labour Organization) menyebutkan pemuda (youth) adalah individu yang berada di usia antara 15-24 tahun. Sedangkan menurut UU No. 40/ 2009 tentang kepemudaan, pemuda adalah mereka yang berusia antara 16-30 tahun. Google mendefinisikan youth (pemuda) diartikan sebagai sebuah periode antara usia anak-anak (childhood) dan usia dewasa (adult). Melihat dari definisi-definisi yang disebutkan diatas, dapat diartikan bahwa pemuda secara usia adalah mereka yang berada dalam usia transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Dimana usia-usia tersebut, pada umumnya pemuda menginjak waktu untuk duduk di perguruan tinggi. Hal ini pula yang diambil pada definisi young people di AIESEC, dalam organisasi ini young people disebutkan adalah mereka yang duduk di perguruan tinggi (university) ataupun recent graduates. Kaum muda dianggap memiliki keunggulan (distinctiveness) dibandingkan kelompok sosial lainnya. Mereka lahir dari kelas menengah perkotaan (skogen, 1996; Threadgold and Nilan, 2003) yang memiliki kekayaan modal sosial dan budaya dibandingkan kelompok 20
sosial lainnya. Modal sosial seperti „kemampuan teknologi informasi, ketermapilan berjejaring, akses terhadap pengetahuan saintifik, serta prestasi
akademik
dan
pendidikan‟
(Bordieu,
1996)
telah
memungkinkan mereka dalam membangun keuatan sosial melalu berbagai „gerakan sosial untuk menyuarakan krisis ekologi‟ (HaluzaDeLay, 2008), (Suharko dkk, 2014: 25-26). Organisasi
secara
umum
diartikan
sebagai
kumpulan
atau
sekelompok individu-individu yang memiliki tujuan yang sama. Maka organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda-pemuda yang berkumpul dan memiliki tujuan yang sama. Menurut Suharko, dkk (2014:45-46) terdapat tiga tipe organisasi pemuda lingkungan dengan model afiliasi dengan NGO Internasional. Tipe pertama adalah, organisasi pemuda lingkungan yang didirikan secara sengaja sebagai bagian atau cabang (chapter) dari organisasi induk (NGO internasional). Kedua, organisasi pemuda lingkungan yang afilisiasinya dengan NGO internasional terbentuk melalui penyelenggaraan suatu program kegiatan lingkungan berskala internasional. Ketiga, organisasi pemuda lingkungan yang mengadopsi metode yang diterapkan oleh NGO internasional, tanpa perlu meniru bentuk pengorganisasian dan tanpa harus menjadi mitra dalam melaksanakan program aksi dari NGO internasional tersebut. Dalam konteks organisasi, AIESEC didefinisikan sebagai berikut: “AIESEC is a global platform for young people to explore and develop their leadership potential. We are a non-political, independent, not-for profit organization run by students and recent
21
graduates of institution s and higher education. Its member are interested in world issues, leadership and management. AIESEC does not discriminate on the basis of ethnicity, gender, sexual orientation, religion or national/social origin. (aiesec.org, 2014). Sedangkan sebagai organisasi pemuda, AIESEC dalam aiesec.org menyebutkan “we are a global network of young leaders under the age 30 who strive to better themselves and the communities around them. We are passionate about world issues, leadership development, cultural understanding and experiental learning.” Berdasarkan pernyataan tersebut dan pola organisasi ini berjalan, maka AIESEC dapat dikategorikan pada tipe pertama organisasi pemuda lingkungan dengan model afiliasi dengan NGO Internasional. Meski pengertian organisasi pemuda yang dimaksud oleh Suharko adalah organisasi pemuda lingkungan, akan tetapi pengertian yang ia sebutkan dapat digunakan untuk organisasi pemuda secara umum, tanpa perlu memasukkan konteks lingkungan di dalamnya. Dalam penjelasannya lebih lanjut mengenai organisasi pemuda lingkungan dengan model afiliasi dengan NGO internasional, Suharko memberikan satu contoh organisasi yang dijalankan dengan tipe pertama ini, yaitu IAAS (International Association of Students in Agricultural and Related Science) berdasarkan contoh yang ia jelaskan, AIESEC dapat dinyatakan sebagai tipe pertama organisasi pemuda yang didirikan secara sengaja sebagai bagian atau cabang (chapter) dari organisasi induk, karena AIESEC UGM yang menjadi objek dalam penelitian ini
22
merupakan bagian dari AIESEC Indonesia dan AIESEC Internasional. Selain itu, dengan fokus AIESEC terhadap isu dunia, pengembangan kepemimpinan, (experiental
pemahaman
learning),
kultur
AIESEC
dan
pembelajaran
mendorong
langsung
pembentukan
dan
pengembangan kepemimpinan dengan memberikan dampak positif pada masyarakat secara lokal maupun nasional, mengorganisasi pertemuan, seminar, pelatihan tingkat lokal, nasional dan internasional, juga berbagai konferensi yang diadakan secara rutin minimal 3 bulan sekali secara nasional. Salah satu program yang menjadi program tetap AIESEC adalah program incoming Global Community Development Program. Dimana tujuan dari program tersebut adalah pertukaran budaya antar negara kepada anggota AIESEC dan juga memberikan dampak kepada masyarakat dengan tujuan pemahaman terhadap isu dunia kepada para anggota AIESEC yang datang, dengan cara sukarela atau kerja sosial. Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk meneliti relevansi program tersebut melalui
teori
perencanaan
dan
pemberdayaan
diikuti
dengan
konseptualisasi organisasi pemuda.
23